Anda di halaman 1dari 14

Bab 1 anwlisis pengembangan usaha

Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai rencana kelayakan usaha baru atau rencana
pengembangan usaha yang sudah berjalan. Analisis ini dilakukan dengan maksud supaya usaha yang
sedang dirintis dan akan dikembangkan bisa terhindar dari risiko kerugian finansial. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha keripik bonggol pisang produksi IKM Al Barik dilihat
dari aspek pasar, teknis, finansial, dan analisis sensitivitasnya. Analisis pasar dilakukan dengan
analisis permintaan pasar, bauran pemasaran dan analisis SWOT. Kelayakan teknis dianalisis
berdasarkan lokasi usaha, kapasitas produksi, dan proses produksi. Aspek finansial dianalisis dengan
membagi kondisi usaha menjadi tiga skenario, yaitu skenario I (kondisi usaha saat ini), skenario II
(penambahan kapasitas produksi), dan skenario III (penambahan kapasitas produksi dan penyewaan
kios). Berdasarkan penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa berdasarkan aspek pasar, usaha
keripik bonggol pisang ini layak untuk dijalankan. Pada aspek teknis, lokasi usaha sudah strategis
sehingga kebutuhan bahan baku untuk kapasitas produksi 960 kemasan per bulan dapat tercukupi.
Skenario I memperoleh nilai NPV Rp 104.979.228,9; B/C ratio 1,27; IRR 85,43%; dan discounted
payback period 1,73 tahun. Skenario II memiliki nilai NPV Rp 220.886.164,9; B/C Ratio 1,33; IRR
135,12% dan discounted payback period 1,33 tahun. Skenario III memiliki nilai NPV Rp
213.543.880,9; B/C ratio 1,19; IRR 85,56% dan discounted payback period 2,08 tahun. Skenario II
menunjukkan proyeksi profit terbesar dibanding ketiga skenario yang dipertimbangkan. Selain itu,
skenario II tidak sensitif terhadap kenaikan harga minyak goreng serta penurunan penjualan produk.

Kripik umumnya terbuat dari bahan pisang, ketela dan jamur. Tetapi di Kediri, seorang perajin kuliner
berhasil membuat inovasi keripik yang terbuat dari pelepah pisang. Meski terbuat dari bahan limbah,
namun untuk masalah rasa, berani untuk diadu dengan keripik – keripik lainnya.

Seseorang yang memiliki ide pembuatan keripik pelepah pisang ini adalah Lilik Rahayu, warga Desa
Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Ide pembuatan keripik pelepah pisang ini berawal dari
produk pertamanya tempe mendoan yang dibungkus daun pisang. Dari situlah Lilik sekaligus
memanfaatkan batang pisang untuk dibuat keripik.

Semula camilan tradisional itu dikonsumsi sendiri. Tetapi setelah diunggah di media sosial (medsos),
ternyata banyak yang berminat. Akhirnya Lilik memproduksi keripik pelepah pisang untuk dijual
sebagai produk UMKM.

“Awalnya saya memproduksi tempe mendoan. Saat saya mencari daun pisang, menemukan
pelepahnya seukuran 1 meter. Kemudian saya bawa pulang. Pelepah pisang itu saya potong-potong
saya bersihkan, kemudian saya goreng menjadi keripik. Ternyata rasanya enak,” kata Lilik di
rumahnya.
Dengan memperkerjakan 15 orang karyawan dari mayoritas kaum lansia yang tak bekerja, saat ini
usaha kripik pelepah pisang milik Lilik telah diterima oleh pasar luar negeri. Melalui komunitas
produsen kripik khusus Indonesia, camilan tradisional itu telah diekspor ke mancanegara mulai dari
Singapura, Hongkong dan Thailand.

Dari modal awal hanya Rp 300 ribu, kini lilik mampu memproduksi 25 kilogram keripik pelepah
pisang setiap harinya. Lilik berinovasi dengan menciptakan bermacam rasa yakni, original, jagung
bakar, keju, balado, BBQ, dan sate panggang. Adapun harga keripik pelepah pisang buatan Lilik
dibandrol Rp 65 ribu per kg. Sedangkan kemasan 250 gram Rp 20 ribu.

Pelepah pisang mengandungan karbohidrat, protein, air dan vitamin yang memiliki manfaat untuk
mengobati gangguan lambung. Keripik pelepah pisang juga baik dikonsumsi oleh seseorang yang
tengah menjalankan program penurunan berat badan alias diet. (Kominfo/ng,tee,tj,wk)

Detail Produk Peluang Bisnis Keripik Debog Dan Analisa Usahanya

Pohon pisang banyak tumbuh subur di negara Indonesia. Hampir di setiap wilayahnya banyak
ditumbuhi buah pisang dengan berbagai jenis. Bagian dari pohon pisang yang kerap dimanfaatkan
adalah buah juga daunnya. Namun bagian bonggol pisang atau debong jarang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan. Tanpa kita sadari nyatanya bonggol pisang atau debog dapat dijadikan keripik.
Keripik debog merupakan jenis keripik yang sangat unik dan jarang di temukan. Debog pisang
mempunyai kandungan vitamin C yang tinggi, sehingga sangat cocok untuk dijadikan olahan keripik.
Produk keripik debog memang cukup mendapat antusias masyarakat yang sangat tinggi. Sehingga tak
heran jika keripik debog mulai meroket di pasaran. Rasa keripik debog yang nikmat dan gurih dan
keunikannya yang berbeda dengan lainnya membuat bisnis keripik ini turut diperhitungkan. Peluang
bisnis keripik debog menjadi salah satu peluang bisnis yang menguntungkan. Bisnis keripik debog
memang bukanlah bisnis baru namun bisnis ini mendapat tempat di hati masyarakat. Bisnis keripik
debog memiliki prospek yang cerah dengan kesempatan bisnis yang sangat luas. Usaha olahan
batang pisang atau debog ini memang masih jarang dijalankan oleh masyarakat kita. Sehingga
peluang bisnisnya masih besar untuk mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar.

