Anda di halaman 1dari 4

Cinta, Kenapa Kau Terasa Begitu Menyakitkan?

#3 : Maafkan Aku

OPINI | 14 February 2014 | 14:27

51

Ilustrasi (sumber gambar : gentarasa.wordpress.com)

Dua jam berlalu semenjak Kika mengiriminya ucapan ulang tahun, dan Go masih belum tahu apa
yang harus dilakukan.

Kau harus membalas pesannya, Go. Satu sisi dari suara hatinya berbisik.

Ya, itu yang harus aku lakukan, pikir Go, toh biasanya aku juga membalas setiap pesan, meski
sekadar ucapan terimakasih.

Jangan! Kau akan terjebak dalam satu permainan yang berbahaya. Sisi hatinya yang lain
berkata.
Balas!
Jangan!
Balas!

Go menutup mukanya dengan kedua tangan dan menarik nafas dalam-dalam. Dia bimbang.

“Kika” gumamnya, “Kenapa jalan hidupmu seperti ini? Kenapa mesti kamu?”

***

25 Agustus 2007

“Selamat untuk pernikahan kalian. Aku benar-benar berbahagia untuk kalian berdua Abi, Kika.”

Malam itu dengan didampingi Erin - istrinya, Go menghadiri pernikahan Abi dan Kika. Abi
sendiri bukan sosok yang asing bagi Go karena keduanya sama-sama aktif di organisasi SMA
mereka. Dan Abimanyu - nama lengkap Abi - adalah adik kelas Go.

Dunia memang sempit, pikir Go.

Siapa sangka dia akan bertemu kembali dengan Kika setelah sekitar 3 tahun lamanya mereka
berpisah. Masih terngiang di telinganya kalimat yang diucapkan Kika ketika tiba-tiba
perempuan tersebut meneleponnya pada suatu malam,

“Kau tak perlu mengundangku karena aku tak akan datang…”

Saat itu Go sedang mempersiapkan undangan pernikahannya dan hendak menulis, “kepada :
Aurelia Kirana Kartika”.

Go memandang kedua pengantin yang sedang berbahagia tersebut.

Aku senang kau bahagia, Kika. Semoga kebahagiaan selalu bersamamu.


“Sayang?” sebuah tepukan halus menyadarkan Go, ternyata Erin,
“Sudah selesai? Kita pulang yuk, kasihan Hana menunggu kita di rumah.”

Go tersenyum dan mengangguk pada wanita yang sudah bersamanya dan memberinya seorang
putri tersebut.

***

8 September 2010

“Terimakasih untuk kedatangan teman-teman semua ke Reuni Akbar SMA kita ini” terdengar
suara Umar sang ketua panitia, “Sebelum kita mulai, terlebih dahulu kita mengenang dan
mendoakan teman-teman alumni yang sudah mendahului kita.”
Ruangan kemudian menjadi gelap, sayup terdengar lagu Semua Tentang Kita dari Peterpan
mengiringi video yang menampilkan foto para alumni yang sudah tiada. Sesaat kemudian,
beberapa yang hadir sudah mulai terisak lirih - mengenang persahabatan yang indah dan luar
biasa.

Tiba-tiba…

Go sungguh tak mempercayai apa yang dilihatnya.

Dia berharap dia salah.

Akan tetapi tidak.

Salah satu foto tersebut bertuliskan “ABIMANYU SANJAYA”.

***

9 November 2010

Kika memandangi album foto pernikahannya. Semua kenangan manis dan mimpi indah masa
depannya sirna sudah.

“Sudah 3 bulan kau meninggalkanku, sayang…” bisik Kika.

Bulir-bulir air bening membasahi pipinya,

“Ingin rasanya aku mengakhiri hidupku agar bisa bertemu denganmu. Sayang, hidupku hampa
tanpamu. Semua mimpiku pergi bersama dirimu…”

Kika menoleh, di sudut tempat tidur tampak putrinya sedang tidur dengan nyenyak. Dengan
masih berlinang air mata, Kika mengusap kepala putrinya,

“Papa Abi memang bukan papa kandungmu, tapi dia sangat menyayangimu…”

Kika beranjak, mencari satu ruangan dimana dia bisa menangis tanpa terdengar siapapun.

***

5 Februari 2012

Kenapa kau tidak membalas pesanku, Go? Kika gelisah


Haruskah aku membalas pesannya? Go bimbang.
Kumohon, Go.
Kika, aku tak mau melakukannya.
Telepon aku, Go. Balas SMS-ku.
Aku tak mau merasakan perasaan ini lagi, Kika. Ini salah, benar-benar salah.

Tiba-tiba ponsel Kika berdering, sebaris nama muncul di layarnya, “Tristan Gautama”. Wajah
Kika berubah cerah, namun sekilas terbersit keraguan.

Telepon terus berdering.

Kika mengangkat teleponnya dengan ragu,

“Hallo?” sapanya setelah diam sejenak.

Hening, tak ada jawaban dari seberang sana.

Ada apa ini?


“Go?” tanya Kika lagi.

Masih belum ada jawaban.

“…”

Klik! Tiba-tiba telepon ditutup.

Wajah Kika mendadak pucat.

Aku salah! Aku telah melakukan kesalahan!

Tubuh Kika lemas.

Aku telah melakukan kesalahan besar! Maafkan aku! Maafkan aku Go!

Kika masih ingat, hanya sedetik sebelum telepon ditutup, dia sempat mendengar suara si
penelepon. Suara seorang wanita. Bukan Go yang tadi menelepon, itu istrinya!

(Bersambung)

Kisah sebelumnya :

Bagian 1, Bagian 2

Anda mungkin juga menyukai