Anda di halaman 1dari 78

RAKORNIS

DIREKTORAT PERKAPALAN
DAN KEPELAUTAN

PERSIAPAN IMSAS
YOGYAKARTA, Agustus 2023

Capt. Yan Risuandi, M.SC


IMSAS
(IMO MEMBER STATE AUDIT SCHEME)

SKEMA AUDIT NEGARA ANGGOTA IMO


INTRODUKSI
SIAPA AKTOR DALAM MEMASTIKAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR
MARITIM INTERNASIONAL (international maritime standard)
• IMO mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan standar teknis
keselamatan, keamanan dan pencegahan polusi terkait transportasi di laut
• PEMERINTAH (member state) mempunyai tugas untuk menerapkan dan
menegakkan standar-standar ini;
• ORGANISASI YANG DIAKUI (recognized organization) mempunyai kewajiban
atas nama pemberi tugas dan melakukan pengujian
• PERUSAHAAN PELAYARAN bertanggung jawab untuk menerapkan standar
yang sama pada masing-masing kapanya; dan
• PERSONIL KAPAL mempunyai tugas melaksanakan berbagai ketentuan
yang berlaku terhadap kapal agar dapat tercipta keselamatan dan
pencegahan polusi.
• Banyak negara/pemerintah yang kesulitan atau tidak mampu mengaplikasikan
dan menegakan STANDAR MARITIM INTERNASIONAL (IMO convention, protocol,
code and resolution)
• Article 91 UNCLOS menyatakan harus nyata keterkaitan antara kapal dengan
negara benderanya dan Article 94 mempersyaratkan negara bendera untuk
melaksanakan yuridiksi dan control terhadap kapal kapalnya.
• Tahun 2001 IMO melaksanakan Self Assesment Form (SAF form)
• Tahun 2003 IMO Res A.946(23) , VIMSAS (2006) yang kemudian per tanggal
1 Januari 2016 dilanjutkan dengan IMSAS.
• Tahun 2013 Resolution A.1070(28) adopted IMO INSTRUMENTS
IMPLEMENTATION CODE (III CODE)
• Tahun 2013, Resolution A.1067(28) adopted FRAMEWORK AND PROCEDURES
FOR THE IMO MEMBER STATE AUDIT SCHEME
• Tahun 2013, Circulair Letter No. 3425 , Auditor’s Manual for IMSAS.
• SAFE, SECURE AND EFFICIENT SHIPPING ON CLEAN OCEANS maka
Pemerintah atau para Party wajib memberlakukan ketentuan
instrument internasional sepenuhnya (full and complete effect )
ketentuan-ketentuan instrumen internasional yang berlaku di mana ia
merupakan Pemerintah atau Party instrument dimaksud, yang
berkaitan dengan:
.1 safety of life at sea;
.2 prevention of pollution from ships;
.3 standards of training, certification and watchkeeping for seafarers;
.4 load lines;
.5 tonnage measurement of ships; and
.6 regulations for preventing collisions at sea.
• Indonesia dan anggota IMO lainnya (Party) wajib mewujudkan slogan
IMO tersebut.
RUJUKAN REGULASI IMO PERSIAPAN IMSAS
• IMO INSTRUMENTS IMPLEMENTATION CODE (III CODE) Res.A.1070(28)
➢ Common Areas
➢ Flag State obligations
➢ Coastal State obligations
➢ Port State obligations

• FRAMEWORK AND PROCEDURES FOR IMSAS (Res. A.1067(28)

• AUDITOR’ MANUAL FOR IMSAS (Circular Letter No. 3425 Tahun 2013)
FRAMEWORK FOR THE IMO MEMBER STATE AUDIT
1. Purpose
2. Application
3. Audit standard
4. Vision statement
5. Objective
6. Principles
7. Scope
8. Responsibilities
9. Technical co-operation
10. The audit process
PURPOSE (TUJUAN)

• Untuk menjelaskan tujuan, prinsip, ruang lingkup, tanggung


jawab dan pengembangan kapasitas perihal audit negara
anggota IMO, yang bersama-sama merupakan strategi untuk
audit scheme.
• Kerangka (framework) ini didukung oleh Prosedur dan IMO
Instruments Implementation Code ( III Code), 2007.
APPLICATION

• Berlaku untuk semua negara yang termasuk dalam


VIMSAS
AUDIT STANDARD
VISION STATEMENT (PERNYATAAN VISI)
Untuk mendorong penerapan secara konsistensi dan efektif
terhadap implementasi instrumen IMO yang berlaku dan
untuk membantu negara-negara anggota (member states)
untuk meningkatkan kemampuan mereka, serta berkontribusi
pada peningkatan keseluruhan negara anggota global dan
negara tertentu dalam memenuhi kinerja/ ketentuan
instrument yang mereka telah menjadi Party.
OBJECTIVE
• Tujuan dari audit ini adalah untuk menentukan sejauh mana negara-
negara anggota menerapkan dan menegakkan instrumen IMO yang
berlaku
• Untuk mencapai hal tersebut, sejumlah persoalan akan dicermati dan
dinilai;
➢Kepatuhan terhadap standar audit
➢Negara anggota telah menjadikan regulasi nasionalnya terhadap
instrument IMO yang berkaitan dengan maritime safety dan
pencegahan polusi yang mereka menjadi Party.
➢Tata administrasi dan penegakan hukum dan peraturan yang
berlaku di negara anggota;
➢Mekanisme dan kontrol yang ada terhadap pendelegasian
wewenang oleh negara anggota kepada recognized organization
(organisasi yang diakui) dan untuk tujuan mengimplementasikan
ketentuan/ persyaratan konvensi terkait yang berpengaruh dengan
keselamatan dan perlindungan lingkungan;

• Untuk menentukan sejauh mana negara-negara anggota


menerapkan dan menegakkan instrumen IMO yang berlaku.
• Untuk mencapai hal tersebut, audit akan mengamati dan menilai:
➢ Mekanisme kontrol, pemantauan dan umpan balik oleh negara
anggota terhadap proses survei dan sertifikasinya sebagaimana
yang berlaku, proses tersebut mendapatkan pengakuan/
endorsement kepada setiap RO (organisasi yang diakui); dan
➢ sejauh mana negara anggota melaksanakan kewajiban lainnya dan
tanggung jawab berdasarkan instrumen IMO yang berlaku.

