Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN
Alamat : Jln. Simpang Tanjong Desa Geulangggang Labu Kec. Peusangan Selatan
E-Mail : puskesmas.peusanganselatan@bireuenkab.go.id

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD. PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN
NOMOR: /PKM/UKP/2023

TENTANG

PENETAPAN SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA UPTD. PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemantapan kinerja pada kegiatan/


program lingkupPuskesmas Peusangan Selatan, Dinas
Kesehatan Kabupaten Bireuen;
b. bahwa untuk peningkatan pelayanan di tingkat
puskesmas perlu adanya penetapan syistem Pengeloaan
Rujukan pada Puskesmas Peusangan Selatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b perlu ditetapkan dengan keputusan
Kepala Puskesmas Peusangan Selatan;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun


1999 tentang pembentukan Kabupten Bireuen dan
Seumelue;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2023
tentang Kesehatan;
3. Permenkes Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Mandiri Dokter dan
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
4. Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat Puskesmas;
5. Permenkes Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;
6. Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga;
7. Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang PelayananPublik;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan keuangan Daerah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN


TENTANG PENETAPAN SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN
PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BIREUEN.
Kesatu : Untuk kelancaran sistem Pengelolaan Rujukan di Puskesmas
Peusangan Selatan dibuat Pedoman Sistem rujukan
sebagaimana terlampir yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan
keputusan ini akan dibebankan kepada Anggaran Puskesmas
Peusangan Seltan apabila memungkinkan.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejaktanggalditetapkan dan
apabila terjadi kekeliruan didalamnya maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Geulanggang Labu


pada tanggal :
KEPALA UPTD. PUSKESMAS
PEUSANGAN SELATAN

ANDIAN
LAMPIRAN : KEPALA UPTD. PUSKESMAS
PUSKESMAS PEUSANGAN
SELATAN
NOMOR : /PKM/UKP/2023
TENTANG : PENETAPAN SISTEM
PENGELOLAAN RUJUKAN

SISTEM PENGELOLAAN RUJUKAN

1. Prosedur Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS


A. Prosedur Klinis:
 Resume medis mencakup : identitas, keluhan, pemeriksaan
fisik/tindakan dan therapy.
 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis
banding.
 Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
OperasionalProsedur (SOP).
 Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa
unit pelayanan tujuan dapat menerima pasien
 Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
 Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan
diserah terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan
pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat
kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas
pelayanan kesehatan setempat.
 Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter
Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah
sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut.

B. Prosedur Klinis:
 Resume medis mencakup: identitas, keluhan, pemeriksaan
fisik/tindakan dan therapy.
 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis
banding.
 Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP).
 Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan dan memastikan bahwa
unit pelayanan tujuan dapat menerima pasien
 Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga kesehatan yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
 Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans dan
diserah terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan
pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat
kepastian pelayanan, apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas
pelayanan kesehatan setempat.
 Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi tertentu (sub
spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat I (Puskesmas,Dokter
Praktek, Bidan Praktek, Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah
sakit rujukan yang memiliki kompetensi tersebut.

C. Prosedur Administratif
 Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
 Membuat rekam medis pasien.
 Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan
rujukan)
 Membuat surat rujukan pasien rangkap 3, lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
untuk surat rujukan balik ke puskesmas, dan yang ke 3 untuk arsip
pasien.
 Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
 Menyiapkan sarana transportasi
 Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan
sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi pasien.
 Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat
rujukan yang dituju.

D. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.


1. Prosedur Klinis
 Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah
Sakit yang terakhir merawat pasien tersebut.
 Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat
dan memantau kondisi klinis pasien sampai sembuh.
2. Prosedur Administratif
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut
di buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada
rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda
tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
3. Prosedur Pengelolaan pasien di ambulans
 Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang
mampu mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
 Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving ( sesuai
kondisi pasien ).
 Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan
rumah sakit perujuk.
 Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
 Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di
dalam ambulance dicatat dalam catatan perkembangan
pasien/surat rujukan.

4. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit:


a. SuratRujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan
lain. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas
kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang
dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan antara lain:
no rujukan, nama puskesmas/dokter keluarga, nama
kabupaten/kota, nama pasien yang dirujuk, status jaminan
kesehatanyang dimiliki pasien baik pemerintah maupun swasta,
diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk
pemeriksaan penunjang
diagnostik,kemajuan pengobatan, nama dan tandatangan
dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan
tambahan yang dianggap perlu dan penting.
b. Balasan Rujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah merawat
pasien rujukan tulisan balasan rujukan harus jelas dan dapat
dibaca oleh petugas kesehatan di Puskesmas. Surat balasan
rujukan yang dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan,
memuat : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang
dimiliki, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien,
hasil diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari
perawatan dan tindak lanjut yang diperlukan.
c. Rujukan Spesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan
mengisi surat rujukan spesimen, yang berisikan antara lain :
nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki,
tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor
spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis
pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien, serta
diagnosis klinis. (Lihat format R/2, Surat Rujukan Spesimen).
Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang
dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera
disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format
yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.
5. Prosedur Rujukan Gawat Darurat untuk Kasus KIA
Rujukan pada kasus KIA sangatlah sensitif karena menyangkut dua
nyawa, dimana pasien datang berdua dan haruslah kembali
minimal 2 orang atau lebih tidak boleh kurang. Sehingga kecepatan
rujukan sangat penting, terutama untuk kasus-kasus gawat
darurat. Pada awal kehamilan tenaga medis yang melakukan ANC
baik bidan maupun dokter umum di puskesmas harus memberikan
edukasi apakah ibu termasuk dalam kategori beresiko seperti
memiliki :
 Hiperemesis Gravidarum
 Hipertensi Dalam Kehamilan
o Hipertensi dalam kehamilan
o Pre-eklamsi
 Gejala dan Penyakit lain yang memerlukan manajemen khusus
o Sesak
o Riwayat Diabetes Melitus
o Memiliki Resiko HIV
o Demam Tinggi
o dll
 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) : tinggi fundus tidak sesuai
usia kehamilan
 Kelainan kehamilan (hubungan yang abnormal antara janin dan
panggul)
 Gemelli
 Kelainan letak, posisi
 DKP (Disproporsi Kepala Panggul)
Apabila terdapat ibu hamil dengan kasus tersebut maka wajib bagi
puskesmas untuk mengedukasi ibu agar melakukan persalinan di
Rumah Sakit PONEK terdekat dari lokasi tinggal, tidak di
puskesmas, hal ini perlu dilakukan agar penanganan kegawatan
dapat segera diberikan.

Namun untuk kasus – kasus gawat darurat seperti

 Perdarahan pada kehamilan dini


o Abortus imminen
o Abortus inkompletus dan missed abortion
o Mola hidatidosa
o Kehamilan Ektopik
o Abortus kompletus
 Perdarahan Pada Trimester 3
 Perdarahan Ante Partum
o Abrupsio Plasenta
 Perdarahan Post Partum
o Atonia Uteri
o Retensi Plasenta
o Ruptur Perineum Derajat Iii –Iv Atau Robekan Serviks
 Hipertensi (PEB atau Eklampsia)
 Penyulit Pada Persalinan
o Tali Pusat Menumbung
o Fetal Distress
o Distosia Bahu
o Presentasi Majemuk
 Penyakit Lain Yang Mengancam Keselamatan Ibu Bersalin
o Sesak ( Asma Serangan )
o Krisis Tiroid
o Demam Tinggi/Ketuban Pecah8 Jam
 Persalinan Pre-Term <37 Minggu
 Partus Macet/Kemajuan Persalinan Tidak Normal
o Grafik Partograf Menunjukan Persalinan Mendekati Garis
Bertindak
o Persalinan Per Vaginam melalui Induksi Atau Stimulasi
o Persalinan Pervaginam Dengan Tindakan
Pada kasus-kasus gawat darurat tersebut puskesmas atau bidan
dapat segera merujuk ke Rumah Sakit PONEK terdekat untuk
segera dilakukan tindakan, tanpa perlu menelepon, dan Rumah
Sakit PONEK wajib melakukan tindakan pada pasien itu.
Pertimbangan untuk memilih Rumah Sakit PONEK adalah

 Jarak yang dekat


 Kompetensi serta kelengkapan peralatan rumah sakit
 Jaminan kesehatan yang dapat digunakan, apabila RS PONEK
tujuan bekerja sama dengan BPJS maka lebih baik
6. Prosedur Administratif rujukan KIA pada ibu yang diprediksi
bermasalah:
 Puskesmas atau bidan melaporkan daftar ibu-ibu gawat darurat
ke sudinkes melalui laporan K1-K4
 Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu kelompok A ke RS
PONEK 24 jam untuk persiapan pelayanan medis sesuai pedoman
pelayanan klinis (PPK) atau clinical guidelines yang
dikembangkan oleh tim klinik.
 Dilakukan perencanaan persalinan di RS PONEK oleh tim
rujukan. Pertemuan perencanaan minimal dilakukan sebulan
sekali, sekaligus sebagai monitoring.
 Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin
rapat-rapat teknis medik di RS untuk menyiapkan tindakan
kepada ibu-ibu yang akan masuk ke RS.
 Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar
sehingga ibu-ibu ini dapat sampai di rumahsakit dan mendapat
pelayanan. Dimasyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar
ini sebaiknya didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan
mengantar sampai ke rumahsakit dan melakukan serah terima.
 Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan
bayi yang selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran
dari rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat.
 Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok
bermasalah perlu mendapat rujukan terencana, karena
merupakan kasus yang telah diprediksi dapat menimbulkan
komplikasi apabila ditangani di fasilitas kesehatan primer atau
oleh bidan.
 Ibu-ibu yang bermasalah dapat pula bersalin dengan normal,
apabila ternyata tidak terjadi komplikasi yang telah diprediksi
sebelumnya
7. Prosedur administratif Rujukan KIA pada ibu dengan kondisi Gawat
Darurat
 Puskesmas/bidan menerima ibu hamil yang akan bersalin
 Apabila ternyata ada penyulit pada persalinan, maka bidan/dokter
penolong pertama harus memutuskan secara cepat dan tepat
untuk melakukan rujukan setelah dilakukan stabilisasi
 Pasien / ibu bersalin yang telah didiagnosis memiliki komplikasi
pada persalinan segera dipersiapkan untuk dirujuk ke rumah
sakit PONEK
 Bidan menelpon atau SMS ke RS PONEK 24 jam sembari merujuk
pasien

