Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL ISO, ILO, DAN IMO DALAM INDUSTRI

PERKAPALAN

DOSEN PENGAJAR:
Dr. Ir. A. Basuki Widodo, M.Sc.

DISUSUN OLEH:
Devin Wijaya (20180210004)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kami panjatkan puji dan syukur
kehadirat-Nya, yang telah memberikan rahmat, hikmat, dan kebijaksanaan pengetahuan-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengenal ISO,
ILO, dan IMO dalam Industri Perkapalan” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Maksud disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui secara umum organisasi dan
regulasi dari ISO, ILO, dan IMO khususnya dalam bidang perkapalan. Dalam
makalah ini juga secara garis besar berisikan tentang pengertian dan sejarah singkat dari
organisasi tersebut serta contoh regulasi dan konvensi yang telah dikeluarkan ketiga organisasi
tersebut.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam proses pembuatan makalah ini.

Disamping itu, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini, baik dari segi susunan, tata bahasa, maupun isinya. Oleh karena itu kami dengan
senang hati menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Terima Kasih.

Surabaya, November 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
A. International Standarization Organization (ISO) .......................................................... 5
B. International Labour Organization (ILO) ..................................................................... 6
C. International Maritime Organization (IMO) ................................................................. 7
BAB III: PENUTUP ............................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Statutory dalam dunia perkapalan adalah undang-undang atau peraturan-
peraturan yang ada untuk mengatur segala kegiatan pelayaran agar sesuai dengan
standart. Peraturan-peraturan dalam dunia industry maritime tidak berasal dari satu
Lembaga atau organisasi, melainkan berasal dari berbagai organisasi yang berbeda-
beda dan konvensi-konvensi dengan topik bahasan yang berbeda-beda juga. Konvensi
adalah pertemuan yang membahas suatu topik atau permasalahan guna mencapai
pemufakatan atau kesepakatan.
Tujuan dari peraturan-peraturan dan regulasi ini adalah untuk menjaga agar
suatu pekerjaan atau produk tetap sesuai standart dan juga untuk mengatur keselamatan
kerja. Regulasi menjadi sangat penting dalam setiap bidang industry, begitu juga dalam
industry perkapalan. Dalam industry perkapalan tidak terlepas dari Namanya aturan-
aturan dan regulasi yang ada.
Pada makalah ini akan membahas ISO, ILO, dan IMO. Ketiga organisasi
tersebut memiliki pokok bahasan regulasi masing-masing yang juga berlaku pada
industry perkapalan. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami seperti apa
organisasi dan regulasi daripada ketiga badan tersebut.

B. TUJUAN
Berdasarkan Latar belakang sebelumnya, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui ISO secara umum dalam bidang perkapalan
2. Mengetahui ILO secara umum dalam bidang perkapalan
3. Mengetahui IMO secara umum dalam bidang perkapalan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. International Standarization Organization (ISO)


International Standarization Organization (ISO) adalah organisasi internasional
yang independent tidak terikat pemerintahan yang terdiri dari 165 negara. ISO
menetapkan standart-standart untuk produk atau pekerjaan. Saat ini ISO sudah meng-
cover hampir seluruh aspek teknologi dan manufaktur. Sekitar 23.487 aspek teknologi
dan manufaktur diatur dengan suatu standart.
ISO didirikan pada tahun 1946 di London, Inggris. Pada tahun 1951, ISO
Menerbitkan standart mereka yang pertama dengan nama ISO 1:2002 Geometrical
Product Specification (GPS) – Standard Reference Temperature for Geometrical
Product Spesification (Edisi sekarang).
Berikut beberapa contoh regulasi dna protocol yang dikeluarkan ISO yang mengatur
bidang kemaritiman:
• IEC 62065:2002 Maritime Navigation and Radiocommunication Equipment and
Systems - Track Control Systems - Operational and Performance Requirements,
Methods of Testing and Required Test Result.
• ISO/WD 24440 Ships and Marine Technology - Maritime Education and Training
- LNG Crew Training.
• ISO 15738:2019 Ships and Marine Technology-Maritime Safety - Gas Inflation
Systems for Inflatable Life-Saving Appliances.
• ISO 15583:2005 Ships and Marine Technology – Maritime Standards List.
• ISO 20858:2007 Ships and Marine Technology – Maritime Port Facility Security
Assesments and Security Plan Development.
• ISO/Pas 24438:2020 Ships and Maritime Technology – Maritime Education and
Training – Maritime Career Guidance.
• ISO 5334:1978 Solid Wood Parquet – Classification for Maritime Pine Strips.
• ISO/PAS 20858:2004 Ships and Maritime Technology – Maritime Port Facility
Security Assesments and Security Plan Development.
• ISO 28007-1:2015 Ships and Maritime Technology – Guidelines for Provate
Maritime Security Companies (PMSC) Providing Privately Contracted Armed
Security Personnel (PCASP) on Board Ships (And Pro Forma Contract) – Part 1:
General.
• ISO/AWI 23860 Ships and Marine Technology – Terminology Related to
Automation of Maritime Autonomous Surface Ships (MASS).
• ISO/PAS 28007:2012 Ships and Maritime Technology – Guidelines for Orivate
Maritime Security Companies (PMSC) Providing Privately Contracted Armed
Security Personnel (PCASP) on Board Ships (and Pro Forma Contract)
• ISO/PAS 22853:2005 Ships and Marine Technology – Computer Applications –
Specification of Maritime Safety Markup Language (MSML)

5
• ISO/PAS 16917:2002 Ships and Marine Technology – Data Transfer Standards for
Maritime, Intermodal Tranportation and Secuirty.
• ISO/Pas 28005-1:2012 Ships and Maritime Technology – Electornic Port
Clearances (EPC) - Part 1: Messasge Structure – Impelementation of Maritime
Single Window System.
• ISO 19018:2020 Ships and Maritime Technology – Terms, Abbreviations,
Graphical Symbols and Concepts on Navigations.
• ISO 799-1:2019 Ships and Maritime Technology – Pilot Ladders – Part 1: Design
and Specification.
• ISO 19018:2004 Ships and Maritime Technology – Terms, Abbreviations,
Graphical Symbols and Concepts on Navigation.
• ISO 799:2004 Ships and Marine Technology – Pilot Ladders.
• ISO 21745:2019 Electronic Record Book for Ships – Technical Specifications and
Operational Requirement.
• ISO 23269-4:2010 Ships and Marine Technology – Breathing Apparatus for Ships
– Part 4: Self-Contained Breathing Apparatus for Emergency Escape Required by
the IMO IBC and IGC Codes.
• Dan lain-lain
B. International Labour Organization (ILO)
International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Internasional
merupakan sebuah wadah yang menampung isu buruh internasional dibawah PBB. ILO
didirikan pada tahun 1919 bertepatan dengan perjanjian Versailles yang mengakhiri
perang dunia pertama. Tidak sedikit konvensi dan protocol yang dikeluarkan oleh ILO
berkaitan dengan pekerja.
Salah satu focus ILO adalah pekerj a anak atau pekerja dibawah umur. ILO
mengeluarkan konvensi no. 138 dan konvensi no. 182. Konvensi ILO No. 138 berisi
kewaiban untuk menghapus praktik mempekerjakan anak dan meningkatkan usia
minimum untuk diperbolekan bekerja. Sedangkan KOnvensi ILO No. 182 berisi
bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Kedua konvensi ILO ini sudah
diratifikasi oleh Indonesia untuk mengurangi angka eksploitasi anak.
Dari hasil pencarian pada website resmi ILO, terdapat 3.286 konvensi atau
protocol atau regulasi yang dikeluarkan ILO mengenai tenaga kerja dibidang Industri
maritime. Berikut beberapa contohnya:
• Handbook: Guidance on Implementing the Maritime Labour Convention, 2006 -
Model National Provision.
• Handbook: Guidance on Implementing the Maritime Labour Convention, 2006 and
Social Security for…
• Guidelines for Flag State Inspections Under the Maritime Labour Convention,
2006.
• The Maritime Labour Convention, 2006 – A Legal Primer to an Emerging
International Regime.
• Guidelines for Port State Control Offices Carrying out Inspections under the
Maritime Labour.
• Standing Orders of the Special Tripartite Commite Established for the Maritime
Labour Convention.

6
• Maritime Labour Convention, 2006, as Amended.
• Maritime Labour Convention, 2006.
• Maritime Labour Convention 2006: Action Plan 2006-2011.
• Labour Standards: Frequently Asked Questions (FAQ) about the Maritime Labour
Convention, 2006.
• Report from the Maritime Labour Convention, 2006.
• France Ratifies the Maritime Labour Convention, 2006.
• Making an Impact, International Progress on Implementing the Maritime Labour
Convention.
• Paris MoU – Report of the 2016 Concentrated Inspection Campaign (CIC) on
Maritime Labour.
• Background Paper on the Preparation of Proposals for Amendments to the Code of
the Maritime.
• Summary of Observations and Suggestions on the Proposals for Amendments to
the Code of the Maritime.
• The Maritime Labour Academy.
• Maritime Labour Convention: Honduras Ratifies the Maritime Labour Convention,
2006.
• Maritime Labor Convention: Exponential Movement to Achieve Widespread
Ratification and Effective.
• Labour Standards: Basic Facts on the Maritime Labour Convention, 2006.
• Maritime Labour Convention: The Republic of Congo Ratifies the Maritime
Labour Convnetion, 2006.
• Maritime Labour Convnetion: Thailand Ratifies the ILO Maritime Labour
Convention, 2006.
• Maritime Labour Convention, 2006, as Amended: Indonesia Ratifies the Maritime
Labour.
• Finland Ratifies the Maritime Labour Convention, 2006.
• Pacific Regional Tripartite Workshop Considered ILO Maritime Labour
Convention.
• Covid-19 and Maritime Labour Issues: Useful Links.