• Mendorong peningkatan kapasitas dan penyediaan bantuan teknis


terkait;
• Memberikan umpan balik untuk membantu meningkatkan
kapasitasnya dalam menerapkan instrument yang berlaku.
Principles (Prinsip)
• Kedaulatan (Sovereignty ) dan universalitas
• Konsistensi, keadilan (fairness), objektivitas, dan ketepatan
waktu
• Transparansi dan keterbukaan
➢ Informasi disebarkan hanya jika negara anggota
menyetujuinya
• Kerjasama
• Perbaikan berkelanjutan
Scope (Cakupan)
• Umum
• IMO mandatory instruments
• Kewajiban dan tanggung jawab
➢ Hanya untuk instrumen-instrumen dimana negara
anggota menjadi salah satu Party
• Area yang akan dicakup oleh Skema
➢ Yurisdiksi
➢ Organisasi dan wewenang
➢ Perundang-undangan, aturan dan regulasi lainnya
➢ Pengumuman resmi IMO Mandatory Instrument, peraturan dan
ketentuan wajib lainnya.
➢ Pengaturan penegakan hukum
➢ Fungsi fungsi pengendalian, survei, inspeksi, audit, verifikasi,
persetujuan dan sertifikasi
➢ Seleksi, pengakuan, otorisasi, pemberdayaan dan pemantauan RO,
sesuai dengan yang diakui, dan surveyornya yang ditunjuk
➢ Investigasi perlu dilaporkan ke IMO; dan pemerintah negara lainnya
dan organisaasi terkait.
RESPONSIBILITIES
• Secretary-General (IMO)
• Member State
➢ Memfasilitasi sepenuhnya audit, sesuai dengan Memorandum
Kerja sama;
➢ Persetujuan Sekretaris Jenderal mengenai siapa yang akan
menjadi pemimpin tim audit dan jumlah anggota tim audit;
➢ Menindak lanjuti temuan tim audit dengan menyiapkan program
tindakan;
➢Sebelum audit mengesahkan penerbitan laporan ringkasan
eksekutif, rencana tindakan perbaikan dan komentar negara
anggota mengenai kemajuan implementasi rencana tindakan
perbaikan;
➢menerapkan program tindakan untuk mengatasi temuan yang
seharusnya tidak melebihi tiga tahun setelah selesainya audit;
dan
➢memberi tahu Sekretaris Jenderal ketika tindakan untuk
mengatasi temuan telah selesai.

• Audit Team Leader


Technical Cooperation
• Untuk mendapatkan manfaat penuh dari Skema:
➢ Pertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas
➢ Mengatasi kebutuhan sumber daya manusia dan keuangan
• Jika diperlukan, negara-negara anggota akan dibantu oleh IMO dalam hal
untuk:
➢ Mempersiapkan audit
➢ Mengatasi temuan audit
• Tindakan dapat mencakup
➢ Pelatihan
➢ Pertukaran program
➢ Penyediaan tenaga ahli
➢ Partisipasi sebagai pengamat dalam audit negara anggota lainnya
Audit memerlukan persiapan dan tindak lanjut – prosedurnya diberikan
pada Res. A.1067(28)
• Audit summary • Audit plan
report • Selection of
• Records and auditors
follow-up • Preparation of audit

• Opening meeting
• Interim report and • Interviews,
response document review
• Audit final report • Observations and
• Action plan / non-conformities
remedial work • Closing meeting
IMO INSTRUMENT
IMO Instrument (instrumen IMO) yang berlaku terkait dengan hal -hal
yang terkait di bawah ini harus dicakup dalam audit untuk tujuan
menentukan bagaimana kewajiban dan tanggung jawab berkenaan
keselamatan maritim dan perlindungan lingkungan dilaksanakan oleh
negara-negara anggota, dengan maksud untuk lebih meningkatkan
kinerja mereka:
.1 safety of life at sea;
.2 prevention of pollution from ships;
.3 standards of training, certification and watchkeeping for seafarers;
.4 load lines;
.5 tonnage measurement of ships; and
.6 regulations for preventing collisions at sea.
VERIFICATION OF COMPLIANCE
(PEMBUKTIAN KETAATAN/MEMENUHI)

AUDIT
IMO INSTRUMENT DITAMBAHKAN SEBAGAI DASAR
PELAKSANAAN
• Konvensi SOLAS 1974 diamendemen dengan IMO Res. MSC.366(93)
• Konvensi STCW 1978 diamendemen dengan IMO Res.MSC.373(93)
• Koda STCW diamendemen dengan IMO Res.MSC.374(93)
• Protocol LL 1988 diamendemen dengan IMO Res.MSC.375(93)
• Konvensi Colregs 1972 diamendemen dengan IMO Res.A.1085(28)
• Konvensi LL 1966 diamendemen dengan IMO Res.A.1083(28)
• Konvensi TONNAGE 1969 diamendemen dengan IMO Res.A.1084(28)
• Protocol MARPOL 1978 diamendemen dengan IMO Res.MEPC.246(66)
• Protocol MARPOL 1997 diamendemen dengan IMO Res.MEPC.247(66)
IMO INSTRUMENTS IMPLEMENTATION CODE
PART 1 – COMMON AREAS PART 2 – FLAG STATES
• Objective • Implementation
• Strategy • Delegation of authority
• General • Enforcement
• Scope • Flag State surveyors
• Initial actions • Flag State investigations
• Communication of informatio • Evaluation and review
• Records
• Improvement
IMO INSTRUMENTS IMPLEMENTATION CODE
PART 3 – COASTAL STATES PART 4 – PORT STATES
• Implementation • Implementation
• Enforcement • Enforcement
• Evaluation and review • Evaluation and review
0BJECTIVE THE III CODE
Tujuan Kode ini adalah untuk meningkatkan
keselamatan maritim global dan perlindungan
lingkungan maritim dan membantu negara-negara
dalam pelaksanaan instrumen-instrumen Organisasi/
IMO.
Apa itu “Strategi”?
• Strategi adalah mekanisme efektif bagi suatu negara untuk
mengevaluasi efektivitasnya dalam memenuhi kewajiban
internasionalnya berdasarkan konvensi IMO yang relevan.
• “Kebijakan” secara keseluruhan bukanlah suatu “mekanisme”
melainkan “pernyataan niat”
• Tanpa strategi:
– Peran dan tanggung jawab berbagai lembaga mungkin tidak jelas
– Dalam kasus tertentu, dapat mengakibatkan ketidak patuhan atau
penerapan instrumen yang tidak tepat waktu
Strategi” menurut Kode
• Agar suatu Negara dapat memenuhi tujuan Kode ini, diperlukan
sebuah strategi yang harus dikembangkan, mencakup isu-isu berikut:
– implementasi dan penegakan mandatory instrumen internasional
yang relevan
– kepatuhan terhadap rekomendasi internasional, jika diperlukan;
– peninjauan dan verifikasi berkelanjutan terhadap efektivitas negara
dalam memenuhi kewajiban internasionalnya
– pencapaian, pemeliharaan dan peningkatan secara keseluruhan
• Dalam menerapkan strategi yang disebutkan di atas, panduan yang
diberikan dalam Kode ini harus dipatuhi
Untuk memenuhi tujuan Kode ini, suatu negara direkomendasikan
untuk:
1 mengembangkan keseluruhan strategi untuk menjamin bahwa
kewajiban dan tanggung jawab internasionalnya sebagai negara
bendera, pelabuhan dan pantai terpenuhi;
2 Menetapkan metodologi untuk memantau dan menilai bahwa
strategi tersebut dipastikan terimplementasi dan penegakan
internasional instrumen mandatory (wajib) yang relevan secara
efektif; dan
3 Terus menerus meninjau strategi untuk mencapai, memelihara dan
meningkatkan kinerja dan kemampuan organisasi secara keseluruhan
sebagai negara bendera, pelabuhan dan pantai.
Karenanya negara harus mempertimbangkan dan mengaplikasikan kebijakan
(policy), undang-undang, dan peraturan terkaitnya, prosedur administrasi
untuk pelaksanaan dan penegakan kewajiban dan tanggung jawab tersebut:
.1 Yurisdiksi;
.2 organisasi dan otoritas;
.3 undang-undang, dan regulasi turunannya;
.4 pemberitahuan terkait kewajiban dan pengaturan instrumen internasional
yang berlaku;.
.5 pengaturan penegakan (enforcement);
.6 fungsi kontrol, survei, inspeksi, audit, verifikasi, persetujuan dan sertifikasi;
.7 seleksi, pengakuan, otorisasi, pemberdayaan dan pemantauan organisasi
yang diakui sebagaimana mestinya, dan surveyor yang dinominasikan;
.8 investigasi yang diperlukan untuk dilaporkan kepada Organisasi; dan
.9 melaporkan kepada Organisasi dan Pemerintah lainnya.
FLAG STATES (NEGARA BENDERA)
IMPLEMENTASI
Untuk melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban negara secara
efektif, negara-negara bendera harus:
1 Menerapkan kebijakan melalui penerbitan regulasi dan panduan
nasional, yang akan membantu dalam implementasi dan penegakan
persyaratan semua konvensi dan protokol keselamatan dan
pencegahan polusi di mana mereka menjadi Party; dan
2 Menetapkan tanggung jawab dalam Pemerintahan untuk
memperbarui dan merevisi kebijakan relevan yang diadopsi,
sebagaimana diperlukan.
Suatu Negara Bendera harus menetapkan sumber daya dan proses
yang mampu menyelenggarakan program keselamatan dan
perlindungan lingkungan, sekurang-kurangnya, harus terdiri dari hal-
hal berikut:
1. instruksi administratif untuk menerapkan aturan dan peraturan
internasional yang berlaku
2. kepatuhan terhadap persyaratan instrumen internasional yang
berlaku, menggunakan program audit dan inspeksi, independen
dari badan administratif yang menerbitkan sertifikat yang
diperlukan dan dokumentasi yang relevan dan / atau entitas apa
pun yang telah didelegasikan wewenang oleh negara untuk
menerbitkan sertifikat yang diperlukan dan dokumentasi yang
relevan;
3. Kepatuhan terhadap persyaratan yang terkait dengan standar internasional pelatihan,
sertifikasi dan dinas jaga pelaut. antara lain:
.1 Pelatihan, penilaian kompetensi dan sertifikasi pelaut;
.2 sertifikat dan pengesahan yang secara akurat mencerminkan kompetensi pelaut,
menggunakan terminologi yang sesuai serta istilah yang identik dengan yang
digunakan dalam dokumen safe manning yang dikeluarkan untuk kapal;
3 penyelidikan yang tidak memihak untuk diadakan dari setiap kegagalan yang
dilaporkan, baik dengan tindakan atau kelalaian yang dapat menimbulkan ancaman
langsung terhadap keselamatan jiwa atau properti di laut atau lingkungan laut, oleh
pemegang sertifikat atau dukungan yang dikeluarkan oleh negara;
4 pengaturan untuk penarikan, penangguhan atau pembatalan sertifikat atau dukungan
yang dikeluarkan oleh negara bila diperlukan dan bila perlu untuk mencegah
penipuan/palsu;
5 pengaturan administratif, termasuk yang melibatkan kegiatan pelatihan, penilaian dan
sertifikasi yang dilakukan di bawah lingkup negara lain, yang sedemikian rupa sehingga
negara bendera menerima tanggung jawabnya untuk memastikan kompetensi
nakhoda, perwira dan pelaut lainnya yang bertugas di kapal yang berhak mengibarkan
benderanya;
4 pelaksanaan penyelidikan terhadap korban dan penanganan kasus
yang memadai dan tepat waktu yang melibatkan kapal dibawah
standar yang teridentifikasi; dan
5 pengembangan, dokumentasi dan penyediaan panduan mengenai
persyaratan yang ditemukan dalam instrumen internasional yang
relevan yang memuaskan pemerintah.
Pendelegasian wewenang