Anda tertarik menjalankan bisnis keripik debog! Usaha keripik debog memang menjadi pilihan bisnis
yang pas dan menarik untuk dijalankan. Usaha keripik debog ini bisa menambah penghasilan dengan
nilai yang tebilang fantastis. Tingginya antusias dari peminat produk keripik debog yang besar
membuat bisnis keripik debog laku keras. Jikamana Anda menjalankan bisnis keripik debog tentunya
akan sangat menguntungkan. Menarik bukan menjalankan bisnis keripik debog! Memulai dan
mengawali bisnis keripik debog sebenarnya tidak terlalu sulit atau susah. Dimana bisnis keripik debog
ini bisa dijalankan dengan sangat mudah. Bagi Anda yang belum tahu mengenai cara pengolahan
keripik debog maka Anda bisa mencarinya di berbagai sumber. Di internet sudah banyak cara
pengolahan keripik debog dan bisa langsung Anda praktekan. Selain itu strategi pemasarannya
memang sangat mudah dan kerugian yang ditimbulkan sangat minim. Peminat keripik debog tidak
hanya datang dari dalam negeri namun di luar negeri sangat luas. Sehingga kedepannya bisnis keripik
debog akan terus cemerlang dan tidak habis di sepanjang masa. Bgai Anda yang berminat dengan
bisnis keripik debog, maka Anda bisa memperdalam bisnisnya melalui artikel yang kami ulas di
bawah ini :

Peluang bisnis untuk keripik debog

Peluang untuk bisnis keripik debog terbilang sangat bagus dan sangat cerah. Bisnis keripik debog
menjadi suatu pilihan bisnis keripik dari bahan bonggol pisang yang menjanjikan hingga banyak
orang yang tertarik menekuni bisnis tersebut. Peluang usaha keripik dari bahan bonggol pisang yakni
keripik debog masih terbuka lebar serta sangat menguntungkan oleh siapa saja. Anda berminat
menjalankan pilihan bisnis keripik debog ini?

Prospek dalam menjalankan bisnis keripik debog

Prospek dalam bisnis keripik debog dapat dikatakan sangat cemerlang dan menguntungkan. Dimana
melalui bisnis keripik debog dapat mendatangkan keuntungan bombastis. Bisnis yang bergelut
dengan olahan keripik debog memiliki prospek sangat bagus dalam jangka ke depan. Bisnis keripik
debog yang sejak dahulu tumbuh hingga sekarang masih berkembang juga tak pernah sepi akan
konsumen.

Memulai bisnis keripik debog

Ketika menjalankan bisnis keripik debog memang dapat dimulai dengan langkah mudah dan
gampang. Dalam menjalankan bisnis keripik debog bisa dijalankan dalam kebutuhan modal kecil.
Yangmana berkecinampungan bisnis keripik debog bisa dilakukan dengan skala rumahan
menggunakan modal yang tidak besar.

Pelaku bisnis keripik debog

Bisnis keripik debog ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang yang ingin menginginkan bisnis
keripik dari bahan bonggol pisang menguntungkan tersebut. Bagi siapa saja ingin menjalankan bisnis
keripik debog sangat mudah, proses produksi keripik debog mudah juga laba menguntungkan.

Konsumen bisnis keripik debog


Konsumen keripik debog memang tidaklah sulit, suguhan sensasi nikmat yang disajikan keripik debog
mampu memikat banyak orang. Konsumen keripik debog cukup besar dan tak terbatas mulai
kalangan anak-anak hingga orang dewasa.

Bahan baku bisnis keripik debog

Dalam menjalankan bisnis keripik debog memerlukan bahan baku untuk pembuatannya. Untuk
membuat keripik debog yang nikmat membutuhkan bahan baku yakni bonggol pisang, minyak
goreng, garam, bawang putih, tepung beras, tepung kanji, kemiri, ketumbar, merica, kencur, gula,
label, kemasan plastik dan lainnya. Untuk mencari bahan baku keripik debog bisa dijumpai di toko,
pasar atau supermarket terdekat.

Peralatan bisnis keripik debog

Dalam bisnis keripik debog membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya etalase produk,
kompor dan gas LPG, wajan penggoreng, pisau, spatula, pengangkat gorengan, panci, wadah, mesin
peniris minyak, mesin hand sealer, talenan, timbangan, meja, kursi, timba, nampan, serbet, tempat
sampah, kuas, spanduk serta peralatan lainnya.

Lokasi strategis dalam berjualan keripik debog

Dalam berjualan keripik debog, Anda bisa menentukan pilihan lokasi yang tepat, strategis dan ramai.
Bisnis keripik debog dapat membuka kios di pusat perbelanjaan,pinggiran jalan raya, taman kota,
tengah kota, dekat sekolah, pasar, dekat rumah sakit, sekitar kampus dan lainnya.

Karyawan bisnis keripik debog

Karyawan dalam menjalankan bisnis keripik debog bisa menggunakan satu orang dahulu dalam
permulaan.

Harga jual keripik debog

Patokan harga untuk keripik debog dapat Anda buat dalam hitungan per kemasan dimana harga
mulai Rp 5.000 hingga Rp 15.000. Hal ini tergantung akan berat produk keripik debog itu sendiri.