C. International Maritime Organization (IMO)


Merupakan organisasi khusus yang didirikan melalui PBB untuk
mengkoordinasi keselamatan maritime internasional dan pelaksanaannya. IMO
bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pengiriman dan pencegahan polusi
laut dan udara oleh kapal. Karena IMO merupakan organisasi dibawah naungan PBB,
pekerjaan IMO mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan PBB. Organisasi ini
juga yang mengadakan konvensi-konvensi untuk membahas suatu permasalahan yang
berkaitan dengan kemaritiman.
IMO didirikan pada tahun 1948 dalam konverensi internasional yang diadakan
PBB di Geneva. Pada awalnya organisasi ini memiliki nama Intergovernmental
Maritime Consultative Organization (IMCO) kemudian pada tahun 1982 berubah nama
menjadi International Maritime Organization (IMO). Saat ini ada 174 negara yang

7
terdaftar dalam keanggotaan IMO. IMO sendiri sudah mengeluarkan 50 regulasi dalam
bidang kemaritiman yang berupa konvensi dan protocol.
Berikut apa saja yang menjadi pekerjaan organisasi IMO saat ini dilansir dari
website resmi IMO:
• Maritime Safety = IMO bekerja dalam mengembangkan regulasi-regulasi
internasional tentang keselamatan dan rekomendasi pengiriman.
• Maritime Security = Keamanan maritime merupakan tanggung jawab IMO sejak 1
Juli 2004.
• Maritime Environment = IMO mengembangkan regulasi internasional yang
mencegah pencemaran laut akibat kapal.
• Legal Affairs = Informasi tentang kewajiban dan kompensasi rezim yang
dikembangkan oleh IMO dan masalah yang ditangani oleh komite hukum IMO.
• Human Side = Fokus pada manusia atau tenaga kerja yang terlibat dalam setiap
aspek keselamatan dan pencegahan polusi maritime, mulai dari pelaut, operator
kapal, sampai dengan kantor control dermaga.
• Facilitation = Informasi yang berhubungan dengan pekerjaan IMO pada hubungan
antar kapal-dermaga. Termasuk standarisasi dan harmonisasi dari prosedur-
prosedur sebagaimana isu keamanan.
• Technical Cooperation = Merupakan program Kerjasama teknis IMO yang
didesain untuk membantu pemerintahan yang kurang dalam pengetahuan teknis
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan industry maritime.
• Partnership and Project
• Member State Audit Scheme = Implementasi instrument perjanjian IMO pada
negara-negara yang menjadi bagian dari instrument tersebut. Negara-negara yang
menjadi anggota audit bertujuan untuk menentukan sejauh mana efek terhadap
kewajiban yang terkandung dalam instrument IMO.
• Implementation of IMO Instruments Support
• Converences = Divisi konverensi bertanggung jawab untuk koordinasi dan
pelayanan seluruh pertemuan IMO dengan 6 bahasa yang di gunakan pada IMO
(Arab, Cina, Inggris, Prancis, Rusia, dan Spanyol)
• External Relations = External Relations Office (ERO) merupakan titik kontak IMO
pada negara-negara, organisasi-organisasi, dan perserikatan bangsa.
• Reducing Administrative Burden
• Circulars
• Communication and Outreach = Fasilitas Informasi public yang dimiliki IMO.

IMO sendiri telah mengadakan konvensi-konvensi yang menghasilkan regulasi dalam


bidang kemaritiman. Berikut konvensi yang telah diadakan IMO:
• International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS, 1974, as amended)
• International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, as
modified by the Protocol of 1978 relating thereto and by the protocol of 1997
(MARPOL)
• International Convention on Standards of Training, Certification and
Watchkeeping of Seafarers (STCW) as amended, including 1995 and 2010 Manila
Amendments.

8
• Conventions on the International Regulations for Preventing Collisions at Sea
(COLREG), 1972.
• Convention on Facilitation of International Maritime Traffic (FAL), 1965.
• International Convention on Load Line (LL), 1966.
• International Convention on Maritime Search and Rescue (SAR), 1979.
• Convention for the Suppression of Unlawful Act Against the Safety of Maritime
Navigation (SUA), 1988, and Protocol for the suppression of Unlawful Act Against
the Safety of the Fixed Platforms Located on the Continental Self (and the 2005
protocols).
• International Convention for Safe Containers (CSC), 1972.
• Convention on the International Maritime Satellite Organization (IMSO C), 1976.
• The Torremolinos International Convention for the Safety of the Fishing Vessels
(SFV), 1977, superseded by the 1993 Torremolinos Protocols; Cape Town
Agreement of 2012 on the Implementation of the Provisions of the 1993 Protocol
relating to the Torremolinos International Convention for the Safety Fishing
Vessels.
• International Convention on Standards of Training, Certification, and
Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel (STCW-F), 1995.
• Special Trade Passenger Ships Agreement (STP), 1971 and Protocol on Space
Requirements for Special Trade Passenger Ships, 1973.
• International Convention Relating to Interverention on the High Seas in Cases of
Oil Pollution Casualities (INTERVENTION), 1969.
• Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and
Other Matters (LC), 1972 (and the 1996 London Protocols)
• International Convention on Oil Pollution Preparedness, Response, dan Co-
operations (OPRC), 1990.
• Protocol on Preparedness, Response, and Co-operation to Pollution Incidents by
Hazardous and Noxious Substance, 2000 (OPRC-HNS Protocol)
• International Convention on the Control of Harmful Anti-Fouling Systems on
Ships (AFS), 2001.
• International Convention fr the Control and Management of Ships Ballast Water
and Sediments, 2004.
• The Hong Kong International Convention for the Safe dan Environmentally Sound
Recycling of Ships, 2009.
• International Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage (CLC), 1969.
• 1992 Protocol to the International Convention on the Establishment of an
International Fund for Compensation for Oil Pollution Damage (FUND 1992)
• Convention Relating to Civil Liability in the Field of Maritime Carriage of Nuclear
Material (NULEAR), 1971.
• Athens Convention Relating to the Carriage of Passengers and Their Luggage by
Sea (PAL), 1974.
• Convention of Limitation on Liability for Maritime Claims (LLMC), 1976.
• International Convention on Liability and Compensation for Damage in
Connection with the Carriage of Hazardous and Noxious Substances bye Sea
(HNS), 1996 (and its 2010 protocols)

9
• International Convention on Civil Liability for Bunker Oil Pollution Damage,
2001.
• Nairobi International Convention on the Removal of Wrecks, 2007.
• International Convention on Tonnage Measurement of Ships (TONNAGE), 1969.
• International Convention of Salvage (SALVAGE), 1989

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
International Standarization Organization (ISO) merupakan organisasi yang
bergerak dibidang penetapan standart atau regulasi produk dalam seluruh aspek industi
dan teknologi.
International Labour Organization (ILO) merupakan organisasi yang
menampung isu-isu terkait tenaga kerja diseluruh dunia. ILO juga mengeluarkan
regulasi, protocol atau peraturan yang mengatur ketenagakerjaan diseluruh dunia agar
sesuai dengan standart.
International Maritime Organization (IMO) merupakan organisasi yang
bergerak dalam bidang kemaritiman secara global. Mengeluarkan protocol, regulasi,
standart, atau peraturan yang mengatur industry kemaritiman. Misalnya tentang
keamanan, keselamatan, pencemaran lingkungan dan lain-lain.
ISO dan ILO tentunya juga memiliki regulasi yang menyangkut bidang
kemaritiman. Ketiga organisasi yang telah dibahas memiliki peran yang sangat penting
dalam bidang kemaritiman. Berkat Regulasi yang dikeluarkan ke tiga organisasi ini,
industry maritime dapat berjalan lancer dan berkembang pesat hingga saat ini menjadi
industry terbesar di dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui
tentang ketiga organisasi yang telah dibahas beserta regulasinya dan menerapkannya
dalam industry maritime Tanah Air.

11
DAFTAR PUSTAKA

International Standarization Organization (ISO). Situs resmi dapat diakses di:


https://www.iso.org/home.html
International Labour Organization (ILO). Situs resmi dapat diakses di: https://www.imo.org/
International Maritime Organization. Situs resmi dapat diakses di: https://www.ilo.org/
Yayasan Plan Indonesia. 2018. “Mengenal ILO”. Dapat diakses di: https://ar-
ar.facebook.com/PlanIndonesia/posts/international-labour-organization-ilo-atau-organisasi-
buruh-internasional-
merupa/1735472746533181/#:~:text=International%20Labour%20Organization%20(ILO)%2
0atau,ILO%20adalah%20kasus%20pekerja%20anak.

12

Anda mungkin juga menyukai