Berkenaan hanya dengan kapal-kapal yang berhak mengibarkan


benderanya, suatu negara bendera yang memberi wewenang kepada
suatu organisasi yang diakui untuk bertindak atas namanya, dalam
melaksanakan survei-survei, inspeksi-inspeksi dan audit-audit,
penerbitan sertifikat-sertifikat dan dokumen-dokumen, penandaan
kapal-kapal dan pekerjaan-pekerjaan hukum lainnya yang diwajibkan
berdasarkan konvensi-konvensi Organisasi (IMO) atau berdasarkan
undang-undang nasionalnya, harus mengatur otorisasi(-otorisasi)
tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku dari instrumen-
instrumen internasional mandatory untuk:
1 menentukan bahwa organisasi yang diakui memiliki sumber daya
yang memadai dalam hal kemampuan teknis, manajerial dan
penelitian untuk menyelesaikan tugas yang ditugaskan, sesuai dengan
standar yang diperlukan untuk organisasi yang diakui yang bertindak
atas nama pemerintah yang ditetapkan dalam instrumen yang
relevan dari Organisasi;
2 memiliki dasar perjanjian tertulis formal antara pemerintah dan
organisasi yang diakui (RO), minimal, termasuk unsur-unsur yang
ditetapkan dalam instrumen yang relevan dari Organisasi, atau
pengaturan hukum yang setara, dan yang mungkin didasarkan pada
perjanjian model untuk otorisasi organisasi yang diakui yang
bertindak atas nama pemerintah;
3 mengeluarkan instruksi khusus yang merinci tindakan yang harus
diikuti jika sebuah kapal ditemukan tidak layak untuk berlayar ke laut
tanpa bahaya bagi kapal atau orang-orang di atas kapal, atau
ditemukan menimbulkan ancaman bahaya yang tidak masuk akal
terhadap lingkungan laut;
4 menentukan organisasi yang diakui (RO) dengan semua instrumen
hukum nasional yang tepat dan interpretasinya yang berlaku
terhadap ketentuan konvensi dan menentukan, hanya untuk aplikasi
ke kapal yang berhak mengibarkan benderanya, apakah ada standar
tambahan pemerintah melampaui persyaratan konvensi dalam hal
apa pun; dan
5 mensyaratkan bahwa organisasi yang diakui (RO) memiliki
catatan/record, yang akan memberikan data kepada pemerintah
untuk membantu dalam memenuhi persyaratan yang terkandung
dalam instrumen internasional yang berlaku.
6. Negara bendera yang mencalonkan surveyor untuk tujuan
melaksanakan survei, audit dan inspeksi atas namanya harus
mengatur nominasi tersebut, sebagaimana mestinya,
Penegakan (Enforcement)
Suatu Negara Bendera harus mengambil semua tindakan yang
diperlukan untuk menjamin ketaatan terhadap peraturan-peraturan
dan standar-standar internasional oleh kapal-kapal yang berhak
mengibarkan benderanya dan oleh badan-badan dan orang-orang di
bawah yurisdiksinya untuk menjamin kepatuhan terhadap kewajiban-
kewajiban internasionalnya. Langkah-langkah tersebut harus
mencakup, antara lain:
1 melarang kapal yang berhak mengibarkan benderanya berlayar
sampai kapal tersebut dapat laik laut sesuai dengan persyaratan
aturan dan standar internasional;
2 Pemeriksaan berkala terhadap kapal yang berhak mengibarkan
benderanya untuk memverifikasi bahwa kondisi aktual kapal dan
awaknya sesuai dengan sertifikat yang dibawanya (annual and
intermediate survey);
3 Surveyor untuk memastikan, selama pemeriksaan berkala
sebagaimana dimaksud dalam sub-ayat 2, bahwa pelaut yang
ditugaskan di kapal sudah terbiasa dengan:
.1 tugas khusus mereka; dan
.2 pengaturan, instalasi, peralatan dan prosedur kapal;
4 Memastikan bahwa awak kapal, secara keseluruhan, dapat secara
efektif mengkoordinasikan kegiatan dalam situasi darurat dan dalam
pelaksanaan fungsi penting untuk keselamatan atau pencegahan
polusi;
5 menyediakan, dalam undang-undang dan regulasi nasional, untuk
hukuman dengan berat yang memadai untuk mencegah pelanggaran
aturan dan standar internasional oleh kapal yang berhak
mengibarkan benderanya;
6 melembagakan proses, setelah penyelidikan dilakukan, terhadap
kapal yang berhak mengibarkan benderanya, yang telah melanggar
aturan dan standar internasional, terlepas dari suatu pelanggaran
yang telah terjadi;
7 menyediakan, dalam undang-undang dan peraturan nasional lainnya,
untuk hukuman dengan berat yang memadai untuk mencegah
pelanggaran aturan dan standar internasional oleh individu yang
dikeluarkan dengan penetapan atau keputusan di bawah
wewenangnya; dan
8 Melembagakan proses, setelah penyelidikan dilakukan, terhadap
individu yang memegang penetapan atau keputusan yang telah
melanggar aturan dan standar internasional, terlepas dari suatu
pelanggaran yang telah terjadi.
• Suatu Negara Bendera harus mengembangkan dan melaksanakan
suatu program pengendalian dan pemantauan, yang sesuai, untuk:
1 menyediakan investigasi korban yang cepat dan menyeluruh,
dengan pelaporan kepada Organisasi sebagaimana mestinya;
2 Menyediakan pengumpulan data statistik, sehingga analisis tren
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area masalah; dan
3 menyediakan tanggapan tepat waktu terhadap kekurangan dan
dugaan insiden pencemaran yang dilaporkan oleh pelabuhan atau
negara pantai.
Negara bendera harus:
1 Memastikan kepatuhan terhadap instrumen internasional yang
berlaku melalui perundang-undangan nasional;
2 menyediakan sejumlah personel yang memenuhi syarat untuk
menerapkan dan menegakkan perundang-undangan nasional
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas, termasuk personel
untuk melakukan investigasi dan survei;
3 menyediakan cukup jumlah personil negara bendera yang memenuhi
syarat untuk menyelidiki insiden di mana kapal yang berhak
mengibarkan benderanya telah ditahan oleh negara pelabuhan;
4 menyediakan cukup jumlah personil negara bendera yang memenuhi
syarat untuk menyelidiki insiden di mana validitas sertifikat atau
pengesahan atau kompetensi individu yang memegang sertifikat atau
dukungan yang dikeluarkan di bawah wewenangnya dipertanyakan
oleh negara pelabuhan; dan
.5 menjamin pelatihan dan pengawasan kegiatan surveyor dan
penyelidik negara bendera.
• Apabila suatu negara bendera diberitahu bahwa sebuah kapal yang
berhak mengibarkan benderanya telah ditahan oleh suatu negara
pelabuhan, negara bendera tersebut harus mengawasi bahwa
tindakan-tindakan perbaikan yang tepat telah dilakukan maka segera
memohon diijinkan berlayar kapal yang bersangkutan tersebut yang
telah memenuhi persyaratan/ketentuan instrumen-instrumen
internasional yang berlaku.

• Suatu negara bendera, atau suatu organisasi yang diakui (RO) yang
bertindak atas namanya, hanya boleh mengeluarkan atau
mengesahkan suatu sertifikat internasional kepada suatu kapal
setelah menentukan bahwa kapal tersebut memenuhi semua
persyaratan yang berlaku.
• Negara bendera hanya boleh mengeluarkan sertifikat kompetensi
atau pengesahan internasional kepada seseorang setelah ditentukan
bahwa orang tersebut memenuhi semua persyaratan yang berlaku.

Surveyors negara bendera


• Negara bendera harus mendefinisikan dan mendokumentasikan
tanggung jawab, wewenang dan keterkaitan semua personil yang
mengelola, melakukan dan memverifikasi pekerjaan yang berkaitan
dengan dan mempengaruhi keselamatan dan pencegahan polusi.

• Personil yang bertanggung jawab atas, atau melakukan survei,


inspeksi dan audit terhadap kapal dan perusahaan yang dicakup oleh
instrumen wajib internasional yang relevan harus memiliki sekurang-
kurangnya hal-hal berikut:
1 kualifikasi yang sesuai dari Lembaga di bawah Maritime
Administration (Perhubungan Laut) dan pengalaman berlayar di laut
yang relevan sebagai perwira kapal bersertifikat yang memegang atau
telah memegang sertifikat kompetensi tingkat manajemen yang valid
dan telah mempertahankan pengetahuan teknis mereka tentang
kapal dan operasinya sejak memperoleh sertifikat kompetensi
mereka; atau
2 gelar atau setara dari perguruan tinggi dalam bidang teknik atau sains
yang relevan yang diakui oleh negara bendera; atau
3 Akreditasi sebagai surveyor melalui program pelatihan formal yang
mengarah pada standar pengalaman dan kompetensi surveyor yang
sama seperti yang dipersyaratkan dalam point 1, 2 dan 3 di atas.
• Personel yang memenuhi syarat berdasarkan paragraf butir 1 di atas
harus bertugas untuk jangka waktu tidak kurang dari tiga tahun di laut
sebagai petugas di departemen dek atau mesin.

• Personil yang memenuhi syarat berdasarkan paragraf butir 2 di atas


harus bekerja dalam kapasitas yang relevan setidaknya selama tiga
tahun.

• Selain itu, personil tersebut harus memiliki pengetahuan praktis dan


teoritis yang tepat tentang kapal, operasi mereka dan ketentuan
instrumen nasional dan internasional yang relevan yang diperlukan
untuk untuk melaksanakan tugasnya sebagai surveyor negara
bendera yang diperoleh melalui program pelatihan yang
terdokumentasi.
• Personil lain yang membantu pelaksanaan pekerjaan tersebut harus
mendapat pendidikan, pelatihan dan pengawasan yang sepadan
dengan tugas yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

• Pengalaman sebelumnya yang relevan di bidang keahliannya


direkomendasikan untuk dianggap sebagai yang perlu
dipertimbangkan sebagai yang menguntungkan ; jika tidak ada
pengalaman sebelumnya, Pemerintah harus memberikan pelatihan
lapangan yang sesuai.

