Oleh :
Npm : 202232121747
Kelas : C 13
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Materi Ajar
Teks Debat Dengan Metode Simulasi Siswa Kelas X SMA/SMK” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa.
Adapun isi dari makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan refererensi dari beberapa
sumber yang menjadi acuan dalam penyusunannya. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca memberikan saran dan
kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Demikianlah makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca serta penulis sendiri. Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa yang dimaksud dengan metode simulasi siswa?
2. Bagimana perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan metode simulasi
siswa kelas X SMA/SMK?
3. Apakah metode simulasi siswa efektif digunakan untuk mengetahui pengembangan
materi debat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode simulasi siswa
2. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan metode
simulasi siswa kelas X SMA/SMK.
3. Untuk mengetahui apakah metode simulasi siswa efektif digunakan untuk mengetahui
pengembangan materi debat?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut.
1) Dijadikan sebagai bahan referensi dari suatu kebijakan yang ditetapkan oleh lembaga
Kementerian Pendidikan Indonesia dalam membentuk sebuah sistem pendidikan
dengan bersifat kondisional dan membentuk generasi emas baru ditengah perbatasan.
2) Dijadikan sebuah referensi sebagai sarana bagi setiap pihak yang terkait di dalam dunia
Pendidikan untuk membentuk Sistem Pendidikan Indonesia dan bisa diterapkan sebagai
salah satu sistem pendidikan yang memiliki wujud yang aplikatif.
3) Dijadikan sebagai sumber dan bahan kajian bagi semua para penulis dalam ikut serta
untuk melakukan uji coba (eksperimen) terkait mengenai sistem pendidikan dan
sebagai proses pembelajaran Materi Debat Indonesia.
4) Dapat Dijaikan sebagai bahan pertimbangan bagi semua badan pemerintahan yang
terkait dalam pengembangan sistem pendidikan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu
yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau
alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Sedangkan menurut Bloomfield bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi
yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Karena merupakan suatu sistem, bahasa itu
mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung, dan mengandung struktur unsurunsur
yang bisa dianalisis secara terpisah-pisah. Orang berbahasa mengeluarkan bunyi yang
berurutan membentuk suatu struktur tertentu.
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari-hari,misalnya belajar,bekerja sama,dan berinteraksi.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa
nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara Indonesia. Sebagai bahasa
nasional,bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah
dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi,santai dan bebas. Dalam pergaulan
sehari – hari antar warga yang dipentingkan adalah makna yang disampaikan. Pemakai
bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat menggunakan dengan bebas
menggunakan ujarannya baik lisan maupun tulis.
Belajar bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat mengakses
berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu,kemahiran
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus benarbenar
dimiliki dan ditingkatkan dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut,posisi bahasa
Indonesia perlu mendapat perhatian khusus terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia.
Hal ini terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia yang masih awal dalam penguasaan
kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana
komunikasi, buku-buku pengetahuan, suratkabar, iklan, persuratan, percakapan sehari-
hari, radio, televisi, pidato dan sebagainya menggunakan bahasa Indonesia.
2. Bahasa Gaul
Menurut Wikipedia dari penelusuran situs google mengatakan bahwa bahasa gaul atau
bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di
Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai
4
bahasa gaul. Bahasa gaul atau argot atau bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata
dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan
dialek atau bahasa. Kata dalam bahasa gaul biasanya kaya dalam domain tertentu,
seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Meskipun bahasa gaul sebenarnya merujuk kepada bahasa khas yang digunakan setiap
komunitas atau subkultur apa saja, bahas gaul lebih sering merujuk pada bahasa rahasia
yang digunakan dalam kelompok yang menyimpang, seperti kelompok preman,
kelompok penjual narkotika, kaum homoseksual/lesbian, pelacur, dsb. Saat ini bahasa
gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai percakapan
sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media-media popular
seperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan sering pula digunakan dalam bentuk
publikasi-publikasi yang ditunjukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah
remaja popular. Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan. Terdapat
cukup banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul bergantung pada kota tempat
seseorang tinggal, utamanya dipengaruhi oleh bahasa daerah yang berbeda dari etnis-
etnis yang menjadi penduduk mayoritas dalam kota tersebut.
3. Peningkatan Bahasa Gaul
Masa remaja ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa kehidupan manusia
yang menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan,
pengelompokan, “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. Keinginan
untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa
“rahasia” yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau semua remaja sudah
tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang tua. Bagi para remaja
bahasa rahasia tersebut bisa juga di sebut sebagai bahsa gaul, karena dengan
menggunakan bahasa rahasia mereka merasa sebagai remaja yang gaul, sehingga
bahasa rahasia tersebut biasa di sebut sebagai bahsa gaul. Bahasa gaul yang mereka
gunakan juga tidak sembarangan, mereka memang sudah mempunyai ciri bahasa yang
sudah di sepakati sehingga mereka saling mengerti bahasa yang mereka gunakan.
Bahasa gaul memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Kosakata khas: berkata → bilang, berbicara → ngomong, cantik →kece, dia →
doi, doski, kaya →tajir, reseh →berabe, ayah → bokap, ibu → nyokap, cinta
→cintrong, aku →gua, gue, gwa, kamu → lu, lo, elu, dll.
b) Penghilangan huruf (fonem) awal: sudah → udah, saja → aja, sama → ama,
memang → emang, dll.
5
c) Penghilangan huruf “h”: habis → abis, hitung → itung, hujan → ujan, hilang →
ilang, hati → ati, hangat → anget, tahu → tau, lihat → liat, pahit → pait, tahun
→ taon, bohong → boong, dll.
2.3 Metode Simulasi
Model pembelajaran simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan
cara meniru atau merekayasa situasi sebenarnya untuk menggambarkan atau menunjukkan
suatu proses, kondisi atau benda tertentu yang sedang dipelajari disertai dengan penjelasan
lisan. Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan
keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun keterampilan) dengan cara
memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya.
Menurut Sudjana (2013), metode simulasi adalah metode pembelajaran yang membuat
suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of
affaris) atau proses.
Menurut Hamalik (2002), tujuan model pembelajaran menggunakan metode simulasi
adalah sebagai berikut:
1. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pelaku drama menyamakan diri
dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para
pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan
prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan
yang telah didramatisasikan.
4. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat
memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam
penampilan berikutnya.
Menurut Uno (2007), terdapat beberapa prinsip yang harus dijalankan oleh guru atau
fasilitator dalam menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran, yaitu:
1. Penjelasan, untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan
main. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya
tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
6
2. Mengawasi (refereeing), simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan
prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru harus mengawasi proses simulasi sehingga
berjalan sebagaimana seharusnya.
3. Melatih (coaching), dalam simulasi pemain akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu
guru harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka
tidak melakukan kesalahan yang sama.
4. Diskusi, dalam refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu setelah selesai simulasi
selesai guru mendiskusikan beberapa hal, seperti: (a) seberapa jauh simulasi sudah
sesuai dengan situasi nyata (real word); (b) kesulitan-kesulitan; (c) hikmah apa yang
dapat diambil dari simulasi; dan (d) bagaimana memperbaiki/meningkatkan
kemampuan simulasi, dll.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan hasilnya. Pendekatan kuantitatif adalah upaya peneliti
untuk mengumpulkan data bersifat angka, Data angka-angka tersebut selanjutnya diolah
dengan menggunakan rumus kerja statistic dan diturunkan dari variabel yang sudah di
operasionalkan, dengan skala ukur tertentu seperti skala nominal, ordinal, interval, dan
ratio (Indrawan & Yaniawati, 2016, hlm. 141).
1. Pengertian Kuesioner Penelitian
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden secara
langsung maupun tidak langsung. Kuesioner termasuk aspek penting dalam penelitian
yang terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi dari
responden. Para peneliti biasanya menggunakan kuesioner penelitian untuk
mengumpulkan data dari responden yang relatif cepat. Kuesioner penelitian
merupakan alat yang paling efektif untuk mengukur perilaku, sikap, preferensi,
pendapat dan niat dari respons penelitian.
2. Jenis-jenis Kuesioner Penelitian
a. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner penelitian yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menuliskan pendapat pribadinya terhadap daftar pertanyaan atau
pernyataan yang tercantum. Tapi, para peneliti perlu memperhatikan daftar
pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner penelitian mudah dipahami.
b. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner penelitian dengan daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah dilengkapi pilihan jawabannya sekaligus. Umumnya,
kuesioner tertutup ini menggunakan pilihan jawaban, seperti ya atau tidak dan
sebagainya.
Penelitian dengan kuesioner tertutup ini termasuk cukup efektif, karena responden
bisa langsung memberikan tanda centang (√) dalam kolom jawaban yang
disediakan dan sesuai dengan pilihannya.
c. Kuesioner Campuran
Kuesioner campuran adalah kuesioner penelitian dengan perpaduan antara
kuesioner terbuka dan tertutup. Metode penelitian ini digunakan untuk membahas
topik lebih mendalam. Umumnya, para peneliti menggunakan kuesioner campuran
untuk mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa angka.
9
BAB IV
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran materi debat dapat dikembangkan dengan metode simulasi yang pelaksanaannya
dapat meningkatkan karakter positif peserta didik. Metode simulasi sangat efektif untuk
penguatan karakter dan keterampilan peserta didik dalam penguasaan materi pengetahuan
debat. Nilai sikap dan keterampilan berbicara terlihat baik selama praktik debat. Produk yang
dihasilkan adalah perangkat pembelajaran yang berupa bahan ajar serta panduan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran materi debat dengan metode simulasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia
5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat
bermafaat dan dapat membantu perencanaan pengembangan materi ajar teks debat dengan
metode simulasi siswa kelas X SMA/SMK. Perlunya penambahan metode pembelajaran dalam
penerapannya dengan dengan materi ajar teks debat sehingga tujuan yang ingin dicapai tepat.
Untuk mengoptimalkan penggunaan metode simulasi, dianjurkan untuk melatih dan
membimbing responden yang bersangkutan agar lebih teliti dan cekatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Campuran untuk Manajemen, dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Kumparan.com (2021). Teks Debat: Pengertian, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan. diakses
pada Teks Debat: Pengertian, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan | kumparan.com
Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia:Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta:
Kemendikbud
Riadi, Muchlisin. (2021). Model Pembelajaran Simulasi. diakses pada Model Pembelajaran
Simulasi (kajianpustaka.com) pada 14 Januari 2023.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif). Jakarta: Bumi Aksara.
12