Strategi promosi bisnis keripik debog


Pemasaran bisnis keripik debog bisa dilakukan dengan membuat keripik debog yang enak dan
berbeda. Selain itu dapat memanfaatkan promosi keripik dari bahan bonggol pisang melalui media
sosial baik faceboook, path, bbm, whats upp, we chat, instagram juga situs jual beli online dan
lainnya. Juga dapat pula menjalankan strategi pemasaran keripik debog lewat menyebarkan berbagai
brosur.

Keuntungan dalam menjalankan bisnis keripik debog

Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang usaha keripik debog ini yakni merupakan keripik
dari bahan bonggol pisang yang digandrungi banyak orang.

Kekurangan bisnis keripik debog

Segi kekurangan bisnis keripik debog ialah keripik debog memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan
ketat. Sehingga dalam berjualan keripik debog dapat diminimalisir dengan membuat keripik debog
berbeda dan unik dalam memenangkan persaingan.

Analisa bisnis keripik debog

Asumsi

Lama dalam pemakaian : etalase produk selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : kompor dan gas LPG selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : wajan penggoreng selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : pisau selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : spatula selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : pengangkat gorengan selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : panci selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : wadah selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : mesin peniris minyak selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : mesin hand sealer selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : talenan selama waktu 3,5 tahun


Lama dalam pemakaian : timbangan selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : meja selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : kursi selama waktu 5 tahun

Lama dalam pemakaian : timba selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : nampan selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : serbet selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : tempat sampah selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : kuas selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : spanduk selama waktu 3,5 tahun

Lama dalam pemakaian : peralatan lainnya selama waktu 3,5 tahun

Investasi

Peralatan Harga

Etalase produk Rp. 1,928,000

Kompor dan gas LPG Rp. 321,500

Wajan penggoreng Rp. 275,000

Pisau Rp. 21,500

Spatula Rp. 12,000

Pengangkat gorengan Rp. 18,000

Panci Rp. 152,050

Wadah Rp. 32,500

Mesin peniris minyak Rp. 1,910,500

Mesin hand sealer Rp. 525,200

Talenan Rp. 21,500

Timbangan Rp. 122,800

Meja Rp. 303,200

Kursi Rp. 512,500

Timba Rp. 37,500

Nampan Rp. 23,200

Serbet Rp. 14,500

Tempat sampah Rp. 6,000


Kuas Rp. 6,000

Spanduk Rp. 30,000

Peralatan tambahan yang lainnya Rp. 11,000

Jumlah Investasi Rp. 6,284,450

Biaya Tetap Nilai

Penyusutan etalase produk 1/62 x Rp. 1.928.000 Rp. 31,097

Penyusutan kompor dan gas LPG 1/62 x Rp. 321.500 Rp. 5,185

Penyusutan wajan penggoreng 1/62 x Rp. 275.000 Rp. 4,435

Penyusutan pisau 1/44 x Rp. 21.500 Rp. 489

Penyusutan spatula 1/44 x Rp. 12.000 Rp. 273

Penyusutan pengangkat gorengan 1/44 x Rp. 18.000 Rp. 409

Penyusutan panci 1/62 x Rp. 152.050 Rp. 2,452

Penyusutan wadah 1/44 x Rp. 32.500 Rp. 739

Penyusutan mesin peniris minyak 1/62 x Rp. 1.910.500 Rp. 30,815

Penyusutan mesin hand sealer 1/62 x Rp. 525.200 Rp. 8,471

Penyusutan talenan 1/44 x Rp. 21.500 Rp. 489

Penyusutan timbangan 1/62 x Rp. 122.800 Rp. 1,981

Penyusutan meja 1/62 x Rp. 303.200 Rp. 4,890

Penyusutan kursi 1/62 x Rp. 512.500 Rp. 8,266

Penyusutan timba 1/44 x Rp. 37.500 Rp. 852

Penyusutan nampan 1/44 x Rp. 23.200 Rp. 527

Penyusutan serbet 1/44 x Rp. 14.500 Rp. 330

Penyusutan tempat sampah 1/44 x Rp. 6.000 Rp. 136

Penyusutan kuas 1/44 x Rp. 6.000 Rp. 136

Penyusutan spanduk 1/44 x Rp. 30.000 Rp. 682

Penyusutan peralatan lainnnya 1/44 x Rp. 11.000 Rp. 250

Gaji karyawan Rp. 1,400,000

Total Biaya Tetap Rp. 1,502,904


Biaya Variabel

Bonggol pisang Rp. 30,000 x 30 = Rp. 900,000

Minyak goreng Rp. 83,500 x 30 = Rp. 2,505,000

Garam Rp. 3,500 x 30 = Rp. 105,000

Bawang putih Rp. 31,100 x 30 = Rp. 933,000

Tepung beras Rp. 35,500 x 30 = Rp. 1,065,000

Tepung kanji Rp. 17,500 x 30 = Rp. 525,000

Kemiri Rp. 13,500 x 30 = Rp. 405,000

Ketumbar Rp. 7,000 x 30 = Rp. 210,000

Merica Rp. 4,500 x 30 = Rp. 135,000

Kencur Rp. 3,500 x 30 = Rp. 105,000

Gula Rp. 6,500 x 30 = Rp. 195,000

Label Rp. 24,000 x 30 = Rp. 720,000

Kemasan plastik Rp. 21,000 x 30 = Rp. 630,000

Sabun cuci Rp. 200 x 30 = Rp. 6,000

Pengemas Rp. 32,000 x 30 = Rp. 960,000

Gas LPG Rp. 17,000 x 30 = Rp. 510,000

Sewa tempat Rp. 15,000 x 30 = Rp. 450,000

Air dan listrik Rp. 18,500 x 30 = Rp. 555,000

Total Biaya Variabel Rp. 10,914,000

Total Biaya Operasional

Biaya tetap + biaya variabel = Rp. 12,416,904

Pendapatan per Bulan

63 kemasan x Rp. 8,000 = Rp. 504,000

Rp. 504,000 x 30 hr = Rp. 15,120,000


Keuntungan per Bulan

Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional

Rp. 15,120,000 – 12,416,904 = Rp. 2,703,096

Lama Balik Modal

Total Investasi / Keuntungan = Rp. 6,284,450 : 2,703,096 = 2 bln

Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis keripik debog sangat menguntungkan dimana
modal Rp 6,284,450 dengan kentungan per bulan Rp 2,703,096 dan balik modal dalam 2 bulan.

Bisnis keripik debog ini tidak dapat berjalan maksimal jika tidak menggunakan mesin pedal sealer
dalam pengolahannya. Pemakaian dari mesin pedal sealer dibutuhkan agar proses pengemasan
keripik debog berjalan lancar dan efektif. Kinerja mesin pedal sealer yakni mengemas produk keripik
debog dengan praktis dan mudah. Tampilan mesin pedal sealer sangat modern dimana kinerjanya
sangat handal dan berjalan begitu cepat. Pengemasan keripik debog semakin mudah dan praktis
dengan menggunakan mesin universal fritter. Dibandingkan cara manual memang pengemasan
keripik debog menggunakan mesin pedal sealer tampil lebih mudah dan unggul. Mesin untuk
pengemasan keripik debog dengan hasil yang memuaskan dapat Anda miliki langsung lewat Toko
Mesin Maksindo. Mesin pedal sealer dari maksindo tersedia dengan kapasitas kecil hingga besar
berkualitas dan mutu terbaik.

Demikian tadi ulasan peluang bisnis keripik debog dan analisa bisnisnya yang bisa dijadikan referensi
memulai bisnis keripik debog tersebut. Tertarik mencoba bisnis keripik debog ? Bisnis keripik debog
menjadi pilihan bisnis sangat menjanjikan. Dalam menjalankan bisnis keripik debog jangan lupa
untuk menggunakan mesin pedal sealer agar bisnis berjalan lancar juga maksimal. Semoga informasi
mengenai peluang dari bisnis keripik debog tersebut dapat bermanfaat dalam kemajuan bisnis
keripik dari bahan bonggol pisang.