• Negara bendera harus menerapkan sistem terdokumentasi untuk


kualifikasi personel dan pemutakhiran pengetahuan mereka secara
terus-menerus sesuai dengan tugas yang diberi wewenang untuk
mereka lakukan.
• Tergantung pada fungsi yang dijalankan, kualifikasinya harus mencakup:
.1 pengetahuan tentang peraturan dan ketentuan yang berlaku,
internasional dan nasional, untuk kapal, perusahaannya, awak
kapalnya, muatannya dan pengoperasiannya;
.2 pengetahuan tentang prosedur yang akan diterapkan dalam fungsi
survei, sertifikasi, pengendalian, investigasi dan pengawasan;
.3 Pemahaman mengenai maksud dan tujuan instrumen-instrumen
internasional dan nasional yang berhubungan dengan keselamatan
maritim dan perlindungan lingkungan laut, serta program-program
terkait;
.4 pemahaman tentang proses-proses baik di kapal maupun di darat,
internal maupun eksternal;
.5 kepemilikan kompetensi profesional yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang diberikan secara efektif dan efisien;
.6 kesadaran penuh akan keselamatan dalam segala keadaan, juga
demi keselamatan diri sendiri; Dan

.7 pelatihan atau pengalaman dalam berbagai tugas yang harus


dilakukan dan lebih disukai juga dalam fungsi yang akan dinilai.

• Negara bendera harus menerbitkan dokumen identifikasi untuk


dibawa oleh surveyor ketika melaksanakan tugasnya
Investigasi Negara Bendera
• Investigasi keselamatan laut harus dilakukan oleh penyelidik yang
tidak memihak dan obyektif, yang memiliki kualifikasi dan
pengetahuan yang sesuai dalam hal-hal yang berkaitan dengan
korban. Tunduk pada perjanjian apa pun mengenai negara atau
beberapa negara yang akan menjadi negara yang melakukan
investigasi keselamatan di laut, negara bendera harus menyediakan
penyelidik yang memenuhi syarat untuk tujuan ini, terlepas dari lokasi
korban atau insiden.
• Negara bendera direkomendasikan untuk memastikan bahwa
masing-masing penyelidik mempunyai pengetahuan dan pengalaman
praktis dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan tugas normal
mereka. Selain itu, untuk membantu penyelidik individu dalam
melaksanakan tugas di luar tugas normalnya, negara bendera
direkomendasikan untuk memastikan akses terhadap keahlian di
bidang-bidang berikut, jika diperlukan:
.1 Navigasi dan Peraturan Pencegahan Tubrukan;
.2 Peraturan negara mengenai sertifikat kompetensi;
.3 penyebab pencemaran laut;
.4 teknik wawancara;
.5 pengumpulan bukti; Dan
.6 evaluasi dampak unsur manusia.
• Direkomendasikan bahwa setiap kecelakaan yang melibatkan cedera
diri yang mengharuskan absen dari tugas selama tiga hari atau lebih
dan setiap kematian akibat kecelakaan kerja dan korban jiwa pada
kapal-kapal negara bendera harus diselidiki, dan hasil investigasi
tersebut diumumkan kepada publik.

• Korban kapal harus diselidiki dan dilaporkan sesuai dengan instrumen


internasional yang relevan, dengan mempertimbangkan Kode
Investigasi Korban, sebagaimana dapat diubah, dan pedoman yang
dikembangkan oleh Organisasi. Laporan investigasi harus diteruskan
ke Organisasi bersama dengan observasi negara bendera, sesuai
dengan pedoman yang disebutkan di atas.
Evaluasi dan peninjauan
• Suatu negara bendera harus, secara berkala, mengevaluasi kinerjanya
sehubungan dengan pelaksanaan proses administratif, prosedur dan
sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi kewajibannya
sebagaimana disyaratkan oleh instrumen internasional dimana negara
tersebut menjadi salah satu Party.
• Langkah-langkah untuk mengevaluasi kinerja negara bendera harus
mencakup, antara lain, tingkat penahanan yang dikendalikan oleh
negara pelabuhan, hasil inspeksi negara bendera, statistik korban,
proses komunikasi dan informasi, statistik kerugian tahunan (tidak
termasuk kerugian total konstruktif (CTL)) dan indikator kinerja
lainnya sesuai kebutuhan, untuk menentukan apakah staf, sumber
daya dan prosedur administratif memadai untuk memenuhi
kewajiban negara benderanya.
• Hal-hal yang direkomendasikan untuk ditinjau secara rutin dapat
mencakup, antara lain:
.1 rasio kerugian dan kecelakaan armada untuk mengidentifikasi
tren selama periode waktu tertentu;
.2 jumlah kasus penahanan kapal yang terverifikasi sehubungan
dengan ukuran armada;
.3 jumlah kasus ketidak mampuan atau kesalahan yang terverifikasi
yang dilakukan oleh individu yang memegang sertifikat atau
dukungan yang diterbitkan di bawah otoritas negara bendera;
.4 tanggapan terhadap laporan atau intervensi kekurangan negara
Pelabuhan;
.5 investigasi terhadap korban jiwa yang sangat serius dan serius
serta pembelajaran dari korban tersebut;
.6 sumber daya teknis dan sumber daya lainnya yang dialokasikan;
.7 hasil pemeriksaan, survei dan pengendalian kapal-kapal dalam
armada;
.8 investigasi kecelakaan kerja;
.9 jumlah insiden dan pelanggaran yang terjadi berdasarkan
peraturan pencegahan pencemaran laut internasional yang
berlaku; dan
.10 jumlah pembekuan atau pencabutan sertifikat, pengesahan,
persetujuan, atau sejenisnya.
COASTAL STATES (NEGARA PANTAI)
Penerapan
• Negara pantai mempunyai hak dan kewajiban tertentu berdasarkan
berbagai instrumen internasional. Ketika melaksanakan hak-haknya
berdasarkan instrumen-instrumen tersebut, negara pantai mempunyai
kewajiban tambahan.
• Agar dapat memenuhi kewajibannya secara efektif, suatu negara pantai
harus:
.1 menerapkan kebijakan melalui penerbitan perundang-undangan dan
panduan nasional, yang akan membantu penerapan dan penegakan
persyaratan semua konvensi dan protokol keselamatan dan
pencegahan polusi yang menjadi salah satu pihak; dan
.2 menetapkan tanggung jawab untuk memperbarui dan merevisi
kebijakan relevan yang diadopsi, jika diperlukan.
• Suatu Negara pantai harus menjamin bahwa peraturan perundang-
undangan, pedoman dan prosedurnya ditetapkan untuk pelaksanaan dan
verifikasi yang konsisten atas hak, kewajiban dan tanggung jawabnya yang
tercantum dalam instrumen internasional terkait dimana negara tersebut
menjadi salah satu pihak.
• Hak, kewajiban dan tanggung jawab tersebut dapat mencakup, antara lain:
.1 dinas komunikasi radio;
.2 pelayanan dan peringatan meteorologi;
.3 pelayanan pencarian dan pertolongan;
.4 jasa hidrografi;
,5 rute kapal;
.6 sistem pelaporan kapal;
.7 pelayanan lalu lintas kapal; Dan
.8 alat bantu navigasi.
Pelaksanaan
• Negara-negara pantai harus mengambil semua tindakan yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan mereka terhadap aturan-
aturan internasional ketika melaksanakan hak-hak mereka dan
memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
• Suatu Negara pantai harus mempertimbangkan, mengembangkan
dan melaksanakan program pengendalian dan pemantauan, jika
diperlukan, untuk:
.1 menyediakan alokasi data statistik sehingga analisis tren dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi bidang-bidang permasalahan;
.2 menetapkan mekanisme untuk memberikan tanggapan yang
tepat waktu terhadap kejadian pencemaran di perairannya; Dan
.3 bekerja sama dengan negara Bendera dan/atau negara
Pelabuhan, jika diperlukan, dalam penyelidikan korban di laut.
Evaluasi dan peninjauan

• Suatu negara pantai harus secara berkala mengevaluasi kinerjanya


dalam rangka melaksanakan hak-haknya dan memenuhi kewajiban-
kewajibannya berdasarkan instrumen-instrumen internasional yang
berlaku.
PORT STATES (NEGARA PELABUHAN)
Penerapan
• Negara Pelabuhan mempunyai hak dan kewajiban tertentu
berdasarkan berbagai instrumen internasional. Ketika melaksanakan
haknya berdasarkan instrumen tersebut, negara Pelabuhan
mempunyai kewajiban tambahan.
• Negara Pelabuhan dapat memainkan peran integral dalam
pencapaian keselamatan maritim dan perlindungan lingkungan,
termasuk pencegahan polusi. Peran dan tanggung jawab negara
pelabuhan dalam kaitannya dengan keselamatan maritim dan
perlindungan lingkungan hidup diperoleh dari kombinasi perjanjian
internasional, konvensi dan perundang-undangan nasional serta,
dalam beberapa kasus, perjanjian bilateral dan multilateral.
• Agar dapat memenuhi kewajibannya secara efektif, negara pelabuhan
harus:
➢ 1. Menerapkan kebijakan melalui penerbitan perundang-
undangan dan panduan nasional, yang akan membantu
penerapan dan penegakan persyaratan semua konvensi dan
protokol keselamatan dan pencegahan polusi yang menjadi salah
satu pihak; dan
➢ 2. Menetapkan tanggung jawab untuk memperbarui dan merevisi
kebijakan relevan yang diadopsi, jika diperlukan.
• Negara pelabuhan harus memastikan bahwa perundang-undangan,
pedoman dan prosedurnya ditetapkan untuk implementasi dan
verifikasi yang konsisten atas hak, kewajiban dan tanggung jawabnya
yang tercantum dalam instrumen internasional terkait dimana negara
tersebut menjadi salah satu pihak.
• Hak, kewajiban dan tanggung jawab tersebut dapat mencakup,
antara lain:
.1 penyediaan fasilitas penerimaan yang sesuai atau kemampuan
untuk menerima semua aliran limbah yang diatur berdasarkan
instrumen Organisasi (IMO);
.2 pelabuhan Kontrol negara; dan
.3 memelihara daftar pemasok bahan bakar minyak.
Pelaksanaan
• Negara Pelabuhan harus mengambil semua langkah yang diperlukan
untuk memastikan kepatuhan mereka terhadap peraturan
internasional ketika melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
mereka.
• Beberapa instrumen maritim internasional mengenai keselamatan
dan pencegahan polusi maritim memuat ketentuan khusus yang
mengizinkan kendali negara pelabuhan.
• Selain itu, sejumlah instrumen tersebut mewajibkan Negara
Pelabuhan untuk memperlakukan mereka yang bukan pihak dalam
konvensi tersebut dengan tidak lebih baik dibandingkan mereka yang
menjadi pihak. Hal ini berarti bahwa negara pelabuhan harus
menerapkan ketentuan-ketentuan dalam instrumen-instrumen
tersebut kepada para Party maupun non-Pihak.
• Ketika melaksanakan haknya untuk melaksanakan pengawasan
Negara pelabuhan, negara pelabuhan harus menetapkan proses
untuk mengelola program pengawasan negara pelabuhan sesuai
dengan resolusi relevan yang diadopsi oleh Organisasi (IMO).

• Pengawasan negara pelabuhan harus dilakukan hanya oleh petugas


pengawasan negara pelabuhan yang berwenang dan berkualifikasi
sesuai dengan prosedur relevan yang diadopsi oleh Organisasi (IMO).
• Petugas pengawasan negara pelabuhan dan orang-orang yang
membantu mereka harus bebas dari segala tekanan komersial,
keuangan, dan tekanan lainnya dan tidak mempunyai kepentingan
komersial, baik di pelabuhan inspeksi atau di kapal yang diperiksa, di
fasilitas perbaikan kapal atau di layanan pendukung apa pun di
pelabuhan. pelabuhan atau di tempat lain, petugas pengawasan
negara pelabuhan juga tidak boleh dipekerjakan oleh atau melakukan
pekerjaan atas nama suatu organisasi atau lembaga klasifikasi yang
diakui. Prosedur lebih lanjut harus diterapkan untuk memastikan
bahwa orang atau suatu organisasi di luar negara pelabuhan tidak
dapat mempengaruhi hasil inspeksi dan pengendalian negara
pelabuhan yang dilakukan.
Evaluasi dan peninjauan
• Negara pelabuhan harus mengevaluasi kinerjanya secara berkala
dalam rangka melaksanakan haknya dan memenuhi kewajibannya
berdasarkan instrumen Organisasi (IMO) yang berlaku.
PELAKSANAAN AUDIT

• Member State as a Party bertanggung jawab untuk memfasilitasi


dilaksanakannya audit dan tindak lanjut setiap temuan (findings)
sesuai guidelines Res.A.1067(28) – FRAMEWORK AND PROCEDURES
FOR IMSAS
FRAMEWORK FOR THE IMO MEMBER STATE
AUDIT
AUDIT STANDARD
The audit standard is the IMO Instruments Implementation Code
(III Code).

OBJECTIVE /TUJUAN AUDIT


Tujuan dari audit ini adalah untuk menentukan sejauh mana Negara-
negara Anggota menerapkan dan menegakkan instrumen IMO yang
berlaku. Untuk mencapai hal ini, audit akan mengamati dan menilai:
Untuk mencapai OBJECTIVE, audit akan mengamati dan menilai:
.1 kepatuhan terhadap standar audit;
.2 bahwa negara anggota telah memberlakukan peraturan perundang-
undangan, jika diperlukan, untuk instrumen-instrumen IMO yang
berlaku terkait dengan keselamatan maritim dan pencegahan
pencemaran dimana negara anggota tersebut merupakan salah satu
Paetynya;
.3 tata administrasi dan penegakan hukum dan peraturan yang berlaku
di negara anggota;
.4 mekanisme dan pengendalian yang berlaku, yang dengannya suatu
negara anggota dapat mendelegasikan wewenangnya kepada
organisasi yang diakui (RO) dan untuk tujuan penerapan persyaratan
konvensi yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan
lingkungan hidup;
.5 Mekanisme pengendalian, pemantauan dan umpan balik yang
dimiliki negara anggota sehubungan dengan proses survei dan
sertifikasinya sendiri dan, sebagaimana yang berlaku, terhadap suatu
organisasi(-organisasi) yang diakuinya; Dan
.6 sejauh mana negara anggota melepaskan kewajiban dan tanggung
jawab lainnya berdasarkan instrumen IMO yang berlaku.
Selain itu, audit akan:
.1 mendorong peningkatan kapasitas dan penyediaan bantuan teknis terkait
dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang akan memperoleh manfaat
dari pengembangan lebih lanjut sejauh mana bantuan teknis dapat
membantu negara anggota dalam melaksanakan tanggung jawabnya;
.2 memberikan umpan balik kepada negara anggota yang diaudit untuk
membantu meningkatkan kapasitasnya dalam menerapkan instrumen
yang berlaku;
.3 memberikan umpan balik kepada semua negara anggota mengenai
pembelajaran umum dari audit negara anggota, sehingga manfaatnya
dapat dibagikan secara luas, sambil menjaga anonimitas negara anggota
yang diaudit; dan
.4 secara sistematis memberikan umpan balik atas pembelajaran yang
didapat dari audit, jika diperlukan, untuk pertimbangan lebih lanjut oleh
Organisasi mengenai efektivitas dan kesesuaian peraturan perundang-
undangannya.
Area yang akan dicakup oleh audit

• Audit tersebut akan mencakup implementasi dan penegakan


instrumen IMO yang berlaku dalam perundang-undangan negara
anggota;
• Efektivitas mekanisme pengendalian dan pemantauannya;
• Efektivitas dalam mengumumkan peraturan dan regulasi IMO;
• Tindakan penegakan hukum yang melanggar peraturan perundang-
undangan; dan
• Kewajiban serta tanggung jawab lainnya berdasarkan instrumen yang
berlaku.
Sehubungan dengan penerapan dan penegakan instrumen IMO, bidang
administratif, hukum dan teknis yang harus memberikan ruang lingkup
minimum untuk audit adalah:
.1 yurisdiksi;
.2 organisasi dan kewenangan;
.3 peraturan perundang-undangan, peraturan dan ketentuan;
.4 pemberlakuan instrumen, peraturan dan ketentuan IMO;
.5 pengaturan penegakan hukum;
.6 fungsi pengendalian, survei, inspeksi, audit, verifikasi, persetujuan dan
sertifikasi;
.7 seleksi, pengakuan, otorisasi, pemberdayaan dan pemantauan organisasi-
organisasi yang diakui, jika diperlukan, dan surveyor yang dicalonkan;
.8 investigasi yang perlu dilaporkan kepada Organisasi; Dan
.9 melaporkan kepada Organisasi dan Administrasi lainnya.
Negara Anggota bertanggung jawab untuk:

.1 memfasilitasi audit secara penuh, sesuai dengan Nota Kerja Sama;


.2 menyetujui Sekretaris Jenderal mengenai siapa yang akan menjadi ketua
tim audit dan mengenai jumlah anggota tim audit;
.3 menanggapi temuan tim audit dengan menyiapkan program tindakan;
.4 mengizinkan dikeluarkannya laporan ringkasan eksekutif, rencana tindakan
perbaikan dan komentar negara anggota mengenai kemajuan pelaksanaan
rencana tindakan perbaikan, sebelum audit;
.5 melaksanakan program tindakan untuk mengatasi temuan-temuan
tersebut, yang tidak boleh melebihi tiga tahun setelah selesainya audit;
Dan
.6 memberi tahu Sekretaris Jenderal ketika tindakan untuk mengatasi
temuan telah selesai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai