Anda di halaman 1dari 5

http://sumut.kemenag.go.

id/

Prinsip-Prinsip Komunikasi M enurut Al Qur’an

Jalaludin Rakhmat

Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk mengetahui
bagaimana manusia seharusnya berkomunikasi, Al-Qur’an memberikan beberapa kata kunci
(keyconcept) yang berhubungan dengan hal itu. Al-Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci
al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-
Qur’an untuk komunikasi ialah al-qaul ini, Dari al-qaul ini, Jalalludin Rakhmat menyimpulkan
enam prinsip komunikasi. Dalam tulisan ini, penulis baru menguraikan dua prinsip, yaitu qaulan
sadidan dan qaulan balighan.

“We cannot not communicate!” Kata Watzlawick,Beavin, dan Jackson. Kita tidak bisa
menghindari. Bahkan ketika diam,Anda juga berkomunikasi. Ketika pejabat mengatakan “no
comment”, ia sebetulnya menyampaikan komunkasi dengan kita sehingga kita perlu
berkomunikasi untuk menghindari komunikasi. Istri yang tidak ingin berkomunikasi dengan
suaminya dapat memilih beberapa cara. Ia terus terang tidak ingin berbicara dengan suaminya;
atau ia bisa menanggapi suaminya dengan cara-cara yang membuat suaminya jera, misalnya
dengan memberikan jawaban yang tidak relevan ; atau ia membisu. Namun, apa pun yang
dipilihnya, ia tetap berkomunikasi.

Dengan komunikasi,manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi


sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi sepakat dengan para
psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual maupun sosial.
Secara individual, kegagalan komunikasi menimbulkan frustrasi; demoralisasi,alienasi, dan
penyakit-penyakit jiwa lainnya. Secara sosial, kegagalan komunikasi menghambat saling
pengertian, kerja sama , toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial.

Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. “Yang Maha Kasih.
Mengajarkan Al-Qur’an. Mencipta insan. Mengajarkannya Al-Bayan “ (Al-Rahman, 1-4). Al-
Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi.
Untuk mengetahui bagaimana orang-orang seharusnya berkomunikasi, kita harus melacak kata
kunci (key-concept) yang dipergunakan Al-Qur’an untuk komunikasi. Selain al-bayan, kata
kunci untuk komunikasi yang banyak disebut dalam Al-Qur’an adalah “al-qaul” dalam konteks
perintah (amr), kita dapat menyimpulkan enam prinsip komunikasi: qaulan sadidan
(QS.4:9;33:70), qaulan balighan (QS 4:63), qaulan mansyuran ( QS 17:28) qaulan layyinan (QS
20:44) qaulan kariman (QS 17:23) qaulan ma’rufan (QS 4:5).
http://sumut.kemenag.go.id/

PRINSIP QAULAN SADIDAN

Kata “qaulan sadidan “ disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama Allah menyuruh
manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan : “Dan
hendaklah orang-orang takut kalau-kalau dibelakang hari, mereka meninggalkan keturunan yang
lemah yang mereka kuatirkan (kesejahterannya). Hendaklah mereka bertakwa pada Allah dan
berkata dengan qaulan sadidan. Kedua, Allah memerintahkan qaulan sesudah takwa.”Hai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alah, dan ucapkanlah qaulan sadidan. Nanti
Allah akan membalikan amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu. Siapa yang taat kepada Allah
dan Rasulnya iya mencapai keberuntungan yang besar”.

Apa arti qaulan sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar , jujur, (pichtall
menerjemahkannya” straight to the point“ ), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip
komunikasi yang pertama menurut Al-Qur’an adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna
dari pengertian benar.

Sesuai Dengan Kriteria Kebenaran

Arti pertama benar ialah sesuai dengan kriteria kebenaran . Buat orang Islam , ucapan
yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an , Al sunnah, dan ilmu. Al-Qur’an
menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk pada al-Kitab , petunjuk, dan ilmu .
“Diantara manusia ada yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu, petunjuk dan Kitab yang
“menerangi ‘’. (Luqman, 20).

Al-Qur’an menyatakan bahwa berbicara yang benar menyampaikan pesan yang benar-
benar adalah prasyarat untuk kebesaran (kebaikan, kemaslahatan) amal. Apabila kita ingin
mensukseskan karir kita, apabila kita ingin memperbaiki masyarakat kita, kita harus
menyebarkan pesan yang benar. Dengan perkataan lain, masyarakat menjadi rusak apabila isi
pesan komunikasi tidak benar, apabila orang menyembunyikan kebenaran karena takut
menghadapi establishmen. Rezim yang menegakan sistemnya diatas penipuan atau penutupan
kebenaran menurut Al-Qur’an tidak akan bertahan lama .

