Anda di halaman 1dari 3

Bila Rasa Tertinggal Di Beranda

07 Juli 2009 seharian hujan gerimis membasahi permukaan bumi belahan barat
Indonesia
Membuat mereka yang tinggal di tempat itu memilih berada di dalam rumah saja
daripada keluar
"Sepertinya hari ini dia tidak online lagi?"gumam seorang akhwat didalam hati
Sudah satu jam lamanya ia duduk manis menatap wajah monitor di dalam sebuah warnet
Ada sesuatu yang dinanti,yah sekedar sebuah pesan sapaan dari seorang pangeran
impian
Dari dunia antah berantah,karena selama ini hanya lewat media maya mereka bertegur
sapa
Dimana lembar kisah mereka hanya diawali dari sebuah pesan singkat di dinding
Facebook
Bukan untaian kata-kata rayuan,namun hanya sebuah simbol senyuman ^_^ .Hanya itu
saja
namun tak terasa kisah itu berlanjut hingga sekian lama,mulai hanya sekedar
bertegur sapa
hingga diskusi masalah masalah agama.Bahkan kehadirannya sekarang seolah menjadi
kebutuhan.ibarat candu yang memaksa mereka bermain di alam semu.Seperti ada yang
kurang bila si dia tidak menyapa.Dan syetan pun berulang kali membisikkan kata-kata
di gendang rungu bahwa itu adalah rindu.

Duduknya semakin gusar dalam kebosanan karena tak didapati apa yang dinanti.Padahal
seluruh link di dalam Facebooknya sudah ia kuras.Mulai dari beranda,pesan,hingga
link pemberitahuan.Namun isinya bukan yang ia mau,bukan yang ia tunggu.Tiba tiba
saja ada sesuatu yang memaksa irama jantungnya berdegup lebih kencang.Pada samping
link pesan terlihat jelas muncul angka 1.Menandakan ada sebuah pesan masuk.Dengan
dipenuhi beribu rasa penasaran diarahkan perlahan cursor nya menuju link pesan
dengan harapan segera mengetahui apa isinya.Rona wajahnya terlihat menahan sebuah
senyuman,sementara hatinya berbisik "Pasti dia".Satu gerakan jari saja menekan
tombol mouse terbukalah halaman pesan facebook dengan deretan judul pesan memenuhi
kotak masuk.Raut wajahnya mendadak berubah datar.Hanya ada satu pesan yang belum
terbaca.Pesan dari sebuah group bertema religi dengan judul "Indahnya melewati hari
bersama sunah Nabi".Rasa penasarannya akan sebuah pesan yang masuk pun
terjawab,namun selepas itu terbit setitik kecewa di hatinya.Ternyata bukan dia yang
dinanti yang datang menyapa dengan sebuah pesannya.Sungguh ironi memang tatkala
hati sudah teracuni bintik bintik cinta.Hingga si dia lebih utama bahkan
mengalahkan artikel artikel nasehat berisi ilmu agama.Harusnya timbul pertanyaan di
dalam hati,selama ini perbincangan bertema agama dengan si dia apakah hanya sebagai
pemanis saja sementara yang lebih utama adalah sosok dan kehadirannya.

Akhirnya ia pun pulang dengan membawa rasa penasaran yang tak kunjung hilang.Dan
hatinya lalu bertanya tanya.Ada apa dengan si dia,apakah dia sakit?.Ingin sekali si
akhwat mengetahui kabar si dia yang dinanti.Namun apalah daya no HP pun dia tak
punya.Karena memang kedua duanya tak mencantumkan no HP di profilnya masing
masing.Penantian itu akhirnya berlanjut hingga berbulan bulan.Tak ada yang bisa
dimintai pertanggung jawaban.Karena memang tiada ikatan yang kuat diantara
mereka.Yah hanya satu media selama ini yang mereka gunakan untuk saling bertegur
sapa.Facebook.Dan tanpa sadar mereka telah meninggalkan rasa rasa mereka di
berandanya.

Hmmm dengan dalih silaturahim kini sekat dan hijab tak terasa ibarat dinding
kaca.Memang menyekat namun tiada bedanya jika pemandangan didalamnya
nampak.Mudah2an tulisan ana di atas bisa menjadi pengingat bagi kita semua.Bahwa
sekalipun media di zaman sekarang benar2 menunjang dan mempermudah silaturahmi
bahkan tanpa batas setidaknya bagi orang2 yang pernah berteman dengan ilmu tetap
sanggup menjaga muru'ah.Bersabar dalam kebaikan.Hingga waktunya yang tepat nanti
tiba.<i>To be continued.......</i>( ^_^ siapa tahu ada yang penasaran kelanjutan
kisahnya)

Allohu a'lam bi showab

<b><i>Bogor, 17 April 2010</i></b>


...................................................................................
..............................................................
09 Juli 2009 mendung tak kunjung usai menggelayuti langit kota Bogor.Membuktikan
keharuman julukannya yang tercium hingga ke seantero negeri dengan nama kota
hujan.Beberapa gadis berjilbab panjang sambil tertawa tertawa kecil terlihat
menuruni tangga lantai di samping serambi sebelah timur masjid raya
Bogor.Pemandangan yang sudah tidak asing dan biasa menghias sudut sudut kota
Bogor.Akhwat akhwat berjilbab panjang dengan baju kurung sebagai seragam kebesaran
wanita wanita Tarbiyah.Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswi dari beberapa
universitas universitas kebanggaan masyarakat Bogor.Setelah saling berpamitan di
ikuti menempelkan pipi kanan dan kiri sebagai kebiasaan mereka,akhirnya merekapun
bergegas keluar gerbang masjid Raya meninggalkan tempat dimana mereka biasa
mengadakan holaqoh ilmu pekanan.Saling berpisah satu sama lain,kecuali beberapa
orang diantara mereka yang memang satu jurusan jalan pulang menuju kerumah masing
masing.

Seorang akhwat diantara mereka terlihat masih tetap diam berdiri tiada bergeser
dari arena perpisahan tadi.Ada dilema didalam hatinya yang menggelayut seperti
menggelayutnya mendung di langit langit kota Bogor kala itu.Haruskah ia segera
pulang dan meneruskan tugas tugas hariannya dirumah atau mampir sejenak ke warnet
untuk mengobati penasaran yang dipendamnya sejak dua hari yang lalu.Tiba tiba saja
seorang wanita paruh baya dengan wajah keibuan yang tak lain adalah murobiyahnya
sendiri datang menghampirinya dan menyapa "Ukhti salima masih disini,tumben gak
langsung pulang,apakah masih ada kegiatan lain?.Akhwat tadi yang ternyata bernama
Salima Nisa,terlihat agak kebingungan untuk menjawab pertanyaan murobiyahnya
itu.Dengan sedikit gugup diapun angkat bicara "Iya ummi bentar lagi".Sebenarnya
ustadzahnya itu sudah bisa membaca kebingungan yang tergambar dari wajah
muttarobiyahnya.Namun karena langit diatas sudah terlihat semakin menghitam membuat
ia segera berpamitan."Ayo ukhti pulang kalo memang ga ada acara,lihat tuh langit
sudah item insya Allah sebentar lagi hujan,jangan sampai kehujanan di jalan,ntar
atid".Salima tersenyum mendengar kata kata murobiyahnya itu yang memang suka
bercanda.Lantas ia berkata "Iya ummi duluan aja,kita gpp hujan hujanan juga,beda
dengan ummi kalo atid kasihan abinya anak2 kan.Ntar gak ada yang
ngurus" .Murobiyahnya ikut tersenyum mendengar sindiran ukh salima itu."ya sudah
ummi duluan ya,sahutnya sambil mendekat dan berdua saling menempelkan pipi kanan
dan kiri."Assalamualaikum ukhma'kata sang murobiyahnya sambil bergegas pergi."Wa
alaikumsalam Hati2 ummi,salam buat nida dan aya ya"kata salima menitipkan salam
pada kedua anak murobiyahnya.

Langit terlihat semakin menghitam saja,seolah siap untuk segera menumpahkan segala
muatannya.Salima masih dalam kebimbangan sebelum akhirnya ia di paksa menepi oleh
hujan yang mulai turun bergerimis.Suara guruh mulai terdengar mengiringi petir yang
mulai menyambar.Hanya dua tiga kali lantas disusul dengan rombongan air yang
berjatuhan membentur bumi.Hujan turun begitu derasnya."Yah terlambat"gerutunya
dalam hati.Memang hanya hitungan menit saja ia berpamitan dengan murobiyahnya hujan
sudah tak sabar mengguyur bumi.Tak lama kemudian nampak dua orang gadis berlari
lari menuju tempat salima berteduh.Yaitu di sebuah emper pertokoan yang tak dibuka
oleh pemiliknya.Dua gadis itu lantas berdiri persis di samping salima.Keduanya tak
berjilbab.Raut muka mereka nampak ketakutan.Yah memang hujan kali ini turun dengan
begitu derasnya.Jujur sebenarnya didalam hati salima pun merasa gelisah menyaksikan
jeritan cuaca kala itu."Duh hujannya ngeri banget ya teh"tiba2 terdengar celetuk
salah satu gadis tadi kepada temannya.Dan temannya terlihat mengangguk angguk
bertanda mengiyakan.Petir menyambar lagi tak terasa ketiganya terhentak dan saling
merapat."Duh semakin deras hujannya mbak,kok menakutkan gini ya"tiba2 salima
berkata

Anda mungkin juga menyukai