Anda di halaman 1dari 109

Paket Modul 1

Paragdigma Perubahan Diri & Kelas dalam PJOK

Modul 1.4
Pembelajaran PJOK
Berpusat pada Murid

Program Pengembangan Keprofesian Guru PJOK

Penulis :
AGUS MAHENDRA, DR, MA.

Desain Layout & Ilustrasi :


Nufus Studio

Copyright © 2023

Direktorat GTK Pendidikan Menengah


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL GURU
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 1


PRAKATA

Selamat datang Bapak dan Ibu guru PJOK dari mana pun Anda berasal. Selamat
bertemu dengan modul Pembelajaran PJOK Berpusat pada Murid yang kami
siapkan untuk Bapak dan Ibu.

Modul ini memaparkan tentang upaya-upaya riil dan konsisten dalam hal bagaimana
pelajaran PJOK dapat dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang
mendukung upaya menjadikan murid memiliki kemampuan belajar yang lebih baik
dan kondusif, dengan menjadikan pelajaran PJOK yang berpusat pada murid. Hal
tersebut dipandang penting karena selama ini, baik iklim maupun tuntutan
kurikulum modern telah menyepakati secara lugas bahwa murid harus merasa
terlibat dalam pembelajaran, di mana salah satu syaratnya adalah bahwa
pembelajaran yang dilakukan memberi kesempatan kepada murid untuk
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya, sedangkan guru bertugas
sekedar sebagai fasilitator.

Sebagai guru PJOK, barangkali Bapak dan Ibu sadar bahwa selama ini pelajaran
PJOK lebih banyak diajarkan dengan format dan pendekatan yang berpusat pada
guru. Artinya, seluruh aksi pembelajaran umumnya menempatkan murid sebagai
objek, sedangkan semua keputusan akademik dalam pelajaran PJOK, selalu dibuat
ditetapkan oleh guru PJOK. Barangkali ini pula yang selama ini diklaim oleh para ahli
pendidikan bahwa pelajaran dan proses pembelajarannya (termasuk PJOK) belum
memberi kesempatan kepada murid untuk merasa terlibat atau bahkan turut
bertanggung jawab dalam menciptakan suasana belajar yang membuat murid
merasa diberdayakan. Bahkan kita barangkali harus berani mengakui bahwa
pelajaran PJOK malah masih layak disebut sebagai pelajaran yang otoriter, di mana
Bapak dan Ibu masih mengajar dengan gaya komando. Semua keputusan tentang
apa yang harus dipelajari sudah ditetapkan oleh guru. Murid harus berbaris, berapa
bersaf dan bagaimana baris tersebut dilakukan, semuanya juga ditetapkan oleh
guru. Itulah gambaran umum yang masih terjadi di lapangan.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 2


Melalui modul ini, Bapak dan Ibu akan diajak untuk berefleksi dan melihat kembali
cara Bapak dan Ibu mengajar PJOK, khususnya Penjas, kepada para murid Bapak
dan Ibu selama ini. Sudahkah kita secara sadar mengetahui bahwa cara kita
mengajar Penjas, dari sisi gaya dan pendekatan mengajar, masih menerapkan gaya
dan tradisi lama, yaitu mengajar Penjas seolah anak adalah anggota militer, di mana
murid harus berbaris rapi, semua gerakan murid harus sesuai perintah atau komando
guru, gerakannya harus seragam-serentak bersamaan, dan suara guru juga seolah
harus keras dan tegas, atau lebih banyak suara peluit sebagai perintah gerak
daripada suara guru. Setiap kesalahan harus ditebus dengan koreksi guru yang
bernada mengecam, setiap kesalahan terhadap aturan ditebus dengan melakukan
hukuman push up dan sit up, atau lebih jauh wajib lari keliling lapangan di tengah
terik matahari dan cemoohan atau ejekan teman sekelas.

Modul ini secara substansi memperkenalkan Bapak dan Ibu terhadap pendekatan
pembelajaran berpusat pada murid (PBPM) sebagai terjemahan dari SCL (Students
Centered Learning). Di dalamnya Bapak dan Ibu akan berkenalan dengan konsep,
ciri-ciri, jenis, dan kelebihan PBPM, serta didukung oleh bagian-bagian pembelajaran
berikutnya yang memberi penekanan pada pentingnya Bapak dan Ibu mengenal
minat dan karakteristik murid, pola pertumbuhan murid dan apa saja yang perlu
murid pelajari dan tingkatkan, teori motivasi dan teknik memotivasi melalui PJOK,
pembelajaran terdiferensiasi dalam PJOK, serta pengembangan suara murid
(students choice). Itu semua merupakan sebuah upaya utuh untuk membekali Bapak
dan Ibu dengan seperangkat kompetensi yang diperlukan dalam mengajar dan
memperlakukan murid secara edukatif, yaitu yang menjunjung tinggi penghargaan
kepada eksistensi murid.

Students voice dan pembelajaran terdiferensiasi sendiri merupakan ciri unik dari
Kurikulum Merdeka secara keseluruhan. Pada bagian pembelajaran modul yang
berkaitan dengan dua subyek tersebut, guru diajak untuk memahami benar
mengapa eksistensi siswa perlu diakomodasi dan bahkan diperhitungkan dalam
proses pembelajaran, mengapa aspirasi dan suara atau keinginan mereka perlu
dihargai dan dijadikan salah satu pertimbangan dalam memutuskan unit-unit
pedagogis dalam pembelajaran PJOK. Bahkan dari sisi prinsip pembelajaran

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 3


terdiferensiasi dikemukakan pula bahwa betapa kayanya situasi pembelajaran yang
dikandung oleh pelajaran PJOK dalam menyediakan dan memberi kesempatan
kepada anak untuk belajar secara penuh secara terbuka dan merdeka sesuai prinsip
pembelajaran diferensiasi, terutama melalui gaya mengajar inklusi, yang berakar
pada praktek personalized (instructional) learning (PIL) yang kondusif dalam
menumbuhkan keyakinan diri murid bahwa dirinya mampu. Dalam modul inipun
diperkenalkan pula sedikit perbedaan antara gaya mengajar inklusi dengan
pendidikan atau pembelajaran inklusif yang diarahkan untuk para murid yang
beragam atau the diverse learner melalui konsep Individualized Education Program
(IEP).

Sebagai upaya agar Bapak dan Ibu menguasai konten modul dengan baik dan
memuaskan, kami sebagai pengembang modul telah menyiapkan langkah-langkah
pembelajaran yang diharapkan membantu. Bapak dan Ibu akan diajak untuk melalui
tahap pembelajaran modul ini melalui 4 tahap; yaitu pertama tahap ‘elaborasi isi’,
tahap ‘penguatan pemahaman’, lalu tahap ‘lakukan’, dan keempat tahap ‘refleksi.’
Saat di tahapan elaborasi isi di dalam modul ini, kami secara sengaja meminta Bapak
dan Ibu untuk mencoba mengaitkan konsep yang sedang dipelajari tersebut dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Semoga proses pembelajaran yang Bapak dan Ibu lewati di modul ini dapat
memberikan pengalaman baru, bermakna, dan membuka cakrawala berpikir yang
lebih luas, sehingga dapat membantu Bapak dan Ibu dalam melakukan pengelolaan
berbagai program atau kegiatan yang berpihak pada murid di sekolah melalui
Pembelajaran PJOK Berpusat pada Murid. Tetaplah semangat!

Salam Sehat dan Bahagia,

Pengembang Modul 1.4.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 4


DAFTAR ISI

Hlm.

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ................................ 1


Prakata ...................................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ............................................................................................. 7
Capaian Pembelajaran ............................................................................................................ 8
Ringkasan Alur Pembelajaran ................................................................................................ 9
Pembelajaran 1. PRINSIP PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID ............... 10
A. ElaBorasi Isi .......................................................................................................................................... 10
1. Pendahuluan .................................................................................................................................. 10
2. Student Centered Learning/SCL - Pembelajaran yang Berpusat Pada Murid....... 11
Pembelajaran 2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MURID ......................................... 18
A. Elaborasi Isi........................................................................................................................................... 18
1. Perkembangan Karakteristik Jasmani ................................................................................ 20
2. Perkembangan Karakteristik Sosial ..................................................................................... 22
3. Perkembangan Karakteristik Emosional ............................................................................ 24
4. Perkembangan Karakteristik Mental ....................................................................................... 27
Pembelajaran 3. PEMBELAJARAN DIFERENSIASI DALAM PJOK .................................. 28
A. Elaborasi Isi.......................................................................................................................................... 28
1. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi ................................................................................. 29
2. Kesiapan Belajar Murid .............................................................................................................30
3. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam PJOK ........................................................... 36
B. Kuatkan Pemahaman ....................................................................................................................... 38
C. Refleksi .................................................................................................................................................. 39
Referensi ................................................................................................................................. 41
Lampiran 1 ...............................................................................................................................43
Lampiran 2 ..............................................................................................................................47
A. Pola Pertumbuhan ............................................................................................................................ 47
B. Tipe Fisik Anak ...................................................................................................................................50
C. Kematangan Skeletal ........................................................................................................................ 51

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 5


D. Perkembangan dan Kekuatan Otot ............................................................................................ 53
E. Jenis dan Kinerja Serat Otot ......................................................................................................... 53
F. Kekuatan Relatif dan Kinerja Motorik ........................................................................................ 54
G. Kapasitas Aerobik: Anak-anak bukan orang dewasa kecil ................................................ 55
H. Beri Kesempatan Mencoba Berbagai Keterampilan dan Posisi Bermain ..................... 57
Lampiran 3 ..............................................................................................................................59
A. Pola pertumbuhan ............................................................................................................................ 59
B. Kematangan fisik ............................................................................................................................... 64
C. Pengaruh Aktivitas terhadap Pola Pertumbuhan .................................................................. 66
D. Kapasitas aerobik .............................................................................................................................. 67
E. Memiliki Belas Kasih untuk Murid yang Kelebihan Berat Badan ...................................... 69
F. kekuatan ............................................................................................................................................... 70
G. Jenis dan Kinerja Serat Otot ......................................................................................................... 70
Lampiran 4 .............................................................................................................................. 72
A. Berat badan berlebih ....................................................................................................................... 73
B. Kegemukan dan diabetes tipe 2 .................................................................................................. 75
Lampiran 5 .............................................................................................................................. 76
Lampiran 6 ............................................................................................................................. 80
A. Aktivitas fisik sedang hingga kuat (MVPA) .............................................................................80
B. Latihan dan stres panas .................................................................................................................. 82
C. Lari jarak jauh dan pengujian kebugaran ................................................................................. 84
D. Pelatihan resistensi (kekuatan) .................................................................................................... 85
Lampiran 7 .............................................................................................................................. 88
A. Pengertian Motivasi .......................................................................................................................... 88
1. Teori Motivasi............................................................................................................................... 88
2. Strategi untuk Meningkatkan Motivasi ............................................................................... 94
3. Meningkatkan Nilai dan Minat ................................................................................................ 95
4. Meningkatkan Keterampilan yang Dirasakan, Kompetensi, dan Kesuksesan ...... 97
Lampiran 8 .............................................................................................................................101
Profil Penulis Modul............................................................................................................. 104

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 6


DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2 ........................................................................................................................................ 50
Gambar 3 ........................................................................................................................................ 60
Gambar 4 ........................................................................................................................................ 60
Gambar 5 .......................................................................................................................................... 61
Gambar 6 ......................................................................................................................................... 62
Gambar 7 ....................................................................................................................................... 102

Tabel 1 ................................................................................................................................................ 16
Tabel 2 ............................................................................................................................................... 17
Tabel 3 ............................................................................................................................................. 20
Tabel 4............................................................................................................................................... 21
Tabel 5 .............................................................................................................................................. 23
Tabel 6 .............................................................................................................................................. 25
Tabel 7 .............................................................................................................................................. 35
Tabel 8 .............................................................................................................................................. 39

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 7


CAPAIAN PEMBELAJARAN

TUJUAN LUAS Memfasilitasi pembelajaran PJOK yang berpusat pada murid


secara efektif, bermakna, menyenangkan dan refleksif.

CAPAIAN AKHIR Guru dapat mengetahui siswa mereka dan bagaimana mereka
PELATIHAN belajar dalam PJOK.

CAPAIAN UMUM Secara umum, capaian modul asesmen pembelajaran PJOK


MODUL antara lain:
1. Guru memiliki wawasan tentang karakteristik pembelajar
abad 21 dan bagaimana mereka belajar

2. Guru dapat mengembangkan metode untuk mengenali


siswanya berikut bagaimana mereka belajar dalam PJOK

CAPAIAN 1. Menjelaskan konsep pembelajaran PJOK yang berpusat


PEMBELAJARAN pada murid
KHUSUS/MODUL
2. Menghubungkan karakteristik jasmaniah, emosional,
mental, serta sosial anak dari berbagai kelas dan usia
dengan pengembangan pembelajaran PJOK yang
berpusat pada murid

3. Menyusun pembelajaran PJOK dengan prinsip


pembelajaran berdiferensiasi

4. Membandingkan contoh-contoh aktivitas pembelajaran


PJOK yang sesuai dengan karakteristik murid

5. Mengintegrasikan student agency dalam pembelajaran


PJOK.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 8


RINGKASAN ALUR PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN 1 PRINSIP PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID

ELABORASI ISI (1 JP ASINKRON)

Peserta mempelajari student centered learning (SCL)/ pembelajaran yang berpusat


pada murid dalam konteks PJOK. Selain menyimak definisinya, peserta disajikan ciri-ciri,
jenis-jenis, peran guru dan murid, serta kelebihan dan kekurangan SCL.

PEMBELAJARAN 2

ELABORASI ISI (1 JP ASINKRON)

Setelah memahami SCL, peserta mulai menelaah berbagai macam karakteristik


perkembangan murid dari berbagai jenjang usia. Karakteristik tersebut dilihat dari
perkembangan jasmani, sosial, emosional, dan mental.

PEMBELAJARAN 3

ELABORASI ISI

Untuk mewujudkan pembelajaran PJOK yang berpusat pada murid, salah satu strategi
yang direkomendasikan adalah pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran 3 ini,
peserta akan diberikan petunjuk praktis untuk mengembangkan pembelajaran
berdiferensiasi dalam konteks PJOK.

KUATKAN PEMAHAMAN (2 JP TATAP MAYA)

Untuk menguatkan pemahaman dari tiga pembelajaran dalam modul ini, peserta akan menganalisis
dua (2) RPP yang menunjukkan pembelajaran berdiferensiasi dan tidak berdiferensiasi. Peserta
diminta untuk menyampaikan alasan berdasarkan konten, proses, dan produk.

REFLEKSI

Kegiatan refleksi akan mengarahkan peserta untuk mengaitkan konsep yang dipelajari di
dalam modul dengan konteks dan fakta yang terjadi di sekolah masing-masing. Peserta
akan melakukan refleksi berdasarkan pertanyaan panduan yang disediakan.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 9


PEMBELAJARAN 1. PRINSIP PEMBELAJARAN
PJOK BERPUSAT PADA MURID

A. ELABORASI ISI

1. PENDAHULUAN
Sebelum Bapak/Ibu menyimak modul belajar ini, lakukan refleksi sejenak
dengan menjawab pertanyaan di bawah. Harapannya, hati dan pikiran
Bapak/Ibu mulai masuk ke dalam konteks berdasarkan pengalaman.
Sehingga konten modul ini lebih relevan dan kontekstual.

Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah praktik pembelajaran PJOK di sekolah


Bapak/Ibu sudah berpusat pada murid? Apa yang menandakannya?”

Dalam materi ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek penting dalam
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang memungkinkan murid
untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam pembelajaran mereka. Kami akan
membahas bagaimana murid dapat memahami pentingnya kemampuan
mengarahkan diri sendiri untuk mengambil tanggung jawab yang lebih berarti
dalam pembelajaran untuk kepentingan menguasai materi secara lebih baik.

PJOK merupakan bagian dari kurikulum pendidikan yang berfokus pada


kesehatan dan kebugaran fisik siswa. Dalam pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada murid, PJOK memberikan kesempatan bagi setiap murid untuk
lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. PJOK berperan dalam
mengembangkan keterampilan motorik, kerjasama tim, dan kepemimpinan
melalui berbagai aktivitas olahraga.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 10


Selain itu, kita juga akan membahas pentingnya pemahaman bagaimana strategi
pembelajaran yang mengakomodasi berbagai perbedaan murid baik, secara
fisik, secara emosional, secara mental, bahkan secara moral. Dengan pendekatan
yang berpusat pada murid, materi ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
pembelajaran yang bermakna dan mendorong setiap murid untuk
mengembangkan potensi mereka dalam bidang pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan, melalui peningkatan pembelajaran berdiferensiasi dan bersifat
inklusif.

2. STUDENT CENTERED LEARNING/SCL - PEMBELAJARAN


YANG BERPUSAT PADA MURID

a. DEFINISI STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)


Student Centered Learning (SCL) dikenal di Indonesia sebagai pendidikan
yang berpusat pada murid. Secara luas, SCL mencakup metode pengajaran
yang menggeser fokus pengajaran dari guru ke murid. Dalam penggunaan
aslinya, pembelajaran yang berpusat pada murid bertujuan untuk
mengembangkan otonomi dan kemandirian peserta didik. Murid diharapkan
memiliki tanggung jawab untuk belajar.

Penggunaan istilah student centered learning juga dapat merujuk pada pola
pikir pendidikan atau metode instruksional yang mengenali perbedaan
individu pada peserta didik. Dalam pengertian ini, pembelajaran yang
berpusat pada murid menekankan minat, kemampuan, dan gaya belajar
setiap murid.

Sebelum Bapak/Ibu melanjutkan, renungkan pertanyaan berikut


● Sejauh apa murid memilih apa yang akan mereka pelajari?
● Apa kekhwatiran yang muncul dalam diri Anda ketika mendengar frasa,
“murid memilih apa yang akan mereka pelajari?”
● Apakah murid saya akan mampu bertanggung jawab atas pilihannya?

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 11


Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model, metode atau
pendekatan pembelajaran yang menempatkan murid sebagai pusat dari
proses belajar mengajar. Murid akan mengembangkan minat, motivasi, dan
kemampuan individu menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif serta
bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri sesuai jenjang.

Dalam SCL, guru akan berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.
Murid akan dilatih untuk memiliki tanggung jawab atas kegiatan belajarnya
dengan panduan guru sebagai fasilitator agar materi, kegiatan, dan
pengukuran pembelajaran masih dalam koridor capaian pembelajaran
yang diharapkan. Sehingga, guru dapat mendorong perkembangan murid,
bukan satu-satunya sumber belajar.

Hubungan antara murid yang satu dengan yang lainnya adalah setara,
yang tercermin dalam bentuk kerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan suatu tugas belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, otonomi yang akan dikembangkan kepada


siswa bersifat otonomi terbimbing. Artinya, guru berperan aktif dalam
membimbing murid untuk menumbuhkan otonominya diantaranya dalam hal;

1) pengelolaan pilihan materi


2) pendekatan pembelajaran/cara belajar yang sesuai dengan karakter
murid
3) cakupan materi belajar
4) bagaimana cara mengukur capaian
5) waktu pembelajaran.

Dalam SCL, murid dibekali keterampilan dasar tentang bagaimana


mempelajari mata pelajaran tertentu. Instruksi yang berpusat pada murid
berfokus pada teori pengetahuan, keterampilan, dan praktik yang
memungkinkan pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran diharapkan dapat
melatih pemecahan masalah mandiri dengan dasar Teori Belajar

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 12


Konstruktivisme. Sehingga pengalaman belajar menekankan peran penting
murid dalam membangun makna dari informasi baru dan pengalaman
sebelumnya.

Pembelajaran yang berpusat pada murid mengutamakan minat murid dan


mengakui suara murid sebagai pusat pengalaman belajar. Dalam ruang
belajar yang berpusat pada murid, mereka memilih apa yang akan mereka
pelajari, bagaimana mereka akan mempercepat pembelajaran mereka, dan
bagaimana mereka akan menilai pembelajaran mereka sendiri dengan
memainkan peran sebagai fasilitator kelas.

Berbanding terbalik dari SCL, dalam praktik pendidikan tradisional yang


mendemonstrasikan pembelajaran yang berpusat pada guru, guru berperan
aktif dan menjadi tokoh utama dalam pembelajaran. Sementara murid
mendapatkan peran yang lebih pasif dan reseptif/instruksi yang disiapkan
guru tidak melibatkan umpan balik siswa.

Di kelas yang berpusat pada guru, pembelajaran dilaksanakan tanpa


melibatkan murid dalam prosesnya. Guru langsung memilih apa yang akan
dipelajari murid, bagaimana murid akan belajar, dan bagaimana murid akan
dinilai berdasarkan pembelajaran mereka.

b. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN SCL


Menurut Siswono dan Karsen (2008), model pembelajaran SCL memiliki
beberapa karakteristik yang mencerminkan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Guru memiliki wawasan yang luas dan terbuka terhadap masukan dan
kritik yang membangun dari siswanya.

2) Guru menggunakan metode penyampaian materi yang sesuai dengan


kebutuhan dan kondisi murid. Artinya, tidak menutup kemungkinan guru
menggunakan pendekatan pengajaran yang berbeda untuk setiap kelas.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 13


3) Murid mampu mengembangkan materi pembelajaran secara mandiri, di
mana pun dan kapan pun, tidak hanya di dalam kelas atau di bawah
bimbingan pengajar.

4) Murid mampu menyampaikan harapan mereka terhadap proses


pembelajaran

5) Murid bekerja sama secara kolaboratif, memilih anggota kelompoknya


sendiri dan belajar bagaimana bekerja dalam kelompok tersebut.

6) Murid mengawasi kemajuan belajarnya sendiri dan merencanakan strategi


pembelajaran yang sesuai untuk mencapai hasil yang optimal.

7) Murid termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sendiri.

8) Materi pembelajaran berfungsi sebagai panduan bukan batasan, yang


memungkinkan pengajar dan murid untuk berkreasi dalam
mengembangkannya secara berkelanjutan.

9) Pembelajaran adalah proses aktif dalam mencari pengetahuan atau


merumuskan ilmu, bukan sekadar mengambil pengetahuan.

c. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN SCL


Menurut Dikti (2014), model-model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan SCL (Student Centered Learning), antara lain yaitu sebagai
berikut:

1) Small Group Discussion (SGD). Metode diskusi merupakan model


pembelajaran yang melibatkan antara kelompok murid dan kelompok
murid atau kelompok murid dan pengajar untuk menganalisis, menggali
atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

2) Role-Play and Simulation. Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau
lebih murid tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan
simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau
sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini murid mempelajari
sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 14


3) Discovery Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau
penelitian kepada murid dengan tujuan supaya murid dapat mencari
sendiri jawabannya tanpa bantuan pengajar.

4) Self-Directed Learning. Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar


kepada murid, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.

5) Cooperative Learning. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan


pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu membangun konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

6) Contextual Learning (CL). Pembelajaran kontekstual adalah


pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah,
terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan murid
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran murid menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif, nyaman, dan menyenangkan.

7) Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini melatih dan


mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual murid, untuk
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis,
suasana nyaman dan menyenangkan agar murid dapat berpikir optimal.

8) Collaborative Learning (CbL). Metode ini memungkinkan murid untuk


mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi
untuk menggali semua kemungkinan yang ada.

9) Project Based Learning (PjBL). Metode pembelajaran ini adalah


memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh murid
dengan mencari sumber pustaka sendiri.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 15


d. PERAN GURU DAN MURID DALAM PEMBELAJARAN SCL

Tabel 1

PERAN GURU PERAN SISWA

Aktif dalam proses pembelajaran


Bertindak sebagai fasilitator
dengan memberikan gagasan, saran,
dalam proses pembelajaran.
dan kritik.

Mengkaji kompetensi mata Berpartisipasi dalam merumuskan,


pelajaran yang harus dikuasai mengembangkan, dan memproses
murid pada akhir pembelajaran. materi pembelajaran.

Merancang strategi dan


Mengkaji kompetensi dan strategi
lingkungan pembelajaran yang
pembelajaran yang ditawarkan oleh
dapat menyediakan beragam
guru.
pengalaman belajar.

Membantu murid mengakses


informasi, menata, dan
Membuat rencana pembelajaran
memprosesnya untuk
untuk mata pembelajaran yang
dimanfaatkan dalam
diikutinya.
memecahkan permasalahan
hidup sehari-hari

Belajar secara aktif dalam kelompok


Mengidentifikasi dan maupun individual (dengan cara
menentukan pola penilaian hasil mendengar, membaca, menulis,
belajar murid yang relevan diskusi, pemecahan masalah; serta
dengan kompetensi yang akan terlibat dalam kegiatan berfikir
diukur. tingkat tinggi seperti analisis, sintesis,
dan evaluasi

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 16


e. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN SCL
Pembelajaran SCL yang diaplikasikan dengan benar dapat meningkatkan
motivasi untuk belajar, pengetahuan tersimpan lebih lama, pemahaman yang
lebih mendalam, dan lebih banyak sikap positif terhadap subyek yang
diajarkan.

Pendekatan pembelajaran SCL juga diharapkan dapat mengembangkan


kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti
kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan,
kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim,
keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan.

Namun, Setiap model pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan


kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran SCL.
Menurut Setiadji (2010), kelebihan atau keunggulan model pembelajaran SCL
yaitu:

Tabel 2

KELEBIHAN KEKURANGAN

Melatih berpikir kritis murid Lebih menantang jika


dalam proses pembelajaran diimplementasikan dalam kelas besar

Pengalaman belajar lebih


Membutuhkan proses pembiasaan dan
bermakna karena pengetahuan
dampingan yang akan memakan waktu
didapat melalui proses
lama
discovery dan inkuiri

Tiap pembelajaran dan


Bagi guru yang belum terbiasa
evaluasinya
mendengarkan “suara” murid, butuh
mempertimbangkan
kesabaran dan proses belajar yang
karakteristik, minat, kebutuhan,
konsisten
dan latar belakang murid.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 17


PEMBELAJARAN 2. KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MURID

A. ELABORASI ISI
Seiring bertambahnya usia, seorang anak menunjukkan karakteristik fisik, sosial,
emosional, dan mental yang berkembang. Seperti yang telah dibahas dalam
Pembelajaran 1, Student Centered Learning (SCL) mengisyaratkan guru hendaknya
mempertimbangkan karakteristik murid dalam menyusun program pembelajaran
yang berpusat pada siswa.

Misalnya, murid PAUD hingga awal usia SD biasanya mengembangkan keterampilan


motorik kasar mereka, seperti berlari, melompat, dan melempar. Mereka mungkin
juga sedang mengembangkan keterampilan motorik halus mereka, seperti
menggenggam dan memanipulasi objek. Guru PJOK dapat memberikan
kesempatan bagi anak-anak kecil untuk mengembangkan keterampilan ini dengan
menawarkan kegiatan seperti kursus rintangan, senam, dan permainan bola.

Murid mengembangkan keterampilan kerja sama mereka seringin bertambahnya


usia. Dalam kerja sama, kemampuan mereka untuk bersaing akan muncul, kemudian
mereka akan mulai memahami tentang aturan permainan. Guru pendidikan PJOK
dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak yang lebih besar untuk
mengembangkan keterampilan ini dengan menawarkan kegiatan seperti olahraga
tim, olahraga individu, dan tantangan kebugaran.

Guru PJOK perlu menyadari berbagai tahap perkembangan karakteristik sehingga


mereka dapat merancang kegiatan yang sesuai dengan usia dan kemampuan
mereka. Ini akan membantu murid mengembangkan keterampilan fisik, sosial,
emosional, dan mental mereka di lingkungan yang aman dan menyenangkan.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 18


Dalam pembelajaran 2 ini, Bapak/Ibu akan minat murid berdasarkan karakteristik
perkembangan sesuai tahapan, serta bagaimana merencanakan pembelajaran PJOK
yang efektif berdasarkan pemahaman tersebut.

Bapak/Ibu akan memahami berbagai macam:

1. Karakteristik jasmani murid yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan


tubuh, serta keterampilan motorik kasar dan halus mereka.

2. Karakteristik sosial murid yang meliputi kemampuan untuk berinteraksi dengan


orang lain, membentuk hubungan, dan bekerja sama.

3. Karakteristik emosional murid yang meliputi kemampuan anak untuk memahami


dan mengelola emosi mereka.

4. Karakteristik mental murid yang meliputi kemampuan anak untuk belajar,


berpikir, dan memecahkan masalah.

Dengan memahami minat dan karakteristik murid, Bapak/Ibu diharapkan dapat


menciptakan pengalaman belajar yang menarik, relevan, dan membantu murid
mengembangkan potensi mereka secara optimal dalam bidang PJOK.

Bapak/Ibu juga akan diajak untuk memahami kembali dan mempertimbangkan


berbagai karakteristik murid untuk merancang bahan ajar, materi pembelajaran,
cara pengajaran, dan evaluasinya sesuai dengan perkembangan karakteristik
jasmaniah, emosional, mental, dan sosial siswa.

Murid di sekolah berkembang pada tingkat yang berbeda-beda. Apa yang mungkin
menjadi tantangan yang baik untuk anak yang lebih besar mungkin menjadi terlalu
sulit atau membosankan untuk anak yang lebih kecil. Setiap kelompok murid juga
sangat mungkin memiliki minat yang berbeda. Beberapa anak lebih suka kegiatan
yang aktif dan kompetitif, sementara yang lain lebih suka kegiatan yang lebih santai
dan kooperatif.

Perkembangan karakteristik jasmani, sosial, emosional, dan mental ini dapat menjadi
dorongan dasar (basic urge)/minat untuk melakukan atau mencapai sesuatu. Semua
murid memiliki minat yang dipengaruhi secara turun-temurun atau dibentuk oleh

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 19


lingkungan. Dorongan dasar berkaitan erat juga dengan pengaruh sosial, guru,
orang tua, dan teman sebaya. Minat dengan latar belakang ini berkaitan dengan
karakteristik perkembangan sosial.

1. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK JASMANI


Perkembangan karakteristik jasmani adalah proses pertumbuhan dan perubahan
fisik yang terjadi pada anak-anak. Ini termasuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh anak, serta keterampilan motorik kasar dan halus mereka.

Dalam Developmental Physical Education For Today’s Elementary School


Children, Gallahue, D. L. (2003) dan Ages & Stages Model yang dikembangkan
oleh NASPE, (2014), berikut adalah karakteristik perkembangan jasmani yang
dapat menjadi acuan Bapak/Ibu guru PJOK dalam menunjukan aktivitas yang
sesuai:

Tabel 3

NO USIA KARAKTERISTIK

Anak-anak pada usia ini belajar untuk merangkak, berjalan, dan


1-2
1 berlari. Mereka juga mulai mengembangkan keterampilan motorik
tahun
halus, seperti menggenggam dan menunjuk

Anak-anak pada usia ini terus mengembangkan keterampilan


3-4
2 motorik kasar dan halus mereka. Mereka juga mulai melompat,
tahun
menendang, dan melempar bola.

Anak-anak pada usia ini mulai mengembangkan koordinasi dan


5-6
3 keseimbangan yang lebih baik. Mereka juga mulai berpartisipasi
tahun
dalam olahraga dan kegiatan fisik lainnya.

7-11 Anak-anak pada usia ini terus mengembangkan keterampilan


4
tahun motorik mereka. Mereka juga mulai lebih aktif dan kompetitif.

Anak-anak pada usia ini mengalami pertumbuhan dan


12-18
5 perkembangan fisik yang pesat. Mereka juga mulai
tahun
mengembangkan minat dalam olahraga dan kegiatan fisik lainnya.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 20


Berikut adalah beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru PJOK
sesuai dengan karakteristik jasmani murid:

Tabel 4

NO USIA KARAKTERISTIK

Berjalan, berlari, merangkak, memanjat, melompat,


1 1-2 tahun
menendang, menarik, melempar, dan memukul bola.

Melompat, menendang, melempar, memanjat, memukul


2 3-4 tahun
bola dengan lebih baik, keseimbangan, dan koordinasi.

3 5-6 tahun Bermain game seperti dodgeball, berenang, senam

Bermain olahraga seperti sepak bola, bola basket, bola


4 7-11 tahun
voli, berenang, dan olahraga lain yang lebih kompetitif.

Bermain olahraga kompetitif seperti sepak bola, bola


12-18
5 basket, bola voli, berenang, dan berpartisipasi dalam
tahun
kegiatan fisik rekreasi.

Berikut beberapa tips tambahan untuk guru PJOK dalam merancang aktivitas
yang sesuai dengan perkembangan fisik anak:

a. Variasi adalah kunci. Anak-anak perlu berpartisipasi dalam berbagai aktivitas


untuk mengembangkan keterampilan fisik mereka. Ini termasuk aktivitas
yang melibatkan kelompok otot yang berbeda, jenis gerakan yang berbeda,
dan tingkat tantangan yang berbeda.

b. Buat menyenangkan. Anak-anak cenderung lebih berpartisipasi dalam


aktivitas yang mereka nikmati. Pastikan aktivitas yang Anda pilih
menyenangkan dan menarik bagi anak-anak.

c. Berikan dukungan positif. Anak-anak belajar lebih baik saat merasa didukung
dan diberi semangat. Bersikaplah positif dan antusias terhadap aktivitas yang
Anda pimpin.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 21


d. Adaptasi aktivitas jika diperlukan. Tidak semua anak akan dapat
berpartisipasi dalam semua aktivitas dengan cara yang sama. Siapkan diri
untuk mengadaptasi aktivitas sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
semua anak.

2. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK SOSIAL


Perkembangan keterampilan sosial seorang murid terjadi secara bertahap dari
waktu ke waktu. Murid belajar keterampilan sosial yang berbeda pada usia yang
berbeda, dan keterampilan mereka akan terus berkembang seiring
bertambahnya usia dan pengalaman mereka. Perkembangan keterampilan sosial
anak ditandai oleh serangkaian perubahan yang terjadi pada cara mereka
berinteraksi dengan orang lain. Perubahan ini terjadi secara bertahap dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia, lingkungan, dan pengalaman
anak.

Aktivitas yang dikembangkan dalam PJOK dapat mengembangkan keterampilan


sosial penting yang dipelajari murid meliputi:

a. Keterampilan komunikasi: Anak-anak belajar bagaimana berkomunikasi


dengan orang lain secara efektif, baik verbal maupun nonverbal.

b. Keterampilan kerja sama: Anak-anak belajar bagaimana bekerja sama dengan


orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Keterampilan pemecahan masalah: Anak-anak belajar bagaimana


menyelesaikan konflik dan masalah secara damai.

d. Keterampilan empati: Anak-anak belajar bagaimana memahami dan


berempati dengan perasaan orang lain.

Dalam lingkungan sekolah, murid yang belajar di sekolah yang mendukung dan
inklusivitas cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik. Murid juga
dapat belajar banyak keterampilan sosial dari teman sebaya mereka, termasuk
ketika melakukan kegiatan fisik dalam PJOK.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 22


Berikut adalah karakteristik yang dapat ditemukan dalam setiap rentang usia:

Tabel 5

NO USIA KARAKTERISTIK

Anak-anak pada usia ini mulai belajar untuk berbagi,


1 1-2 tahun berempati, dan mengikuti aturan. Mereka juga mulai
mengembangkan keterampilan komunikasi mereka.

Anak-anak pada usia ini terus mengembangkan


keterampilan sosial mereka. Mereka juga mulai belajar
2 3-4 tahun
untuk bekerja sama dengan orang lain dan menyelesaikan
konflik.

Anak-anak pada usia ini mulai mengembangkan rasa diri


mereka sendiri dan belajar untuk memahami perasaan
3 5-6 tahun
orang lain. Mereka juga mulai belajar untuk bergaul
dengan teman sebaya mereka.

Anak-anak pada usia ini terus mengembangkan


keterampilan sosial mereka. Mereka juga mulai belajar
4 7-11 tahun
untuk membentuk hubungan yang lebih intim dengan
teman sebaya mereka.

Anak-anak pada usia ini mengalami perubahan fisik dan


emosional yang besar. Hal ini dapat memengaruhi
perkembangan keterampilan sosial mereka. Namun, pada
12-18
5
tahun usia ini, anak-anak juga mulai belajar untuk memahami
dan mengelola emosi mereka, serta untuk bernegosiasi
dan menyelesaikan konflik.

Bagaimana guru PJOK menciptakan lingkungan yang aman dan suportif agar
murid mengembangkan keterampilan sosial mereka? Berikut adalah langkah
yang dapat dilakukan Bapak/Ibu saat melaksanakan kegiatan PJOK:

a. Tetapkan aturan yang jelas dan tegas. Murid perlu tahu apa yang diharapkan
dari mereka dalam hal perilaku sosial.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 23


b. Hindari membanding-bandingkan murid. Membanding-bandingkan satu
sama lain dapat membuat mereka merasa tidak aman dan tidak dihargai.

c. Perhatikan murid secara individual untuk memastikan bahwa mereka semua


merasa dihargai dan diberdayakan.

d. Berikan apresiasi ketika murid menunjukkan perilaku positif. Pujian dapat


membantu murid merasa dihargai dan termotivasi untuk terus
mengembangkan keterampilan sosial mereka.

e. Gunakan pembelajaran kooperatif untuk melatih kerjasama dan penyelesaian


masalah sesuai karakteristik masing-masing usia perkembangan.

f. Guru PJOK juga membutuhkan kesabaran tinggi. Mengembangkan


keterampilan sosial membutuhkan waktu. Tidak perlu langsung menyerah
ketika menemukan murid yang masih egois mengambil alih permainan
kelompok. Kadang, mereka butuh bantuan guru untuk mengingatkan dan
bersabar

g. Guru PJOK hendaknya konsisten. Targetkan perubahan perilaku yang


diinginkan. Catat progres keterampilan sosial yang ditunjukkan murid dari
waktu ke waktu. Tujuannya, agar perubahan kecil tetap dapat Bapak/Ibu lihat
dan dapat mengapresiasi diri sendiri dan murid..

3. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK EMOSIONAL


David L. Gallahue dalam "Pendidikan Jasmani Perkembangan untuk Anak
Sekolah Dasar Saat Ini" menyatakan bahwa perkembangan emosional anak-anak
tidak selalu sebanding dengan perkembangan fisik mereka.

Gallahue juga membahas peran pendidikan jasmani dalam perkembangan


emosional anak-anak. Dia percaya bahwa pendidikan jasmani dapat memberikan
anak-anak kesempatan untuk belajar tentang emosi mereka sendiri dan emosi
orang lain. Dia juga percaya bahwa pendidikan jasmani dapat membantu anak-
anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting untuk
dapat bertahan di sekolah dan dalam kehidupan.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 24


Beberapa mungkin sudah mampu mengekspresikan emosi kompleks seperti
cinta dan empati pada usia dini, sementara yang lain mungkin tidak mampu
melakukannya hingga dewasa. Berikut adalah panduan untuk mengidentifikasi
karakteristik perkembangan emosional berdasarkan usia yang dibahas oleh
Gallahue dan Berk:

Tabel 6

NO USIA KARAKTERISTIK

Bayi dilahirkan dengan kemampuan untuk mengalami


emosi dasar seperti bahagia, sedih, marah, dan takut.
1 0-2 tahun Mereka juga mulai mengembangkan emosi yang lebih
kompleks seperti empati, simpati, dan mengekspresikan
emosi mereka melalui bahasa tubuh dan ekspresi wajah.

Balita terus mengembangkan pemahaman mereka tentang


emosi dan cara mengelolanya. Mereka mulai mengalami
lebih banyak emosi, termasuk bangga, malu, bersalah, dan
cinta. Mereka juga mulai belajar cara mengelola emosi
2 3-5 tahun
mereka dengan cara yang lebih tepat. Misalnya, mereka
mungkin belajar untuk mengambil napas dalam-dalam
ketika mereka merasa marah atau menghitung sampai
sepuluh ketika mereka merasa frustasi.

Anak usia sekolah dasar terus mengembangkan


pemahaman dan regulasi emosional mereka dan cara
mengelolanya. Mereka mungkin mulai mengalami emosi
yang lebih intens seperti kemarahan, kesedihan, dan
3 6-12 tahun kecemburuan. Mereka juga mungkin mulai mengalami
tekanan teman sebaya dan tantangan sosial lainnya yang
dapat mempengaruhi emosi mereka. Misalnya, mereka
mungkin merasa cemburu jika teman mereka
mendapatkan mainan baru atau mereka mungkin merasa

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 25


marah jika mereka diejek oleh teman sekelas mereka.

Remaja sedang mengalami banyak perubahan, baik fisik


maupun emosional. Mereka mungkin mengalami berbagai
emosi, termasuk bahagia, sedih, marah, kebingungan, dan
13-18
4 kecemasan. Mereka juga mungkin mulai mempertanyakan
tahun
identitas dan tempat mereka di dunia. Misalnya, mereka
mungkin merasa bingung tentang orientasi seksual mereka
atau mereka mungkin merasa cemas tentang masa depan.

Jika Bapak/Ibu masih mempertanyakan, apa kaitan antara PJOK dan emosi murid?
Jawabannya dapat dicari dari fenomena atlet yang terkadang mengekspresikan
kegagalan dan kekalahan melalui aksi yang kurang tepat, misalnya marah dan adu jotos
dengan lawan main. Tidak hanya di lapangan, manajemen diri dalam keseharian juga
dapat dikembangakan melalui kegiatan PJOK.

Untuk melatih emosi murid, sesuai dengan perkembangan karakteristik emosional dalam
tabel di atas, guru PJOK dapat membantu murid mengelola emosi mereka dengan cara
sebagai berikut:

a. Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Murid perlu merasa aman dan
didukung untuk dapat mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat. Guru
pendidikan jasmani dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung
dengan menetapkan aturan dan harapan yang jelas, bersikap adil dan konsisten, serta
memberikan penguatan positif.

b. Membantu murid mengembangkan kompetensi kesadaran diri untuk dapat


mengelola emosi dengan cara yang sehat. Kesadaran diri merupakan salah satu
kompetensi sosial-emosional yang juga dijelaskan secara detail dalam Modul Guru
Penggerak. Guru dapat membantu murid mengidentifikasi emosi. Kemudian
membantu mereka membuat koneksi antara emosi dan perilaku mereka. Contohnya,
guru dapat mendampingi anak yang terlihat kesal setelah mereka gagal memasukkan
bola ke dalam gawang. Validasi perasaan murid dengan mengucapkan emosi yang
dirasakan dan penyebabnya. Kemudian pastikan murid tahu bahwa emosi tersebut

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 26


dialami orang lain juga saat mengalami hal-hal serupa. Tanyakan apa yang dapat
membuat murid akan merasa lebih baik?

c. Mengajari anak-anak kompetensi manajemen diri. Guru pendidikan jasmani dapat


mengajari anak-anak keterampilan mengelola emosi seperti pernapasan dalam, teknik
STOP, menghitung sampai sepuluh, dan istirahat, dll yang dijelaskan dalam Modul
Pembelajaran Sosial-Emosional dalam PGP.

d. Mencontohkan manajemen diri dalam keseharian di sekolah. Murid belajar dengan


melihat orang dewasa dalam hidup mereka. Guru PJOK dapat mencontohkan
manajemen diri yang sehat dengan terbuka tentang emosi mereka sendiri, mengelola
emosi mereka dengan cara yang sehat, dan memberikan teladan yang baik bagi anak-
anak.

e. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengekspresikan emosi mereka


dengan cara yang aman dan sehat. PJOK dapat memberikan kesempatan bagi murid
untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang aman dan sehat. Aktivitas
fisik dapat membantu anak-anak melepaskan emosi yang tertekan agar merasa lebih
baik tentang diri mereka sendiri. Guru PJOK dapat memberikan kesempatan bagi
murid untuk mengekspresikan emosi mereka melalui permainan, aktivitas, dan diskusi.

4. PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK MENTAL


Perkembangan kognitif dan mental adalah konsep yang erat hubungannya dalam
pertumbuhan dan proses pembelajaran yang dialami manusia. Kedua istilah ini mengacu
pada proses di mana individu memperoleh dan menyempurnakan kemampuan
intelektual, keterampilan pemecahan masalah, dan proses berpikir mereka. Pada
dasarnya, pengembangan kognitif merupakan bagian dari pengembangan mental.

Dalam banyak konteks, istilah "perkembangan kognitif" dan "perkembangan mental"


sering digunakan secara bergantian. Namun, perkembangan kognitif sendiri merupakan
bagian dari pengembangan mental. Hubungan keduanya bervariasi tergantung pada
kerangka teoritis yang dibahas. Pengembangan kognitif, yang merujuk pada
pertumbuhan dan penyempurnaan kemampuan intelektual dan proses berpikir, sering
menjadi aspek kunci dari apa yang dianggap dalam istilah yang lebih luas yaitu
"pengembangan mental."

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 27


PEMBELAJARAN 3. PEMBELAJARAN
DIFERENSIASI DALAM PJOK

A. ELABORASI ISI
Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Sebagai pendidik, Bapak/Ibu tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan
memiliki kodratnya masing-masing yang dicerminkan juga dalam berbagai
karakteristik yang telah disampaikan dalam Pembelajaran 2. Tugas kita sebagai guru
adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk
dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-
masing. Dengan begitu, guru dapat berpartisipasi dalam memastikan bahwa dalam
proses pembelajaran, anak-anak tersebut merasa aman dan bahagia.

Setiap murid yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya
menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di
sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik
pembelajaran kita. Seperti yang dibahas dalam Pembelajaran 2, setiap murid di kelas
Bapak/Ibu mungkin memiliki karakteristik jasmani, sosial, emosional, dan mental
yang berbeda.

Untuk mengakomodir kebutuhan murid yang beragam berdasarkan


karakteristiknya, salah satu strategi paling efektif yang dapat digunakan adalah
pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning).

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 28


1. DEFINISI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Bayangkanlah kelas yang Bapak/Ibu ajar saat ini. Ingatlah satu persatu murid di
kelas:

a. Apa minat mereka dalam olahraga?


b. Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda?
c. Siapakah yang paling kencang dalam berlari dan sebaliknya?
d. Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok?
e. Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?
f. Siapa saja yang dapat melakukan loncat paling tinggi dan sebaliknya?
g. Siapakah murid yang masih perlu dibantu untuk melakukan roll depan dan
belakang?
h. Siapakah anak yang selalu kesal ketika kalah dalam suatu permainan
olahraga?

Setiap harinya, tanpa disadari, Bapak/Ibu dihadapkan dengan berbagai macam


keberagaman. Di saat yang bersamaan Bapak/Ibu juga harus melakukan banyak
pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu.

Bapak/Ibu mungkin pernah berada dalam posisi ketika membantu sebagian kecil
murid yang mengalami kesulitan melakukan loncat jauh. Di saat yang bersamaan
sebagian besar murid lain dengan lancar menyelesaikan. Akibatnya, Bapak/Ibu
tidak bisa mengontrol aktivitas semua murid.

Seorang guru akan senantiasa menuntun berbagai karakter anak dengan


berbagai cara, sehingga kemampuan untuk melakukan banyak tugas sekaligus
ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang
tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan
betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut
tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di
kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 29


Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.
Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan
pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten
untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Dengan kata lain, semua murid belajar materi yang serupa, tetapi strategi untuk
mencapai tujuan bersama tergantung pada tingkat perkembangan individu dan
gaya belajar murid (Ellis, Lieberman, & LeRoux, 2010). Dalam pengajaran
terdiferensiasi, tiga (3) elemen kurikulum dapat dibedakan berdasarkan
kebutuhan murid yaitu; konten, proses, dan produk.

Pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dalam berbagai macam


kurikulum. Karena yang menjadi pertimbangan guru dalam menyajikan aktivitas
pembelajaran adalah bagaimana konten dan aktivitas yang disajikan dapat
mewadahi setiap karakteristik murid dengan kodratnya masing-masing.

2. KESIAPAN BELAJAR MURID


Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction
in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa Bapak/Ibu dapat melihat
kebutuhan belajar murid berdasarkan 3 aspek:

a. KESIAPAN BELAJAR MURID (READINESS)


Kesiapan belajar murid bukan diukur dari tingkat intelektualitas (IQ).
Kesiapan belajar murid lebih merujuk kepada informasi tentang;

1) apa saja pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini (pra-
knowledge) untuk membantu memahami konsep/aktivitas yang akan
dipelajari?,

2) dalam pembelajaran PJOK, apa saja gerak dasar dan pengalaman aktivitas
olahraga yang pernah, dan/sudah dikuasai murid sebagai dasar dari
aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 30


3) Perkembangan karakteristik jasmani, sosial, emosional, dan mental untuk
mendukung setiap aktivitas yang dirancang berdasarkan kurikulum

Santangelo & Tomlinson (2009) dan Joseph et.al (2013) mengisyaratkan,


identifikasi kesiapan belajar sebelum merancang pembelajaran dapat
membantu guru memastikan semua siswa akan mendapatkan pengalaman
belajar yang menantang secara tepat dan merata.

b. MINAT MURID
Di samping perkembangan karakteristik yang menjadi pertimbangan dalam
memilih aktivitas PJOK, juga perlu guru mengetahui sifat anak yang secara
alamiah memiliki keinginan-keinginan yang manusiawi, minat. Mengetahui
minat murid akan membantu guru untuk menyiapkan kegiatan dan pola
interaksi yang dibutuhkan ketika mengajar PJOK. Mari kita lihat keinginan
anak tersebut di bawah ini:

1) Keinginan untuk Menjadi Sehat Secara Fisik, Sehat, dan Menarik

Keinginan anak untuk menjadi bugar, sehat, dan menarik sangat penting
dipertimbangkan guru PJOK. Masyarakat sadar akan perlakuan negatif
dan masalah yang dihadapi individu sepanjang hidup jika mereka
kelebihan berat badan, lemah, atau tidak menarik.

Orang yang sehat secara fisik merasa fit dan sehat dapat membanggakan
citra positif tersebut kepada orang lain. Keberhasilan ini menambah
konsep diri yang positif. Sebaliknya, orang yang kelebihan berat badan
sering mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari sederhana seperti
berpakaian, duduk, dan berjalan, mereka mungkin memiliki citra diri yang
negatif dan sering tidak dapat berpartisipasi dalam atau ketika menikmati
banyak kegiatan.

2) Keinginan untuk Bermain

Bermain adalah perilaku penting yang menembus semua budaya dalam


berbagai bentuk. Olahraga, tarian, dan berbagai jenis aktivitas fisik adalah

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 31


bentuk permainan. Banyak bentuk permainan, termasuk musik, drama,
dan seni, yang menjadi bagian dari masyarakat.

Bagi sebagian orang, aktivitas bermain yang menyenangkan sama


berharganya dengan menjalankan pekerjaan. Bahkan, bagi banyak orang,
bermain adalah aspek terpenting dalam hidup mereka. PJOK dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keinginan universal
untuk bermain ini.

3) Hasrat akan Pengetahuan

Umat manusia terus mencari pengetahuan di semua bidang. Orang-orang


ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. PJOK memiliki batang tubuh
pengetahuan yang luas yang berasal dari berbagai sub-bidang keilmuan
olahraga, termasuk fisiologi olahraga, kinesiologi, pembelajaran motorik,
psikologi olahraga, dan sosiologi olahraga. Guru menjadi sentral
peranannya dalam memenuhi keinginan anak untuk mengetahui ini dalam
pelajaran PJOK.

4) Keinginan untuk Sukses, Pengakuan, dan Kepuasan

Orang cenderung mengulangi kegiatan yang memberi mereka


keberhasilan. Sebaliknya, mereka akan menghindari kegiatan di mana
mereka tidak berhasil. Berbagai jenis kesuksesan biasanya mengarah pada
pengakuan, persetujuan, atau kepuasan diri. Orang akan cenderung
berpartisipasi dalam kegiatan di mana mereka merasa sukses karena
perasaan sukses mengarah pada kepuasan dan kebahagiaan. Aktivitas
fisik berada dalam kategori ini dan dengan demikian memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kehidupan seseorang.

5) Keinginan untuk Kompetensi sosial dan emosional

Kebanyakan orang khawatir tentang bagaimana pandangan orang lain


tentang mereka. Orang ingin diterima, dihormati, dan disukai. Sekolah
dapat menjadi agen sosial utama dalam budaya kita. PJOK menawarkan
kesempatan unik di bidang sosial-emosional ini karena sifat dan
pengaturan materi pelajarannya. Situasi kompetitif (melibatkan situasi

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 32


menang, kalah, dan menerima keputusan wasit) dan kegiatan co-
educational (dengan penekanan pada keterampilan gerakan)
menyediakan sumber pengalaman sosial dan emosional yang kaya bagi
murid. Guru PJOK dapat memberikan dampak dalam perkembangan
sosial-emosional murid.

6) Keinginan untuk Bersaing

Persaingan hadir di hampir semua aspek budaya kita. Di banyak liga


olahraga, pemain muda mulai terlatih dalam persaingan untuk menjadi
juara. Beberapa orang percaya pengalaman kompetitif awal ini
bermanfaat bagi murid, tetapi yang lain mempertanyakan asumsi dan
praktik ini. Terlepas dari pendirian yang diambil, sifat kompetitif olahraga
dan aktivitas fisik membutuhkan guru PJOK dalam membimbing dan
mengambil sikap terhadap kompetisi. Program PJOK dapat memiliki
pengaruh yang kuat pada kaum muda dan kemampuan mereka untuk
bersaing.

7) Keinginan untuk Mengambil Risiko, Petualangan, dan Kegembiraan

Seiring meningkatnya urbanisasi, mekanisasi, dan gaya hidup impersonal


dan serba cepat, banyak orang beralih ke kegiatan petualangan berisiko
tinggi untuk bersenang-senang. Aktivitas fisik seperti panjat tebing, ski,
kano, dan backpacking semakin populer dan memberi orang kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang baru, berisiko, dan mengasyikkan.
Kurikulum PJOK dapat memberikan banyak pengalaman untuk
memuaskan keinginan ini.

8) Keinginan untuk Ekspresi ritmis

Kebanyakan orang menikmati mendengarkan dan bergerak atas respons


dan reaksi terhadap suara berirama. Banyak bentuk aktivitas ritmik telah
populer dalam berbagai budaya sepanjang sejarah. Aktivitas ritmik dapat
mencakup berbagai bentuk tarian, seperti tarian rakyat, tarian pergaulan,
aerobik, dan aktivitas jasmani, seperti lompat tali, lari rintangan, atau
berolahraga dengan musik. Ritme bisa menyenangkan dan memotivasi.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 33


Berbagai kegiatan ritmik merupakan bagian penting dari kurikulum PJOK
dalam bentuk aktivitas gerak berirama.

9) Keinginan untuk Ekspresi Kreatif

Aktivitas fisik memberikan banyak kemungkinan sebagai alternatif dalam


menyalurkan ekspresi kreatif yang terstruktur dalam aturan yang
mengatur kegiatan.

Dalam bola basket, murid menikmati upaya ketika mencoba


mengembangkan tembakan akrobatik atau dorongan kreatif ke keranjang,
operan, dan bantuan/assist. Dalam senam, kesempatan untuk
mengembangkan rutinitas kreatif untuk musik atau untuk
menyempurnakan gerakan baru mungkin menantang. Permainan dan
pertahanan baru diciptakan dalam sepakbola. Tantangannya tidak
terbatas, dan peluang untuk ekspresi kreatif menarik bagi murid.
Kurikulum PJOK dapat direncanakan untuk membantu memenuhi
keinginan ini.

c. PROFIL BELAJAR MURID


Berdasarkan kesiapan belajar murid dan minat murid yang diidentifikasi, guru
PJOK dapat menyusun dokumen Profil Belajar Murid. Dokumen ini dapat guru
buat dalam awal tahun ajaran baru bersama wali kelas. Guru PJOK dapat
memperbarui profil belajar murid berdasarkan observasi yang terus berjalan
sepanjang tahun pembelajaran. Hal ini akan memudahkan guru dalam
menyusun pembelajaran murid yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Tabel di bawah adalah contoh dokumen yang dapat dikembangkan oleh guru
PJOK untuk membuat Profil Belajar Murid. Ingat! Gunakan tabel ini sebagai
salah satu referensi saja. Bapak/Ibu dapat mengembangkan sendiri sesuai
kebutuhan.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 34


Tabel 7

TABEL: PROFIL BELAJAR MURID

KESIAPAN BELAJAR
PRE-
NO NAMA MINAT KNOWLLEDGE &
KARAKTER KARAKTER KARAKTER KARAKTER PENGALAMAN
JASMANI SOSIAL EMOSIONAL MENILAI

PANDUAN PENGISIAN TABEL:

1) Dalam kolom kesiapan belajar, Bapak/Ibu dapat menggunakan


karakteristik yang disampaikan dalam pembelajaran 2.

2) Dalam kolom minat, Bapak/Ibu dapat mengobservasi apa saja minat siswa
dari kategori minat yang disampaikan dalam sub-bab ‘Minat Murid’ dalam
Pembelajaran 3 ini.

3) Untuk kolom pra-knowledge, Bapak/Ibu dapat mengisi informasi


berdasarkan riwayat belajar murid sejauh ini.

4) Untuk mengisi pengalaman, Bapak/Ibu dapat menanyakan sendiri kepada


siswa. Contoh, tanyalah pengalaman mereka dalam berenang sebelum
mengajak mereka berlatih berenang.

Berdasarkan dokumen profil belajar di atas, guru dapat membuat kategori


murid berdasarkan kemiripan profil:

1) Buatlah kategori murid sesuai dengan jenis aktivitas pembelajaran yang


sedang dirancang

2) Jika dalam satu kelas terdapat 40 murid, guru tidak harus merancang 40
aktivitas berdasarkan 40 profil, tetapi gunakan kategori yang sudah
dibuat.

3) Sesuaikan kategori jika untuk aktivitas yang berbeda

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 35


3. STRATEGI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM PJOK
Setelah mengetahui kebutuhan belajar murid, guru dapat merencanakan dan
melakukan sebuah pembelajaran yang harapannya dapat merespon atau
memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan kualitas pembelajaran yang optimal.

Apa saja yang didiferensiasikan agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik


murid dan berpusat pada murid?

a. DIFERENSIASI KONTEN
Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten merupakan
materi/bahan ajar dan materi belajar dapat berupa pengetahuan, konsep atau
keterampilan yang harus dikuasai oleh murid, sesuai dengan standar
kurikulum.

Diferensiasi konten merujuk pada:

1) Tujuan pembelajaran tetap sama untuk semua murid.

2) Strategi pengorganisasian konten.

3) Format penyampaian konten. Contohnya: berlari 1 kilo dapat dilakukan


dengan sprint, lari estafet, atau halang rintang.

b. DIFERENSIASI PROSES
Diferensiasi Proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus
dijalani oleh murid. Proses di sini juga mengacu pada bagaimana murid akan
memahami atau memaknai apa informasi atau aktivitas yang dipelajari.

Ketika guru telah memperhatikan kebutuhan belajar murid, pertanyaan


selanjutnya adalah;

1) bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi?


2) proses seperti apa yang perlu disiapkan untuk memastikan setiap murid
belajar?

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 36


3) seberapa banyak jumlah bantuan yang guru berikan kepada murid?
4) siapa saja murid yang memerlukan banyak bantuan?
5) siapa saja murid yang cukup diberikan bantuan dalam bentuk pertanyaan
pemandu dan mereka kemudian bisa bekerja dengan mandiri?
6) apakah murid akan bekerja secara individu atau dalam kelompok?

Semua hal di atas perlu dipertimbangkan ketika merancang pembelajaran


yang berpusat pada murid.

Ingat. Tujuan pembelajaran yang sama diberlakukan untuk semua murid.


Namun ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk mendiferensiasi
proses.

1) Menggunakan kegiatan berjenjang di mana semua murid akan berupaya


membangun pemahaman dan keterampilan yang sama, tetapi dilakukan
dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan atau kompleksitas yang
berbeda-beda sesuai dengan profil murid.

2) Memberikan kesempatan bagi murid untuk dapat menentukan cara


mereka bekerja, bisa bekerja secara mandiri, berpasangan, atau
berkelompok.

3) Memvariasikan kecepatan atau lama waktu yang murid butuhkan untuk


menyelesaikan tugas, hal ini dilakukan untuk memberikan dukungan
tambahan bagi murid-murid yang kesulitan, atau sebaliknya mendorong
murid yang cepat untuk mempelajari topik secara lebih mendalam.

c. DIFERENSIASI PRODUK
Diferensiasi produk adalah cara murid untuk menunjukkan apa yang telah
mereka ketahui, pahami dan mampu lakukan selama periode pembelajaran
tertentu. Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus
ditunjukkan oleh murid kepada kita. Produk adalah sesuatu yang berwujud.
Bisa berbentuk karangan atau tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi,
pidato, rekaman, diagram dan lain sebagainya.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 37


Yang paling penting, produk harus mencerminkan pemahaman murid dan
berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Diferensiasi
produk merujuk pada strategi membedakan produk hasil belajar murid,
hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.

Walaupun kita dapat mendiferensiasi produk dengan berbagai cara, tetapi


tetap mengarah/menunjukkan tujuan pembelajarannya. Tujuan dari
membedakan produk adalah agar murid dapat secara optimal menunjukkan
pemahaman atau keterampilannya sehingga mereka mencapai tujuan belajar
yang diharapkan. Oleh karena itu, meskipun murid boleh saja memilih
bagaimana caranya, murid tetap harus tahu bahwa yang harus mereka
tunjukkan lewat produk tersebut adalah pemahaman atau keterampilan
mereka terkait dengan apa yang sedang menjadi fokus penilaian.

Sangat penting bagi guru untuk menentukan apa sebenarnya ekspektasi


yang diharapkan dari murid. Kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan.
Konten apa yang harus ada dalam produk mereka dan bagaimana mereka
harus mengerjakannya dan apa sifat dari produk akhir yang diharapkan.

Tabel 8

B. KUATKAN PEMAHAMAN
Setelah mempelajari uraian materi pembelajaran PJOK berpusat pada murid, saat
ini Bapak/Ibu akan melakukan kegiatan bersama fasilitator yang diharapkan dapat
untuk menguatkan pemahaman terkait materi. Aktivitas pertama adalah dengan
meninjau ulang konsep-konsep kunci dari materi, disusul dengan aktivitas kedua,
yaitu menganalisis dua (2) RPP yang menunjukkan pembelajaran berdiferensiasi dan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 38


tidak berdiferensiasi. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan melalui pembelajaran tatap
maya.

C. REFLEKSI
Setelah menyimak uraian terkait
1. Student Centered Learning,
2. Karakteristik Perkembangan Murid, dan
3. Pembelajaran Berdiferensiasi,

berhentilah sejenak dan resapi. Gunakan panduan pertanyaan di bawah ini untuk
membantu Bapak/Ibu merefleksikan konsep-konsep dalam modul ini dengan
pengalaman dan fakta yang terjadi di sekolah.

Tabel 9

PERTANYAAN JAWABAN

Sebelum membaca modul ini, __________________________________


apa yang sudah Bapak/Ibu __________________________________
ketahui, pahami, dan terapkan __________________________________
terkait konsep berikut? __________________________________
Student Centered Learning, __________________________________
Karakteristik Perkembangan __________________________________
Murid, dan __________________________________
Pembelajaran Berdiferensiasi, __________________________________

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 39


__________________________________
__________________________________
Setelah membaca modul ini, __________________________________
pengingat/ pengetahuan baru __________________________________
dan menarik apa saja yang __________________________________
Bapak/Ibu dapatkan? __________________________________
__________________________________
__________________________________

__________________________________
__________________________________
Inspirasi apa yang Bapak/Ibu __________________________________
dapatkan dari modul ini untuk __________________________________
diterapkan dalam pembelajaran __________________________________
PJOK di sekolah? __________________________________
__________________________________
__________________________________

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 40


REFERENSI

Bernstein, E., Phillips, S. R., & Silverman, S. (2011). Attitudes and Perceptions of Middle School
Students toward Competitive Activities in Physical Education. Journal of Teaching in
Physical Education, 30, 69-83. https://doi.org/10.1123/jtpe.30.1.69

Cardinal, B.J., Yan, Z., Cardinal, M. K. 2013. Negative Experiences in Physical Education and Sport:
How Much Do They Affect Physical Activity Participation Later in Life? Journal of Physical
Education, Recreation & Dance. 84(3):49-53.

Cothran, Donetta J. and Ennis, Catherine D. 1997. Students' and teachers' perceptions of conflict and
power. Teaching and Teacher Education, 13(5), 541–553. https://doi.org/10.1016/S0742-
051X(97)85542-4

Couturier, L. E., Chepko, S., & Coughlin, M. A. (2005). Student Voices—What Middle and High School
Students Have to Say about Physical Education. Physical Educator, 62, 170-177.

Dagkas, Symeon and Armour, Kathleen. 2011. Inclusion and Exclusion Through Youth Sport. (1st Ed.).
Routledge. London.

Darling-Hammond, Linda and Mclaughlin, Milbrey. Policies that Support Professional Development
in an Era of Reform. Phi Delta Kappan, 1995, 76(8) pp 597–604

Darst, Paul W., and Pangrazi, Robert P. 2015. Dynamic physical education for secondary school
students. Eighth edition. Pearson Education.

Graham, George. 1995. Physical Education through Students' Eyes and in Students' Voices:
Implications for Teachers and Researchers. Journal of Teaching in Physical Education, v14
n4 p478-82 Jul 1995.

Gunter, Helen and Thomson, Pat. 2007. But, where are the children? Management in Education.
Volume 21, Issue 1.

Hattie, John.2009. Visible learning: a synthesis of meta-analyses relating to achievement. y


Routledge 2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon OX14 4RN.

Hobin, E. P., Leatherdale, S. T., Manske, S. R., Burkhalter, R., & Woodruff, S. J. (2010). A Multilevel
Examination of School and Student Characteristics Associated with Physical Education
Class Enrollment among High School Students. Journal of School Health, 80, 445-452.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 41


Kusuma, O.D., Indra Sari, dan Siti Suharsih. 2022. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif
Pada Murid. Modul. Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Lawson. Hal A. 1998. Rejuvenating, reconstituting, and transforming physical education to meet the
needs of vulnerable children, youth, and families. Journal of Teaching in Physical Education.
10/1

National Association for Sport and Physical Education [NASPE] & American Heart Association, 2012.
2012 Shape of the Nation Report: Status of Physical Education in the USA. American Alliance
for Health, Physical Education, Recreation and Dance.
https://www.shapeamerica.org/advocacy/son/2012/

Pagnano, Karen. Find Meaning in Middle School Physical Education. Eric. Teaching Elementary
Physical Education, v17 n4 p12-14 Jul 2006

Pangrazi, Robert P. and Beighle, Aaron. 2017. Dynamic physical education for elementary school
children (Eighteenth edition). Pearson Education.

Quaglia, Russell J. 2016. School Voice Report 2016. Quaglia Institute for School Voice and
Aspirations. Corwin Press.

Trudeau, François and Shephard, Roy J., Relationships of Physical Activity to Brain Health and the
Academic Performance of Schoolchildren. American Journal Of Lifestyle Medicine
OnlineFirst, published on November 6, 2009.

Shimon, Jane M. 2011. Introduction to teaching physical education : principles and strategies. Human
Kinetics P.O. Box 5076. Champaign, IL.

Sumber Pustaka online

https://www.education.vic.gov.au/school/teachers/teachingresources/di
scipline/humanities/civics/Pages/studentvoice.aspx diunduh pada tanggal 25 Juni 2023

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 42


LAMPIRAN 1

DEFINISI SCL DARI PARA AHLI

Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran SCL (Student Centered


Learning) dari beberapa sumber buku:

1. Menurut Westwood (2008), Student Center Learning (SCL) adalah metode


pembelajaran yang memberdayakan peserta didik menjadi pusat perhatian
selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku dan
instruksi dari pendidik diubah menjadi pembelajaran yang memberi kesempatan
pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku
langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.

2. Menurut Priyatmojo (2010), Student Center Learning (SCL) adalah pendekatan


pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran
di mana murid berperan aktif mengembangkan kemampuannya untuk berpikir
kreatif dan inovatif.

3. Menurut Pongtuluran (2000), Student Center Learning (SCL) adalah suatu


pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari
proses belajar. Metode ini menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan
individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk
membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar.

4. Menurut Siswono dan Karsen (2008), Student Center Learning (SCL) adalah
model pembelajaran yang fokus pada kebutuhan, kemampuan, minat dan gaya
pembelajaran dari murid dengan pengajar sebagai fasilitator pembelajaran,
sehingga menjadikan setiap murid untuk lebih aktif dan mampu untuk
bertanggungjawab terhadap proses pembelajarannya sendiri.

Para ahli teori seperti John Dewey, Jean Piaget, dan Lev Vygotsky, yang bekerja
sama dalam mempelajari bagaimana murid belajar, merupakan pendukung utama
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid. Dewey adalah pendukung
pendidikan progresif yang meyakini bahwa pembelajaran adalah proses sosial dan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 43


pengalaman aktif bagi murid. Dia percaya bahwa lingkungan kelas yang
memungkinkan murid berpikir kritis dan memecahkan masalah dunia nyata adalah
cara terbaik untuk mempersiapkan mereka untuk masa depan.

Pemikiran Carl Rogers tentang pembentukan individu juga berkontribusi pada


pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid. Menurut Rogers,
"pembelajaran yang benar-benar berpengaruh terhadap perilaku [dan pendidikan]
adalah tentang menemukan diri sendiri". Maria Montessori juga merupakan pelopor
dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid, di mana anak-anak
prasekolah belajar melalui interaksi mandiri dengan aktivitas yang telah disiapkan
sebelumnya.

Teori penentuan nasib sendiri fokus pada sejauh mana motivasi individu dan
"kebebasan berperan dalam menentukan nasib sendiri". Ketika murid diberi
kesempatan untuk mengontrol pembelajaran mereka sendiri, pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan memberikan insentif yang lebih besar. Menempatkan murid di
pusat proses pembelajaran memungkinkan mereka untuk mengembangkan harga
diri sendiri, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi intrinsik.

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid melibatkan perubahan


paradigma dari pemahaman tradisional yang berpusat pada guru dalam proses
pembelajaran. Dalam kelas yang berpusat pada guru, guru dianggap sebagai
sumber utama pengetahuan. Namun, dalam kelas yang berpusat pada murid,
pembelajaran aktif sangat dianjurkan. Armstrong (2012) berpendapat bahwa
"pendidikan tradisional mengabaikan atau menekan tanggung jawab peserta didik".

Perbedaan lebih lanjut antara kelas yang berpusat pada guru dan kelas yang
berpusat pada murid adalah peran guru sebagai fasilitator, bukan hanya instruktur.
Pada dasarnya, tujuan guru dalam proses pembelajaran adalah membimbing murid
untuk membuat interpretasi baru dari materi pembelajaran, sehingga mereka benar-
benar "mengalami" kontennya, yang sejalan dengan gagasan Rogers bahwa
"pembelajaran yang signifikan terjadi melalui pengalaman".