8. Prosedur Rujukan Khusus untuk Pasien dengan kondisi sakit


menetap
Pasien yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien dengan
kondisi sakit menetap sehingga dikhawatirkan mobilisasi terlalu
banyak dapat memperburuk kondisinya tersebut. Contoh kondisi
pasien yang masuk didalam kategori ini adalah
 Pasien dengan penyakit kanker yang memerlukan kemoterapi
rutin
 Pasien dengan cacat tubuh menetap
 Pasien gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah rutin
 Pasien lain dengan kondisi sakit menetap

9. Prosedur Administratif:
 Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip sebagai
pasien dengan kondisi tetap
 Pasien dapat dirujuk tanpa perlu datang ke puskesmas

10. Prosedur rujukan horizontal (Puskesmas ke Puskesmas)

Rujukan horizontal dilakukan pada kondisi tertentu dimana


puskesmas tidak memiliki kelengkapan yang seharusnya ada
didalam puskesmas seperti, reagen guna tes mantoux, pemeriksaan
rontgen thorax, pemeriksaan EKG pada saat kertas EKG habis
maupun rusak, pemeriksaan laboratorium darah pada saat reagen
habis, dll. Biaya untuk puskesmas rujukan akan diambil dari
kapitasi puskesmas yang merujuk.
11. Prosedur Merujuk Spesimen
 Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat
dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan
medik/teknik pemeriksaan laboratorium dan penunjang
diagnostik yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan
diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
 Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima
rujukan spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil
pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.Prosedur standar
pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya.

12. Prosedur Klinis:


 Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
 Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang
akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas,
kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang
lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
 Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah
sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas
(dilengkapi jampengambilan).

13. Prosedur Administratif:

 Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik


lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan
jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, informasi
jenis spesimen/penunjang diagnostik lainnya pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta
identitas pengirim.
 Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing intansinya.
 Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke
alamattujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip.

14. Prosedur Menerima Rujukan Spesimen


Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang
diagnostik lainnya
 Prosedur Klinis
o Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostik
lainnya sesuai dengan kondisi pasien/bahan yang diterima
dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi
penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan
kelayakan untuk pemeriksaan.
o Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak
untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
o Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan
penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai
dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh
pengirim.
 Prosedur Administratif
o Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostik
lainnya yang diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor
surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan
diagnosa sementara serta identitas pengiriman
o apabila specimen yang diterima tidak layak, maka spesimen
tersebut dikembalikan.
o Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip
yang telah ditentukan masing-masing instansinya.
o Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
o Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan
format standar masing-masing sarana kepada pimpinan
institusi pengirim.

15. Kriteria Pasien yang Perlu/Harus Dirujuk


 Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak biasa
dilakukanPuskesmas.
 Membutuhkan fasilitas atau peralatan yang tidak dimiliki
Puskesmas atauperalatan yang dibutuhkan sedang rusak.
 Tenaga professional (ahli) yang tidak dimiliki Puskesmas.
 Atas permintaan pasiendan atau keluarga untuk pindah rawat di
rumah sakit yang dituju.
PETUGAS-PETUGAS YANG BIASA MENDAMPINGI
DALAM MERUJUK PASIEN

1. Perawat yang terlatih : 1. Ners. Zul Ikbal, S.Kep


2. Desty Saidah, Amd.Kep
3. Ners. Nurmawati, S.Kep
4. Ners. Ikhsan ,S.Kep

2. Bidan Terlatih : 1. Nurasyiah, A. md.Keb

KEPALA UPTD. PUSKESMAS


PEUSANGAN SELATAN

ANDIAN

Anda mungkin juga menyukai