Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KOTABARU
Jln. Raya Kotabaru Ds. Wancimekar Hp. 085280218139 Kec. Kotabaru
puskesmas.kotabarukrw@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTABARU


Nomor : 445/ /Sk/Uptd Puskesmas
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN UPTD PUSKESMAS KOTABARU
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTABARU
Menimbang :
a. Bahwa puskesmas mengembangkan dan menerapkan sasaran
keselamatan pasien sebagai suatu upaya untuknmeningkatkan mutu
pelayanan:
b. Bahwa pelaporan insiden keselamatan pasien berhubungan dengan
budaya keselamatan di puskesmas dan diperlukan untuk mencegah
insiden lebih lanjut atau berulang pada masa mendatangyang akan
membawa dampak kerugian yang lebih besar bagi puskesmas:
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud dalam
huruf a,perlu ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas tentang
Keselamatan Pasien di UPTD Puskesmas Kota Baru;

Mengingat :

1. Undang-UndangNomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan;


2. Undang-undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah;
3. Permenkes RI No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas;
4. Peratutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11, tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27, tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
7. Permenkes Nomor 30 tahun 2022 tentang Mutu Yankes;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTABARU TENTANG


KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS KOTABARU.

Kesatu : Kebijakan tentang Keselamatan Pasien di UPTD Pusksmas


KotaBaru.

Kedua :keselamatan pasien, pelaporan insiden keselamatan pasien dan


pengembangan Budaya Keselamatan UPTD Puskesmas
KotaBaru yang tercantum dalam lampiran merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari keputusan ini:

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat keliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Karawang

Pada tanggal :

KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTABARU

H. Ucin Supriadi, SKM. MAP

NIP. 197703021997031002
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTABARU

NOMOR : 445/ /SK/UPTD PUSKESMAS

TENTANG : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTABARU TENTANG


KESELAMATAN PASIEN UPTD PUSKESMAS KOTABARU

6 ( ENAM ) SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

 Pasien diidentifikasi menggunakan 2 ( dua ) identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi

SPO CARA IDENTIFIKASI PASIEN


Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien:
1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari
tiga identitas, cocokkan dengan perintah
dokter
Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja
ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas, cocokkan dengan perintah
dokter
Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja
ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas

SPO SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS


1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang

KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN


1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga
identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal lahir.
2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai
gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan
gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu penanda Do not
Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai
e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada
semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir
identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kota huruf
yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau
satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan
tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu
dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali.
1. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga
identitas diatas
2. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi
nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
6. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum
dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan,
prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan
tubuh lainnya
7. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien
kecuali telah ditetapkan lain oleh RS,misalnya ruang
haemodialisa, endoskopi
8. Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN
DENGAN NAMA SAMA” pada rekam medik dan semua formulir
permintaan penunjang

PETUGAS HARUS MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:


1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan
spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan
pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan

Elemen Penilaian SKP.I.


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga AP.5.6,
EP 2)
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi

2. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
 Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten

SOP Persiapan Perawat/dokter jaga Sebelum Memberikan Laporan


Kepada Dokter
 Visit dan periksa pasien
 Diskusikan keadaan pasien dengan PN
 Review hasil pemeriksaan untuk menetapkan
dokter yg tepat yang akan dilapori
 Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis waktu
masuk
 Baca catatan perkembangan terakhir dari dokter
dan perawat
 Gunakan standar SBAR untuk melaporkan

KEBIJAKAN PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS

• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes


dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan
hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan
menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
• RS mempunyai Prosedur yang meliputi
– penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
– oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
– menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI ( HIGH –


ALERT )

 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat
 Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
 Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati – hati di area tersebut sesuai kebijakan
 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat ( restrict access )
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan
secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, elektrolit
Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau
nama obat harus di meja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan dengan
double check.
HIGH
ALERT
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan
kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak
tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,doubel
pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung
jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima
lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain
untuk memastikan tak ada salah (double check)
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di
isi dengan catatan sesuai ketentuan.

4. KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI

 Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
panandaan
 Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat praoperasi tepat likasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “ sebelum
insisi/ time – out “ tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/ tindakan
pembedahan
 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman
proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/ dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi

KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI


1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multiple stuktur
(jari tangan,jai kaki,lesi), atau multiple level (tulang belakang)
2.Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alcohol/betadine
4. Mudah dikenali
5.Dibuat secara konsisten di RS
6.Dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terliht
sampai saat akan di sayat

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

 Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru


yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum ( al. dari WHO Patient
Safety )
 Rumah sakit menerapkan progam hand hygiene yang efektif
 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan

PEMAKIAN SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN


potensi menyentuh darah,cairan tubuh, sekresi,ekresi dan item yang terlihat kotor oleh
cairan tubuh.
DIRECT PATIENTS EXPOSURE:
Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang tidak
utuh; potensi adanya organisme sangat menular dan berbahaya; situasi
darurat atau epidemi, memasang dan melepas infus, menggambar darah;
menghentian venous line; Pemeriksaan panggul dan vagina; suctioning nonclosed
systems of endotracheal tubes.
INDIRECT PATIENT EXPOSURE:
Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen;
penanganan limbah; membersihkan tumpahan cairan tubuh terlihat kotor oleh cairan
tubuh.
DIRECT PATIENTS EXPOSURE:
Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang tidak
utuh; potensi adanya organisme sangat menular dan berbahaya; situasi
darurat atau epidemi, memasang dan melepas infus, menggambar darah;
menghentian venous line; Pemeriksaan panggul dan vagina; suctioning nonclosed
systems of endotracheal tubes.
INDIRECT PATIENT EXPOSURE:
Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen;
penanganan limbah; membersihkan tumpahan cairan tubuh.

6. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

 Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan
 Langkah – langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
 Langkah – langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja
 Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit
Langkah Pencegahan Pasien Risiko Jatuh

1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan


2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat
kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera laporkan untuk
perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau
terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur, posisi bedside rel
dalam keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai rencana
perawatan untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan dengan

Ditetapkan di

padatanggal

KEPALA PUSKESMAS KOTABARU

H.Ucin Supriadi. SKM. MAP

Anda mungkin juga menyukai