Melalui interaksi antar teman sebaya, pemikiran kolaboratif dapat menghasilkan


pengetahuan yang banyak. Dengan memposisikan guru lebih dekat dengan tingkat

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 44


teman sebaya, pengetahuan dan pembelajaran dapat ditingkatkan, memberikan
manfaat bagi murid dan kelas secara keseluruhan. Menurut teori Lev Vygotsky
tentang zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development), murid
cenderung belajar melalui interaksi dengan sesama murid. Kolaborasi penting dalam
mengembangkan keterampilan berpikir mandiri. Menurut Vygotsky, belajar yang
hanya berfokus pada tingkat perkembangan yang telah dicapai tidak efektif dalam
mempertimbangkan perkembangan anak secara keseluruhan. Pendekatan ini tidak
bertujuan untuk mencapai tahap baru dalam proses perkembangan, tetapi justru
tertinggal di belakang tahap tersebut.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN SCL

Menurut Azizah (2011), karakteristik atau aspek-aspek model pembelajaran SCL


(Student Centered Learning) adalah sebagai berikut:

1. Aktif. Memungkinkan murid dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang
menarik dan bermakna.

2. Konstruktif. Memungkinkan murid dapat menggabungkan ide-ide baru ke dalam


pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau
keinginan-tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.

3. Kolaboratif. Memungkinkan murid dalam suatu kelompok atau komunitas yang


saling bekerja sama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasihati dan
memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.

4. Antusiastik. Memungkinkan murid dapat secara aktif dan antusias berusaha


untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Dialogis. Memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses


sosial dan dialogis dimana murid memperoleh keuntungan dari proses
komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.

6. Kontekstual. Memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang


bermakna (real-world) melalui pendekatan problem based atau case-based
learning.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 45


7. Reflektif. Memungkinkan murid dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta
merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu
sendiri.

8. Multisensory. Memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai


modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestesis.

9. High order thinking skills training. Memungkinkan untuk melatih kemampuan


berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll)

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 46


LAMPIRAN 2

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR

Pola pertumbuhan anak-anak umumnya dikendalikan oleh susunan genetik mereka.


Meskipun lingkungan yang tidak sehat dapat berdampak negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan yang tepat, bagian ini membahas pola
pematangan yang umum terjadi pada kebanyakan anak. Sementara semua anak
mengikuti pola pertumbuhan umum yang sama, tetapi dapat disimpulkan bahwa
setiap anak adalah unik. Beberapa anak maju pesat secara fisik untuk usia kronologis
mereka, sedangkan yang lain matang lebih lambat. Orang tua akan sering bertanya
bagaimana anak mereka dibandingkan dengan anak-anak lain yang seumur. Secara
umum, hanya ketika penyimpangan yang berlebihan dari norma itulah ada alasan
bagi orang tua untuk khawatir. Modul ini akan membantu Anda lebih memahami
anak-anak dan pola pertumbuhan mereka. Lebih mudah untuk mengajar jika teknik
dan harapan Anda selaras dengan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan
murid Anda. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai disiplin, pembelajaran, atau
kinerja keterampilan, kembalilah ke bab ini dan segarkan pemahaman Anda
mengenai pertumbuhan dan perkembangan remaja yang Anda ajar.

A. POLA PERTUMBUHAN
Guru dan orang tua secara teratur memantau anak-anak mereka untuk mengetahui
apakah anak mereka tumbuh dan kembang secara normal. Kurva jarak, yang
memplot tinggi dan bobot pada grafik dari tahun ke tahun, menunjukkan harapan
tentang tinggi dan berat badan pada usia tertentu.

Cara lain untuk memeriksa pola pertumbuhan adalah dengan melihat kurva
kecepatan (Gambar 3.1), yang menunjukkan seberapa tinggi seorang anak dapat
diharapkan tumbuh dari tahun ke tahun. Anak-anak mengalami periode
pertumbuhan yang cepat sejak lahir hingga usia 5 tahun. Dari usia 6 hingga awal
masa remaja, pertumbuhan melambat. Ketika pertumbuhan fisik cepat, kemampuan
untuk mempelajari keterampilan motorik baru umumnya menurun. Karena tingkat

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 47


pertumbuhan melambat selama tahun-tahun sekolah dasar, ini adalah periode waktu
yang sangat baik bagi anak-anak untuk belajar keterampilan motorik.

Selama masa remaja, anak-anak tumbuh dengan cepat hingga mencapai usia
dewasa. Di sekolah dasar, anak laki-laki umumnya lebih tinggi dan lebih berat. Anak
perempuan mencapai percepatan pertumbuhan remaja terlebih dahulu, tumbuh
lebih tinggi dan lebih berat selama kelas enam dan tujuh. Percepatan pertumbuhan
ini kemungkinan terkait dengan anak perempuan yang mencapai pubertas lebih
awal. Dalam beberapa tahun terakhir, usia rata-rata ketika anak perempuan
mencapai pubertas telah menurun.

Penelitian menunjukkan bahwa, sebagian, peningkatan tingkat obesitas pada masa


kanak-kanak, khususnya pada anak perempuan, telah menyebabkan timbulnya
pubertas dini pada anak perempuan (Lee et al., 2007). Anak laki-laki dengan cepat
mengejar dan tumbuh lebih besar dan lebih kuat setelah pubertas.

Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika Serikat telah mengembangkan grafik


pertumbuhan berdasarkan sampel besar anak-anak (GAMBAR 3.2 dan 3.3). Tabel ini
mengidentifikasi persentil perawakan (tinggi) dan berat badan) untuk anak-anak
usia 2 hingga 20 tahun. Tabel tersebut memungkinkan untuk membandingkan
masing-masing anak dengan populasi sampel yang besar.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 48


Kurva kecepatan pertumbuhan untuk tinggi.

Anak-anak bukanlah orang dewasa kecil. Proporsi mereka secara dramatis berbeda
dari orang dewasa. Anak-anak kecil memiliki ukuran tungkai yang relatif pendek
untuk tinggi badan mereka secara keseluruhan. Togoknya lebih panjang dalam
kaitannya dengan tungkai selama masa kanak-kanak. Rasio panjang tungkai (tinggi
berdiri) terhadap panjang togok (tinggi duduk) serupa untuk anak laki-laki dan
perempuan sampai usia 11 tahun. Kepala membentuk seperempat dari total panjang
anak saat lahir, tetapi hanya sekitar seperenam pada usia 6 tahun. Gambar 3.4
menunjukkan bagaimana proporsi tubuh berubah dengan pertumbuhan. Karena
murid K-2 memiliki tungkai pendek dalam kaitannya dengan tubuh bagian atas
mereka, mereka "sangat berat" dan jatuh lebih mudah daripada orang dewasa.
Mereka juga berjuang dengan kegiatan seperti push-up dan sit up karena ini. Pusat
gravitasi mereka yang lebih tinggi secara bertahap menurun, memberi anak-anak

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 49


peningkatan stabilitas dan keseimbangan.

B. TIPE FISIK ANAK


Fisik anak (somatotype) mempengaruhi kualitas kinerja motorik. Sheldon,
Dupertuis, dan McDermott (1954) mengembangkan skema asli untuk somatotyping,
mengidentifikasi tiga tipe fisik utama: mesomorphy, ectomorphy, dan endomorphy.
Peringkat dinilai dari foto-foto standar pada skala tujuh poin, dengan satu ekspresi
paling sedikit dan tujuh ekspresi paling banyak dari komponen tertentu. Peringkat
setiap komponen memberikan skor total yang mengidentifikasi somatotype
individu. Sistem klasifikasi serupa untuk anak-anak (Petersen, 1967) tersedia untuk
guru yang tertarik pada fisik anak-anak.

Gambar 1

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 50


Secara umum, anak-anak dengan tipe tubuh mesomorfik tampil paling baik dalam
kegiatan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan kelincahan, seperti
kebanyakan olahraga beregu. Mesomorph memiliki dominasi otot dan tulang dan
sering diberi label "berotot."

Ectomorph sangat tipis, dengan perkembangan otot minimum, dan ditandai sebagai
"kurus." Anak-anak ektomorfik mungkin kurang mahir dalam kegiatan yang
membutuhkan kekuatan dan power tetapi mampu melakukan dengan baik dalam
kegiatan ketahanan aerobik seperti jogging, lari lintas alam, dan trek dan lapangan.

Endomorph lunak dan bulat, dengan perut yang terlalu menonjol. Anak-anak
endomorfik dapat berkinerja buruk di banyak bidang, termasuk kegiatan
berorientasi keterampilan aerobik dan anaerobik. Anak-anak yang kelebihan berat
badan umumnya dirugikan dalam semua fase kinerja fisik. Inti dari pemikiran tentang
somatotype adalah menjadi lebih sensitif tentang bagaimana tipe tubuh
mempengaruhi kinerja fisik. Klasifikasi somatotype menggambarkan bagaimana
secara dramatis anak-anak berbeda dalam fisik dan bagaimana instruksi pendidikan
jasmani harus dimodifikasi untuk mengakomodasi perbedaan- perbedaan individu
ini.

C. KEMATANGAN SKELETAL
Kematangan fisik sangat mempengaruhi kinerja murid dalam pendidikan jasmani.
Kematangan biasanya diukur dengan membandingkan usia kronologis (yaitu, usia
dalam hari, bulan, dan tahun) dengan usia kerangka. Osifikasi (pengerasan) dari
tulang terjadi di pusat-pusat poros tulang dan di ujung tulang panjang (lempeng
pertumbuhan). Tingkat pengerasan secara akurat menunjukkan usia kerangka anak.
Usia kerangka adalah ukuran kematangan sejati yang diidentifikasi dengan x-ray
tulang pergelangan tangan dan membandingkan perkembangan tulang subjek
dengan satu set x-ray standar (Roche, Chumlea, & Thissen, 1988). Seorang anak
yang usia kronologisnya melebihi usia kerangkanya dikatakan terlambat (atau
ketinggalan) dewasa. Jika usia kerangka anak melebihi usia kronologisnya, di sisi
lain, ia diberi label dewasa awal (atau cepat dewasa).

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 51


Studi yang meneliti usia kerangka (Krahenbuhl & Pangrazi, 1983) secara konsisten
menunjukkan bahwa di kelas yang khusus, murid menampilkan variasi 5 hingga 6
tahun dalam kematangan kerangka. Dengan demikian, kelas murid kelas tiga yang
semuanya berusia 8 tahun secara kronologis biasanya berkisar pada usia kerangka
dari 5 hingga 11 tahun. Ini berarti bahwa beberapa anak sebenarnya berusia 5 tahun
secara kerangka dan mencoba untuk terlibat dalam kegiatan dengan orang lain
yang sedewasa 11 tahun. Ini adalah alasan untuk khawatir ketika murid terlibat dalam
kegiatan kompetitif karena murid yang lebih dewasa mungkin memiliki keuntungan
yang berbeda dan berbagai kemampuan fisik dapat menimbulkan masalah
keamanan. Program PJOK yang efektif menawarkan kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan dan disesuaikan dengan tingkat kematangan semua murid di kelas.

Anak-anak dari kedua jenis kelamin yang matang lebih awal umumnya lebih berat
dan lebih tinggi untuk usia mereka daripada murid rata-rata atau yang terlambat
matang. Anak-anak yang kelebihan berat badan (endomorphs) seringkali lebih
dewasa untuk usia mereka daripada anak-anak dengan berat badan normal dan
membawa lebih banyak otot dan jaringan tulang. Namun, anak-anak yang kelebihan
berat badan juga membawa persentase berat badan yang lebih besar daripada
jaringan lemak (Malina, Bouchard, Bar-Or, 2004), membuat mereka kurang efisien
dan menurunkan kinerja motorik mereka. Kinerja motorik anak laki-laki berhubungan
dengan kematangan kerangka karena anak laki-laki yang lebih dewasa biasanya
berkinerja lebih baik pada tugas-tugas motorik (Clarke, 1971). Untuk anak
perempuan, kinerja motorik tampaknya tidak terkait dengan kematangan fisiologis.
Kedua temuan ini menunjukkan bahwa perkembangan motorik mengikuti jalan yang
berbeda untuk anak laki-laki daripada anak perempuan (Gidley Larson et al., 2007).
Selanjutnya, Malina (1978) menemukan bahwa pematangan yang terlambat
umumnya dikaitkan dengan kinerja motorik yang luar biasa.

Guru pendidikan jasmani sering meminta murid untuk belajar pada tingkat yang
sama, terlepas dari tingkat kematangan. Praktek ini dapat merugikan
perkembangan murid yang jatuh tempo pada tingkat yang lebih cepat atau lebih
lambat. Murid tidak matang pada tingkat yang sama dan tidak pada tingkat kesiapan
yang sama untuk belajar (Gambar 3.5). Menawarkan spektrum yang luas dari

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 52


kegiatan yang sesuai dengan perkembangan membantu memastikan bahwa anak-
anak akan berhasil terlepas dari kedewasaan mereka.

D. PERKEMBANGAN DAN KEKUATAN OTOT


Pada tahun-tahun sekolah dasar, kekuatan otot berkerut linier dengan usia
kronologis sampai remaja, ketika peningkatan kekuatan yang cepat terjadi (Malina
et al., 2004). Ketika perbedaan kekuatan antara kedua jenis kelamin disesuaikan
dengan tinggi badan, tidak ada perbedaan kekuatan tubuh bagian bawah dari usia
7 hingga 17 tahun. Ketika penyesuaian yang sama antara kedua jenis kelamin
dilakukan untuk kekuatan tubuh bagian atas, bagaimanapun, anak laki-laki memiliki
lebih banyak kekuatan di ekstremitas atas dan batang tubuh (Malina et al., 2004).
Anak laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang menuntut
kekuatan kaki, terutama jika ukuran dan massa mereka serupa. Tetapi dalam
kegiatan yang menuntut kekuatan lengan atau batang, anak laki-laki

memiliki keuntungan, bahkan jika mereka mirip dengan anak perempuan dalam hal
tinggi dan massa. Ketika memasangkan anak-anak untuk kegiatan, jangan bermitra
murid dengan seseorang yang jauh lebih tinggi dan lebih berat (atau lebih dewasa)
dan dengan demikian lebih kuat.

E. JENIS DAN KINERJA SERAT OTOT


Manusia memiliki jumlah serat otot yang ditentukan secara genetik. Otot menjadi
lebih besar ketika ukuran setiap serat otot meningkat — yaitu, ukuran otot
ditentukan pertama oleh jumlah serat dan kedua oleh ukurannya. Menurut para ahli,
tot-otot dibatasi oleh genetika.

Jaringan otot rangka mengandung serat yang berkontraksi cepat (fast twitch—FT)
dan serat yang berkontraksi lambat (slow twitch—ST) (Saltin, 1973). Persentase
serat yang berkontraksi cepat versus lambat bervariasi dari otot ke otot dan di
antara individu. Persentase masing-masing jenis serat otot ditentukan selama
minggu-minggu pertama kehidupan pasca kelahiran (Dubowitz, 1970). Sebagian
besar individu memiliki proporsi 50-50, yaitu, setengah dari serat otot adalah FT

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 53


dan setengahnya adalah ST. Sebagian kecil orang memiliki rasio 60 hingga 40 (di
kedua arah), dan para peneliti telah memverifikasi bahwa beberapa orang memiliki
rasio yang lebih ekstrem.

Apa pentingnya variasi dalam rasio jenis serat otot? Serat ST memiliki pasokan
darah yang kaya dan mekanisme energi terkait. Ini menghasilkan serat otot yang
berkontraksi perlahan dan tahan lelah yang cocok untuk aktivitas ketahanan
(aerobik) (misalnya, lari jarak jauh). Sebaliknya, serat FT mampu melakukan
semburan aktivitas intens tetapi mengalami kelelahan yang cepat. Serat ini sangat
cocok untuk kegiatan yang menuntut kecepatan dan kekuatan jangka pendek
(misalnya, pull-up, lompat jauh berdiri, dan shuttle run, atau lari sprint).

Anehnya, anak-anak usia sekolah dasar yang melakukan yang terbaik dalam
kegiatan yang membutuhkan serat FT juga melakukan yang terbaik dalam lari jarak
jauh (Krahenbuhl & Pangrazi, 1983). Spesialisasi metabolisme serat otot tidak terjadi
sampai remaja, ketika ada peningkatan testosteron pada awal pubertas. Ini
memberikan argumen kuat untuk menjaga semua anak terlibat dalam berbagai
kegiatan fisik sepanjang tahun-tahun dasar. Seorang anak yang berprestasi buruk di
sekolah dasar dapat melakukannya dengan cukup baik selama dan setelah masa
remaja ketika persentase serat ST yang lebih tinggi akan membantu dalam kegiatan
aerobik atau persentase serat FT yang lebih tinggi akan membantu mereka dalam
olahraga tim yang menuntut kecepatan dan kekuatan. Merancang program yang
menggabungkan kegiatan menggunakan berbagai atribut fisik (yaitu, daya tahan,
keseimbangan, dan fleksibilitas) sangat penting.

F. KEKUATAN RELATIF DAN KINERJA MOTORIK


Kekuatan merupakan faktor penting dalam melakukan keterampilan motorik.
Sebuah studi oleh Rarick dan Dobbins (1975) mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kinerja motorik anak-anak. Faktor yang diidentifikasi
sebagai yang paling penting adalah kekuatan dalam kaitannya dengan ukuran tubuh
(kekuatan relatif). Tingkat kekuatan yang tinggi dalam kaitannya dengan ukuran
tubuh membantu memprediksi murid mana yang paling mampu melakukan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 54


keterampilan motorik. Tetapi perlu dibedakan antara anak yang berat badannya
murni berat otot dengan berat badan akibat kelebihan lemak. Anak-anak yang
kelebihan berat badan (karena lemak) kurang mahir dalam melakukan keterampilan
motorik. Bobot tubuhnya secara negatif mempengaruhi kinerja motorik karena
mengurangi kekuatan relatif. Anak-anak yang kelebihan berat badan mungkin lebih
kuat daripada anak-anak dengan berat badan normal secara absolut, tetapi kurang
kuat ketika kekuatan disesuaikan dengan berat badan. Kurangnya kekuatan dalam
hubungan dengan ukuran tubuh menyebabkan anak-anak yang kelebihan berat
badan akan merasa kesulitan dalam tugas yang berhubungan dengan gerakan yang
mengangkat tubuhnya sendiri (seperti push-up atau pull-up) dibandingkan dengan
anak-anak dengan berat badan normal. Dalam pelajaran, beban kerja yang
bervariasi dan dipersonalisasi penting disediakan untuk memastikan semua anak
menemukan keberhasilannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan kekuatan.
Kekuatan adalah bagian penting dari program kebugaran yang seimbang dan
menawarkan murid kesempatan yang lebih baik untuk sukses dalam berbagai
kegiatan pengembangan motorik.

G. KAPASITAS AEROBIK: ANAK-ANAK BUKAN ORANG


DEWASA KECIL
Daya aerobik maksimal adalah kemampuan maksimum seseorang untuk
menggunakan oksigen dalam tubuh untuk tujuan metabolisme. Penyerapan oksigen
menentukan kualitas kinerja yang berorientasi pada daya tahan. Kekuatan aerobik
maksimal terkait erat dengan massa tubuh tanpa lemak, yang membantu
menjelaskan perbedaan kinerja antara anak laki-laki dan perempuan. Ketika
penyerapan oksigen maksimum disesuaikan per kilogram berat badan, itu
menunjukkan sedikit perubahan untuk anak laki-laki (tidak ada peningkatan) dan
penurunan bertahap untuk anak perempuan saat mereka mencapai kedewasaan.
Penurunan pada wanita disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh dan penurunan
massa tubuh tanpa lemak. Ketika penyerapan oksigen maksimal tidak disesuaikan
dengan berat badan, daya tahan meningkat dalam jumlah yang sama setiap tahun
untuk anak laki-laki dan perempuan sampai usia 12 tahun, meskipun anak laki-laki

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 55


memiliki nilai yang lebih tinggi sejak usia 5 tahun.

Anak-anak menunjukkan penyerapan oksigen yang relatif tinggi, karena gerakan


ketika berlari dan berjalannya belum efisien. Seorang anak berusia 8 tahun yang
berlari dengan kecepatan 180 meter per menit bekerja pada 90% dari daya aerobik
maksimal, sedangkan seorang anak berusia 16 tahun yang berlari pada tingkat yang
sama hanya bekerja pada 75% dari maksimum. Ini menjelaskan mengapa anak-anak
kecil kurang mampu dibandingkan remaja dan orang dewasa dalam bersaing jarak
jauh, meskipun mereka dapat mempertahankan kecepatan lambat untuk jarak jauh
(Rowland, 2005).

Anak-anak menunjukkan tingkat pemulihan yang cepat setelah olahraga berat. Guru
harus menggunakan tingkat pemulihan cepat anak untuk keuntungan penuh.
Latihan sekitar 30 detik harus diselingi dengan periode pemulihan peregangan dan
gerakan non-lokomotor. Pelatihan interval sangat efektif dengan anak-anak karena
memungkinkan mereka untuk berolahraga aerobik dan kemudian pulih. Selanjutnya,
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas intermiten yang disediakan oleh pelatihan
interval melepaskan jumlah optimal hormon pertumbuhan (Bailey et al., 1995).

Anak-anak yang kelebihan berat badan jarang melakukan aktivitas fisik yang setara
dengan anak-anak yang lebih ramping. Hal ini disebabkan, sebagian, karena
metabolisme kerjanya yang lebih besar. Anak-anak yang kelebihan berat badan
membutuhkan penyerapan oksigen yang lebih tinggi untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan. Artinya, dibutuhkan lebih banyak energi dan oksigen bagi murid
yang kelebihan berat badan untuk jogging atau berjalan dengan kecepatan yang
sama dengan teman sebaya yang lebih ramping. Anak-anak yang kelebihan berat
badan harus bekerja pada persentase yang lebih tinggi dalam hal penyerapan
oksigen maksimalnya. Biasanya, nilai serapan maksimal mereka lebih rendah
daripada anak-anak kurus. Ini menyebabkan kapasitas cadangan mereka kurang
optimal dan membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas
dibandingkan dengan remaja dengan berat badan normal.

Reaksi-reaksi ini berkontribusi pada persepsi umum di kalangan guru bahwa "anak-
anak yang kelebihan berat badan tidak suka berlari." Guru harus memahami bahwa

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 56


meminta anak-anak yang kelebihan berat badan untuk berlari sejauh dan secepat
anak-anak dengan berat badan normal tidak realistis. Anak-anak yang kelebihan
berat badan membutuhkan beban kerja yang disesuaikan. Bukti menunjukkan
bahwa persepsi anak-anak tentang tingkat intensitas mereka sering akurat (Utter,
Robertson, Nieman, Kang, 2002), jadi jika seorang murid menganggap kegiatan
yang dikerjakannya sulit, kemungkinan kegiatan itu memang sulit bagi mereka.

Dasarkan beban kerja murid kepada waktu tempuh, bukan pada jarak. Pelari yang
ramping dan efisien dapat diharapkan untuk bergerak lebih jauh daripada murid
yang kelebihan berat badan selama periode waktu yang ditentukan. Semua anak
seharusnya tidak diharuskan untuk melakukan beban kerja yang sama. Tidak masuk
akal untuk mengharapkan anak-anak yang kelebihan berat badan mampu
melakukan beban kerja yang serupa dengan anak-anak kurus dan ektomorfik.
Program latihan untuk anak-anak yang kelebihan berat badan harus dirancang untuk
meningkatkan pengeluaran kalori daripada meningkatkan kebugaran
kardiovaskular. Intensitas kegiatan harus sekunder terhadap jumlah waktu murid
melakukan beberapa jenis kegiatan moderat.

H. BERI KESEMPATAN MENCOBA BERBAGAI


KETERAMPILAN DAN POSISI BERMAIN
Sebagian besar anak-anak berpartisipasi dalam beberapa jenis olahraga atau
kegiatan rekreasi. Seringkali, program tersebut dipimpin oleh orang-orang yang
memiliki pengetahuan terbatas tentang perkembangan fisik dan psikologis anak-
anak. Hal ini membuat penting bagi guru untuk melangkah maju dan berbagi
pengetahuan mereka dan untuk melayani sebagai ahli bila diperlukan.

