Anda di halaman 1dari 33

SOLUTIO

(LARUTAN)
APT. DESSY IKASARI, M.FARM
PENGERTIAN

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih


zat kimia yang terlarut.
Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara


merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan,
umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.

Zat pelarut disebut solvent.


Zat yang terlarut disebut solute.
JENIS LARUTAN

Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang


terlarut.

Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A


yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang


terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN

POLARITAS

PEMBENTUK
CO-SOLVE
AN
NCY
KOMPLEKS

KELARUTA
N

SALTING IN KELARUTAN

SALTING TEMPERATU
OUT R
1. Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like
dissolves like” artinya solute yang polar akan
larut dalam solvent yang polar, solute yang non
polar akan larut dalam solvent yang bersifat non
polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
2. Co-solvency

Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan


kelarutan suatu zat karena adanya penambahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
campuran air-gliserin.
3. KELARUTAN

Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya


adalah :

Larut dalam air


Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

Tidak larut dalam air


Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, Ba(OH)2
Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4. TEMPERATUR
Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya
dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena pada
proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas 🡪 larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan
(bersifat eksoterm), karena pada kelarutannya menghasilkan
panas.
Zat terlarut + pelarut 🡪 larutan + panas

Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
5. SALTING OUT
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan besar dibanding zat utama,
akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke
dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding
kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri
akan memisah.
6. SALTING IN
Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa organik dengan penambahan suatu
garam dalam larutannya.

Contoh :
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4.
7. PEMBENTUKAN KOMPLEKS

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak


larut dengan zat yang larut dengan membentuk
garam kompleks.

Contoh :
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI + I2 🡪 KI3
HgI2 + 2 KI 🡪 K2HgI4
KECEPATAN KELARUTAN SUATU ZAT
DIPENGARUHI OLEH :

Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin
luas solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan


solute.

Pengadukan
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BENTUK SEDIAAN SOLUTIO

• Merupakan campuran homogen


• Dosis dapat mudah diubah-ubah
dalam pembuatan.
• Volume bentuk larutan
• Dapat diberikan dalam larutan lebih besar.
encer kapsul • Ada obat yang tidak
• Kerja awal obat lebih cepat
stabil dalam larutan.
karena obat cepat diabsorpsi.
• Mudah diberi pemanis, bau-bauan • Ada obat yang sukar
dan warna. ditutupi rasa dan baunya
• untuk pemakaian luar, bentuk dalam larutan.
larutan mudah digunakan.
SEDIAAN LARUTAN
SIRUP

GUTTAE POTIONES

LAR.ORAL
POTIO
EFFERVESCE ELIXIR
NT

NETRALISAS
SATURATIO
I
POTIONES (OBAT MINUM)
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau berbentuk
emulsi atau suspensi.
ELIXIR
Sediaan yang mengandung bahan obat dan
bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa
yang sedap dan sebagai pelarut digunakan
campuran air-etanol.

Etanol berfungsi untuk mempertinggi


kelarutan obat. Elixir dapat pula
ditambahkan glycerol, sorbitol, atau
propilenglikol.
SIRUP
Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 %b/v
Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan,
digunakan untuk pengobatan.
Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap
lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
NETRALISASI

Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam


dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat
netral.

Mis; solutio citratis magnesii.


SATURATIO

Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan


basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah
sehingga larutan jenuh dengan gas.

Pembuatan:
Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang
tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang
tersedia.
2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
POTIO EFFERVESCENT
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-hati,
segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan untuk
pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan untuk
menyegarkan rasa minuman.

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent
adalah :
Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup
kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne
knop.
Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak boleh
dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam
jumlah besar.
Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam asam
sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah
airnya).
Zat-zat mudah menguap.
Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa


Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas, Natrii salisilas.
Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium
dan amonium harus ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak
akan terbentulk endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
GUTTAE (DROP)
Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk
obat dalam.

Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes


yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan
yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam
Farmakope Indonesia.

Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk


anak-anak atau bayi.
GARGARISMA

GUTTAE OPTH LITUS ORIS

LAR.
TOPIKAL
GUTTAE
COLLYRIUM
NASALES

EPITHEMA
OBAT INHALATIONES
KOMPRES
COLLYRIUM
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing,
isotonis digunakan untuk membersihkan mata, dapat
ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup
dibuka dan ”obat cuci mata”.

Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya


boleh digunakan lama 2 jam setelah botol dibuka
tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan
paling lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.
GUTTAE OPHTHALMICAE

Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel


asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.

Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi,


partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar
tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada
kornea.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN PADA PEMBUATAN OBAT TETES
MATA :

Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi mata masih
dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6
% b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.

Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang
disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut
dapat menggangu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar
juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam
alkaloid.

Air mata normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti
air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil pada pH tersebut
maka sebaiknya obat tetes mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
Pengawet
Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus
mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk
pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengawet yang dianjurkan :
Nipagin dan nipasol
Fenil merkuri nitrat, timerosol
Benzalkonium klorid
Klorbutanol, fenil etil alkohol
Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat
lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang
dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Cth :
metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alkohol.
CARA PEMBUATAN OBAT TETES
MATA

1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.

2). Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang mengandung


salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan bakteri filter,
masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat.

3). Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan o
dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100 C
selama 30 menit.
GARGARISMA (GARGLE)

Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan


berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat
yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan


atau pengobatan infeksi tenggorokan.

Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan


dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
LITUS ORIS
Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut.

Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin


GUTTAE NASALES

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk


hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam
rongga hidung,

Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar


dan pengawet.

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh


digunakan sebagai cairan pembawa.
INHALATIONES

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau


mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan.

Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus


sehingga dapat mencapai bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”


EPITHEMA/OBAT KOMPRES

Cairan yang dipakai untuk mendatangkan


rasa dingin pada tempat yang sakit dan
panas karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah.

Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol

Anda mungkin juga menyukai