Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

TEKS AKADEMIK DAN TEKS NON AKADEMIK

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia semester ganjil

Dosen pengampu : Perawati, M.Pd

Disusun oleh :

Chelsa Gloria Charity Nanlohy (2303112881)

Fauziah Nadya Putri (2303126125)

Ifah Diana Putri (1203126122)

Ihza Mahendwiani (2303112350)

Yemimariafe Saragih (2303113572)

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan


kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan
rahmat dan
karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia ini dengan
baik meskipun
banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap


makalah ini dapat berguna

2
dalam rangka menambah
wawasan serta
pengetahuan kita mengenai
Teks Akademik Dan Non
Akademik. Kami juga
menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan
makalah yang

3
telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami
bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya
makalah yang telah
disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun
orang yang
membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila
4
terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang
berkenan dan kami
memohon kritik dan saran
yang membangun demi
perbaikan di masa depan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan


kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan
rahmat dan
karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia ini dengan
baik meskipun
5
banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap


makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah
wawasan serta
pengetahuan kita mengenai
Teks Akademik Dan Non
Akademik. Kami juga
menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.

6
Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan
makalah yang
telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami
bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya
makalah yang telah
disusun ini dapat berguna
7
bagi kami sendiri maupun
orang yang
membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang
berkenan dan kami
memohon kritik dan saran
yang membangun demi
perbaikan di masa depan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan


kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena dengan
rahmat dan
8
karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia ini dengan
baik meskipun
banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap


makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah
wawasan serta
pengetahuan kita mengenai
Teks Akademik Dan Non
Akademik. Kami juga
menyadari

9
sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan
makalah yang
telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami
10
bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya
makalah yang telah
disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun
orang yang
membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang
berkenan dan kami
memohon kritik dan saran
yang membangun demi
perbaikan di masa depan
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis tujukan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menolong penulis menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa

11
pertolongan Dia penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Tujuan makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Disamping tujuan tersebut, penulis menyusun makalah ini untuk
menambah wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai Teks Akademik Dan Non
Akademik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu beserta teman-teman
yang senantiasa memberikan semangat. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna. Dengan demikian, penulis
mohon untuk kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.

Pekanbaru, 8 Agustus 2023

Penulis

DAFTAR ISI

12
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA 3

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar belakang4
1.2. Rumusan masalah 5
1.3. Tujuan penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 6


2.1. Membangun konteks teks akademik 6
2.2. Menelusuri dan menganalisis model teks akademik 6
2.3. Mengidentifikasi ciri-ciri teks akademik dan teks non akademik 7
2.4. Menganalisis pentingnya teks akademik 15
2.5. Teks akademik dalam genre makro 15

BAB III PENUTUP 19


3.1. Kesimpulan 19
3.2. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN

13
1.1. Latar belakang Masalah
Menurut Abidin, Yunus dkk (2014:16) teks akademik atau karya
tulis ilmiah merupakan tulisan yang membahas ilmu pengetahuan yang
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar.
Paradigma mahasiswa sebagai insan yang cendikia bisa dilihat dari
karya-karya tulisnya. Kemampuan mahasiswa membuat teks akademik
maupun teks non akademik merupakan tolak ukur kemapanan menalar
yang dimiliki mahasiswa tersebut. Untuk menulis teks akademik tentu
dibutuhkan keahlian dan keilmuan yang memadai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akademik berasal dari
kata akademik yang berarti lembaga pendidikan tinggi setingkat
universitas, institut, atau sekolah tinggi. Akademik adalah kata sifat yang
menunjukkan sesuatu yang bersifat ilmiah dan berhubungan dengan ilmu
pengetahuann Sesuatu yang berdasarkan teori-teori yang telah diakui
kebenarannya dan bersifat objektif.
Pengembangan keahlian ditunjang dengan keilmuan yang
matang, dengan cara menelaah sesuatu yang terjadi sehingga
menimbulkan keingintahuan, secara tidak langsung akan meningkatkan
kualitas mahasiswa tersebut.Teks akademik dan teks nonakademik
memiliki ciri-ciri yang berbeda, sehingga dalam setiap penulisan karya
ilmiah seorang akademisi harus mampu membedakan keduanya. Karena,
untuk mencapai suatu karya yang baik harus ditunjang dengan keilmuan
yang memadai.
Makalah Presentasi ini dibuat untuk menambah wawasan dan
pemahaman keadaan penulis khususnya, umumnya kepada pembaca agar
mengetahui tentang teks akademik dan nonakademik.