Alfred Korzyibski, peletak dasar teori General Semantics, menyatakan bahwa penyakit
jiwa individual maupun sosial timbul karena menggunakan bahasa yang tidak benar. Makin gila
seseorang makin cenderung ia menggunakan kata-kata yang salah atau kata-kata yang menutupi
kebenaran . Ada beberapa cara menutupi kebenaran dengan komunikasi. Pertama , menutupi
kebenaran dengan menggunakan kata-kata yang abstrak , ambigu,atau menimbulkan penafsiran
yang sangat berlainan apabila anda tidak setuju dengan pandangan kawan anda , anda segera
menyebut dia “tidak pancasilais” anda sebetulnya tidak tahan dikritik, tetapi tidak enak
mnyebutkannya anda akan berkata,”saya sangat menghargai kritik, tetapi kritik itu harus
disampaikan secara bebas dan bertanggung jawab “. Kata “bebas” dan”bertanggung jawab”
http://sumut.kemenag.go.id/

adalah kata abstrak untuk menghindari kritikan. Ketika seseorang Mubaligh menemukan
pendapat Mubaligh lain logis dan pendapatnya tidak logis, iya berkata , “akal harus tunduk
dengan agama” . Dia sebetulnya mau mengatakan bahwa logika orang lain itu harus tunduk
dengan pemahamannya tentang agama akal dan agama adalah dua kata abstrak . Oleh karena itu ,
menasehatkan agar kita berhati-hati dalam menggunakan abstrak.

Kedua, orang menutupi kebenaran dengan menciptakan istilah yang diberi makna orang
lain . istilah itu berupa eufimisme atau pemutar balikkan makna sama sekali. Pejabat melaporkan
kelaparan didaerahnya dengan mengatakan “kasus kekurangan gizi” atau “rawan pangan”. Ia
tidak di katakan “ditangkap”, tetapi “diamankan”. Harga tidak di naikkan, tetapi “disesuaikan”.
Anak bapak, kata bapak guru, tidak bodoh,cuma lambat belajar saja. Pemutarbalikkan makna
terjadi bila kta-kata yang digunakan sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan
makna yang lain. Operasi untuk menertibkan harga asongan kita sebut operasi esok penuh
harapan. Proyek yang hanya menguntungkan segelintir orang kita katakan untuk kesejahtraan
rakyat banyak. Dan judi masal kita sebut sebagai sumbangan tanah sosial berhadiah.

Al-Qur’an mengajarkan bahwa salah satu strategi memperbaiki masyarakat ialah


membereskan bahasa yang kita pergunakan. Bahasa harus kita pergunakan untuk
menggungkapkan realitas, bukan untuk menyembunyikannya.

Tidak bohong

Arti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad
SAW bersabda, “jauhi dusta, karna dusta membawa kamu kepada dosa, dan dosa membawa
kamu kepada neraka. Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan,
membawa kamu kepada syurga”.

Ketika Abu Dzar masuk Islam, ia di buat nabi untuk berkata benar walaupun pahit. Pada
zaman Utsman, ia mengkritik para pejabat yang korup ketika orang menyanjungkan pujian, Abu
Dzar menyampaikan kencaman ia tidak mau berdusta. Ia di usir Rabadiah dan meniggal dunia ke
tempat pengasingan. “di bawah kolong langit ini tidak ada lidah yang lebih jujur dari lidah Abu
Dzar !” , kata Nabi SAW. Masih pada jaman Muawiyah , khatib-khatib dianjurkan untuk
melaknat Ali . Ali Bin Abu Tholib harus disebut sebagai orang murtad, pendusta, dan kafir.
Hujur Bin Adi dan kawan-kawan tidak mau melakukannya. Mereka tahu Ali sahabat nabi yang
paling mulia, pintu ilmu Rasullullah. Muawiyah kemudian menghukum mati mereka. Ada
diantara mereka yang dikubur hidup-hhidup.

Supaya kita tidak meninggalkan keturunan yang lemah, Al-Qur’an menyuruh kita selalu
berkata benar. Anak-anak dilatih berkata jujur. Kejujuran melahirkan kekuatan . kebohongan
mendatangkan kelemahan. Biasa berkata benar mencerminkan keberanian. Bohong sering lahir
karena rendah diri, pengecut, dan ketakutan. Abu Darda bertanya, Ya Rasullullah, mungkinkah
http://sumut.kemenag.go.id/

mukmin mencuri? Kata Nabi: Ya, kadang-kadang. Ia bertanya lagi: Mungkinkah ia berdusta ?
Nabi menjawab dengan ayat Al-Qur’an ,”Yang membuat-buat kebohongan itu hanyalah orang-
orang yang tak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah pendusta”,(An-Nahl 105).

Bahaya Bohong

Nabi Muhammad Saw dengan mengutip Al-Qur’an menjelaskan orang beriman tidak
akan berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat Islam sudah sering dirugikan karena berita-
berita dusta. Yang paling parah terjadi, ketika bohong memasuki teks-teks suci yang menjadi
rujukan. Kebohongan tidak berhasil memasuki Al-Qur’an karena keaslian Al-Qur’an dijamin
Allah (juga karena kaum muslimin hanya memiliki satu mushaf Al-Qur’an). Tetapi, kebohongan
telah menyusup kedalam penafsiran Al-Qur’an. Makna Al-Qur’an pernah disimpangkan untuk
kepentingan pribadi atau golongan .

Kebohongan juga memasuki hadis-hadis Nabi saw, walaupun berdusta atas nama nabi
diancam dengan neraka, sepanjang sejarah ada saja orang yang berwawancara imajiner dengan
Nabi. Belakangan ada orang melakukan wawancara imajiner dengan para sahabat yang mulia.
Mereka menisbahkan kepada Nabi dan sahabat-sahabatnya prasangka, fanatisme, dan kejahilan
mereka-Para ahli hadis menyebut berita imajiner ini sebaagai hadits mawdhu’. Para penulisnya
atau pengarangnya disebut alwadhdha atau al-kadzdzab (pendusta). Pada zaman Nabi, mereka
disebut al-fasiq .

Pada zaman sahabat, ada murid –murid sahabat yang terkenal pendusta. Di antaranya
Ikhrimah dan muqatil bin Sulaiman. Ikrimah, misalnya, banyak menisbahkan pendapatnya pada
Ibnu Abbas. Ka’ab al-Ahbar banyak memasukkan mitos-mitos Yahudi dan Nasrani dalam tafsir.
Kelak para ulama menyebutnya sebagai Israiliyyat.

Berita-berita dusta tentang Nabi sangat berbahaya, karena umat Islam merujuk pada Nabi
dalam perilaku mereka. Sunah Nabi menjadi dasar hukum yang kedua setelah Al-Qur’an.
Memalsukan hadis Nabi berarti memalsukan ajaran Islam. Menyebarnya hadis mawdhu’ telah
banyak mengubah ajaran islam. Imam syafi’i bercerita tentang Wahab bin Kays’an . Ia berkata :
Aku melihat Abdullah bin Al-Zubair memulai sholat (jum’at) sebelum khotbah. Semua sunah
Rasulullah saw sudah diubah , bahkan shalat pun (Al-Umm 1:208). Al zuhri seorang tabiin
menemukan sahabat Anas bin Malik menangis, ketika ditanya mengapa ia menangis , Anas
menjawab : Sudah tidak aku kenal lagi agama Islam sekarang ini kecuali shalat saja. Itu pun
sudah dilalaikan (Duha al-Islam 1:365) . begitu banyaknya perubahan ajaran Islam akibat
pemalsuan hadis sampai hasan al-Bashry memberi komentar tentang zamannya , “sekiranya
sahabat-sahabat nabi itu keluar mendatangi kalian , mereka tidak akan mengenal kalian kecuali
kiblatnya saja “ (Jami’Bayan al-Ilm 2: 244).
http://sumut.kemenag.go.id/

Untuk memperoleh ajaran Islam yang sejati , para ulama kemudian mengembangkan
ilmu-ilmu hadis mereka melakukan kritik hadis lewat tiga kritik . Pertama , kritik rawi . Mereka
memeriksa kejujuran dan daya hafal para periwayat hadis. Kalau periwayatnya hanya sejenis
pewawancara imajiner hadisnya disebut mawudhu ‘. Bila periwayatnya kurang bagus daya
hapalnya, hadisnya disebut dha’if. Kedua , kritik sanad. Urutan periwayat hadis itu haruslah
bersambung , tidak terputus . salah seorang saja hilang (missing link ) , hadisnya dikatakan
terputus (munqathi’ atau mursal ) . Ketiga , kritik matan . Isi hadis harus diuji dengan Al-Qur’an
atau hadis mutawatir atau diverifikasi dengan data historis lainnya .

Oleh karena itu , ilmu-ilmu hadis sangat berharga untuk memelihara kemurnian Islam .
Studi kritis terhadap sejarah Rasulullah akan disambut oleh setiap muslim yang mencintai
kebenaran; dan sekaligus dibenci oleh orang-orang yang mau mencemari Islam . Penelitian
terhadap hadis harus dilanjutkan dalam rangka memperaktekan prinsip qaulan sadidan.

Anda mungkin juga menyukai