Tags: Peluang Bisnis Keripik Debog dan Analisa Usahanya

Produk Lain Peluang Usaha

Pendahuluan Pohon Pisang merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di Desa Sidorejo,
Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2022). Tanaman ini dapat tumbuh
di tanah yang cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2000 meter di atas permukaan laut.
Di Indonesia, tanaman pisang dapat dijumpai di hampir semua daerah (Rosariastuti et al., 2018).
Perawatan dan perkembangbiakan yang relatif mudah menjadi penyebab tanaman dari genus Musa
sp ini dipilih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat(Al Hasanah et al., 2022; Kusna et al., 2021).
Budidaya pohon pisang menjadi bagian dari aktivitas warga desa yang tergabung dalam kelompok
tani “Karya Tani” dalam memenuhi ekonomi harian. Pohon pisang merupakan tanaman yang
serbaguna. Seluruh bagian dari pohon pisang dapat dimanfaatkan secara langsung atau sebagai
produk olahan. Buahnya mengandung Jurnal Pengabdian UNDIKMA Vol. 4. No. 2 (Mei 2023) vitamin
dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh sehingga baik untuk dimakan langsung atau diolah menjadi
makanan pendukung. Daunnya menjadi pembungkus makanan dan memiliki nilai ritual budaya.
Jantung atau bunga pisang dan kulit buah sebagai bahan makanan. Batang dan akar pohon pisang
merupakan bagian yang pemanfaatannya lebih terbatas. Sebagian besar penelitian dan kegiatan
pengabdian masyarakat yang telah dilakukan memanfaatkan batang dan bonggol pisang sebagai
bahan makanan olahan, seperti keripik (Al Hasanah et al., 2022; Hartoyo et al., 2019; Mavianti &
Nalar Rizky, 2019; Rohmani & Yugatama, 2019; Rosariastuti et al., 2018; Sagajoka et al., 2021;
Sya’roni et al., 2021). Selain makanan, secara umum limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk, tak terkecuali limbah bonggol pisang (Irnianti et al., 2019) dan campuran pelepah pisang dan
daun bamboo(Mulyanti et al., 2022). Masyarakat Kepulauan Talaud (Haris et al., 2020) juga telah
dilatih untuk membuat Serat pisang Abaca yang cukup berpeluang menjadi bisnis pebuatan kertas
berharga (uang dan materai) serta tali kapal. Pembuatan kertas seni (art paper) juga dapat dilakukan
dengan bahan serat batang pisang (Dewi et al., 2019; Syarifuddin & Hamzah, 2019) Ketersediaan
pohon pisang yang melimpah di Desa Sidorejo merupakan sebuah potensi. Permasalahannya adalah
budidaya pisang memiliki nilai tukar yang rendah sehingga belum memberikan dampak yang
signifikan untuk perekonomian. Meski jumlahnya melimpah tapi belum berdampak besar untuk
kesejahteraan kelompok tani. Pisang juga belum menjadi produk unggulan hortikultura di Desa
Sukosewu (Badan Pusat Statistik, 2022). Permasalahan lainnya adalah batang pisang setelah ditebang
atau dipanen pemanfaatannya terbatas. Dalam ritual adat, misalnya, batang pisang digunakan untuk
dekorasi pernikahan, atau untuk menancapkan wayang. Terkadang batang juga dimanfaatkan
menjadi pembungkus tempe atau mainan anak-anak. Sayangnya, kebanyakan batang pisang hanya
dibuang oleh warga desa sehingga menimbulkan sampah. Inovasi material maju dibutuhkan untuk
dapat mengolah batang pisang menjadi produk bernilai jual yang lebih tinggi. Dengan pengolahan
yang tepat, serat batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kreatif yaitu filamen
benang bahan baku tekstil dan accessories building. Produk accessories building merupakan hiasan
rumah multifungsi diantaranya alas kaki, alas duduk, keranjang, hiasan dinding, taplak meja, dan lain-
lain. Untuk dapat berfungsi sebagai accessories building dan bahan baku tekstil, benang batang
pisang perlu memenuhi syarat kekuatan material tertentu. Solusi ini belum pernah diterapkan
sebelumnya dan berpotensi tinggi menjadi sumber perekonomian baru masyarakat. Inovasi
pemanfaatan serat batang pisang kemudian dapat diterapkan langsung ke masyarakat karena
dirancang untuk menggunakan teknologi sederhana dan tangan orang-orang terampil. Selain itu,
multifilamen benang yang dihasilkan merupakan material organik dan ramah lingkungan. Produk
kerajinan sederhana seperti tas, peci, wadah tisu, vas bunga, topi, dll. Pernah disosialisasikan dalam
kegiatan pengabdian serupa (Ardianti & Khumaini, 2022; Kusna et al., 2021; Safa’atillah et al., 2022).
Tujuan dari kegiatan pengabdian ini secara spesifik adalah membawa hasil inovasi riset biomaterial
berbasis sumber daya lokal batang pisang ke kelompok tani, memberikan solusi atas kebutuhan mitra
desa untuk peningkatan ekonomi harian warga, dan menyiapkan pihak ketiga untuk menampung
hasil karya kelompok tani dalam penjualan berkelanjutan. Inovasi ini kemudian dikemas dalam suatu
kegiatan pengabdian yaitu Dosen Pulang Kampung IPB University. Program dosen mengabdi ini
menawarkan inovasi hasil riset yang siap untuk diterapkan didesa yaitu mengolah sumber daya alam
lokal batang pisang sebagai bahan baku industri kreatif dengan nilai ekonomi berdaya saing. Inovasi
pengolahan batang pisang menjadi benang dan produk industri kreatif dengan menggunakan
teknologi sederhana menjadi solusi atas kebutuhan peningkatan ekonomi desa. Hal ini terintegrasi
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1
yaitu menghapus kemiskinan, dan nomor 8 terkait pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
(Bappenas, n.d.). Metode Pengabdian Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Sidorejo,
Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dalam kurun waktu 4 bulan yaitu Juli-
Oktober 2022. Sasaran kegiatan yaitu masyarakat usia produktif dan pra-lansia terpilih, dengan
mengutamakan anggota masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, dilakukan