1.2. Rumusan masalah

14
1.2.1. Bagaimana cara membangun konteks teks akademik?
1.2.2. Bagaimana cara menulusuri dan menganalisis teks akademik?
1.2.3. Bagaimana cara mengidentifikasi ciri-ciri teks akademik dan
teks nonakademik?
1.2.4. Mengapa teks akademik itu penting?
1.2.5. Bagaimana bentuk teks akademik dalam genre makro?

1.3. Tujuan penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui cara membangun konteks teks akademik
1.3.2. Untuk mengetahui cara menelusuri dan menganalisis teks
akademik
1.3.3. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi ciri-ciri teks akademik
dan nonakademik
1.3.4. Untuk mengetahui mengapa teks akademik itu penting
1.3.5. Untuk mengetahui bentuk teks akademik dalam genre makro

BAB II
LANDASAN TEORI

15
2.1.Membangun Konteks Teks Akademik

Teks akademik atau teks ilmiah dapat berupa berbagai jenis,


misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian,
laporan praktikum dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan
genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung campuran
dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur, teks
eksplanasi, teks eksposisi dan diskusi. Kedua genre tersebutlah yang
membangun konteks teks akademik. Genre makro ialah genre yang
digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan dan
genre mikro adalah sub-genre yang lebih kecil yang terdapat di
dalamnya.

2.2.Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Akademik

Teks akademik atau yang juga sering disebut teks ilmiah berbeda
dengan teks nonakademik. Teks akademik dan teks nonakademik
ditandai oleh ciri-ciri tertentu (Depdikbud, 1993:2). Untuk membedakan
keduanya, maka ciri-ciri kedua teks tersebut harus ditelusuri. Dengan
menelusuri ciri-ciri kedua teks tersebut, maka dapat diketahui betapa
pentingnya teks akademik atau teks ilmiah dalam kehidupan akademik.
Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik perlu dijelaskan
dengan mengidentifikasi ciri-ciri antar kedua teks tersebut.

Teks akademik atau karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang


membahas ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan
menggunakan bahasa yang benar. (Yunus dkk, 2014:16). Model karya
tulis ilmiah tersusun atas bagian yang diperoleh dari pengamatan,
peninjauan, penelitian, dalam bidang tertnetu, disusun menurut metode
tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam setiap langkah

16
akademik karya tulis ilmiah selalu hadir dan menjadi tugas insan
akademik guna menundukan derajat keilmiahannya.

Teks nonakademik sendiri memiliki model segala sesuatu diluar


hal-hal yang tersirat ilmiah dan tidak terlaku pada satu teori tertentu. Jadi
teks nonakademik merupakan karya yang penulisannya tidak didukung
oleh fakta, yang biasanya hanya berdasarkan fakta pribadi.

2.3.Mengidentifikasi Ciri-Ciri Teks Akademik dan Teks Non


Akademik

Teks akademik Teks nonakademik

Sederhana dalam struktur kalimat Rumit dalam struktur kalimat

Padat informasi Cenderung tidak padat informasi

Padat kata leksikal Padat kata-kata struktural

Banyak memanfaatkan nominalisasi Cenderung sedikit memanfaatkan


nominalisasi
Banyak memanfaatkan metafora Cenderung sedikit memanfaatkan
gramatika melalui ungkapan inkongruen metafora gramatika, sehingga tidak
banyak mengandung ungkapan
inkongruen
Banyak memanfaatkan istilah teknis Cenderung sedikit memanfaatkan istilah
teknis
Bersifat taksonomik dan abstrak Lebih konkret dan cenderung tidak
bersifat taksonomik
Banyak memanfaatkan sistem pengacuan Tidak menunjukkan pengacuan esfora
esfora sebagai ciri penting
Banyak memanfaatkan proses relasional Tidak menonjol pada salah satu jenis
identifikatif dan proses relasional proses
atributif
Bersifat monologis dengan banyak Bersifat dialogis dengan

17
mendayagunakan kalimat indikatif- mendayagunakan jenis kalimat yang
deklaratif lebih bervariasi
Memanfaatkan bentuk pasif untuk Menekankan kepada pelaku dalam
menekankan pokok persoalan, bukan peristiwa dialog, sehingga pelaku
pelaku, sehingga teks akademik menjadi peristiwa menjadi lebih penting dan
objektif menimbulkan sifat subjektif
Seharusnya tidak mengandung kalimat Sering menggunakan kalimat minor
minor
Seharusnya tidak mengandung kalimat Sering mengandung kalimat
takgramatikal takgramatikal
Tergolong ke dalam genre factual Tergolong ke dalam genre yang lebih
bervariasi, dapat faktual atau fiksional

2.3.1. Sederhana dalam Struktur Kalimat


Kesederhanaan struktur teks akademik terlihat dari
penggunaan kalimat simpleks. Kalimat simpleks adalah kalimat
yang hanya mengandung satu aksi atau peristiwa, sedangkan
kalimat kompleks adalah kalimat yang mengandung lebih dari
satu aksi dan dapat dinyatakan dengan hubungan parataktik atau
hipotaktik. Pada teks akademik, kalimat kompleks tertentu tetap
digunakan, yaitu jenis kalimat kompleks yang berhubungan
secara hipotaktik (konjungsi apabila, jika, sehingga, karena,
ketika), bukan parataktik (konjungsi dan, atau, tetapi,
sedangkan, kemudian, lalu). Contoh kalimat simpleks:Studi ini
menguji keterkaitan (antara usia dan kinerja manager).

2.3.2. Padat informasi


Kepadatan informasi pada teks akademik dapat dijelaskan
dari dua sisi, yaitu melalui kalimat simpleks dan nominalisasi.
Pada sisi kalimat simpleks, informasi yang dipadatkan dapat
berupa kalimat sematan yang ditandai oleh “[[…]]” atau

18
kelompok adverbia yang ditandai oleh “[…]”. Contoh:
pemadatan informasi yang berupa kelompok adverbia untuk
memperluas kelompok nomina pada unsur subjek dan
pelengkap:Nominalisasi adalah upaya pembendaan dari,
misalnya, proses (verba), kondisi (adjektiva), sirkumstansi
(adverbia), dan logika (konjungsi).

2.3.3. Padat Kata Leksikal


Teks akademik lebih banyak mengandung kata leksikal
atau kata isi (nomina, verba-predikator,adjektiva, dan adverbia
tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata sandang,
preposisi, dan sebagainya). Semakin ilmiah suatu teks, semakin
besar pula kandungan kata-kata leksikalnya.
Pada contoh di bawah, kata-kata yang dicetak tebal adalah
kata-kata struktural dan kata-kata yang tidak dicetak tebal
adalah kata-kata leksikal. Kesimpulan bahwa sifat ketahanan
tanaman karet terhadap PGDC dikendalikan oleh dua pasang
gen utama mematahkan dugaan sebelumnya yang menyebutkan
bahwa sifat tersebut dikendalikan secara poligenik. (Teks
Biologi, Hartana & Sinaga, 2004).
Kepadatan leksikal juga dapat dilihat dari kelompok
nomina yang terbentuk dari rangkaian dua kata leksikal atau
lebih tanpa disisipi oleh kata struktural apa pun.

2.3.4. Banyak Memanfaatkan Nominalisasi


Nominalisasi pada teks akademik ditujukan untuk
mengungkapkan pengetahuan dengan lebih ringkas dan padat
(Martin, 1991). Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi
ditempuh dengan mengubah leksis nonbenda (verba, adjektiva,
adverbia, konjungsi) menjadi leksis benda (nomina). Contoh
nominalisasi (dicetak tebal):

19
Pengendalian PGDC dengan cara penyemprotan
fungisida terbukti kurang bermanfaat.(Teks Biologi, Hartana &
Sinaga, 2004). Contoh di atas mengandung nominalisasi
pengendalian dan penyemprotan yang dibendakan dari verba
mengendalikan dan menyemprot.

2.3.5. Banyak Memanfaatkan Metafora Gramatika melalui Ungkapan


Inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis
leksis ke jenis leksis lain atau dari tataran gramatika yang lebih
tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah. Metafora
gramatika terjadi pada ungkapan yang inkongruen, sebagai
kebalikan dari ungkapan yang kongruen. Pada contoh berikut
ini, bagian yang dicetak tebal menunjukkan leksis yang
mengalami pergeseran, dari kongruen menuju inkongruen.
Kongruen (sebelum terjadi pergeseran): Karet berhenti
tumbuh sebab PGDC menyerang. Karet memproduksi
sedikit getah sebab PGDC menyerang. Getah karet turun.
Inkongruen (setelah terjadi pergeseran): Serangan PGDC dapat
menyebabkanterhentinya pertumbuhan dan penurunan
produksi. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004)
Tampak bahwa berhenti bergeser menjadi terhentinya,
tumbuh menjadi pertumbuhan, sebab menjadi menyebabkan,
menyerang menjadi serangan, memproduksi menjadi produksi,
dan turun menjadi penurunan. Ternyata, pergeseran tersebut
sekaligus merupakan penyederhanaan struktur kalimat dan
penurunan tataran gramatika.

2.3.6. Banyak Memanfaatkan Istilah Teknis


Istilah teknis merupakan bagian yang esensial pada teks
akademik, karena istilah teknis digunakan sesuai dengan
tuntutan bidang ilmu, tataran keilmuan, dan latar (setting) pokok

20
persoalan yang disajikan di dalamnya. Istilah yang sama bisa
mengandung makna yang berbeda apabila digunakan pada
bidang ilmu yang berbeda. Sebagai contoh, istilah morfologi di
bidang linguistik berarti “ilmu yang berkenaan dengan
pembentukan kata”, tetapi istilah tersebut di bidang
biologi/fisika berarti “struktur, susunan, komposisi,
atau tata letak”.

2.3.7. Bersifat Taksonomik dan Abstrak


Pada teks akademik, pokok persoalan dapat diungkapkan
melalui taksonomi dan abstraksi. Wignell, Martin, dan Eggins
(1993:136-165), Martin (1993b:203-220), Wignell (1998:301)
menggarisbawahi bahwa wacana sains lebih bersifat taksonomik
dengan memanfaatkan istilah teknis, sedangkan wacana
humaniora lebih bersifat abstrak dengan memanfaatkan
metafora gramatika. Teks akademik dikatakan abstrak karena
pokok persoalan yang dibicarakan di dalamnya seringkali
merupakan hasil dari pemformulasian pengalaman nyata
menjadi teori (Halliday, 1993a:57-59; Halliday, 1993b:70-71;
Martin, 1993b: 211.212; Martin, 1993c:226-228).
Sebagai ilustrasi, teks biologi tentang penyakit yang
menyerang tanaman karet diorganisasikan sebagai benda secara
taksonomik dengan menggunakan istilah teknis. Di pihak lain,
teks sosial tentang pengangkutan dan pembakaran batu gamping
di tobong dapat digambarkan sebagai aktivitas yang dikerjakan
manusia tanpa banyak memanfaatkan istilah teknis, tetapi
memanfaatkan pengabstraksian peristiwa. Pengabstraksian
tersebut digunakan untuk memaknai aktivitas yang dikerjakan
oleh pekerja di tobong gamping pada teks sosial itu.

2.3.8. Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora

21
Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk
menunjukkan prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di
dalam kelompok nomina tersebut bukan benda yang mengacu
kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992:138). Contohnya
hubungan [antara komitmen organisasi dan partisipasi
penganggaran] (Teks Ekonomi, Supriyono, 2006). Berdasarkan
kalimat tersebut “hubungan” mengacu kepada “[antara
komitmen organisasi dan partisipasi penganggaran]”. Dapat
digarisbawahi bahwa pengacuan hanya ditujukan kepada
substansi yang berada di dalam kelompok nomina yang
dimaksud.

2.3.9. Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif dan


Proses Relasional Atributif
Proses relasional identifikatif merupakan alat yang baik
untuk membuat definisi atau identifikasi terhadap sesuatu,
sedangkan proses relasional atributif merupakan alat yang baik
untuk membuat deskripsi dengan menampilkan sifat, ciri, atau
keadaan benda yang dideskripsikan. Pada proses relasional
identifikatif, istilah teknis sebagai token (sesuatu yang
didefinisikan) dan definisinya sebagai nilai. Sedangkan pada
proses relasional atributif, benda yang dideskripsikan
diposisikan sebagai penyandang, dan deskripsinya sebagai
sandangan. Contoh:

22
2.3.10. Bersifat Monologis dengan Banyak Mendayagunakan Kalimat
Indikatif-Deklaratif
Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti
bahwa teks memberikan informasi kepada pembaca dalam satu
arah. Untuk memenuhi sifat monologis tersebut teks akademik
mendayagunakan kalimat Indikatif-Deklaratif yang berfungsi
sebagai Proposisi-Memberi. Pada teks akademik penulis tidak
meminta kepada pembaca untuk melakukan sesuatu (jasa), dan
juga tidak meminta informasi, tetapi memberi informasi.
Sebagai penyedia informasi, penulis teks akademik tidak
menunjukkan posisi yang lebih tinggi daripada pembaca.

2.3.11. Memanfaatkan Bentuk Pasif untuk Menekankan Pokok


Persoalan, Bukan Pelaku, sehingga Teks Menjadi Objektif
Penggunaan bentuk pasif pada teks akademik
dimaksudkan untuk menghilangkan pelaku manusia, sehingga
unsur kalimat yang berperan sebagai subjek dijadikan pokok
persoalan yang dibicarakan di dalam teks tersebut. Dengan
menganggap pelaku itu tidak penting, subjek atau pokok
pembicaraan yang bukan pelaku dianggap lebih penting.
Contoh:Studi tentang lintas bahasa/budaya (cross culture
understanding) sangat diperlukan. (Teks Bahasa, Beratha, 2004).
Pada kalimat di atas, pelaku yang memandang perlu studi lintas
budaya adalah ilmuwan. Akan tetapi, ilmuwan tidak dijadikan
subjek karena pokok pembicaraan pada teks tersebut bukan
ilmuwan.

2.3.12. Seharusnya Tidak Mengandung Kalimat Minor


Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap.
Kalimat minor berkekurangan salah satu dari unsur pengisi
subjek atau predikat. Keberadaannya pada teks akademik tidak
hanya menyebabkan unsur-unsur leksikogramatika tidak dapat

23
diidentifikasi, tetapi juga menyebabkan terhentinya arus
informasi secara tekstual. Derajat keilmiahan teks akademik
yang mengandung kalimat minor berkurang.

2.3.13. Seharusnya Tidak Mengandung Kalimat Takgramatikal


Kalimat takgramatikal adalah kalimat yang secara
gramatikal mengandung kekurangan atau kelebihan unsur-unsur
tertentu, misalnya kata-kata leksikal seperti nomina (yang
berfungsi sebagai subjek) dan verba (yang berfungsi sebagai
finit/predikator), atau kata-kata struktural, seperti konjungsi dan
preposisi. Teks akademik yang mengandung kalimat
takgramatikal adalah teks yang menunjukkan ciri bahasa
takbaku, sehingga derajat keilmiahannya berkurang. Contoh
kalimat yang berkekurangan kata struktural (konjungsi
“yang”):Pengujian tersebut menghasilkan data 28 nomor semai
[[(*yang?*) memperlihatkan sifat tahan, 4 nomor moderat, dan
14 nomor rentan]]. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004).

2.3.14. Tergolong ke dalam Genre Faktual


Teks akademik tergolong ke dalam genre faktual, bukan
genre fiksional. Teks dikatakan faktual karena ditulis
berdasarkan pada kenyataan empiris, bukan pada rekaan atau
khayalan (Martin, 1985b; Martin, 1992:562-563).

2.4.Menganalisis Pentingnya Teks Akademik


Penulisan teks akademik dilakukan dengan tujuan yang paling
umum adalah untuk mejelaskan beberapa gagasan atau temuan peneliti
serta meyakinkan pembaca bahwa teori yang terpaparlah yang benar.
Selain itu, teks akademik juga dapat dibuat dengan tujuan untuk
membina kemampuan menulis ilmiah dari sang penulis, membina
kemampuan berfikir ilmiah sang penulis, serta memecahkan masalah
tertentu. Ketika dilakukan penulisan teks ilmiah di harapkan dapat

24
menambah pengetahuan, ilmu, serta konsep pengetahuan dalam
memecahkan masalah tertentu.
Di lingkungan perguruan tinggi sendiri jenis-jenis teks yang
sering dijumpai sebagai teks akademik antara lain buku, ulasan buku,
proposal penelitian, proposal kegiatan, serta laporan kegiatan. Karena hal
tersebut teks akademik menjadi sangat diperlukan untuk membantu
kegiatan sebagai insan akademik. Contohnya pada saat merancang
penelitian atau kegiatan sampai pada tahap penyusunan laporan akan
diperlukan formulasi dalam membuat teks akademik yang berupa artikel
ilmiah. Selain itu teks akademik dapat digunakan sebagai alat
pengembangan ilmu pengetahuan dalam suatu disiplin ilmu tertentu.
Berdasarkan fungsi dari teks akademik diatas, jelas teks
akademik mempunyai manfaat baik bagi penulis maupun dunia luas.
Melihat betapa pentingnya teks akademik tersebut, maka penulisan teks
akademik harus benar-benar baik dan benar sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

2.5.Teks Akademik dalam Genre Makro


Teks akademik dalam genre makro memiliki struktur teks yang lebih
kompleks bila dibandingkan dengan teks akademik dalam genre mikro. Ada
pun contoh-contoh teks akademik dalam genre makro ialah ualsan buku,
proposal, laporan, serta artikel ilmiah. untuk melihat smakin jelas pembeda
antara teks akademik dalam genre makro dengan teks akademik dalam genre
mikro maka dibutuhkan pemahaman akan pengertian serta pengetahuan tentag
jenis-jenis dalam masing-masing teks tersebut.
2.5.1. Definisi teks akademik dalam berbagai genre makro

Menurut Tri Wiratno dalam


Pengatar Ringkas Linguistik

25
Sistemik Fungsional (2018),
genre
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

26
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

27
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

28
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

29
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

30
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

31
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

32
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

33
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

34
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

35
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

36
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam
Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018),
genre

37
makro digunakan untuk
menamai teks secara
keseluruhan, yang di
dalamnya masih
terkandung genre-genre lain
sebagai subgenre. Subgenre
yang dimaksud adalah genre
mikro.
Teks genre makro tidak dapat
tersusun tanpa adanya genre
mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh
genre

38
makro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro
seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi,
dan diskusi. Sementara itu,
dilansir dari Fatimah
Djajasudarma
dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian
dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud
ujaran, paragraf, atau wacana.
Menurut Tri Wiratno dalam Pengatar Ringkas Linguistik
Sistemik Fungsional (2018), genre makro digunakan untuk
menamai teks secara keseluruhan, yang didalamnya masih
terkandung genre-genre lain sebagai subgenre. Subgenre yang
dimaksud adalah genre mikro. Teks genre makrotidak dapat
tersusun tanpa adanya genre mikro. Genre mikro adalah
subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di
dalamnya dan dipayungi oleh genre makro. Teks genre mikro
yang terdapat dalam genre makro seperti teks deskripsi, laporan,
prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu,

39
dilansir dari Fatimah Djajasudarma dalam Metode Linguistik
Ancangan Metode Penelitian dan Kajian (1993), teks dapat
berwujud ujaran, paragraf, atau wacana.

2.5.2 Macam-macam teks akademik genre makro

Teks akademik genre makro dapat dibedakan atas


beberapa jenis. Pembedaan ini biasanya dilihat dari sudut
pandang kekomprehensifan isi, tujuan penulisan dari media yang
digunakan. Secara umum, menurut Abidin, Yunus dkk. (2017)
karya tulis ilmiah dapat dibedakan atas jenis sebagai berikut:
1) Makalah
Makalah merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah
yang ditulis dengan tujuan untuk pemenuhan tugas
tertentu. Dalam dunia akademik/pendidikan, makalah biasa
ditulis sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah/mata
pelajaran tertentu yang harus dibuat oleh seorang
mahasiswa/siswa yang sedikitnya berjumlah satu judul
makalah untuk satu mata pelajaran/mata kuliah tertentu.
Dalam dunia umum, makalah biasa disusun sebagai salah satu
kewajiban seorang pembicara seminar atau kegiatan sejenis
sebelum menyampaikan suatu materi di depan peserta
seminar. Secara khusus, karakteristik, Teknik penulisan, dan
contoh makalah akan disajikan dalam bab selanjutnya.
2) Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan salah satu jenis karya
ilmiah yang biasanya disusun dengan tujuan untuk
menyajikan/melaporkan kegiatan penelitian yang telah
dilaksanakan. Secara khusus, laporan penelitian biasanya
ditulis oleh mahasiswa program D-3 sebagai salah satu syarat
kelulusannya atau sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi.
Secara umum, laporan penelitian biasanya disusun oleh
peneliti atas penelitian yang telah dilakukannya.

40
Sistematikadan teknik penulisan laporan penelitian tidak
memiliki sistematika khusus karena biasanya sistematika dan
teknik penulisan sama dengan sistematika dan teknik
penulisan skripsi.
3) Kertas Kerja
Kertas kerja merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang
disusun dengan tujuan untuk melaporkan kegiatan tertentu
yangtelah dilaksanakan oleh penulisnya. Dalam pengertian
ini, kertas kerja dapat pula disejajarkan dengan laporan
kegiatan atau laporan kerja. Karya ilmiah jenis ini biasanya
disusun oleh penulis yang telah menyelesaikan kegiatan kerja
tertentu, seperti kuliah kerja nyata, praktik kerja lapangan,
program pengalaman lapangan, kerja laboratorium, atau
kegiatan sejenis. Sistematika dan teknik penulis kertas kerja
biasanya akan sangat bergantung pada lembaga yang
menugaskan penulis melaksanakan kegiatan tersebut.
4) Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah resmi yang
membahas permasalahandalam bidang tertentu yang
digunakan sebagai syarat penyelesaian studi akhir jenjang
sarjana. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik
mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan bidang
keahliannya. Sistematika dan teknik penulisan skripsi akan
dibahas pada bagian lain buku ini.

41
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Teks akademik atau yang sering disebut teks ilmiah adalah tulisan
yang diperoleh dari pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang
tertentu, disusun menurut metode tertentu, dan dapat
dippertanggungjawabkan . Sedangkan teks nonakdemik atau teks
nonilmiah adalah karya yang penulisannya tidak didukung oleh fakta
yang biasanya hanya berdasarkan data pribadi dan menggunakan bahasa
formal.
Berdasarkan ciri karya tulis ilmiah, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa karya tulis ilmiah merupakan kajian atas sebuah

42
masalah tertentu yang tujuan pembahasannya harus mampu memberikan
altenatif penyelesaian masalah tersebut.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harus mampu memahami dan mampu
membangun teks akademik secara bersama maupun mandiri. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan makalah dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Intan Ahmad. 2016 .Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:RISTEKDIKTI

Lokasena.( 2020 November 19).Ciri – Ciri Teks Akademik dan Perbedaannya dengan
Teks Nonakademik. https//lokasenaid.wordpress.com

Rosy Dewi Arianti Saptoyo.(2020, Desember,11).Contoh Teks Akademik dalam Genre


Makro. https//www.kompas.com

43

Anda mungkin juga menyukai