Jika anak terbaik selalu ditugaskan pada posisi yang membutuhkan keterampilan
paling banyak, yang berbakat akan diuntungkan, tetapi mengorbankan anak-anak
lain. Karena semua anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar
keterampilan olahraga, guru harus memastikan bahwa semua anak dapat atau
pernah memainkan semua posisi dan menerima jumlah waktu latihan yang sama.
Jumlah umpan balik positif harus serupa untuk semua anak, terlepas dari tingkat

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 57


keterampilan mereka saat ini. Anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan yang
menawarkan mereka kesenangan dan penguatan; Sangat mudah bagi mereka untuk
putus asa jika mereka menerima sedikit dorongan dan pujian ketika mencoba untuk
mempelajari keterampilan dan posisi baru.

Membantu anak-anak mempelajari semua keterampilan dan memainkan semua


posisi pada usia dini memberi mereka kesempatan yang sama untuk menjadi sukses.
Apakah murid seorang pelambung atau pemukul, penyerang atau pemain bertahan?
Seringkali, pertanyaan-pertanyaan ini dijawab oleh guru sendiri ketika memulai
permainan dan menunjuk anak untuk bermain pada posisi tertentu, atau malah
mengecualikan beberapa anak untuk tidak bermain.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 58


LAMPIRAN 3

KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH MENENGAH

A. POLA PERTUMBUHAN
Pematangan dini cenderung meningkatkan peluang untuk sukses dalam aktivitas
fisik. Orang-orang muda yang matang lebih awal kadang-kadang bisa lebih baik
dalam olahraga daripada rekan-rekan mereka yang berkembang kemudian karena
mereka mencapai kesuksesan lebih cepat dan menerima lebih banyak kesempatan
untuk melatih keterampilan. Orang yang kematangannya terlambat mungkin
tertinggal karena mereka tidak mampu berhasil dalam keterampilan yang kompleks,
dan dengan demikian dapat dianggap sebagai kelemahan dalam kegiatan
kelompok. Ketika murid yang berkembang lebih lambat ini mencapai kedewasaan,
kurangnya kesempatan latihan mereka dapat membatasi kemampuan mereka untuk
mengejar ketinggalan dengan teman sebaya. Orang tua sering ingin mengetahui
perawakan fisik anak mereka dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang
sama. Berat dan perawakan (tinggi) untuk persentil usia telah diproduksi untuk
tujuan ini. Gambar 3.2 dan 3.3 menampilkan persentil perawakan dan berat badan
tersebut. Bagan ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepada orang tua dan
murid bagaimana tinggi dan berat badan mereka dibandingkan dengan murid lain.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 59


Gambar 2

Gambar 3

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 60


Metode lain untuk memeriksa pola pertumbuhan adalah dengan melihat kurva
kecepatan pertumbuhan untuk tinggi dan berat badan. Kurva kecepatan cukup
berguna karena mengungkapkan berapa banyak tubuh anak tumbuh dari tahun ke
tahun (lihat Gambar 3.4 dan 3.5). Perhatikan bahwa pertumbuhan anak laki-laki dan
perempuan melambat antara usia tiga dan tujuh tahun. Pertumbuhan yang lambat
biasanya merupakan saat yang tepat untuk mempelajari keterampilan motorik
karena belajar tidak dikacaukan dengan mengubah parameter tubuh seperti pusat
gravitasi dan panjang tungkai. Pada anak perempuan, pada usia sembilan tahun,
kecepatan pertumbuhan meningkat dengan cepat dan lambat pada usia dua belas
tahun. Untuk anak laki-laki, kecepatan pertumbuhan meningkat pada usia sebelas
dan puncak pada tiga belas. Pada anak perempuan, pertumbuhan melambat dan
mencapai titik stabil sekitar usia tiga belas tahun. Berbeda dengan anak laki-laki,
yang terus tumbuh dengan cepat sampai mereka berusia lima belas tahun atau lebih.
Apa artinya semua ini bagi guru PJOK di sekolah menengah?

Gambar 4

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 61


Gambar 5

Gambar 3.4. Kurva Jarak Pertumbuhan Tinggi dan Berat Badan Gambar 3.5, Kurva
Kecepatan Pertumbuhan Tinggi Badan

Karena perempuan mencapai percepatan (ledakan) pertumbuhan remaja lebih


cepat, tubuh mereka sering lebih tinggi dan lebih berat daripada beberapa anak laki-
laki selama kelas enam dan kelas tujuh. Tetapi, di usia berikutnya, anak laki-laki akan
mengejar ketinggalan tersebut, dan umumnya tumbuh lebih besar dan lebih kuat
daripada banyak anak perempuan kemudian.

Seiring bertambahnya usia, murid yang matang lebih awal mungkin menjadi putus
asa karena rekan-rekan mereka yang semula ketinggalan meningkat lebih dari
mereka. Sebaliknya, orang yang matang awal dapat membuat orang yang matang
lambat merasa tidak kompeten dalam melakukan tugas-tugas fisik. Pada tahun-

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 62


tahun ini, murid membutuhkan guru yang peka dan peduli untuk membantu murid
memahami bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi
kinerja mereka.

Anak laki-laki terus berkembang pesat sepanjang sekolah menengah. Hal ini sering
membuat waktu yang sulit bagi mereka untuk belajar dan melakukan keterampilan
motorik. Di sisi lain, pertumbuhan anak perempuan telah melambat pada kelas tujuh
atau delapan, meningkatkan kesiapan mereka untuk mempelajari keterampilan baru.
Fokus pada pembelajaran keterampilan motorik harus diminimalkan selama periode
pertumbuhan yang cepat ini, karena inilah waktu untuk memberi penekanan pada
lingkungan belajar yang positif dan belajar pola gerakan yang benar (sebagai
kebalikan dari periode pertumbuhan lambat dengan fokus pada belajar
keterampilan) sampai pertumbuhan melambat.

Percepatan pertumbuhan yang cepat ini para remaja serasa membawa tubuh
"baru". Kepala adalah sekitar 90 persen dari ukuran dewasa pada usia enam tahun,
sehingga ketika remaja memasuki masa remaja, mereka menjadi kurang berat.
Mereka harus beradaptasi dengan pusat gravitasi yang lebih rendah saat mereka
tumbuh "ke kepala mereka," dan lengan dan kaki mereka bertambah panjang
sebanding dengan togok mereka. Selain itu, terjadi diferensiasi serat otot, artinya
remaja sekarang memiliki kombinasi serat otot berkedut lambat (aerobik/slow-
twitch) dan cepat (anaerobik/fast-twitch). Perubahan ini menyebabkan mereka
mungkin tidak lagi unggul pada jenis kegiatan tertentu karena perubahan fisiologi
otot mereka.

Anak-anak usia sekolah dasar tidak memiliki diferensiasi serat otot, sehingga mereka
yang unggul dalam aktivitas anaerobik juga cenderung unggul dalam aktivitas
aerobik. Diferensiasi serat otot terjadi selama percepatan pertumbuhan remaja. Para
murid yang berakhir dengan lebih banyak serat lambat cenderung melakukan lebih
baik pada aktivitas aerobik sementara mereka yang memiliki proporsi serat
berkedut cepat yang lebih tinggi berkinerja lebih baik dalam aktivitas anaerobik.
Program sekolah menengah berbasis luas harus menawarkan murid kesempatan
untuk menemukan bidang kompetensi fisik baru mereka.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 63


Murid yang mengalami semua perubahan perkembangan ini membutuhkan seorang
guru yang dapat membantu mereka menemukan dan mengembangkan kompetensi
fisik baru. Karena para murid ini memiliki tubuh yang berbeda dari yang mereka
miliki di sekolah dasar, mereka perlu mempelajari kembali dan mempraktikkan
keterampilan yang diajarkan sebelumnya. Adalah hal biasa bagi guru PJOK di
sekolah menengah untuk mengkritik murid dan guru PJOK di sekolah dasar karena
murid tiba di sekolah menengah dengan kurangnya kompetensi dalam keterampilan
motorik secara umum. Namun, sebagian besar hal ini terjadi karena kematangan
mereka mengubah kemampuan murid untuk melakukan keterampilan yang
dipelajari sebelumnya. Guru sekolah menengah harus mahir mengajarkan kembali
keterampilan dasar melempar, menangkap, memukul, dan menendang. Dengan
instruksi keterampilan yang efektif, tahun-tahun sekolah menengah adalah waktu
ketika murid belajar apa kemampuan mereka yang sebenarnya.

B. KEMATANGAN FISIK
Guru PJOK secara teratur membahas kematangan sosial murid tanpa
mempertimbangkan kematangan fisik. Kematangan fisik, bagaimanapun, memiliki
dampak yang kuat pada penampilan murid dalam tugas fisik. Metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi kematangan fisik remaja adalah dengan
membandingkan usia kronologis dan usia kerangka. Osifikasi (terjadinya tulang
rawan berubah menjadi tulang) terjadi di tengah poros tulang dan di ujung tulang
panjang (lempeng pertumbuhan). Pematangan fisik atau usia kerangka
(diidentifikasi dengan membandingkan perkembangan tulang pergelangan tangan
subjek dengan satu set sinar-X standar) memberikan data objektif tentang
kematangan fisik (Roche, Chumlea, & Thissen 1988; Malina, Bouchard, & Bar-Or
2004). Jika usia kronologis lebih besar dari usia rangka, anak dikatakan terlambat
(atau lambat) dewasa. Di sisi lain, jika usia kerangka maju melampaui usia kronologis,
murid diberi label dewasa awal (atau cepat).

Murid yang matang lebih awal dari kedua jenis kelamin umumnya lebih berat dan
lebih tinggi untuk usia mereka daripada murid yang rata-rata atau terlambat
matang. Remaja yang kelebihan berat badan seringkali lebih dewasa untuk usia

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 64


mereka daripada rekan-rekan mereka yang memiliki berat badan normal. Orang
muda yang matang lebih awal juga memiliki jumlah otot dan jaringan tulang yang
lebih besar karena ukuran tubuh mereka yang lebih besar. Namun, anak yang
dewasanya cepat juga membawa persentase berat badan yang lebih besar dalam
jaringan lemak (Malina, Bourchard, & Bar-Or 2004). Pemuda yang terlambat matang
biasanya mengejar tinggi badan orang dewasa awal tetapi tidak berat. Selain itu,
murid yang matang lebih awal di sekolah dasar juga akan menjadi dewasa awal di
sekolah menengah. Umumnya, anak laki yang matang lebih awal memiliki fisik
mesomorfik dan anak perempuan yang matang awal ditandai oleh endomorfi.
Perbedaan ukuran dan komposisi tubuh ini mungkin menjelaskan perbedaan kinerja
pria-wanita dalam aktivitas yang membutuhkan kekuatan dan power.

Kinerja motorik laki-laki terkait dengan kematangan awal; Anak laki-laki yang lebih
dewasa biasanya tampil lebih baik pada tugas-tugas motorik (Malina, Bourchard, &
Bar-Or 2004). Untuk wanita, bagaimanapun, kinerja motorik tampaknya kurang
terkait dengan kematangan fisiologis. Karena banyak olahraga membutuhkan
ukuran dan kekuatan, ada kemungkinan bahwa laki-laki dewasa awal memiliki
keuntungan yang kuat dalam kegiatan olahraga. Ini menunjukkan perlunya
merancang kurikulum pendidikan jasmani untuk memenuhi kebutuhan orang
dewasa awal dan akhir. Termasuk unit pengajaran yang menekankan kegiatan yang
tidak terlalu besar pada kekuatan dan lebih pada kapasitas aerobik, kelincahan,
keseimbangan, dan koordinasi. Pengajaran yang memaksa murid untuk belajar pada
tingkat yang sama atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sama untuk murid lain,
berdampak negatif terhadap seluruh kelompok. Praktik ini memperlambat murid
berbakat dan membuat frustasi murid yang kurang mampu. Guru sering
mengharapkan murid untuk melakukan kegiatan yang sama pada saat yang sama,
terlepas dari tahap kematangan anak. Murid tidak matang pada tingkat kecepatan
yang sama dan karena itu anak-anak dari satu kelas tidak berada pada tingkat
kesiapan yang sama untuk belajar. Jika pendidikan jasmani ditujukan untuk semua
murid, kurikulum harus menawarkan pengalaman sukses bagi semua peserta
terlepas dari tingkat kemampuan pribadi.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 65


C. PENGARUH AKTIVITAS TERHADAP POLA
PERTUMBUHAN
Aktivitas fisik memiliki sedikit atau tidak sama sekali dampak pada perawakan murid
yang matang (Malina, Bourchard, & Bar-Or 2004). Beberapa orang berteori bahwa
aktivitas fisik yang berat mengganggu pola perkembangan normal, tetapi tidak ada
bukti yang konsisten untuk mendukung kekhawatiran tersebut. Keterlibatan dalam
aktivitas fisik berdampak pada komposisi tubuh peserta. Efek jangka panjang dari
kegiatan tersebut tidak diketahui, bagaimanapun, dan sangat mungkin bahwa sekali
murid berhenti berpartisipasi, mereka dapat kembali ke tipe tubuh yang mirip
dengan non-olahraga. Sejumlah penelitian dengan remaja menunjukkan bahwa
pelatihan jangka pendek memiliki dampak yang kuat pada perkembangan otot
(Rowland 2005). Latihan kekuatan menyebabkan hipertrofi otot pada remaja
dengan cara yang mirip dengan orang dewasa. Namun, jika aktivitas tidak
dilanjutkan, massa tubuh tanpa lemak berkurang dan kadar lemak perlahan
meningkat.

Aktivitas fisik yang berimpak tinggi (high impact) mempengaruhi pertumbuhan


kerangka dengan meningkatkan kepadatan mineral tulang. Aktivitas impek tinggi
yang kuat meningkatkan struktur tulang internal sehingga tulang jauh lebih tahan
terhadap tekanan, tegangan, dan akhirnya, terhadap kerusakan. Tulang meningkat
diameter dan kepadatan sebagai respons terhadap stres yang disebabkan oleh
aktivitas. Tidak aktif untuk waktu yang lama menyebabkan demineralisasi dan
membuat tulang lebih rentan terhadap patah tulang. Penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan asupan kalsium ditambah dengan aktivitas fisik secara teratur
menghasilkan peningkatan kepadatan tulang yang signifikan (Rowlands et al.
2004). Keuntungan puncak dalam kepadatan mineral tulang terjadi pada usia tiga
belas sampai empat belas tahun, dan 90 persen dari kandungan mineral tulang
dewasa terbentuk pada akhir masa remaja (Bailey, Faulkner, & McKay 1996).
Osteoporosis adalah penyebab utama kematian dan kecacatan pada orang dewasa
yang lebih tua karena patah tulang dan cacat. Aktivitas fisik harian memastikan
pertumbuhan tulang yang optimal dalam tubuh muda yang matang. Aktivitas fisik
penguatan tulang yang dilakukan tiga hari atau lebih dalam seminggu meningkatkan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 66


kandungan mineral tulang dan kepadatan tulang pada remaja dan merupakan
pedoman nasional untuk anak-anak dan remaja di Amerika Serikat (USDHHS 2008).

D. KAPASITAS AEROBIK
Daya aerobik maksimal adalah kemampuan maksimum individu untuk
menggunakan oksigen dalam tubuh untuk tujuan metabolisme. Penyerapan oksigen
seorang individu, menentukan kualitas kinerja yang berorientasi pada daya tahan.
Daya aerobik meningkat dengan usia kronologis selama tahun-tahun sekolah dasar
pada pria dan wanita pada tingkat yang sama, meskipun pria menunjukkan tingkat
yang lebih tinggi sedini usia lima tahun (Malina, Bouchard, & Bar-Or 2004). Pada
usia dua belas tahun, penyerapan oxygen terus meningkat pada pria dan berhenti
membaik pada wanita setelah usia empat belas tahun. Karena kekuatan aerobik
maksimal terkait erat dengan massa tubuh tanpa lemak, pengurangan kekuatan
aerobik pada anak perempuan, menunjukkan adanya peningkatan lemak tubuh alat-
alat reproduksi mereka. Ketika kekuatan aerobik berhubungan dengan massa otot
dan penyesuaian dilakukan untuk perbedaan lemak tubuh, kekuatan aerobik
menjadi sama antara kedua jenis kelamin.

Metode lain untuk melihat kekuatan aerobik pada anak-anak muda adalah dengan
menyesuaikan penyerapan oksigen maksimum mereka berdasarkan berat badan per
kilogram. Ketika disesuaikan dengan cara ini, kekuatan aerobik menunjukkan sedikit
perubahan untuk laki-laki (tidak ada peningkatan) dan penurunan terus-menerus
untuk perempuan (Malina, Bouchard, & Bar-Or 2004). Sekali lagi, penurunan di
kalangan wanita ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh dan
penurunan proporsional dalam massa tubuh tanpa lemak. Kurangnya peningkatan
ini menimbulkan pertanyaan, apakah aktivitas jasmani yang mereka lakukan
meningkatkan kinerja aerobik mereka.

Tampaknya kekuatan aerobik remaja dapat ditingkatkan 10 hingga 20 persen


melalui pelatihan fisik. Namun, tidak semua individu menanggapi pelatihan dengan
cara yang sama. Penelitian telah menunjukkan bahwa respons individu terhadap
pelatihan bervariasi dari hampir tidak ada peningkatan hingga ke lebih dari 40

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 67


persen dalam kebugaran aerobik (Hautala et al. 2003). Penelitian ini menunjukkan
bahwa adalah mungkin untuk melatih dua anak muda dengan rutinitas kebugaran
yang sama dan berakhir dengan hasil yang sangat berbeda. Seringkali, remaja
diberitahu bahwa mereka tidak berlatih cukup keras ketika masalah sebenarnya
adalah keterbatasan genetik mereka. Ini menunjukkan mengapa berfokus pada
keuntungan kebugaran adalah masalah yang sulit. Menilai atau memberi
penghargaan kepada murid atas catatan hasil tes kebugaran mereka (yang dibatasi
oleh susunan fisik mereka) adalah pendekatan sederhana untuk masalah yang rumit.
Pendekatan yang lebih baik adalah fokus pada aktivitas gaya hidup (menjadi aktif
tidak terbatas secara genetik) dan menumbuhkan sikap positif terhadap aktivitas
fisik intensitas sedang hingga kuat.

Mengembangkan sikap positif terhadap kebugaran dan aktivitas fisik lebih penting
daripada melatih dan menguji murid untuk melihat apakah mereka dapat mencapai
kapasitas maksimum dan batas fisik mereka. Beberapa orang dewasa berolahraga
sepanjang hidup mereka menggunakan aktivitas intensitas tinggi.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 68


E. MEMILIKI BELAS KASIH UNTUK MURID YANG
KELEBIHAN BERAT BADAN
Murid yang kelebihan berat badan sering tidak melakukan aktivitas fisik setara
dengan rekan-rekan mereka yang lebih ramping. Sebagian alasannya, karena upaya
metabolisme yang lebih besar untuk remaja yang kelebihan berat badan. Murid yang
kelebihan berat badan membutuhkan tenaga penyerapan oksigen yang lebih tinggi
untuk melakukan tugas yang diberikan. Karena murid yang kelebihan berat badan
harus bergerak pada prosentase yang lebih tinggi dari kapasitas aerobik mereka,
mereka memiliki cadangan yang lebih sedikit dan merasakan pengerahan tenaga
yang lebih besar (Bar-Or &; Ward 1989). Kurangnya cadangan ini mungkin menjadi
petunjuk mengapa remaja yang kelebihan berat badan menganggap tugas aerobik
sebagai tuntutan yang tidak menyenangkan. Tugas tidak hanya terasa lebih berat,
tetapi juga dirasa lebih menuntut bagi murid yang kelebihan berat badan.

Peningkatan beban pada sistem kardiovaskular mengarahkan para guru pada


persepsi umum bahwa remaja yang kelebihan berat badan "tidak suka berlari."
Beberapa guru mengambil pendekatan yang tidak dapat diterima bahwa solusi
untuk murid yang kelebihan berat badan adalah tetap menuntut mereka bekerja
lebih keras sehingga tubuhnya dapat membakar lebih banyak kalori dan
menurunkan berat badan. Pendekatan yang tepat adalah menerima kenyataan
bahwa sebagian besar murid yang kelebihan berat badan bekerja keras dan
menyesuaikan beban kerja mereka. Tidak ada premis yang dapat diterima, fisiologis
atau psikologis, untuk meminta semua murid untuk berlari dengan jarak atau
kecepatan yang sama terlepas dari kemampuan atau tipe tubuh. Bahkan, bagi
banyak remaja yang kelebihan berat badan, berlari mungkin merupakan pilihan
aktivitas fisik yang buruk karena risiko cedera sendi.

Tetapkan beban kerja untuk murid berdasarkan waktu daripada jarak atau
intensitas. Pelari berbakat aerobik harus diharapkan untuk bergerak lebih jauh dan
lebih cepat daripada pelari yang kelebihan berat badan selama periode waktu yang
ditentukan. Semua murid tidak perlu dan tidak harus melakukan jumlah latihan yang
sama. Sama seperti orang tidak akan mengharapkan murid kelas tujuh untuk
melakukan beban kerja yang sama dengan senior sekolah menengah, karena tidak

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 69


masuk akal untuk mengharapkan semua bentuk dan ukuran murid untuk melakukan
beban kerja yang sama. Menetapkan beban kerja yang sama untuk semua murid
(sering disebut sebagai ‘resep massal’) mudah bagi guru tetapi tidak bermanfaat
bagi murid. Program latihan untuk murid yang kelebihan berat badan harus
dirancang untuk meningkatkan pengeluaran kalori (menekankan durasi gerakan)
daripada meningkatkan kebugaran kardiovaskular (intensitas gerakan) (Rowland
2005). Intensitas kegiatan harus sekunder terhadap jumlah waktu murid terlibat
dalam beberapa jenis kegiatan moderat.

F. KEKUATAN
Kekuatan otot meningkat secara linear dengan usia kronologis (Malina, Bouchard, &
Bar-Or 2004) sampai remaja, pada saat itu terjadi peningkatan kekuatan yang
cepat. Kekuatan berhubungan dengan ukuran tubuh dan massa tubuh tanpa lemak.
Ketika perbedaan kekuatan antara jenis kelamin disesuaikan dengan tinggi badan,
tidak ada perbedaan dalam kekuatan tubuh bagian bawah dari usia tujuh sampai
tujuh belas tahun. Namun, ketika penyesuaian yang sama dilakukan untuk kekuatan
tubuh bagian atas, remaja laki-laki memiliki ekstremitas atas dan kekuatan togok
yang lebih besar. Pria dan wanita dapat bersaing dalam kondisi yang agak genap
dalam kegiatan yang menuntut kekuatan kaki, terutama jika ukuran dan massa
serupa. Di sisi lain, dalam kegiatan yang menuntut kekuatan lengan atau togok, laki-
laki memiliki keuntungan yang pasti, bahkan jika mereka mirip dengan perempuan
dalam tinggi dan massa. Pertimbangan ini penting ketika murid dipasangkan untuk
menciptakan kesetaraan dalam situasi kompetitif.

G. JENIS DAN KINERJA SERAT OTOT


Jumlah serat otot yang dimiliki seseorang telah ditentukan secara genetik.
Peningkatan ukuran otot dicapai dengan peningkatan ukuran masing-masing serat
otot. Tampilan berotot seseorang ditentukan pertama oleh jumlah serat dan kedua
oleh ukuran serat. Jaringan otot rangka mengandung rasio serat yang cepat
berkontraksi (fast twitch [FT]) dan berkontraksi lambat (slow twitch [ST]) (Saltin
1973). Persentase serat yang berkontraksi cepat versus lambat bervariasi dari otot

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 70


ke otot dan di antara individu. Persentase masing-masing jenis serat otot ditentukan
selama minggu-minggu pertama kehidupan pasca kelahiran (Dubowitz 1970).
Sebagian besar individu diyakini memiliki sekitar rasio 50:50; yaitu, setengah dari
serat otot adalah FT dan setengahnya adalah ST. Sebagian kecil orang memiliki rasio
60:40 (di kedua arah), dan para peneliti telah memverifikasi bahwa beberapa orang
memiliki rasio yang lebih ekstrem.

Apa pentingnya variasi dalam rasio jenis serat otot untuk pelajaran PJOK? Serat ST
memiliki pasokan darah yang kaya dan mekanisme energi terkait. Ini menghasilkan
serat otot yang berkontraksi perlahan dan tahan lelah yang sangat cocok untuk
aktivitas daya tahan (aerobik). Sebaliknya, serat FT mampu melakukan semburan
aktivitas intens (anaerobik) tetapi mengalami kelelahan yang cepat. Serat ini sangat
cocok untuk kegiatan yang menuntut kecepatan dan kekuatan jangka pendek
(seperti pull up, lompat jauh tanpa awalan, dan shuttle run). Serat ST memfasilitasi
kinerja dalam lari jarak jauh atau aktivitas berorientasi daya tahan lainnya. Jika
seseorang memiliki rasio serat ST yang tinggi, mereka mungkin memiliki kinerja
kurang baik dalam program pendidikan jasmani yang didominasi oleh olahraga tim
yang mengutamakan kecepatan dan kekuatan. Di sisi lain, murid yang sama ini akan
berkinerja baik dalam kegiatan aerobik seperti senam aerobik, lari lintas alam, dan
petualangan. Merancang program yang menawarkan kegiatan yang menuntut
berbagai atribut fisik — yaitu, daya tahan, keseimbangan, dan fleksibilitas — sangat
penting jika semua murid memiliki pengalaman yang sukses.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 71


LAMPIRAN 4

DAMPAK AKTIVITAS TERHADAP KESEHATAN

Ambil koran apa saja, dan akan ada artikel tentang manfaat yang diperoleh dari gaya
hidup aktif. Sayangnya, antusiasme bangsa untuk aktivitas fisik tidak mempengaruhi
program pendidikan jasmani. Dalam Sistem Pengawasan Perilaku Risiko Pemuda
(USDHHS 2012), kurang dari 28,7 persen murid melaporkan bahwa mereka
mengumpulkan enam puluh menit dari semua jenis aktivitas fisik dalam tujuh hari
sebelum survei. Di sisi lain, 31,1 persen murid bermain video atau permainan
komputer selama tiga jam atau lebih per hari. Sayangnya, hanya 35,5 persen anak
laki-laki SMA dan 27,2 persen anak perempuan SMA menghadiri kelas pendidikan
jasmani harian selama tahun ajaran 2009-2010 (USDHHS 2012). Statistik ini
menunjukkan betapa pentingnya bagi guru pendidikan jasmani untuk
mempromosikan aktivitas fisik bagi murid di luar lingkungan sekolah. Sekolah pada
dasarnya adalah kegiatan menetap dan banyak murid meninggalkan sekolah dan
terus menetap dengan menonton TV atau bermain video game.

Kebutuhan untuk mempromosikan aktivitas fisik sebagai bagian integral dari gaya
hidup sehat sudah jelas. Sayangnya, alih-alih mendorong peningkatan aktivitas di
kalangan pemuda, banyak sekolah berfokus pada pengujian kebugaran fisik.
Kekhawatiran yang berlebihan tentang tingkat kebugaran remaja ini telah
mengakibatkan kebutuhan untuk "melatih murid untuk lulus tes kebugaran" untuk
memenuhi standar distrik. Ketika hasil kebugaran menjadi lebih penting daripada
partisipasi dalam aktivitas rutin, murid belajar bahwa lebih penting untuk fokus pada
tujuan jangka pendek (hasil tes kebugaran) daripada gaya hidup jangka panjang
(aktivitas sehari-hari). Tujuan kesehatan bagi bangsa untuk tahun 2020 (USDHHS
2010) didasarkan pada peningkatan tingkat aktivitas fisik harian, bukan tingkat
kebugaran. Banyak tujuan secara langsung menargetkan sekolah atau program
yang dapat berlangsung dalam lingkungan sekolah. Tujuan-tujuan ini dinyatakan
dalam hal tujuan aktivitas daripada tujuan kebugaran, dan penekanan ditempatkan
pada pengurangan ketidakaktifan dan peningkatan aktivitas fisik ringan hingga
sedang.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 72


Profesi pendidikan jasmani harus menemukan kembali dirinya sehingga program
mereka mempromosikan dan mengajarkan perubahan gaya hidup yang berkaitan
dengan peningkatan aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang sehat. Sementara tes
kebugaran telah mengurapi beberapa murid berbakat dan gagal sebagian besar
lainnya, mengembangkan program yang mengubah pola aktivitas pemuda
memungkinkan semua murid kesempatan untuk sukses dan kesehatan jangka
panjang. Murid harus diakui karena kesediaan mereka untuk berpartisipasi daripada
dihukum karena keengganan mereka untuk diuji.

A. BERAT BADAN BERLEBIH


Komposisi tubuh mengacu pada berbagai jumlah otot, tulang, dan lemak di dalam
tubuh. Lebih dari setengah lemak yang tersimpan dalam tubuh disimpan dalam
lapisan tepat di bawah kulit. Ada sejumlah metode untuk mengukur lemak tubuh
dari penimbangan bawah air hingga BMI. Baru-baru ini, Burns et al. (2013)
menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa metode seperti rasio pinggang
terhadap tinggi badan, lipatan kulit dua situs, dan penganalisis lemak tubuh
impedansi bioelektrik genggam adalah ukuran yang lebih baik daripada BMI untuk
menganalisis komposisi tubuh. Namun, karena BMI adalah ukuran yang lebih umum,
sering menjadi alat pilihan bagi guru.

BMI adalah hubungan antara berat dan tinggi badan yang terkait dengan lemak
tubuh dan risiko kesehatan. Persamaannya adalah BMI = berat badan dalam
kilogram / tinggi dalam meter kuadrat, atau BMI = berat (lbs.) / tinggi (in.) /tinggi
(in.) * 703. BMI telah menggantikan lipatan kulit sebagai ukuran karena kurang
invasif. Individu dapat menyamakan BMI mereka sendiri dengan menimbang dan
mengukur diri mereka sendiri. Ada banyak kalkulator BMI di Internet yang
membuatnya mudah untuk dihitung. Data yang dikumpulkan untuk YRBSS 2012
menunjukkan bahwa lebih dari 13 persen murid sekolah menengah mengalami
obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai BMI sama dengan atau di atas persentil ke-
95 untuk usia dan jenis kelamin (lihat Gambar 2.2 dan 2.3). Persentase murid
obesitas adalah 10,6 pada tahun 1999. Ini adalah peningkatan 19 persen selama dua
belas tahun. Ada tanda-tanda bahwa tren peningkatan obesitas di kalangan murid

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 73


sekolah menengah melambat; Namun, banyak pemuda masih kelebihan berat
badan. Peningkatan ini terjadi pada semua usia dan menunjukkan kebutuhan untuk
meningkatkan jumlah aktivitas yang diterima remaja di dalam dan di luar lingkungan
sekolah.

Kurangnya aktivitas fisik adalah umum di antara orang muda dengan berat badan
normal dan kelebihan berat badan. Hanya sekitar 28 persen murid sekolah
menengah yang memenuhi tingkat aktivitas fisik yang direkomendasikan (USDHHS
2012). Masalah tidak aktif dan kelebihan berat badan terkait erat. Sebuah studi oleh
Vincent et al. (2003) menunjukkan bahwa tidak aktif dan masalah manajemen berat
badan sangat berkorelasi. Kelas pendidikan jasmani perlu mengajarkan murid yang
kelebihan berat badan bagaimana meningkatkan aktivitas fisik harian mereka dan
mengembangkan gaya hidup aktif. Murid perlu mengembangkan perasaan positif
tentang peran aktivitas fisik dalam strategi manajemen berat badan. Yang terbaik
adalah menangani remaja yang kelebihan berat badan dengan cara yang positif
daripada mendorong mereka untuk memecahkan masalah mereka melalui latihan
yang meningkat dan diamanatkan. Jika pengobatan tidak berhasil, murid dapat
melihatnya sebagai kegagalan lain dalam mencoba untuk mengelola berat badan
mereka dan sangat menentang program kegiatan masa depan.

Orang dewasa sering berkata: "Jangan khawatir tentang berat badan yang
berlebihan; Itu akan lepas ketika murid mencapai usia remaja." Namun, kebalikannya
sering benar. Jika orang tua remaja keduanya kelebihan berat badan, ada
kemungkinan 80 persen dia akan kelebihan berat badan. Mayoritas pra-remaja yang
kelebihan berat badan tumbuh menjadi orang dewasa yang kelebihan berat badan.
Kebanyakan orang muda jelas tidak tumbuh dari obesitas; Mereka tumbuh ke
dalamnya. Masalah manajemen berat badan perlu ditantang, dan tantangan ini harus
datang dari peningkatan gerakan dan aktivitas. Tidak ada jawaban yang mudah, dan
untuk memecahkan masalah kompleks seperti manajemen berat badan, pendidik
fisik perlu melibatkan orang tua, ahli gizi, konselor, perawat, dan dokter dalam
prosesnya.

Keuntungan menggunakan aktivitas fisik untuk mengobati masalah berat badan


adalah meningkatkan pengeluaran energi. Berbeda dengan diet kaku, olahraga

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 74


meminimalkan hilangnya massa tubuh tanpa lemak dan merangsang kehilangan
lemak. Aktivitas fisik tidak mahal, mudah dilakukan dalam berbagai situasi, dan
seringkali merupakan pengalaman sosial yang positif.

B. KEGEMUKAN DAN DIABETES TIPE 2


Diabetes tipe 2 adalah penyakit serius dan berkembang di kalangan anak muda,
terkait dengan tidak aktif dan masalah berat badan yang dijelaskan sebelumnya.
CDC melaporkan bahwa sekitar 1,7 per 1.000 orang muda (berusia sembilan belas
tahun ke bawah) menderita penyakit ini. Program latihan yang dikelola dengan
benar dapat menjadi pendekatan yang efektif untuk secara positif mempengaruhi
gangguan kronis ini. Kegemukan dan obesitas, yang dipengaruhi oleh aktivitas fisik
dan pola makan yang buruk, secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko
diabetes di kalangan pemuda (USDHHS 2008). Tingkat kebugaran remaja diabetes
lebih rendah daripada murid non diabetes. Hal ini dapat terjadi sebagian karena
perawat dan guru takut bahwa olahraga akan menyebabkan hipoglikemia.
Manajemen diet dan insulin yang tepat merupakan faktor kunci, yang biasanya
berarti memastikan bahwa asupan energi meningkat sementara dosis insulin
dipertahankan. Sayangnya, banyak remaja mengurangi jumlah aktivitas fisik
sukarela yang mereka kumpulkan ketika mereka memasuki sekolah menengah dan
atas.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 75


LAMPIRAN 5

DROP OUT DARI PENDIDIKAN JASMANI

Murid yang merasa tidak kompeten secara fisik biasanya putus sekolah dari
pendidikan jasmani dan meninggalkan sekolah dengan perasaan negatif tentang
mempertahankan gaya hidup aktif. Putus sekolah dari pendidikan jasmani biasanya
terjadi di tingkat sekolah menengah karena ditawarkan sebagai pilihan dan
beberapa murid mungkin telah memutuskan bahwa mereka bukan atlet yang
terampil. Putus sekolah karena dianggap kurangnya kompetensi keterampilan
sangat disayangkan karena kompetensi keterampilan berubah seiring waktu dan
tidak dapat diprediksi. Dengan demikian, sulit untuk memprediksi siapa yang akan
menjadi atlet berprestasi di sekolah menengah dengan mengamati kinerja mereka
di tahun-tahun sekolah menengah. Dalam sebuah studi awal oleh Clarke (1968),
pelatih menilai anak laki-laki yang merupakan atlet luar biasa. Dari anak laki-laki
yang dinilai berprestasi di tahun-tahun sekolah dasar, hanya 25 persen yang
menerima peringkat ini ketika mereka berada di sekolah menengah. Jika seorang
murid dicap sebagai tidak terampil dan tidak atletis pada usia dini, ada kemungkinan
besar mereka akan mempercayai label tersebut dan berperilaku sesuai. Ini
menunjukkan pentingnya memisahkan program atletik dari pendidikan jasmani.
Program atletik inter skolastik adalah untuk atlet terampil tetapi pendidikan jasmani
harus menjadi surga bagi para murid yang ingin belajar untuk aktif dan menikmati
aktivitas demi bergerak dan kesehatan. Kaum muda yang berbakat secara fisik
memiliki banyak kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mereka; Namun,
murid yang kurang terampil hanya memiliki program pendidikan jasmani untuk
membantu mereka berkembang dan meningkat.

PRESTASI AKADEMIK

Ada banyak diskusi dan artikel tentang dampak kebugaran fisik dan aktivitas pada
kinerja akademik. Jelas bahwa menjadi sehat dan memiliki energi untuk belajar akan
berdampak positif pada pembelajaran. Akal sehat menyatakan bahwa dibutuhkan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 76


energi untuk belajar. Hanya sedikit yang bisa mempelajari konsep dan keterampilan
baru jika mereka lelah dan lelah. Kebanyakan orang akan duduk dan melakukan
sedikit ketika mereka pulang kelelahan pada akhir hari kerja. Tidak ada bedanya
dengan murid. Meskipun mereka memiliki tingkat energi yang tinggi, mereka masih
menjadi lelah di sekolah. Pengalaman sekolah adalah salah satu tekanan dan kinerja
dan sangat penting untuk menjadi sehat dan bugar agar dapat tampil di tingkat
tinggi.

Ada sejumlah penelitian yang menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dan
kinerja akademik. Sebelum kita melihat studi tersebut, penting untuk diingat bahwa
studi ini adalah studi korelatif yang meneliti hubungan antara dua atau lebih
variabel. Mereka bukan studi sebab-akibat, dan penting bahwa guru tidak memberi
tahu orang lain bahwa aktivitas fisik menjamin peningkatan prestasi akademik.
Namun, itu tidak mengurangi fakta bahwa studi hubungan ini terus menawarkan
indikasi bahwa mereka yang lebih aktif, bugar, dan / atau terlibat dalam pendidikan
jasmani juga berkinerja lebih baik secara akademis. Poin yang perlu diingat adalah
bahwa studi hubungan bekerja di kedua arah (yaitu, apakah murid yang berkinerja
tinggi secara akademis aktif dan bugar, atau apakah mereka yang aktif dan bugar
unggul di bidang akademik?) Terlepas dari itu, asosiasi ini memberikan kepercayaan
pada kebutuhan untuk menawarkan kesempatan kepada murid untuk mencapai di
kedua domain. Pepatah lama "pikiran sehat, tubuh sehat" tepat sasaran.

Bukti apa yang mendukung perlunya pendidikan jasmani dan aktivitas fisik? CDC
(2010) menerbitkan sinopsis yang sangat baik dari lima puluh studi yang dilaporkan
dalam empat puluh tiga artikel. Studi ini menghasilkan total 251 hubungan antara
aktivitas fisik dan kinerja akademik. Termasuk dalam ukuran kinerja akademik adalah
prestasi akademis, perilaku akademik, dan keterampilan kognitif dan sikap. Asosiasi
diklasifikasikan sebagai positif, tidak signifikan, dan negatif. Lebih dari setengah
(51,5 persen) asosiasi positif, 48 persen tidak signifikan, dan hanya 1,5 persen negatif.
Empat belas studi terkait dengan peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan murid
dalam pendidikan jasmani. Sebelas dari empat belas studi menemukan satu atau
lebih hubungan positif antara pendidikan jasmani dan indikator prestasi akademik.
Tiga studi lainnya tidak menemukan hubungan yang signifikan. Hubungan antara

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 77


aktivitas fisik ekstrakurikuler dan prestasi akademik juga diperiksa dalam sembilan
belas studi. Kegiatan ini diselenggarakan melalui sekolah tetapi dilakukan di luar hari
sekolah reguler. Semua studi menemukan satu atau lebih hubungan positif antara
kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi akademik. Ini menawarkan bukti bahwa
aktivitas fisik dapat meningkatkan prestasi akademik, termasuk nilai dan nilai tes
standar. Peningkatan aktivitas menghasilkan peningkatan energi, konsentrasi yang
lebih baik, dan bahkan perilaku kelas yang lebih baik.

Salah satu kekhawatiran paling umum dari guru dan administrator adalah bahwa
peningkatan waktu untuk pendidikan jasmani menghilangkan waktu dari belajar,
yang menurunkan kinerja akademik. Sebuah studi yang menangani masalah ini
adalah eksperimen regional Trois-Rivieres (Shephard, 1984). Studi ini memberikan
desain yang disusun dengan baik untuk meningkatkan pemrograman pendidikan
jasmani. Meskipun murid menerima lebih banyak waktu untuk pendidikan jasmani
(dan lebih sedikit untuk akademisi), kinerja akademik mereka tidak menurun. Selain
itu, studi lanjutan dari peserta dalam studi Trois-Rivieres dua puluh tahun kemudian
menyarankan bahwa murid yang memiliki lebih banyak waktu pendidikan jasmani di
sekolah lebih mungkin untuk aktif di kemudian hari (Trudeau et al. 1998).
Administrator perlu diberitahu tentang penelitian ini, terutama hari ini, ketika banyak
sekolah memiliki penekanan kembali ke dasar. Penekanan ini biasanya berarti
"kembali ke kelas," tanpa aktivitas fisik atau seni. Orang bertanya-tanya apakah
kurangnya kepedulian terhadap tubuh, "rumah bagi otak" kita, merugikan
perkembangan total murid. Tidak ada prioritas dalam hidup yang lebih tinggi
daripada kesejahteraan fisik.

Kata terakhir: pendidikan jasmani memberikan kontribusi unik pada kurikulum


sekolah total — pengembangan keterampilan motorik, memahami dan menjaga
kebugaran fisik, dan belajar bagaimana menjalani gaya hidup aktif. Menimbang
bahwa hasil ini untuk kesejahteraan fisik remaja tidak dapat dikembangkan di
tempat lain dalam kurikulum sekolah, pendidik fisik harus bekerja keras untuk
menjual program mereka berdasarkan manfaat ini. Pendidik fisik dapat
membenarkan dimasukkannya program berdasarkan kontribusi uniknya.
Masyarakat telah menunjukkan dukungan untuk program pendidikan jasmani jika itu

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 78


membantu, memelihara, dan menunjukkan kepedulian terhadap perkembangan fisik
semua murid.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 79


LAMPIRAN 6

PEDOMAN KESELAMATAN UNTUK OLAHRAGA DAN AKTIVITAS FISIK

Dua bidang perhatian bagi pendidik fisik yang bertanggung jawab untuk
berolahraga kaum muda adalah (1) menghindari cedera fisik atau bahaya dan (2)
pemeliharaan dan pengembangan sikap dan perasaan positif tentang olahraga.
Murid yang sehat mampu menanggung beban kerja yang kuat; Namun, ketika
latihan tidak dilakukan dengan benar atau didorong berlebihan, murid dapat
mengembangkan sikap negatif tentang menjadi aktif. Bagian berikut menyajikan
pedoman untuk menawarkan murid berolahraga dengan cara yang aman dan
positif.

A. AKTIVITAS FISIK SEDANG HINGGA KUAT (MVPA)


Sebagian besar pendidik fisik adalah atlet yang baik dan berpartisipasi dalam
program olahraga. Salah satu hal yang mereka pelajari dalam olahraga adalah nilai
aktivitas intensitas tinggi. Pepatah "no pain-no gain" sering digunakan oleh guru
pendidikan jasmani. Sayangnya, mayoritas murid tidak akan membeli aktivitas
intensitas tinggi. Bahkan, bagi banyak murid yang kelebihan berat badan atau tidak
menyukai aktivitas fisik, mendorong mereka ke aktivitas intensitas tinggi dapat lebih
berbahaya daripada kebaikan. MVPA paling sering merupakan aktivitas seumur
hidup rekreasi dan digunakan oleh sebagian besar orang dewasa yang memilih
untuk aktif.

Bagaimana seseorang tahu kapan mereka melakukan MVPA? Definisi paling


sederhana dari aktivitas sedang didefinisikan sebagai setara dengan jalan cepat
yang secara nyata mempercepat detak jantung. Contoh lain dari aktivitas moderat
adalah bersepeda dengan kecepatan sedang, menyapu daun, atau berjalan dengan
tujuan. CDC (2011) menjelaskan cara lain untuk mengajar murid apa itu MVPA.
Asumsikan skala 0 sampai 10 di mana duduk adalah 0 dan aktivitas yang paling
intens adalah 10. Aktivitas intensitas sedang adalah 5 atau 6. Detak jantung akan
berdetak lebih cepat dari biasanya, dan laju pernapasan akan meningkat. Aktivitas

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 80


intensitas yang kuat adalah 7 atau 8 dan pernapasan dan detak jantung akan
meningkat ke tingkat yang besar. Contoh aktivitas fisik yang kuat adalah lompat tali,
berlari, menari dengan giat, aerobik, pemandu sorak. dan olahraga seperti bola
basket, renang, hoki, atau tenis.

Cara lain untuk mengajar murid tentang aktivitas sedang dan kuat adalah dengan
mengajari mereka tentang Kompendium Panduan Pelacakan Aktivitas Fisik
(Ainsworth et al. 2011). Kompendium menggunakan metabolic equivalents (METs),
yang merupakan rasio tingkat metabolisme kerja dan tingkat metabolisme istirahat.
Satu MET didefinisikan sebagai 1 kkal / kg / jam dan kira-kira setara dengan biaya
energi duduk dengan tenang. MET juga didefinisikan sebagai penyerapan oksigen
dalam ml / kg / menit dengan satu MET sama dengan biaya oksigen untuk duduk
diam, setara dengan 3,5 ml / kg / menit. Panduan ini mencantumkan MET untuk
berbagai kegiatan. Misalnya, jika seseorang bersepeda dengan kecepatan 16-19
mph, MET kerja akan menjadi 16 (atau pengeluaran energi 16 kali lebih besar
daripada duduk saat istirahat). Bermain bola kaki kompetitif akan menjadi aktivitas
9 MET, sedangkan bola basket kompetitif akan menjadi aktivitas 8 MET. Secara
umum, aktivitas intensitas sedang adalah aktivitas yang berada dalam kisaran 3
hingga 6 MET. Aktivitas intensitas tinggi adalah aktivitas yang lebih besar dari 6
MET.

Pendidik terkadang khawatir bahwa aktivitas yang kuat mungkin tidak bermanfaat
bagi murid sekolah menengah dan atas. Sampai saat ini, tidak ada bukti bahwa
murid yang sehat dapat dirugikan secara fisik melalui olahraga berat. Ini tidak berarti
bahwa seorang murid mampu melakukan beban kerja fisik yang tidak disesuaikan
yang sama dengan orang dewasa. Bukti menunjukkan, bagaimanapun, bahwa orang
muda dapat menahan peningkatan bertahap dalam beban kerja dan mampu beban
kerja sebanding dengan orang dewasa ketika beban disesuaikan dengan tinggi dan
ukuran. Peringatan: hanya karena aktivitas yang kuat tidak menyakiti fisik seorang
murid, tidak berarti itu cocok untuk semua remaja. Ingatlah bahwa aktivitas apa pun
bermanfaat. Bukti terbaru menunjukkan bahwa aktivitas intensitas sedang
menawarkan manfaat yang sama dalam hal manajemen berat badan dan kimia
darah.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 81


B. LATIHAN DAN STRES PANAS
Selama bertahun-tahun, penelitian dan kebijakan medis telah didasarkan pada
premis bahwa remaja memiliki ketidakmampuan untuk mengatur suhu tubuh
mereka serta orang dewasa dalam cuaca panas. Baru-baru ini, sebuah pernyataan
kebijakan baru diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics (2011) tentang
stres panas iklim dan berolahraga anak-anak dan remaja. Kebijakan ini, berdasarkan
sejumlah studi penelitian, membantah pemikiran sebelumnya dan menganjurkan
bahwa remaja mirip dengan orang dewasa dalam cara mereka merespons stres
panas. Studi terbaru membandingkan orang dewasa dan remaja yang terpapar
beban kerja latihan intensitas relatif yang sama dan kondisi lingkungan sambil
meminimalkan dehidrasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja tidak memiliki
kemampuan termoregulasi yang kurang efektif, kapasitas kardiovaskular yang tidak
mencukupi, atau toleransi aktivitas fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan
orang dewasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan risiko penyakit panas tenaga di masa
muda selama aktivitas fisik adalah aktivitas fisik yang tidak semestinya, pemulihan
yang tidak memadai antara pertarungan latihan berulang, dan pakaian dan seragam
yang tidak pantas yang menahan panas. Temuan ini menempatkan tanggung jawab
pada guru untuk mempersiapkan murid dengan benar untuk aktivitas (hidrasi dan
pakaian yang tepat), memodifikasi intensitas aktivitas, dan menawarkan murid
istirahat teratur dan istirahat hidrasi. Poin penting lainnya adalah bahwa guru harus
belajar bagaimana memantau murid mereka dengan cermat untuk gejala stres
panas.

Meskipun remaja lebih mampu berolahraga dalam cuaca panas daripada yang
pernah diperkirakan, pedoman berikut dapat membantu mencegah masalah di kelas
pendidikan jasmani:

Intensitas kegiatan yang berlangsung tiga puluh menit atau lebih harus dikurangi
setiap kali kelembaban relatif dan suhu udara berada di atas tingkat kritis. Gambar
2.6 menunjukkan hubungan antara kelembaban dan suhu udara dan kapan perlu
untuk memoderasi tuntutan aktivitas.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 82


Ketika memulai program latihan dalam cuaca hangat, intensitas dan durasi latihan
harus ditahan pada awalnya dan kemudian ditingkatkan secara bertahap selama
sepuluh sampai empat belas hari untuk mencapai aklimatisasi terhadap efek panas.

Sebelum aktivitas fisik yang berkepanjangan, peserta harus sepenuhnya terhidrasi.


Selama kegiatan, waktu untuk minum berkala (misalnya, 10-15 ons air setiap dua
puluh menit) harus ditawarkan.

Pakaian harus ringan dan terbatas pada satu lapisan bahan penyerap untuk
memfasilitasi penguapan keringat dan untuk mengekspos kulit sebanyak mungkin.
Pakaian jenuh keringat harus diganti dengan yang kering. Pakaian keringat karet
tidak boleh digunakan untuk menghasilkan penurunan berat badan.

Kondisi berikut menempatkan beberapa murid pada risiko tinggi yang berpotensi
untuk stres panas: berat badan berlebihan, keadaan demam, cystic fibrosis, infeksi
gastrointestinal, diabetes, diabetes tipe 2, gagal jantung kronis, kekurangan gizi
kalori, anoreksia nervosa, sindrom insufisiensi berkeringat, dan keterbelakangan
mental.

Masalah lain yang terkait dengan partisipasi dalam panas adalah keamanan
matahari. Kelas pendidikan jasmani di luar ruangan menghadirkan risiko kerusakan
kulit yang disebabkan oleh matahari. Di Amerika Serikat, satu dari lima orang akan
mengembangkan kanker kulit. Murid menjadi perhatian khusus karena paparan sinar
matahari yang berlebihan pada usia muda meningkatkan risiko kanker kulit
sepanjang hidup. Sekitar 80 persen paparan sinar matahari seseorang terjadi
sebelum usia delapan belas tahun (Stern, Weinstein, &; Baker 1986). Terik matahari
selama tahun-tahun sekolah secara signifikan meningkatkan risiko terkena kanker
kulit di kemudian hari (American Academy of Pediatrics, 1999). Anak-anak harus
mengetahui risiko yang terkait dengan paparan sinar matahari dan belajar
bagaimana mereka dapat melindungi diri mereka sendiri. Sekolah harus mendorong
atau mengharuskan murid untuk mengenakan pakaian lengan panjang, topi, dan
kacamata hitam (ini mencegah katarak terbentuk di kemudian hari) ketika
pendidikan jasmani dijadwalkan di luar ruangan selama jam 10:00 pagi dan 4:00
sore.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 83


C. LARI JARAK JAUH DAN PENGUJIAN KEBUGARAN
Pertanyaan sering muncul mengenai seberapa banyak dan seberapa jauh kaum
muda harus diizinkan untuk berlari, terutama dalam pengaturan kompetitif atau
pelatihan-untuk-kompetisi. Karena orang tua, guru, dan pelatih jarang melihat efek
jangka panjang dari lari jarak jauh, mereka sering menunjukkan sedikit perhatian
atau kemauan untuk membatasi jumlah aktivitas. Karena keterlibatan seumur hidup
dalam olahraga sering tergantung pada jenis partisipasi awal dan kepuasan yang
diperoleh, pertimbangan harus diberikan pada pengalaman awal ini. American
Academy of Pediatrics (2000) telah mengidentifikasi kemungkinan masalah yang
bisa timbul dengan lari jarak jauh. Masalah psikologis dapat dihasilkan dari
menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk lari jarak jauh oleh kaum muda.
Seorang murid yang berpartisipasi dalam lari jarak jauh terutama untuk kepuasan
orang tua mungkin bosan dengan aktivitas setelah beberapa waktu dan berhenti,
atau murid dapat melanjutkan dan kecewa di bawah pembinaan atau tekanan orang
tua. Dalam kedua kasus, kerusakan psikologis dapat terjadi, menyebabkan murid
menjadi putus asa dan tidak mau berpartisipasi — baik segera atau dalam jangka
panjang. Peserta harus diizinkan untuk berpartisipasi untuk kesenangan berlari,
tanpa takut guru, orang tua, atau penolakan atau tekanan teman sebaya. Rasa
pencapaian, kepuasan, dan penghargaan murid oleh teman sebaya, orang tua, dan
pelatih akan mendorong keterlibatan dalam berlari dan olahraga lainnya selama
tahun-tahun sekolah dan di kemudian hari.

Masalah yang terkait dengan berlari adalah praktik umum pengujian kebugaran
murid pada awal tahun ajaran dalam mil lari / berjalan. Banyak murid mungkin tidak
memiliki pengkondisian yang cukup untuk berpartisipasi dengan aman dalam
kegiatan tersebut. Selain itu, di banyak bagian negara, awal tahun ajaran panas dan
lembab, menambah tekanan yang ditempatkan pada sistem kardiovaskular. Jika
pengujian dianggap perlu, disarankan agar tes dilakukan menjelang akhir tahun
ajaran setelah murid memiliki kesempatan untuk berlatih untuk kegiatan tersebut.
Jika ini tidak memungkinkan, biarkan orang muda setidaknya empat sampai enam
minggu aktivitas untuk mencapai pengkondisian yang tepat. Rowland (2005)
merekomendasikan untuk memulai dengan lari / berjalan seperdelapan mil dan

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 84


secara bertahap membangun lari / berjalan sejauh satu mil selama periode empat
minggu. Atau Anda bisa mulai dengan berjalan kaki / jogging dua menit dan
membangun hingga sepuluh menit. Alternatif yang lebih baik adalah dengan
menggunakan tes kebugaran aerobik PACER (Progressive Aerobic Cardiovascular
Endurance Run) (Gambar 2.7). Tes ini dapat diberikan di dalam ruangan dan tidak
memerlukan menyelesaikan lari jarak satu mil. PACER menawarkan koefisien
validitas dan reliabilitas yang mirip dengan mil run / walk.

D. PELATIHAN RESISTENSI (KEKUATAN)


Pelatihan resistensi mengacu di sini pada metode pengkondisian yang melibatkan
berbagai beban resistif termasuk beban bebas, mesin berat, pita peregangan, bola
obat, dan bahkan latihan tradisional seperti push-up dan sit-up. Ini bukan binaraga
kompetitif atau power lifting, yang melibatkan upaya maksimal dalam upaya untuk
secara dramatis meningkatkan kekuatan dan ukuran otot. American Academy of
Pediatrics (2008) merekomendasikan bahwa remaja harus menghindari angkat
berat kompetitif, angkat daya, binaraga, dan angkat maksimal sampai mereka
mencapai kematangan tulang. Dalam pendidikan jasmani, tujuannya adalah untuk
mengajarkan murid dasar-dasar pelatihan ketahanan sebagai bagian dari program
kebugaran total.

Pelatihan resistensi untuk remaja sering menimbulkan kekhawatiran di kalangan


pendidik. Banyak yang khawatir tentang cedera yang berhubungan dengan stres
dan masalah keselamatan lainnya sementara yang lain mempertanyakan apakah
pelatihan semacam itu menghasilkan peningkatan kekuatan yang signifikan. Banyak
guru telah menghindari pelatihan resistensi dalam pendidikan jasmani sekolah
menengah karena masalah keamanan dan variasi dalam kedewasaan. Pemikiran
yang diterima selama bertahun-tahun adalah bahwa karena banyak murid sekolah
menengah baru memasuki masa remaja, mereka tidak mampu membuat
keuntungan kekuatan yang signifikan karena mereka tidak memiliki tingkat
androgen sirkulasi yang memadai. Bukti terus membangun yang bertentangan
dengan sudut pandang ini (Faigenbaum 2003) dan menunjukkan bahwa murid dari
segala usia dan tahap perkembangan dapat meningkatkan kekuatan melalui

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 85


pelatihan resistensi. Keuntungan kekuatan sekitar 30 sampai 50 persen terjadi
dalam delapan sampai dua belas minggu dengan remaja yang tidak terlatih.
Pelatihan ketahanan adalah kegiatan kebugaran yang sangat baik untuk remaja
yang kelebihan berat badan karena mereka sering lebih kuat daripada rekan-rekan
mereka yang lebih kecil dan lebih ramping. Ini menawarkan mereka kesuksesan dan
kompetensi dalam kegiatan yang kurang berbasis aerobik. Kekhawatiran yang
sering dimiliki wanita adalah bahwa mereka akan mengembangkan massa otot
berlebih dari pelatihan resistensi. Anak laki-laki meningkatkan massa bebas lemak
karena pengaruh hormonal; Namun, anak perempuan menunjukkan perkembangan
otot kurang karena tingkat androgen yang lebih rendah (Faigenbaum 2003).

Keselamatan dan pencegahan cedera adalah pertimbangan penting bagi mereka


yang tertarik dalam latihan beban untuk remaja. Ketika cedera dilaporkan di
lingkungan sekolah, sebagian besar terjadi karena pengawasan yang tidak memadai,
kurangnya teknik yang tepat, atau pengangkatan kompetitif; Namun, ini jarang
terjadi. Mayoritas cedera angkat berat terjadi pada peralatan rumah dalam
pengaturan yang tidak diawasi. (Akademi Pediatri Amerika 2008). Program
pelatihan ketahanan hanyalah salah satu komponen dari program kebugaran
komprehensif untuk remaja. Asosiasi Kekuatan dan Pengkondisian Nasional
(Faigenbaum et al. 2009) menawarkan seperangkat pedoman yang sangat baik
(Gambar 2.8) untuk memandu pengajaran dan pengembangan program di kelas
SMP dan SMA. Ada banyak cara untuk meningkatkan kekuatan selain menggunakan
beban jika keamanan atau kurangnya peralatan menjadi masalah. (Lihat Bab 16 dan
20 dalam teks ini untuk sejumlah unit alternatif yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kekuatan. Bab 20 mengidentifikasi keterampilan dan teknik dasar
untuk menerapkan program latihan kekuatan.)

Jika keputusan dibuat untuk memasukkan program latihan beban dalam program
pendidikan jasmani, itu harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan dipelajari.
Fokus harus pada teknik mengangkat yang benar, bukan jumlah beban yang
diangkat. Pengawasan dan teknik yang tepat adalah bahan utama dalam program
yang sukses. Pedoman resep program yang direkomendasikan oleh Faigenbaum et
al. (2009) mengikuti:

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 86


Pelatihan direkomendasikan dua atau tiga kali seminggu pada hari-hari yang tidak
berturut-turut selama periode dua puluh hingga tiga puluh menit. Pengulangan
tinggi (10-15) pada resistensi rendah tampaknya paling aman untuk remaja usia
sekolah menengah.

Pastikan kegiatan dan latihan sesuai dengan perkembangan. Stretch band atau bola
obat mungkin lebih menarik bagi remaja yang kurang termotivasi dan merupakan
alternatif yang lebih aman untuk beban. Mesin berat mahal tetapi juga membantu
memastikan bentuk pengangkatan yang tepat dan ketahanan yang mudah
disesuaikan.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 87


LAMPIRAN 7

MOTIVASI DALAM PJOK

A. PENGERTIAN MOTIVASI
Secara konsep, Motivasi adalah sesuatu (yaitu, kebutuhan atau keinginan) yang
menyebabkan seseorang bertindak. Dalam pendidikan jasmani, murid memilih untuk
bertindak (berpartisipasi) berdasarkan banyak faktor. Beberapa anak memutuskan
untuk berpartisipasi karena tugas itu terlihat menyenangkan dan menarik. Yang lain
memutuskan untuk mencobanya karena mereka percaya bahwa mereka memiliki
keterampilan untuk menjadi sukses, sedangkan yang lain terlibat dalam tugas
karena mereka tahu bahwa jika mereka bekerja keras dan berlatih, mereka akan
dapat melakukan berbagai keterampilan gerak pada akhirnya.

Motivasi adalah bagian penting dari pembelajaran. Pembelajaran kemungkinan


besar terjadi dalam pendidikan jasmani ketika murid termotivasi untuk terlibat aktif
dalam pelajaran; Namun, sangat sulit untuk memotivasi murid yang tidak ingin
berpartisipasi. Anda tidak dapat membuat murid termotivasi untuk belajar dan aktif,
tetapi Anda dapat memodifikasi lingkungan belajar untuk meningkatkan iklim
motivasi. Tujuan dari bagian ini adalah untuk memberikan teori dan strategi motivasi
dasar untuk membantu Anda meningkatkan iklim motivasi di kelas PJOK Anda.

1. TEORI MOTIVASI
Untuk menjadi guru PJOK yang efektif, Anda harus terbiasa dengan berbagai
faktor motivasi yang memicu murid untuk berpartisipasi aktif selama mengikuti
kelas. Teori-teori berikut dipilih dari beragam informasi tentang motivasi untuk
membantu Anda memperoleh pemahaman dasar tentang mengapa murid
mungkin atau mungkin tidak termotivasi untuk berpartisipasi di kelas.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 88


a. TERMOTIVASI OLEH HARAPAN: TEORI BELAJAR
SOSIAL
Beberapa murid termotivasi ketika mereka menimbang harapan hasil
berdasarkan self-efficacy atau kepercayaan diri mereka yang dirasakan
dalam melakukan keterampilan tertentu atau bagian tertentu dari suatu
keterampilan (Bandura 1977). Misalnya, murid tertentu mungkin memiliki self-
efficacy yang tinggi dalam melakukan operan lengan bawah dalam bola voli
dan mungkin termotivasi untuk berlatih berbagai tugas passing lengan
bawah, tetapi tidak memiliki kepercayaan diri dalam mengatur atau melayani
bola, yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi mereka untuk mencoba
keterampilan tersebut. Dengan demikian, setelah guru mendemonstrasikan
tugas dan menjelaskan kegiatan, beberapa murid (1) memperkirakan hasil
dari melakukan tugas (misalnya, Apakah tugas itu berarti bagi saya? Apakah
ini akan menjadi pengalaman positif?), (2) menimbang hasilnya (misalnya,
dapatkah saya melakukannya? Apakah saya memiliki kemampuan? ), dan (3)
memutuskan apakah akan berpartisipasi.

Biasanya, murid yang termotivasi oleh harapan akan berpartisipasi jika


mereka yakin mereka akan berhasil dalam tugas tersebut atau bahwa hasil
positif akan terjadi; Jika mereka pikir mereka tidak akan mampu
mengatasinya, mereka menghindari situasi tersebut. Dengan demikian, self-
efficacy dihitung ketika murid berusaha dan mencoba, bahkan ketika
dihadapkan dengan tantangan atau kemungkinan kegagalan (Bandura 1986;
Chase 2001).

b. TERMOTIVASI OLEH KEYAKINAN: TEORI MOTIVASI


KOMPETENSI
Beberapa murid termotivasi untuk berpartisipasi dan mencoba karena
mereka percaya bahwa mereka adalah murid yang sudah mahir dan terampil
(misalnya, pandai dalam olahraga dan permainan); mereka memiliki
kompetensi diri yang tinggi. Sebagai contoh, beberapa murid mungkin tidak

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 89


tahu bagaimana melakukan umpan lengan bawah dalam bola voli, tetapi
karena mereka memiliki kompetensi diri yang tinggi dalam kemampuan
mereka secara keseluruhan, mereka termotivasi untuk mencoba. Murid yang
menganggap diri mereka kompeten dalam melakukan keterampilan fisik
biasanya termotivasi secara intrinsik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dengan berpartisipasi dalam tugas-tugas yang menantang dan menarik.
Selain itu, murid yang memiliki tingkat kompetensi atau kepercayaan diri
yang lebih tinggi sering menunjukkan tingkat harga diri, kesenangan, dan
prestasi yang lebih tinggi (Harter 1982). Upaya dan hasil yang memuaskan,
bersama dengan model peran positif dan dukungan dari guru, orang tua, dan
teman, membantu para murid ini mengembangkan kepercayaan diri sebagai
yang berprestasi dalam bidang permainan dan olahraga.

c. TERMOTIVASI OLEH MINAT: TEORI MOTIVASI


BERBASIS MINAT
Beberapa murid termotivasi oleh minat pribadi mereka dalam suatu kegiatan
atau oleh minat situasional tertentu yang dipicu oleh kebaruan tugas,
tantangan khusus, beberapa jenis ‘penarik perhatian’ (misalnya, seorang guru
mengenakan pakaian unik agar sesuai dengan pelajaran), kesempatan untuk
mengeksplorasi, atau sesuatu yang menyebabkan kesenangan instan (Chen
dan Darst 2001; Hidi 2000). Minat situasional dapat membantu menarik dan
memotivasi murid yang pertama kali belajar bagaimana melakukan
keterampilan baru, meskipun minat pribadi mereka dalam kegiatan itu rendah
(Shen et al. 2003). Selain itu, tugas-tugas yang menantang murid untuk
berpikir dan menjadi terlibat secara kognitif memicu minat situasional dan
meningkatkan motivasi (Chen dan Darst 2001).

d. TERMOTIVASI OLEH KEBUTUHAN: TEORI PENENTUAN


NASIB SENDIRI
Beberapa murid termotivasi oleh kebutuhan untuk memuaskan keinginan
intrinsik mereka sendiri, bukan karena seseorang atau sesuatu yang lain

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 90


mengendalikan lingkungan mereka (Deci dan Ryan 1985). Teori penentuan
nasib sendiri membahas tiga kebutuhan yang mendorong orang untuk
mencapai hasil positif;kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk (1)
perasaan kompeten (self-efficacy), (2) keterkaitan (memiliki, merasa aman),
dan (3) otonomi atau penentuan nasib sendiri (Deci dan Ryan 2000). Sebagai
contoh, beberapa murid termotivasi secara intrinsik berdasarkan kebutuhan
mereka untuk menjadi kompeten dalam tugas dan bertanggung jawab atas
situasi mereka. Keinginan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang,
bersama dengan keyakinan pada kompetensi mereka sendiri, dorongan dari
guru, dan keinginan untuk memilih dan mengendalikan situasi mereka sendiri,
memotivasi mereka untuk berpartisipasi.

Di sisi lain, murid yang berpartisipasi karena mereka akan menerima sesuatu
sebagai imbalan atau yang percaya bahwa mereka harus berpartisipasi
karena guru, akan termotivasi secara ekstrinsik. Sebagai contoh, beberapa
murid berpartisipasi karena mereka pikir itu adalah nilai yang baik bagi
mereka (misalnya, saya akan menjadi bugar; ini akan membantu saya
menurunkan berat badan; ini baik untuk kesehatan saya; ini akan membantu
meningkatkan tembakan basket saya), sedangkan yang lain memutuskan
untuk berpartisipasi karena mereka ingin menjadi murid yang baik di mata
guru atau karena mereka percaya mereka harus melakukannya. Beberapa
murid ini termotivasi oleh penghargaan atau hadiah, seperti mendapatkan
nama mereka di papan pengakuan, pita, atau pilihan bebas dari suatu
kegiatan.

Meskipun menumbuhkan motivasi intrinsik pada murid adalah tujuan


sebagian besar guru pendidikan jasmani, faktor motivasi ekstrinsik tidak
boleh diabaikan. Penting untuk membantu murid menghargai menjadi aktif
secara fisik, yang dapat membantu memotivasi mereka untuk menjadi lebih
aktif dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik baik di dalam maupun di luar
kelas (Rink 2010). Kadang-kadang memberi murid dengan hadiah ekstrinsik
untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik atau mencapai tujuan tertentu
merupakan motivator yang efektif; Namun, menggunakan terlalu banyak

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 91


imbalan ekstrinsik dapat merusak perkembangan motivasi intrinsik dan dapat
menurunkan persepsi imbalan menjadi suap.

e. TERMOTIVASI OLEH KESUKSESAN: TEORI ATRIBUSI


Beberapa murid termotivasi berdasarkan persepsi mereka sendiri (atribut)
tentang mengapa mereka berhasil atau gagal. Atribut-atribut ini menentukan
berapa banyak upaya yang mereka lakukan dalam tugas yang ada dan di
masa depan (Weiner 1979). Misalnya, ketika murid berhasil dalam suatu tugas,
mereka mungkin menghubungkan kesuksesan itu dengan kerja keras, usaha,
atau kemampuan mereka. Jika mereka gagal, mereka mungkin
menghubungkan kegagalan mereka dengan faktor-faktor eksternal di luar
kendali mereka, seperti nasib buruk, pengajaran atau wasit yang buruk, atau
kurangnya bantuan. Mereka sering berhenti atau menyerah jika mereka tidak
berhasil dan menggunakan alasan untuk menghindari mengakui kekurangan
mereka. Mengakui kinerja murid yang sukses dapat membantu
meningkatkan harga diri mereka.

Atribut atau penjelasan yang dibuat murid untuk keberhasilan atau kegagalan
mereka ketika melakukan tugas atau keterampilan tertentu terbagi dalam
tiga kategori: internal atau eksternal (faktor di dalamnya atau faktor
eksternal yang ditemukan di lingkungan), stabil atau tidak stabil (apakah
atribut selalu sama ketika melakukan tugas, atau apakah atributnya akan
berubah selama prosesnya di masa depan), dan terkendali atau tidak
terkendali (faktor-faktor yang dianggap mudah dikendalikan atau tidak)
(Weiner 1985). Secara keseluruhan, murid yang memiliki kepercayaan diri
yang dirasakan lebih tinggi dalam keterampilan mereka berkontribusi pada
faktor-faktor internal, terkendali, dan tidak stabil, bahkan jika mereka
menerima bahwa kegagalan itu mungkin terjadi (Nicholls 1984a; Rudisill
1989). Mereka menunjukkan lebih banyak usaha, lebih banyak ketekunan
dalam tugas, dan kinerja yang lebih baik daripada mereka yang memiliki
kepercayaan diri yang dirasakan lebih rendah (Rudisill 1989).

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 92


Kadang-kadang mereka yang menunjukkan locus of control eksternal
(keyakinan bahwa seseorang, sesuatu, nasib, atau keberuntungan
mengendalikan peristiwa yang mempengaruhi mereka) dan memiliki self-
efficacy rendah efficacyrendah mengembangkan sikap ketidakberdayaan
yang dipelajari, yang berarti bahwa mereka percaya bahwa tidak ada jumlah
usaha atau latihan yang akan mengarah pada kesuksesan (yaitu, Apa gunanya
mencoba?). Ketidakberdayaan yang dipelajari dihasilkan dari kegagalan
berulang dari waktu ke waktu, bersama dengan persepsi kemampuan yang
buruk (Maier dan Seligman 1976).

f. TERMOTIVASI OLEH PENCAPAIAN ATAU


KEBERHASILAN TUGAS: TEORI TUJUAN PENCAPAIAN
Teori tujuan pencapaian mencakup konsep dari teori atribusi dan
menjelaskan bagaimana murid termotivasi untuk mencapai keterampilan,
tugas, atau tujuan dalam fokus motivasi intrinsik atau ekstrinsik, berdasarkan
kepercayaan diri mereka yang dirasakan dalam suatu keterampilan. Beberapa
murid memiliki orientasi tugas. Mereka percaya kesuksesan mereka
didasarkan pada kerja keras dan usaha, dan mereka secara intrinsik
termotivasi untuk meningkatkan dan menguasai teknik keterampilan mereka.
Murid yang berorientasi pada tugas mencari kegiatan yang menantang, suka
mencoba hal-hal baru dan menarik, dan bertahan ketika tugas menjadi lebih
sulit.

Di sisi lain, beberapa murid memiliki orientasi ego. Artinya, kepercayaan diri
yang mereka rasakan didasarkan pada ‘keinginan mengungguli’ orang lain
atau membandingkan kemampuan mereka dengan orang lain. Murid yang
berorientasi ego menunjukkan upaya dan merasa sukses ketika mereka
menganggap kemampuan mereka lebih besar daripada rekan-rekan mereka.
Namun, jika mereka menganggap kemampuan mereka kurang dari orang lain,
usaha mereka akan rendah atau mereka mungkin mencari tugas yang lebih
mudah atau lebih sulit untuk menyembunyikan tingkat kemampuan mereka.
Mereka sering menyerah dengan cepat ketika tugas menjadi terlalu sulit

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 93


(Ames 1992; Nicholls 1984b). Murid berorientasi ego yang menganggap diri
mereka memiliki self-efficacy rendah dalam suatu keterampilan cenderung
percaya bahwa ada sedikit atau tidak ada alasan untuk terlibat dalam
pelajaran (Deci dan Ryan 2000; Standage, Duda, dan Ntoumanis 2003).

Jelas, ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan ketika mencoba


mengembangkan lingkungan belajar motivasi positif dalam pendidikan
jasmani. Teori-teori yang disajikan sebelumnya merupakan beberapa faktor
motivasi umum, atau tema. Yang pertama dan paling penting adalah
kemampuan yang dirasakan, atau kompetensi yang dirasakan seseorang
dalam melakukan keterampilan, juga disebut self-efficacy. Bagaimana murid
memandang kemampuan mereka dalam berbagai keterampilan bergantung
pada sejumlah masalah. Mereka mungkin memiliki saudara kandung, orang
tua, atau teman yang menjadi model aktif. Jejaring sosial ini memberikan
inspirasi dan dorongan yang membantu membentuk kompetensi yang
dirasakan. Guru dan pelatih yang menunjukkan kepedulian dan menawarkan
dorongan dan umpan balik menambah pengembangan kompetensi yang
dirasakan. Emosi pribadi dan nilai yang mereka tempatkan pada tugas juga
mempengaruhi kompetensi yang dirasakan. Akhirnya, tentu saja, murid perlu
mengalami kesuksesan untuk meningkatkan persepsi mereka tentang self-
efficacy.

Banyak teori motivasi yang menyarankan agar guru menawarkan tugas yang
menantang dan memberi murid kesempatan untuk membuat pilihan. Faktor-
faktor ini membantu menciptakan iklim motivasi intrinsik yang memberi
murid kesempatan untuk berhasil, mengerahkan upaya, dan menikmati
belajar dan menjadi aktif.

2. STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI


Tidak dapat dipungkiri, Anda dan metode pengajaran yang Anda gunakan
selama pelajaran akan mempengaruhi motivasi murid. Intinya adalah bahwa
Anda harus memainkan peran aktif dalam membangun kompetensi yang

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 94


dirasakan positif dan iklim motivasi yang sehat (Treasure dan Roberts 1995).
Pertimbangan dan strategi berikut, berdasarkan teori motivasi yang disajikan,
akan membantu Anda mengembangkan iklim motivasi positif ketika Anda
menjadi guru pendidikan jasmani.

a. JADILAH GURU YANG PEDULI


Sebagai bagian dari menciptakan iklim emosional yang positif bagi murid
Anda, Anda perlu menunjukkan bahwa Anda peduli dengan murid Anda
sebagai individu dan bahwa Anda peduli dengan pembelajaran mereka
(Solmon 2006). Meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan murid dan
bertindak demi kepentingan terbaik mereka menunjukkan bahwa Anda peduli
(Owens and Ennis 2005). Membangun lingkungan yang peduli di gimnasium
sangat membantu dalam memotivasi murid dan membantu mereka
mengembangkan rasa kompetensi.

Murid suka bersenang-senang dalam pendidikan jasmani. Apa yang


menyenangkan? Apakah konsep kesenangan sama untuk semua orang?
Bagaimana Anda akan memastikan bahwa murid Anda bersenang-senang
ketika Anda menjadi guru pendidikan jasmani?

3. MENINGKATKAN NILAI DAN MINAT


Anda perlu menyampaikan nilai yang Anda tempatkan pada apa yang Anda
ajarkan. Bantulah murid memahami mengapa mengerjakan tugas atau kegiatan
dengan baik adalah penting. Tunjukkan kepada murid apa yang Anda hargai
dengan mempromosikan perasaan senang dan menyenangkan selama kelas.
Bantu mereka membangun rasa intrinsik tentang pentingnya menjadi aktif
(Solmon 2006). Selain itu, penting untuk menetapkan tugas-tugas menarik yang
menarik perhatian murid dan memotivasi mereka untuk mencoba hal-hal baru.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 95


a. BERIKAN PILIHAN
Salah satu cara untuk memotivasi murid adalah dengan memberi mereka
kebebasan untuk membuat pilihan. Anda dapat menawarkan, misalnya,
pilihan berikut selama latihan: berlatih mengatur tembakan sendiri di area
yang ditandai di sekitar kunci, menggiring bola, membuat beberapa gerakan
pada bek palsu sebelum menyiapkan tembakan, atau bekerja dengan
pasangan dan menyiapkan tembakan setelah menerima umpan. Saat
menggunakan format pos latihan selama pelajaran, Anda dapat menyertakan
beberapa pilihan bagi murid untuk dipilih di setiap pos latihan. Selain itu,
murid dapat menggunakan pemeriksaan mandiri atau lembar tugas dari mana
mereka dapat memilih tugas untuk diselesaikan.

b. TAWARKAN TANTANGAN
Menawarkan pilihan juga menantang murid berdasarkan tingkat
perkembangan mereka. Untuk meningkatkan pembelajaran murid, berbagai
tugas harus mencakup tantangan utama bagi mereka yang memiliki
keterampilan tingkat lanjut, serta tantangan tingkat rendah untuk pemula
(Shen dan Chen 2006). Berdasarkan kompetensi yang mereka rasakan, murid
dapat memilih opsi yang akan memberi mereka peluang untuk sukses dan
menantang.

c. MEMODIFIKASI
Memberikan murid dengan pilihan juga dapat dicapai dengan memungkinkan
mereka untuk memodifikasi (1) lingkungan mereka (misalnya, memilih jarak
yang lebih pendek atau lebih panjang, area kerja yang lebih kecil atau lebih
besar, atau target ukuran yang berbeda untuk digunakan selama tugas), (2)
peralatan (misalnya, bola yang lebih besar atau lebih kecil, raket yang lebih
panjang atau lebih pendek), atau (3) aktivitas itu sendiri. Murid pandai
memodifikasi lingkungan kerja dan peralatan mereka untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri; Izinkan mereka melakukannya.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 96


4. MENINGKATKAN KETERAMPILAN YANG DIRASAKAN,
KOMPETENSI, DAN KESUKSESAN
Seperti yang Anda ketahui sekarang, kompetensi yang dirasakan adalah faktor
motivasi yang sangat besar, mungkin salah satu yang paling penting untuk
ditangani. Sangat penting bahwa Anda merancang pelajaran dan kurikulum yang
menumbuhkan kompetensi yang dirasakan dalam berbagai keterampilan.
Bagaimana Anda dapat membantu semua murid di kelas Anda mengalami
keberhasilan dan meningkatkan tingkat kepercayaan diri mereka ketika
melakukan keterampilan? Saran-saran berikut dapat membantu menjawab
pertanyaan itu.

Demonstrasi oleh siswa. Untuk memfasilitasi kompetensi yang dirasakan,


mungkin bermanfaat untuk menggunakan model murid selama demonstrasi
daripada model ahli. Ketika murid melihat salah satu teman sebaya mereka
belajar bagaimana melakukan suatu keterampilan, pandangan mereka untuk
melakukan keterampilan yang sama itu sendiri meningkat (Darden 1997).
Sebaliknya, beberapa murid menjadi putus asa setelah mengamati seorang ahli
(yaitu, guru) menunjukkan keterampilan.

Waktu: Sangat penting bahwa Anda memberikan waktu latihan yang cukup
berkualitas selama pelajaran bagi murid untuk mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan mereka dan mendapatkan kepercayaan pada
kemampuan mereka. Terlalu sering guru terburu-buru melalui beberapa hari
latihan keterampilan dan langsung pindah ke permainan game. Pada saat itu,
banyak murid belum mengembangkan keterampilan dasar yang dibutuhkan
untuk bermain game, juga tidak memiliki kepercayaan diri untuk mencoba.
Penggunaan ekstensi dan kegiatan aplikasi akan membantu mengakomodasi
semua tingkat murid saat mereka berlatih dan mengembangkan keterampilan
mereka.

Umpan balik: Perkuat praktik keterampilan dengan umpan balik positif, korektif,
dan informatif. Umpan balik mendorong murid untuk bekerja keras dan memberi
mereka informasi untuk meningkatkan kinerja keterampilan dan mendapatkan

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 97


lebih banyak kepercayaan pada kemampuan mereka.

a. MENUMBUHKAN IKLIM YANG BERORIENTASI PADA


PENGUASAAN
Iklim yang berorientasi pada penguasaan murid terhadap keterampilan
membantu mengembangkan motivasi intrinsik murid yang percaya bahwa
usaha dan kerja keras akan membantu mereka menjadi sukses, sehingga
meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan mereka untuk belajar
(Alderman, Beighle, dan Pangrazi 2006; Martin, Rudisill, dan Hastie 2009;
Solmon 2006). Guru dapat mengembangkan iklim berorientasi penguasaan
murid di lapangan dengan mempertimbangkan akronim TARGET (Epstein
1988). Target merupakan singkatan dari inisial kata, yang terdiri dari Task,
Authority, Reward, Grouping, Evaluation, dan Timing. Guru dapat
menggunakan akronim TARGET yang untuk memberi motivasi intrinsik pada
murid.

1) Task-Tugas. Merancang tugas dan kegiatan belajar untuk membantu


mendorong usaha, perasaan positif, dan kepuasan (sukses) murid. Buat
berbagai tingkat tugas yang menantang, dan tawarkan pilihan kepada
murid (misalnya, pilihan tugas, pilihan peralatan, pilihan kelompok).

2) Authority-Kewenangan. Berikan murid rasa otoritas, atau kepemilikan,


dalam pelajaran dengan memberi mereka kebebasan memilih tugas,
membuat keputusan dalam kelompok mereka, dan memantau serta
mengevaluasi kemajuan dan hasil mereka sendiri.

3) Rewards - Insentif. Tawarkan pengakuan individu untuk kemajuan dan


peningkatan; ini membantu murid mengembangkan kepuasan dan
kebanggaan dalam keterampilan dan upaya mereka. Dalam lingkungan
yang berorientasi pada penguasaan, penghargaan dan insentif tidak
umum digunakan untuk mengenali prestasi dan prestasi dibandingkan
dengan yang lain.

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 98


4) Grouping-Pengelompokan. Berikan murid kebebasan untuk memilih
kelompok mereka, menekankan bekerja secara kooperatif dalam
kelompok. Jika Anda bekerja dengan grup yang lebih besar, pilih grup
secara acak dan sering-seringlah mengubahnya.

5) Evaluation- Penilaian. Mengevaluasi kemajuan murid dan peningkatan


individu berdasarkan pencapaian tujuan, partisipasi, dan upaya. Murid
dapat mengambil bagian dalam evaluasi dengan mencatat hasil dari
upaya keterampilan mereka dari waktu ke waktu untuk menunjukkan
peningkatan mereka.

6) Timing. Beri murid cukup waktu selama pelajaran untuk menyelesaikan


tugas.

b. PUTAR MUSIK
Anda dapat membantu meningkatkan iklim motivasi gimnasium dengan
memainkan musik yang menyegarkan saat murid terlibat. Musik memberi
energi pada area bermain untuk anak-anak dan orang dewasa. Meskipun CD
musik khusus untuk pendidikan jasmani tersedia, banyak guru pendidikan
jasmani membuat CD mereka sendiri atau menangkap musik di iPod dari
Internet. Pastikan musik yang Anda mainkan sesuai, artinya bahasanya bebas
dari kata-kata kotor dan pesannya bersih. Berhati-hatilah jika Anda
mengizinkan murid untuk membawa musik mereka sendiri, karena beberapa
musik yang murid dengarkan tidak pantas untuk digunakan dalam lingkungan
pendidikan. Akhirnya, pastikan volume musik tidak terlalu keras sehingga
mengalihkan perhatian murid dari tugas belajar (Shen et al. 2003).

c. BERIKAN PERSAINGAN
Apa? Konsep kompetisi belum disorot dalam teori atau strategi motivasi
sejauh ini karena sering menumbuhkan iklim yang berorientasi ego. Namun,
guru pendidikan jasmani menggunakan permainan dan permainan kompetitif
sebagai bagian dari kurikulum mereka. Guru sering merancang turnamen

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 99


akhir unit untuk banyak kegiatan mereka. Model pendidikan olahraga dan
pendekatan permainan taktis (lihat bab 1) menggunakan permainan dan
kompetisi. Selain itu, banyak murid benar-benar menikmati dan termotivasi
oleh suasana yang kompetitif. Kompetisi juga dapat digunakan untuk
mengembangkan iklim berorientasi penguasaan yang berfokus pada motivasi
intrinsik.

Saat menggunakan aktivitas dan permainan kompetitif dalam pendidikan


jasmani, akan sangat membantu untuk mengalihkan fokus permainan dari
menang atau kalah (hasil, atau produk) ke proses. Misalnya, selama kegiatan
kompetitif atau permainan, perhatian dapat diarahkan pada hal-hal berikut:

1) Lomba tentang kerja sama dalam kelompok

2) Lomba taktik dan strategi permainan

3) Lomba teknik keterampilan

4) Lomba pada siapa atau tim mana yang paling sportif dan sebagainya.

5) Atau lomba tentang siapa yang upaya perisapannya paling serius

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 100


LAMPIRAN 8

SIKLUS PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN TERDIFERENSIASI

Praktik inklusif yang digunakan untuk membuat konten kurikuler dapat mencakup
instruksi verbal, demonstrasi, pembimbingan dukungan fisik, demonstrasi video,
tutor sebaya, dan kegiatan mitra dan kelompok kecil (Tomlinson, 2001). Selain itu,
tujuan dan tugas harus dihubungkan dengan tujuan pelajaran karena setiap tujuan
mewakili langkah tambahan dalam kegiatan pengembangan keterampilan.
Keterhubungan ini memungkinkan langkah-langkah pembelajaran yang jelas dan
hasil pada berbagai tingkat keterampilan, sehingga menyederhanakan keputusan
yang dibuat oleh peserta didik pada berbagai tingkat pencapaian keterampilan.
Akhirnya, dan yang paling penting dari perspektif perkembangan, konten
pembelajaran harus membahas konsep yang sama dengan semua murid, tetapi
tingkat kesulitan harus sesuai untuk pelajar individu.

Proses ini terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sehingga


prosesnya terjadi dalam populasi yang beragam. Salah satu aspek penting dari
proses pembelajaran melibatkan pengelompokan murid untuk belajar. Murid dapat
dikelompokkan dalam banyak cara, termasuk atas dasar kesiapan mereka untuk
mempelajari keterampilan atau konten tertentu, pengetahuan mereka tentang
konten, kemampuan mereka untuk melakukan tugas atau keterampilan yang ada,
penggunaan pembelajaran kelompok kooperatif (di mana peserta didik bekerja
bersama menuju tujuan bersama), usia dan tingkat kemampuan, bidang minat, dan
tutor sebaya (Gregory &; Chapman, 2007). Selain itu, berbagai pendekatan kurikuler
digunakan untuk memenuhi kebutuhan unik peserta didik yang beragam, termasuk
strategi seperti pembelajaran berpangkalan (pos), kontrak pembelajaran, papan
pilihan, pembelajaran berbasis masalah, dan penggabungan proyek untuk
meningkatkan pembelajaran konten. Dalam membuat pilihan seperti itu, guru harus
memiliki pemahaman yang jelas tentang kebutuhan perkembangan, kemampuan,
minat, motivasi, dan gaya belajar masing-masing murid.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 101


Gambar 6

Pengajaran terdiferensiasi tidak akan berhasil tanpa pra-penilaian untuk mencegah


dengan tepat bagaimana dan apa yang dibutuhkan oleh seorang pelajar. Penilaian,
baik formal maupun informal, juga berlangsung selama proses pengajaran
terdiferensiasi, dan memungkinkan guru untuk mengidentifikasi setiap perubahan
yang perlu dilakukan untuk memastikan keberhasilan dan perkembangan murid
yang berkelanjutan. Sepanjang proses pembelajaran berlangsung, murid harus
ditantang dengan tepat untuk menumbuhkan minat, motivasi, dan keterlibatan
dalam pembelajaran dan pemahamannya. Penilaian murid juga harus
memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang berbeda, tergantung pada tingkat
kemampuan, kesulitan tugas, dan performa dasar awal (Hall, Strangman, & Meyer,
2009).

Instruksi dibedakan berbasis perkembangan sangat berharga di semua pengaturan


pendidikan, termasuk pendidikan jasmani. Keberhasilannya tergantung pada
penggunaan strategi instruksional inklusif yang berfokus pada gaya dan kebutuhan
belajar murid secara individu. Cara lain untuk melihatnya adalah dengan melihat
pembelajaran terdiferensiasi dalam pendidikan jasmani sebagai pendidikan jasmani
yang disesuaikan untuk semua peserta didik dalam pengaturan kelas inklusif.

Pembelajaran terdiferensiasi bergantung pada beberapa faktor kunci yang sangat


penting untuk keberhasilannya sebagai strategi pedagogis untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan peserta didik yang beragam dalam pengaturan inklusif.
Fokus utama adalah untuk menentukan apa yang dibutuhkan setiap pelajar dari
lingkungan pendidikan agar merasa nyaman, termotivasi, dan, yang paling penting,

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 102


percaya diri dan sukses. Selain itu, pembelajaran terdiferensiasi membantu guru
mencapai tujuan berikut (Thousand, Villa, & Nevin, 2007):

1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam

2. Memenuhi mandat hukum yang ditetapkan oleh undang-undang sistem


pendidikan nasional,

3. Menantang stigma dan menghilangkan mitos yang bertahan dalam pendidikan


yang berkaitan dengan populasi beragam

4. Mengikuti praktik etis dalam menerapkan standar kurikuler dalam beragam


populasi

5. Meningkatkan efektivitas secara keseluruhan dalam mendidik semua murid

Pembelajaran terdiferensiasi mengikuti dua pendekatan. Yang pertama dikenal


sebagai retrofitting, yang merupakan pendekatan reaktif yang digunakan ketika
ketidakcocokan dikenali antara konten atau kegiatan belajar dan kebutuhan belajar
murid individu selama pembelajaran. Yang kedua adalah Universal Design for
Learning (UDL)/Rancangan Universal untuk Belajar, yang merupakan pendekatan
proaktif di mana guru mengumpulkan informasi tentang beragam peserta didik
sebelum pembelajaran sehingga konten, proses pembelajaran, dan produk atau hasil
yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan demikian
pendekatan UDL meminimalkan kebutuhan untuk retrofitting.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 103


PROFIL PENULIS MODUL

AGUS MAHENDRA, DR, MA.

Dr. Agus Mahendra, MA. adalah Dosen Prodi PGSD Penjas di FPOK UPI (Universitas
Pendidikan Indonesia), yang saat ini mendalami bidang keahlian Pendidikan Guru
Pendidikan Jasmani. Pengalamannya menjadi ketua prodi PGSD Penjas selama dua
periode berturut-turut di UPI, membuatnya menaruh perhatian mendalam terhadap
kualitas penyiapan guru PJOK di Indonesia.

Agus meraih gelar Sarjana Pendidikan Olahragaan dari Fakultas Keguruan Ilmu
Keolahragaan (FKIK), IKIP Bandung, yang kemudian menjadi Universitas Pendidikan
Indonesia. Gelar Master of Art (MA) diperoleh dari dari College of Education, the
University of Iowa, AS. Sedangkan gelar Doktor diperoleh kemudian dari Universitas
Negeri Jakarta, dari program Pendidikan Olahraga.

Agus adalah country leader of AHKI (Active Healthy Kids Indonesia) yang
merupakan bagian dari AHKGA (Active Healthy Kids Global Alliance) yang
bermarkas di Kanada, dan berperan dalam upaya melaporkan level keaktivan anak-
anak Indonesia dalam hal gerak dan aktivitas jasmani. Di samping itu, Agus adalah
pengurus dari ISAPE (Indonesian Society of Adaptive Physical Education) dan
anggota ASAPE (Asian Society of Adaptive Physical Education). Pada saat yang
sama Agus juga menjadi anggota IPLA (International Physical Literacy Association)
dan menjadi anggota dari IOHSK (International Organization on Health, Sport and
Kinesiology) dan International Society of Motor Control (ISMC) yang keduanya
berkedudukan di Amerika Serikat.

Agus menulis beberapa buku pendidikan jasmani untuk guru olahraga di sekolah
dan buku pendidikan jasmani dan olahraga untuk siswa SMA, juga beberapa buku
ajar di perguruan tinggi seperti Pembelajaran Senam, Teori Belajar Mengajar Gerak,
Permainan Anak dan Tradisional, Filsafat Pendidikan Jasmani, serta Aktivitas Ritmik:
Dasar Pengembangan Gerak Berirama. Selain menulis artikel koran, Agus juga
merupakan salah satu penulis bab buku berjudul “Sport and Development in
Indonesia: Sport Policy in the Reformation Era”, sebagai bagian dari buku “Sport

MODUL 1.4 - PEMBELAJARAN PJOK BERPUSAT PADA MURID | 104


and Development in Emerging Countries”, yang diterbitkan oleh Routledge
International, Taylor and Francis Group. Ia juga tercatat sebagai salah satu reviewer
eksternal untuk “2020 WHO Guidelines for Physical Activity and Sedentary
Behavior.”

Selama karir kepegawaiannya, Agus pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik pada FPOK UPI selama dua periode dan pernah menjadi Asdep
Pengembangan IPTEK Olahraga, di Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia, dari tahun 2011 hingga 2014, kemudian menjadi anggota BSANK (Badan
Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan) dari 2015 - 2019. Di tingkat
universitas, dia sekarang menjadi salah satu anggota Senat Akademik UPI. Agus
Mahendra dapat dihubungi di: agus_mahendra@upi.edu.

MODUL PELATIHAN - PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN PJOK | 105

Anda mungkin juga menyukai