Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan Panduan Penyiapan dan
Penyaluran obat dan Produk Steril.

Panduan Penyiapan dan Penyaluran obat dan Produk Steril. adalah acuan
dalam melaksanakan kegiatan implementasi obat dari perluasan paradigma pelayanan
kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam
penyusunan panduan ini, kami menyampaikan terima kasih saran serta kritik sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan dimasa mendatang.

Langsa, 2016
Ka. Instalasi Farmasi
RSUD Langsa

Mirza Kesuma, S. Farm, Apt

1
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi ............................................................................................................................i

BAB I Definisi................................................................................................................
BAB II Ruang Lingkup...................................................................................................
I. Sarana dan Prasarana …………………………………………………………
II. Teknik Aseptik ………………………………………………………………….
III. Penyimpanan …………………………………………………………………..
IV. Penanganan Limbah ………………………………………………………….
BAB III Tata Laksana Pencampuran Obat Suntik (Sediaan Injeksi) .........................
I. Penyiapan ………………………………………………………………………
II. Pencampuran ………………………………………………………………….
III. Teknik memindahkan Obat dari Ampul ……………………………………
IV. Teknik memindahkan Sediaan Obat dari Vial …………………………….
V. Formulasi Obat Suntik ………………………………………………………..
BAB IV Tata Laksana Penanganan Sediaan Sitostatika …..………………………….
I. Penyiapan ……………………………………………………………………..
II. Pencampuran ………………………………………………………………….
III. Cara Pemberian ……………………………………………………………….
IV. Penanganan Tumpahan dan Kecelakaan Kerja …………………………
BAB V Dokumentasi ……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………...…

2
BAB I

DEFINISI

Sediaan farmasi steril yang dimaksud dalam buku panduan ini adalah obat
suntik (sediaan injeksi) dan sediaan sitostika. Penyiapan / dispensing sediaan steril
adalah merubah bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses
pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara aseptis oleh apoteker di
instalasi farmasi.

Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis adalah prosedur yang


meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi resiko paparan
terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat
kesehatan, sediaan obat atau petugas jadi penting untuk mengontrol factor – factor ini
selama proses pengerjaan produk aseptis.

Sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain kontaminan juga


memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk dan lingkungan. Penanganan
sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin dan hati – hati untuk
mencegah resiko yang tidak di inginkan, karena sebagian besar sediaan sitostika
bersifat :

 Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker


 Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetic
 Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat – obatan
kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenic dan teratogenik yang
tertunda lama di terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan obat –
obatan ini. Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh
adalah :
 Inhalasi Terhirup pada saat rekostitusi
 Absopsi Masuk dalam kulit jika tertumpah
 Ingesti Kemungkinan masuk jika tertelan
3
BAB II

RUANG LINGKUP

I. Sarana dan Prasarana


I.1 Sumber Daya Manusia
Petugas yang melakuikan pencampuran sediaan steril harus sehat dan
khusus untuk penanganan sediaan sitostatika tidak sedang merencanakan
kehamilan, tidak hamil maupun menyusui. Petugas yang melakukan
pencampuran sediaan sitostatika di unit produksi Instalasi Farmasi RSUD
Langsa adalah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang tersertifikasi.
Petugas yang melakukan obat suntik (sediaan injeksi non sitostatika) pasien di
ruang perawatan RSUD Langsa adalah tenaga keperawatan / kebidanan.
I.2 Ruangan
Dalam melakukan pencampuran sediaan steril diperlukan ruangan dan
peralatan khusus untuk menjaga streilitas produk yang dihasilkan menjamin
keselamatan petugas dan lingkungannya. Ruangan tersebut terdiri dari :
a. Ruangan persiapan
Ruangan yang digunakabn untuk administrasi dan penyiapan alat
kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan
volume cairan)
b. Ruang Cuci Tangan
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti
pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD)
c. Ruang Antara (Ante Room)
Petugas yang akan masuk keruang steril melalui suatu ruang antara
d. Ruang Steril (Clean Room)
Ruang steril harus memenuhi syarat berikut :
1. Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
2. Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara
3. Suhu 18 – 22 C

4
4. Kelembaban 35 – 50 %
5. Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter.
6. Tekanan udara di ruang positif dari pada tekanan udara di luar ruangan
7. Pass Box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan
bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass Boc
terletak diantara ruang persiapan dan ruang steril.
Pencampuran obat suntik pasien di ruang perawatan RSUD Langsa tidak
terdapat LAF-BSC sehingga perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Ruangan
 Pilih ruang yang paling bersih
 Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup
 Tidak ada bak cuci
 Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan hypoclorite 100 ppm
 Dinding mudah dibersihkan
 Meja kerja harus jauh dari pintu
b. Cara Kerja
 Gunakan alat pelindung diri (APD)
 Bersihkan meja kerja menggunakan aquadest dan alcohol 70 %
 Tutup permukaan meja dengan alas
 Seka seluruh peralatan dan wadah obat
 Buang seluruh bagian yang terkontaminasi
 Buang kasa ke dalam kantong tertutup
 Tanggalkan pakaian pelindung
I.3 Peralatan
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Terdiri dari :
a. Baju Pelindung
b. Sarung Tangan
c. Kacamata Pelindung
d. Masker, Tutup Kepala dan alas kaki

5
2. Laminar Air Flow (LAF) mempunyai penyaringan ganda yang memiliki efesiensi
tingkat tinggi sehingga dapat berfungi sebagai :
 Penyaring bakteri dan bahan – bahan oksigen di udara
 Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan
 Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF

Terdapat 2 (dua) tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan steril
yaitu :

a. LAF dengan Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow)


Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi
dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampu atau vial.
b. LAF dengan Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow)
Aliran udara langsung mengalir ke bawah dan jauh dari petugas sehingga
memberikan lingkungan kerja yang lebih aman.

II. Teknik Aseptis


Langkah – langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis di unit produksi
Instalasi Farmasi RSUD Langsa adalah :
1. Petugas harus mencuci tangan
2. Petugas harus menggunakan APD
3. Masukkan semua bahan melalui Pass Box
4. Proses pencampuran dilakukan didalam LAF – BSC
5. Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan

III. Penyimpanan
Penyimapanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran
disesuaikan dengan stabilitas masing – masing obat. Kondisi khusus
penyimpanan :
1. Terlindung dari cahaya langsung dengan menggunakan kertas karbon /
kantong plastic warna hitam atau aluminium foil.

6
2.

2 Suhu penyimpanan 2 – 8 ºC disimpan didalam lemari pendingin (bukan frezer)

IV. Distribusi

Proses distribusi dilakukan sesuai SPO. Penyimpanan sediaan steril yang telah
dilakukan pencampuran di unit produksi Instalasi Farmasi RSUD Langsa harus
terjamin strerilitas dan stabilitas dengan persyaratan :

a. Wadah
b. Waktu Pengiriman

V Penanganan Limbah

Limbah sediaan sitostatika harus dimasukkan dalam wadah tertentu dan dilakukan
sesuai SPO.

7
BAB III

TATA LAKSANA PENCAMPURAN OBAT SUNTIK (SEDIAAN INJEKSI)

Pencampuran obat suntik (sediaan injeksi non sitostatika) pasien rawat inap
dilakukan di runag perawatan RSUD Langsa dengan teknis aseptis oleh tenaga
keperawatran / kebidanan. Limbah obat suntik dari sediaan injeksi ke sampah medis
seuai SPO.

Tahapan pelaksanaan pencampuran obat suntuk (sediaan injeksi) :

I. Penyiapan
Langkah – langkah sebagai berikut :
1. Memriksa kelengkapan dokumen permintaan dengan prinsip 5 BENAR
(Benar Pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemebrian obat)
2. Memeriksa kondisi obat – obatan yang diterima (nama obat, jumlah,
nomor batch, tanggal kadaluarsa)
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas /
tidak lengkap
4. Menghitung kesesuaian dosis
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan
7. Membuat label obat di spuit terdiri dari nama pasien, nomor RM, tanggal
lahir, kamar nomor, nama obat, dosis obat, tanggal dan waktu
rekonsititusi campuran
8. Membuat label infuse terdiri dari : nama pasien, nomor RM, tanggal
lahir, kamar nomor, nama obat, dosis obat,, dilarutkan dalam, sebanyak
berapa ml.

II. Pencampuran
Langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

8
2. Melakukan dekontaminasi dan diesinfeksi
3. Menyiapakan meja kerja dengan memberi alas penyerap cairan
4. Menyiapkan kantong buangan sampah untuk bekas obat
5. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alcohol 70 %
6. Mengambil alat kesehatan dan obat – obatan dari wadah obat pasien
7. Melakukan pencampuran dengan teknik aseptic

III. Teknik Memindahkan Obar dari Ampul


Langkah – langkah sebagai berikut :
1. Membuka ampul larutan obat
2. Pegang ampul dengan posisi 45º masukkan spuit ke dalam ampul, tarik
seluruh larutan dari ampul, tutup needle
3. Pegang ampul dengan posisi 45º sesuaikan volume larutan dalam
syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan
obat yang berlebih kembali ke ampul.
4. Tutup kembali needle
5. Untuk permintaan infuse intra vena, suntikkan larutan obat kedalam
botol infuse dengan posisi 45º perlahan – lahan melalui dinding agar
tidak berbuih dan tercampur sempurna
6. Untuk permintaan intra vena bolus diganti needle dengan ukuran yang
sesuai untuk penyuntikan
7. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.

IV. Teknik Memindahkan Sediaan Obat dari Vial


1. Membuka vial larutan obat
a. Buka penutup vial
b. Seka bagian karet vial dengan alcohol 70 % biarkan mongering
c. Berdirikan Vial
d. Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong
buangan tertutup

9
2. Pegang vial dengan posisi 45º masukkan spuit ke dalam vial
3. Masukkan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan lahan
memutar untuk melarutkan obat
4. Ganti needle dengan needle yang baru
5. Beri tekanan negative dengan cara menarik udara ke dalam spuit
kosong sesuai volume yang diinginkan
6. Pegang vial dengan posisi 45º tarik larutan kedalam spuit tersebut
7. Untuk permintaan infus intra vena bolus diganti needle dengan ukuran
yang sesuai untik penyuntikan.
8. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum keatas
angkat jarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
9. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan “luer lock
cap”
10. Seka cap dan syringe dengan alcohol.
11. Setelah slesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
12. Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infuse yang sudah
diberi obat hasil campuran.
13. Memasukkan spuit atau infuse ke dalam wadah untuk pengiriman.
14. Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infuse melalui pass
box.
15. Membuang semua bekas pencampuran ke dalam wadah pembuangan
khusus.

V. Formulasi Obat Suntik


Obat – obat yang sediaannya berbentuk dry powder seperti amoksisilin
memerlukan rekonstitusi dengan aqua pro injeksi atau NaCl 0,9 % sebelum
digunakan.
Keuntungan dari sediaan berbentuk dry powder ini adalah dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Beberapa kelemahan dari sediaan berbentuk
dry powder adalah :

10
 Rekonstitusi menghabiskan waktu, khususnya bila sediaan tersebut
sulit untuk dilarutkan.
 Dapat terkontaminasi oleh lingkungan disekitarnya dan terkontaminasi
oleh mikroba yang terdapat dalam perut.
 Dapat terkontaminasi oleh mikroba. Perhatian mungkin dibutuhkan jika
obat mudah untuk “foaming” (berbusa), sebagai dosis yang tidak
komplit memungkinkan untuk hilang (withdrawn), contoh : teicoplanin.
 Jika ampul dipathkan, pecahan kaca ampul tersebut dapat masuk
kesediaan, melukai petugas serta percikan sediaan dapat mencemari
lingkungan sekitarnya.
 Jika sediaan menggunakan vial timbul kesulitan memasukkan pelarut
atau obat yang telah direkonstitusi karena adanya tekanan dalam vial.

VI. Preparasi dari Larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum


digunakan.
Contoh : Ranitidine, amiodaron
Keuntungan dari preparasi ini adalah :
 Sudah berbentuk cairan, jadi tidak memerlukan proses rekonstitusi lagi.
Kekurangan dari preparasi ini adalah :
 Waktu penggunaan untuk eliminasi dan persiapan
 Mudah mengalami gangguan / masalah pada vakum/tekanan (untuk
vial)
 Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)
 Menyebabkan risiko kontaminasi mikrobakteri.

VII. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan) tanpa pelarut tambahan


Preparasi ini dapat berupa kantong atau ampul dengan volume kecil yang
dapat dibuat tanpa pelarut tambahan, tapi tetap mengandung larutan obat
untuk dieliminasi ke dalam syringe untuk pembuatan, contoh : adenosine,
gentamisin, metoklopramid. Hal ini sesuai / cocok untuk digunakan, namun
tetap memiliki kekurangan antara lain :

11
 Berbahaya (kontaminasi mikrobakterial)
 Mudah mengalami gangguan / masalah pada vakum/tekanan (untuk
via)
 Dapat menyebabkan pecahan gelas (untuk ampul)

VIII. Preparasi tersedia (siap untuk digunakan)


Keuntungannya adalah :
 Tidak ada resiko kontaminasi lingkungan
 Kecilnya kontaminasi mikrobakteri
 Mudah digunakan
 Menghemat waktu
Beberapa vial didesign dengan didalamnya, hal ini diperlukan karena
berguna selama proses rekonstitusi. Jika vial tersebut tidak memeiliki
tekanan didalamnya, maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum penambahan pelarut.

IX. Cara Pemberian


1. Injeksi Intravena (i.v)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka
waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.
a. Injeksi Bolus
Injeksi bolus volumennya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalam
waktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat – obatan tertentu.
b. Infus
Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus
menerus (continuous)
 Infus singkat (intermittent infusion)
Infus singkat diberikan selama 10 menit atau lebih lama. Waktu
pemebrian infuse singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam
per dosis.

12
 Infus kontinu (countinous infusion)
Infus kontinu diberikan selama 24 jam. Volume infuse dapat
beragam mulai dari volume infuse kecil diberikan secara
subkutan dengan pompa suntik (syringe pum), misalnya 1 ml
per jam, hingga 3 liter atau lebih selama 24 jam, missal nutrisi
parenteral.
2. Injeksi Intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang
belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume cairan
yang dikeluarkan.
3. Injeksi Subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.
4. Injeksi Intramuskular
Injeksi Intramuskular adalah pemberian injeksi di otot.

13
BAB IV
TATA LAKSANA PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA

Pencampuran sediaan sitistatika pasien dilakukan di unit produksi instalasi


farmasi di RSUD Langsa oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang telah
tersertifikasi. Pencampuran sediaan dilakukan sesuai dengan dokumen permintaan dan
limbah (vial/ampul) dari sediaan sitostatika dibuang ke limbah sitostatika sesuai SPO.

Tahapan pelaksanaan pencampuran sediaan sitostatika :


I. Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik.
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan langkah –
langkah sebagai berikut :
1. Memeriksa kelengkapan dokumen permintaan dengan prinsip 5 BENAR
(benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).
2. Memeriksa kondisi obat – obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomor
batch, tanggal kadaluarsa).
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan
7. Membuat label obat terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medic, ruang
perawatan, nama obat, dosis obat, nama pelarut, volume pelarut, rute
pemberian, tanggal dan waktu penyiapan, tanggal dan waktu kadaluarsa
campuran.
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, ruang perawatan, paket
berisi, tanggal dan waktyu penyiapan.
9. Memasukkan alat kesehatan, label dan obat – obatan yang akan dilakukan
pencampuran ke dalam ruang steril melalui pass box.

14
II. Pencampuran
Proses pencampuran sediaan sitostatika
1. Memakai APD
2. Mencuci tangan
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC.
5. Menyiapkan BSC dengan member alas sediaan sitostatika
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alcohol 70%,
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan diatas meja
BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptic.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infuse dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat – obatan
yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua berkas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan
khusus.
14. Memasukkan infuse untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
dalam wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui
pass box.
16. Menanggalkan APD.

III. Cara Pemberian


Cara pemberian sediaan sitostatika sama dengan cara pemberian obat suntik
kecuali intramuscular.

15
IV. Penanganan tumpahan dan kecelakaan kerja
1. Penanganan tumpahan
Memberikan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan
chermotherapy spill kit yang terdiri dari :
a. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
b. Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
c. Beri tanda peringatan di sekitar area.
d. Petugas penolong menggunakan alat pelindung diri (APD)
e. Angkat partikel kaca dan pecahan – pecahan dengan menggunakan
alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
f. Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang kantong
tersebut.
g. Cuci seluruh area dengan larutan detergen
h. Bilas dengan aquadest.
i. Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
j. Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong
pertama.
k. Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l. Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam
tempatkan dalam kantong kedua.
m. Ikat kantong secara aman dan masukkan dalam tempat penampung
khusus untuk dimusnahkan dengan incinerator.
n. Mencuci tangan.

2. Membersihkan tumpahan di dalam BSC


a. Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk
basah untuk tumpahan serbuk.
b. Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung
tangan baru.

16
c. Angkat hati – hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan
alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
d. Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergen, bilas
dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam
wadah pada buangan.
e. Ulangi pencucian 3x.
f. Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g. Tutup wadah dan buang dalam wadah buanga akhir.
h. Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah
buangan akhir untuk dimasukkan dengan inscenerator.
i. Cuci tangan.

3. Penanganan kecelakaan kerja


Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh :
1. Kontak dengan kulit
 Tanggalkan sarung tangan
 Bilas kulit dengan air hangat
 Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat.
 Jika kulit sobek pakai H2O2 3%.
 Catat jenis obatnya dan siapkan antidote khusus.
 Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD).
 Laporan Supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan.
2. Kontak dengan mata
 Minta pertolongan.
 Tanggalkan sarung tangan.
 Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat
selama 5 menit.

17
 Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan
larutan NaCl 0,9 %.
 Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
 Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
 Catat jenis obat yang tumpah.
 Laporkan ke supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
3. Tertusuk Jarum
 Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
 Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
 Jika perlu digunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil
obat dalam jaringan yang tertusuk.
 Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air
hangat.
 Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Tanggalkan semua APD.
 Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
 Laporkan ke supervisor.
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
 Segera konsultasikan ke dokter.
4. Pengelolaan limbah sitostatika
Langkah – langkah yang harus dilakukan adalah :
 Gunakan alat pelindung diri (APD)
 Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup
 Beri label peringatan Biohazard pada bagian luar wadah
 Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup
 Cuci tangan.

18
19

Anda mungkin juga menyukai