Erosi pada dasarnya adalah proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan
penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang
aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Erosi yang disebabkan oleh angin disebut erosi
angin dan erosi jenis ini terutama dialami di daerah yang kering atau padang pasir. Di
daerah tropis basah seperti di Indonesia ini penyebab erosi yang paling dominan adalah air.
Proses erosinya di sebut erosi air. Air yang menyebabkan erosi adalah air hujan/pukulan air
hujan, air limpasan permukaan, air sungai, air danau dan air laut. Begitu air hujan
mengenai kulit bumi, maka secara langsung hal ini akan menyebabkan hancurnya agregat
tanah. Pada keadaan ini penghancuran agregat tanah dipercepat dengan adanya daya
penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri. Penghancuran agregat tanah terjadi karena
pukulan air hujan dan kikisan air limpasan permukaan. Di samping itu massa tanah yang
terangkut dalam limpasan permukaan, terutama debu, pasir dan kerikil di dalam perjalanan
menuju tempat pengendapan juga mampu untuk menggerus permukaan tanah. Proses ini
akan menimbulkan erosi dengan bentuk yang berbeda-beda. Untuk itu mahasiswa perlu
mengetahui dan memahami bentuk-bentuk erosi di lapangan.
1.2. TUJUAN
Mahasiswa paham bentuk-bentuk erosi di lapangan
1.3. ALAT DAN BAHAN
Kertas dan alat tulis untuk diskusi
1.4. METODE
Pengamatan lapangan (survei), diskusi kelompok
1.5. WAKTU
1 jam
1.6. POKOK BAHASAN
1. Mengenal dan memahami erosi percikan
2. Mahasiswa dalam satu kelas dibagi dalam 4 kelompok kecil dan masing-masing kelas
didampingi oleh satu dosen.
2.7. LANGKAH-LANGKAH
1. Mahasiswa memahami tujuan kegiatan ini
2. Mahasiswa dalam satu kelas dibagi dalam 4 kelompok kecil dan masing-masing kelas
didampingi oleh satu fasilitator .
3. Perhitungan indeks erosivitas dilakukan dengan menggunakan data curah hujan. Setelah
data curah hujan di ketahui dimasukkan dalam rumus perhitungan indeks erosivitas pada
lembar yang telah disediakan
4. Selanjutnya setiap kelompok akan menghitung indeks erodibilitas tanah dengan
menentukan beberapa faktor yang mempengaruhi erodibilitas tanah yaitu persen pasir,
debu dan liat, persen bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah .Setelah semua
faktor diketahui nilainya dapat dimasukkan dalam rumus perhitungan indeks erodibilitas
tanah pada lembar yang telah
6. Faktor tanaman merupakan angka perbandingan erosi dari lahan yang ditanami sesuatu
jenis tanaman dengan erosi pada plot kontrol. Setiap kelompok akan menentukan besarnya
angka ini dengan melihat kemampuan tanaman untuk menutup tanah
7. Selanjutnya setiap kelompok akan menghitung nilai faktor pengelolaan dengan cara
membagi kehilangan tanah dari lahan yang diberi perlakuan dengan kehilangan tanah.
Hari hujan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nop Des
1991 26 20 13 22 4 0 1 3 1 14 20
1992 25 16 22 24 9 5 2 11 12 21 19
1993 26 17 19 20 8 10 0 0 2 21 18
1994 25 26 21 11 6 0 0 0 1 12 14
1995 31 24 25 13 12 11 3 4 13 23 17
1996 23 26 13 14 5 5 0 2 16 21 19
1997 21 21 13 19 8 4 1 0 6 13 19
1998 20 21 24 18 9 12 18 9 10 17 20
1999 26 22 21 16 5 3 2 1 17 22 25
2000 25 18 23 20 19 5 2 4 14 23 9
1 >25,4 Cepat
2 12,7 – 25,4 Sedang sampai cepat
3 6,3 – 12,7 Sedang
4 2,0 – 6,3 Sedang sampai lambat
5 0,5 – 2,0 Lambat
6 <0,5 Sangat lambat
Panjang lereng diukur dari tempat mulai terjadinya aliran air di atas permukaan
tanah sampai ke tempat terjadinya pengendapan (Arsyad.1989) .
