Anda di halaman 1dari 6

MAJELIS PEMBINAAN KESEHATAN UMUM

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP


PKU MUHAMMADIYAH KROYA
Jl Raya Mujur Kroya RT.02/02, Mujur, Kroya, Cilacap
53282, Telp. (0282) 494993

KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP PKU MUHAMMADIYAH


KROYA
NOMOR : KPRI- RH/016/VIII/2022
TENTANG
IDENTIFIKASI PASIEN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP PKU
MUHAMMADIYAH KROYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP PKU MUHAMMADIYAH KROYA

a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Klinik


Menimbang :
Pratama Rawat Inap PKU Muhammadiyah Kroya maka
diperlukan pendekatan untuk memungkinkan ketepatan
identifikasi pasien;
b. bahwa ketepatan identifikasi pasien merupakan salah satu gugus
tugas/ unit pelayanan di Klinik Pratama Rawat Inap PKU
Muhammadiyah Kroya yang harus diterapkan sehingga
mengurangi kesalahan pasien dan menghasilkan peningkatan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
point a dan point b, perlu menetapkan Keputusan Pimpinan
Klinik Pratama Rawat Inap PKU Muhammadiyah Kroya tentang
Identifikasi Pasien Klinik Pratama Rawat Inap PKU
Muhammadiyah Kroya

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);

4. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan);

5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012, tentang Sistem


Kesehatan Nasional;

6. Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 Tentang RPJM


Tahun 2020-2024;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 tahun 2014 tentang


Klinik;

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang


keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 tahun 2017 tentang


pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan;
MEMUTUSKAN ;

Menetapkan : Keputusan Pimpinan Klinik Pratama Rawat Inap PKU


Muhammadiyah Kroya Tentang Identifikasi Pasien di Klinik
Pratama Rawat Inap “Raja Husada ;

KESATU : Kebijakan identifikasi pasien di Klinik Pratama Rawat Inap PKU


Muhammadiyah Kroya sebagaimana terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini

KEDUA : Pembinaan dan pengawasan ketepatan identifikasi pasien di Klinik


Pratama Rawat Inap PKU Muhammadiyah Kroya dilakukan oleh
Penanggung Jawab Mutu dan Pimpinan Klinik Pratama Rawat Inap
PKU Muhammadiyah Kroya

KETIGA : Koordinator sasaran keselamatan pasien wajib mensosialisasikan


keputusan ini ke seluruh karyawan

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


KEEMPAT :

Ditetapkan di : Kroya
Pada tanggal : 20 Agustus
2022

Pimpinan,

dr. Jungkung Mardeo


LAMPIRAN : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK
PRATAMA RAWAT INAP PKU
MUHAMMADIYAH KROYA
NOMOR : KPRI-RH/ 016/SK/VII2022

TANGGAL : 20 AGUSTUS 2022

A. Kebijakan Umum
1. Ketepatan identifikasi pasien diterapkan untuk mengurangi kesalahan karena keliru
pasien.
2. Identifikasi pasien dilakukan saat sebelum pemberian obat, pengambilan sampel
darah dan produk lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan dan
tindakan.
3. Identifikasi pasien menggunakan 2 dari 3 identitas pasien yaitu nama, tanggal lahir
atau nomor rekam medis. Tidak boleh menggunakan nomor kamar.
B. Kebijakan Khusus
1. Identifikasi terdiri dari tiga identitas : nama pasien (e-KTP), nomor rekam medik dan
tanggal lahir.Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP, nama tidak boleh
disingkat, tidak boleh salah ketik walau satu huruf. Stiker identitas pasien
menggunakan umur dengan pertimbangan untuk memudahkan dilakukannya sensus
harian.
2. Tipe gelang identitas
a. Gelang identitas disesuaikan dengan jenis kelamin. Pasien laki–laki
menggunakan gelang berwarna biru, pasien perempuan memakai gelang
berwarna merah muda, sedangkan penanda alergi menggunakan kancing/stiker
berwarna merah bertuliskan allergy, penanda risiko jatuh (fall risk) menggunakan
kancing/stiker berwarna kuning bertuliskan fall risk dan penanda Do not
Resucitate (DNR) menggunakan stiker/gelang berwarna ungu.
b. Gelang identitas terdiri dari 2 jenis, yang berbahan dasar plastik dan berbahan
dasar kertas. Gelang berbahan kertas digunakan bila pasien alergi terhadap
gelang yang berbahan plastik, tidak memiliki riwayat alergi atau tidak berisiko
tinggi jatuh.Bila menggunakan gelang berbahan kertas gelang penanda
menggunakan stiker, bila menggunakan gelang berbahan plastik gelang penanda
menggunakan kancing.Stiker allergy juga diberikan pada form rekam medis
pasien.
c. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien dengan tulisan tangan,tulisan
jelas,
d. Gelang identitas harus yang nyaman tapi tidak mudah dilepas dan harus dapat
dibaca dengan mudah. Setiap gelang identitas yang rusak / pudar harus diganti
secepatnya.
3. Pemakaian gelang identitas
a. Sebelum memakai gelang identitas pasien harus dikonfirmasi namanya. Cek
informasi tersebut dengan lembaran penerimaan pasien dan gelang identifikasi.
Jika pasien tidak mampu, maka orang yang bertanggung jawab atau dua dari
pemberi layanan kesehatan harus memverifikasi informasi tersebut kepada
keluarga pasien. Rincian ini harus dicocokkan dengan rekam medis pasien.
b. Pasien yang tidak sadar pada saat penerimaan, tanpa ditemani, harus
diidentifikasi. Jika identifikasi positif pasien tidak dapat diverifikasi dari pasien
tersebut, dan atau pada kerabat pasien atau keluarga, akan diterima sebagai “Tn
X atau Ny. X”. Pasien tersebut akan dirujuk kepada kepolisian sehingga
identifikasi positifnya bias didapatkan.Bila sampai pasien dirawat dan identitas
pasien belum ada, pasien difoto dan cetakan foto disimpan di status rekam medis
pasien.
c. Pada pasien anak, nama lengkap, tanggal lahir harus dikonfirmasi kepada orang
tua pasien.
4. Tempat pemasangan gelang identitas Pilihan pertama – pergelangan tangan yang
dominan, pilihan kedua – pergelangan tangan yang tidak dominan yang tidak cedera,
bengkak atau tidak sesuai, pilihan ketiga- pergelangan kaki.
5. Pelepasan gelang identitas Gelang identitas harus dipakai oleh pasien selama
perawatan dan hanya akan dilepas sebagai bagian dari proses pemulangan formal
pasien.
6. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas di atas.
Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan
visual (melihat gelang identitas pasien). Pada pertemuan pertama identifikasi secara
verbal, pertemuan selanjutnya secara visual dan cocokkan dengan perintah dokter.
7. Semua pasien harus diidentifikasi secara benar sebelum dilakukan pemberian obat,
pemberian transfusi darah, pengambilan sampel darah, urine atau cairan tubuh
lainnya untuk pemeriksaan, pemeriksaan radiologi, pemberian pengobatan dan
tindakan kedokteran. Jangan melakukan prosedur bila pasien menolak untuk
diidentifikasi. Semua wadah spesimen tidak boleh diberi label sebelum spesimen
dimasukkan, kecuali urin atau feces. 8 Pasien dengan nama sama harus diberi tanda
menggunakan stiker “HATI–HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” pada rekam
medik, resep obat dan semua formulir permintaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai