Anda di halaman 1dari 12

Volume 11, Nomor 02, November 2020

Hal. 216 - 227

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMANDIRIAN ANAK


USIA PRA SEKOLAH

Factors Related to Independence in Preschool Age Children

Yuanita Syaiful*, Lilis Fatmawati*, Wanda Mahfuzatin Nafisah*

 Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. A.R.
Hakim No. 2B Gresik, email: ntsyaiful271@gmail.com

ABSTRAK

Masa anak-anak sangat penting dalam proses perkembangan kemandirian. Anak


usia pra sekolah banyak yang mengalami keterlambatan kemandirian. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kemandirian yaitu pola asuh orang tua, urutan kelahiran, dan jenis
kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor pola asuh, urutan
kelahiran, jenis kelamin dengan kemandirian anak usia prasekolah.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional.
Variabel independen pola asuh, urutan kelahiran, dan jenis kelamin. Variabel dependen
kemandirian anak usia prasekolah. Sampel sebanyak 39 responden ibu dan anak yang
diambil dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil Penelitian dengan uji Regresi Linier menunjukkan nilai ρ = 0,000 (ρ <
0,05) pada faktor pola asuh yang artinya ada hubungan faktor pola asuh dengan
kemandirian, sedangkan pada faktor jenis kelamin menunjukkan nilai ρ = 0,578 (ρ >
0,05) artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian anak, dan
faktor urutan kelahiran (ρ = 0,256) (ρ > 0,05) artinya tidak ada hubungan urutan kelahiran
dengan kemandirian.
Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua tentang pola asuh demokratis yang tepat sesuai dengan karakter
anak sehingga kemandirian anak dapat berkembang.

Kata Kunci: Anak Usia Pra Sekolah, Jenis Kelamin, Kemandirian, Pola Asuh,
Urutan Kelahiran,

ABSTRACT

Childhood was an important period in the process of independence


development. Many preschool age children experience delayed independence. The factors
that influence the independence of the three are among others: parenting, birth order,
and gender. This study was aimed to determine the relationship of parenting, birth order,
gender to the independence of preschoolers.
The type of this research was analytic observational research with cross
sectional case study design. Independent variables of parenting, birth order, and gender.
The dependent variable was the independence of preschool children.. A sample of 39
mothers and children were obtained and sampling technique used purposive sampling.
The results of the study with Linear Regression test showed the value ρ=0,000
(ρ<0,05) in the independent variables parenting meant that there was a relationship
between parenting factors and independence, while the gender factor showed the value ρ
= 0,578 (ρ>0,05) meant there wasn’t relationship between gender and child
independence, and birth order factor ρ=0.256 (ρ>0,05) showed there wasn’t relationship
between birth order and independence.
Nurses as health workers were expected to provide health education to parents
about democratic parenting that is appropriate to the character of the child so that
children's independence can develop.

Keywords : Preschool Age Children, Gender , Independence, Parenting, Birth Order

216
PENDAHULUAN masih merasa khawatir dan kesal
Masa anak-anak sangat dengan tingkah laku anak yang
penting dalam proses perkembangan berlebihan dan tidak dapat
kemandirian khususnya anak usia 4-6 dikendalikan (Fadlillah & Khorida,
tahun (pra sekolah), keterampilan 2013).
dalam menggunakan otot kaki sudah Berdasarkan studi
mulai berfungsi sehingga dapat pendahuluan yang dilakukan oleh
memenuhi ADL (Activity Daily peneliti pada tanggal 5 Januari 2018
Living)-nya secara mandiri. Aktivitas di TK Banjarsari Asri, Cerme, Gresik,
kehidupan sehari-hari yang dapat hasil observasi peneliti, 8 dari 10
dilakukan anak usia 4-6 tahun adalah siswa yang berusia 4-6 tahun
berpakaian sendiri, makan sendiri, memiliki kemandirian yang belum
merapikan tempat tidur, memakai berkembang, dimana dari 10 anak
sepatu, mengurusi diri sendiri tersebut hanya dua anak yang berani
(Susanto, 2011). Seiring berangkat dan pulang sekolah sendiri,
berkembangnya keterampilan- dan hanya satu anak yang berani maju
keterampilan yang telah dikuasai oleh ke depan kelas ketika guru meminta
anak, diharapkan anak-anak dapat untuk maju, dan hanya dua anak yang
belajar mandiri dengan merawat berani bertanya bila tidak mengerti
dirinya sendiri dalam memenuhi dan merapikan alat tulis ketika selesai
kebutuhannya, seperti melepas dan belajar tanpa harus diperintah.
mengenakan pakaian, buang air kecil, Hurlock (2018) menyebutkan faktor
ataupun memakai kaos kaki dan yang berhubungan dengan
sepatunya sendiri tanpa bantuan orang kemandirian anak adalah pola asuh
tua maupun pengasuhnya (Sochib, orang tua, jenis kelamin, dan urutan
M., 2010). Sedangkan banyak kelahiran anak. Namun, faktor yang
pengamat menyatakan bahwa anak- berhubungan dengan kemandirian
anak, khususnya di Indonesia sering anak usia prasekolah di TK Banjarsari
mengalami keterlambatan dalam Asri belum dapat dijelaskan.
kemandirian. Hal ini disebabkan sejak WHO (World Health
kecil anak tidak diajarkan Organization) melaporkan bahwa 5-
kemandirian oleh orang tuanya. 25% dari anak-anak usia prasekolah
Keterlambatan kemandirian anak menderita gangguan perkembangan.
dapat disebabkan oleh orang tua yang Berbagai masalah perkembangan
terlalu memanjakan anak, dan anak, seperti keterlambatan motorik,
membatasi aktivitas serta kreativitas bahasa, dan perilaku sosial dalam
anak. Hal ini terjadi karena orang tua beberapa tahun terakhir ini semakin

217
meningkat. Angka kejadian tersebut diantaranya berjenis kelamin
di Indonesia antara 13-18%. perempuan dan 62,5% adalah anak
Kemandirian anak prasekolah di laki-laki. Sedangkan menurut urutan
negara berkembang dan maju adalah kelahiran, dari sepuluh anak 40%
53% mandiri tidak bergantung pada adalah anak sulung, 50% merupakan
orang lain, dan 9% masih tergantung anak kedua, sedangkan 10% adalah
pada orang tua, anak prasekolah 38% anak ketiga. Delapan orang tua murid
yang tergantung sepenuhnya pada yang peneliti wawancarai, ada lima
orang tua maupun pengasuh mereka, ibu menggunakan pola asuh permisif
dan 17% cukup mandiri. Profil mengatakan saya lebih suka
masalah kesehatan perkembangan menerapkan pada anak saya sikap
anak pada tahun 2010 dilaporkan yang tidak banyak menuntut dan
bahwa dari jumlah anak sebanyak membiarkan anak dengan
3.634.505 jiwa, ditemukan 54,03% kemauannya sendiri, yang penting
anak dideteksi memiliki kemampuan anak saya senang. Tiga orang ibu
sosialisasi dan kemandirian yang menggunakan pola asuh demokratis
baik, cakupan tersebut masih di mengatakan menghargai kemauan
bawah target yakni 90% (Depkes RI, dan kemampuan anak dengan kontrol
2010). Menurut penelitian yang yang tegas.
dilakukan oleh Danang di TK Kemandirian tidak terbentuk
Aisyiyah Mendungan Sukoharjo pada begitu saja akan tetapi berkembang
tahun 2012, didapatkan dari 20 orang karena pengaruh dari beberapa faktor
anak, 16 anak (75%) sudah bisa lain. Banyak faktor-faktor yang
mandiri, dan ditemukan adanya mempengaruhi kemandirian.
hubungan yang signifikan antara pola Sebagaimana aspek-aspek psikologis
asuh dan kemandirian anak di TK lainnya, kemandirian juga bukan
tersebut. hanya merupakan pembawaan yang
Adapun penelitian Retnowati melekat pada diri individu sejak lahir.
(2015) yang dilakukan di TK Perkembangannya juga dipengaruhi
Budiharjo Kabupaten Jombang, oleh berbagai stimulasi yang datang
didapatkan hasil dari 14 anak sulung dari lingkungannya, selain potensi
31,1% diantaranya telah mandiri yang telah dimiliki sejak lahir sebagai
dalam pemenuhan ADL. Berdasarkan keturunan dari orang tuanya (Judy, et
pengamatan awal peneliti di TK al., 2012). Kemandirian anak usia
Banjarsari Asri diperoleh 8 dari 10 prasekolah dapat ditumbuhkan
siswa ditemukan belum berkembang dengan membiarkan anak memiliki
kemandiriannya, dimana 37,5% pilihan dan mengungkapkan

218
pilihannya sejak dini. Ibu dapat mau, asalkan semua dilayani,
mendorongnya dengan menanyakan misalnya anak akan menyuruh orang
makanan apa yang diinginkannya, lain untuk mengambilkan pensil,
pakaian apa yang ingin dipakainya, buku, dan sebagainya.
atau permainan apa yang ingin Menurut Susanto (2011)
dimainkan, serta menghargai setiap kemandirian anak usia dini dapat
pilihan yang dibuatnya sendiri dilihat dari pembiasaan dan
(Hurlock, 2018). kemampuan anak dalam kemampuan
Menurut Rahmawati, (2015) fisik, percaya diri, bertanggungjawab,
anak-anak yang tidak mandiri akan disiplin, pandai bergaul, mau berbagi,
berpengaruh negatif terhadap dan mengendalikan emosi. Jika anak
perkembangan kepribadiannya mampu melakukan itu semua, maka
sendiri. Jika hal ini tidak segera anak dapat dikatakan telah mandiri.
teratasi, anak akan mengalami Jika mengetahui faktor-faktor yang
kesulitan pada perkembangan berhubungan dengan kemandirian,
selanjutnya. Anak akan susah orang tua akan lebih mudah dalam
menyesuaikan diri dengan melatih anak untuk mandiri. Melihat
lingkungannya. Anak yang tidak pentingnya pengembangan
mandiri juga akan menyusahkan kemandirian pada anak usia dini, dan
orang lain. Anak-anak yang tidak terbatasnya penelitian yang berfokus
mandiri cenderung tidak percaya diri pada kemandirian anak di Indonesia,
dan tidak mampu menyelesaikan oleh karena itu peneliti tertarik untuk
tugas hidupnya dengan baik. meniliti faktor-faktor yang
Akibatnya, prestasi belajarnya bisa berhubungan dengan kemandirian
mengkhawatirkan. Anak-anak seperti pada anak usia pra sekolah.
ini senantiasa bergantung pada orang
lain, misalnya mulai dari persiapan METODE DAN ANALISA
berangkat sekolah mengerjakan
Jenis penelitian ini adalah
pekerjaan rumah, sampai dalam pola
penelitian observasional analitik,
belajarnya. Dalam persiapan
dengan rancangan atau desain studi
berangkat sekolah, misalnya, anak
kasus cross sectional yaitu penelitian
selalu ingin dimandikan orang lain,
yang menekankan waktu pengukuran/
dibantu berpakaiannya, minta disuapi,
observasi data variabel independen
buku dan peralatan sekolah harus
dan dependen hanya satu kali pada
disiapkan orang lain, termasuk harus
satu saat. Pengumpulan data pada
selalu diantar ke sekolah. Ketika
variabel dependen kemandirian
belajar di rumah, mereka mungkin

219
dengan menggunakan lembar linier dengan nilai signifikansi  0,05.
observasi yang diadopsi dari
penelitian Mardiana, (2014), variabel
independen pola asuh ibu HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan kuesioner yang
Hubungan Faktor Pola Asuh Ibu
diadopsi dari penelitian sebelumnya
dengan Kemandirian Anak Pra
Fitria, (2014), dan variabel
Sekolah
independen jenis kelamin dan urutan
kelahiran dengan menggunakan Tabel 1 menunjukkan bahwa
lembar kuesioner karakteristik hasil perhitungan menggunakan uji
responden. Populasi pada penelitian statistik Regresi linier adalah (hitung)
ini adalah semua siswa TK B sebesar 0,000, angka ini jauh lebih
Banjarsari Asri sebanyak 43 kecil dari 0,05, sehingga H1 diterima
responden. Penentuan besar sampel artinya ada hubungan antara faktor
menggunakan purposive sampling pola asuh ibu dengan tingkat
dan sampel yang memenuhi kriteria kemandirian anak usia pra sekolah.
inklusi sebanyak 39 responden. Didapatkan nilai koefisien
Penelitian dilakukan pada 30 April-5 determinasi (R square) adalah 0,502
Mei 2018 di TK Banjarsari Asri yang berarti kemampuan variabel
dengan perijinan bebas (pola asuh) dalam menjelaskan
No.093/PSIK.UG/EX/IV/2018 dan varians dari variabel terikatnya adalah
telah mendapat rekomendasi dari sebesar (50,2%), dan terdapat 49,8%
tempat penelitian No. varians variabel terikat (kemandirian
03/TK/BJSA/VIII/2018. Data hasil anak usia prasekolah) yang dijelaskan
penelitian telah di lakukan uji statistik oleh faktor lain.
dengan menggunakan uji regresi

Tabel 1. Hubungan faktor pola asuh ibu dengan kemandirian anak prasekolah

220
Pola asuh orang tua menerima, tetapi juga meminta
merupakan salah satu faktor penting perilaku yang baik, tegas dalam
dalam mengembangkan ataupun menetapkan standar, dan berkenan
menghambat tumbuhnya kreativitas. untuk menerapkan hukuman yang
Seorang anak yang dibiasakan dengan terbatas dan adil jika dibutuhkan
suasana keluarga yang terbuka, saling dalam konteks hubungan yang hangat
menghargai, saling menerima dan dan mendukung. Orang tua juga
mendengarkan pendapat keluarganya, menjelaskan alasan di balik pendapat
maka ia akan tumbuh menjadi mereka dan mendorong komunikasi
generasi yang terbuka, fleksibel, verbal timbal balik. Anak mereka
penuh inisiatif, dan produktif, suka merasa aman karena mengetahui
akan tantangan dan percaya diri. mereka dicintai, tapi juga diarahkan
Perilaku kreatif dapat tumbuh dan dengan tegas (Papalia et al, 2014).
berkembang dengan baik. Kehidupan Menurut Santrock (2011) Pola
keluarga merupakan lingkungan asuh dipengaruhi oleh tingkat
pertama dan utama bagi anak. Oleh pendidikan, lingkungan, dan budaya.
karena itu, pola pengasuhan orang tua Pendidikan yang dimiiki orang tua
menjadi sangat penting bagi anak dan akan mempengaruhi kesiapan orang
akan mempengaruhi kehidupan anak tua dalam melakukan kegiatan
hingga ia dewasa (Rachmawati, pengasuhan. Gambar 5.2
2010). menunjukkan sebagian besar
Hasil kuesioner menunjukkan responden ibu berpendidikan akhir
sebagian besar responden ibu SMA sebanyak 27 responden (69%)
sebanyak 24 responden (61,5%) dan tidak ada satupun ibu yang tidak
menggunakan jenis pola asuh bersekolah (0%). Hasil riset
demokratis. Banyak penelitian Mardiana, (2014) menunjukkan
mengungkapkan kemandirian lebih bahwa pendidikan diartikan sebagai
berkembang pada pola asuh ibu pengaruh lingkungan atas individu
demokratis. Pola asuh demokratis untuk menghasilkan perubahan-
adalah orang tua yang menghargai perubahan yang tetap atau permanen
individualitas anak tetapi juga di dalam kebiasaan tingkah laku,
menekankan batasan-batasan sosial. pikiran dan sikap. Orang tua yang
Orang tua percaya akan kemampuan sudah mempunyai pengalaman
mereka dalam memandu anak, tetapi sebelumnya dalam mengasuh anak
juga menghargai keputusan mandiri, akan lebih siap menjalankan peran
minat, pendapat, dan kepribadian asuh, selain itu orang tua akan lebih
anak. orang tua menyayangi dan mampu mengamati tanda-tanda

221
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak bekerja. Faktor lain yang dapat
normal. Adapun faktor lingkungan mempengaruhi pola pengasuhan ibu
dan budaya yang tidak diiteliti oleh adalah budaya. Sering kali orang tua
peneliti. Tidak mustahil jika mengikuti cara-cara yang dilakukan
lingkungan ikut serta mewarnai pola- oleh masyarakat dalam mengasuh
pola pengasuhan yang diberikan anak, kebiasaan-kebiasaan
orang tua terhadap anaknya, apalagi masyarakat disekitarnya dalam
keluarga. Tipe keluarga bisa jadi mengasuh anak. Karena pola-pola
berpengaruh terhadap pola tersebut dianggap berhasil dalam
pengasuhan ibu. Salah satu tipe mendidik anak kearah kematangan.
keluarga adalah keluarga besar Hasil penelitian ini sejalan dengan
(extended family) dimana dalam satu penelitian sebelumnya yang
rumah dihuni oleh keluarga inti dilakukan oleh Danang di TK
ditambah dengan sanak saudara, Aisyiyah Mendungan Sukoharjo pada
misalnya kakek dan nenek. tahun 2012, didapatkan dari 20 orang
Seringnya, apabila kedua orangtua anak, 16 anak (75%) sudah bisa
sama-sama bekerja, secara otomatis mandiri, dan ditemukan adanya
anak akan lebih sering diasuh oleh hubungan yang signifikan antara pola
kakek-nenek sehingga bisa merubah asuh dan kemandirian anak di TK
pola asuh ibu menjadi tersebut.
grandparenting. Hubungan faktor urutan kelahiran
Hasil penelitian ini juga anak dengan kemandirian anak
menunjukkan dari 39 responden ibu, prasekolah
hampir setengahnya sebanyak 12 Tabel 2 menunjukkan hasil
responden (31%) adalah seorang perhitungan uji statistik Regresi linier
pekerja. Dari pengalaman peneliti,
diperoleh perhitungan (hitung) sebesar
ketika mendatangi rumah responden,
0,256 angka ini jauh di lebih besar
beberapa responden anak dijaga oleh
dari 0,05 sehingga H1 ditolak artinya
neneknya ketika ibunya sedang
tidak ada hubungan antara faktor
bekerja. Beberapa teori sering
urutan kelahiran dengan tingkat
menyebutkan bahawa ibu yang
kemandirian anak usia pra sekolah.
bekerja tidak dapat mengasuh dan
Malfella, (2015) menyatakan bahwa
mengontrol keseluruhan kegiatan
urutan kelahiran bukan merupakan
anak. Namun, menurut peneliti tidak
satu-satunya faktor yang
menjamin bahwa ibu yang bekerja
mempengaruhi perkembangan
mempunyai pola asuh yang lebih
kepribadian seorang remaja. Menurut
buruk dibandingkan dengan ibu yang

222
Santrock (2011) masih banyak faktor tengah. Padahal menurut pandangan
lain yang lebih penting dalam masyarakat selama ini, diantara anak
memperkirakan perilaku seorang sulung, tengah dan bungsu yang
remaja, termasuk perilaku mandiri. dipercaya lebih mandiri adalah anak
Tidak adanya perbedaan kemandirian sulung, dikarenakan anak sulung
dilihat dari urutan kelahiran baik anak lebih sering dituntut untuk dapat
pertama, anak tengah, maupun anak mengerjakan atau memenuhi
bungsu secara keseluruhan berarti kebutuhannya sendiri, terlebih jika
tidak mendukung teori dan asumsi anak memiliki adik, biasanya anak
yang telah diajukan. Diharapkan teori sulung akan dituntut untuk dapat
yang ada perlu ditinjau kembali. merawat dirinya sendiri dan adik-
Tidak terdapatnya perbedaan yang adiknya, sedangkan anak bungsu
signifikan tersebut mungkin cenderung tidak mandiri dan banyak
disebabkan masih ada faktor lain menuntut sebagai akibat dari kurang
yang perlu dipertimbangkan, seperti ketatnya disiplin dan dimanjakan oleh
jarak usia antar anak. Jarak usia yang anggota keluarga. Namun, hal
terlalu jauh dapat mengurangi tersebut bisa saja terjadi karena sikap
pengaruh urutan kelahiran terhadap kemandirian sendiri termasuk bagian
perkembangan kemandirian. dari tahapan perkembangan, dan
Sebagian besar responden setiap anak memiliki pencapaian
anak merupakan anak bungsu berbeda-beda dalam hal tersebut,
sebanyak 21 responden (54%), dan terutama pada aspek kemandirian,
sebagian besar anak yang memiliki bisa jadi responden bungsu pada
tingkat kemandirian “berkembang penelitian ini memiliki tahap
sesuai harapan“ merupakan anak perkembangan yang lebih baik
bungsu, hal tersebut mengartikan dibandingkan dengan responden
bahwa responden anak bungsu sulung. Adapun menurut peneliti, hal
sebagian besar memiliki kemandirian lain yang dapat mempengaruhi sikap
yang lebih dibanding anak sulung dan kemadirian anak adalah umur anak.
Table 2. Hubungan faktor urutan kelahiran anak dengan tingkat kemandirian anak
prasekolah

223
Sebagian besar responden faktor jenis kelamin dengan tingkat
anak sebanyak 21 responden (54%) kemandirian anak usia pra sekolah.
berusia 6 tahun, yang artinya 21 Santrock (2011) mengemukakan
responden tersebut tentu memiliki istilah seks (jenis kelamin) mengacu
pengalaman dan melewati tahap pada dimensi biologis seorang laki-
perkembangan lebih lama laki dan perempuan. Artinya seks
dibandingkan dengan responden yang berarti perbedaan laki-laki dan
berumur 5 tahun, meskipun perempuan sebagai makhluk yang
responden tersebut adalah anak secara kodrati memiliki fungsi-fungsi
bungsu. Penelitian ini sejalan dengan organisme yang berbeda. Dalam arti
penelitian yang dilakukan oleh perbedaan jenis kelamin seks
Oktaviana (2014) tentang mengandung pengertian laki-laki dan
kemandirian ditinjau dari jenis perempuan terpisah secara biologis.
kelamin dan urutan kelahiran. Hasil Perempuan dan laki-laki memiliki ciri
uji statistik penelitian tersebut yang berbeda secara biologis. Laki-
menunjukkan bahwa nilai rata-rata laki memiliki fisik yang kuat, otot
kemandirian dengan urutan kelahiran yang kuat, bersuara berat, memiliki
sulung sebesar 75,70 sedangkan nilai penis, testis, sperma yang berfungsi
rata-rata kemandirian dengan urutan untuk alat reproduksi dalam
kelahiran bungsu sebesar 76,01. Dari meneruskan keturunan. Perempuan
nilai rata-rata tersebut terlihat ada memiliki hormon yang berbeda
selisih nilai rata-rata kemandirian dengan laki-laki,sehingga terjadi
ditinjau dari urutan kelahiran 0,31. menstruasi, perasaan yang sensitive,
Hal ini berarti bila dilihat dari nilai serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh
rata-rata kemandirian antara remaja yang berbeda dengan laki-laki. Secara
sulung dan remaja bungsu relatif biologis hal ini akan terus melekat
sama. pada laki-laki dan perempuan
selamanya dan fungsinya tidak dapat
Hubungan Faktor Jenis Kelamin
dipertukarkan.
dengan Tingkat Kemandirian Anak
Sebagian besar responden
Pra Sekolah
anak merupakan anak laki-laki
Hasil perhitungan sebanyak 23 responden (59%),
menggunakan uji statistik Regresi sedangkan 16 responden (41%)
linier diperoleh hasil perhitungan adalah perempuan. Hasil observasi
(hitung) sebesar 0,578 angka ini jauh kemandirian pada responden anak
di lebih besar dari 0,05 sehingga H1 didapatkan yang memiliki tingkat
ditolak artinya tidak ada hubungan kemandirian “berkembang sesuai

224
harapan” sebagian besar adalah kemandirian “berkembang sesuai
perempuan sebanyak 13 responden harapan”. Hal tersebut dapat
(33,3%). Namun, jika diamati di tabel menunjukkan bahwa tidak ada
3, tidak ada perbedaan yang banyak perbedaan kemandirian yang
antara jumlah responden laki-laki dan signifikan antara laki-laki dan
perempuan yang memiliki tingkat perempuan.

Tabel 3. Hubungan faktor jenis kelamin dengan tingkat kemandirian anak


prasekolah

Perbedaan perlakuan orang sama saat diperintahkan guru untuk


tua antara anak laki-laki dan mengembalikan mainan ke tempat
perempuan dapat mempengaruhi semula.
tingkat kemandirian keduanya. Laki- Penelitian ini mendukung
laki sering dianggap lebih mandiri penelitian sebelumnya yang
dari perempuan karena biasanya, dilakukan oleh Oktaviana (2014)
orangtua dalam kehidupan sehari-hari tentang kemandirian ditinjau dari
lebih cenderung memberikan jenis kelamin dan urutan kelahiran.
perlindungan yang besar terhadap Hasil Penelitian tersebut
anak perempuan. Namun berbeda mengungkapkan bahwa Hasil analisis
dengan yang diamati oleh peneliti data perbedaan kemandirian ditinjau
dikelas, walaupun responden anak dari jenis kelamin memiliki rata-rata
laki-laki tampak lebih aktif dan nakal kemandirian laki-laki = 74,55 dan
dibandingkan perempuan, hampir kemandirian perempuan 76,45. Dari
setengahnya (11 responden) memiliki nilai rata-rata tersebut dapat terlihat
kemandirian yang lebih berkembang ada selisih nilai rata-rata kemandirian
dibandingkan 3 responden sebesar 1,9. Hal ini berarti bila dilihat
perempuan. Di tempat penelitian, dari nilai rata-rata kemandirian, relatif
beberapa responden laki-laki dan sama kemandirian antara remaja laki-
perempuan tampak saling bekerja laki dengan perempuan

225
Kembang Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Fadlillah & Khorida. (2013).
Kesimpulan Pendidikan Karakter Anak
Usia Dini. Yogyakarta: Ar-
Hasil penelitian menunjukkan ruzz Media.

ada hubungan pola asuh ibu dengan Fitria A. N. (2014). Hubungan Antara
Pola Asuh Orang Tua
kemandirian anak usia prasekolah,
Terhadap Tingkat
sedangkan faktor urutan kelahiran dan Perkembangan Pada Anak
Usia Pra Sekolah Di TK Al-
jenis kelamin tidak berhubungan
Islam I Jamsaren Surakarta.
dengan kemandirian anak usia Skripsi: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
prasekolah.
Muhammadiyah Surakarta,
Indonesia.
Saran http://eprints.ums.ac.id/30988/
diunduh pada tanggal 17
Penelitian lanjutan tentang Maret 2018.
variabel-variabel yang tidak Hurlock, E.B. (2018). Psikologi
berhubungan dengan pembentukan Perkembangan. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
kemandirian yang ditemukan dalam
Judy et al. (2012). Sukses
penelitian ini yaitu, jenis kelamin dan
Membesarkan Anak Dengan
urutan kelahiran. Perawat dapat Pemberdayaan Hubungan.
Alih bahasa: Eddy Susanto.
memberikan penyuluhan kesehatan
Tangerang: Kharisma
kepada orang tua tentang pola asuh Publishing Group.
demokratis yang dapat membangun Malfella, DSP. 2015. Hubungan
kemandirian anak sesuai dengan Urutan Kelahiran Anak
dal;am Keluarga Dengan
tahap pertumbuhan dan Kemandirian Dalam
perkembangan. Orang tua yang Pemenuhan ADL (Activity
Daily Living) pada Anak Usia
menerapkan pola asuh tidak 4-6 Tahun di TK Budirahatjo
demokratis untuk belajar tentang Ngusikan Kabupaten
Jombang. Jurnal Kesehatan
parenting agar dapat mengerti dan Malang publikasi Fakultas
mempraktikan pola asuh yang baik, Kesehatan Universitas
Brawijaya. Vol 2. No.1
sesuai karakteristik kemandirian anak,
Mardiana, A. (2014). Hubungan
sehingga kemandirian anak dapat Pelaksanaan Kemandirian
berkembang sesuai dengan tahapan. Anak dalam Keluarga Dengan
Pelaksanaan Kemandirian
KEPUSTAKAAN Anak di Sekolah Kelompok A
PAUD Pertiwi 1 Kota
Bengkulu. Skripsi: Fakultas
Depkes RI.(2010). Instrumen Keguruan dan Ilmu
Stimulasi, Deteksi dan Pendidikan, Universitas
Intervensi Dini Tumbuh Bengkulu, Bengkulu,
Indonesia.

226
http://repository.unib.ac.id/87
73/ diunduh pada tanggal 12
Desember 2017 jam 08.30.
Oktaviana T, U.. (2014). Kemandirian
Ditinjau Dari Urutan
Kelahiran dan Jenis Kelamin.
Skripsi.
http://eprints.ums.ac.id/29591/
22/02._Naskah_Publikasi.pdf
/ diunduh pada tanggal 14
Desember 2017 jam 08.00
Papalia, et al. (2014). Human
Development Menyelami
perkembangan Manusia edisi
12. Jakarta: Salemba
Humanika.
Rahmawati, E. (2015) Perbedaan
Kemandirian Anak Usia 5-6
Tahun Ditinjau Dari Subyek
Pengasuh (orangtua dan
grandparent) di TK Kartini 1
dan TK Kartini 2
Wonoketingal Kecamatan
Karanganyar Kabupaten
Demak. Skripsi: Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang, Semarang,
Indonesia.
http://lib.unnes.ac.id/22608/
diunduh pada tanggal 22
Desember 2017 jam 08.00.
Rachmawati, Y dan Kurniati, E.
(2010). Strategi
Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman
Kanak-Kanak. Jakarta:
Kencana Prenada Media
Group.
Retnowati, R. D. (2013). The
Indonesian Journal Of Health
Science. Vol.3 Jember :
Universitas Muhammadiyah
Jember
Santrock, J.W. 2011. Masa
Perkembangan Anak (Ed. 11).
Jakarta : Salemba
Susanto, A. 2011. Perkembangan
Anak usia Dini (pengantar
dalaam Berbagai Aspeknya).
Jakarta: Kencana.

227

Anda mungkin juga menyukai