peninjauan kegiatan berdasarkan situasi dan kondisi seperti klaster usia yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik. Metode pelaksanaan pengabdian ini menggunakan pelatihan yang terdiri dari
tahapan pengenalan program, pengolahan limbah batang pisang, dan komersialisasi. Evaluasi
dilakukan dengan metode analisis kualitatif deskriptif. Informasi diperoleh dengan pengamatan dan
wawancara pada perwakilan warga desa. Pada pengenalan program, anggota kelompok tani
diberikan pengarahan dan pelatihan tentang pengolahan batang pisang, kemudian kegiatan inti yaitu
produksi benang pilin dan filamen benang sebagai bahan baku industri kreatif. Pada tahap
komersialisasi, masyarakat dibantu untuk memasarkan produknya melalui kerjasama pihak ketiga,
pengenalan ke pemerintah daerah, dan forum UMKM. Hasil Pengabdian dan Pembahasan
Pengabdian masyarakat diawali dengan sosialisasi program dan penyuluhan materi dasar dengan
pemberian motivasi kewirausahaan. Sosialisasi dan penyuluhan dilakukan untuk memberikan
wawasan tentang potensi pengelolaan limbah batang pisang menjadi kerajinan berbagai jenis dan
bentuk (Ardianti & Khumaini, 2022). Pentingnya peran pasar dalam penjualan dan promosi kerajinan
tangan juga telah dijelaskan secara rinci kepada kelompok tani. Hal ini dilakukan secara bersama-
sama dengan kelurahan, lembaga pemberdayaan desa, kelompok tani dan pihak ketiga PT Interstisi
Material Maju. Sosialisasi dihadiri 30 orang anggota kelompok tani dan masyarakat desa. Respon dan
antuiasme warga cukup baik. Untuk mendukung transfer teknologi sederhana, diberikan pelatihan
dan demonstrasi dalam menebang pohon pisang, memisahkan setiap lapisan, melakukan scapping,
retting, pewarnaan, penjemuran, membuat benang pilin variasi ukuran dan kemasan filamen benang.
Alat ekstraksi benang yang digunakan adalah peralatan berbahan kayu/bambu sehingga mudah
untuk dibuat secara mandiri yang disisipi instrumen potong. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 1. Proses awal
pengolahan batang pisang. (a) penebangan pohon pisang (b) penimbangan berat awal batang pisang
yang sudah ditebang (c) pembersihan dan pengelupasan pelepah pisang (d) pelepah pisang yang
telah dikupas (e) proses scraping secara manual pada batang pisang basah untuk menghasilkan
filamen benang Metode sederhana yang digunakan dalam mengolah batang pisang dan telah
disesuaikan dengan alam desa dan kemampuan kelompok tani. Batang pisang yang digunakan adalah
limbah dari hasil penebangan dengan berbagai varietas. Panjang batang pisang berkisar 2 – 4 meter
yang ditebang 10 cm dari permukaan tanah. Batang pisang kemudian dipisahkan setiap kulitnya
secara mekanis sehingga dihasilkan pelepah setiap lapisnya untuk diproses menjadi benang. Benang
yang dihasilkan dibagi menjadi 2 yaitu filamen benang untuk kain dan benang pilin untuk accessories
building. Filamen benang dihasilkan dari batang/pelepah pisang yang masih basah atau baru
ditebang, sedangkan benang pilin dihasilkan dari batang pisang setengah kering (kandungan air 30%).
Proses pembuatan filamen benang batang pisang dari awal hingga menjadi filamen ditunjukkan oleh
gambar 1. Pembuatan filamen benang dengan proses fibrilasi mekanik menggunakan teknik scraping
(pengikisan) hingga menghasilkan filamen-filamen benang panjang dan lembut. Selanjutnya benang
dicuci menggunakan air untuk menghilangkan impuritas dan lilin yang menempel di permukaan
benang dengan air hangat suhu 60.0C dan dikeringkan pada suhu ruang hingga kadar air < 3%..
Filamen benang yang sudah jadi kemudian digulung dalam satuan panjang tertentu (5 meter, 10
meter) dan dapat digunakan sebagai bahan kain tenun. Produk benang filamen dan kain tenun yang
sudah jadi ditunjukkan oleh gambar 2. Gambar 2. Produk jadi filamen benang dan kain tenun hasil
olahan limbah batang pisang Sementara itu pembuatan benang pilin menggunakan metode
dekortikasi. Benang pilin dibuat dari pelepah tipis setengah kering yang dipilin dengan tangan dan
bantuan mesin pemintal sederhana. Untuk satu uliran, dibutuhkan 2 kali proses pilin. Benang pilin
yang dihasilkan memiliki diameter sekitar 0,5 cm dan siap untuk dijadikan berbagai bahan kerajinan
tangan. Benang pilin yang dihasilkan dari batang pisang kering memiliki kekuatan tarik yang besar
sehingga kokoh namun cukup fleksibel untuk dianyam dan dijadikan berbagai kerajinan tangan.
Produk industri kreatif yang dihasilkan difokuskan berupa accessories building contohnya alas lantai,
keranjang buah, keranjang baju, taplak meja dan lainnya dengan harga jual yang terjangkau dan
kompetitif. Hasil pengolahan batang pisang sebagai benang pilin ditunjukkan di gambar 3.
Pembuatan kerajinan tangan ini ditekuni oleh 10 orang yang bekerja paruh waktu, dengan hasil yang
semakin baik dan terarah. Untuk menambah varian produk, dilakukan pewarnaan pada benang
filamen dan benang pilin. Pembuatan desain produk dengan berbagai warna dilakukan agar produk
menjadi lebih menarik. Pewarnaan dilakukan sebelum benang pilin dirakit menjadi accessories
building. Pewarnaan benang menggunakan pemanasan pada suhu 100 0C dan waktu 30 menit pada
massa 1 kg benang yang dilanjutkan dengan teknik water retting selama 24 jam. Bahan pewarna
menggunakan pewarna sintetis yang tersedia di pasaran. Pada gambar 4, ditunjukkan produk hasil
kerajinan tangan yang menggunakan bahan pewarna. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3. Produk jadi hasil
olahan limbah batang pisang: (a) benang pilin, (b) alas duduk sederhana, (c) keranjang segiempat, (d)
keranjang silinder, (e) alas duduk multifungsi bentuk lingkaran Gambar 4. Produk kerajinan tangan
dari benang pilin batang pisang yang telah diwarnai dengan pewarna tekstil. Setelah selesai dirakit
menjadi kerajinan tangan, dilakukan fumigasi produk menggunakan coating atau pelapis bahan PU