Indeks faktor kemiringan lereng (S) dapat dihitung dengan persamaan:
S = 0,065 + 0,045s + 0,0065 s 2
S = faktor kemiringan lereng
s = nilai kecuraman lereng (%), persamaan di atas hanya digunakan untuk
kemiringan lereng seragam (Seta,1991).
Dalam Prakteknya nilai lanjutan S dihitung sekaligus berupa faktor LS, yaitu rasio
antar besarnya erosi dari sebdang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu
terhadap besar erosi tanah yang terletak pada lereng dengan panjang 22 m dan kecuraman
9% (Arsyad,1989). Nilai LS dapat dihitung dengan persamaan:
LS = x 0,05(0,0138 + 0,00965s +0,00138s2)
Untuk lereng yang kemiringgannya lebih besar dari 15% digunakan persamaan:
LS = (X/22,1)0,6. (S/9)1,4
Tabel 10. Pengaruh panjang dan kemiringan lereng terhadap erosi (ton/ha)
Kemiringan (%) Panjang Lereng (m)
5 10 12,5 15 20 37,5
10 82,1 101,9 134,9 107,1 74,5 118,6
15 52,6 72,8 44,6 100,4 126,8 52,5
Rata-rata 67,4 87,4 89,8 103,8 100,7 85,6
Setelah diketahui besarnya kehilangan tanah setiap terjadi erosi, maka dapat disusun kelas
bahaa erosi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Kelas bahaya erosi yang digunakan di Indonesia (Dephut, 1985)
Laju erosi (ton/ha/th) Kelas
0 – 15 I
15 – 60 II
60 – 180 III
180 – 480 IV
> 480 V
Selanjutnya dapat dilakukan penilaian klasifikasi tingkat bahaya erosi untuk menyusun
rekomendasi menurunkan bahaya erosi.
Tabel 12. Klasifikasi tingkat bahaya erosi
Erosi Kelas Bahaya Erosi (ton/ha/th)
Kedalaman Tanah (cm)
I II III IV V
( < 15) (15 – (60 – 180) (180 – ( > 480)
60) 480)
A Dalam SR R S B SB
> 90
B Sedang R S B SB SB
60 – 90
C Dangkal S B SB SB SB
30 – 60
D Sangat B SB SB SB SB
Dangkal
< 30
Keterangan:
SR = sangat ringan
R = ringan
S = sedang
B = berat
SB = sangat berat
Tabel 14. Nilai batas erosi di perbolehkan berdasarkan kedalaman daerah perakaran
(USDA-SCS,1973).
Tingkat erosi dari suatu tempat pada setiap satuan waktu tertentu dapat dinyatakan
dalam bentuk kehilangan ketebalan tanah per satuan waktu, mm/tahun, atau jumlah
kehilangan tanah per satuan luas per satuan waktu, yakni ton/ ha atau jumlah sedimen per
satuan debit , kg/ detik. Oleh karena itu, konversi satuan sangat penting untuk diketahui
sehingga data erosi dapat dengan mudah digunakan.
Langkah pertama yang perlu diketahui adalah bahwa sedimen hasil erosi
merupakan benda yang merupakan partikel, baik yang berasal dari daratan maupun sungai.
Salah satu sifat dari partikel ini adalah berat jenisnya (specific gravity) yang relatif tetap.
Untuk tanah, umumnya nilai kerapatan jenisnya adalah 2,65 g cm-3, sedang untuk sedimen
melayang (suspended load) sekitar 1,60 g cm-3. Sifat lain dari tanah yang juga relatif tetap
dan mudah diukur adalah kerapatan isi atau berat volume (bulk density). Nilai kerapatan isi
untuk tanah bervariasi antara 0,85 -- 2 g cm-3, tergantung dari beberapa sifat tanah seperti
tekstur, struktur, kandungan bahan organik, dan kandungan mineral di dalam tanah. Untuk
tanah-tanah pertanian yang sering diolah, nilai berat isinya sekitar 1,2 g cm-3. Berdasarkan
rumus kerapatan jenis dan berat isi tanah, konversi satuan dapat diturunkan.
Kerapatan jenis (rp) merupakan nisbah antara bobot padatan (M) dengan volume
padatan (V), sedang kerapatan isi (rb)merupakan nisbah antara bobot padatan (M) dengan
volume total padatan (Vt) termasuk ruang pori.
rp = M/V ...................................... (1.1)
b = M/Vt ...................................... (1.2)
Formula dasar lainnya adalah Volume, yakni
V = t x L ...................................... (1.3)
dengan t adalah tebal atau tinggi dan L adalah luas.
Jadi berdasarkan pengertian tersebut, maka jika perhitungan erosi menyangkut kehilangan
tanah dari lahan, maka berat isi yang satuan satu ke satuan lainnya. Pada perhitungan
sedimentasi, maka kerapatan jenis yang digunakan. Jadi untuk melakukan konversi dari
bobot ke volume atau tebal, formula di atas dapat diubah menjadi :
M = b x V ..........................................…… (1.4)
= b x t x L .........................................…. (1.5)
V = M / b ..........................................….. (1.6)
t x L = M / b .........................................….. (1.7)
t = (M / b L) …………………………… (1.8)
I.Konversi satuan
Masih beragamnya satuan dalam menyatakan tingkat erosi memerlukan faktor
konversi yang
mudah diingat. Kadang orang sering bingung untuk mengubah satuan km2 menjadi ha.
Daftar berikut
ini merupakan satuan beserta konversinya yang banyak digunakan dalam konservasi tanah
dan air.
Bobot
1 gram (g) = 10-3 kilogram = 10-5 kuintal = 10-6 ton
1 ton (t) = 106 g = 103 kg = 10 ku
Panjang
1 centimeter (cm) = 10-2 m = 10-5 km = 0,3937 inchi
1 mikron (m) = 10-4 cm = 10-6 m
1 milimikron(mm) = 10-7 cm = 10-9 m
1 foot (ft) = 30,48 cm
Luas
1 cm2 = 10-4 m2 = 10-10 km2 = 10-8 ha = 2,471 10-8 acre
Volume dan berat
1 cm3 = 1 ml = 10-3 l = 10-6 m3
1 g cm-3 = 103 kg m-3
Energi dan tekanan
1 ton-m/ha/cm = 0,269 ft-ton/acre/inch
1 kilojoules = 9,81 ton-m/ha
1 kgf cm-2 = 100 kPa
Contoh Soal
Contoh 1
Diketahui erosi sebesar 10 ton/ha/tahun. Ubahlah ke dalam satuan mm per tahun.
bobot padatan tanah = 10 ton = 10 x 103 kg
Berdasasrkan rumus pada persamaan (1.8), maka :
t = (M / rb L)
untuk tanah pertanian nilai berat isinya sekitar 1,2 g cm-3 atau 1,2.103 kg m-3, sehingga:
10.103 kg
t = 1,2 x 103 kg m-3 . 104 m2
8,33 x 10-4 m3
tebal tanah = 10.000 m2
= 8,33 x 10-4 x 103 mm
= 0,833 mm
sehingga tebal tanah yang hilang /tererosi 0,833 mm per tahun.:
Contoh 2
Laju erosi 0,833 mm/tahun; ubahlah ke dalam satuan ton/ha.
Volume tanah = tebal x luas
= (0,833 x 10-3 m) x 10.000 m2
(catatan 1 ha = 10.000 m2; 1 mm = 10-3 m)
= 8,33 m3
Bobot Padatan = Volume tanah x Kerapatan isi
= 8,33 m3 x 1,2 103 kg/m3
= 9,996 103 kg
= 10 ton per ha
LATIHAN
1. Ubahlah menjadi mm th-1:
a. 2200 kg ha-1 th-1
b. 10 m3 ha-1 th
c. 250 g m-2 th-1
d. 50 kg/ 100 m2 th
2. Ubahlah menjadi ton ha-1 th-1
a. 10 m3ha-1 th-1
b. 250 g m-2 th-1
c. 50 kg/ 100 m2 th
d. 0,4 cm th-1
e. 0,01 mm/100 m2 th-1
3. Ubahlah menjadi satuan lainnya:
10 J m-2 mm-1 menjadi ton-m ha-1 cm-1
4. Pada percobaan dengan petak erosi berukuran 5 m x 20 m diperoleh data berikut:
bobot sedimen dalam l liter air aliran permukaan adalah 12 g, dan volume aliran
permukaan yang tercatat adalah 100 l. Hitung berapa kehilangan tanah yang
terjadi dalam satuan ton ha-1..
Prosedur Pengukuran
1.Pengukuran jumlah tanah tererosi
Cara menentukan banyaknya tanah tererosi dari suatu kejadian hujan dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Air yang masuk ke dalam bak dan drum penampung diendapkan.
b. Tanah yang mengendap dipisahkan,masing-masing dikering udarakan selama satu hari
kemudian
ditimbang beratnya, misal berat tanah pada bak (A1) kg dan pada drum (A2) kg.
c. Dari masing-masing tanah tersebut diambil sampel sebanyak berat tertentu (B1) kg dari
(A1) dan
B2) kg dari (A2), kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C sampai beratnya
konstan,
misal (C1) dari (B1) dan (C2) dari (B2).
d. Berat tanah tererosi dalam bak (E1) dan berat tanah tererosi dalam drum (E2) dengan
jumlah lubang
sebanyak n adalah :
E1 = (C1/B1) x A1 (kg/plot) ........................................................(1)
E2 = (C2/B2) x A2 (kg/plot) ....................................................... (2)
e. Berat total tanah tererosi pada kejadian hujan tersebut adalah :
Et = E1 + (n x E2) (kg/plot) ........................................................ (3)
2. Pengukuran Volume Aliran Permukaan (Runn Off)
Volume aliran permukaan diukur dari setiap kejadian hujan yang menimbulkan aliran
permukaan. Dari setiap petak ditetapkan dengan mengukur volume air dalam bak
penampung (V1) dan drum (V2) dengan volume tanah yang mengendap (Vt). Volume
aliran permukaan dapat ditentukan sebagai berikut :
V = V1 + (n x V2) - Vt ........................................................ (4)
Vt = BD tanah (gram/cm )
Berat tanah (gram) 3 ............................................... (5)
V1 = (tinggi air di bak) x (luas penampang bak) .............. (6)
V2 = (tinggi air di drum) x (luas penampang drum) ........... (7)
3. Pengukuran BD tanah (gram/cm3)
a. Ambil seberat tanah kering mutlak, misal beratnya adalah A gram
b. Masukan kedalam gelas ukur berisi air sehingga terbaca perubahan
volume air ('V)
c. BD tanah = 9V(gram/cm3)
III. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami cara pengukuran erosi dilapangan.
IV. Alat dan bahan
1. Alat tulis
2. Kalkulator
V. Tugas Resitasi
1. Sebuah demplot dengan luas 22 x 1,8 meter dengan jumlah lubang sebanyak 7 buah
terukur tinggi air pada bak penampung pertama (1,8 × 0,3 m) setinggi 15 cm dan tinggi air
pada drum (jari-jari = 25 cm) setinggi 100 cm. Berat tanah kering mutlak pada bak
penampung dan drum adalah 350 gr dan 20 gr (BD = 1,2 gram/cm3) Tentukan jumlah
tanah yang tererosi dan besarnya volume aliran permukaan yang terjadi di daerah sekitar
demplot!