Anda di halaman 1dari 14

BAHASA INDONESIA

Pengembangan Materi Ajar Teks Debat Dengan Metode Simulasi Siswa


Kelas X SMA/SMK

Oleh :

Nama : I Wayan Agus Priana

Npm : 202232121747

Kelas : C 13

Program Studi : Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
Kata Pengantar
Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Materi Ajar
Teks Debat Dengan Metode Simulasi Siswa Kelas X SMA/SMK” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa.

Adapun isi dari makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan refererensi dari beberapa
sumber yang menjadi acuan dalam penyusunannya. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca memberikan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini ke depannya.

Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca serta penulis sendiri. Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 15 Januari 2023

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman menuntut penyesuaian kurikulum pendidikan yang berorientasi
kepada perkembangan zaman. Oleh karena itu perubahan demi perubahan, revisi demi
revisi kurikulum pendidikan selalu dilakukan guna memenuhi tuntutan tujuan
pembelajaran yang berorientasi pada hasil dari sebuah proses pendidikan.
Sanjaya (2009:5) mengemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan
termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan.
Selanjutnya dikatakan bahwa sekolah tidak saja dituntut untuk dapat mengembangkan
minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut anak didik agar dapat
menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia
pekerjaan. Hal ini sesuai dengan uraian materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
bagian Rasionalisasi Pengembangan Kurikulum 2013 (2013:90-92) yang menyatakan
bahwa kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor seperti (1) tantangan
internal. (2)tantangan eksternal. (3) penyempurnaan pola pikir. (4) Penguatan tata kelola
kurikulum. (5) penguatan materi. (6) karakteristik kurikulum 2013.
Zais (dalam Ansyar 2015:154) mengemukakan bahwa kurikulum dianggap baik kalau
ia menghasilkan modal personality (tipe kepribadian ideal) menurut norma-norma dan
tingkah laku budaya yang universal; sebaliknya kurikulum dianggap kurang baik, jika
kurikulum itu belum menghasilkan tipe kebudayaan ideal yang berlaku. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik tidak hanya dituntut menguasai sejumlah pengetahuan, tetapi
juga sejumlah keterampilan dan sikap.
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat materi debat. Materi debat menuntut
peserta didik terampil berbicara dalam posisi setuju atau tidak setuju dengan tema yang
telah ditentukan dalam menanggapi sebuah permasalahan. Keterampilan berbicara dalam
kegiatan debat ini, sering memunculkan rasa egois peserta didik dalam rangka
mempertahankan pendapatnya, sehingga nilai-nilai kesopanan dan saling menghargai
dalam berbicara sering diabaikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini,
yaitu:

1
1. Apa yang dimaksud dengan metode simulasi siswa?
2. Bagimana perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan metode simulasi
siswa kelas X SMA/SMK?
3. Apakah metode simulasi siswa efektif digunakan untuk mengetahui pengembangan
materi debat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode simulasi siswa
2. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan metode
simulasi siswa kelas X SMA/SMK.
3. Untuk mengetahui apakah metode simulasi siswa efektif digunakan untuk mengetahui
pengembangan materi debat?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut.
1) Dijadikan sebagai bahan referensi dari suatu kebijakan yang ditetapkan oleh lembaga
Kementerian Pendidikan Indonesia dalam membentuk sebuah sistem pendidikan
dengan bersifat kondisional dan membentuk generasi emas baru ditengah perbatasan.
2) Dijadikan sebuah referensi sebagai sarana bagi setiap pihak yang terkait di dalam dunia
Pendidikan untuk membentuk Sistem Pendidikan Indonesia dan bisa diterapkan sebagai
salah satu sistem pendidikan yang memiliki wujud yang aplikatif.
3) Dijadikan sebagai sumber dan bahan kajian bagi semua para penulis dalam ikut serta
untuk melakukan uji coba (eksperimen) terkait mengenai sistem pendidikan dan
sebagai proses pembelajaran Materi Debat Indonesia.
4) Dapat Dijaikan sebagai bahan pertimbangan bagi semua badan pemerintahan yang
terkait dalam pengembangan sistem pendidikan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Utama


Teks debat merupakan tulisan yang umum ditemui dalam kegiatan perdebatan. Teks
ini memuat penyampaian ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti-bukti yang
mendukung bahasan dari masing pihak-pihak yang terlibat.
Secara umum, teks debat berisi adu argumentasi yang dilakukan dua pihak atau lebih, baik
secara perorangan ataupun berkelompok. Teks ini memerlukan argumen yang berkualitas
untuk disampaikan berdasarkan fakta dan pola pikir yang logis.
1. Pengertian Teks Debat
Teks debat adalah suatu teks yang berisi adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah
serta perbedaan. Dapat disimpulkan, debat adalah kegiatan adu argumentasi, sedangkan
teks debat adalah teks atau tulisan terstruktur yang dipakai dalam melakukan debat itu
sendiri.
2. Ciri-ciri Teks Debat
Teks debat memiliki ciri-ciri yang berfungsi agar mudah dikenali, yakni:
1. Terdapat dua sudut pandang atau kelompok, yaitu afirmasi (pihak pro dengan
topik) dan oposisi (pihak yang kontra dengan topik).
2. Terdapat bagian saling mempertahankan pendapat antara kedua pihak.
3. Terdapat adu argumen yang bertujuan untuk mempertahankan pendapat dan
memperoleh kemenangan.
3. Kaidah Kebahasaan Teks Debat
Teks debat memiliki kaidah kebahasaan tersendiri sehingga berbeda dengan teks
lainnya. Mengutip Debat: Sebuah Keterampilan dan Seni Berbicara oleh E. Y. Wimala,
dkk. (2021: 15-16), adapun kaidah kebahasaan teks debat adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa
(pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal
sehat, harus tepat, serta hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju
sasaran, runtun, dan tersaji sebagai kalimat efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
2.2 Teori Umum

3
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu
yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau
alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Sedangkan menurut Bloomfield bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi
yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Karena merupakan suatu sistem, bahasa itu
mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsurunsur
yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi yang
berurutan membentuk suatu struktur tertentu.
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari-hari,misalnya belajar,bekerja sama,dan berinteraksi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa
nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara Indonesia. Sebagai bahasa
nasional,bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah
dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi,santai dan bebas. Dalam pergaulan
sehari – hari antar warga yang dipentingkan adalah makna yang disampaikan. Pemakai
bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat menggunakan dengan bebas
menggunakan ujarannya baik lisan maupun tulis.
Belajar bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses
berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu,kemahiran
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus benarbenar
dimiliki dan ditingkatkan dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut,posisi bahasa
Indonesia perlu mendapat perhatian khusus terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia.
Hal ini terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia yang masih awal dalam penguasaan
kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana
komunikasi, buku-buku pengetahuan, suratkabar, iklan, persuratan, percakapan sehari-
hari, radio, televisi, pidato dan sebagainya menggunakan bahasa Indonesia.
2. Bahasa Gaul
Menurut Wikipedia dari penelusuran situs google mengatakan bahwa bahasa gaul atau
bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di
Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai
4
bahasa gaul. Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata
dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan
dialek atau bahasa. Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu,
seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang digunakan setiap
komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering merujuk pada bahasa rahasia
yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang, seperti kelompok preman,
kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dsb. Saat ini bahasa
gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai percakapan
sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media popular
seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk
publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah
remaja popular. Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat
cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat
seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-
etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut.
3. Peningkatan Bahasa Gaul
Masa remaja ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa kehidupan manusia
yang menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan,
pengelompokan, “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. Keinginan
untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa
“rahasia” yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau semua remaja sudah
tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang tua. Bagi para remaja
bahasa rahasia tersebut bisa juga di sebut sebagai bahsa gaul, karena dengan
menggunakan bahasa rahasia mereka merasa sebagai remaja yang gaul, sehingga
bahasa rahasia tersebut biasa di sebut sebagai bahsa gaul. Bahasa gaul yang mereka
gunakan juga tidak sembarangan, mereka memang sudah mempunyai ciri bahasa yang
sudah di sepakati sehingga mereka saling mengerti bahasa yang mereka gunakan.
Bahasa gaul memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong, cantik →kece, dia →
doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu → nyokap, cinta
→cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.
b) Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja → aja, sama → ama,
memang → emang, dll.
5
c) Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung, hujan → ujan, hilang →
ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat → liat, pahit → pait, tahun
→ taon, bohong → boong, dll.
2.3 Metode Simulasi
Model pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan
cara meniru atau merekayasa situasi sebenarnya untuk menggambarkan atau menunjukkan
suatu proses, kondisi atau benda tertentu yang sedang dipelajari disertai dengan penjelasan
lisan. Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan
keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan) dengan cara
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya.
Menurut Sudjana (2013), metode simulasi adalah metode pembelajaran yang membuat
suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of
affaris) atau proses.
Menurut Hamalik (2002), tujuan model pembelajaran menggunakan metode simulasi
adalah sebagai berikut:
1. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pelaku drama menyamakan diri
dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para
pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan
prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan
yang telah didramatisasikan.
4. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat
memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam
penampilan berikutnya.
Menurut Uno (2007), terdapat beberapa prinsip yang harus dijalankan oleh guru atau
fasilitator dalam menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran, yaitu:
1. Penjelasan, untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan
main. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya
tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.

6
2. Mengawasi (refereeing), simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan
prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus mengawasi proses simulasi sehingga
berjalan sebagaimana seharusnya.
3. Melatih (coaching), dalam simulasi pemain akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu
guru harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka
tidak melakukan kesalahan yang sama.
4. Diskusi, dalam refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu setelah selesai simulasi
selesai guru mendiskusikan beberapa hal, seperti: (a) seberapa jauh simulasi sudah
sesuai dengan situasi nyata (real word); (b) kesulitan-kesulitan; (c) hikmah apa yang
dapat diambil dari simulasi; dan (d) bagaimana memperbaiki/meningkatkan
kemampuan simulasi, dll.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif, tentu diperlukan yang namanya pengumpulan data untuk
menyusun sebuah laporan penelitian. Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode
pengumpulan data kualitatif yang paling independen. Terhadap semua metode
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Salah satunya adalah metode wawancara
mendalam. Menurut sumber buku Penelitian Kualitatif edisi ke-2 (2007).
1. Metode Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian. Dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dan informan, atau orang yang diwawancarai. Kemudian dengan atau tanpa
menggunakan pedoman guide wawancara. Dimana pewawancara dan informan terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara
mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Informan adalah orang
yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Selain itu, informan adalah
orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi. Ataupun fakta dari
suatu objek penelitian.
2. Metode Wawancara Bertahap
Karakter utama dari wawancara ini adalah dilakukan secara bertahap dan pewawancara
tidak harus terlibat dalam kehidupan sosial informan. Kehadiran wawancara sebagai
peneliti yang sedang mempelajari objek penelitian yang dapat dilakukan secara
sembunyi atau terbuka. Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini. Mempunyai
keandalan dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya.
Karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar informan. Untuk
menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan, serta dapat mengoreksinya
bersama tim yang lain.
3.2 Metode Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif adalah metode yang mengandalkan pengukuran objektif dan
analisis matematis (statistik) terhadap sampel data yang diperoleh melalui kuesioner, jejak
pendapat, tes, atau instrumen penelitian lainnya untuk membuktikan atau menguji
hipotesis (dugaan sementara) yang diajukan dalam penelitian. Menurut Arikunto (2019,
hlm. 27) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang sesuai dengan namanya,

8
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan hasilnya. Pendekatan kuantitatif adalah upaya peneliti
untuk mengumpulkan data bersifat angka, Data angka-angka tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan rumus kerja statistic dan diturunkan dari variabel yang sudah di
operasionalkan, dengan skala ukur tertentu seperti skala nominal, ordinal, interval, dan
ratio (Indrawan & Yaniawati, 2016, hlm. 141).
1. Pengertian Kuesioner Penelitian
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden secara
langsung maupun tidak langsung. Kuesioner termasuk aspek penting dalam penelitian
yang terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi dari
responden. Para peneliti biasanya menggunakan kuesioner penelitian untuk
mengumpulkan data dari responden yang relatif cepat. Kuesioner penelitian
merupakan alat yang paling efektif untuk mengukur perilaku, sikap, preferensi,
pendapat dan niat dari respons penelitian.
2. Jenis-jenis Kuesioner Penelitian
a. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner penelitian yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menuliskan pendapat pribadinya terhadap daftar pertanyaan atau
pernyataan yang tercantum. Tapi, para peneliti perlu memperhatikan daftar
pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner penelitian mudah dipahami.
b. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner penelitian dengan daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah dilengkapi pilihan jawabannya sekaligus. Umumnya,
kuesioner tertutup ini menggunakan pilihan jawaban, seperti ya atau tidak dan
sebagainya.
Penelitian dengan kuesioner tertutup ini termasuk cukup efektif, karena responden
bisa langsung memberikan tanda centang (√) dalam kolom jawaban yang
disediakan dan sesuai dengan pilihannya.
c. Kuesioner Campuran
Kuesioner campuran adalah kuesioner penelitian dengan perpaduan antara
kuesioner terbuka dan tertutup. Metode penelitian ini digunakan untuk membahas
topik lebih mendalam. Umumnya, para peneliti menggunakan kuesioner campuran
untuk mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa angka.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan

Analisis awal menunjukkan kemandirian peserta didik merupakan potensi tersendiri


untuk penerapan praktik debat dengan metode simulasi dengan tambahan penekanan penguatan
karakter dalam kerangka implementasi penerapan pendidikan karakter di sekolah. Berdasarkan
penilaian akhir ahli diperoleh hasil bahwa secara umum ahli materi menyatakan bahwa produk
berkategori baik dan layak kecuali bagian tata tulis perlu direvisi, materi hendaknya
ditampilkan dengan bentuk lain, dan teknik penyajian dan pendukung penyajian perlu
didukung ilustrasi lain.

10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran materi debat dapat dikembangkan dengan metode simulasi yang pelaksanaannya
dapat meningkatkan karakter positif peserta didik. Metode simulasi sangat efektif untuk
penguatan karakter dan keterampilan peserta didik dalam penguasaan materi pengetahuan
debat. Nilai sikap dan keterampilan berbicara terlihat baik selama praktik debat. Produk yang
dihasilkan adalah perangkat pembelajaran yang berupa bahan ajar serta panduan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran materi debat dengan metode simulasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia

5.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat
bermafaat dan dapat membantu perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan
metode simulasi siswa kelas X SMA/SMK. Perlunya penambahan metode pembelajaran dalam
penerapannya dengan dengan materi ajar teks debat sehingga tujuan yang ingin dicapai tepat.
Untuk mengoptimalkan penggunaan metode simulasi, dianjurkan untuk melatih dan
membimbing responden yang bersangkutan agar lebih teliti dan cekatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Kumparan.com (2021). Teks Debat: Pengertian, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan. diakses
pada Teks Debat: Pengertian, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan | kumparan.com
Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia:Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta:
Kemendikbud
Riadi, Muchlisin. (2021). Model Pembelajaran Simulasi. diakses pada Model Pembelajaran
Simulasi (kajianpustaka.com) pada 14 Januari 2023.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai