Anda di halaman 1dari 65

BAB III

KEGIATAN LABORATORIUM

3.1 Susunan Personalia Laboratorium


1. Laboratorium Patologi Klinik
Susunan personalia laboratorium Patologi Klinik ditunjukkan
pada diagram di bawah ini:

Laboratorium Patologi
Klinik

Manajer Teknis Patologi


Klinik
Cepi Mulyana
(NIP:197004241994031006)

Staf Manajer Teknis Staf Manajer Teknis Patologi


Imunoserologi Klinik
Hana Hartati Agus Ramdan Tukino
NIP:196111111982022005 (NIP:197310171998031004)

Personil
Personil 1. Temy Melida (1967062720111012006)
1. Yenny Yuliana (196407202010012012) 2. Yulia Budiarti (19680728201101012004)
2. Nira Yulia Mardiah (197507211998032004) 3. Oktarini (196110002006042010)
3. Ellin Karliah (196202251982022004) 4. Saeful Hakim (196708271990031008)

Gambar 3.1 Diagram Susunan Personalia Laboratorium Patologi Klinik

22
2. Laboratorium Mikrobiologi
Susunan personalia laboratorium Patologi Klinik ditunjukkan
pada diagram di bawah ini:

Laboratorium Mikrobiologi

Manager Teknis
Nida Hendriani
NIP. 196206091982032002

Laboratorium TBC Staf Manajer Teknis


Yenny Setiarah, S.ST Rifky W Rahman
NIP. 197202081990032001 NIP: 198201262010011004
Wulan Permatasari Ai Nilam Sari
NIP. 196511232010012013 NIP: 19720919200902001

Laboratorium Media
Rukman
NIP. 196702111988031004

Laboratorium Air Makanan dan


Minuman
Ida Widaningsih
NIP. 196110171963032006

Laboratorium MO
Kiki Homisatul Miskiyah
NIP. 198110282006042012

Laboratorium Parasit
Siti Aida Nuraida
NIP. 196206091982032002
Rukman
NIP. 196702111988031004

Gambar 3.2 Diagram Susunan Personalia Laboratorium Mikrobiologi

3.3 Kegiatan Laboratorium


Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat memiliki 4
laboratorium besar di dalamnya, yaitu Laboratorium Patologi Klinik,

23
Laboratorium Imunoserologi, Laboratorium Mikrobiologi, dan
Laboratorium Kimia Kesehatan Lingkungan.
3.3.1 Kegiatan Praktek di Laboratorium Patologi Klinik
1. Kimia Klinik
o Alat : Cobas C311
o Bahan : Serum
o Metode : Automatic Analyzer
o Prinsip Alat :
Penentuan kadar secara Fotometri, dimana proses kalibrasi,
pemeriksaaan serum kontrol, pemeriksaan sampel, kalkulasi
hasil pemeriksaan, serta pencucian kuvet secara otomatis
dilakukan oleh alat.
o Pra Analitik :
Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit.
o Analitik :
1. Masukkan sampel ke dalam Automatic analyzer Cobas C311.
2. Tekan menu (workplace), klik (test selection).
3. Pastikan pada kolom “sampel’ terpilih “routin’ dan sesuaikan
tipe sampel pada kolom “type”.
4. Ketik nomor sequence pada kolom “sequence no”.
5. Ketik nomer posisi sampel pada kolom “disk pos”.
6. Tekan tombol parameter yang akan diperiksa.
7. Tekan tombol “save”.
8. Lakukan langkah 4 sampai 7 untuk order sampel yang lain.
9. Tekan tombol “start” (kecil) dan pastikan pada kolom “start
sampel no” tertera nomor yang sesuai dengan sequence awal
order.
10. Tekan tombol START (besar).

24
o Pasca Analitik :
Hasil pemeriksaan lansung masuk ke sistem LIS untuk dibuat
laporan hasil pemeriksaan.

Parameter-parameter pemeriksaan yang diperiksa dengan


menggunakan atomatic Analyzer Cobas C311, yaitu:
a. Pemeriksaan Glukosa
Metode : Hexokinase
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar glukosa dalam serum atau plasma.
Prinsip :

HK
Glukosa +ATP G – 6 – P + ADP
Hexokinase mengkatalisis phosphorylation dari glukosa menjadi
glukosa 6 – phosphat dengan ATP.

G-6-PDH
G-6-P + NADP glukonat – 6 – P + NADPH + H +
Glukosa-6-phosphat dehydrogenase mengoksidase glukosa 6
phosphat menjadi glukonat-6-p dan menjadi NADP menjadi
NADPH, banyaknya NADPH yang terbentuk serta dengan
konsetrasi glukosa dalam sampel.

Nilai normal :
1) Tali Pusat : 45 – 96 mg/dL
2) Prematur : 20 – 60 mg/dL
3) Neonatus : 30 – 60 mg/dL
4) 1 hari : 40 – 60 mg/dL
5) > 1 hari : 50 – 80 mg/dL
6) Anak : 60 – 100 mg/dL

b. Pemeriksaan Trigliserida

25
Metode : GPO-PAP
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar trigliserida dalam serum atau
plasma.
Prinsip :

LPL
Triglycerides + 3H2O Glyserol + 3 RCOOH
Gliserol Kinse
Gliserol + ATP Gliserol – 3- fosfatase + ADP
Mg 2
Glycerol-3-phosphate oxidase
Gliserol-3phospase + O2
H2O2 + dihydroxyaceton phosphate.
peroxidase
2 H2O2 + 4 – amino Phenazome + 4 – choropenol
4 – (p – benzokuinone – monoimino) – phenazone + 2 H 2O2 +
HCL.
Kompleks warna diukur intensitasnya dan dibandingkan
terhadap intesitas warna standar (kalibrator).
Nilai normal :
1) Tali Pusat:
a) Laki – laki : 13 – 95 mg/dL
b) Perempuan : 11 – 76 mg/dL
2) 0 – 9 tahun:
a) Laki – laki : 30 – 100 mg/dL
b) Perempuan : 35 – 110 mg/dL
3) 10 – 14 tahun:
a) Laki – laki : 32 – 125 mg/dL
b) Perempuan : 37 - 148 mg/dL
4) 15 – 19 tahun:
a) Laki – laki : 37 – 148 mg/dL
b) Perempuan : 39 – 104 mg/dL

c. Pemeriksaan cholesterol

26
Metode : CHOD-PAP
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar cholestrol dalam serum atau plasma.
Prinsip :
kolesterol
Kolesterol ester + H2O kolesterol + RCOOH.
oxidase
kolesterol
Kolesterol + O2 kolesterol –4–en–3-one + H2O2.
oxidase
2 H2O2 + 4 – aminophenazone + phenol peroxidase quinine –
imine dye + 4H2O.
Kompleks warna Quinine – imine dye diukur intensitasnya dan
dibandingkan terhadap intensita warna standar (kalibrator).
Nilai normal :
1) Tali Pusat :
a) Laki – laki : 44 – 103 mg/dL
b) Perempuan : 50 – 108 mg/dL
2) 0 – 4 tahun :
a) Laki – laki : 114 – 203 mg/dL
b) Perempuan : 50 – 108 mg/dL
3) 4 – 9 tahun :
a) Laki –laki : 121 – 203 mg/dL
b) Perempuan : 126 – 207 mg/dL
4) 10 – 14 tahun :
a) Laki – laki : 119 – 203 mg/dL
b) Perempuan : 124 – 108 mg/dL
5) 15 – 19 tahun :
a) Laki –laki : 113 – 197 mg/dl
b) Perempuan : 50 – 200 mg/dL
6) Dewasa :
a) < 29 tahun : < 200 mg/dL
b) 30 – 39 tahun: < 225 mg/dL

27
c) 40 – 49 tahun: <245 mg/dL
d) > 50 tahun : 265 mg/dL
Yang dianjurkan: < 200 mg/dL
Resiko Sedang : 200 – 239 mg/dL
Resiko tinggi : > 240 mg/dL

d. Pemeriksaan HDL Direct


Metode : CHOD-PAP
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar high density lipoprotein (HDL)
dalam serum atau plasma.
Prinsip :
PEG cholesterol esterol esterase
HDL cholesterol ester + H2O
HDL cho + RCOOH.
HDL cho + O2 PEG cholesterol esterol esterase cholestenon +
H2O2.
peroxidase
2H2O2 + 4 – aminoantipyrine + HSDA + H + H2O
kompleks warna ungu + 5 H2O.
Kompleks warna ungu yang terbentuk di ukur intensitanya dan
di bandingkan terhadap intensitas warna standar (kalibrator).
Nilai normal Pemeriksaan HDL Direct ditunjukkan pada:
Dewasa Tidak Resiko Resiko tinggi
beresiko rendah

Laki – laki > 55 mg/dl 35 – 55 mg/dl < 35 mg/dl

Perempuan > 65 mg/ dl 45 – 65 mg/dl < 45 mg/dl

Tabel 3.1 Nilai normal Pemeriksaan HDL Direct


e. Pemeriksaan LDL direct
Metode : CHOD-PAP
Tujuan :

28
o Untuk mengetahui kadar low density lipoprotein (LDL)
Detergen
dalam serum atau plasma.
Prinsip :
Cholesterol oxidase
LDL cholesterol ester + H2O Cholesterol +
Free Fatty Acid
LDL Chol + O2 Cholesterol +
H2O2
peroxidase
2 H2O2 + 4 – aminoantipyrine + HSDA + H + H2O

Kompleks warna ungu + 5 H2O2

Kompleks warna ungu yang terbentuk di ukur intensitasnya dan

di bandingkan terhadap intensitas warna standar (kalibrator).

Nilai normal Pemeriksaan LDL Direct ditunjukkan pada:


Optimal Mendekati Borderline Tinggi Sangat
Tinggi
Dewasa
< 100 130 – 159 130 – 159 160 – 169 ≤ 190
mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl

Tabel 3.2 Nilai normal Pemeriksaan LDL Direct


f. Pemeriksaan Urea
Metode : Kinetic U.V
Tujuan :
o Untuk mengetagui kadar urea dalam serum atau plasma.
Prinsip :
Nilai normal :
1) Neonates : ≤ 42 mg/dl
2) Bayi ≤ 6 bulan : < 42 mg/dl
3) Dewasa :
a) Laki – laki : 8 - 18 mg/dl
b) Perempuan : 8 - 18 mg/dl

29
g. Pemeriksaan Kreatinin
Metode : Jaffe
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum atau plasma.
Prinsip :
creatinin + picric acid Larutan suasana basa kompleks

Creatinin – picric acid.


Kompleks warna kuning – kemerahan (kompleks creatinin –
picric acid) di ukur intensitasnya dan di bandingkan terhadap
intensitas warna standar (kalibrator).
Nilai normal :
1) Neonates : <1,2mg/dl
2) Bayi 2 – 12 bulan : <0,9 mg/dl
3) Anak – anak > 1 tahun : < 1,0 mg/dl
4) Dewasa :
a) Laki –laki : 0,17 – 0,50 mg/dl
b) Perempuan : 0,35 – 0,93 mg/dl

h. Pemeriksaan Asam Urat


Metode : POD
Tujuan :
o Untuk mengetahui kadar asam urat dalam serum atau plasma.
Prinsip :

Asam urat + 2H2O2 + O2 uricase Allantoin + CO2 + H2O2


peroxida
2H2O2 + H+ + TOOS + 4-amino phenazone se quinine-
diamine dye + 4H2O.

30
Konteks warnanya merah (quinine-diamine dye) diukur
intensitasnya dan dibandingkannya terhadap intensitas warana
standar (kalibrator)
Nilai normal :
1) Neonates : <5,2 mg/dl
2) Bayi 2 – 12 bulan : <6,2 mg/dl
3) Anak – anak > 1 tahun : < 6,8 mg/dl
4) Dewasa :
a) Laki –laki : 2 – 7 mg/dl
b) Perempuan : 2 – 7 mg/dl

i. Pemeriksaan SGOT
Metode : IFCC37oC
Tujuan :
o Untuk mengetahui aktivitas enzyme Aspartat
Aminotransferase dalam serum atau plasma.
Prinsip :
GOT
α -ketoglutarat + L-Aspartat L-Glutamat +

MDH
Oxaloacetat + NADH + H +
L-Malat + NAD+
Jumlah NAD+ terbentuk setara dengan aktivitas enzym AST
yang ada dalam sampel.
Nilai normal :

1) Neonates dan bayi :


a) 1 hari : < 190 U/L
b) 2 – 5 hari : < 97 U/L
c) 6 hari – 6 bulan : < 77 U/L
d) 7 bulan – 1 tahun : < 82 U/L

2) Anak – anak :
a) 1 – 3 tahun : < 48 U/L

31
b) 4 – 6 tahun : < 36 U/L
c) 7 – 12 tahun : < 47 U/L
d) 13 – 17 tahun :
 Laki – laki : 29 U/L
 Perempuan : 25 U/L
3) Dewasa :
a) Laki – laki : 0 – 50 U/L
b) Perempuan : 0 – 35 U/L

j. Pemeriksaan SGPT
Metode : IFCC 37oC
Tujuan :

o Untuk mengetahui aktivitas enzim.

Prinsip :

α -ketoglutarat + L-alanime GPT L-Glutamat + Pyruvate

Pyruvate + NADH + H+ LDH L-lactate + NAD+

Jumlah NAD+ terbentuk setara dengan aktivitas enzym AST


yang ada dalam sampel.
Nilai normal :
1) Neonates dan bayi:
a) 1 hari : < 31 U/L
b) 2 – 5 hari : < 49 U/L
c) 6 hari – 6 bulan :< 56 U/L
d) 7 bulan – 1 tahun : < 54 U/L
2) Anak – anak :
a) 1 – 3 tahun : < 33 U/L
b) 4 – 6 tahun : < 29 U/L
c) 7 – 12 tahun : < 39 U/L

32
d) 13 – 17 tahun :
 Laki – laki : 24 U/L
 Perempuan : 25 U/L
3) Dewasa:
a) Laki – laki : 0 – 50 U/L
b) Perempuan : 0 – 35 U/L

2. Hematologi
Parameter pemeriksaan yang diperiksa, yaitu :
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Alat : Sysmex KX-21
Bahan : darah + EDTA
Metode : Impedance
Prinsip :
Setiap sel darah merah, sel darah putih maupun trombosit
yang melewati terowongan dalam saluran akan mengalami
perubahan resistensi elektronik yang sebanding dengan jumlah
tegangan votage. Banyaknya tegangan sebanding dengan jumlah
sel darah tersebut.
Setelah mengukur sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit, larutan akan ditansfer kesaluran HGB. Di dalam
saluran tesebut, alat akan mengukur ability penyerapan larutan
pada panjang gelombang 540 nm. Hasil dilaporkan dalam berat/
volume darah.
Pra Analitik :
Melakukan homogenisasi sampel darah dengan cara
diputar menggunakan rotator.

Analitik :

33
1) Periksalah ketersediaan reagensia (cellpack dan stromatolyzer
WH) dan kertas printer serta kosongkan tempat limbah.
2) Setelah dihidupkan, alat akan melakukan self chek, pesan
“please wait” akan tampil dilayar dan akan melakukan
backround secara otomatis. Jika nilai backround dengan
spesifikasi, maka alat siap untuk di oprasikan.
WBC ≤ 0,3 (x103/ μl )
RBC ≤ 0,02 (x106/ μl )
HGB ≤ 0,1 (g/dl)
PLT ≤ 10 (x103/ μl )
3) Jalankan darah kontrol (level 1, 2, dan 3) sebelum melakukan
pemeriksaan sampel.
4) Masukkan data pasien dengan menekan tombol (sampel no)
isi no identitas sampel yang diinginkan kemudian tekan
tombol (enter).
5) Homogenisasikan darah pasien yang akan diperiksa dengan
baik sebelum meletakkan dibawah aspirator phobe untuk
dihisap.
6) Tekan tombol star (warna hijau) dan sampel akan terhisap.
7) Tarik sampel dibawah aspirator phobe setelah terdengar
bunyi beep 2x.
8) Hasil pemeriksaan akan tampil pada layar dan tercetak pada
kertas.
9) Bila pemeriksaan telah selesai, matikan alat dengan menekan
tombol shutdown dan ikuti prosedur shutdown dengan
menggunakan cell clean.
Pasca Analitik :
Nilai nomal pemeriksaan darah rutin, yaitu:
1) Hemoglobin
a) Wanita : 12 – 16 g/dl
b) Laki - laki : 13 – 18 g/dl

34
2) Eritrosit
a) Wanita : 4 – 5 juta/ μl
b) Laki – laki : 4,5 – 5 juta/ μl
3) Leukosit : 4.000 – 10.000/ μl
4) Hematokrit
a) Wanita : 37 – 47 %
b) Laki – laki : 40 – 54 %
5) Trombosit : 150.000 – 400.000/ μl

b. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)


Metode : Westergren
Prinsip :
Darah dengan penambahan antikoagulan disimpan pada
tabung Westergren maka eritrosit akan membentuk rouleaux
kemudian mengendap.
Pra Analitik :
1) Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan:
a) Tabung Westergren (vial sediplast) yang telah berisi
sodium sitrat 3,8 % sebanyak 0,2 mL (200 μL ¿.
b) Pipet Westergren.
c) Rak untuk pipet Westergren.
d) Mikropipet.
e) Tips Biru.
f) Timer.
2) Persiapakan sampel, yaitu melakukan homogenisasi sampel
darah dengan cara diputar meggunakan rotator.
Analitik :
Prosedur pemeriksaan Laju Endap Darah (LED), yaitu :
1) Ke dalam tabung sediplast (vial sediplast) yang telah berisi
sodium sitrat 3,8% sebanyak 200 μL dipipet menggunakan

35
mikropipet sebanyak 800 μL ke dalam tabung kemudian
homogenkan.
2) Dengan adanya tekanan kapiler, saat tabung westergren
dimasukkan ke dalam tabung sediplast, darah akan naik
sampai tanda batas.
3) Letakkan dengan posisi tegak lurus.
4) Nyalakan stopwatch selama 60 menit.
5) Baca hasil setelah 60 menit dengan membaca tingginya
lapisan plasma dari tanda batas sampai batas plasma dan
endapan darah.

Pasca Analitik :
Nilai normal pemeriksaan laju endap darah, yaitu :
1) Laki – laki : ≤ 15 mm/ jam
2) Perempuan : ≤ 20 mm/ jam
3. Urinalisi
a. Pemeriksaan Kimia Urine
Metode : Carik celup
Prinsip :
1) Berat Jenis
Mendeteksi konsentrasi ion pada urine dengan keberadaan
kation, proton dilepaskan agen pengompleks dan
menghasilkan perubahan warna indikator bromo thymol blue
dari warna biru – hijau menjadi kuning.
2) pH
Pada carik terdapat metal red, venoftalain, dan bromo thymol
blue yang akan bereaksi dengan ion H spesifik.
3) Leukosit
Mendeteksi esterases granulosit. Esterases granulosit ini akan
bergabung dengan esterindoxyl dan indoxyl yang akan
bereaksi dengan garam dilazonium membentuk warna ungu.

36
4) Nitrit
Tes ini didasarkan pad prinsip tes Griess dan sensitive untuk
nitrit. Mendeteksi nitrit dan nitrit tidak langsung yang
terbentuk karena adanya bakteri dalam urine. Nitrit akan
bereaksi dengan paraarsinilic dan tetrahydrobneoquinolin
membentuk senyawa berwarna pink.
5) Protein
3’3’5’5’tetrachorofenol 3,4,5,6 tetrabromosulffophatalein
(buffer) bereaksi dengan protein menghasilkan reaksi
berwarna hijau muda sampai hijau tua.
6) Glukosa
Penentuan glukosa didasarkan pada reaksi glucoseoxidase/
peroxydase spsifik (metode GOD/ POD).
7) Benda Keton
Natriumnitropusid sebagai oksidator kuat dengan asam
asetoasetat dan aseton yang bersifat basah membentuk
senyawa berwarna violet.
8) Urobilinogen
Garam diazonium stabil bereaksi dengan urobiligen
membentuk senyawa azo berwarna merah.
9) Bilirubin
Bilirubin dengan garam deazonium (2 -6 diclorobenzene
diazomnium floroborat) dalam suasana asam membentuk
azobilirubin yang berwana merah muda.

Pra Analitik :
1) Persiapan Sampel: Sampel dihomogenkan sebelum dibuang
dalam tabung reaksi.
2) Mempersiapkan alat dan bahan:
Alat dan bahan, yaitu :
a) Tabung reaksi.

37
b) Reagen strip combur 10 tes M.
c) Bahan sampel urine.

Analitik :

Cara kerja pemeriksaan kimia urin dengan menggunakan


carik celup, yaitu:

1) Kocok urine secara perlahan sampai homogen, kemudian


masukkan dalam tabung reaksi yang berisi sebanyak 10 cc.
2) Ambil strip combor 10 tes, kemudian masukkan dalam
tabung yang berisi urine sampai semua strip masuk dalam
urine selama 3 detik, kemudian angkat dari urine dan tiriskan
di atas tisu yang bersih dan kering, biarkan 1 menit.
3) Bandingkan warna yang terbentuk dari masing-masing
parameter terhadap warna standar.
4) Catat hasil masing-masing parameter yang meliputi: BJ, pH,
Leukosit, protein, Glukosa, dan lain –lain.

Pasca Analitik :

Interpretasi hasil pemeriksaan kimia urine yaitu –


(negatif), ± ,+, 1+, 2+, 3+ dan 4+. Penetapan hasil dilakukan
dengan membandingkan warna yang terbentuk dengan warna
standar.

b. Pemeriksaan Sedimen Urine


Prinsip :
Untuk melihat elemen-elemen (sel-sel, kristal-kristal, dan
sebagainya) dalam urine maka dilakukan pemeriksaan dibawah
mikroskop. Hal ini dikerjakan dengan melakukan pemutaran
dengan kecepatan tertentu dan waktu tertentu sehingga elemen-
elemen tersebut terpisah dari lauran supernatannya.
Pra Analitik :

38
1) Persiapan sampel
Urine di centrifuge dengan kecepatan 300 rpm selama 3
menit.
2) Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan, yaitu:
a) Objek glass
b) Cover glass
c) Mikroskop
d) Mikropipet
e) Tip
f) Tissue
g) Bahan sampel (urine)
Analitik :
1) Teteskan kurang lebih 1-2 tetes dengan menggukan mikro
pipet di atas objek glass.
2) Kemudian 1 slide bisa digunakan 2-3 tetes sampel.
3) Amati sedimen urine dengan mikroskop dengan perbesaran
10-40 kali.
a) Eritrosit : Amati kira-kira 10 LBP.
b) Leukosit : Amati kira-kira 10 LBP.
c) Epitel : Amati kira-kira 10 LBP.
d) Silinder : Amati kira-kira 10 LBP.
e) Bakteri : Amati kira-kira 10 LBP.
f) Kristal : Amati kira-kira 10 LBP.
Pasca Analitik :
Pelaporan dan pencatatan hasil sedimen urin yang
ditemukan dibawah mikroskop.

3.3.2 Kegiatan Praktek di Laboratorium Imunoserologi

39
Parameter pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium
Immunologi dan Serologi, yaitu:
1. Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya Rhematoid Factor (RF) dalam serum
secara kuantitatif dan semikuantitatif.
Prinsip :
Test RF berdasarkan reaksi aglutinasi antara Rhematoid
Factor (RF) dari sampel serum dan kontrol serum dengan
immunoglobulin G (IgG) yang dilabel polystryne latex partikel.
Reaksi positif ditunjukkan oleh adanya aglutinasi partikel latex
yang terlihat jelas diatas slide.
Pelaksanaan :
a) Pra Analitik
1. Mempersiapkan alat dan bahan
 Alat
- Slide berwarna hitam.
- Mikropipet.
- Tip kuning.
- Timer.
- Rotator.
- Tabung reaksi dan rak tabung.
- Stick (tusuk gigi).
 Bahan :
- Serum.
- Reagen kit RF : Larutan RF latex, larutan kontrol
positif, dan kontrol negatif.
- Buffer glycine NaCl (GBS).
2. Mengambil sampel lalu setelah beku disentrifus dengan 3.000
rpm selama 5-10 menit atau sampai dengan serum terbentuk
sempurna.

40
a)
b) Analitik
Cara kerja, yaitu :
- Dipipet atau diteteskan pada sel terpisah dalam slide
Serum sampel : 40 μl
Kontrol negatif : 1 tetes
Kontrol positif : 1 tetes
Reagen RF Latex : masing-masing 1 tetes ke dalam
kontrol dan sampel.
- Dicampur dengan stick terpisah dan disebarkan larutan pada
area sel.
- Slide digoyang selama 2 menit pada rotator otomatis dengan
100 rpm.
- Setelah 2 menit, lalu hasil dibaca dibawah pencahayaan
lampu atau ditempat yang terang.
c) Pasca Analitik
Interpretasi hasil
 Test kualitatif
Adanya aglutinasi menunjukkan dalam non diluted
spesimen mengandung lebih dari 12 mg/L. Serum dengan
hasil positif dalam screening test harus diperiksa ulang
dengan titrasi test.
 Test semikuantitatif
Baca titer pada pengenceran trakhir yang tampak
aglutinasi dan dikalikan titer dengan faktor konversi 6 untuk
mendapat hasil dalam mg/L.

2. Pemeriksaan Anti HIV ½ Vikia


Tujuan :

41
o Untuk mendeteksi secara kualitatif adanya antibodi HIV dalam
serum atau plasma dan whole blood manusia.
Prinsip :
Vikia ½ menggunakan prinsip imunokromatografi untuk
mendeteksi secara kualitatif antibodi HIV-1 dan HIV-2. Tes
dilakukan pada strip devices, membantu pada daerah T telah
dilapisi oleh peptida sintetic yang spesifik untuk HIV-1 (gp 4) dari
group M dan O, HIV-2 (gp 360 pada daerah kontrol dengan dua
warna indikator. Tes strip sudah dilapisi oleh konjugat peptida
sintetik spesifik HIV-1 group M (gp 41 group M dan group O),
HIV-2 (gp 36) yang dilekatkan pada lapisan polystrirene yang
berwarna biru. Penambahan sampel pada lubang sampel akan
bermigrasi melalui membran kapiler. Jika sampel mengandung
Antibodi HIV, maka akan terjadi ikatan antigen-antibodi kompleks
terhadap virus. Ikatan antigen-antibodi kompleks akan bermigrasi
sepanjang membran nitro selulosa sehingga valid bila garis pada
daerah kontrol berubah menjadi warna biru menjadi warna merah
muda. Bila garis kontrol tidak berubah dari warna tes akan
dinyatakan valid.
Cara kerja :
 Disiapkan reagen
- Reagen Vikia Anti HIV ½
- Strip kromatogram
- Buffer Dilluent HIV
 Disiapkan alat
- Pipet dari strip reagen Vikia
- Rak tabung
 Disiapkan bahan pemeriksaan
- Serum
- Plasma

42
- Plasma heparin litium atau whole blood
 Dikeluarkan strip kromatogram dari foil atau pembungkus lalu
diletakkan pada permukaan datar dan kering.
 Diteteskan serum secara perlahan-lahan sebanyak 3 tetes
kedalam sumur sampel strip kromatogram.
 Dinyalakan timer dan dibaca dalam waktu 30 menit.

3. Pemeriksaan TPHA
Tujuan :
o Untuk mendeteksi adanya antibodi Treponema Pallidum yang
terdapat dalam serum atau plasma secara kualitatif dan
semikuantitatif.
Prinsip :
Antibodi yang terdapat dalam serum atau plasma akan
berkaitan dengan antigen yang terdapat dalam Test Cell (antigen T.
Pallidum yang sebelumnya telah dicoated dengan eritrosit burung.
Aglutinasi dapat dilihat pada mikrotiterplates setelah inkubasi 45-
60 menit.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat
- Mikrotiter plates
- Mikropipet
- Tip
- Timer
- Shaker
 Dipersiapkan bahan
- Serum atau plasma
- Reagen TPHA Test Kit
 Dipersiapkan alat dan bahan

43
 Dipipet 190 μl atau 95μl diluent pada lubang kesatu dimikrotiter
plate.
 Ditambahkan 10 μl atau 5 μl serum ke lubang tersebut
(pengenceran 1:20).
 Dicampurkan dengan menggunakan mikropipet.
 Dipindahkan sebanyak 25 μl ke lubang 2 dan 3.
 Ditambahkan 75 μl control cell pada lubang 2.
 Ditambahkan 75 μl test cell pada lubang 3.
 Dilakukan pemeriksaan terhadap kontrol positif dan negatif
yang terdapat dalam kit, seperti pada test serum.
 Dikocok dengan menggunakan alat shaker beberapa detik.
 Diinkubasi pada temperatur suhu kamar selama 45-60 menit.
 Hasil dibaca dengan melihat ada tidaknya haemaglutinasi
Interpretasi hasil :
 Positif  adanya berbentuk cincin atau adanya haemaglutinasi
menyebar pada lingkaran plate.
 Negatif  adanya berupa titik saja atau tidak terjadi
haemaglutinasi sekitar plate.

4. Pemeriksaan Widal
Tujuan :
o Menentukan adanya antibodi terhadap kuman Salmonella Typhi
dan Salmonella Paratyphi.
Prinsip :
Antibodi spesifik dalam serum akan bereaksi dengan antigen
membentuk aglutinasi.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat dan bahan
 Alat
- Slide berwarna putih
- Mikropipet

44
- Tip kuning
- Rotator
- Timer
- Stick (tusuk gigi)
- Centrifuge
 Bahan
- Reagen:
o Antigen Salmonella Typhi O dan H
o Antigen Salmonella Typhi AO dan AH
o Antigen Salmonella Typhi BO dan BH
o Antigen Salmonella Typhi CO dan CH
 Dilakukan test screening :
- Dipipet masing-masing 80 μl serum diatas lingkaran slide.
- Ditambahkan masing-masing 1 tetes suspensi sebagai antigen
yang telah dikocok hingga homogen.
- Dicampur menggunakan stick (tusuk gigi) sampai memenuhi
daerah pengamatan.
- Digoyang selama 1 menit diatas rotator.
- Diamati adanya aglutinasi, dilanjutkan dengan uji kuantitatif.
 Dilakukan test kuantitatif :
- Dipipet 40 μl serum diatas lingkaran slide.
- Ditambahkan masing-masing 1 tetes suspensi antigen yang
telah dikocok hingga homogen.
Tabel Pemeriksaan Widal Volume serum dan Titer
ditunjukkan pada:

Volume Serum Titer

80 μl 1 : 20

40 μl 1 : 40

20 μl 1 : 80

10 μl 1 : 160

5 μl ≥ 1 : 320 45
Tabel 3.3 Pemeriksaan Widal Volume serum dan Titer
5. Pemeriksaan Herpes (HSV)
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya anti HSV IgM didalam serum.
Prinsip :
Pemeriksaan IgM anti HSV didasarkan atas teknik ELISA.
Strip mikrotiter sebagai fase padat dilapisi dengan kultur sel dari
antigen HSV. Inkubasi pertama antibodi spesifik (HSV IgM Ab)
yang ada dalam serum atau control berikatan dengan antigen yang
terdapat pada fase padat. Pada akhir inkubasi komponen yang tidak
berikatan akan terbuang pada saat pencucian. Inkubasi kedua
konjugate anti IgM ditambahkan sehingga terbentuk ikatan spesifik
menghasilkan immunokompleks yang khas. Kelebihan konjugate
akan dihilangkan sesudah pencucian kedua. Kemudian
ditambahkan TBM atau substrat. Stopping solution akan berubah
warna biru menjadi warna kuning. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi antibodi didalam sampel.
Cara kerja :
 Disiapkan alat dan bahan
 Alat:
- Unit humanreader single
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tip biru
- Tabung reaksi
- Centrifuge
- Cryo tube
- Washer micro ELISA
 Bahan:

46
- Serum pasien
- 12 strip microwell untuk anti HSV IgM
- 1 vial negatif kontrol (2,5 ml siap pakai)
- 1 vial positif kontrol (2,5 ml siap pakai)
- 1 botol dilution Buffer (100 ml siap pakai)
- 1 botol antigen IgM conjugate (12 ml siap pakai)
- 1 botol washing solution (50 ml)
- 1 botol substrat reagen (13 ml siap pakai)
- 1 botol stop solution (15 ml siap pakai)
- 2 lembar adhesive strip
 Dikeluarkan reagen dari lemari es dan biarkan mencapai suhu
ruangan + 30 menit.
 Dilakukan pengenceran sampel dengan cara mencampur 10 μl
sampel dengan 1000 larutan dilution dicampur hingga homogen.
 Disiapkan 1 strip micromoll cd wen atau 8 sumur.
 Sumur 1 dikosongkan untuk blanko
 Dipipet 100 μl kontrol negatif ke sumur 2.
 Dipipet 100 μl kontrol positif ke sumur 3.
 Dipipet 100 μl sampel yang sudah diencerkan ke sumur
berikutnya.
 Ditutup dengan adhesive strip.
 Diinkubasi 30 menit temperatur 11-25OC.
 Dibuka tutup adhesive, cuci 4 kali pada microeuro washer setiap
pencucian 350 μl.
 Ditambahkan masing-masing 100 μl konjugate pada sumur
kontrol pada sampel.

6. Pemeriksaan RPR
Tujuan :

47
o Untuk mendeteksi adanya Antibodi Non Treponema Pallidum
yang terdapat dalam serum atau plasma secara kualitatif dan
semikuantitatif.
Prinsip :
Reagen yang terdapat pada serum akan bereaksi dengan
karbon partikel dalam suspensi RPR membentuk Flokulasi.
Cara kerja :
 Disiapkan alat dan bahan
 Alat:
- Slide berupa kartu
- Mikropipet
- Tip kuning
- Timer
- Rotator
 Bahan:
- Serum atau plasma pasien
- Reagen RPR Carbon Kit

 Uji kualitatif
1. Disimpan reagen, kontrol, dan serum pada suhu kamar,
dicampurkan reagen secara hati-hati untuk
menghomogenkan reagen sebelum digunakan.
2. Dipipet 50 μl serum pasien, lalu diteteskan pada lingkaran
slide kartu.
3. Disebarkan serum pada lingkaran, sampai memenuhi
lingkaran dengan pipet pengaduk, kontrol diperlukan juga
seperti serum atau spesimen.
4. Dikocok cairan suspensi antigen RPR sebelum digunakan,
dipasang jarum yang tersedia pada botol penetes suspensi
antigen, kemudian dipindahkan cairan suspensi antigen dari

48
botolnya kedalam botol penetes dengan cara menyedot
cairan tersebut melalaui jarum yang terpasang pada botol
penetes.
5. Diteteteskan 1 tetes suspensi antigen dari botol penetes itu
pada masing-masing lingaran yang berisi spesimen dan
kontrol (+ 17μl).
6. Kartu reaksi diletakkan pada rotator dengan kecepatan 100
rpm selama 8 menit.
7. Hasil tes segera dibaca dibawah cahaya terang.
 Uji semikuantitatif
1. Untuk semua spesimen yang akan dites, diteteskan 0,05 ml
(50 μl) larutan salint 0,9% kedalam lingkaran yang akan diuji
pada lingkaran satu pada kartu reaksi.
2. Diteteskan 0,05 ml (50 μl) spesimen yang akan diuji pada
lingkaran satu pada kartu reaksi.
3. Diteteskan juga 0,05 ml (50 μl) spesimen pada lingkaran 2
yang sudah ada larutan salintnya, kemudian dilakukan seri
pengenceran sampai lingkaran 5.
4. Disebarkan cairan dalam botol penetes yang sudah diisi
suspensi antigen, kemudian diteteskan suspensi antigen ( +
17 μl) pada masing-masing lingkaran.
5. Diletakkan kartu reaksi pada rotator selama 8 menit dengan
kecepatan 100 rpm, dibaca hasilnya secara makroskopik
dibawah cahaya terang.

7. Pemeriksaan CRP
Tujuan :
o Untuk menentukan C-Reactive Protein dalam serum secara
kualitatif dan semikuantitatif.
Prinsip :
Test CRP berdasarkan reaksi immunologi antara C-reactive

49
protein manusia (CRP) dalam spesimen atau serum kontrol dengan
antibodi anti-human CRP yang sesuai yang melekat pada partikel
latex. Reaksi positif ditunjukkan oleh adanya aglutinasi partikel
latex yang terlihat jelas diatas slide.
Cara kerja :
 Disiapkan alat dan bahan
 Alat:
- Slide warna hitam
- Mikropipet
- Tip kuning
- Timer
- Rotator
- Tabung reaksi dan rak
- Stick (tusuk gigi)
 Bahan:
- Reagen kit CRP
- Buffer glycine NaCl (GBS)
 Disimpan reagen latex, kontrol, dan serum pada suhu kamar,
homogenkan reagen latex hati-hati untuk melarutkan partikel
latex sebelum digunakan.
 Dipipet atau diteteskan pada sel terpisah dalam slide
Serum sampel : 40 μl
Kontrol serum positif : 1 tetes
Kontrol serum negatif : 1 tetes
Reagen CRP latex : masing-masing 1 tetes ke dalam kontrol
dan sampel.
 Dicampur dengan stick terpisah dan disebarkan larutan pada
area sel.

50
 Digoyang slide selama 2 menit sehingga larutan berputar
perlahan-lahan dalam sel atau tempatkan slide pada rotator
otomatias pada 100 rpm.
 Setelah 2 menit baca hasil dibawah lampu (tempat yang terang).

8. Pemeriksaan ASTO
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya Anti-Streptolysin O dalam serum.
Prinsip :
Anti-Streptolysin-O yang ada dalam serum akan bereaksi
dengan antigen Streptolysin-O yang terikat pada partikel
polystyren. Reaksi ini ditunjukkan dengan terbentuknya aglutinasi
partikel latex yang terlihat jelas diatas slide.
Cara kerja :
 Disiapkan alat dan bahan
 Alat:
- Slide warna hitam
- Clinipet 5-50 μl
- Tip kuning
- Timer
- Rotator
- Tabung reaksi dan rak
- Stick (tusuk gigi)
 Bahan:
- Reagen kit ASTO
- Buffer glycine NaCl (GBS)
 Dibawah reagen latex, kontrol, dan serum pada suhu kamar,
dihomogenkan reagen latex untuk melarutkan partikel latex
sebelum digunakan.
 Dipipet atau diteteskan pada sel terpisah dalam slide.

51
Serum sampel : 40 μl
Kontrol serum positif : 1 tetes
Kontrol serum negatif : 1 tetes
Reagen CRP latex : masing-masing 1 tetes kedalam kontrol
dan sampel.
 Dicampur dengan stick terpisah dan disebarkan larutan pada
area.
 Digoyang slide selama 2 menit sehingga larutan berputar
perlahan-lahan dalam sel atau tempatkan slide pada rotator
otomatias pada 100 rpm.
 Setelah 2 menit baca hasil dibawah lampu (tempat yang terang).

9. Pemeriksaan Menggunakan Alat Vidas


a) Pemeriksaan HbsAg
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya Hepatitis B surface antigen
(HBsAg) didalam serum plasma.
Prinsip :
Pemeriksaan HbsAg Vidas adalah suatu Enzyme Linked
Fluoresence Assay (ELFA).
Pelaksanaan :
 Pra Analitik
 Mempersiapkan bahan pemeriksaan
- Darah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit.
- Serum atau plasma
 Mempersiapkan peralatan
- Unit vidas pc
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tip biru

52
- Tabung reaksi
- Centrifuge
 Analitik
Cara kerja :
- Dinyalakan alat vidas.
- Dikeluarkan reagen dari lemari es.
- Dibiarkan reagen mencapai suhu ruangan + 30 menit.
- Dibaca Master Lot Entry (MLE Card) pada lot baru.
- Dihomogenkan standar (S1), kontrol (C1) dan (C2), dan
sampel.
- Dipipet 150 μl standar (S1) pada dua strip.
- Dipipet 150 μl kontrol (C1), (C2) masing-masing satu strip.
- Dipipet 150 μl sampel serum kedalam strip untuk sampel.
- Ditempatkan strip yang telah diisi dan SPR pada posisi yang
sesuai dan tunggu sampai keadaan pada kamar yang terdapat
pada alat vidas tersebut hangat.
- Setelah hangat lalu running, hasil akan keluar setelah waktu
yang telah ditentukan oleh vidas pc tersebut.
*Catatan : kalibrasi dilakukan 14 hari sekali.
 Pasca analitik
Tabel Interpretasi hasil Pemeriksaan HbsAg ditunjukkan pada:
Test Value Interpretation

Short protocol

i < 0,13 Negative / non reaktif

i > 0,13 Positive / reaktif

Tabel 3.4 Interpretasi hasil Pemeriksaan HbsAg

b) Pemeriksaan TOXO IgG


Tujuan :

53
o Untuk menentukan adanya Toxoplasma IgG di dalam
serum.
Prinsip :
Pemeriksaan Toxo IgG adalah suatu pemeriksaan metode
Combines Enzyme Immunoassay Fluoresence (ELFA). SPR
berguna sebagai fase solid reaksi dan alat pemipetan selama
pemeriksaan. Reagensia yang dibutuhkan semuanya telah
tersedia dalam reagent strip yang tertutup.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat:
- Unit Vidas PC
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tabung reaksi
- Centrifuge
 Dipersiapkan bahan:
- TXM II strip
- TXM II SPR
- 1 Vial C1 / TXG II positif kontrol
- 1 Vial C2 / TXG II negatif kontrol
- 1 Vial S1 / Standar
 Dinyalakan alat vidas sesuai prosedur.
 Sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit.
 Dikeluarkan reagen dari lemari es sampai mencapai suhu
ruangan.
 Dibaca Master Lot Entry (MLE Card) pada tiap lot baru.
 Dihomogenkan standar (S1), kontrol (C1) dan (C2).
 Dipipet 100 μl standar (S1) pada dua strip (apabila alat
tersebut meminta untuk kalibrasi).

54
 Dipipet 100 μl C1, 100 μl C2 (apabila alat tersebut meminta
untuk kalibrasi).
 Dipipet sampel 100 μl masing-masing pada satu strip.
 Strip-strip tersebut ditempatkan pada tempat atau kamar yang
terdapat pada alat vidas tersebut, tunggu sampai keadaan
kamar hangat.
 Running.

c) Pemeriksaan TOXO IgM


Tujuan :
o Untuk menentukan adanya Toxoplasma IgM di dalam
serum.
Prinsip :
Pemeriksaan Toxo IgM adalah suatu pemeriksaan
metode Combines Enzyme Immunoassay Fluoresence (ELFA).
SPR berguna sebagai fase solid reaksi dan alat pemipetan
selama pemeriksaan. Reagensia yang dibutuhkan semuanya
telah tersedia dalam reagent strip yang tertutup.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat:
- Unit Vidas PC
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tabung reaksi
- Centrifuge
 Dipersiapkan bahan:
- TXM II strip
- TXM II SPR
- 1 Vial C1 / TXM II positif kontrol
- 1 Vial C2 / TXM II negatif kontrol
- 1 Vial S1 / Standar

55
 Dinyalakan alat vidas sesuai prosedur.
 Sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit.
 Dikeluarkan reagen dari lemari es sampai mencapai suhu
ruangan.
 Dibaca Master Lot Entry (MLE Card) pada tiap lot baru.
 Dihomogenkan standar (S1), kontrol (C1) dan (C2).
 Dipipet 100 μl standar (S1) pada dua strip (apabila alat
tersebut meminta untuk kalibrasi).
 Dipipet 100 μl C1, 100 μl C2 (apabila alat tersebut meminta
untuk kalibrasi).
 Dipipet sampel 100 μl masing-masing pada satu strip.
 Strip-strip tersebut ditempatkan pada tempat atau kamar yang
terdapat pada alat vidas tersebut, tunggu sampai keadaan
kamar hangat.
 Running.
Interpretasi hasil Pemeriksaan TOXO IgM ditunjukkan pada:
Index Interpretasi

i < 0,05 Negatif

0,05 < i < 0,65 Equivocal

i > 0,65 Positif

Tabel 3.5 Interpretasi hasil Pemeriksaan TOXO IgM


d) Pemeriksaan Rubella IgG
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya antibodi Rubella IgG di dalam
serum.
Prinsip :
Pemeriksaan Rubella IgG adalah suatu pemeriksaan
metode Combines Enzyme Immunoassay dengan akhir deteksi
fluoeresence (ELFA). SPR berguna sebagai fase solid reaksi dan
alat pemipetan selama pemeriksaan. Reagensia yang dibutuhkan

56
semuanya telah tersedia dalam reagen strip yang tertutup.
Seluruh langkah pemeriksaan dilakukan secara otomatis oleh
alat. Reaksi yang berlangsung adalah siklus masuk dan keluar
dari SPR dalam beberapa waktu. Setelah pengenceran, IgG
ditangakap oleh antibody polyclonal yang melekat dibagian
dalam SPR. Anti Rubella IgG terdeteksi secara spesifik oleh
antigen Rubella yang tidak aktif. Anti Rubella IgG ditampakkan
oleh alkaline phosphatase yang dilabel dengan antibody
monoglonal anti Rubella (konjugat). Tahap deteksi akhir,
substrat (4-methyl-umbelliferyl fosfat) akan berputar masuk dan
keluar dari SPR. Konjugat enzim katalisasi akan menghidrolisa
substrat menjadi produk fluoeresence (4-methyl-umbelliferyl).
Fluoeresence yang terbentuk akan diukur λ 450 nm. Intensitas
fluoresence sebanding dengan konsentrasi antibodi yang
terdapat pada sampel. Akhir pemeriksaan, hasil secara otomatis
dihitung oleh alat berhubungan dengan standar dan tersimpan
dalam memori dan hasil akan keluar dalam bentuk print out.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat:
- Unit Vidas PC
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Rak strip reagen
- Centrifuge
- MLE card
 Dipersiapkan bahan:
- RBM strip
- RBM SPR
- 1 Vial C1 / RBG II positif kontrol

57
- 1 Vial C2 / RBG II negatif kontrol
- 1 Vial S1 / Standar
 Dinyalakan alat Vidas PC sesuai prosedur.
 Darah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit dan serum terbentuk dengan sempurna.
 Dikeluarkan reagen dari lemari es.
 Biarkan reagen mencapai suhu ruangan + 30 menit.
 Dibaca Master Lot Entry (MLE Card) pada tiap lot baru.
 Dihomogenkan standar (S1), kontrol (C1) (C2).
 Pipet 100 μl standar S1 (masing-masing dua strip).
 Pipet 100 μl C1 dan C2 (masing-masing satu strip).
*kalibrasi dilakukan 14 hari sekali atau lot yang berbeda.
 Tempatkan RBG strip reagen dan RBM SPR pada posisi
yang sesuai.
 Running RBG dapat segera dimulai.
e) Pemeriksaan Rubella IgM
Tujuan :
o Untuk menentukan adanya antibodi Rubella IgM di dalam
serum.
Prinsip :
Pemeriksaan Rubella IgM adalah suatu pemeriksaan
metode Combines Enzyme Immunoassay dengan akhir deteksi
fluoeresence (ELFA). SPR berguna sebagai fase solid reaksi dan
alat pemipetan selama pemeriksaan. Reagensia yang dibutuhkan
semuanya telah tersedia dalam reagen strip yang tertutup.
Seluruh langkah pemeriksaan dilakukan secara otomatis oleh
alat. Reaksi yang berlangsung adalah siklus masuk dan keluar
dari SPR dalam beberapa waktu. Setelah pengenceran, IgM
ditangakap oleh antibody polyclonal yang melekat dibagian
dalam SPR. Anti Rubella IgM terdeteksi secara spesifik oleh
antigen Rubella yang tidak aktif. Anti Rubella IgM ditampakkan

58
oleh alkaline phosphatase yang dilabel dengan antibody
monoglonal anti Rubella (konjugat). Tahap deteksi akhir,
substrat (4-methyl-umbelliferyl fosfat) akan berputar masuk dan
keluar dari SPR. Konjugat enzim katalisasi akan menghidrolisa
substrat menjadi produk fluoeresence (4-methyl-umbelliferyl).
Fluoeresence yang terbentuk akan diukur λ 450 nm. Intensitas
fluoresence sebanding dengan konsentrasi antibodi yang
terdapat pada sampel. Akhir pemeriksaan, hasil secara otomatis
dihitung oleh alat berhubungan dengan standar dan tersimpan
dalam memori dan hasil akan keluar dalam bentuk print out.
Cara kerja :
 Dipersiapkan alat:
- Unit Vidas PC
- Mikropipet
- Tip kuning
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Rak strip reagen
- Centrifuge
- MLE card
 Dipersiapkan alat:
- RBM strip
- RBM SPR
- 1 Vial C1 / RBM II positif kontrol
- 1 Vial C2 / RBM II negatif kontrol
- 1 Vial S1 / Standar
 Dinyalakan alat Vidas PC sesuai prosedur.
 Darah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit dan serum terbentuk dengan sempurna.
 Dikeluarkan reagen dari lemari es.
 Biarkan reagen mencapai suhu ruangan + 30 menit.

59
 Dibaca Master Lot Entry (MLE Card) pada tiap lot baru.
 Dihomogenkan standar (S1), kontrol (C1) (C2).
 Pipet 100 μl standar S1 (masing-masing dua strip).
 Pipet 100 μl C1 dan C2 (masing-masing satu strip).
*kalibrasi dilakukan 14 hari sekali atau lot yang berbeda.
 Tempatkan RBM strip reagen dan RBM SPR pada posisi
yang sesuai.
 Running RBM dapat segera dimulai.

3.3.3 Kegiatan Praktek di Laboratorium Mikrobiologi


Parameter pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, yaitu:
1. Pemeriksaan BTA
a. Pra analitik
 Pemberian identitas
 Persiapan alat dan bahan
Alat:
1. Object glass
2. Ose/ lidi bambu
3. Pembakar spirtus
Bahan pemeriksaan:
a. Sputum
b. Cairan Plera
c. Urine
d. Cairan lambung
e. Feaces
f. Pus
Sampel berupa urine dan cairan lambung harus di
centrifuge terlebih dahulu.
b. Analitik
1. Pembuatan sediaan preparat BTA

60
a) Pemberian nomor sesuai dengan kode sampel.
b) Ambil dahak menggunakan lidi bambu yang telah di
gepengkan ujungnya (pilih dahak yang kental berwarna
kuning kehijauan).
c) Sputum diratakan pada object glass.
d) Oleskan sputum dengan pola melingkar kecil – kecil
sampai sediaan berbentuk oval dengan ukuran 2x3 cm.
e) Keringkan sediaan pada udara terbuka dengan suhu
ruagan, jangan sampai terkena sinar matahari langsung.
f) Kemudian sediaan difiksasi sebanyak 3 kali selama 2-3
detik.
2. Pewarnaan sediaan BTA
Prinsip :

Pemanasan akan membantu penyerapan zat warna


utama (Carbol fuchsin), melalui pemberian larutan pemucat
(asam alkohol) bakteri tahan asam tetap berwarna merah
sedangkan pada bakteri tidak tahan asam zat warna utama
akan luntur sehingga pada penambahan zat warna kedua
(methyen blue) bakteri akan menyerap zat warna tersebut
sehingga selnya menjadi berwarna biru.

Alat dan bahan :

 Spirtus
 Preparat BTA
 Korek api
 Carbol fuchsin 1 %
 Asam alkohol 3 %
 Methylen blue 0,1 %

Prosedur kerja :

61
1. Sediaan dibiarkan mengering di udara dan dilakukan
fiksasi panas.
2. Genangi sediaan dengan Carbol fuchsin dipanaskan
dengan api kapas alkohol sampai menguap selama 5
menit. Dijaga jangan sampai mendidih.
3. Sediaan didinginkan, dicuci dengan air mengalir.
4. Dilakukan pemucatan terhadap sediaan dengan asam
alkohol tetes demi tetes sampai warna merah hilang dari
sediaan.
5. Ditambahkan methyen blue selama 2 menit.
6. Sediaan dicuci dengan menggunakan air.
7. Dibiarkan kering, diserap kelebihan air dengan kertas isap.

3. Pemeriksaan mikroskopis
a. Pembacaan
 Sediaan yang telah kering ditetesi dengan minyak
imersi, dibaca dengan mikroskop dengan pembesaran
100 kali.
 Dicari dengan adanya batang panjang atau pendek yang
berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru
b. Penilaian
Jumlah BTA dihitung menggunakan mikroskop
perbesaran 1000 kali, dengan 100 lapang pandang.
 BTA negatif: apabila dalam 100 LP atau selama 15
menit pengamatan tidak dijumpai adanya BTA.
 BTA positif: apabila dalam pengamatan dijumpai
adanya BTA.

Penilaian BTA menurut IUATLD (International


Union Againts Tuberculose Lung Disease).

 Negatif: tidak dijumpai adanya BTA.

62
 Scanty: ditemukan 1-9 BTA / 100 LP (tulis jumlah
BTA).
 Positif 1: ditemukan 10-90 BTA / 100 LP.
 Positif 2: ditemukan 1-10 BTA / 1 LP minimal 50 LP.
 Positif 3: ditemuan lebih dari 10 BTA / 1 LP minimal
20 LP.

2. Pembuatan media lactose broth singel ( LBS )

Tujuan :

o Untuk tes perkiraan adanya E.coli / coliform dalam air.

Prinsip kerja :

Menimbang, mencampur, melarutkan, dan membagikan.

1. Alat dan bahan

Timbangan, kertas timbang, sendok tanduk, gelas kimia, batang


pengaduk, gelas ukur, tutup tabung reaksi dari karet (prop), malt
pipet, tabung reaksi Ø16 x 160 mm, lactose broth powder,
aquades, tabung durham, dan autoclave.

2. Prosedur kerja
a) Timbang 13 gram lactose powder.
b) Masukan kedalam gelas kimia.
c) Tambahkan aquades 1000 ml, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen.
d) Masukan kedalam tabung reaksi Ø16 x 160 mm yang sudah
ada tabung durhamnya seanyak 10 ml, tutup dengan proop
karet.
e) Masukan kedalam keranjang

63
f) Sterilkan dalam autoclave 121o C selama 15 menit.
g) Dinginkan, simpan didalam lemari es.

3. Pembuatan media lactose broth double ( LBD )

Tujuan :

o Untuk tes perkiraan adanya E.coli / coliform dalam air.

Prinsip kerja :

Menimbang, mencampur, melarutkan, dan membagikan.

1. Alat dan bahan

Timbangan, kertas timbang, sendok tanduk, gelas kimia, batang


pengaduk, gelas ukur, tutup tabung reaksi dari karet ( prop ),
malt pipet, tabung reaksi Ø18 x 180 mm, lactose broth powder,
aquades, tabung durham, dan autoclave.

2. Prosedur kerja
a) Timbang 26 gram lactose powder.
b) Masukan ke dalam gelas kimia.
c) Tambahkan aquades 1000 ml, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen.
d) Masukan ke dalam tabung reaksi Ø16 x 160 mm yang sudah
ada tabung durhamnya sebanyak 10 ml, tutup dengan proop
karet.
e) Masukan kedalam keranjang
f) Sterilkan dalam autoclave 121o C selama 15 menit.
g) Dinginkan, simpan didalam lemari es.

4. Pembuatan media CRC


1. Alat dan bahan

64
Timbangan, kertas timbang, sendok tanduk, gelas kimia, batang
pengaduk, gelas ukur, cawan petri, pembakar spirtus, kaki tiga,
bunsen, CRC powder, dan aquades.

2. Prosedur kerja
a. Timbang 7,95 gram CRC powder.
b. Masukan ke dalam gelas kimia.
c. Tambahkan aquades 300 ml, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen.
d. Panaskan di atas api sampai warna menjadi bening, kemudian
angkat.
e. Setelah agak dingin masukan ke dalam cawan petri.
f. Tunggu sampai agar menjadi padat.
g. Simpan didalam lemari es.
5. Pembuatan media Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)
Agar

Tujuan :

o Untuk medium selektif untuk Vibrio sp.

Prinsip kerja :

Menimbang, mencampur, melarutkan, dan membagikan.

1. Alat dan bahan

Timbangan, kertas timbang, sendok tanduk, gelas kimia, batang


pengaduk, gelas ukur, cawan petri, pembakar spirtus, kaki tiga,
bunsen, TCBS powder, dan aquades.

2. Prosedur kerja
a. Timbang 26,4 gram TCBS powder.
b. Masukkan ke dalam gelas kimia.

65
c. Tambahkan aquades 300 ml, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen.
d. Panaskan di atas api sampai warna menjadi bening, kemudian
angkat.
e. Setelah agak dingin masukkan ke dalam cawan petri.
f. Tunggu sampai agar menjadi padat.
g. Simpan didalam lemari es.

6. Pewarnaan Gram

Prinsip :

Bakteri dengan zat warna utama yaitu kristal violet atau


gentian violet akan berwarna ungu, melalui penambahan lugol
(mordant) akan menguatkan pelekatan zat warna utama. Kemudian
dengan penambahan alkohol akan melunturkan atau memucatkan
zat warna utama, sehingga pada sel bakteri Gram negatif sel
menjadi tidak berwarna, tetapi pada sel bakteri Gram positif tidak
mengalami pelunturan sehingga tetap berwarna ungu. Pada
pemberian zat warna tandingan yang berbeda dengan zat warna
utama yaitu safranin, menyebabkan bakteri Gram negatif akan
menyerap zat warna tersebut sehingga selnya menjadi berwarna
merah.

Bahan :

 Kristal violet
 Lugol
 Alkohol 96 %
 Safranin

Prosedur kerja:

1. Buat preparat, kemudian difiksasi di atas api.

66
2. Letakkan diatas rak pewarnaan.
3. Tuangkan larutan kristal violet di atas sediaan, diamkan selama
1-2 menit.
4. Bilas sediaan dengan air mengalir secara perlahan.
5. Tuangkan larutan lugol di atas sediaan, diamkan selama 1 menit.
6. Bilas sediaan dengan air mengalir secara perlahan.
7. Cuci sediaan dengan alkohol 96% selama 5-10 detik atau hingga
warna kristal violet hilang.
8. Bilas sediaan dengan air mengalir secara perlahan.
9. Tuangkan larutan safranin diatas sediaan, diamkan selama 10-15
detik.
10. Bilas sediaan dengan air mengalir secara perlahan, dan biarkan
kering di udara.

7. Pewarnaan Albert

Prinsip :

Pada pengecatan dengan toluidine blue, granula bakteri


akan berwarna hitam (karena bersifat metakromatik) dan tidak akan
larut oleh air sehingga pada pemberian safranin warna granula tetap
hitam. Sedangkan pada badan bakteri warna dari toluidine blue
akan larut oleh air dan mengambil warna merah dari safranin.

Bahan :

 larutan Albert A (tholuidine blue)


 larutan Albert B (safranin),

Prosedur kerja:

1. Buat preparat, kemudian difiksasi di atas api.


2. Letakan diatas rak pewarnaan.

67
3. Tuangkan larutan Alberth A di atas sediaan, diamkan selama 5
menit.
4. Tanpa dilakukan pencucian, tuangkan larutan Alberth B dan
diamkan selama 3 menit
5. Bilas sediaan dengan air mengalir secara perlahan, dan biarkan
kering diudara.

8. Pemeriksaan air bersih metode tabung ganda

Tujuan :

o Untuk mengetahui kualitas air badan air dengan melihat adanya


bakteri golongan coliform dan bakteri golongan coli tinja
sebagai indikator yang dinyatakan dengan nilai MPN.

Prinsip :

Bakteri golongan coliform dan coli tinja akan


memfermentasikan lactosa dengan menghasilkan gas yang
ditampung dalam tabung durham.

Alat :
 Botol steril
 Malt pipet steril 10 ml
 Rak tabung
 Ball filler
 Pembakara spirtus
 Inkubator 35o – 37o C
Media :
 Media lactosa broth single berisi tabung durham.
 Media lactosa broth double berisi tabung durham.
Prosebur kerja :

68
a. Siapkan laktosa broth ragam 5-5-5 yang terdiri dari 5 tabung
berisi 5 ml lactosa broth double, 10 tabung berisi lactosa broth
singel.
b. Sampel air sebelum diperiksa dikocok dahulu apabila terlalu
penuh dibuang sebagian, sisakan kurang lebih 200 ml.
c. Sampel dipipet masing-masing 10 ml masukkan ke dalam 5
tabung lactose broth double.
d. 5 tabung berikutnya diisi sampel masing-masing 1 ml ke dalam
lactose broth single dan diisi masing - masing 0,1 ml ke dalam
sisa 5 tabung lactosa broth single.
e. Masukkan ke dalam inkubator pada suhu 35o – 37o C selama 2 x
24 jam.
f. Keluarkan dari inkubator dan amati masing-masing tabung
dengan melihat adanya gas dalam tabung durham (adanya gas
menunjukan tes perkiraan positif).
g. Catat jumlah tabung yang positif.

Interprentasi :

Untuk air bersih, nilai MPN maksimum

a. Total coliform 2400/ 100 ml


b. Syarat air bersih perpipaaan : 10/100 ml
c. Syarat air bersh bukan perpipaan : 50/100 ml

3.3.4 Kegiatan Praktek di Laboratorium Kimia Kesehatan Lingkungan

Parameter pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium kimia


kesehatan lingkungan yaitu:

1. Pemeriksaan Flourida
Tujuan :
o Untuk menentukan kadar flourida dalam air bersih.

69
Metode :
Secara spektrofotometri dengan SPADNS.
Prinsip :
Flourida bereaksi dengan larutan campuran SPADNS-asam
zirkonil menyebabkan berkurangnya warna larutan. Pengurangan
warna ini sebanding dengan banyaknya unsur flourida dalam
contoh uji yang kemudian diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 570 nm.
a. Pra Analitik
1) Persiapan sampel
a) Tabung Nessler diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam tabung Nessler.
2) Alat
a) Gelas ukur
b) Tabung Nessler
c) Pipet ukur 10 mL
d) Kuvet
e) Spektrofotometer UV_VIS
3) Bahan
a) Larutan flourida
b) Larutan SPADNS
c) Air bersih
b. Analitik
Cara kerja :
1. Pipet 500 mL contoh uji atau yang telah diencerkan menjadi
50 mL dengan air suling.
2. Tambahkan 10 ml larutan campuran SPADNS-asam zirkonil
kocok hingga homogen.
3. Ukur serapannya dan catat.

70
4. Apabila serapan contoh uji berada diluar serapan kurva
kabibrasi standar, ulangi pengujian dengan menggunakan
contoh uji yang telah diencerkan.
c. Pasca analitik
Interpretasi hasil:
Nilai Normal: 1,5 mg/l

2. Pemeriksaan Kesadahan CaCO3


Tujuan :
o Untuk menentukan kadar kesadahan dalam air bersih.
Prinsip :
Ca dan Mg dalam air dapat membentuk senyawa kompleks
dengan EDTA pada pH 13, untuk mengetahui titik akhir titrasi
digunakan indicator logam yaitu indicator Murexide.
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel
a) Erlenmeyer diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Buret + klem
b) Erlenmeyer 300 ml
c) Pipet volume 10 ml
d) Gelas kimia 100 ml
e) Gelas ukur 100 ml
3) Bahan
a) NaOH 1 N (Buffer pH 13)
b) Indikator Murexide
c) EDTA ±0,1 M
d) Sampel air
b. Analitik

71
Cara kerja :
1) Diukur 50 ml sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 13.
3) Ditambahkan sepucuk sendok kecil indicator murexide.
4) Dititrasi dengan EDTA ±0,1 M.
5) Titik akhir titrasi dinyatakan dengan berubah menjadi ungu
kebiruan.
Perhitungan :
Kesadahan = M. EDTA × ml EDTA × 1000 × BM CaCO3
50 ml
c. Pasca Analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal: 500 mg/l

3. Pemeriksaan Klorida
Tujuan :
o Untuk menentukan kadar klorida dalam air bersih.
Metode : Argentometri
Prinsip :
Ion klorida dengan reagen AgNO3 akan mengendap putih
kemudian dengan adanya indicator K2CrO4 akan membentuk
AgCrO4 yang berwarna kuning kecoklatan yang menandakan titik
akhir titrasi sudah tercapai.
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel
a) Erlenmeyer diberi label/kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang ke
dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Buret + klem
b) Erlenmeyer 300 ml
c) Gelas kimia 100 ml

72
3) Bahan
a) AgNO3 ± 0,1000 N
b) K2CrO4 5%
c) Sampel air
b. Analitik
Cara kerja :
1) Diukur 100 ml sampel lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
2) Cek pH sampel air bersih (7-10) jika asam ditambahkan NaOH
dan jika basa ditambahkan H2SO4.
3) Ditambahkan indikator K2CrO4 5% sebanyak 0,5 ml, warna
menjadi kuning.
4) Dititrasi dengan AgNO3 ± 0,1000 N.
5) Titik akhir titrasi dinyatakan dengan berubah menjadi kuning
kecoklatan.

6) Dicatat pemakaian dan hitung kadarnya.


Perhitungan:
Kadar Cl- = (ml titrasi – ml blanko) × N AgNO 3 × BE Cl- (35,45) ×
1000
ml sampel yang dipipet
c. Pasca analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal: 500 mg/l

4. Pemeriksaan Minyak dan Lemak


Tujuan :
o Untuk menentukan kadar minyak dan lemak dalam air limbah.
Metode : Gravimetri
Prinsip :

73
Minyak dan lemak yang terlarut/ teremulsi diekstraksi dari
air dengan Petroleum benzene. Beberapa yang dapat diekstraksi
terutama lemak yang tidak jenuh dan asam lemak segera dioksidasi
oleh karena itu perlu diperhatikan suhu dan pemindahan uap
pelarut untuk mengurangi pengaruh tersebut.
a) Pra analitik
1) Persiapan sampel
a) Erlenmeyer diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Gelas ukur 500 ml
b) Corong pisah 1000 ml
c) Mat pipet 1 ml
d) Erlenmeyer bertutup asah
e) Oven
f) Tangkrus
g) Gelas ukur 100 ml
h) Gelas kimia 100 ml
i) Gelas kimia 500 ml
j) Evaporator 500C
k) Deksikator
l) Timer
3) Bahan
a) Sampel air
b) Petroleum benzene
c) Indicator pH
d) HCl 1 : 1
b) Analitik
Cara kerja :

74
a) Nyalakan oven 103-1050C, masukkan Erlenmeyer asah
selama 1 jam.
b) Simpan dalam deksikator selama 30 menit, timbang
Erlenmeyer kosong (a).
c) Ukur 50 ml sampel, masukkan dalam corong pisah.
d) Tambahkan HCl 1:1 bertahap 1 ml sampai pH 2.
e) Tambahkan Petroleum benzene 30 ml.
f) Ekstraksi kuat selama 2 menit diamkan 10 menit untuk
menghilangkan emulsi.
g) Pisahkan hasil ekstraksi sampel pada gelas kimia 500 ml.
h) Masukkan hasil ekstraksi Petroleum benzene ke dalam
Erlenmeyer.
i) Masukkan 30 ml petroleum benzene pada corong pisah untuk
membilas sisa sampel.
j) Tambahkan Petroleum benzene pada Erlenmeyer bertutup
asah.
k) Kisatkan dengan evaporator 500C.
l) Masukan ke dalam oven 103-1050C selama 1 jam.
m)Dinginkan dengan deksikator 30 menit, lalu timbang (b).
Perhitungan :
B – A ×1000 ×1000
ml sampel (500)
Keterangan:
A : Erlenmeyer kosong dalam mg
B : Erlenmeyer + sampel dalam mg
c) Pasca analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal: 10 mg/l.

5. Kebutuhan Oksigen Kimiawi COD


Tujuan :

75
o Untuk menentukan kebutuhan oksigen kimiawi COD dalam air
limbah.
Metode : Refluks tertutup
Prinsip :
Zat organik dioksidasi dengan campuran mendidih asam
sulfat dan kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam
refluks selama 2 jam kelebihan kalium dikromat, kelebihan kalium
dikromat yang tidak tereduksi dititrasi dengan ferro ammonium
sulfat.
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel: Tabung COD diberi label/ kode.
2) Alat
a) Oven 2200C/COD reactor
b) Tabung COD tertutup
c) Buret 10 ml
d) Buret 25 ml
e) Gelas ukur 100 ml
f) Mat pipet 10 ml
g) Mat pipet 5 ml
h) Erlenmeyer 100 ml
3) Bahan
a) K2Cr2O7 0,0167 M
b) Indicator Feroin
c) Fe2(NH4)SO4 0,1 N
d) AgSO4 – H2SO4
e) Aquadest
f) Sampel air
g) Standar COD
b. Analitik
Cara kerja :
a) Pipet 2,5 ml contoh uji dan masukan ke dalam tabung COD.

76
b) Tambahkan 1,5 ml larutan K2Cr2O7 0,0167 M.
c) Tambahkan 3,5 ml reagen AgSO4 – H2SO4
d) Kocok campuran dalam tabung COD tertutup.
e) Lakukan hal yang sama no 2 s/d 4 terhadap 2,5 ml aquadest
untuk blanko.
f) Masukan ke dalam oven COD reactor pada suhu 150 0C
selama 2 jam.
g) Keluarkan tabung COD dari dalam COD reactor dan biarkan
hingga dingin.
h) Pindahkan campuran dari dalam tabung ke dalam Erlenmeyer
100 ml dan bilas dengan 10 ml aquadest sebanyak 2 kali.

Perhitungan :
mg/l O2 = 100 × (a-b) × m × B × 1000
C
Keterangan :
a: volume larutan ferro ammonium sulfat 0,05 M
yang digunakan untuk titrasi blanko.
b: volume larutan ferro ammonium sulfat 0,05 M
yang digunakan untuk titrasi contoh uji.
c: volume contoh uji.
m: molaritas larutan ferro ammonium sulfat
sebenarnya.
1000: dalam liter.
c. Pasca analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal : 150 mg/l.

6. Pemeriksaan NO2 (Nitrit)


Tujuan : Untuk menentukan kadar NO2 dalam air bersih.
Metode : Spektofotometri
Prinsip :

77
Ion nitrit dalam suasana asam pada pH 2-2,5 bereaksi
dengan asam sulfanilat yang diazotosikan dengan N-(1-Naftil)
etilendimilum membentuk warna ungu kemerahan, warna yang
terbentuk diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 530 nm.
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel
a) Erlenmeyer diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Rak tabung Nessler
b) Tabung Nessler
c) Corong pendek
d) Timer
e) Spatula
f) Spektrofotometer
3) Bahan
a) Reagen Nitrit (garam Seignette)
b) Sampel air
b. Analitik
Cara kerja :
1) Memasukkan 100 ml sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
2) Menambahkan reagen Nitrit (garam Seignette) 0,2 gram.
3) Mendiamkan selama 10 menit.
4) Setelah itu mengukur dengan spektrofotometer 530 nm (hasil
dinyatakan dalam mg/l).
c. Pasca Analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal: 1,0 mg/l.
7. Pemeriksaan NO3 (Nitrat)

78
Tujuan : Untuk menentukan kadar Nitrat dalam air bersih.
Metode : K-Na Tartrat
Prinsip :
Nitrat dalam contoh direaksikan dengan Na-Salisilat dan
dipanaskan. Residu yang terjadi dilarutkan dengan H 2SO4 pekat,
warna kuning yang terbentuk setelah penambahan K-Na Tartrat
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420
nm.
a. Pra analitik
1) Persiapan Sampel
a) Erlenmeyer diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Erlenmeyer 100 ml
b) Hot plate
c) Gelas ukur
d) Mat pipet
e) Timer
f) Krustang
g) Spektrofotometer
3) Bahan
a) Sampel air
b) Na-Salisilat 0,5%
c) H2SO4
d) K-Na Tartrat
e) Aquadest
b. Analitik
Cara kerja :
1) Memasukkan 25 ml sampel air ke dalam Erlenmeyer 100 ml.
2) Menambahkan 2 ml Na-Salisilat 0,5%.

79
3) Mengeringkan di dalam oven (1500C) sampai kering.
4) Melarutkan residu dengan 2 ml H2SO4 pekat.
5) Mengencerkan dengan aquadest sampai volume ± 30 ml.
6) Menambahkan 15 ml K-Na Tartrat-NaOH lalu diencerkan
dengan aquadest hingga volume 100 ml.
7) Setelah itu diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 420 nm.
c. Pasca analitik
Interpretasi hasil
Nilai Normal: 10 mg/l.

8. Pemeriksaan Zat Organik


Tujuan :
o Untuk menentukan kadar zat organic dalam air bersih.
Metode : Permanganometri
Prinsip :
Zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana
asam dengan pemanasan. Sisa KMnO 4 direduksi oleh H2C2O4
berlebih, kelebihan H2C2O4 dititrasi kembali dengan KMnO4.
a. Pra analitik
1) Persiapan sampel
a) Erlenmeyer diberi label/ kode.
b) Sampel air bersih dikocok terlebih dahulu sebelum dituang
ke dalam Erlenmeyer.
2) Alat
a) Buret + klem
b) Erlenmeyer 250 ml
c) Batu didih
d) Hot plate
e) Timer
f) Pipet tetes

80
g) Gelas kimia 100 ml
h) Gelas ukur 100 ml
i) Krustang
3) Bahan
a) Sampel air bersih
b) H2SO4 4 N
c) KMnO4 0,01 N
b. Analitik
Cara kerja :
1) Memasukkan 100 ml sampel air ke dalam Erlenmeyer 250
ml.
2) Menambahkan 2 butir batu didih, 5 ml H2SO4 4 N dan
beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai ungu lemah berfungsi
untuk menghilangkan zat organik.
3) Dipanaskan sampai hampir mendidih (950) apabila warna
hilang ditambahkan lagi KMnO4 dan diangkat.
4) Menambahkan KMnO4 0,01 N 10 ml dari buret.
5) Dipanaskan kembali, begitu mendidih diamkan 10 menit di
atas hot plate.
6) Diangkat kemudian ditambahkan H2C2O4 0,01 N dari buret
(warna hilang).
7) Dihomogenkan hingga jernih.
8) Kelebihan H2C2O4 dititrasi dengan KMnO4 0,01 N.
Perhitungan :
Kandungan zat organik =
1000/100 × [ {10+a} × F – 10 ] × 0,01 ×31.6 = mg/l KMnO4
a : ml KMnO4 pada waktu titrasi
F : faktor ketelitian KMnO4
31.6 : berat equivalen KMnO4
c. Pasca Analitik
Interpretasi hasil

81
Nilai Normal = 10 mg/l.

9. Pemeriksaan Detergen
Prinsip :
Senyawa aktif biru metilen/ MBAS memindahkan senyawa
biru metilen (suatu zat warna kationik) dari larutan air ke dalam
suatu larutan organik, terjadi pembentukan pasangan ion antara
anion senyawa aktif metilen biru dan kation metilen biru. Intensitas
warna biru yang dihasilkan dalam lapisan organik diukur sebagai
senyawa aktif metilen biru dengan menggunakan spektrofotometer.
Bahan :
Sodium phosphate alkali, Metilen biru netral, Metilen biru asam,
Cloroform, kertas saring, dan Na2SO4.
Alat :
Corong pisah, gelas ukur, gelas kimia, labu ukur 50 ml, pipet tetes,
mat pipet, corong, dan spektrofotometer.
Cara kerja :
1. Saring 100 ml sampel.
2. Tambah 10 ml larutan sodium phosphat alkali.
3. Tambah 5 ml metilen biru netral, tambah 15 ml chloroform,
kocok 1 menit.
4. Pisahkan chloroform ke dalam corong pisah ke 2, tambahkan
100 ml aquadest.
5. Tambah 5 ml metilen biru asam, kocok 1 menit.
6. Saring chloroform melalui saringan yang sudah ditambah
dengan Na2SO4 ±5 gr ke dalam labu ukur 50 ml.
7. Ulangi ekstraksi dalam larutan alkali dan asam 2 kali, setiap kali
dengan 10 ml chloroform.
8. Chloroform hasil ekstraksi dalam labu ukur 50 ml tambahkan
chloroform hingga tanda batas.
9. Ukur pada spektrofotometer panjang gelombang 525 nm.

82
10. Pembacaan : Hasil dalam mg/l

3.4 Penangan Limbah


3.4.1 Definisi dan Jenis Limbah
Limbah laboratorium kesehatan adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan laboratorium dalam bentuk padat, cair, dan
gas. Limbah laboratorium di Balai Laboratorium dibedakan menjadi
dua, yaitu limbah infeksius dan non infeksius. Berikut adalah skema
penanganan limbah di Balai Laboratorium Kesehatan

Limbah

Infeksius Non Infeksius

Cair Padat Cair Padat Gas

Pihak ke-3 IPAL TPA Scrabber

IPAL

83
3.4.2 Pemilihan Limbah
Pemilihan limbah dapat dilakukan seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Pemilihan limbah

3.4.3 Proses Pengolahan Limbah

Proses pengolahan limbah dapat dilakukan denan cara sebagai berikut:

1. Limbah padat

84
Gambar 3.2 Limbah Padat

2. Limbah cair

Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan tahapan


sebagai beriukut:

o Pemisahan limbah.
o Pengumpulan dan penyimpanan sementara.
o Penambahan senyawa kimia tertentu untuk menetralisir limbah
sebelum di alirkan ke IPAL.
o Penampungan di IPAL.
o Pengolahan dan pemurnian limbah sebelum di alirkan ke
lingkungan.

3.4.4 Hairarki Pengolahan Limbah

85
Hairarki pengolahan limbah dapat dilihat seperti pada gambar
berikut ini:

Gambar 3.3 Hairarki pengolahan

86

Anda mungkin juga menyukai