Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING TERHADAP TINGKAT

PEMAHAMAN BELAJAR MAHASISWA

OLEH :

NAMA : ISSAK CHRISTIAN TADA

NIM :2223073073

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas proposal
penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Tingkat Pemahaman
Belajar Mahasiswa” ini dengan baik.

Tujuan penulis membuat proposal ini untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Terselesaikannya
proposal yang dibuat penulis, melalui banyak sekali proses, hambatan, rintangan dan
segala hal dapat penulis melalui berkat dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang
telah membantu jalannya pembuatan proposal ini.

Penulis sadar bahwa dalam pembuatan proposal ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan dari proposal yang penulis buat. Dan selaku penulis sangat mengharapkan
sekali adanya kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan pada tugas-tugas
selanjutnya.
Semoga dengan dibuatnya proposal usaha ini, penulis berharap semua orang
khususnya yang membaca proposal ini dapat berwirausaha dengan modal semangat dan
keyakinan.
Kupang, 8 Mei 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar sudah menjadi kewajiban bagi para mahasiswa. Mencari ilmu, mengasah
skill yang dimiliki, dan juga menambah wawasan demi kecerdasan otak. Tentunya
belajar merupakan poin utama yang harus dikejar oleh mahasiswa. Terkadang nilai
masih menjadi patokan tingkat ukur rajin dan pintarnya mahasiswa. Tak selalu nilai
hanya berasal dari hasil mengerjakan tugas dan soal yang diberikan oleh dosen.
Terkadang beberapa dosen juga memberi nilai khusus atas etika, sopan dan santun, serta
keaktifan mahasiswa sendiri. Mahasiswa dituntut dan dilatih agar otak dan wawasan
berpikiran luas, terbuka, etika dan tingkah laku dapat dilatih untuk terus menjadi lebih
baik, serta bakat dan kemampuan yang terus menerus diasah agar dapat berkembang
dari hari kehari yang nantinya dapat berguna baik bagi kepentingan diri sendiri maupun
kepentingan banyak masyarakat.

Belajar adalah aktivitas yang dilakukan dalam rangka menambah wawasan dan
ilmu yang dapat berguna bagi kepentingan diri sendiri dan orang lain. Manusia
melakukan hal ini dalam kondisi sadar dan sengaja melakukannya. Dalam aktivitas
belajar akan terjadi perubahan dalam diri seseorang tersebut. Jika perubahan intensitas
keaktifan pada jasmani dan mental seseorang berubah menjadi tinggi maka dapat
dikatakan sebuah kegiatan belajar tersebut adalah hal yang baik. Hal yang sebaliknya
pun sangat memungkinkan dapat terjadi. Dalam hal belajar, seseorang tidak hanya
berfokus pada buku atau materi. Belajar juga dapat diartikan interaksi seseorang dengan
lingkungan yang ada di sekitarnya. Artinya lingkungan pun dapat memberikan kita
informasi dan wawasan yang berguna untuk diri seseorang. Lingkungan disini yang
dimaksut adalah ketika obyek atau hal-hal yang ada di sekitar individu dapat
menjadikan seseorang belajar dari pengalaman dan pengetahuan yang pernah ia miliki
atau temukan sebelumnya.

Lain halnya dengan belajar, pembelajaran memiliki makna yang lebih condong
ke arah proses. Proses bagaimana pembimbing atau dosen dapat mengatur, merangkai,
merencanakan, dan mengorganisasikan materi agar menumbuhkan semangat belajar
pada peserta didik yang diampu dan mencapai tingkat pemahaman yang diinginkan oleh
pembimbing atau dosen.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya


dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan
pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang
diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan
ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran
sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dapat diartikan bahwa
kesuksesan seorang pembimbing atau guru dapat dilihat dari dua hasil produk tersebut.
Yaitu aspek produk dan aspek hasil. Tidak selamanya kesuksesan dilihat dari aspek
hasil. Justru terkadang hasil terbaik terlihat setelah proses yang telah mereka lakukan.
Pembelajaran merupakan interaksi dari dari kumpulan komponen-komponen penting
yaitu pembimbing atau pendidik, peserta didik, dan sumber pengetahuan yang terjadi
dalam satu situasi dan satu tempat. Interaksi yang dilakukan tersebut juga dilakukan
dalam keadaan sadar atau memang sengaja dilakukan untuk sebuah tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Interaksi yang dilakukan bersifat edukatif yang berarti segala interaksi
yang dilakukan memiliki tujuan menambah wawasan dan meningkatkan kecerdasan
bagi peserta didik. Pembimbing melakukan banyak hal seperti merancang materi,
melaksanakan tahap interaksi yang telah dirancang dengan peserta didik, serta
mengevaluasi hasil kerja yang telah dilakukan. Pembelajaran tidak bisa terjadi tanpa
adanya perencanaan yang baik. Semua interaksi tersebut membutuhkan proses yang
melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan ini sangat penting diperhatikan detailnya
agar hasil yang didapat dapat sesuai dengan hasil yang diinginkan. Ketika hasil yang
didapat sudah sesuai atau hampir mendekati hasil yang diinginkan otomatis dapat
dikatakan bahwa pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang baik dan efektif.

Tentunya hasil yang diinginkan adalah sesuatu yang positif atau hal baik yang
dapat dirasakan tidak hanya oleh peserta didik, melainkan kedua belah pihak.
Pembelajaran adalah hal yang dilakukan melalui proses dan interaksi kedua belah pihak
baik peserta didik maupun pembimbing. Sehingga ketika menginginkan hasil yang baik
dan positif tentunya dibutuhkan kerja keras dari kedua belah pihak. Tidak bisa hanya
mengandalkan salah satu pihak saja. Kedua belah pihak harus memiliki tujuan yang
sama dan tingkat kerja keras yang sama pula untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Kebanyakan kasus terjadi adalah ketika peserta didik tidak berusaha sekeras apa
yang dilakukan oleh pembimbing atau guru. Peserta didik terlihat lebih pasif atas apa
yang sudah diberikan oleh guru atau pembimbing mereka, karena guru sudah pasti
menemukan cara untuk menjadikan peserta didiknya termotivasi untuk memahami
pembelajaran. Namun ada banyak sekali faktor yang menyebabkan hasil yang didapat
tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Tidak hanya faktor kesalahan salah satu
pihak saja. Ada kalanya ketika lingkungan lah yang menjadi akar permasalahan. Seperti
halnya perceraian orang tua yang mengakibatkan mental dan fikiran seorang peserta
didik terganggu sehingga kehilangan fokus dan minat ketika proses pembelajaran
berlangsung. Atau pada kasus lainnya, ketika seorang peserta didik tumbuh dengan
ekonomi yang sangat minim sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya dalam
proses pembelajaran. Faktor yang terjadi akibat lingkungan ini tentu tidak dapat
dihindari dan dikendalikan oleh peserta didik. Padahal mungkin saja niat yang dimiliki
oleh peserta didik dan kondisi yang sedang ia rasakan saling bertolak belakang atau
tidak dapat mendukung satu sama lain. Hal ini tentu sangat disayangkan. Pada
hakikatnya setiap individu memiliki potensi minat dan bakat yang dapat dikembangkan.
Hal yang harus dilakukan adalah mencari jalan keluar terbaik yang dapat mengatasi
permasalahan karena faktor lingkungan tersebut dan semua pihak pun sudah seharusnya
mendukung dan mengambil peran dalam memperbaiki permasalahan tersebut.

Hal yang sedang terjadi sekarang pun sama halnya. Faktor lingkungan menjadi
penghalang yang cukup besar bagi banyak masyarakat. Tak terkecuali proses
pembelajaran yang melibatkan pembimbing dan juga peserta didik. Proses pembelajaran
yang dilewati dengan banyak hambatan dan rintangan sedang dirasakan oleh banyak
pihak. Namun tidak berhenti disitu, kini sudah banyak solusi-solusi yang diciptakan
agar tetap dapat menunjang proses pembelajaran. Dengan dukungan teknologi yang
canggih dan sudah maju di era sekarang sangatlah menolong banyak permasalahan yang
terjadi seperti saat ini. Ketika aktivitas yang berhubungan dengan tatap muka dihentikan
sementara, selalu ada solusi yang ditemukan. Masyarakat memanfaatkan kecanggihan
teknologi jaman sekarang agar tetap dapat melakukan aktivitas tatap muka walaupun
sedang dalam kondisi berjauhan bahkan ber mil-mil jauhnya. Begitu juga sama halnya
dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan
bertemu di kelas dan saling bertatap muka, kini dapat dilakukan dari rumah masing-
masing dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
apakah ada pengaruh pembelajaran daring terhadap tingkat pemahaman mahasiswa?

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut.

1. Bagi dosen

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada parah dosen untuk mengetahui
tingkat pemahaman mahasiswa melalui pembelajaran daring.

2. Bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam menigkatkan pemahaman belajar


dengan cara menciptakan suasana baru dalam pembelajaran daring.

4. Bagi penulis

Peneliti ini dapat menambah wawasan yang baru tentang pengaruh pembelajaran
daring terhadap tingkat pemahaman mahasiswa

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran daring
terhadap tingkat pemahaman mahasiswa?
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Belajar dan Pembelajaran

2.1.1. Pengertian Belajar

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara
luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman
dan definisi yang berbeda-beda. Sardiman (2007) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan, relatif permanen pada perilaku, pengetahuan dan kemampuan berfikir yang
diperoleh karena pengalaman. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Rusman (2016) menyebutkan bahwa
belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semuasituasi yang ada di
sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghapal, melainkan suatu proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang.

2.1.2. Pengertian Pembelajaran

Makna Pembelajaran dalam KBBI adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas
belajar dan mengajar. Istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan
mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
Susanto (2013) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Namun, dalam implementasinya, sering kali kata
pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar. Kata pembelajaran diartikan
sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga peserta didik mau
belajar.

2.2. Pembelajaran Daring

2.2.1. Penggertian Pembelajaran Daring


Syarifuddin (2020) menyatakan bahwa pembelajaran daring pada dasarnya adalah
pembelajaran yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi yang tersedia. Walaupun
demikian, pembelajaran daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan
diajarkan. Pada dasarnya elearning adalah pembelajaran yang memresentasikan
keseluruhan kategori pembelajaran yang berbasis teknologi. Sementara pembelajaran
online atau pembelajaran berbasis web adalah bagian dari elearning. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka
kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.

Pembelajaran daring diartikan sebagai pembelajaran jarak jauh, seperti yang


dikemukakan Munir (2009: 17). Bahwa pembelajaran jarak jauh adalah ketika proses
pebelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka antara 10 pengajar dan
pembelajar komunikasi dengan dua arah yang dijembatani dengan media seperti
computer, telepon genggam, video call dan sebagainya. Munir (2009:19) kembali
menjelaskan bahwa pembelajaran jarak jauh akan efektif dibandingkan pembelajaran
konvesional jika sebelumnya membuat suatu pembelajaran jarak jauh berbasis wab
(wab based distance learning) yang mempertimbangkan berbagai aspek yang perlu serta
frade-of nya. Pembelajaran jarak jauh akan lebih efektif jika melibatkan interaksi antara
pembelajar dengan pengajar, pelajar dengan media (termasuk fasilitas) pembelajar. Pola
interaksi pembelajaran berlangsung secara aktif dan interaktif Media pembelajaran
tradeof-face langsung antara pelajar dan pengajar seperti halnya dalam pembelajaran
konvesional data dicapai satu setidaknya mendekati. Pengguna teknologi dalam
menunjang pembelajaran jarak jauh harus diperhatikan untuk membantu pendidikan.
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada dasarnya merupakan
proses belajar dalam lingkungan pembelajaran daring. Wahyuningsih (2017:42)
mengemukakan bahwa “dalam lingkungan pembelajaran daringinteraksi terjad itanpa
harus bertatap muka” selain dengan hal itu Pujiriyanto (2012: 190) juga mengemukan
“lingkungan pembelajaran daring membawa konsekuen hilangnya interaksi budaya
dalam tatap muka pada pembelajaran konfesional (dired idiosyncratic response). Namun
demikian dengan bantuan teknologi terciptalah lingkungan belajar yang bermakna,
dimana interaktivitas terjadi secara ontetik sehingga siswa 11 mampu mengonstruksi
pengetahuanya sendiri, berpikir kritis dan memiliki prestasi dalam menyelesaikan
masalah Wahyuningsih (2017: 42).

2.2.2. Unsur-unsur pembelajaran daring

Badrul Khan (dalam Prawiradilaga, 2013) menjelaskan bahwa e-learning terdiri dari
beberapa unsur yang saling terkait dan saling berpengaruh antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain sebagai suatu sistem. Unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1) Lembaga Penyelenggara (Institutional Issue); Siapa yang mengelola? Artinya adalah


adanya unsur penyelenggara yang mengurusi masalah akademik, kesiswaan, admini
stratif, mulai dari perencanaan, penganggaran, implementasi secara keseluruhan,
evaluasi, monitoring, dan lain-lain.

2) Sistem Pengelolaan (Management Issue); Bagaimana pengelolaannya? Artinya


adanya sistem pengelolaan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan pembelajaran
dan distribusi informasi.

3) Sistem Pembelajaran (Pedagogical Issue); Bagaimana sistem pembelajarannya?


Artinya adanya sistem proses belajar dan mengajar yang meliputi apa yang dipelajari,
apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, siapa yang belajar, bagaimana strategi
pembelajaran (disain, metode dan media dan/atau teknologi yang digunakan) untuk
mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana hasil belajar diukur (evaluasi).

4) Teknologi yang Digunakan (Technological Issue); Teknologi apa saja yang


diperlukan untuk mendukung sistem penyelenggaraan e-learning sesuai kebutuhan? Hal
ini meliputi perencanaan dan penyiapan infrastruktur (internet, LAN, WAN, koneksi,
bandwith, dan lain-lain) yang diperlukan, hardware, dan software (PC, server, aplikasi
software, dan lain-lain) terkait yang diperlukan, serta peripheral pendukung lainnya.

5) Sistem Evaluasi (Evaluation Issue); Bagaimana keberhasilan penyelenggaraan e-


learning dapat diukur? Hal ini meliputi evaluasi program penyelenggaraan dari e-
learning itu sendiri secara keseluruhan.

6) Tampilan e-learning (Interface Design Issue); Seperti apa tampilan program e-


learning yang diselenggarkan kelihatan? Hal ini meliputi desain antar muka (interface
design) yang meliputi tampilan halaman situs, navigasi, konten, kemudahan pengguna,
interaktivitas, kecepatan muat (loading speed), dan lain-lain.

7) Layanan Bantuan Belajar (Resource Support Issue); Bagaimana peserta e-learning


mendapatkan layanan bantuan yang segera (cepat dan tepat).

8) Masalah Etika; Bagaimana etika penyelenggaraan e-learning yang berlaku? Dalam


praktiknya elearning diselenggarakan dengan berbagai model. Oleh Karen aitu, ada
sistem aturan yang mungkin berlaku secara umum (seperti masalah hak cipta, hak
kekayaan intelektual, dan lain-lain) maupun aturan main yang berlaku khusus (seperti
sistem evaluasi, kebijakan khusus, dan lain-lain).

2.2.3 Manfaat Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)

Kemajuan teknologi akan berdampak pada perubahan peradaban dan budaya manusia,
dalam dunia pendidikan, kebijakan penyelenggaraan pendidikan kadangkala di
pengaruhi oleh dampak kemajuan teknologi, tentutan zaman, perubahan budaya dan
prilaku manusia, adakalanya kemajuan teknologi menjadi prihal yang memudahkan
pelaku pendidikan untuk lebih mudah mencapai tujuan pendidikan itu. Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik, antara pendidik dan peserta pendidik, memanfaatkan
keunggulan computer, mengunakan bahan ajar yang bersifat mandiri. Perubahan yang
tengah dialami oleh seluruh pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan pada
saat ini adalah bagaimana menggunakan teknologi secara total sebagai media utama
dalam pembelajarang dalam jaring (daring), keberadaan teknologi dalam pendidikan
sangat bermanfaat untuk mencapai efesiensi proses pelaksanaan pembelajaran dalam
jaringan, manfaat tersebut seperti efesiensi waktu belajar, lebih mudah mengakses
sumber belajar dan materi pembelajaran. Menurut Meidawati: manfaat pembelajaran
daring learing dapat membangun komunikasi dan diskusi yang sangat efesien antara
guru dengan murid, kedua siswa saling berinteraksi dan berdiskusi antara siswa yang
satu dengan yang lainnya tanpa melalui guru, dengan orang tua, keempat sarana yang
tepat untuk ujian maupun kuis, kelima guru dapat dengan mudah membrerikan materi
kepada siswa berupa gambar dan video selain itu murid juga dapat menguduh bahan
ajar tersebut, keenam dapat memudahkan guru membuat soal di mana saja dan kapan
saja tanpa batas waktu.
2.2.4 Keunggulan Atau Kelebihan Pembelajaran Dalam Jaringan

Komunikasi daring memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan


komunikasi konvensional, antara lain sebagai berikut :

1. Tersedianya fasilitas emoderating dimana pengajar dan mahasiswa dapat


berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

2. Pengajar dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan
terjadwal melalui internet

3. Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

4. Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.

5. Baik pengajar maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak.

6. Berubahnya peran mahasiswa dari yang pasif menjadi aktif.

7. Relatif lebih efisien misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari Perguruan Tinggi
atau sekolah konvensional dapat mengaksesnya.

Sedangkan kelebihan pembelajaran daring menurut Rusman (2018:301), antara


lain:

1. Memungkinkan setiap orang dimanapun, kapanpun, untuk mempelajari.

2. Pelajar dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan langkahnya dirinya sendiri
karena pembelajaran daring membuat pembelajaran menjadi bersifat individual.

3. Kemampuan untuk membuat tautan (link), sehungga pembelajaran dapat mengakses


informasi dari berbagai sumber, baik dari dalam maupun luar lingkungan belajar.

4. Sangat potensial sebgai sumber belahar bagi pelajar yang tidak memiliki cukup waktu
untuk belajar.

2.2.5 Kelemahan Pembelajaran Dalam Jaringan


1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri,
bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.

2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya


mendorong aspek bisnis atau komersial.

3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.

4. Berubahnya peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran


konvensional, kini dituntut untuk menguasai teknik pembelajaran dengan menggunakan
ICT (Information Communication Technology).

5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (berkaitan dengan masalah tersedianya
listrik, telepon, dan komputer.

Sedangkan menurt Rusman (2009:122) kelemahan pembelajaran daring


diuraikan sebagai berikut:

Seperti telah disebutkan secara singkat diatas, satu kelemahan terbesar dari
pembelajaran daring adalah amat kurangnya interaksi langsung antara guru dengan
siswa maupun antara siswa denga siswa. Hal ini berdampak besar kepada siswa, karena
walaupun mereka bisa berkomunikasi secara synchoronous melalui live chat atau
asynchoronous melalui e-mail atau forum diskusi, tetap saja interaksi antar manusia
secara langsung tidak dapat tergantikan.

Satu jalan komunikasi asynchoronous yang dipercaya nantinya akan bisa


meminilasir kelemehan pembelajaran daring adalah videoconferencing. Melalui
videoconferencing siswa dan guru serta siswa dan siswa bisa bertatap muka langsung
dan berkomunikasi melalui gambar dan suara.hanya saja kurangnya sarana dan
infrastruktur internet yang memadai (terutama diindonesia) menyebabkan fitur
videoconferencing ini tidak daoat terlaksana secara optimal.Audiovisual yang
dikirimkan seringkali tidak berkualitas baik. Selain itu terkadang terjadi delay atau
penundaan yang menyebabkan videoconferencing sama sekali belum bisa menggantikan
proses komunikasi langsung antar manusia

2.2.6 Ciri-Ciri Pembelajaran Daring


Daring Pembelajaran daring memiliki beberapa ciri-ciri secara umum. Ciri-ciri tersebut
didasarkan atas gabungan dari beberapa teori dan pendekatan yang mendukung
pembelajaran daring. Ciri-ciri dari pembelajaran daring menurut Flinders Univeristy,
(2009:27), yaitu personal, structurd, active dan conective.