(Polyurethane) warna bening (clear). Tujuan dari proses fumigasi ini adalah untuk mencegah
pertumbuhan jamur, melindungi produk dari serangga, serta memberikan pelapisan pada produk
agar lebih tahan lama. Terdapat 2 teknik fumigasi yaitu pencelupan dan penyemprotan/spray dengan
2 lapisan yaitu base coat dan finishing coat. Gambar 5 menunjukkan proses fumigasi yang dilakukan
tanpa memerlukan perlengkapan khusus yaitu pencelupan. Setelah proses fumigasi, produk
dikeringkan di udara terbuka. Gambar 5. Proses fumigasi pada keranjang anyaman benang pilin
dengan teknik pencelupan Gambar 6. Kunjungan ke lokasi dalam rangka monitoring dan evaluasi
kegiatan Analisis Dampak Kegiatan pengolahan batang pisang menjadi benang sebagai bahan baku
kain dan industri kreatif membawa dampak yang baik bagi masyarakat Desa Sidorejo. Proses
monitoring dilakukan 3 kali pertemuan tatap muka selama program berlangsung dengan
menganalisis target capaian yang diperoleh mitra. Gambar 6 menunjukkan dokumentasi kegiatan
monitoring. Pencapaian program yang dijalankan dimulai dari survei lokasi dan insert teknologi,
edukasi masyarakat, pembelajaran proses produksi, hingga closing program yaitu memperkenalkan
pihak ketiga start up company PT IMM sebagai pembeli produk. Evaluasi dilakukan secara kualitatif
sehingga diperoleh gambaran perubahan pada anggota masyarakat yang terlibat dari sisi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dilihat dari berbagai aspek, ada perubahan yang positif sesuai dengan
tujuan yang dirancang. Dari segi inovasi biomaterial, metode scraping merupakan metode ekstraksi
serat yang dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan atau secara mekanik. Teknik yang
diajarkan kepada masyarakat desa pada awalnya menggunakan cara manual, yang hanya
membutuhkan papan kayu dan pisau. Scraping secara mekanik kemudian dapat dilakukan dengan
bantuan alat sederhana dari kayu atau bambu. Meskipun sederhana, metode ini terbukti dapat
menghasilkan serat dari batang pisang yang cukup halus dan layak sebagai bahan tekstil dan
kerajinan tangan terbukti dari hasil pengujian tarik mulur. Kegiatan dosen pulang kampung ini juga
membawa solusi atas kebutuhan mitra warga Desa Sidorejo yaitu peningkatan ekonomi harian
warga. Pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah batang pisang tidak memerlukan banyak
modal, karena sebagian besar proses dikerjakan dengan tangan namun produk yang dihasilkan
memiliki nilai jual tinggi. Pengrajin yang bekerja pada pembuatan accessories building ini awalnya
tidak memiliki penghasilan tetap karena berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani. Setelah
adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini, mereka bekerja paruh waktu dan berpenghasilan hingga
50 ribu rupiah dalam sehari. Dengan adanya komersialisasi produk yang terus berjalan, diharapkan
seiring berjalannya waktu semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat dan mendapatkan
manfaat secara ekonomi. Gambar 7 menunjukkan aktivitas warga di sentra kerajinan batang pisang di
Desa Sidorejo. Selain dari segi ekonomi, dampak secara langsung dirasakan oleh masyarakat, yaitu
bertambahnya pengetahuan. Batang pisang yang selama ini diyakini sebagai sampah, ternyata dapat
dimanfaatkan dengan metode pengolahan yang sederhana. Pengetahuan tentang proses pengolahan
limbah batang pisang menjadi penting untuk modal menuju ekonomi lebih baik. Indikator lain yang
digunakan untuk penilaian pencapaian tujuan penerapan ini adalah perubahan sikap kelompok
sasaran selama mengikuti kegiatan (Syarifuddin & Hamzah, 2019). Secara afektif, masyarakat bersikap
lebih terbuka dan bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru seperti penjualan dan pemasaran
produk, serta manajemen keuangan. Keterampilan psikomotorik juga diberikan sebagai modal dan
terus dapat dikembangkan secara informal di kalangan kelompok tani. Kini, pengrajin yang dulunya
belajar dari nol, sudah mahir dalam membuat beberapa bentuk kerajinan seperti alas duduk, karpet
anyaman, keranjang, dan lain-lain. Sebagian besar bentuk desain diperoleh dengan eksperimen dan
mengamati berbagai kerajinan yang sudah ada di pasar. Gambar 7. Proses pembuatan kerajinan
tangan dari benang pilin batang pisang di Desa Sidorejo. Tampak pengrajin pria dan wanita usia
produktif dan pra-lansia berkegiatan di rumah kepala desa. Produk-produk yang telah jadi dipajang di
sentra kerajinan sebagai wujud promosi. Setelah pendampingan dari tim dosen IPB selesai, tentunya
diharapkan pengelolaan produksi dan komersialisasi dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.
Pihak ketiga yaitu PT Interstisi Material Maju (PT IMM) telah disiapkan untuk dapat menampung dan
membantu penjualan produk-produk kerajinan. Kolaborasi dengan UMKM di desa lain untuk
memperluas kerjasama juga diperlukan (Kusna et al., 2021). Sejauh ini, beberapa produk telah terjual
dengan harga kisaran ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Harga Jual Produk Berbagai kerjasama juga
telah terjalin untuk dapat memperluas jangkauan pasar dari produk kerajinan Desa Sidorejo.
Kerajinan accessories building dari benang batang pisang telah dipromosikan dalam berbagai
kesempatan pameran produk biomaterial, forum UMKM, dan tentunya diperkenalkan ke Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro. Karena dampaknya yang berkesinambungan dengan SDG dan tujuan dari
pemerintah, Pemkab telah menyatakan siap untuk mendukung keberlanjutan program ini melalui
Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Diyakini produk kerajinan yang hijau dan zero-waste memiliki
pangsa pasar tersendiri, bahkan diminati sebagai produk ekspor. Kesimpulan Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil pengabdian ini adalah pengolahan batang pisang sederhana memberikan
