Anda di halaman 1dari 14

Praktik Utang Luar Negeri di Indonesia menurut Perspektif Kaidah al -

Dhararu Yuzaalu
Oleh :
Moch Viqi Nurohman
Nurohmanviqi96@gmail.com
Abstrak
Ketika anggaran suatu negara mengalami defisit, utang luar negeri dipandang sebagai salah satu
solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan cepat. Namun dalam pelaksanaannya
ada beberapa dampak negatif yang dihasilkan dari langkah tersebut. Diantaranya adalah
menumpuknya bunga utang yang bila negara lengah sedikit saja maka dapat menjadi beban berat
yang mendekatkan pada kondisi gagal bayar sebagai tanda kebangkrutan sebuah negara. Namun
hal ini tidak dapat melenyapkan fakta bahwa utang negara dapat menumbuhkan ekonomi jika
diambil dengan perhitungan yang matang dan dikelola dengan baik. Di Indonesia praktik utang
luar negeri telah dijalankan sejak lama bahkan dari bangsa ini mulai berdiri. Jumlah utang luar
negeri di Indonesia tiap periode mengalami naik turun meskipun lebih cenderung naik. Penelitian
ini membahas mengenai Praktik utang luar negeri di Indonesia yang menimbulkan berbagai
implikasinya menggunakan kacamata islam yang lebih spesifiknya menggunakan kaidah al-
Dhararu Yuzalu. Dimana dalam kaidah tersebut segala sesuatu itu harus menghilangkan
kemudharatan. Implikasi positif dari utang adalah pembangunan yang begitu signifikan bukan
hanya di pulau jawa saja melainkan juga di pulau-pulau lain yang selama ini kurang diperhatikan
oleh pemerintah pusat. Ini merupakan salah satu dari tujuan kaidah al-Dhararu Yuzalu yaitu
memberikan manfaat sebesar-besarnya dengan mencegah kemudharatan berupa kecemburuan
akan pembangungan yang tidak merata. Namun disisi lain ada resiko besar berupa
menumpuknya bunga pinjaman yang kemudian diidentifikasikan sebagai kemudharatan. Hal
inilah yang ditentang oleh kaidah ini sehingga keputusan untuk mengambil dan mengelola utang
luar negeri harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah.

Kata Kunci : Utang Luar Negeri, al-Dhararu Yuzalu

Abstrac
When a country's budget is in deficit, foreign debt is seen as one solution that can overcome the
problem quickly. However, in its implementation, there are some negative impacts resulting from
the move. Among them is the accumulation of debt interest which if the country is caught off
guard a little it can be a heavy burden that approaches the condition of default as a sign of
bankruptcy of a country. But this cannot obliterate the fact that a country's debt can grow an
economy if taken with careful calculations and managed properly. In Indonesia, the practice of
foreign debt has been carried out for a long time even from this nation began to stand. The
amount of foreign debt in Indonesia each period has fluctuated although it tends to increase. This
study discusses the practice of foreign debt in Indonesia which raises various implications using
an Islamic lens which more specifically uses the rules of al-Dhararu Yuzalu. Where in that rule
everything must eliminate harm. The positive implication of debt is that development is so
significant not only in Java but also in other islands that have been less noticed by the central
government. This is one of the purposes of al-Dhararu Yuzalu's rule, which is to provide the
greatest benefit by preventing the deprivation of jealousy of uneven development. But on the
other hand, there is a big risk in the form of accumulating loan interest which is then identified as
a disaster. This is what this rule opposes so that the decision to take and manage foreign debt
must be really considered by the government

Pendahuluan
Indonesia adalah negara berkembang yang dalam perjalanannya tidak pernah berhenti
untuk melaksanakan pembangunan baik infrastruktur maupun suprastruktur. Pembangunan
tersebut tentunya untuk menunjang kehidupan bagi warga negara Indonesia. Jumlah warga
negara Indonesia pada tahun 2022 adalah 275,78 juta jiwa dengan luas wilayah daratan
1.919.443 km².1 Hal ini membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang besar sehingga dalam
pembangunannya memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Selain jumlah penduduk dan luas
wilayah Indonesia ada lagi penyebab anggaran untuk pembangunan membesar yakni lautan yang
memisahkan daratan Indonesia menjadi ribuan pulau. Hal ini membuat pembangunan
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar karena harus menggunakan jalur laut dan
udara untuk mengirim bahan baku pembangunan. Implikasinya adalah pembangunan di wilayah
yang jauh dari pusat pemerintahan menjadi sangat lambat atau bahkan bisa dikatakan tertinggal

1
“Badan Pusat Statistik,” diakses 8 Juni 2023, https://www.bps.go.id/indicator/12/1975/1/jumlah-penduduk-
pertengahan-tahun.html.
jika dibandingkan dengan pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan. Hal inilah yang mendorong
pemerintah untuk berusaha keras dengan berbagai cara mencari sebanyak-banyaknya modal
untuk menutupi kekurangan anggaran pembangunan. Diantara cara-cara tersebut adalah dengan
melaksanakan kebijakan hutang ke luar negeri. Hutang luar negeri dinilai sebagai langkah yang
cepat dan praktis untuk menutupi kekurangan anggaran dalam rangka pembangunan. 2 Selain itu,
hutang negara juga dapat dipakai sebagai anggaran tambahan untuk menutupi defisit APBN,
defisit transaksi pemerintah, dan kesenjangan investasi-tabungan dalam negeri.
Masalah kekurangan anggaran memang dapat diatasi dengan kebijakan hutang luar
negeri. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena hutang luar negeri bukanlah
sebuah solusi yang bisa digunakan setiap saat. Selain memiliki dampak positif ada beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan akibat kebijakan hutang luar negeri. Diantaranya adalah
ketergantungan yang apabila tidak segera dikontrol akan meningkat resiko gagal bayar, dimana
suatu negara tidak dapat membayar utang-utangnya. Salah satu penyebabnya adalah bunga dari
utang tersebut yang cukup besar. Jika utang luar negeri hanya dilaksanakan jangka pendek tentu
akan menumbuhkan ekonomi karena supply and demand secara agregat akan meningkat.3
Namun jika menutup defisit anggaran dengan utang luar negeri dilaksanakan terus menerus
dalam jangka panjang maka bunga dari utang tersebut akan semakin membesar.
Utang luar negeri jika dilihat lebih dalam akan terlihat bahwa kebijakan ini
mendatangkan dua perkara. Yakni membawa manfaat jika diambil pada momen yang tepat dan
dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat. Namun sebaliknya jika diambil pada
momen yang tidak tepat dan dikelola dengan tidak tanggungjawab untuk kepentingan pribadi
atau golongan maka akan membawa sejumlah kemudharatan. Dari sini maka akan sangat
menarik untuk diteliti bagaimana utang luar negeri di Indonesia dalam pengambilan keputusan
dan pengelolaannya. Apakah mendatangkan manfaat sejati atau mendatangkan manfaat semu
yang dibelakangnya terdapat kemudharatan yang besar yang ditentang oleh kaidah ad-Dhararu
Yuzalu.

Konsep Kaidah Fiqh Al-Dhararu Yuzalu


2
Dr H Ujianto, Dr Srie Hartutie Moehaditoyo, dan Dr H M Amin, “Keuangan Negara Dilengkapi Tax Amnesty
Dilampiri APBN 2015–2016,” Indomedia Pustaka, 2017, Hal. 127.
3
M Kurniawan, “PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2004-2016 DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM,” Skripsi FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG, t.t., Hal. 67.
Kaidah Fiqh atau dalam Bahasa Arab lebih dikenal dengan Qawaidh Fiqhiyyah memiliki
beberapa pengertian menurut para ahli. Menurut Mushtafa Ahmad al-Zarqa kaidah fiqh adalah
garis-garis besar fiqh yang bersifat general dalam bentuk tertulis secara ringkas, melingkupi
berbagai pensyariatan hukum secara umum pada peristiwa-peristiwa yang termasuk dalam
ranahnya.4 Selanjutnya as-Subki menjelaskan bahwa kaidah fiqh merupakan persoalan hukum
dimana memiliki sifat universal yang berkaitan dengan hukum-hukum cabang yang banyak,
dimana dari hukum yang bersifat universal tersebut diketahui hukum-hukum masing-masing
perkara atau hukum cabang tersebut.5 Sehingga dari dua definisi tersebut terdapat benar merah
yang dapat ditarik kesimpulan bahwa kaidah fiqh adalah patokan umum dalam hukum fiqh yang
para ulama sebagai salah satu dasar untuk menetapkan berbagai hukum fiqh yang menjadi
cangkupan kaidah tersebut. Meskipun kaidah fiqh dapat dijadikan patokan umum, terdapat
pengecualian didalamnya. Hal ini karena ada kemungkinan suatu perkara hukum tersebut
memiliki ketentuan yang berbeda atau ketentuan yang khsusus sehingga tidak dapat dimasukkan
ke kaidah tersebut.
Kaidah fiqh dalam berbagai literatur memiliki jumlah yang banyak dimana ada setiap
kitab jumlahnya berbeda. Namun ada kaidah-kaidah yang masyhur dan memiliki cabang-cabang
kaidah atau sering disebut sebagai kaidah induk. Dimana salah satu dari sekian kaidah induk
َّ ‫ )اَل‬yang artinya kemudharatan atau bahaya harus
adalah kaidah Al-Dhararu Yuzalu (‫ َزا ُل‬Fُ‫ض َر ُر ي‬
dihilangkan. Kaidah ini memiliki dasar hukum dalam Al-Qur’an al- Karim dan hadits Nabi
‫ ﷺ‬sebagai berikut :
QS. Al-Baqarah ayat 231
َ ِ‫ُوا ۚ َو َمن يَ ْف َعلْ ٰ َذل‬
ُ‫ك فَقَ ْد ظَلَ َم نَ ْف َس ۥه‬ ۟ ‫ض َرارًا لِّتَ ْعتَد‬
ِ ‫َواَل تُ ْم ِس ُكوه َُّن‬
Artinya : ”Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan
demikian kamu menganiaya mereka.”6
Lalu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah sebagai berikut :
ٍ ‫اق َأ ْخبَ َرنَا َم ْع َم ٌر ع َْن َجابِ ٍر ع َْن ِع ْك ِر َمةَ َع ِن اب ِْن َعبَّا‬
‫س قَا َل‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد ال َّر َّز‬
ِ ‫ض َر َر َواَل‬
‫ض َرا َر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل‬َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ق‬

4
Dr. H.Fathurrahman Azhari, M.H.I, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah (Banjarmasin: Lembaga Pemberdayaan Kualitas
Ummat Banjarmasin, 2015), Hal.6.
5
Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqh) (Palembang: Noerfikri, 2019), Hal.14.
6
“Surat Al-Baqarah Ayat 231,” t.t., https://tafsirweb.com/920-surat-al-baqarah-ayat-231.html.
Artinya : Telah disampaikan kepada kami Abdurrazzaq, telah disampaikan kepada kami
Ma'mar dari Jabir dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, "dilarang menimbulkan mudharat dan tidak boleh membalas mudharat dengan
mudharat…
Mudharat secara etimologi atau dari segi kebahasaan adalah dari kata "al-Dharar" yang
dapat diartikan sebagai sesuatu yang turun, dimana sesuatu yang turun tersebut tidak ada satupun
yang menahannya. Al-dharar ( ‫رر‬FF‫ ) الض‬adalah sesuatu yang pasti mencelakakan orang lain,
sementara itu al-dhirar ( ‫ ) الضرار‬adalah mencelakakan orang lain yang caranya bertentangan
dengan syariat. Dalam al-Qur’an al-Karim ada berbagai ayat yang terdapat kata yang bersumber
dari ‫ ضرر‬semuanya memerintahkan untuk mengusahakan nilai-nilai positif dan menjauhi segala
tindakan yang dapat merugikan.
Sedangkan pengetian secara terminology oleh beberapa ulama sebagai berikut :7
a. al-Dardiri menjelaskan bahwa Dharar merupakan terjaganya diri seseorang dari
sesuatu yang dapat menyebabkan kematian atau kesukaran yang amat parah.
b. Al-Khusni menyebutkan bahwa dhirar merupakan suatu perbuatan parasitisme
dimana seseorang berbuat sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya tetapi baik
sadar maupun tidak hal itu dapat membuat orang lain tertimpa kerugian.
Sementara itu dharar menurutnya adalah perbuatan yang tidak memberikan
keuntungan apa apa bagi diri sendiri dan justru menimbulkan kerugian bagi orang
lain.
c. al-Suyuti berpendapat bahwa Dharar adalah ketika manusia sudah mencapai batas
yang apabila ia tidak mengkonsumsi sesuatu yang diharamkan dapat membuatnya
mengalami kematian.
Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh diatas terdapat benang merah yang jika ditarik lurus
menghasilkan definisi bahwa dharar adalah suatu masalah yang menyulitkan sehingga manusia
berada di ambang batas, jika tidak segera diatasi maka akan mengancam agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta begitu juga dengan kehormatan manusia. Manusia harus dihindarkan dari
idhrar atau tindakan menyakiti atau merusak baik tindakan tersebut dilakukan oleh dirinya
sendiri ataupun orang lain.8 Hal ini selaras dengan hukum-hukum islam yang apabila

7
Dr. H.Fathurrahman Azhari, M.H.I, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Hal.102.
8
Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa`id fiqhiyyah, trans. oleh Wahyu
Setiawan (Jakarta, Indonesia: Amzah, 2013), Hal. 17.
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tentu akan mendatangkan manfaat
dan mencegah mudharat.
Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kaidah al-dhararu Yuzalu adalah
kaidah induk. Sehingga kaidah ini memiliki beberapa cabang yang menjelaskan terkait mudharat
dengan lebih detail. Namun dari sekian banyak cabang dari kaidah al-dhararu Yuzalu, penulis
hanya menyebutkan cabang-cabang dari kaidah ini yang relevan dengan restorative justice yakni
sebagai berikut :9
َ ‫ْال‬
َ ‫ض َر ُر الَيُ َزا ُل بِا ل‬
1. ‫ض َر ِر‬
(suatu kemudharatan dilarang diselesaikan menggunakan kemudharatan lain). Ketika
ada kemudharatan, maka harus dihilangkan. Namun apabila cara menghilangkan
kemudharatan tersebut menggunakan kemudharatan lain yang setara atau bahkan lebih
berat maka hal itu dilarang. Misalkan ada seseorang terlilit hutang yang harus segera
dibayar karena sudah dekat tenggang waktu. Lalu dia memutar otak untuk menyelesaikan
masalahnya dengan melakukan penipuan terhadap orang lain lewat media sosial hingga
dia mendapatkan uang. Meski kemudharatannya sudah hilang dengan lunasnya hutang
yang dimiliki namun mendatangkan kemudharatan bagi orang yang ditipunya. Maka hal
ini tentu sangat dilarang walaupun dengan keadaan terpaksa sekalipun.
2. ‫ب َأخَ فِّ ِه َما‬ َ ‫َان رُوْ ِع َي َأ ْعظَ ُمهُ َما‬
ِ ‫ض َررًا بِارْ تِ َكا‬ ِ ‫ض ْال ُم ْف ِس َدت‬
َ ‫اِ َذا تَ َعا َر‬
(ketika mendapati dua kemudharatan yang bersamaan datang maka wajib dihindari
yang mudharatnya lebih berat meski harus melakukan yang lebih ringan mudharatnya).
Seringkali kemudharatan itu muncul bersamaan dengan kemudharatan yang berbeda.
Dalam kasus yang seperti ini maka harus diteliti terlebih dahulu diantara keduanya mana
yang paling berat. Kemudharatan yang paling berat wajib dihindari walaupun dengan
cara menggunakan kemudharatan yang lebih ringan.
3. ‫ض َر ُر ْالخَاصُّ لِ َد ْف ِع الض ََّر ِر ْال َعا ِّم‬
َّ ‫يُحْ تَ َم ُل ال‬
(Melakukan kemudharatan yang khusus untuk mencegah kemudharatan yang umum.)10.
Kaidah cabang ini lebih mudah dipahami dengan contoh kasus. Misalkan ada seorang
dokter yang mana dia diketahui memiliki keterampilan dibawah standar. Maka dokter
tersebut wajib dicabut izin prakteknnya. Walaupun menimbulkan kemudharatan bagi

9
Dr. H.Fathurrahman Azhari, M.H.I, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, Hal. 111.
10
Washil dan Azzam, Qawa`id fiqhiyyah, Hal. 20.
dokter tersebut karena kehilangan pekerjaannya adalah lebih baik dari pada
membahayakan pasien-pasien yang butuh penangannan profesional.
ِ َ‫اَلض ََّر ُر يُ ْدفَ ُع َعلَى ق‬
ِ ‫در اِإْل ْم َك‬
4. ‫ان‬
kemudhratan harus dicegah sedapat mungkin.11 Segala tindakan yang dilakukan oleh
manusia harus dipertimbangkan terlebih dahulu dengan matang menggunakan akalnya.
Hal ini perlu diperhatikan yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari karena untuk
mencegah datangnya kemudharatan. Misalnya apabila seseorang hendak berpergian
dengan menggunakan kendaraan pribadinya, maka dia harus mengecek terlebih dahulu
kendaraan yang hendak dipakai. Jika terdapat kerusakan atau sesuatu yang tidak layak
pada kendaraannya, maka hendaknya diperbaiki terlebih dahulu atau tidak menggunakan
kendaraan tersebut untuk sementara waktu hingga kendaraan tersebut layak untuk
digunakan.
Pengertian dan Konsep Utang Luar Negeri
sebelum membahas terkait dengan utang luar negeri, perlu untuk memahami apa itu
utang terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI terdapat dua definisi
utang yang dapat disimpulkan bahwa utang merupakan sesuatu yang diberikan oleh orang lain
yang wajib dibayarkan atau dikembalikan.12 Sedangkan utang luar negeri menurut PP No. 10
Tahun 2011 padal pasal 1 dikatakan utang luar negeri adalah utang yang diperoleh pemerintah
dari kreditur atau pemberi utang luar negeri (bukan dalam bentuk surat berharga negara) melalui
penjanjian utang yang wajib dibayar kembali dengan berbagai syarat yang telah ditentukan. 13
Sementara itu Menurut SKB Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas (No. 185/KMK.03/1995
dan Nomor KEP.031/ KET/5/1995) Pinjaman Luar Negeri adalah penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa, dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa
yang diperoleh dari pemberian pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu.14 Dari dua kesimpulan tersebut dapat disimpulkan bahwa utang luar negeri
adalah pembiayaan yang diterima oleh pemerintah dari kreditur luar negeri melalui perjanjian
yang di kemudian hari wajib dibayar sesuai dengan syarat-syarat yang ada.
11
Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqh), Hal. 82.
12
“Hasil Pencarian - KBBI Daring,” diakses 8 Juni 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/utang.
13
“PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH,” diakses 6 Juni 2023,
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2011/10tahun2011pp.htm.
14
Dedi Junaedi, “HUBUNGAN ANTARA UTANG LUAR NEGERI DENGAN PEREKONOMIAN DAN KEMISKINAN:
KOMPARASI ANTAREZIM PEMERINTAHAN,” 2018, Hal. 565.
ada beberapa jenis-jenis utang luar negeri diantaranya yaitu :15
a. Program loan: pinjaman yang bertujuan untuk mendukung neraca pembayaran
dan anggaran pembangunan.
b. Sector program loan: pinjaman untuk membiayai banyak proyek atau sub-proyek
dalam satu sektor atau subsektor tertentu.
c. Project loan: pinjaman untuk membiayai satu proyek atau satu sub-proyek secara
khusus dalam satu sektor atau subsektor tertentu.
Lalu ada beberapa faktor yang membuat negara menempuh kebijakan utang luar negeri
diantaranya adalah sebagai berikut :16
a. Adanya permintaan akan pinjaman luar negeri yang dilandasi oleh alasan
ekonomi yang matang dan jelas terkait dengan proses peningkatan kapasitas
produksi nasional.
b. Adanya permintaan pinjaman dari negara-negara sedang berkembang untuk
membiayai pembangunan.
c. Defisit Transaksi Berjalan merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran
yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan
kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca
perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
d. Meningkatnya kebutuhan investasi, Investasi adalah penanaman modal untuk
satu atau lebih aktif yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Hampir setiap
tahun Indonesia menghadapi kekurangan dana investasi.
Menurut paham Keynesian dengan utang luar negeri jumlah supply and demand secara
agregat akan naik.17 Anggaran akan menjadi besar yang memacu kenaikan jumlah permintaan
yang diiringi dengan angka produksi meningkat. Dari sinilah ekonomi dapat tumbuh secara
signifikan yang dapat menguntungkan bagi negara. Namun penutupan defisit anggaran
menggunakan utang ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam jangka yang pendek. Hal ini

15
Dadang Solihin, “Keuangan Publik: Pendanaan Pusat dan Daerah,” Artifa Duta Prakarsa, t.t., Hal. 241.
16
Kurniawan, “PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2004-2016 DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM,” hal. 72.
17
Kurniawan, Hal. 66. Mengutip dari Samsubar Saleh, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri
Serta Imbasnya Terhadap APBN, UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008, H. 347.
dilakukan untuk menghindari penumpukan bunga di kemudian hari yang justru merugikan
negara itu sendiri.
Pinjaman luar negeri memiliki atau menghadapi beberapa rintangan atau pembatasan.
Batasan umum adalah mengenai kapasitas negara peminjam tersebut untuk membayar kembali
pinjaman dan bunganya di masa yang akan datang. Di negara-negara sedang berkembang, oleh
karena lambannya pertumbuhan ekspor hasil-hasil produksi primer, penerimaan devisa dan hasil
ekspor itu dipergunakan untuk mengimpor barang-barang yang perlu bagi pembangunan
ekonominya dan hanya jumlah tertentu yang dipakai untuk membayar kembali pinjaman dan
bunganya.18 Apabila karena alasan untuk membayar jasa-jasa pinjaman luar negeri sebagai
sumber kapital itu, suatu negara harus membatasi impor kapital atau barang-barang setengah jadi
yang sebenarnya sangat diperlukan untuk pembangunan, ini berarti bahwa batas pinjaman yang
tepat sudah dilampaui. Batas yang tepat itu ditentukan tidak hanya oleh prospek ekspor barang-
barang dan jasa-jasa tetapi juga oleh berhasilnya program pembangunan ekonomi melalui
meningkatnya produksi barang-barang substitusi impor.
Impor kapital netto (setelah dikurangi bunga, keuntungan dan cicilan pokok pinjaman)
harus cukup untuk menaikkan pendapatan. Untuk itu maka suatu negara harus memperoleh
pinjaman hanya sebesar tingkat yang layak sesuai dengan kemampuannya menyerap kapital
(absortive capacity-nya) dan harus berlangsung terus sampai negara itu dapat benar-benar
meningkatkan pendapatannya dan dapat menciptakan tabungan yang kemudian disalurkan untuk
investasi. Kemudian untuk mengurangi atau mempersempit kesenjangan (gap) antara tabungan
domestik dan investasi harus ditempuh melalui sistem perpajakan dan penciptaan pasar modal.
Utang Luar Negeri di Indonesia Perspektif Kaidah ad-Dhararu Yuzalu

Menjelang pergantian pemerintahan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada


Jokowi pada tahun 2014, kondisi perekonomian Indonesia ketika itu menunjukkan performa
yang baik, tercermin dari pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir (2009-2013) yang
rata-rata mencapai 6% per tahun. Dengan situasi ekonomi yang positif tersebut, maka dokumen
RPJMN 2015-2019 pun disusun dengan optimisme yang tinggi bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh lebih tinggi lagi pada 5 tahun mendatang hingga
mencapai 8% pada tahun 2019. Konsekuensinya, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang

18
Ujianto, Moehaditoyo, dan Amin, “Keuangan Negara Dilengkapi Tax Amnesty Dilampiri APBN 2015–2016,” Hal.
128.
tinggi dalam RPJMN 2015-2019, arah kebijakan fiskal juga sangat dipengaruhi oleh proyeksi
ekonomi yang super optimis tersebut. Misalnya, pendapatan negara diperkirakan akan
mengalami peningkatan hingga rata-rata mencapai 17,2% terhadap PDB dalam periode 2015-
2019. Begitupun dengan rasio penerimaan pajak yang diestimasi dapat mencapai 16% terhadap
PDB. Di sisi belanja, belanja pemerintah pusat diprediksi akan meningkat rata-rata 15,3% per
tahun sepanjang 2015-2019.19 Implikasi berikutnya, keseimbangan primer dan defisit anggaran
pun akhirnya diproyeksi akan mengalami perbaikan sehingga rasio stok utang pemerintah
ditargetkan dapat turun menjadi 20% terhadap PDB pada tahun 2019.
Tren kenaikan belanja infrastruktur berjalan beriringan dengan peningkatan utang
pemerintah, baik dari pinjaman luar negeri maupun Surat Berharga Negara. Pada tahun 2014,
utang pemerintah sebesar Rp 317,2 triliun sedangkan belanja infrastruktur sebesar Rp 157 triliun.
Sementara pada tahun 2018, utang Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa mencapai
Rp 459,24 triliun dengan belanja infrastruktur sebesar Rp 410 triliun. Pada tahun 2019, belanja
infrastruktur mencapai 420,5 T sedangkan utang mencapai Rp 445,18 triliun. Namun demikian,
hal ini bukan berarti kenaikan utang pemerintah dan fokus pemerintah pada pembangunan
Infrastruktur telah mendorong pertumbuhan utang, sebab utang pemerintah tidak sepenuhnya
digunakan hanya untuk belanja infrastruktur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar
berikut.20

19
“Kajian Tata Kelola Utang Negara Untuk Pembangunan Nasional.,” Hal. 2, diakses 13 Juni 2023,
https://seknasfitra.org/wp-content/uploads/2021/11/05.-Kajian-Tata-Kelola-Utang-Negara-Untuk-Pembangunan-
Nasional.pdf.
20
“Kajian Tata Kelola Utang Negara Untuk Pembangunan Nasional.,” Hal. 3.
Sebagai negara hukum tentu Indonesia memiliki dasar hukum dalam melaksanakan utang
luar negerinya. Dasar hukum terbaru terkait pengadaan pinjaman utang luar negeri di Indonesia
yakni Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011. Pada pasal 7 dijelaskan terkait dengan
penggunaan utang luar negeri di Indonesia sebagai berikut :21
a. membiayai defisit APBN;
b. membiayai kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga;
c. mengelola portofolio utang.
d. diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah;
e. diteruspinjamkan kepada BUMN; dan/atau
f. dihibahkan kepada Pemerintah Daerah.
Dari yang tertera dalam pasal 7 diatas dapat dikatakan bahwa utang luar negeri memiliki
alur tujuan yang jelas. Misalnya dalam membiayai defisit APBN, utang luar negeri dapat menjadi
solusi cepat dan praktis sehingga masalah tersebut dapat segera diatasi. Utang luar negeri
menjadi solusi alternatif jangka pendek untuk mengatasi permasalahan ini. Selain itu, utang luar
negeri dapat disalurkan ke Pemerintah Daerah untuk kemudian dipercayakan oleh negara untuk
menunjang berbagai keperluan daerah.
Langkah utang luar negeri diambil karena jika tidak dapat menutupi anggaran
pembangunan maka pembangunan di Indonesia akan semakin tertinggal. Implikasinya rakyat
Indonesia menjadi kurang produktif akibat infrastruktur yang tidak kunjung memadai. Hal ini
selaras dengan kaidah kemudhratan harus dicegah sedapat mungkin. Pentingnya mencegah
kemudharatan dalam hal ini memiliki efek jangka Panjang. Misalnya ketika jalan tol tidak
kunjung dibuat maka pengiriman barang akan memakan waktu yang lama. Selain itu biaya
pengiriman juga akan membengkak. Sebaliknya jika jalan tol telah ada dan dapat digunakan
maka biaya pengiriman akan menjadi jauh lebih murah karen waktu yang ditempuh lebih cepat
yang membuat distribusi barang dapat dilakukan lebih banyak. Sehingga dapat menekan biaya
yang seharusnya ditanggung.
Utang luar negeri memiliki korelasi dengan terhadap kondisi perekonomian nasional,
khususnya nilai Produksi Domestik Bruto Indonesia dan tingkat kemiskinan. Utang cenderung
meningkatkan nilai PDB dan menurunkan angka kemiskinan rakyat banyak. 22 Meskipun ada
efek yang ditimbulkan berupa bunga utang yang tiap bertambahnya waktu semakin meningkat.
21
“PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH.”
Dalam hal ini apabila langkah utang luar negeri tidak diambil maka akan terdapat dua
kemudharatan. Kemudharatan yang pertama adalah kemiskinan yang tidak berkurang yang tentu
akan menyengsarakan rakyat. Kemudharatan yang kedua adalah bunga utang dan beban utang
pokok yang meningkat. Diantara keduanya tentu beban utang berupa utang pokok dan bunga
diambil dari pada kemiskinan yang tidak berkurang. Hal ini selarah dengan cabang dari kaidah
ad-Dhararu Yuzalu yakni “ketika mendapati dua kemudharatan yang bersamaan datang maka
wajib dihindari yang mudharatnya lebih berat meski harus melakukan yang lebih ringan
mudharatnya.”

22
Junaedi, “HUBUNGAN ANTARA UTANG LUAR NEGERI DENGAN PEREKONOMIAN DAN KEMISKINAN: KOMPARASI
ANTAREZIM PEMERINTAHAN,” 2018. Hal. 584.
Kesimpulan
Utang luar negeri adalah pembiayaan yang diterima oleh pemerintah dari kreditur luar
negeri melalui perjanjian yang di kemudian hari wajib dibayar sesuai dengan syarat-syarat yang
ada. Negara dalam hal ini harus memikirkan matang-matang dalam mengambil kebijakan utang
luar negeri. Kebijakan utang luar negeri haruslah diambil jika mendatangkan banyak manfaat.
Sebaliknya jika mendatangkan mudharat maka harus dihindari karena jika tidak maka yang
menanggung adalah satu negara dan generasi dimasa yang akan datang. Praktik utang luar negeri
di Indonesia memiliki beberapa manfaat yang juga disertai dengan kemudharatan. Misalnya
pembangunan infrastuktur seperti jalan tol, MRT, dan lain-lain mendatangkan manfaat secara
langsung bagi rakyat baik yang menggunakannya maupun tidak. Misalnya pengendara bisa
menempuh jarak jauh dengan waktu yang cepat jika menggunakan jalan tol. bagi yang tidak
menggunakan jalan tol dapat merasakan jalan raya dengan lebih longgar jika dibandingkan
dengan sebelum adanya jalan tol. kebijakan utang luar negeri di Indonesia Sebagian telah sesua
dengan kaidah ad-Dhararu Yuzalu dan juga cabang-cabangnya. Namun tidak dapat dinafikkan
bahwa Sebagian yang lain bertentangan dengan kaidah ad-Dhararu Yuzalu. Seperti yang sudah
dijelaskan diatas bahwa hutang luar negeri sangatlah bagus untuk pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan untuk jangka pendek. Namun jika kemandirian negara masih belum bangkit maka
akan menimbulkan ketergantungan utang luar negeri. Ketergantungan utang luar negeri telah
merasuk dalam berputarnya ekonomi di Indonesia. Bahkan untuk membayar utang luar
negerinya, Indonesia membayarnya dengan hutang luar negeri yang lain. Hal ini tentu akan
melipat gandakan beban yang ditanggung negara berupa pinjaman pokok yang membengkak
yang diikuti dengan bunga yang semakin banyak. Ditambah lagi dengan adanya penyaluran
alokasi utang kuar negeri yang kurang optimal yang dikarenakan oknum yang melakukan tindak
pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang.
Saran
Pemerintah harus segera memikirkan langkah untuk mempercepat pelunasan utang luar negeri
Indonesia. Hal ini dilakukan sembari memikirkan langkah untuk memutus ketergantungan utang
luar negeri untuk pembangunan dalam negeri. Hingga pada akhirnya Indonesia dapat terbebas
dari hutang-hutang luar negeri dan memiliki kemandirian dalam melaksanakan pembangunan
dalam negeri.
Daftar Pustaka
“Badan Pusat Statistik.” Diakses 8 Juni 2023. https://www.bps.go.id/indicator/12/1975/1/jumlah-
penduduk-pertengahan-tahun.html.
Dr. H.Fathurrahman Azhari, M.H.I. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah. Banjarmasin: Lembaga
Pemberdayaan Kualitas Ummat Banjarmasin, 2015.
“Hasil Pencarian - KBBI Daring.” Diakses 8 Juni 2023. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/utang.
Ibrahim, Duski. Al-Qawa’id Al-Fiqhiyyah (Kaidah-Kaidah Fiqh). Palembang: Noerfikri, 2019.
Junaedi, Dedi. “HUBUNGAN ANTARA UTANG LUAR NEGERI DENGAN
PEREKONOMIAN DAN KEMISKINAN: KOMPARASI ANTAREZIM
PEMERINTAHAN,” 2018.
“Kajian Tata Kelola Utang Negara Untuk Pembangunan Nasional.” Diakses 13 Juni 2023.
https://seknasfitra.org/wp-content/uploads/2021/11/05.-Kajian-Tata-Kelola-Utang-
Negara-Untuk-Pembangunan-Nasional.pdf.
Kurniawan, M. “PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2004-2016
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.” Skripsi FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG, t.t.
“PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011
TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN
PENERIMAAN HIBAH.” Diakses 6 Juni 2023.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2011/10tahun2011pp.htm.
Solihin, Dadang. “Keuangan Publik: Pendanaan Pusat dan Daerah.” Artifa Duta Prakarsa, t.t.
“Surat Al-Baqarah Ayat 231,” t.t. https://tafsirweb.com/920-surat-al-baqarah-ayat-231.html.
Ujianto, Dr H, Dr Srie Hartutie Moehaditoyo, dan Dr H M Amin. “Keuangan Negara Dilengkapi
Tax Amnesty Dilampiri APBN 2015–2016.” Indomedia Pustaka, 2017.
Washil, Nashr Farid Muhammad, dan Abdul Aziz Muhammad Azzam. Qawa`id fiqhiyyah.
Diterjemahkan oleh Wahyu Setiawan. Jakarta, Indonesia: Amzah, 2013.

Anda mungkin juga menyukai