1. Pembelajaran individu. Pengalaman belajar pada pembelajaran daring diciptakan oleh


siswa itu sendiri. Pada pembelajaran daring siswa berdiri di atas pijakan sendiri. Salah
satu keuntungan dari pembelajaran daringyaitu, siswa dapat menciptakan sendiri
suasana belajar yang nyaman dan sesuai keinginan. Siswa tidak perlu sibuk-sibuk
berangkat kesekolah, memakai seragam, dan waktu yang telah ditentukan. Semua
proses belajar siswa yang menentukan, mulai dari waktu, tempat, suasana, dan lain-lain.

2. Struktur dan sistematis. Sama seperti pembelajaran konvensional, pembelajaran


daring dilakukan secara struktur. Sebelum diadakannya kegiatan belajar mengajar secara
daring, terlebih dahulu guru menyiapakan silabus, materi pelajaran, media dan sumber
belajar. Semua kegiatan tersebut dilakukan secara terstruktur. Selain terstruktur secara
teknis materi pembelajaranpun diatur sedemikian rupa agar dapat terstruktur sesusai
tingkatan kemampuan. Materi yang lebih mudah akan diberikan diawal pertemuan, dan
materi yang sulit akan diberikan diakhir pertemuan. Selain itu materi-materi yang dirasa
sulit akan diberikan penjelasan dan contoh.

3. Mengutamakan keaktifan siswa. Proses belajar terjadi akibat adanya proses aktif dari
siswa. Proses aktif ini sangat diperlukan dalam pembelajaran konvensional maupun
pembelajaran daring. Pada pembelajaran daring memerlukan kegiatan aktif dari siswa.
Dalam pembelajaran daring cara mengaktifkan siswa dapat menggunakan teknologi.
Teknologi dipilih, karena dapat memfasilitasi dan menyediakan berbagai hal yang dapat
mengaktifkan siswa. Dalam menggunakan teknologi guru dapat merancang beberapa
akktifias yang dapat membuat siswa aktif baik dalam berfikir, aktif bersosialisasi
maupun aktif dalam hal lainya.

4. Keterhubungan Pembelajaran daring dikenal sebagai pembelajaran mandiri. Perlu


diketahui bahwa pembelajaran daring masing memungkinkan adanya perremuan antar
siswa, bedanya pertemuan dilakukan secara daring. Pembelajaran daring tidak merubah
kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada pembelajaran konvensional seperti adanya
pertemanan, ataupun interaksi dengan guru. Salah satu karakteristik dari yaitu adanya
konektivitas. Aktivitas pembelajaran daring menghubungkan antara siswa dan guru,
siswa yang satu dan yang lainya, menghubungkan antara tim pengajar ataupun siswa
dengan staf pendidik lainya.

2.3. Prestasi Belajar

2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu usaha atau kegiatan mahasiswa untuk menguasai
bahan-bahan pelajaran yang diberikan dosen di kampus. Prestasi belajar adalah istilah
yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung. Prestasi belajar
dapat menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar
dalam melakukan perubahan dan perkembangannya. Hal ini disebabkan prestasi belajar
merupakan hasil penilaian atas kemampuan, kecakapan dan keterampilan keterampilan
tertentu yang dipelajari selama masa belajar.

Prestasi belajar adalah gabungan dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, yang
memiliki makna tersendiri. Dalam kamus besar bahasa indonesia prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang
diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang dilakukan. Ahmadin mengemukakan
bahwa pengertian dari prestasi belajar adalah secara teori bila sesuatu kegiatan dapat
memuaskan suatu kebutuhan maka ada kecendrungan besar untuk mengulanginya.
Sedangkan menurut Slameto (2003 : 10) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah
suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar.

Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Adapun menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001 : 43)
mengatakan prestasi belajar sebagai hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angaka, huruf maupun kalimat yang dapat menceriminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam waku tertentu. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha bekerja atau belajar yang
menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai, huruf, angka maupun
kalimat yang menyatakan keberhasilan siswa selama proses pembelajaran.

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Secara umum faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua
kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Kedua faktor tersebut saling
menengaruhi dalam keterampilan individu sehingga menentukan kualitas terhadap
peningkatan keterampilan belajar.

1. Faktor internal Menurut Suryabrata (2002:17-20) faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam individu dan dapat memengaruhi terhadap prestasi belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor ini meliputi faktor jasmanidan faktor
psikologis a. Faktor jasmani

Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: Pertama, faktor kesehatan.Sehat
berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya atau bebas dari
penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, proses
belajar siswa seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar
seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap
terjamin dengan cara mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, balajar,
istrahat, makan, tidur, dan beribadah.

Kedua, Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik sempurna mengenai
tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setenga buta, tuli,setengah tuli, patah
kaki, patah tangan dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.

b. Faktor Psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam


faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.

2. Faktor eksternal Faktor eksternal selain karakteristik siswa atau faktor-faktor


endogen, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi terhadap peningkatan keterampilan
belajar siswa.Dalam hal ini, Sardiman (2002:20-21) menjelaskan bahwa faktor eksternal
yang mempengaruhi keterampilan belajar dapat digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu faktor yang berasal dari orang tua, faktor yang berasal dari sekolah dan faktor
yang berasal dari sekolah.
a. Faktor yang berasal dari orang tua Faktor yang berasal dari orang tua utamanya
adalah cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu
teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau
cara laisses faire. Cara tipe mendidik yang demikian masing-masing mempunyai
kebaikan dan ada pula kekurangannya. Dalam pergaulan dilingkungan keluarga
hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan
anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian

b. Faktor yang berasal dari sekolah Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari
guru, mata pelajaran yang tempuh, dan metode yang dierapkan. Faktor guru banyak
menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru,
kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak
memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan
kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan daripengaruh atau campur tanganorang
lain. Oleh karena itu juga tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

c. Faktor yang berasal dari masyarakat Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat,
Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak.
Pengaruh masyarakat bahkan dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung
perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi. Selain itu masih terdapat
faktor penghambat keterampilan belajar yaitu faktor dalam dan faktor dari luar diri
siswa. Faktor dari dalam yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, disiplin yang diterapkan
disekolah, masyarakat, lingkungan tetangga dan akifitas organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang


mempengaruhi keterampilan belajar siswa ada dua faktor yaitu faktor internal danfaktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmani dan faktor psikologis, faktor
jasmani adalah faktor yang berhubungan dengan keadaaan dan kesehatan
jasmani.Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sedangkan
faktor eksternal terdiri faktor yang berasal dari keluarga,sekolah dan masyarakat.

2.4 Minat Belajar


Minat belajar adalah aspek psikologi sesorang yang menampakkan diri dalam
beberapa gejala seperti, gairah, keinginan, semangat, perasan, suka untuk melakukan
proses perubahan melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan
pengalaman, dengan kata lain minat belar itu adalah perhatian, rasa suka, keterkaitan
seseorang terhadap prosres belajar yang di jalaninya dan yang kemudian di tunjukkan
melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam mengikuti proses belajar yang
ada. Di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan sosial menurut syamsudin mengungkapkapkan bahwa proses belajar untuk
mklum sosial sedangkan menurut loree merupakan suatu proses di mana individu
terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan.

Minat menurut para phisokologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu


memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus-menerus. Minat ini erat
kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang.Dapat dikatan minat itu terjadi
karena perasaan senang pada sesuatu. Menurut Winkel, minat adalah kecenderungan
yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan
merasa senang berkesimpung dalam bidang itu.Selanjutnya menurut parah ahli Slameto
mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang
disertai denga rasa sayang.Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Seseorang yang mempunyai minat belajar yang besar cenderung menghasilkan


prestasi yang tinggi, sebaliknya apabila minat belajarnya kurang maka akan
menghasilkan prestasi yang rendah. Dengan adanya minat mampu memperkuat ingatan
seseorang terhadap apa yang telah di pelajarinya, sehingga dapat dijadikan sebagai
pondasi seseorang dalam proses pembelajaran di kemudian hari, minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendoromg manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar.

2.5 Indikator Pembelajaran Daring


Adapun indikator pembelajaran daring yaitu penguasaan teknologi oleh peserta didik,
prinsip-prinsip pembelajaran, otonomi, kreativitas, kemandirian peserta didik,
peningkatan pengetahuan, keterampilan peserta didik, interaksi yang terjadi antara guru
dan peserta didik, peningkatan minat belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
Dari defenisi yang dikemukakan mengenai indikator pembelajaran daring tersebut,
dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:

(a) Penguasaan teknologi

Suatu kepandaian, pemahaman dan pengetahuan seseorang dalam memproses atau


menggunakan suatu teknologi, alat atau piranti yang digunakan untuk mengolah suatu
data.

(b) Prinsip-prinsip pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran secara umum meliputi perhatian dan motivasi keaktifan,


keterlibatan langsung/pengalaman, pengulangan, tantangan, perbedaan individu
kesemuanya dapat berimplikasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.

(c) Otonomi

Otonomi belajar adalah suatu hal yang muncul dari dalam diri individu pelajar berkaitan
dengan tanggung jawab untuk menerima pelajarannya.

(d) Kreativitas

Kemampuan untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problema-problema


dengan mengolaborasikan gagasan-gagasan dengan mempergunakan daya khayal,
fantasi atau imajinasi serta mampu menguji kebenaran akan gagasan tersebut.

(e) Kemandirian

Kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan
mengambil inisiatif. Selain itu mencoba mengatasi masalah tanpa meminta bantuan
orang lain, berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan.

(f) Peningkatan pengetahuan

Berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
(g) Keterampilan peserta didik

Merupakan suatu kemampuan di dalam menggunakan akal, fikiran, ide serta kreatifitas
dalam mengerjakan, mengubah atau juga membuat sesuatu itu menjadi lebih bermakna
sehingga dari hal tersebut menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

(h) Peningkatan minat belajar

Peningkatan berarti kemajuan, penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi


lebih baik dalam hal ini yakni adanya perasaan senang dan sikap yang positif dalam
meningkatkan kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang tertentu.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif dengan indepth interview


atau wawancara mendalam karena ingin megupas lebih dalam tentang apa yang dialami
oleh beberapa mahasiswa dalam pembelajaran. In-depth interview dilakukan secara
online dari informan satu ke informan lainnya tanpa bertatap muka dikarenakan
peraturan pemerintah yang mengharuskan tetap di rumah saja. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara
mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas.
Kami sangat mengharapkan jika para responden dapat bekerja sama dengan kami
sebagai peneliti agar tujuan atau goals dari jurnal ini dapat dicapai. Untuk itu kami
sebagai peneliti akan memaksimalkan wawancara ini untuk menjadi bahan pengerjaan
jurnal ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat khususnya mahasiswa
yang melakukan kuliah secara online atau daring. Pada tahap analisis data ini, peneliti
akan memilah secara teliti data yang dapat dan tidak dapat dijadikan sebagai landasan
utama sebelum disajikan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang digunakan pada
tahap ini sebagai berikut:

1. Mencari responden yang melaksanakan perkuliahan secara daring


2. Mahasiswa yang mengalami kendala dalam menggunakan aplikasi saat kuliah
daring atau kuliah berbasis online

Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap pihak


responden dengan tujuan sebagai tolak ukur dalam membuat jurnal ini agar diperoleh
data yang lengkap dan akurat serta dapat dipertanggung jawabkan adanya.

Anda mungkin juga menyukai