dampak positif berupa pengetahuan dan sumber penghasilan baru dari limbah batang pisang. Batang
pisang basah diambil seratnya untuk dijadikan filamen benang bahan tekstil, dan batang pisang
kering dijadikan bahan kerajinan tangan yang memiliki nilai jual tinggi. Adanya dukungan pemerintah
daerah dan mitra distributor terus mendukung agar produk accessories building yang dihasilkan oleh
kelompok tani Desa Sidorejo makin berkembang dan dikenal secara luas. Saran Adapun saran yang
dapat disampaikan kepada masyarakat Desa Sidorejo yakni keberlanjutan kegiatan merupakan hal
yang harus diperhatikan, tentunya dengan bekerjasama dengan berbagai pihak penanam modal dan
pemerintah. Perlu juga dibentuk struktur usaha yang lebih terorganisir, misalkan dengan membentuk
BUMDes. Untuk terus memajukan usaha kerajinan tangan berbahan limbah batang pisang, perlu
dilakukan mekanisasi pada beberapa proses, sehingga dapat dilakukan proses produksi dengan lebih
cepat. Selain itu, perlu dilakukan perencaan yang baik untuk proses penyiapan bahan baku, misalnya
pendataan pemasok. Untuk BUMDes yang telah terbentuk, perlu dirancang model bisnis yang lebih
matang dengan mempertimbangkan keberlanjutan usaha kerajinan tangan yang telah dirintis.
Pelatihan lanjutan untuk mendukung komersialisasi juga perlu dilakukan, contohnya pelatihan
penggunaan digital marketplace untuk mencapai pasar yang lebih luas. Daftar Pustaka Al Hasanah, F.,
Annisa, G., Jannah, R., Yolanda, S. D., Warahmah, S., & Miza, N. A. (2022). Sosialisasi Pemanfaatan
Batang Pisang sebagai Keripik untuk Membangkitkan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Desa Kota
Pari, Kecamatan Patai Cermin, Kabupaten Seerdang Berdagai. MARTABE : Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 5(6), 2274–2284. https://doi.org/10.31604/jpm.v5i6.2274-2284 Ardianti, A. D., &
Khumaini, F. (2022). Pelatihan Pembuatan Kerajinan Limbah Pohon Pisang Sebagai Upaya
Peningkatan UMKM Masyarakat Desa Kedungrejo. Journal of Research Applications in Community
Service, 1(1), 1–6. https://doi.org/10.32665/jarcoms.v1i1.582 Badan Pusat Statistik. (2022).
Kecamatan Sukosewu Dalam Angka 2022. Bappenas. (n.d.). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Retrieved March 13, 2023, from https://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-1/ Dewi, I. A., Ihwah, A.,
Setyawan, H. Y., Kurniasari, A. A. N., & Ulfah, A. (2019). Optimasi Proses Delignifikasi Pelepah Pisang
untuk Bahan Baku Pembuatan Kertas Seni. SEBATIK, 23(2), 447–454.
https://jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik/article/view/797 Haris, A., Hermanto, Misdiyanto, &
Yoyok. (2020). Sosialisasi Dan Pelatihan Proses Pembuatan Serat Abaca Dari Pohon Pisang Abaca Di
Kabupaten Kepulauan Talaud Propinsi Sulawesi Utara. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(3), 440–446. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v4i3.4737 Hartoyo, Koswara, S.,
Sulassih, & Megawati, L. R. (2019). Peningkatan Nilai Tambah Usaha Olahan Keripik Pisang di Desa
Tenajar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Agrokreatif, 5(3). Irnianti, Tuhuteru, S., & Paling, S.
(2019). Pembuatan Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang pada Kelompok Tani Tunas Harapan Distrik
Walelagama, Jayawijaya, Papua. Agrokreatif, 5(3). Kusna, S. L., Anam, K., Minarti, S., Zuhriyah, A.,
Yogatama, H. B., & Baharsyah, M. B. (2021). Pelatihan Pengolahan Pelepah Pisang guna Peningkatan
Ketrampilan dan Ekonomi Masyarakat. Al-Umron: : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 1– 7.
https://doi.org/10.31849/dinamisia.v5i1.4364 Mavianti, & Nalar Rizky, R. (2019). Upaya Pemanfaatan
Bonggol Pisang dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga pada Ibu-ibu di Dusun 2 Desa Tanjung Anom.
Proseding Seminar Nasional Kewirausahaan, 1(1), 138–143. https://doi.org/10.30596/snk.v1i1.3591
Mulyanti, Salima, R., & Martunis, L. (2022). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dambupahsang (Daun
Bambu Pelepah Pisang) Di Desa Bineh Blang Kabupaten Aceh Besar. I-Com: Indonesian Community
Journal, 2(2), 106–112. https://doi.org/10.33379/icom.v2i2.1344 Rohmani, S., & Yugatama, A.
(2019). Pemberdayaan Masyarakat melalui Wirausaha Kerupuk Bonggol Pisang di Kabupaten
Sukoharjo. Agrokreatif, 5(2), 103–108. Rosariastuti, R., Sumani, & Herawati, A. (2018). Pemanfaatan
Batang Pisang untuk Aneka Produk Makanan Olahan di Kecamatan Jenawi, Karanganyar. PRIMA:
Journal of Community Empowering and Services, 21–29. Safa’atillah, N., Rokhmatillah, U., Rohmah,
H., & Anggraeni, M. (2022). Peningkatan Perekonomian Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur’an
(Study Kreativitas Kerajinan Pelepah Pisang Sebagai Upaya Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
Desa Trepan Babat Lamongan). J-MAS (Jurnal Manajemen Dan Sains), 7(1), 314.
https://doi.org/10.33087/jmas.v7i1.376 Sagajoka, E., Nona, R. V., Antonia, Y. N., & Gobhe, D. (2021).
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Borani Melalui Inovasi Pengolahan Keripik Batang Pisang
(BAPIS). Prima Abdika : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(4), 136–143.
https://doi.org/10.37478/abdika.v1i4.1257 Syarifuddin, H., & Hamzah. (2019). Prospek Pemanfaatan
Limbah Batang Pisang dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Masyarakat Ramah Lingkungan.
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3. Sya’roni, W., Mulyati, I. S., & Hidayat, M. N. F. (2021). PKM
Pengolahan Batang dan Pelepah Pohon Pisang untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa
Pakuniran, Kecamatan Pakuniran. GUYUB: Journal of Community Engagement, 2(3).
https://doi.org/10.33650/guyub.v2i3.3026

Anda mungkin juga menyukai