Anda di halaman 1dari 182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAGASAN SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :
Heni Wijayanti
NIM: 071314007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAGASAN SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :
Heni Wijayanti
NIM: 071314007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh


direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.
(Ibu Kartini )

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah


disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton.
(Mark Twain)

Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya


adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat
kesalahan.
(Elbert Hubbard)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

¾ Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menjaga dan

melindungi ku,

¾ Kedua orangtuaku; Albertus Sudarto dan Fransisca Suwarsih

yang telah membesarkan dan mendidik ku dengan penuh cinta dan

kasih sayang,

¾ Adikku Febbrian Dio Wijaya yang selalu memberikan semangat,

¾ Kekasihku Ignatius Wibowo yang telah mengajarkan ku cinta dan

kerja keras,

¾ Tante dan omku yang telah mendukung dan memberikan doa,

¾ Kakek dan Nenek

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 November 2011

Penulis

Heni Wijayanti

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILIMIAH

UNTUK KEPENTINGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Heni Wijayanti

Nomor Mahasiswa : 071314007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul GAGASAN
SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan universitas sanata


dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 17 November 2011

Yang menyatakan,

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

GAGASAN SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

071314007 Heni Wijayanti


(lama penulisan skripsi 3 semester)
Universitas Sanata Dharma
2011

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor


yang melatarbelakangi gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin, konsep
demokrasi terpimpin oleh Sukarno, dan pelaksanaan konsep demokrasi terpimpin
di Indonesia.
Skripsi ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah yang mencakup
empat tahapan yaitu; heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan sosial, politik, dan ekonomi,
sedangkan model penulisannya bersifat deskriptif analitis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sukarno memperoleh pengalaman
yang dialami secara langsung, baik di dalam negeri dan di luar negeri. Di dalam
negeri ia melihat dan menyaksikan kekacauan politik, sedangkan di luar negeri ia
melihat keberhasilan pemerintahan Cina dengan dasar ajaran konfusius untuk
melaksanakan kegiatan politik.
Konsep yang ditawarkan Sukarno dalam pemerintahan dengan “demokrasi
terpimpin” ialah politik terpimpin dengan sistem pemerintahan yang bersifat
presidensial berdasarkan UUD 1945 dan ekonomi terpimpin berdasarkan pasal 33
UUD 1945. Pada pelaksanaan konsep cenderung mengalami kegagalan. Hal itu
disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuatan yang diciptakan Sukarno dalam
pemerintahan, yaitu adanya perluasan pengaruh antara PKI dan Angkatan Darat
dalam kancah politik. Pelaksanaan konsep ekonomi juga mengalami kegagalan
karena keuangan negara diprioritaskan untuk masalah pembebasan Irian Barat dan
konfrontasi dengan Malaysia. Dampak dari pelaksanaan konsep itu ialah
runtuhnya pemerintahan dengan demokrasi terpimpin dan keadaan ekonomi yang
semakin buruk yang menimbulkan penderitaan pada masyarakat.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

SUKARNO’S GUIDED DEMOCRACY IDEA

Heni Wijayanti
Sanata Dharma University
2011

The aim of this thesis is describing and analyzing some factors which
become the background of Sukarno’s idea about guided democracy, the concept
of guided democracy according to Sukarno, and the implementation of the
concept of guided democracy in Indonesia.
The thesis is arranged based on the method of history research which
includes four stages such as: heuristic, verification, interpretation, and
historiography. The approaches are the social, politic, and economic approaches,
while the type of process of writing is descriptive analysis.
The result of the research shows that Sukarno got the idea of democracy
from internal and external experience, directly either from home or foreign
countries. He saw political chaos, and externally, he saw the success of China’s
government with its Confusius teaching to run the political activity.
The concepts that were offered by Sukarno in a govermental system which
applied guided democracy was a guided politics with presidential governmental
basis of 1945 Constitution and guided economy based on the article 33 of 1945
Constitution. The implementation of the concept tended to fail. The failure
happened because of the unbalanced power that was made by Sukarno in the
government. The unbalanced power happened because of the spreading of PKI’s
influence and the army’s political influence. The implementation of the economy
concept also failed because the country’s budget prioritized to release West Irian
and to finish the confrontation with Malaysia. The impact of the implementation
of this concept was the collapse of a guided democracy and an increasingly worse
economic circumstances caused suffering of the community.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gagasan

Sukarno tentang Demokrasi Terpimpin”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata

Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari batuan

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, Dra.

Theresia Sumini, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Anton Haryono, M.Hum dan Yustiana Kameng, S. Pd, M.Hum selaku

dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu, dan

memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan

skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah

yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis

menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Seluruh karyawan dan mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma;

Pak Supri, Tri, Krisna, Wahyu, Satria, Yudha, Mbak Tata, dll.

6. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dorongan spiritual dan

material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata

Dharma; Bu Daisy, Pak Albert,Mbah Yana, Mbah Mugi, Mbah Puji, Bude

Sri, Mas Alif, Mas Andre, serta seluruh keluarga besarku terimakasih atas

dukungan dan doanya.

7. Ibu Sarsito dan Ibu Hyacinta yang telah memberikan tumpangan kepada

penulis selama menjalani studi di Yogyakarta.

8. Mudika Emmanuel Pringgodani (Tonny, Hanny, Adriano, Susi) yang telah

memberikan banyak pelajaran tentang pelayanan untuk kemuliaan Tuhan.

9. Teman-teman: Vina Rete, Helen, Dessi, Bruder, Vivi, Fani, Kak Cui, Mas

Desna serta seluruh teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2007, 2006

dan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Teman-teman kos Brojodento 5 A: Mbk Ria, Mbk Eren, Tata, Sophi, Yeni,

Sisca, dan Aik, Teman PPL: Ajeng, Nardy&Andrie. Old Friends: Ayu,

Kak Tazya, Mas Ricky, Kak Odoy, Teh Nurul.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xvi
BAB I: PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................7
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................9
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................10
F. Kerangka Teoritis .......................................................................................15
G. Metode Penulisan .......................................................................................27
H. Sistematika Penulisan ................................................................................32
BAB II: LATAR BELAKANG MUNCULNYA GAGASAN SUKARNO
TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN ............................................34
A. Latar Belakang Sosial ................................................................................34
B. Latar Belakang Politik................................................................................46
1. Pandangan Sukarno tentang demokrasi parlementer .............................46

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Kondisi Indonesia Sebelum Penerapan Demokrasi Terpimpin .................52


1. Kegagalan Konstituante dalam Merumuskan UUD ..............................53
2. Program Kabinet yang Tidak Terlaksana ..............................................55
BAB III: KONSEP DEMOKRASI TERPIMPIN .............................................65
A. Makna Demokrasi Terpimpin Menurut Sukarno .......................................65
B. Sistem Politik yang Ditawarkan Sukarno
dalam Demokrasi Terpimpin......................................................................71
C. Sistem Ekonomi yang Ditawarkan Sukarno
dalam Demokrasi Terpimpin......................................................................84
BAB IV: PELAKSANAAN KONSEP DEMOKRASI TERPIMPIN
MENURUT SUKARNO DI INDONESIA ........................................96
A. Pelaksanaan Konsep dalam Bidang Politik ................................................97
B. Pelaksanaan Konsep dalam Bidang Ekonomi ..........................................113
C. Dampak Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ...........................................122
1. Bidang Politik ......................................................................................122
2. Bidang Ekonomi ..................................................................................130
BAB V: KESIMPULAN ....................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................143
LAMPIRAN ........................................................................................................148
SUPLEMEN .......................................................................................................151

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto Sukarno .................................................................................148


Lampiran 2 : Dekrit Presiden ..............................................................................149
Lampiran 3 : Silabus ...........................................................................................151
Lampiran 4 : RPP ................................................................................................153

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Penyambutan wakil presiden Amerika, Richard Nixon atas

kedatangan presiden Indonesia ...........................................................37

Gambar 2 : Sukarno dan Mao Tse-Tung ................................................................40

Gambar 3 : Sukarno dan Chou En-lai ....................................................................40

Gambar 4 : Pidato penetapan DPR-GR..................................................................77

Gambar 5 : Pidato kampanye pembebasan Irian Barat ........................................120

Gambar 6 : Operasi penumpasan G 30 S .............................................................128

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Struktur pemerintahan masa demokrasi terpimpin .............................75

Skema 2 : Struktur pelaksanaan kelembagaan pada masa

demokrasi terpimpin..........................................................................103

Skema 3 : Hubungan segitiga masa demokrasi terpimpin .................................108

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan, perjalanan

sejarah bangsa Indonesia belum selesai. Bangsa Indonesia mengalami lika-liku

yang panjang sebagai bangsa yang baru saja merdeka. Hal ini terkait dengan

upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Semangat persatuan dan

kesatuanlah yang menjadi dasar bagi setiap warga negara untuk menghadapi dunia

baru, dari alam penjajahan ke alam kemerdekaan. Dalam mengisi kemerdekaan,

persoalan-persoalan rakyat harus dapat diselesaikan terutama menyangkut masa-

masa perpindahan dari alam kolonial ke alam nasional.1 Salah satu pemecahan

terhadap persoalan transisi adalah terciptanya suatu sistem pemerintahan yang

sesuai dengan dasar-dasar penghidupan bangsa.

Sukarno sebagai presiden Indonesia yang pertama memiliki tugas utama

yaitu memperbaharui berbagai sistem yang ada di Indonesia bentukan Belanda. Ia

menerapkan sistem demokrasi agar bangsa Indonesia dapat bangkit dari

keterpurukan akibat kolonialisasi bangsa Belanda dan Jepang karena Sukarno

merupakan tokoh yang menekankan pentingnya revolusi dalam melawan

imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme dan feodalisme.2 Selain itu,

Sukarno menekankan revolusi tahap pertama yaitu nasional demokratis. Dalam

periode nasional demokratis tugas utamanya adalah menjebol keadaan-keadaan

yang menghalangi pertumbuhan bangsa Indonesia menuju masa depan. Tujuan ini
1
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi II, Jakarta, Panitya Di Bawah Bendera Revolusi, 1965,
hlm, 286.
2
Solichin, Bung Karno Putera Fadjar, Jakarta, PT Gunung Agung, 1966, hlm, 122.

1
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk memandirikan bangsa Indonesia tanpa harus bekerja di bawah negara

kolonial.

Sistem pemerintahan yang sesuai dengan karakter bangsa sangat penting

dan harus diperhatikan dengan serius. Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia

berusaha menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Ini merupakan salah satu

usaha Sukarno untuk menjalankan roda pemerintahan. Namun sistem ini tidak

dapat bertahan karena Sukarno kurang mendapat dukungan diplomatik akibat

kedekatannya di masa lalu dengan pihak Jepang. Bahkan, pembentukan sistem

pemerintahan negara ini pun oleh sudut pandang kolonial Barat dianggap dekat

dengan fasisme Jepang. Sistem pemerintahan kemudian diubah menjadi sistem

parlementer sebagai wujud perjuangan demokrasi melawan fasisme. Dalam

perkembangannya, sistem demokrasi parlementer lebih dikenal dengan sebutan

sistem demokrasi liberal karena demokrasi liberal mempunyai pengertian yang

sangat luas sehingga lebih cocok memakai sebutan demokrasi parlementer.

Demokrasi parlementer menitikberatkan pada kinerja kabinet di bawah

seorang Perdana Menteri. Pelaksanaan sistem demokrasi parlementer di Indonesia

saat itu selalu bermasalah sehingga kabinet tidak dapat bertahan lama. Sukarno

pun kemudian memutuskan untuk mengganti sistem demokrasi parlementer

dengan sistem demokrasi terpimpin yang dianggapnya paling tepat untuk

diterapkan di Indonesia. Sistem pemerintahan parlementer mempunyai prinsip

bahwa kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena ia

lebih bersifat sebagai simbol nasional atau pemersatu bangsa. Hal yang

berhubungan dengan pemerintahan dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin


3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

oleh seorang Perdana Menteri. Karena hanya sebagai kepala negara, Sukarno

kurang puas dengan kinerja kabinet. Sebagai imbangannya kabinet dapat minta

kepada kepala negara untuk membubarkan parlemen (DPR) dengan alasan

parlemen tidak representatif lagi. Perubahan dari sistem demokrasi parlementer

menjadi demokrasi terpimpin akan merubah pula pola kekuasaan Sukarno yang

awalnya hanya sebagai kepala negara menjadi sekaligus sebagai kepala

pemerintahan.

Sejak berakhirnya Pemilihan Umum 1955 Sukarno sudah menunjukkan

gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena

partai politik sangat berorientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang

memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Bahkan pada

suatu kesempatan Sukarno melontarkan keinginannya untuk membubarkan partai-

partai politik. Ia juga melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong

royong dan kekeluargaan.

Sukarno menekankan bagaimana besarnya peranan pemimpin dalam

proses politik yang berjalan dalam masyarakat Indonesia. Ia kemudian

mengusulkan agar terbentuk pemerintahan yang bersifat gotong royong yang

melibatkan semua kekuatan politik yang ada, termasuk Partai Komunis Indonesia

yang selama demokrasi parlementer tidak pernah terlibat secara resmi dalam

koalisi kabinet.3 Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Sukarno mengajukan

usulan yang dikenal sebagai “Konsepsi Presiden”. Melalui konsepsi itu terbentuk

3
Afan Gaffar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Jakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hlm,
24-25.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dewan Nasional yang melibatkan semua partai politik dan organisasi

kemasyarakatan.

Konsepsi Sukarno dan terbentuknya Dewan Nasional merupakan

tantangan yang sangat kuat dari sejumlah partai politik terutama Masyumi dan

PSI. Penentang konsepsi menyatakan bahwa pembentukan Dewan Nasional

merupakan suatu pelanggaran terhadap konstitusi negara karena lembaga tersebut

tidak dikenal dalam konstitusi. Permasalahan lain pun muncul secara bersamaan.

Pertama, hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah semakin

memburuk. Sejumlah perwira Angkatan Darat di daerah-daerah membentuk

Dewan Banteng, Dewan Garuda, dan Dewan Gajah di Sumatera yang kemudian

mengambil alih pemerintahan sipil. Semuanya itu kemudian mencapai puncaknya

dengan terjadinya pemberontakan daerah yang dipelopori oleh PRRI dan

Permesta.

Kedua, Dewan Konstituante ternyata mengalami jalan buntu untuk

mencapai kesepakatan dalam merumuskan ideologi nasional karena tidak

tercapainya titik temu antara dua kubu politik, yaitu kelompok yang

menginginkan Islam sebagai dasar negara dan kelompok lain yang menginginkan

Pancasila sebagai dasar negara. Konstituante juga mengalami kegagalan karena

tidak berhasil dalam menyusun Undang-Undang Dasar yang baru untuk

menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Agar dapat keluar dari

persoalan pelik tersebut Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5

Juli 1959, yaitu dengan membubarkan Konstituante dan menyatakan kembali

kepada Undang-Undang Dasar 1945. Melalui Dekrit itu sistem pemerintahan


5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indonesia diubah dari demokrasi parlementer menjadi sistem demokrasi

terpimpin.

Sukarno mengeluarkan dekrit atas dasar dorongan keyakinannya sendiri

dan dukungan sebagian masyarakat Indonesia dan DPR dalam sidangnya tanggal

22 Juli yang secara aklamasi menyatakan diri bersedia untuk bekerja atas dasar

UUD 1945. Perlu dipahami pula bahwa landasan atau dasar hukum

dikeluarkannya Dekrit Presiden yang mengantar pemerintahan Indonesia berubah

menganut sistem demokrasi terpimpin tersebut berdasarkan hukum darurat

(staasnoodrecht) subyektif karena tidak mempunyai dasar hukum pada UUD.

Sebaliknya yang mempunyai dasar hukum pada UUD disebut hukum darurat

negara yang obyektif. Namun ada yang berpendapat bahwa tindakan presiden dan

DPR itu sah berdasarkan pasal 1 ayat 2 UUD Sementara, yang berbunyi

“Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan oleh

pemerintah bersama-sama dengan DPR”.4 Secara material Dekrit Presiden

mempunyai dasar hukum pada UUD Sementara. Dekrit Presiden merupakan

pukulan berat bagi demokrasi parlementer yang kemudian membawa dampak

sangat besar dalam kehidupan politik nasional. Era baru demokrasi dan

pemerintahan di Indonesia mulai dimasuki yaitu yang disebut Sukarno sebagai

demokrasi terpimpin.

Demokrasi terpimpin lebih mengandalkan Sukarno sebagai pemimpin.

Sistem pemerintahan demokrasi terpimpin bersifat presidensil, dimana berdasar

4
Mengenai Dekrit Presiden, lihat P. J. Suwarno, Tata Negara Indonesia dari Sriwijaya sampai
Indonesia Modern, Yogyakarta, USD, 2003, hlm, 178. Lihat pula Joeniarto, Sejarah
Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta, Bina Aksara,1966, hlm, 112.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UUD 1945 Sukarno mempunyai kedudukan kepala negara sekaligus jabatan

kepala pemerintahan. Selain itu, kabinet sepenuhnya bertanggung jawab kepada

presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintah.5 Keadaan politik pada masa

demokrasi terpimpin selalu diwarnai oleh tarik ulur yang sangat kuat antara ketiga

kekuatan politik yang utama, yaitu Presiden Sukarno, Partai Komunis Indonesia,

dan Angkatan Darat.6 Sukarno memiliki sejumlah agenda politik tersendiri yang

dalam perwujudannya membutuhkan aliansi dari salah satu partai politik yang

besar, semacam PKI. Di lain pihak ia juga mempunyai kekhawatiran akan

semakin kuatnya peranan politik Angkatan Darat yang secara teritorial

mempunyai basis yang sangat kuat. Sementara itu PKI mempunyai kepentingan

yang sangat besar untuk memperbesar basis politiknya.

Anggota lembaga negara juga telah melibatkan golongan Nasionalis,

Agama, dan Komunis. Lembaga negara tersebut ialah DPAS, MPRS, dan

perombakan DPR menjadi DPR-GR. Keanggotaan lembaga negara itu

berdasarkan pengangkatan oleh presiden bukan melalui pemilu. Alasan tidak

dilaksanakan pemilu ialah adanya kekhawatiran A. H Nasution terhadap semakin

pesatnya perkembangan PKI, mengingat bahwa PKI mendapat tempat dalam

pemerintahan dengan demokrasi terpimpin. Jika melalui pemilu, presidennya pasti

berasal dari anggota PKI. Angkatan Darat tidak menghendaki itu maka pimpinan

Angkatan Darat menggandeng PNI untuk mengusulkan dan menjadikan Sukarno

sebagai presiden seumur hidup. Usulan tersebut disetujui oleh MPRS.7 Dalam

5
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, Rajawali , 2010, hlm, 323.
6
Afan Gaffar, op. cit, hlm, 28.
7
Imam Soedjono, Yang Berlawan, Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI, Yogyakarta,
Resist Book, hlm,2006, 289-290.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perjalanan demokrasi terpimpin, kekuasaan Sukarno pun dicabut oleh MPRS

karena adanya intrik-intrik dalam pemerintahan antara PKI dan Militer yang

berujung pada peristiwa G 30 September.

Meskipun perubahan besar telah terjadi pada masa demokrasi terpimpin,

Sukarno telah memiliki pertimbangan tertentu untuk menerapkan sistem itu, maka

dengan hal ini alasan munculnya gagasan/ide Sukarno tentang demokrasi

terpimpin sangat penting untuk dasar pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin di

Indonesia.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang tersebut nampak bahwa Sukarno mempunyai peran

penting dan pencetus dari demokrasi terpimpin. Seiring berjalannya waktu, hal

pokok seseorang dalam memunculkan ide tentang demokrasi terpimpin, yakni

Sukarno sedikit dilupakan meskipun namanya sudah tidak asing lagi terkait

kiprahnya dalam bidang perpolitikan. Sudah selayaknya mengangkat gagasan atau

ide Sukarno tentang demokrasi terpimpin sebagai bagian dalam perjalanan sejarah

bangsa ini.

Skripsi ini berusaha mengidentifikasi dan menganalisis gagasan Sukarno

tentang demokrasi terpimpin. Permasalahan pertama yang akan dijawab ialah

faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya gagasan Sukarno tentang

demokrasi terpimpin. Permasalahan ini dijawab dengan menjelaskan latar

belakang sosial dan politik Sukarno, meliputi pengalaman-pengalaman sosial dan

politiknya sebelum penerapan demokrasi terpimpin. Pengalaman sosial dijabarkan

melalui hubungan-hubungan Sukarno dengan negara lain yaitu Amerika Serikat,


8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uni Soviet dan RRC. Pengalaman politiknya dijabarkan melalui pandangan-

pandangan Sukarno tentang keadaan politik yang telah terjadi. Selain itu, latar

belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin juga menjelaskan tentang

situasi dan kondisi yang telah terjadi di Indonesia sebelum diterapkan demokrasi

terpimpin.

Permasalahan kedua yang akan dijawab dalam skripsi ini adalah konsep

demokrasi terpimpin oleh Sukarno. Permasalahan ini dijawab dengan menjelaskan

makna demokrasi terpimpin yang dijabarkan dengan menguraikan arti demokrasi

dan terpimpin menurut Sukarno. Selain itu, permasalahan ini dijawab dengan

menjelaskan konsep-konsep yang ditawarkan Sukarno, meliputi bidang politik

dan ekonomi. Konsep yang ditawarkannya dalam bidang politik dijabarkan

dengan menguraikan struktur pemerintahan dan sistem politik dalam

pemerintahan pada masa demokrasi terpimpin, sedangkan konsep yang

ditawarkan dalam bidang ekonomi dijabarkan dengan menguraikan dasar-dasar

ekonomi yang menjadi acuan dalam melangkah menuju perkembangan ekonomi

Indonesia.

Permasalahan ketiga akan menjawab tentang penerapan konsep demokrasi

terpimpin oleh Sukarno di Indonesia. Permasalahan ini dijawab dengan

menguraikan pelaksanaan konsep demokrasi terpimpin baik dalam sistem politik

dan sistem ekonomi. Selain itu, permasalahan ini dijabarkan pula dengan

menjelaskan dampak penerapan demokrasi terpimpin dalam bidang politik dan

ekonomi.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, ialah:

1. Faktor apa saja yang melatarbelakangi munculnya gagasan Sukarno tentang

demokrasi terpimpin?

2. Apa saja konsep demokrasi terpimpin oleh Sukarno?

3. Bagaimana konsep demokrasi terpimpin oleh Sukarno diterapkan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini secara umum diarahkan untuk menjawab berbagai masalah

yang berkaitan tentang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin. Oleh

karena itu penulisan ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya gagasan

Sukarno tentang demokrasi terpimpin.

2. Menganalisis konsep demokrasi terpimpin oleh Sukarno.

3. Mendeskripsikan penerapan konsep demokrasi terpimpin menurut Sukarno di

Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Universitas

Untuk melaksanakan salah satu Tridharma Perguruan Tinggi khususnya

bidang penulisan Ilmu Pengetahuan Sosial. Penulisan ini diharapkan dapat

melengkapi dan memperkaya khasanah pustaka.

2. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dan menambah

perbendaharaan ilmu pengetahuan sejarah tentang gagasan Sukarno mengenai


10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

demokrasi terpimpin. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pelengkap dalam pengajaran sejarah.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan mengenai gagasan Sukarno tentang

demokrasi terpimpin dan diharapkan dapat memperluas wawasan, daya kritis,

dan kesadaran sejarah bagi penulis. Selain untuk menambah pengetahuan,

tulisan ini diharapkan dapat membuka pemahaman tentang Sukarno sebagai

The Founding Father yang berjasa bagi terbentuknya nation state yaitu

Indonesia.

4. Bagi Pembaca

Dengan skripsi ini diharapkan pembaca paham mengenai gagasan

Sukarno tentang demokrasi terpimpin. Penulisan ini juga diharapkan mampu

menarik minat pembaca untuk mengetahui sejarah Indonesia khususnya

mengenai demokrasi terpimpin yang diterapkan oleh Sukarno.

E. Tinjauan Pustaka

Sumber sejarah berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi

dengan mata kepala sendiri atau dengan panca indera yang lain atau dengan alat

mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa.8 Louis

Gottchalk juga menekankan bahwa sumber primer tidak perlu “asli” (asli yang

dimaksudkan di sini adalah dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi

sumber primer itu hanya harus “asli” dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari

8
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta, UI Press, 1969, hlm, 35.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama.9 Dengan demikian sumber

primer harus dihasilkan oleh seseorang yang sejaman dengan peristiwa yang

dikisahkan.10

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah berupa

data-data tertulis yang diperoleh melalui buku-buku. Buku-buku yang

dimaksudkan adalah sebagai berikut :

Di Bawah Bendera Revolusi II.11 Buku yang ditulis oleh Sukarno pada masa

perjuangannya dalam mengisi kemerdekaan berisi pidato dan ulasan dari tahun ke

tahun yang menjadi satu bagian dari perjuangan Sukarno sebagai Presiden

Indonesia. Buku yang diterbitkan pada tahun 1965 ini merupakan usaha Sukarno

dalam mewujudkan tujuan bangsa, yang dapat dilihat melalui pidato-pidatonya

setiap tanggal 17 Agustus. Pidato tersebut dijadikan sebagai sarana evaluasi

tentang berhasil tidaknya sistem pemerintahan dan apa yang menjadi tujuan untuk

tahun berikutnya. Buku ini juga berisi kumpulan pidato Sukarno yang mengarah

pada penerapan demokrasi terpimpin dan kekecewaannya pada penerapan

demokrasi parlementer.

Kumpulan Kisahku.12 Artikel yang ditulis oleh Sukarno sendiri pada masa

diterapkan demokrasi terpimpin di Indonesia, berisi tentang situasi pada saat

diberlakukannya demokrasi terpimpin oleh Sukarno dan tentang tanggapan-

tanggapan para tokoh jika demokrasi terpimpin ditinjau dari demokrasi modern.

9
Ibid, hlm, 36.
10
Louis Gottschalk, loc.cit, hlm, 35
11
Buku ini ditulis oleh Ir. Soekarno, diterbitkan oleh panitia Di Bawah Bendera Revolusi pada
tahun 1965.
12
Buku ini ditulis oleh Sukarno, diterbitkan oleh Wordpress pada tahun 2010.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bung Karno:Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia.13 Buku ini

berisi tentang kumpulan pidato Sukarno selama diterapkannya demokrasi

terpimpin tahun 1959-1965. Kumpulan pidato ini disusun oleh Wawan Tunggal

Alam sebagai upaya untuk mendokumentasikan pidato-pidato Sukarno selama

penerapan sistem pemerintahan dengan demokrasi terpimpin.

Selain sumber primer di atas masih ada sumber lain yakni sumber sekunder.

Penulis menggunakannya untuk mendukung penulisan skripsi ini. Sumber

sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi

langsung dari peristiwa yang dikisahkan.14 Adapun buku yang digunakan penulis

antara lain sebagai berikut:

Sukarno Sebagai Biografi Politik.15 Buku ini berisi keadaan dan situasi

Indonesia yang salah satunya adalah mengenai pembentukan demokrasi terpimpin

oleh Sukarno. Sebelum demokrasi terpimpin diterapkan, Indonesia mengalami

keadaan yang kurang stabil. Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan-gerakan

separatis yang terjadi di berbagai daerah seperti di Sumatra dan Sulawesi.


16
Soekarno Biografi Politik. Buku ini merupakan terjemahan namun tidak

mengubah isi, diterjemahkan oleh B.Soegiarto, Ph.D, berisi biografi Sukarno,

dimana dijelaskan Sukarno dilahirkan di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 dari

pasangan R. Soekemi Sosrodihardjo dan Idayu Nyoman Rai. Dipaparkan pula

13
Buku ini disusun oleh Wawan Tunggal Alam, diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2001. Judul
buku ini sama dengan karangan Sukarno sendiri yang diterbitkan oleh gramedia pada tahun 2001
dengan isi yang sama.
14
Louis Gottschalk, loc.cit, hlm35
15
Buku ini ditulis oleh John D. Legge dengan judul asli A Political Biography. diterbitkan oleh PT
Sinar Harapan, Jakarta pada tahun 1985.
16
Buku ini ditulis oleh Kapitsa M.S dan Maletin N.P dengan judul asli Soekarno: Politicheskaya
Biografiya. Diterbitkan oleh Ultimus, Bandung pada tahun 2009.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kehidupan politik Sukarno. Karena disusun oleh seorang berkebangsaan Rusia,

maka memberikan uraian tentang pandangan penulis tentang Sukarno sebagai

pemimpin perjuangan dan pencipta marhaenisme dan demokrasi terpimpin.

Dijelaskan dalam buku ini bahwa demokrasi terpimpin merupakan suatu sistem

pemerintahan yang jauh dari kepemimpinan yang diktator. Pengarang juga

mengeluarkan kritikan-kritikan tentang pandangan-pandangan pihak lain yang

menyudutkan Sukarno terhadap munculnya gagasan dan pelaksanaan demokrasi

terpimpin yang dianggap suatu pemerintahan yang otoriter dan diktator.

Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern,17 sebuah

buku yang memaparkan sistem ketatanegaraan, perkembangan ketatanegaraan dan

struktur pemerintahan Indonesia dari kerajaan Sriwijaya sampai Indonesia

modern. Sistem tata negara pada masa demokrasi terpimpin terdiri atas lembaga-

lembaga meliputi MPRS, DPR-GR, DPAS, MA, dan Kabinet. Semua lembaga

tersebut ditentukan oleh presiden sebagai kepala pemerintahan pada masa

demokrasi terpimpin. Selain itu, dipaparkan pula struktur pemerintahan Indonesia

yang mengalami perkembangan sejak diberlakukannya UUD 1945.

Soekarno:Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek.18 Buku ini

menguraikan pemikiran politik Sukarno dan pelaksanaannya. Diuraikan pula

perjalanan luar negeri Sukarno menjelang penerapan demokrasi terpimpin, yaitu

ke Amerika Serikat, Uni Soviet, RRC, dan negara bagian lainnya. Perjalanannya

itu memberi gambaran tentang hubungan sosial Sukarno dengan tokoh-tokoh di

negara-negara yang dikunjunginya.


17
Pengarang: P.J. Suwarno, diterbitkan oleh Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pada tahun
2002.
18
Pengarang: Nazaruddin Sjamsuddin, diterbitkan oleh CV. Rajawali, Jakarta, pada tahun 1988.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Politik Militer Indonesia 1945-1967, Menuju Dwi Fungsi ABRI.19 Buku ini

menguraikan tentang peran dan pemikiran militer dalam pelaksanaan sistem

politik di Indonesia dalam upaya menjaga stabilitas bangsa. Peran militer secara

teritorial sangat kuat, sehingga pada masa demokrasi terpimpin mempunyai

pengaruh penting bagi berjalannya sistem pemerintahan yang berada di bawah

kendali Sukarno.

Kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945.20 Buku ini berisi tentang

perkembangan Indonesia ketika kembali kepada jiwa proklamasi 1945 atau

memasuki era demokrasi terpimpin. Kumpulan pidato Sukarno berupa pendapat-

pendapatnya tentang sistem parlementer, yang menuai kekecewaan bagi dirinya.

Penjelasan tentang dialog antara pemerintah dan anggota DPR mengenai

pelaksanaan demokrasi terpimpin dalam rangka kembali pada UUD 1945 juga

terangkum dalam buku ini.

Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin.21 Buku ini menguraikan

struktur konstitusi dan ideologi demokrasi terpimpin. Manipol-USDEK

merupakan sebuah penantian ideologi Indonesia yang telah dikeluarkan oleh

Sukarno sebagai dasar penerapan demokrasi terpimpin. Diuraikan pula sistem

ekonomi terpimpin yang melengkapi demokrasi terpimpin sebagai lambang utama

dengan diutamakannya peranan perencanaan semesta dan pentingnya blueprint

ekonomi.

19
Buku ini berdasarkan tesis doctoral Sundhaussen,ULF dengan judul The Political orientations
and Political Involvement of the Indonesia Officer Corps 1945-1966 : The Siliwangi Division and
Army Headquarters,Monash University, Melbourne, 1971.
20
Buku ini ditulis oleh Notosoetardjo,diterbitkan oleh Harian Pemuda, Jakarta pada tahun 1959.
21
Buku ini ditulis oleh Herbert Feith pada tahun 1963 dengan judul Dynamics Of Guided
Democracy, diterjemahkan oleh tim Pustaka Sinar Harapan.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD

1945 Dengan Delapan Negara Maju.22 Buku ini menguraikan bentuk dan sistem

pemerintahan negara. Dengan bentuk dan sistem itu dapat diketahui munculnya

jabatan presiden dalam bentuk pemerintahan republik. Dipaparkan pula tentang

kekuasaan presiden Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945.

F. Kerangka Teoritis

Pasca kemerdekaan, Indonesia masih mencari-cari sistem pemerintahan

yang cocok untuk diterapkan. Sistem pemerintahan presidensial dan parlementer

telah diterapkan di Indonesia, kemudian Indonesia menerapkan sistem

pemerintahan demokrasi terpimpin sesuai dengan gagasan Sukarno.

Gagasan merupakan hasil pemikiran atau ide.23 Gagasan juga dapat

diartikan sebagai pesan dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan

kepada orang lain.24 Selain itu, gagasan dapat berupa pengetahuan, pengamatan,

pendapat, renungan, pendirian, keinginan, perasaan, maupun emosi. Penyampaian

gagasan dapat melalui penceritaan, pelukisan, pemaparan atau pembahasan.25

Menurut John Locke gagasan adalah objek berpikir.26 Setiap orang yang

sadar pada dirinya bahwa ia berpikir dan kepada apa pikirannya itu ditujukan pada

waktu sedang berpikir yang didalamnya berupa gagasan-gagasan, maka di luar

keragu-raguan manusia mempunyai suatu gagasan dalam pikirannya. Gagasan

muncul karena adanya suatu pembiasaan. Pembiasaan berasal dari pengalaman

dan di dalam pengalaman semua pengetahuan dibangun. Sebagai obyek berpikir

22
Pengarang: Abdul Ghoffar, diterbitkan oleh Kencana Prenada Media Group, pada tahun 2009.
23
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005, hlm, 326.
24
A. Widyamartaya, Seni Menuangkan Gagasan,Yogyakarta, Kanisius, 1990, hlm, 9.
25
Ibid, hlm, 9.
26
Louis.L Syder, Abad Pemikiran, Jakarta, Bharatara, 1962, hlm,160.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gagasan juga sering tidak disadari oleh seseorang tetapi melalui kejadian sehari-

hari yang berupa pengalaman. Pengalaman akan berkembang menjadi suatu

pembiasaan, sehingga gagasan dapat dirasakan oleh seseorang dan akan

dikembangkan berdasarkan pemikiran seseorang.

Menurut Tri Widodo dalam diklat penulisan karya ilmiah,27 dasar seseorang

memunculkan sebuah gagasan yaitu mencakup pengalaman, pengamatan,

imajinasi, dan keyakinan. Pengalaman berhubungan dengan suatu peristiwa yang

menimpa seseorang. Pengamatan berhubungan dengan peristiwa yang hanya

dapat terjadi satu kali (einmalig), yang dirasakan maupun dialami oleh seseorang.

Imajinasi merupakan sesuatu hal yang masih bersifat abstrak atau semu dan masih

berada dalam alam pikiran manusia, dan keyakinan lebih bersifat subyektif yang

menunjukkan sikap atau pandangan seseorang terhadap obyek tertentu. Keempat

dasar tersebut merupakan hal yang paling penting dan utama bagi seseorang yang

akan memunculkan gagasan.

Gagasan seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial dengan

orang lain. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis,

yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-

kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

manusia.28 Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai. Pada saat itu

mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi.

Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

27
http://www.geocities.ws/mas_tri/dasar_penulisan.PDF.
28
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Universitas Indonesia, 1969, hlm, 192.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Interaksi sosial yang diciptakan seseorang dapat menghasilkan suatu

gagasan yang berdasarkan pengamatan dan keyakinannya tentang suatu kejadian-

kejadian yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dengan seorang

presiden pertama Indonesia yang mempunyai berbagai gagasan-gagasan yang

menunjang pelaksanaan pemerintahannya. Salah satu gagasannya adalah

mengenai sebuah demokrasi yang menjadi sistem pelaksanaan pemerintahan

Indonesia. Dalam menjalankan pemerintahan dengan sistem demokrasi, sistem

politik selalu disertai dengan sistem ekonomi. Politik merupakan usaha-usaha

yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan

bersama, yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah,29

sedangkan ekonomi merupakan cara untuk melakukan suatu tindakan yang

digunakan untuk mencapai suatu tujuan.30 Sistem politik dan ekonomi tersebut

saling berhubungan dalam sebuah negara demokrasi.

Dalam bahasa Yunani kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu demos dan

kratos atau cratein. Demos artinya rakyat, dan kratos atau cratein artinya

pemerintahan,31 sehingga demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi sesungguhnya adalah

seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan tetapi juga mencakup

seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan

sering berliku-liku. Pendeknya demokrasi adalah pelembagaan dan kebebasan.

29
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia, 1992, hlm, 2.
30
James A. Caporaso&David P. Levine, Teori-teori Ekonomi Politik (terj), Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2008, hlm, 36.
31
Supriatnoko, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Penaku, 2008, hlm, 99.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Menurut Aristoteles demokrasi merupakan pandangan hidup yang

mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi

semua warga negara. Jadi demokrasi seperti itu merupakan bentuk demokrasi

yang muncul berdasarkan kesamaan. Dapat diperumpamakan bahwa hukum

mengatakan adil bagi si miskin maupun si kaya dan tidak satu pun dari mereka

yang menjadi majikan, keduanya sama rata.32 Kebebasan dan kesamaan seperti itu

akan dapat ditemukan dalam demokrasi sebagaimana dipikirkan sebagian orang

yang dapat dicapai ketika semua orang yang berstatus sama mengambil bagian

dalam pemerintahan hingga pucuk posisi tertinggi karena masyarakat mempunyai

pendapat mayoritas sebagai suatu keputusan tertinggi.

Menurut Amien Rais dalam buku yang berjudul “Demokrasi dan Proses

Politik”, kriteria-kriteria demokrasi adalah sebagai berikut: 33

1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan

Partisipasi rakyat dalam proses pembuatan keputusan tidak secara

langsung tetapi melalui para wakil yang dipilih oleh rakyat secara langsung,

bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam pemilihan umum.

2. Persamaan di depan hukum

Negara demokrasi merupakan negara hukum. Rule of law harus ditaati

oleh seluruh warga negara tanpa membedakan latar belakang. Hukum berlaku

universal dalam arti seluruh warganegara dalam wilayah negara berada di

bawah yuridiksi hukum positif yang berlaku.

32
Aristoteles, Politik (La Politica), Bandung, Visimedia, 2007, hlm, 182.
33
Amien Rais, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta : LP3ES,1986, hlm, xvii.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Distribusi pendapatan secara adil

Demokrasi mempunyai makna dalam suatu negara terdapat pembagian

pendapatan yang cukup adil. Kesenjangan ekonomi antara lapisan kaya dan

lapisan miskin menandakan bahwa demokrasi belum berjalan dengan baik.

4. Kesempatan pendidikan yang sama

Pendidikan merupakan faktor krusial yang menentukan apakah

seseorang dapat memperoleh pekerjaan dan penghasilan lebih tinggi atau

tidak. Selain itu pendidikan juga menentukan status sosial serta kekuasaan

yang dapat diraih. Negara demokrasi harus menjamin dan memberi

kesempatan yang sama dalam masalah pendidikan.

5. Empat macam kebebasan

Empat macam kebebasan itu adalah kebebasan mengeluarkan pendapat,

kebebasan pers, kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama. Kebebasan

mengeluarkan pendapat harus ada dalam suatu demokrasi agar pemerintah

dapat mengetahui kelemahannya dari hasil koreksi rakyat tersebut. Kebebasan

pers juga merupakan kebebasan dan kunci dalam demokrasi.

Kebebasan berkumpul juga harus dijamin dalam demokrasi. Rakyat

sepenuhnya berhak menyelenggarakan rapat, pertemuan-pertemuan, dan

membentuk partai dalam rangka mencapai kepentingan bersama. Kebebasan

beragama harus terselenggara dalam demokrasi. Setiap warganegara harus

diperkenankan untuk beribadah sesuai dengan keinginannya.


20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Ketersediaan dan keterbukaan informasi

Rakyat perlu mengetahui kualitas para pemimpinnya dan situasi yang

selalu berkembang yang mempengaruhi kehidupannya dan kebijakan-

kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya, baik yang bersifat politik,

ekonomi, moneter, pertahanan dan keamanan, serta pendidikan. Untuk

menentukan pilihan yang tepat dan mantap rakyat perlu informasi yang cukup

dan terbuka.

7. Mengindahkan fatsoen

Demokrasi memiliki fatsoen atau tatakrama politik. Tatakrama politik

memang tidak tertulis tetapi sangat jelas bagi setiap orang yang telah paham

tentang nilai-nilai demokrasi. Seorang pejabat atau pemimpin dalam alam

demokrasi sesungguhnya mengemban amanat rakyat yang seolah-olah

bersifat sakral. Jika seorang pejabat sampai mengotori jabatannya dengan

suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan amanat rakyatnya, secara otomatis

pejabat tersebut harus mengundurkan diri tanpa diminta.

8. Kebebasan individu

Hak untuk hidup secara bebas dan memiliki privacy seperti yang

diinginkan merupakan suatu prinsip demokrasi. Hak untuk memilih

pekerjaan, memilih tempat tinggal, dan memilih bentuk pendidikan harus

dijamin dalam demokrasi, kecuali kalau sampai merugikan pihak lain.

9. Semangat kerjasama

Spirit atau kerjasama diantara warga negara memiliki tujuan untuk

melestarikan nilai-nilai luhur yang telah disepakati bersama, dan merupakan


21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

prinsip lain yang harus dikembangkan. Semangat kerjasama dan gotong

royong perlu dipersubur untuk mempertahankan eksistensi masyarakat.

10. Hak untuk protes

Demokrasi mempunyai mekanisme koreksi yang harus difungsikan

setiap kali terjadi penyelewengan. Salah satu musuh demokrasi adalah

rutinisasi yang dapat memperkukuh kemapanan sehingga bila terjadi deviasi,

pendekatan institusional dan legalistik tidak lagi memadai. Dalam keadaan

seperti inilah rakyat harus diperbolehkan protes untuk meluruskan

pemerintahnya yang sudah jauh dari tujuan semula.

Selain demokrasi memiliki kriteria tertentu, demokrasi juga memiliki

beberapa nilai (values). Henry B. Mayo dalam bukunya yang berjudul An

Introduction To Democratic Theory merinci nilai-nilai tersebut, yaitu :34

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga

(institutionalized peaceful settlement conflict).

Dalam setiap masyarakat terdapat perselisihan pendapat atau

kepentingan. Perselisihan harus dapat diselesaikan melalui perundingan serta

dialog terbuka dalam usaha untuk mencapai kompromi, konsensus atau

mufakat.

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat

yang sedang berubah (peaceful change in a changing society).

Dalam setiap masyarakat yang memodernisasikan diri akan terjadi

perubahan sosial yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti majunya

34
Hendry B. Mayo, An Introduction to Demokratic Theory, New York, Oxford University
Press,1960, hlm, 70.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

teknologi, perubahan-perubahan dalam pola kepadatan penduduk, dalam

pola-pola perdagangan, dan sebagainya. Pemerintah harus menyesuaikan

kebijaksanaannya dengan perubahan-perubahan ini dan membinanya, jangan

sampai tidak terkendalikan lagi.

3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur (orderly succession of

rules).

Pergantian atas dasar keturunan dengan jalan mengangkat diri sendiri

ataupun melalui coup d’etat dianggap tidak wajar dalam suatu demokrasi.

4. Membatasi pemakaian kekerasan (minimum of coercion).

Golongan minoritas yang mendapat paksaan akan lebih menerimanya

jika diberi kesempatan untuk ikut serta dalam diskusi-diskusi yang terbuka

dan kreatif. Mereka akan lebih terdorong untuk memberikan dukungan

sekalipun bersyarat karena merasa turut bertanggung jawab.

5. Mengakui adanya keanekaragaman (diversity).

Dalam masyarakat terdapat keanekaragaman pendapat, kepentingan,

serta tingkah laku, maka perlu terselenggaranya suatu masyarakat terbuka

serta kebebasan-kebebasan politik yang memungkinkan timbulnya

fleksibilitas dan tersedianya alternatif dalam jumlah yang cukup banyak.

Dalam hubungan ini demokrasi sering disebut suatu gaya hidup.

Keanekaragaman perlu dijaga jangan sampai melampaui batas, sebab

disamping keanekaragaman diperlukan juga persatuan serta integrasi.


23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Menjamin tegaknya keadilan.

Pelanggaran dalam demokrasi tidak akan terjadi karena golongan-

golongan terbesar diwakili dalam lembaga-lembaga perwakilan, tetapi tidak

dapat dihindarkan bahwa beberapa golongan akan merasa diperlakukan tidak

adil. Maka yang dapat dicapai secara maksimal adalah suatu keadilan dalam

jangka panjang.

Agar dapat melaksanakan nilai-nilai demokrasi yang telah dijelaskan di atas,

Mirriam Budiardjo memaparkan beberapa lembaga yang harus ada dalam sebuah

negara yaitu:35 1). Pemerintahan yang bertanggung jawab; 2). Dewan Perwakilan

Rakyat yang memiliki golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan dalam

masyarakat yang dipilih dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia atas

dasar sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi; 3). Organisasi politik

yang mencakup satu atau lebih partai politik (sistem dwi-partai, multi-partai);

4). Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat; 5). Sistem

peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan

keadilan.

Selain beberapa lembaga yang harus ada dalam sebuah negara, John Locke

juga memaparkan pembagian kekuasaan negara menjadi tiga model, yang sering

disebut dengan Trias Politica yakni adanya badan legislatif (legislative power),

lembaga eksekutif (execuitive power), dan kekuasaan federatif.36 Badan legislatif

adalah lembaga yang berkaitan dengan pembuatan Undang-undang dengan tugas

utama mewujudkan kesejahteraan umum (commom wealth) melalui penetapan.


35
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009,
hlm, 119-120.
36
Sutardjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat, Yogyakarta, USD, 2007, hlm, 99-100.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Undang-undang. Lembaga ini menjadi pemegang kedaulatan tertinggi maka yang

menguasainya adalah wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat secara langsung.

Sedangkan badan pelaksana atau eksekutif yang terpisah dari badan legislatif

mempunyai peran untuk melaksanakan undang-undang atau segala peraturan yang

dibuat oleh badan legislatif dalam kaitannya dengan pengaturan penggunaan

kekuasaan oleh badan eksekutif. Oleh karena itu, kedudukan badan eksekutif

tergantung pada badan legislatif dan tunduk kepadanya. Karena badan legislatif

merupakan perwujudan dari kehendak rakyat, maka badan eksekutif juga

tergantung pada kehendak rakyat.

Selain kedua badan di atas, John Locke menyebut pula adanya kekuasaan

federatif, yang kekuasaannya meliputi pengaturan keamanan negara dan hubungan

dengan bangsa atau negara lain, seperti mengadakan perjanjian, menyatakan

perang dan damai dengan negara lain. Kekuasaan federatif ini tunduk kepada

badan legislatif. Dalam sebuah negara pasti mempunyai dasar-dasar pemerintahan

sebagai acuan dalam mengembangkan negaranya. Negara yang menggunakan

paham demokrasi sudah cukup banyak, namun setiap negara mempunyai jenis

demokrasi yang berbeda-beda. Begitupula dengan Indonesia, Indonesia mengenal

demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin. Demokrasi parlementer adalah

suatu sistem pemerintahan yang bersifat parlementer. Dapat dikatakan

parlementer karena: a) sistem kepemimpinannnya terbagi dalam jabatan kepala

negara dan kepala pemerintahan sebagai dua jabatan yang tidak terpisah;b) jika

sistem pemerintahannya ditentukan harus bertanggung jawab kepada parlemen

sehingga dengan demikian; c) kabinet dapat dibubarkan apabila tidak mendapat


25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dukungan dari parlemen; sebaliknya d) parlemen juga dapat dibubarkan oleh

kepala negara apabila tidak dapat memberikan dukungan kepada pemerintah.37

Ada demokrasi parlementer ada pula demokrasi terpimpin. Demokrasi

terpimpin merupakan ide dari Sukarno sebagai presiden pertama Indonesia.

Menurut Sukarno dalam pidatonya tahun 1957, demokrasi terpimpin adalah

demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia,

yaitu gotong royong.38 Menurut Undang-Undang Dasar 1945 demokrasi terpimpin

ialah “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan”. Sukarno pun mengambil kata “dipimpin” untuk

menertibkan jalannya pemerintahan.

Dalam demokrasi terpimpin menitikberatkan pada pimpinan. Pemimpin

adalah orang yang memimpin dan menguasai.39 Maka menurut Martin Handoko,

tipologi kepemimpinan antara lain :401) tipe otokratik adalah tipe pemimpin yang

egois; 2) tipe paternalistik adalah tipe kepemimpinan dari orang yang dituakan

dan dihormati; 3) tipe pemimpin yang kharismatik adalah tipe pemimpin yang

dikagumi banyak orang; 4) tipe laissez faire adalah tipe pemimpin yang

memberlakukan kebebasan terhadap bawahannya; dan 5) tipe yang demokratik

adalah tipe pemimpin yang mampu menjalankan peranannya sebagai koordinator.

Dalam melaksanakan suatu sistem demokrasi, negara harus mampu

memahami makna demokrasi yang ada sebagai pendukung sistem pemerintahan

yang mampu mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam sebuah negara bangsa.

37
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2010,hlm,323.
38
Sukarno, op.cit,hlm,291-293.
39
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta, Kanisius, 1992, hlm 19.
40
Ibid, hlm, 27.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemerintahan dalam arti luas yakni segala bentuk kegiatan atau aktivitas

penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ negara yang

mempunyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan kekuasaan. Pengertian

pemerintahan seperti ini mencakup kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan

negara yang dilakukan oleh eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.41 Sedangkan

pemerintahan dalam arti sempit ialah aktivitas atau kegiatan yang diselenggarakan

oleh fungsi eksekutif yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Presiden atau Perdana

Menteri sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.42

Menurut Carl J. Ferderich, sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas

beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional terhadap keseluruhan

sehingga hubungan itu menimbulkan ketergantungan antara bagian-bagian. Jika

salah satu bagian tidak bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi seluruh

bagian itu.43 Dengan demikian, sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu

tatanan atau susunan pemerintahan berupa suatu struktur yang terdiri dari berbagai

organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan

fungsional, baik secara vertikal maupun horizontal untuk mencapai suatu tujuan

yang dikehendaki.44 Dengan kata lain sistem pemerintahan merupakan organisasi

dalam negara yang dibentuk oleh berbagai organ pemegang kekuasaan dengan

menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing, dimana diantara organ tersebut

mempunyai hubungan yang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya

untuk mencapai suatu tujuan negara yang dikehendaki bersama.

41
B.Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan, dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta, Universitas Atmajaya, 2003, hlm, 84.
42
Ibid, hlm, 85.
43
Carl J.Friederich dalam Ibi, hlm, 83.
44
Ibid, hlm, 85.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bagan Kerangka Teoritis

Latar belakang sosial dan Keadaan yang teramati


politik memunculkan berbagai
pendapat

Gagasan/ ide Tentang Konsep demokrasi


demokrasi terpimpin

Sistem pemerintahan dengan Pimpinan /


demokrasi terpimpin, meliputi penggagas
sistem politik dan ekonomi
terpimpin

Kemunduran penggagas dan Kekuatan politik lain


berakhirnya gagasan demokrasi yang menentang
terpimpin pemimpin

G. Metode Penulisan

1. Metode Penelitian

a. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pengumpulan sumber atau heuristik adalah proses pengumpulan data

untuk keperluan subyek yang diteliti.45 Bahan pustaka yang menjadi sumber

penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

45
Louis Gottschalk, loc.cit, hlm, 35.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sumber primer merupakan kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala

sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain mengetahui suatu peristiwa.

Sumber primer dapat diperoleh dari arsip-arsip laporan, kumpulan pidato, dan

transkrip wawancara dengan pelaku sejarah, sedangkan sumber sekunder

merupakan kesaksian dari seorang saksi yang tidak melihat atau mengetahui

peristiwa secara langsung tetapi dari kesaksian orang lain. Sumber sekunder dapat

diperoleh dari buku-buku yang ada di perpustakaan dan artikel-artikel yang dapat

diakses dari internet.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah Di

Bawah Bendera Revolusi II, Kumpulan Kisahku, dan Bung Karno: Demokrasi

Terpimpin Milik Rakyat Indonesia, sedangkan sumber sekunder diantaranya

Sukarno Sebagai Biografi Politik, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan

Praktek, dan lain-lain.

b. Verifikasi (kritik sumber)

Verifikasi atau kritik sumber merupakan langkah yang harus dilakukan

untuk menghindari adanya kepalsuan suatu sumber atau untuk mengetahui apakah

data yang ada dapat dipertanggungjawabkan keasliannya atau tidak.46 Tahap

verifikasi ini terdiri dari dua macam yaitu untuk mengetahui otentisitas atau

keaslian sumber (kritik ekstern), dan untuk mengetahui kredibilitas sumber (kritik

intern).

Kritik ekstern mengenai otentisitas (keaslian) sumber atas data yang

diperolah tidak dilakukan, sebab otentisitas (keaslian) data, bahan, dan materi

46
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yayasan Bentang Budaya, Jakarta, 2001, hlm, 89.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang digunakan tidak diragukan lagi. Akan tetapi yang perlu dilakukan adalah

kritik intern, sebab kebenaran sumber data masih diragukan. Kritik intern dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan sumber dari buku yang

berjudul Sukarno sebagai biografi politik karangan John D. Legge dengan buku

berjudul Soekarno biografi politik karangan Kapitsa dan Maletin. Penulis harus

membandingkan kedua buku dengan pengarang yang berbeda, namun topiknya

sama. Perbedaaan latar belakang penulis dari negara liberal dan dari negara

sosialis akan menyebabkan pandangan yang berbeda pula.

c. Interpretasi (penafsiran data)

Setelah keaslian dan kebenaran sumber yang diperoleh dipandang telah

menjamin suatu kebenaran, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran data.

Langkah tersebut dilakukan dengan cara menguraikan (analisis) dan menyatukan

(sintesis) berbagai data dan fakta yang telah diperoleh. Interpretasi yaitu

menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji kebenarannya. Fakta yang ada kemudian

digabungkan menjadi satu kesatuan sehingga diperoleh rangkaian kisah sejarah

yang bermakna.

Contoh interpretasi dalam penulisan skripsi ini yaitu dalam bab II, penulis

menganalisis latar belakang gagasan atau ide tentang demokrasi terpimpin yang

meliputi latar belakang sosial dan politik Sukarno dan keadaan yang terjadi di

Indonesia sebelum penerapan demokrasi terpimpin. Dalam mengkaji masalah ini

penulis melakukan penafsiran terhadap beberapa sumber karena beberapa sumber

yang digunakan tidak memberikan penjelasan yang lengkap dan terinci. Oleh

karena itu penulis melakukan analisis dengan mencari keterkaitan antara masalah
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang ada dengan teori-teori dan pendekatan yang penulis gunakan dalam

penulisan skripsi ini.

d. Penulisan Sejarah (historiografi)

Penulisan sejarah (historiografi) tidak lepas dari sumber-sumber sejarah

yang telah diperoleh dan berkaitan di dalamnya. Historiografi merupakan

rekonstruksi imajinatif mengenai masa lampau berdasarkan data yang diperoleh.

Dalam penulisan sejarah aspek kronologis suatu peristiwa sangat penting,

sehingga dengan mudah dapat memberikan suatu pengertian dasar kapan

peristiwa sejarah itu terjadi.

Metode penulisan sejarah yang digunakan dalam penulisan ini adalah

metode deskriptif analitis. Metode penulisan ini dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan objek penilaian pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Metode penulisan sejarah deskriptif memusatkan

perhatiannya pada penemuan-penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan

sebenarnya. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.47 Metode penulisan

sejarah deskriptif analitis menekankan adanya hubungan sebab-akibat. Data atau

fakta yang ditemukan harus diberi arti tidak hanya sekedar disajikan secara

deskriptif. Fakta yang telah terkumpul harus diolah atau ditafsirkan. Dalam skripsi

ini penulis menyajikan model deskriptif analitis yaitu dengan menggambarkan

47
Moh. Natsir, Metode Penelitian, Ghalia Indinesia, Jakarta, hlm, 63.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gagasan Soekarno tentang demokrasi terpimpin, sebuah tinjauan perspektif

historis-politis dengan menggunakan sudut pandang yang mengikuti garis

perkembangan waktu tertentu.

2. Pendekatan

Pengertian pendekatan dalam penelitian sejarah adalah pola pikir yang

membantu untuk memecahkan permasalahan penelitian sejarah.48 Menurut

Sartono Kartodirdjo dalam penelitian sejarah, pendekatan sangat diperlukan

sebagai cara sejarawan/penulis untuk memandang suatu peristiwa atau kejadian,

karena pendekatan akan membantu sejarawan/penulis dalam memandang dimensi-

dimensi mana yang perlu diperhatikan, unsur-unsur mana yang perlu diungkapkan

dan sebagainya.49 Pendekatan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi

penulisan sejarah sebab hasil penulisan tentang peristiwa masa lampau sangat

ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai.

Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai untuk mengkaji

permasalahan adalah pendekatan multidimensional, yaitu cara mengkaji suatu

kejadian atau peristiwa sejarah dari dua atau lebih pendekatan. Pendekatan-

pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan politik, ekonomi dan sosial.

Pendekatan politik dipakai untuk mengkaji keadaan politik di Indonesia sebelum

penerapan demokrasi terpimpin maupun pada pelaksanaan demokrasi terpimpin.

Selain itu pendekatan politik juga digunakan untuk mengetahui keadaan politik

48
Sutardjo Adisusilo, Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Sejarah, Yogyakarta, Universitas
Sanata Dharma, 2007, hlm, 44.
49
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta, Gramedia,
1992, hlm, 4.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang telah ada selama demokrasi parlementer yang berubah menjadi demokrasi

terpimpin, dan mengapa sistem pemerintahan yang ada itu dapat diganti.

Pendekatan ekonomi digunakan oleh penulis untuk mengkaji sistem

ekonomi yang ditawarkan Sukarno dalam demokrasi terpimpin yang disebut

dengan ekonomi terpimpin. Pendekatan ekonomi juga untuk mengkaji keadaan

ekonomi pada saat pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin. Selain itu

pendekatan ekonomi digunakan untuk mengetahui tujuan gagasan Sukarno

tentang sistem demokrasi terpimpin, salah satunya yaitu untuk memperbaiki

keadaan ekonomi Indonesia pasca penerapan demokrasi parlementer.

Pendekatan sosial digunakan untuk mengkaji hubungan Sukarno dengan

tokoh-tokoh dari negara luar yang memberikan inspirasi untuk memunculkan

gagasan tentang demokrasi terpimpin. Tokoh-tokoh yang menginspirasikan

gagasan tersebut adalah seperti Mao Tse-tung dan para tokoh-tokoh Cina yang

mampu membawa perubahan yang baik pasca kemerdekaan. Selain itu,

pendekatan sosial juga untuk mengkaji adanya interaksi antara Sukarno dengan

tokoh dari negara Cina, Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara-negara bagian di

Eropa yang memberikan inspirasi tentang sistem politik dalam pemerintahan.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan historis yang berjudul gagasan Sukarno tentang Demokrasi

terpimpin mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, kajian teori,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.


33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab II Bab ini menyajikan uraian tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi

gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin.

Bab III Bab ini menyajikan konsep demokrasi terpimpin oleh Sukarno.

Bab IV Bab ini menyajikan uraian tentang penerapan konsep demokrasi

terpimpin menurut Sukarno di Indonesia.

Bab V Bab ini berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang diuraikan

pada bab II, III,dan IV.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI GAGASAN

SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

Gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin tidak muncul secara tiba-tiba

melainkan melalui tahap-tahap yang panjang. Berawal dari rasa tidak puas

Sukarno terhadap pemerintahan yang telah ada selama demokrasi parlementer.

Latar belakang munculnya gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dapat

dilihat melalui latar belakang sosial dan politiknya serta melalui keadaan-keadaan

yang terjadi di Indonesia menjelang pelaksanaan demokrasi terpimpin. Adapun

faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya gagasan Sukarno tentang

demokrasi terpimpin adalah sebagai berikut :

A. Latar Belakang Sosial

Sukarno mempunyai hubungan yang cukup baik dengan masyarakat

Indonesia. Gaya bicaranya yang penuh semangat mampu membangkitkan

semangat masyarakat yang mendengarnya. Melalui latar belakang keluarga yang

cukup berada dan terhitung lapisan atas pada zamannya, Sukarno mampu

membawa dirinya menjadi orang yang berpengaruh di Indonesia. Ayahnya

seorang guru, jabatan ini memberinya martabat sosial dan pemasukan lebih tinggi

dari pendapatan rata-rata pribumi. Sukarno menghabiskan masa kecilnya di dalam

lingkungan kampung dan sekolah pribumi, namun bagi orangtuanya dianggap

tidak cukup karena mereka mendambakan suatu kehidupan yang lebih baik

daripada apa yang tersedia dalam dunia pribumi. Maka setelah berumur sepuluh

34
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tahun Sukarno dibawa ke sekolah dasar Belanda dan mulai menjadi bagian dari

lingkungan sekolah Belanda.50 Latar belakang pendidikan Sukarno akan

berdampak bagi pemikirannya. Pergaulannya yang dimulai dari lingkungan

Belanda akan membentuk jati dirinya. Dalam perkembangannya Sukarno mulai

menyadari bahwa lingkungan yang pernah ada dalam hidupnya telah menjajah

negaranya. Ketika mulai muncul nasionalisme dalam dirinya Sukarno mulai

berusaha membebaskan bangsanya dari kolonialisme. Setelah merdeka ia pun

dituntut untuk menjalankan pemerintahan demi kesejahteraan masyarakat

bersama.

Menjelang demokrasi terpimpin Sukarno melakukan perjalanan selama 67

hari ke tiga benua di dunia. Kunjungan yang dilakukannya adalah ke Amerika

Serikat, Uni Soviet, Eropa Timur, dan Republik Rakyat Cina.51 Salah satu alasan

kunjungannya adalah ingin ikut terlibat dalam kegiatan politik luar negeri.

Sebagai presiden pada masa demokrasi parlementer ia tidak mempunyai

kekuasaan dalam pemerintahan melainkan hanya sebagai simbol pemersatu

belaka.52 Cara Sukarno ini cukup tepat apabila ia ingin tetap berkiprah dalam

masalah politik, yaitu dengan melakukan hubungan sosial dengan negara lain

untuk menjalankan politiknya. Selain itu, cara yang ditempuh Sukarno juga untuk

mencari inspirasi tentang keberhasilan negara yang dikunjunginya sebagai acuan

untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang telah ada di Indonesia.

50
Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, Jakarta, PT. Grasindo, 2001, hlm, 1.
51
Notosoetardjo, kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945, Jakarta, Harian Pemuda1959, hlm,
586.
52
Nazaruddin Sjamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek,Jakarta, Rajawali
Press,1988, hlm, 96.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada tanggal 16 Mei 1956 Sukarno memulai misi pertamanya yaitu

mengunjungi Amerika Serikat. Selama 17 hari kunjungannya ia mampu menarik

simpati sebagian besar masyarakat di sana melalui sikap, kemahiran berbicara,

vokalnya yang berat serta penguasaannya tentang sejarah Amerika. Menurut

Ganis, ia mampu mendobrak tradisi lama yang berlaku di Amerika masa itu yaitu

sikap rakyat yang skeptis terhadap kehormatan kepala negara asing pada

kunjungan kenegaraan mereka.53 Ini merupakan gambaran mengenai Sukarno

ketika Presiden Eisenhower tampaknya kurang antusias padanya. Kurang

antusiasnya itu, disebabkan oleh rasa kesal Eisenhower kepada Sukarno yang

telah menolak pembagian dunia menjadi dua kubu menyusul pecahnya perang

dingin, yaitu blok Barat dan Timur.54 Sukarno lebih memilih jalan tengah yaitu

netralisme (tidak berpihak pada blok Timur atau Barat). Bentuk kekesalan

Eisenhower pada Sukarno adalah tidak adanya penyambutan presiden Amerika

Eisenhower ketika kedatangan Sukarno ke negara adidaya itu.

Perjalanan Sukarno ke Amerika Serikat menuai kekecewaan. Meskipun

Sukarno terkesan oleh kemajuan Amerika namun ia menyadari bahwa Indonesia

dan Amerika Serikat berada di tahap perkembangan yang berbeda dan akan sulit

untuk mengejar ketertinggalan bangsanya dari Amerika. Jika dibandingkan,

Indonesia adalah negara yang baru merdeka dan belum mengalami kemajuan,

sedangkan Amerika Serikat telah lama memantapkan dirinya sebagai negara yang

paling maju di dunia. Dengan melihat fenomena itu sebagai seorang politikus

53
Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno, Jakarta,Inti Idayu Press,1985, hlm, 45.
54
Farrel M. Rizqy, Bung Karno Di Antara Saksi dan Peristiwa, Jakarta, PT.Kompas Media
Nusantara, 2009, hlm, 86.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

y
yang membbenci kapitaalisme dan kketimpangann sosial, Suukarno tidak
k mungkin

t
tertarik denggan pengalam
man Amerikka modern ituu.

Gambar.1

Penya
ambutan waakil Presiden Amerika,, Richard N Nixon atas keedatangan
Presiiden Indoneesia.
(
(Sumber; htttp://www.gooogle.co.id/imggres?)

m kesempataan berbicara pada kunjuungannya di negara-neggara bagian


Dalam

S
Sukarno selaalu menying
ggung masallah kolonialiisme yang teerjadi di neggara-negara

A
Asia Afrikaa. Ia selalu menampilkkan diri sebbagai wakill bangsa-baangsa yang

t
terjajah olehh kolonialism
me. Pada tangggal 3 Juni Sukarno
S menngakhiri kun
njungannya

d Amerika Serikat. Iaa kemudian berkunjung


di g ke Uni Sooviet pada tanggal
t 23

A
Agustus-13 September 1956.55 Daalam kunjun
ngannya ia m
memperolehh sambutan

b
besar-besara
an dari pem
merintah dann masyarakaat Uni Soviiet. Pihak Uni
U Soviet

m
mempunyai keinginan untuk
u menarrik simpati Sukarno dann menunjukkkan bahwa

U Soviet lebih
Uni l baik di
d dalam meenyambut tam
mu negara ddibandingkaan Amerika

S
Serikat. gendarai moobil dengan diapit oleh
Sukkarno dibawa berkelilingg kota meng

M
Marshal Vorroshilov dann Perdana M
Menteri Bulgganin. Pemerrintah Uni Soviet
S telah

5
55
Nazaruddin Sjamsuddin, opp.cit, hlm, 1066.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyiapkan masyarakat untuk melakukan penyambutan di kedua sisi jalan.56 Jika

dilihat kunjungannya ini, Sukarno cenderung bukan sebagai presiden

konstitusional dari sistem parlementer namun seperti kepala eksekutif. Cara

penyambutannya ini tampak berkesan bagi Sukarno.

Ada tiga pokok pikiran Sukarno yang selalu diulang-ulang dalam setiap

kesempatan pembicaraannya di Uni Soviet yaitu pengutukan kolonialisme

Belanda, pernyataan bahwa demokrasi Barat bukanlah demokrasi yang sesuai

dengan Indonesia, dan penghormatan terhadap Uni Soviet yang tidak

menyimpang dari tugasnya untuk menciptakan perdamaian dunia melalui

semangat koeksistensi damai.57 Pembicaraan Sukarno itu menunjukkan

keberpihakannya terhadap Uni Soviet dan mengecam pihak Barat. Ini merupakan

langkah yang ditempuh untuk mulai merencanakan penerapan demokrasi

terpimpin. Sukarno telah melangkah lebih jauh karena dalam pertemuan singkat

dengan para pejabat Uni Soviet ia telah memprakarsai pembuatan pernyataan

bersama antar kedua negara. Langkah ini diambil tanpa meminta persetujuan

Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo di Jakarta.58 Tindakannya merupakan sebuah

perampasan hak konstitusional karena pemimpin-pemimpin politik yang ikut serta

dalam rombongan tidak diikutsertakan dalam perundingan-perundingan politik.

Meskipun perjalanan Sukarno diterima baik oleh pihak Uni Soviet tetapi ia

dan rombongannya tidak terlalu senang dengan perjalanannya ke Uni Soviet.

Mereka merasa heran ketika menemukan masalah sosial yang serius di negara

tersebut. Meskipun negara Uni Soviet memiliki kemajuan material yang luar
56
Ganis Harsono,op.cit, hlm, 54.
57
Ibid, hlm, 55.
58
Ibid, hlm, 61.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

biasa, Indonesia masih melihat kemiskinan dan kemelaratan. Menurut Zainul

Arifin, wakil pembicara parlemen Indonesia “di Uni Soviet agama Islam

menyerupai lampu terang yang hampir mati dan minyak yang belum

diperbaharui“,59 sehingga Indonesia juga merasa kecewa terhadap kurangnya

perawatan terhadap kaum Muslim. Meskipun begitu Sukarno tetap berpihak

kepada negara ini dalam hal ideologi yang sama-sama menentang demokrasi

Barat.

Setelah Sukarno meninggalkan Uni Soviet ia melanjutkan perjalanannya ke

Yugoslavia pada tanggal 13 September 1956. Para pimpinan partai politik yang

ikut dalam rombongan menerima pesan untuk mencegah Sukarno berbuat lebih

jauh seperti yang dilakukannya di Uni Soviet. Sukarno mengalah untuk tidak

membuat pernyataan yang sama di Yugoslavia. Ia mampu memanfaatkan

kemampuan berpidatonya di hadapan umum untuk mengemukakan pandangan-

pandangan politiknya. Dalam pidato perpisahannya dengan Presiden Tito ia juga

memuji dan menyanjung kepemimpinan Tito dalam memimpin Yugoslavia ke

arah sosialisme yang tidak seperti Indonesia, di bawah pimpinan Syahrir dengan

partai sosialisnya yang ke Barat-baratan.60 Melalui pernyataan ringan Sukarno itu

dapat disimpulkan bahwa hubungan sosialnya dengan negara lain menunjukkan

ketertarikannya pada ideologi Timur, meskipun ia bukan seorang komunis. Kata

ke Barat-baratan menunjukkan bahwa Indonesia tidak sepantasnya mengikuti

cara-cara Barat dalam pelaksanaan sistem pemerintahan yang tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia.


59
Hong Liu, “Pemikiran Sukarno terhadap RRC”, www.pokrol.com/pemikiran-Sukarno-terhadap-
Republik-Rakyat-Cina.
60
Ganis Harsono, op.cit, hlm, 63-64.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada tanggal 1 Oktober


O 19556 Sukarno dan romboongannya melanjutkan
m

p ya ke Cina..61 Sampai di Cina ia mendapat ssambutan yang cukup


perjalananny

m
meriah Tung dan raakyat Cina. Dalam kunnjungannya ini ia juga
dari Mao Tse-T

m
melakukan p
pembicaraan
n dengan Peerdana Mentteri Chou Enn-lai di Pekiing dengan

m
menekankan
n kerja sama dan persahaabatan di anttara ke dua negara.
n

Gambar.2
2 G
Gambar.3

Sukarnoo dan Mao Tse-Tung


T Sukarno dan Chou En-lai
E

(Sum
mber : Rifan Syambodo, Soekarno-ddiplomasi-daan-perang.htm
ml)

Menurrut Menteri Luar


L Negerii Indonesia pada
p tahun 11955 (Ide Annak Agung

G
Gde Agung nan Sukarnno ke Cinaa adalah tonggak nyata dalam
g), perjalan

p an politik Inndonesia baikk di bidang domestik dan dalam menjalankan


pembanguna m

k
kebijakan uar negeri.62
lu 6
Kahin, seoraang penulis ternama berpendapat
George K

6
61
Ibid, hlm, 70
0.
6
62
Hong Liu, looc. cit, www.po
okrol.com/pem
mikiran-Sukarno-terhadap-Reppublik-Rakyatt-Cina.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa Sukarno meminjam dan mengadaptasi beberapa teknik Cina dalam

mobilisasi sosial dan politik saat ia mendirikan demokrasi terpimpin. Sukarno

merumuskan agenda untuk Indonesia. Ia secara konsisten menarik gambaran

positif tentang keberhasilan Cina. Dengan menggunakan Cina sebagai pernyataan

politik dan strategi sosial, Sukarno memasukkan beberapa inspirasi konseptual

Cina dan sebagai alternatif praktis dalam melakukan pergantian demokrasi

parlementer dengan demokrasi terpimpin.

Ketika Sukarno pertama kali mengunjungi Cina pada tahun 1956 ia sudah

akrab dengan perkembangan politik dan sosial Cina. Ia juga sudah lama

menyadari pentingnya Cina bagi bangsanya. Ia mengatakan pada tahun 1930

“Barangsiapa memegang lingkungan Cina akan mengendalikan urusan dunia

Timur seluruhnya”.63 Pengetahuan Sukarno tentang Cina selama era Hindia

Belanda didasarkan pada dua sumber utama yaitu publikasi tentang Cina dan

kontak pribadi dengan orang Cina di Indonesia.

Pengetahuan Sukarno tentang perkembangan Cina merupakan titik tolak

untuk mulai memperbaiki keadaan sistem pemerintahan yang telah ada selama

demokrasi parlementer. Bisa dikatakan Cina merupakan inspirasi bagi Sukarno.

Dilihat dari nilai-nilai luhur kehidupannya, Cina dan Indonesia mempunyai

kesamaaan, yaitu semangat kekeluargaan dan gotong royong.64 Di Cina semangat

ini masih terlihat agar pemerintah dan masyarakat dapat mempertahankan

eksistensi negaranya. Namun, semangat kekeluargaan dan gotong royong yang

ada di Indonesia sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh paham individualisme.
63
Ibid.
64
Budiono Kartohadiprodjo, “Gotong Royong Konfusius”, Majalah Gatra.,Edisi Khusus Imlek,
Jakarta, Februari, 2011.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sukarno mengatakan bahwa Indonesia mulai condong ke Barat-baratan. Maka ia

pun mengajak masyarakat untuk tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan

budaya tradisional Indonesia dengan suatu sistem pemerintahan yang tidak

meninggalkan budaya tradisional dan sesuai dengan situasi dan kondisi

masyarakat.

Kemajuan ekonomi, pertahanan, politik, dan teknologi yang dicapai Cina

pada dasarnya terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak

bisa dilepaskan dari budaya tradisionalnya, misalnya ajaran Konfusius yang

sangat berakar dan berpengaruh kuat di dalam masyarakat Cina. Cina

mengajarkan bahwa negaranya harus dibangun berdasarkan negara keluarga serta

dijalankan secara hierarkis dan dalam satu organisasi sosial yang otokratis, tidak

demokratis.65 Selain itu Cina juga mengajarkan bahwa mereka yang lebih rendah

taat kepada yang lebih tinggi, kemudian yang lebih tinggi menunjukkan

kemurahan hati sebagai balasan atas kesetiaan mereka yang lebih rendah. Ajaran

Konfusius juga mengajarkan paham kolektivisme atau kebersamaan. Ajaran-

ajaran yang masih dipegang teguh oleh Cina ini diperhatikan oleh Sukarno untuk

diterapkan di Indonesia. Ia berpikir untuk memimpin Indonesia dalam hal

pemerintahan diimbangi dengan rakyat yang taat kepadanya.

Sukarno mengembangkan hubungan pribadi yang dekat dengan orang-orang

Cina di Indonesia yang mendukungnya dan ia suka mengadakan diskusi rutin

dengan mereka tentang strategi aktivitas nasionalis.66 Banyak orang Cina yang

berada di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda sehingga Sukarno menerima

65
Ibid.
66
Hong Liu, loc.cit. www.pokrol.com/pemikiran-Sukarno-terhadap-Republik-Rakyat-Cina.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baik keberadaan mereka sebagai inspirasi bagi dirinya. Pada awalnya orang Cina

datang ke Indonesia sebagai buruh yang tersebar di wilayah Indonesia, baik di

Pulau Jawa, Kalimantan, dan di berbagai daerah lainnya. Adanya keanekaragaman

ras ini membuat Sukarno berusaha untuk mencari sistem yang paling tepat

diterapkan di Indonesia.

Pada masa kabinet Ali terdapat sikap anti Cina pada masyarakat Indonesia.

Ini disebabkan adanya kecemburuan sosial masyarakat Indonesia terhadap

keadaan ekonomi masyarakat Cina yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat

pribumi. Namun dalam perkembangannya masyarakat Indonesia juga mulai sadar

akan rasa persatuan dan persaudaraan antara orang-orang Cina dan orang-orang

Indonesia bahwa keduanya orang Timur, keduanya adalah orang-orang yang

menderita, orang-orang yang sama-sama berjuang menuntut hidup bebas. Sukarno

menyimpulkan dengan mengatakan, bahwa Indonesia dan masyarakat Cina

“teman dari satu nasib, rekan dari satu upaya, kawan dari satu di depan”.67

Dengan latar belakang ini pantas jika Sukarno ingin mencontoh dan mampu

melebihi negara dan tokoh Cina sebagai panutan dalam penerapan suatu sistem

pemerintahan yang tepat untuk Indonesia. Pasca tahun 1949 ia mulai memandang

teori Mao Tse-tung, yaitu demokrasi baru sebagai ekspresi asli nasionalisme Cina

dan perluasan prinsip Sun Yat-sen yaitu demokrasi, nasionalisme, dan sosialisme

sebagai pengaruh nasionalisme yang ditanamkan di hatinya.68

Sejak Sukarno mengakui bahwa prinsip-prinsip ini merupakan salah satu

pondasi intelektual utama dari ideologi negara Indonesia, tampaknya ada prospek

67
Ibid.
68
Ibid.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nyata bahwa ia akan mengembangkan rasa kedekatannya dengan Cina dan dengan

Mao Tse-tung, yang dianggap sebagai pengganti dari Sun Yat-sen. Sukarno

mengikuti perkembangan politik Cina sepanjang tahun 1950-an dan sangat

terkesan dengan sentralisme demokratis. Perkembangan yang diikuti Sukarno

tampak pada keakrabannya dengan tulisan-tulisan politik dan budaya dari Mao

Tse-tung dan Lu Xun, seorang penulis terkenal Cina yang berhaluan kiri.69

Hubungan Sukarno yang baik dengan Cina mendapat respon yang baik pula

dari pihak Cina. Pemimpin Cina sangat tertarik kepada Sukarno karena Indonesia

merupakan negara besar yang memiliki hubungan diplomatik dengan Cina,

meskipun kenyataannya bahwa Sukarno merupakan presiden yang hanya

memegang kekuasaan simbolis. Orang Cina menganggapnya sebagai pemimpin

yang memegang otoritas tertinggi di Indonesia terhadap kebijakan domestik

maupun eksternal. Hal ini merupakan suatu kesalahpahaman yang berasal dari

pola politik Cina, dimana konsep demokrasi parlementer dan praktek pembagian

kekuasaan tidak punya tempat di sana. Respon baik yang ditunjukkan oleh Cina

mempunyai harapan bahwa seorang presiden yang pro Cina akan memiliki

pengaruh positif terhadap sikap masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Cina.

Setelah Sukarno melakukan kunjungannya ke luar negeri ia semakin

percaya diri untuk tampil ke panggung politik, apalagi kondisi politik dalam

negeri semakin genting. Kondisi ini menambahkan keyakinannya bahwa sudah

cukup waktunya untuk tampil ke panggung politik. Situasi Indonesia yang tidak

sesuai dengan keinginannya itu mendorong Sukarno untuk membandingkan

69
Ibid.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

negara sendiri dengan negara lain dalam usahanya untuk mencari jalan keluar.

Hasil yang mengecewakan dari perjalanannya ke Amerika dan Uni Soviet

memaksanya untuk melihat ke Cina sebagai sumber inspirasinya. Sukarno berniat

untuk membangun sistem politik Indonesia masa depan yang didefinisikan secara

luas dalam tradisi Timur dengan meningkatkan daya tarik Cina.

Sukarno menunjukkan rasa kagum pada pembangunan ekonomi Cina. Ia

tertarik kepada proyek-proyek besar Cina yang sedang berjalan, seperti Jembatan

Sungai Yangtze, dan lain-lain yang menunjukkan bahwa negara tersebut sedang

memasuki era dengan masa depan yang cerah. Laporan kepada Parlemen

Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani dapat diartikan

sebagai indikasi daya tarik Sukarno dengan kemajuan Cina. Selain itu, Sukarno

juga mengatakan kepada wartawan Indonesia bahwa pemimpin Cina merupakan

model kerja manusia, mereka sedikit berbicara dan banyak bekerja.70 Dengan

bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa Sukarno tertarik dengan gaya

kepemimpinan dan cara-cara menjalankan pemerintahan di Cina. Ia ingin

menerapkannya di Indonesia sebagai upaya mengatasi permasalahan yang ada di

dalam negeri selama era demokrasi parlementer.

Sukarno memberi kesan yang mendalam terhadap Cina, terhadap semangat

yang tinggi masyarakat Cina. Hal ini dapat dibuktikan melalui beberapa faktor

yang mendorong Cina untuk berkembang pesat pasca kolonial. Faktor itu adalah

Sumber Daya Alam yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi, serta

didukung oleh masyarakat Cina sendiri yang mampu bekerja giat dan bersedia

70
Ibid, hlm, 8.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk mengorbankan kepentingan individu untuk kepentingan bangsa. Untuk

menciptakan suatu negara yang berdasarkan kekeluargaan, Cina mengajarkan

bahwa mereka yang lebih rendah taat kepada yang lebih tinggi. Ini dapat

menginspirasikan Sukarno untuk mencontoh cara ini. Sukarno mulai berpikir

untuk menciptakan suatu negara dengan kepemimpinan, bahwa pemimpin dalam

pemerintahan yang dimaksud dapat mengayomi rakyat dan dapat sebagai panutan

serta dihormati oleh rakyat.

B. Latar Belakang Politik

Munculnya gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dilatarbelakangi

oleh adanya pengetahuan, pengamatan, pendapat, dan keinginan. Pengetahuan

yang didapat Sukarno berasal dari kehidupan politik yang digelutinya, sedangkan

pengamatannya berasal dari keadaan maupun kejadian-kejadian yang telah ada

sebelum penerapan demokrasi terpimpin. Melalui pengetahuan dan

pengamatannya telah memunculkan pendapat yang berupa generalisasi dari

pengetahuan dan pengamatannya tersebut. Setelah mengemukakan pendapat,

Sukarno mempunyai keinginan sebagai tindak lanjut dari pengetahuannya.

Munculnya gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dapat dilihat

melalui latar belakang politiknya, sebagai berikut :

1. Pandangan Sukarno tentang Demokrasi Parlementer

Dalam memunculkan gagasan demokrasi terpimpin Sukarno mempunyai

latar belakang dan pertimbangan politik tertentu. Selama pelaksanaan demokrasi

parlementer ia sering merasa kecewa dengan jalannya pemerintahan. Hal ini

berhubungan dengan pandangannya sendiri tentang demokrasi itu yang


47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menurutnya bertolak belakang dengan tujuan utama bangsa Indonesia. Demokrasi

tanpa batas itulah yang selalu dikatakan oleh Sukarno yang menempatkan

presiden hanya sebagai kepala negara tanpa ada sedikit campur tangan dalam hal

pemerintahan. Hal ini merupakan salah satu alasannya kurang menyukai

berjalannya pemerintahan dengan demokrasi parlementer. Ia juga beranggapan

bahwa dia hanya sebagai tukang stempel saja.71

Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) secara tegas menyatakan dalam

pasal 45 ayat 1 “Presiden ialah Kepala Negara”. Kedudukan presiden adalah

sebagai kepala negara, presiden tidak dimintai pertanggungjawaban atas roda

pemerintahan, sementara yang harus bertanggung jawab adalah para menteri baik

secara sendiri-sendiri ataupun kolektif berdasarkan pasal 83 ayat 1 dan 2

Konstitusi RIS.72 Dilihat dari kedudukan tersebut terdapat persoalan ketika

UUDS tidak secara tegas dalam satu pasal pun menyatakan apakah presiden

merupakan bagian dari pemerintah bersama-sama para menteri atau pemerintah

itu hanya menteri-menteri saja tanpa presiden. Keadaan seperti inilah yang

kemudian menimbulkan ketidakstabilan dalam pemerintahan. Sukarno

menganggap bahwa keadaan seperti ini menimbulkan dualisme dalam

kepemimpinan dimana pimpinan revolusi dipisahkan dari pimpinan pemerintahan.

Ketentuan pasal 83 mengharuskan segala keputusan presiden ditandatangani

oleh menteri-menteri yang bersangkutan. Persetujuan ini sangat penting karena

pasal 83 UUDS 1950 menyatakan bahwa Perdana Menteri bersama menteri-

71
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945
Dengan 8 Negara Maju, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm, 86.
72
Pasal 83 ayat (1) konstitusi RIS: “ Presiden dan wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.”
Ayat (2) “ menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan Pemerintah baik secara
bersama-sama untuk seluruhnya,maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri. “
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, sedangkan

presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat dalam arti tidak memiliki

tanggung jawab.

Oleh karena itu maksud pasal 83 tersebut adalah memberikan menteri-

menteri tanggung jawab dan pemegang kekuasaan membentuk undang-undang

dan peraturan-peraturan lainnya, sementara kekuasaan presiden dan wakil

presiden sangat terbatas yang meliputi:73

a) Kekuasaan mengangkat atau menetapkan Pejabat Tinggi Negara.

UUDS secara tegas memberi kekuasaan kepada presiden untuk mengangkat

wakil presiden,74 Perdana Menteri dan menteri-menteri,75 dan pejabat-pejabat

lainnya. Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk mengesahkan pemilihan

ketua dan wakil-wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

b) Kekuasaan di bidang legislasi.

Dalam hal legislasi pemerintah bersama-sama dengan DPR mempunyai

kekuasaan dalam hal perundang-undangan.76 Presiden juga mempunyai kekuasaan

untuk mengambil inisiatif dalam perundang-undangan dan menyampaikan

rancangan undang-undang kepada DPR dengan amanat presiden.

c) Kekuasaan di bidang yudisial.

UUDS memberi kekuasaan yudisial kepada presiden berupa kekuasaan

memberi grasi (ampunan) bagi seorang yang dijatuhi hukuman oleh pengadilan.

73
Ibid, hlm, 87-89.
74
Pasal 45 ayat 4 UUD Sementara : “ untuk pertama kali wakil Presiden diangkat oleh Presiden
dari anjuran yang dimajukan oleh DPR“.
75
Pasal 51 ayat 1 UUD Sementara:” Presiden menunjuk seorang atau beberapaorang pembentuk
kabinet”, ayat 2 : sesuai anjuran pembentuk kabinet itu, Presiden mengangkat seorang daripadanya
menjadi Perdana Menteri dan mengangkat menteri-menteri yang lain “.
76
Pasal 89 UUDS Tahun 1950.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kekuasaan ini dimaksudkan sebagai kekuasaan untuk meringankan hukuman atau

membatalkan hukuman.77

d) Kekuasaan di bidang militer.

Pasal 85 UUDS secara tegas menyatakan bahwa presiden memegang

kekuasaan atas Angkatan Perang, namun keputusan-keputusan yang dikeluarkan

atas kekuasaan tersebut diharuskan mendapat tanda tangan dari menteri yang

membidanginya.

Dalam UUDS tidak disebutkan mengenai penyebutan jabatan presiden

selaku pemegang kekuasaan atas Angkatan Perang, tidak seperti Konstitusi RIS

yang secara tegas menyatakan bahwa presiden ialah Panglima Tertinggi Tentara

Republik Indonesia Serikat.78 Dalam pasal 127 ayat 1 UUD Sementara hanya

menyebutkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan

Perang Republik Indonesia. Maksud dalam Undang-undang itu adalah tentang

kekuasaan presiden dalam hal keputusan mengenai Angkatan Perang yang harus

ditandatangani oleh Menteri Pertahanan. Jadi pemegang keputusan sebenarnya

adalah tetap menteri yang bersangkutan.

e) Kekuasaan di bidang hubungan luar negeri

UUDS secara tegas menyatakan bahwa presiden mempunyai kekuasaan

untuk mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan persetujuan dengan

negara-negara lain. Perjanjian atau persetujuan tidak sah sebelum disetujui oleh

Undang-undang. Pemerintah juga mempunyai kekuasaan untuk memasukkan

Republik Indonesia ke dalam organisasi-organisasi antar negara. Presiden juga

77
Pasal 107 Ayat 1 dan 2 UUDS 1950.
78
Pasal 182 Ayat 1 Konstitusi RIS 1949.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mempunyai kekuasaan untuk menunjuk wakil-wakil diplomatik dan konselur

negara-negara asing.79

Dengan adanya kekuasaan presiden yang secara tegas tertuang dalam UUD

Sementara di atas, kekuasaan presiden tidak sebesar para menteri. Dalam

prakteknya Perdana Menterilah yang bertanggung jawab terhadap jalannya

pemerintahan. Sukarno tidak setuju dengan penerapan demokrasi parlementer

yang telah berjalan karena dalam pelaksanaannya dia menganggap bahwa

kesadaran nasional dan jiwa nasional Indonesia telah menurun, terlebih pergantian

kabinet yang begitu cepat dan tidak dapat menyelesaikan kebijakannya. Melalui

pidatonya Sukarno mengatakan bahwa:

“.......Pergantian kabinet yang berulang kali dan selalu mengalami


kerewelan-kerewelan merupakan cermin menurunnya kesadaran
nasional dan kekuatan jiwa nasional. Apakah kelemahan jiwa kita itu?
kelemahan jiwa kita adalah bahwa kita kurang percaya kepada diri
sendiri sebagai bangsa sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar
negeri, kurang percaya satu sama lain padahal kita asalnya adalah
rakyat gotong royong”......80

Sukarno memandang demokrasi parlementer merupakan suatu demokrasi

ala Barat yang tidak sesuai dengan suasana Indonesia.81 Indonesia merupakan

suatu negara bangsa yang berdiri setelah melalui perjuangan panjang dengan

adanya kolonisasi. Sisa-sisa kolonisasi juga masih melekat di Indonesia. Maka

perlu adanya suatu perombakan sistem yang mencerminkan jati diri bangsa

Indonesia.

79
Pasal 123 UUDS Tahun 1950.
80
Sukarno,op. cit, hlm, 304.
81
R.E.Elson, The Idea of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan, Jakarta, PT Serambi Ilmu
Semesta, hlm, 321.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sukarno mengecam adanya jumlah partai yang terlalu banyak selama

penerapan demokrasi parlementer. Dalam pidatonya tahun 1956, ia mengatakan

dengan lantang untuk segera menguburkan semua partai meskipun baginya belum

jelas kemana ia akan pergi.82 Ia selalu menguji-uji iklim politik. Di luar

dugaannya bahwa sistem kepartaian telah menggagalkan cita-cita bangsa dan

keinginannya untuk membawa perubahan sesuai keinginan rakyat Indonesia

menuju masyarakat adil dan makmur.

Melalui perkataan Sukarno sangat jelas bahwa Sukarno tidak mendukung

berjalannya demokrasi parlementer yang telah ada. Tujuan utama yang menjadi

impiannya adalah terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Menurutnya

demokrasi yang telah ada merupakan sebuah demokrasi yang tidak mengenal

pimpinan dan tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang berdasarkan

pada nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong. Dalam pidatonya pada tahun

1957 Sukarno mengatakan bahwa :83

...”Demokrasi kita demokrasi ”free fight liberalism”. Demokrasi kita


demokrasi “hantam kromo”, demokrasi “asal bebas mengeluarkan
pendapat”, demokrasi bebas mengkritik, bebas mengejek, bebas-
bebas-bebas-zonder leiderschap, zonder management kearah tujuan
yang satu”...

Sukarno berpendapat bahwa demokrasi parlementer itu terkait dengan hal-

hal yang berbau kebebasan yang tanpa batas dan tidak bertanggungjawab. Adanya

kebebasan yang tidak terkontrol itu telah menciptakan suatu keadaan yang tidak

stabil. Dalam pelaksanaan demokrasi parlementer perlu adanya koreksi dalam

sistem politik yang telah dianut. Sistem politik yang dijiplak mentah-mentah dari

82
John. D Legge, Sukarno Sebuah Biografi Politik, Jakarta, Sinar Harapan, 1985, hlm, 321.
83
Soekarno, op. cit, hlm, 290.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dunia luar, bukan “ free fight liberalism“ yang dipakai tetapi demokrasi yang

mengandung management di dalamnya kearah tujuan yang satu yaitu masyarakat

keadilan sosial.84

Dalam pidatonya, Sukarno mengajak masyarakat untuk bangkit dan melihat

keadaan politik dalam pemerintahan yang telah ada dengan tujuan agar

masyarakat dapat menilai apakah tujuan nasional sudah dapat mensejahterakan

rakyat Indonesia atau belum. Demokrasi parlementer dianggap suatu demokrasi

yang membiarkan seribu macam tujuan untuk golongan atau perseorangan. Hal itu

akan menenggelamkan kepentingan nasional.

Reaksi langsung terhadap pidato Sukarno itu berbagai ragam. Juru bicara

partai-partai tentu menolak gagasannya karena mereka merasa dijadikan korban

tetapi juga bingung dan ragu-ragu, bagaimana cara merumuskan

ketidaksetujuannya. Melalui pidato-pidato Sukarno itu telah menunjukkan

kekayaan akal dan kemahirannya dalam siasat politik dengan membujuk mereka

yang ragu-ragu, mengambil inisiatif dari lawan-lawannya, menyesuaikan diri

dengan keadaan jika terbentur, dan menunggu kesempatan selanjutnya. Cara

Sukarno dalam memandang situasi dan kondisi pemerintahan selama demokrasi

parlementer sangat tepat dan begitu rapi untuk mengubah sistem yang ada demi

menyelamatkan negara dari kekacauan politik.

C. Kondisi Indonesia Sebelum Penerapan Demokrasi Terpimpin

Sebelum penerapan demokrasi terpimpin Indonesia mengalami krisis

politik. Keadaaan pemerintah yang kurang terkontrol akibat pemberontakan yang

84
Ibid, hlm, 291.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terjadi diberbagai daerah. Adapun kondisi yang mengarah runtuhnya demokrasi

parlementer, dan berdirinya demokrasi terpimpin adalah :

1. Kegagalan Konstituante dalam Merumuskan UUD

Tugas Konstituante adalah mengganti Undang-undang Dasar Sementara

(UUDS) dengan Undang-Undang Dasar (UUD) yang baru yang mengalami

kegagalan. Hal ini dapat dilihat melalui sidang Konstituante yang tidak dapat

mengganti Undang-undang Dasar itu. Konstituante telah bekerja keras dengan

harapan dapat menyelesaikan tugas tersebut pada awal tahun 1960. Pekerjaan

dasarnya dilakukan oleh panitia persiapan konstitusi dengan subkomite yang

masing-masing mengurusi dasar filosofi negara, hak asasi manusia, arsitektur

pemerintahan, dan perkara-perkara lain seperti keuangan, pegawai negeri sipil dan

lambang negara.85 Sidang pleno yang telah dilakukan oleh Konstituante tidak

memperoleh kemajuan dalam menghadapi rintangan mengenai persoalan, apakah

Islam harus menjadi dasar negara atau tidak. Mengingat penduduk Indonesia

beragam yang terdiri atas berbagai suku, ras, agama, maupun kebudayaan, tidak

hanya penduduk Islam saja yang mendiami wilayah Indonesia, maka perlu

pemikiran yang matang untuk menetapkan dasar negara yang mencakup

kepentingan bersama.

Susunan keanggotaan Konstituante yang demokratis sangat mempengaruhi

hasil kerja Konstituante yang mengalami suatu ketidakpastian. Keanggotaannya

terbagi hampir seimbang yaitu 285 suara mendukung pandangan sekuler dan 230

mendukung pandangan Islam. Kedua belah pihak tidak bisa mencapai mayoritas

85
R.E.Elson, op. cit, hlm, 312.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

⅔ suara ketika memutuskan suatu persoalan inti. Seperti yang diungkapkan oleh

Astrawinata, orang pertama di dalam Konstituante yang mengemukakan thesis

jalan buntu. Dia menduga blok Pancasila dan blok Islam masing-masing tidak

dapat mencapai mayoritas ⅔ suara dan akhirnya akan kembali ke UUD 1945

untuk menembus jalan buntu tersebut.86

Dengan demikian Dewan Konstituante pun macet ketika DPR dan presiden

Sukarno menganjurkan kembali pada UUD 1945. Sesuai pasal 134 UUDS,

Konstituante dan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD RI yang akan

menggantikan UUDS.87 Sikap yang ditempuh untuk kembali pada UUD 1945

telah melalui prosedur yang konstitusional dan tentunya legal karena berdasar

pada pasal 134 UUDS.

Sukarno menganggap bahwa kegagalan Konstituante merupakan suatu

langkah yang tepat untuk memunculkan demokrasi terpimpin ke dalam

pemerintahan. Ia juga mengatakan bahwa dengan UUD 1945 akan menjamin

pemerintah yang stabil lebih dari UUDS 1950. Anjuran presiden dan pemerintah

untuk kembali kepada UUD 1945 disampaikan kepada segenap rakyat Indonesia

dengan amanat presiden tidak memperoleh keputusan dari Konstituante.

Dalam rapat Konstituante dengan presiden pimpinan Konstituante

mengajukan beberapa usul sebelum memutuskan untuk kembali ke UUD 1945,

yaitu: 1) DPR hendaknya tetap mempunyai hak-hak parlementer seperti hak

bertanya, hak angket, hak interpelasi, kecuali hak mengajukan mosi tidak percaya

86
P.J Suwarno mengutip dalam Adnan Buyung Nasution. The Aspiration For Contitutional
Government in Indonesia A Sosio-Legal Study of the Indonesian Konstituante 1956-1959.
Jakarta,Pustaka Sinar harapan, 1992 , hlm, 329.
87
Notosoetardjo, Kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945,1959, Jakarta, Harian Pemuda, hlm,
228.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepada pemerintah; 2) Anggota-anggota Dewan Perancang Nasional harus

mempunyai empat syarat, yaitu :88 menyetujui masyarakat adil dan makmur, ahli

dan cakap, patriotik selama masa kemerdekaan, dan mendapat dukungan luas dari

massa atau golongan karya; 3) Program, komposisi dan personalia kabinet

hendaklah mencerminkan kehendak dan kepentingan rakyat terbanyak; 4) Aparat

negara didemokrasikan dan dibersihkan dari korupsi dan birokratis; 5) Golongan

Angkatan Bersenjata dalam DPR dapat disetujui tetapi cara pemasukannya

sebaiknya melalui pemilu resmi; 6) Masa peralihan dalam terbentuknya MPR

diusahakan sesingkat mungkin; 7) Keputusan-keputusan pleno Konstituante

hendaknya dijadikan pegangan bagi tindakan penyelenggaraan kekuasaan

pemerintah oleh segenap alat kelengkapan negara disamping itu dijamin hak-hak

kebebasan yang demokratis.

Usulan yang dilontarkan Konstituante ini mempunyai tujuan agar UUD

1945 dapat berjalan dengan baik sebagai dasar Negara dan dapat menjamin tidak

akan ada lagi kekacauan serta sistem pemerintahan semakin demokratis.

2. Program Kabinet yang Tidak Terlaksana

Pelaksanaan demokrasi terpimpin di Indonesia merupakan suatu reaksi dari

pelaksanaan pemerintahan dengan sistem demokrasi parlementer. Presiden hanya

sebagai kepala negara sedangkan kepala pemerintahan di bawah Perdana Menteri.

Pelaksanaan sistem demokrasi parlementer tidak menunjukkan adanya

keberhasilan. Hal ini dapat dibuktikan melalui kabinet-kabinet yang tidak dapat

bertahan lama dan tidak dapat melaksanakan kebijakan-kebijakannya, karena

88
Ibid, hlm, 262-263.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Parlemen sering menjatuhkan kabinet bila kelompok oposisi kuat. Pihak oposisi

yang komposisinya berubah-ubah juga telah menyebabkan keadaan politik

menjadi tidak stabil.

Kabinet pertama yang ada sejak tahun 1950 yaitu Kabinet Natsir yang hanya

bertahan selama kurang lebih 7 bulan, yaitu pada tanggal 6 September 1950-21

Maret 1951. Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Partai

Masyumi. Kebijakan kabinet ini adalah membentuk DPRD di seluruh Indonesia,

menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman, menyempurnakan susunan

pemerintahan, menyempurnakan organisasi Angkatan Perang, mengembangkan

dan memperkuat ekonomi rakyat, dan memperjuangkan penyelesaian masalah

Irian Barat.89 Program Kabinet Natsir tersebut tidak berjalan lancar terutama

mengenai masalah Irian Barat yang berujung pada suatu kegagalan. Selain itu,

program mengenai pembentukan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)

ditentang oleh partai oposisi karena dianggap hanya menguntungkan Partai

Masyumi. DPRD tidak dibentuk lewat pemilu yang bersifat langsung tetapi

melalui badan pemilih yang anggotanya berasal dari organisasi massa, seperti

partai politik, serikat buruh, perkumpulan wanita, pemuda, ulama atau

perkumpulan sosial lainnya.90 Dengan cara seperti ini Masyumi akan memperoleh

keuntungan paling besar karena paling teratur dan mempunyai struktur sampai ke

desa-desa.

Adanya berbagai kendala tersebut mengakibatkan berakhirnya kekuasaan

kabinet ini, yang ditandai dengan adanya mosi tidak percaya dari PNI
89
Nugroho Notosusanto,dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta, Balai Pustaka, 1993, hlm,
213.
90
Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Baru II, Yogyakarta, USD, 2009, hlm, 37-38.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD. Mosi tersebut

disetujui Parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada

presiden.

Setelah Kabinet Natsir jatuh, presiden menunjuk Sidik Djojosukarno (PNI)

dan Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) untuk membentuk kabinet koalisi.

Akhirnya setelah berunding muncul Kabinet Sukiman di bawah pimpinan Perdana

Menteri Sukiman. Kabinet ini berlangsung sejak 26 April 1951 hingga Februari

1952. Program yang diusung oleh kabinet ini adalah menjamin keamanan dan

ketentraman, mengusahakan kemakmuran rakyat, mempercepat persiapan

pemilihan umum, dan menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta

memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.91 Ada hal yang

menonjol dalam pemerintahan kabinet ini yaitu mengenai politik luar negeri yang

condong ke Amerika Serikat. Hal ini ditandai dengan adanya kerjasama keamanan

antara RI dan Amerika Serikat (Mutual Security Act),92 dimana RI mendapat

bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat. Politik luar negeri

seperti itu sangat bertolak belakang dengan program yang diusungnya yaitu

politik bebas aktif karena Indonesia lebih condong ke negara Barat.

Dalam menjalankan program yang telah diusung oleh kabinet ini banyak

mengalami hambatan diantaranya adalah adanya gangguan keamanan dalam

negeri. Pemerintahannya juga kurang tegas terutama dalam menghadapi

pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah,

Sulawesi Selatan. Korupsi meluas dan hubungan antara sipil dan militer pun

91
Nugroho Notosusanto, op. cit, hlm, 214.
92
Kardiyat Wiharyanto , op. cit, hlm, 37.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kurang baik. Akibat Perdana Menteri Sukiman menandatangani persetujuan

bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat adalah jatuhnya kabinet

Sukiman yang berakhir dengan adanya pertentangan dari Masyumi dan PNI atas

tindakan Perdana Menteri. Hal itu menyebabkan dukungan partai itu kepada

kabinet ditarik kembali. Sukiman pun harus menyerahkan mandatnya pada

presiden.

Meskipun mengalami kegagalan, Kabinet Sukiman juga menunjukkan

beberapa hasil positif yang perlu diketahui. Kabinet ini mampu memajukan

perusahaan kecil, memperhatikan serta melindungi kaum buruh, dan dapat

memperluas pendidikan ke berbagai daerah. Banyaknya kekurangan

menyebabkan kabinet ini terpaksa harus jatuh. Dalam masa dua tahun sejak

negara kesatuan RI terbentuk menggantikan RIS, kabinet sudah berganti dua kali.

Kabinet yang telah disebut di atas hanya memerintah kira-kira satu tahun dan

sudah tentu program kabinet yang direncanakan tidak dapat terlaksana. Salah satu

faktor penyebab bagi jatuhnya kabinet-kabinet itu dalam rangka sistem ekonomi

parlementer yang liberal ialah adanya partai-partai yang mayoritas anggotanya

berasal dari Masyumi dan PNI. Sehingga untuk membentuk suatu pemerintah

yang kuat perlu dukungan dari kedua partai terbesar itu. Padahal hampir selalu

terdapat ketidakserasian antara kedua partai tersebut.

Pada tanggal 30 Maret 1952 muncul Kabinet Wilopo. Kabinet ini terdiri atas

PNI, Masyumi, dan partai-partai lain seperti PSI, PKRI, Parkindo, Parindra, Partai

Buruh, serta PSII. Dalam menentukan susunan kabinetnya, Wilopo mengusahakan

adanya suatu tim yang terpadu sebagai zaken kabinet (yang menteri-menteri
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dianggap ahli dalam bidangnya masing-masing) sehingga dapat secara bulat

mendukung kebijaksanaan pemerintah. Program kerja kabinet ini adalah

menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota Dewan Konstituante, DPR dan

DPRD, meningkatkan kemakmuran rakyat, membebaskan Irian Barat, dan

menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif.93 Dalam merealisasikan

programnya kabinet ini mengalami hambatan misalnya adanya gangguan

keamanan dalam negeri, baik yang berupa pengkhianatan maupun gerakan

separatisme. Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi suatu peristiwa dimana

pemerintah menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak

senang dikalangan partai politik karena dipandang akan membahayakan

kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam

TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD (Kepala Staf Angkatan

Darat) A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia

mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang

dikirim ke seksi pertahanan parlemen yang menimbulkan perdebatan dalam

Parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan

kebijakan Kolonel Bambang Supeno dalam memulihkan keamanan di Sulawesi

Selatan.94 Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah

menuntut dibubarkannya Parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin

Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar Parlemen dibubarkan, tetapi

saran tersebut ditolak. Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan

reformasi dan reorganisasi Angkatan Perang dan mengecam kebijakan KSAD

93
Nugroho Notosusanto, op. cit, hlm, 216-217.
94
Boyd. R Compton, Kemelut Demokrasi Liberal: Surat-surat Rahasia, Jakarta, LP3ES, hlm, 4-9.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A.H Nasution. Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira Angkatan Darat

untuk menekan Sukarno agar membubarkan kabinet. Adanya demonstrasi

pembubaran Parlemen dan kegagalan dari kabinet ini maka tanggal 2 Juni 1953

Kabinet Wilopo dibubarkan.

Meskipun terjadi pergantian kabinet parlementer yang cepat antara Kabinet

Sukiman dan Kabinet Wilopo namun terjadi kesinambungan kegiatannya yang

pantas untuk dipertimbangkan. Semua pemimpin dalam kabinet tersebut

memberikan prioritas penting ke dalam upaya menegakkan keamanan, dan

menjadikan cara kerja pemerintah yang lebih efisien. Mereka semua dapat

mencurahkan pikirannya kepada upaya meningkatkan dan memulihkan produksi,

menggairahkan pembangunan, memelihara kemantapan moneter dan tanpa

memberi tantangan pada kekuatan perusahaan Barat dan Cina yang masih

dominan dalam struktur ekonomi di Indonesia. Di sisi lain pergantian kabinet itu

juga akibat adanya suatu kepemimpinan yang membosankan. Dikatakan

membosankan karena sebagian program yang dijalankan oleh masing-masing

kabinet tidak berhasil yang membuat rakyat tidak puas dan sering mengadakan

pemberontakan-pemberontakan.

Setelah Kabinet Wilopo jatuh, kabinet digantikan oleh Kabinet Ali, di

bawah Perdana Menteri Ali I. Kabinet Ali merupakan koalisi antara PNI dan NU.

Ia memerintah antara tanggal 31 Juli 1953 sampai tanggal 24 Juni 1955. Program

yang diusung oleh kabinet ini adalah meningkatkan keamanan dan kemakmuran

serta segera menyelenggarakan pemilu, membebaskan Irian Barat secepatnya, dan

melaksanakan politik bebas aktif dan meninjau kembali persetujuan Konferensi


61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Meja Bundar (KMB). Dalam melaksanakan programnya kabinet ini menghadapi

berbagai pengkhianatan dan gerakan separatisme seperti DI/TII di Jawa Barat,

Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. 95 Rasa tidak senang juga timbul

di daerah-daerah tersebut.

Kabinet Ali I mengalami masalah perekonomian. Setiap rencana

pembangunan ekonomi adalah menciptakan suatu sikap dasar dan peraturan

mengenai penanaman modal asing. Pada masa Kabinet Ali tidak ada bukti bahwa

ketentuan semacam ini dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Tidak adanya

peraturan-peraturan penanaman modal asing telah berdampak ganda. Pertama,

bahwa ia menghalangi penanaman modal asing baru meskipun tidak ada tanda-

tanda bahwa Indonesia akan mampu menarik modal besar, seandainya peraturan-

peraturan itu tidak ada. Kedua, kekosongan ini menimbulkan bahaya serius bagi

operasi-operasi modal asing yang sudah berjalan. Indonesia pun akan mengalami

kerugian-kerugian akibat kebijakan ekonomi Kabinet Ali. Meskipun banyak

tantangan namun kabinet ini mengalami keberhasilan dalam menyelenggarakan

Konferensi Asia Afrika yang menghasilkan Dasasila Bandung yang mendorong

munculnya politik luar negeri yang terikat atau memihak pada salah satu negara

besar.96 Pada masa Kabinet Ali I belum terlalu tampak adanya ketidaksenangan

masyarakat meskipun program-programnya belum terlaksana sepenuhnya.

Setelah pemilu tahun 1955 Ali Sastroamidjojo terpilih lagi sebagai Perdana

Menteri dengan dukungan Masyumi dan NU. Kabinetnya disebut Kabinet Ali II.

Kabinet ini mencanangkan beberapa program kerja misalnya membebaskan Irian

95
Kardiyat Wiharyanto, op. cit. hlm, 38.
96
Boyd. R Compton, op.cit, hlm, 40-309.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Barat, melaksanakan pembentukan daerah-daerah otonom, menyehatkan anggaran

keuangan, dan mewujudkan pergantian ekonomi kolonial.97 Dalam

perkembangannya Kabinet Ali II juga menghadapi gerakan separatis dan gerakan

anti Cina. Disamping itu kabinet ini harus menghadapi kesukaran adanya perasaan

tidak senang yang timbul di berbagai daerah-daerah. Persoalannya ialah beberapa

daerah di Sumatra dan Sulawesi merasa tidak puas dengan alokasi biaya

pembangunan yang diterimanya dari pusat dan mereka juga tidak menaruh

kepercayaan lagi pada pemerintah. Gerakan-gerakan daerah mendapat dukungan

dari beberapa panglima dan dewan-dewan daerah yang terbentuk dalam Dewan

Banteng, Dewan Gajah, Dewan Garuda, dan Dewan Manguni. Adanya dukungan

itu menyebabkan gerakan-gerakan yang ada di daerah semakin sulit dipecahkan

oleh pemerintah dan semakin melemahkan kedudukan Kabinet Ali II. Keadaan

semakin gawat dengan munculnya gerakan-gerakan separatis di daerah-daerah.

Indonesia sudah tidak mempunyai pemerintah karena Perdana Menteri Ali

Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya kepada Presiden. Presiden Sukarno

pun mengumumkan berlakunya SOB (negara dalam keadaan bahaya) dan dengan

demikian Angkatan Perang mendapat wewenang khusus untuk mengamankan

negara. Presiden menghubungi partai-partai untuk membentuk pemerintahan baru

karena kaum politisi dari parta-partai masih tawar menawar dalam hal kedudukan,

maka Sukarno pun menunjuk dirinya sebagai formatur. Formatur Sukarno

kemudian membentuk kabinet karya dengan Ir. Juanda sebagai Perdana Menteri.98

97
Kardiyat Wiharyanto, op cit, hlm, 41.
98
Nugroho Notosusanto, dkk, Sejarah Nasional VI, Jakarta, Balai Pustaka, 1993, hlm, 272-277.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kabinet Djuanda resmi terbentuk pada tanggal 9 April 1957 dan disebut

dengan Kabinet Karya. Kabinet ini adalah zaken kabinet dan selain harus

menghadapi pergolakan di daerah, bertugas melanjutkan perjuangan untuk

membebaskan Irian Barat, dan menghadapi keadaan ekonomi dan keuangan yang

buruk dengan kemerosotan jumlah devisa dan rendahnya angka-angka ekspor.

Program Kabinet Djuanda terdiri dari lima pasal atau Panca Karya, yaitu :99

1. Membentuk Dewan Nasional

2. Normalisasi keadaan Republik

3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB

4. Memperjuangkan Irian

5. Mempergiat pembangunan

Karena adanya berbagai pemberontakan dan kegagalan Dewan Konstituante

dalam membuat UUD yang baru maka Kabinet Djuanda mengundurkan diri pada

tanggal 24 Juli 1959. Hal ini mendorong presiden untuk mengeluarkan Dekrit 5

Juli 1959 dan kekuasaan pemerintahan kembali ke tangan presiden. Presiden

Sukarno ingin mengajak bangsa Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan dan

melaksanakan sistem demokrasi terpimpin dengan tujuan ingin memperbaiki

keadaan Indonesia.

Sukarno telah yakin bahwa keadaan yang terjadi selama demokrasi

parlementer menggugah keinginan Sukarno untuk mengadakan pembaharuan

dalam sistem pemerintahan. Ia mengungkapkan keinginannya melalui pidatonya

bahwa Indonesia memerlukan satu demokrasi yang berdisiplin, satu demokrasi

99
Ibid, hlm, 277.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang sesuai dengan dasar hidup bangsa Indonesia yaitu gotong royong, satu

demokrasi yang membatasi diri sendiri kepada tujuan yang satu, satu demokrasi

met leiderschap, satu demokrasi terpimpin.100 Keadaan yang telah ia amati

bertahun-tahun pun dapat ia putuskan jalan keluarnya yaitu mengganti sistem

pemerintahan yang ada dengan sistem pemerintahan dengan demokrasi terpimpin.

Latar belakang Sukarno dalam memunculkan gagasan baik dalam bidang

sosial maupun politik dapat menjadi contoh bagi pribadi seseorang, khususnya

pemimpin untuk dapat memperbaiki kondisi yang kurang baik menuju ke hal yang

lebih baik. Pengalaman yang telah dialami Sukarno dijadikannya sebagai

pelajaran untuk melaksanakan pemerintahan yang jauh dari kekacauan. Sukarno

juga mempunyai keberanian untuk mengubah sistem pemerintahan yang dianggap

tidak mampu membela rakyat. Pemimpin negara diharapkan mempunyai

keberanian dalam membela rakyat untuk menciptakan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara menyeluruh.

100
Soekarno, op.cit, hlm, 291.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

KONSEP DEMOKRASI TERPIMPIN

Dalam memunculkan gagasan tentang demokrasi terpimpin Sukarno telah

merumuskan beberapa konsep yang dijadikan sebagai rangkaian sistem

pemerintahan. Di bawah ini akan dijelaskan makna dan konsep demokrasi

terpimpin oleh Sukarno dan sistem politik serta ekonomi yang ditawarkan

olehnya, sebagai berikut:

A. Makna Demokrasi Terpimpin Oleh Sukarno

Sukarno adalah salah seorang yang mempersembahkan pikiran-pikirannya

dengan segala kerendahan hati untuk dipertimbangkan. Ia merupakan seorang

pemimpin yang dapat berbicara karena kedudukan dan wewenangnya yang

khusus untuk menyuarakan aspirasi hati nuraninya dan menuntun bangsanya

menuju suatu penyelesaian. Konsepsinya telah menempatkan secara lebih jelas

pikiran-pikiran yang selalu disinggungnya dari waktu ke waktu. Sebagai titik

tolak ia mengulangi peringatannya supaya tidak meniru bentuk-bentuk bangunan

politik negara lain, tetapi dengan memperhatikan lembaga-lembaga yang sesuai

dengan sifat-sifat dan jiwa bangsa sendiri. Ia mengatakan telah mendapatkan

suatu gaya untuk mencapai kata sepakat dalam pengambilan keputusan

pemerintah yang telah berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia dalam

bentuk musyawarah di pedesaan.101 Keputusan-keputusan diambil sesudah ada

pertimbangan-pertimbangan yang lama dan cermat. Selama ada golongan

101
John D. Legge, op. cit, hlm, 325.

65
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

minoritas yang masih belum yakin akan suatu usul, musyawarah diteruskan

sampai akhirnya di bawah tuntunan seorang pemimpin dicapai kata sepakat. Tata

cara musyawarah untuk mufakat bersama dengan kepemimpinan memungkinkan

semua pendapat dipertimbangkan. Hal itu yang dijadikan oleh presiden pertama

Indonesia sebagai dasar dan acuan dalam menerapkan demokrasi terpimpin agar

tidak terjadi hal yang sama seperti pada masa demokrasi parlementer yang terlalu

bebas dan tidak terkontrol.

Demokrasi terpimpin bagi Sukarno merupakan suatu alat maka ada

kebebasan berpikir dan berbicara, tetapi dalam batas-batas tertentu yakni batas

keselamatan negara, batas kepentingan rakyat, batas kepribadian bangsa, batas

kesusilaan, dan batas pertanggungjawaban pada Tuhan.102 Sebagai pemimpin,

Sukarno harus mendengarkan pendapat dari berbagai pihak dan mengajak pihak-

pihak itu untuk musyawarah. Makna pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah

permusyawaratan yang diambil dari pembukaan UUD 1945 yang berbunyi

“kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan”.103 Jadi dalam menjalankan pemerintah

pemimpinlah yang menjadi pusat pemerintahan dan pemegang kekuasaan

berdasarkan permusyawaratan rakyat. Rakyat memiliki hak untuk mengeluarkan

pendapat namun terbatas karena akan dipertimbangkan oleh presiden.

Demokrasi ala Sukarno sudah cukup memenuhi kriteria demokrasi. Hal ini

ditunjukkan melalui adanya kebebasan yang bertanggungjawab dalam demokrasi

terpimpin. Dalam kehidupan demokrasi sesungguhnya menjamin adanya

102
Notosoetardjo, Kembali Kepada Djiwa Proklamasi, Jakarta, Harian Pemuda, 1959, hlm, 125.
103
Kardiyat Wiharyanto, op. cit, hlm 44, lihat juga di Notosoetardjo, op. cit, hlm, 211.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kebebasan pendapat bagi seluruh rakyatnya melalui suatu perwakilan. Dalam

demokrasi terpimpin memberi kebebasan berpendapat tetapi dalam batas-batas

tertentu. Rakyat dapat leluasa dalam berpendapat tetapi dalam batas yang telah

ditetapkan. Pendapat rakyat akan diproses dalam bentuk musyawarah yang

dipimpin oleh presiden sendiri. Pendapat yang bertanggung jawab yang dapat

disampaikan oleh rakyat. Hal ini menuntut seorang presiden yang tegas, peka, dan

bijaksana dalam mengambil keputusan untuk dapat mendengarkan seluruh

aspirasi rakyat.

Demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang ia kembangkan di negara

Indonesia yang sebelumnya negara-negara lain tidak memakainya. Hal ini

berdasarkan pemahaman Sukarno tentang makna demokrasi sebagai dasar

pemerintahan negara. Makna demokrasi yang ia temukan digali juga berdasarkan

nilai luhur yang ada di Indonesia, yaitu semangat kekeluargaan dan gotong

royong. Pria berkharisma itu mengartikan demokrasi terpimpin sebagai suatu

demokrasi dengan kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin yang mempunyai

kekuasaan yang jelas berdasarkan UUD 1945. Ia juga beranggapan bahwa

Indonesia belum cukup dewasa sebagai negara demokrasi seutuhnya. Penerapan

demokrasi terpimpin memiliki tujuan agar bangsa Indonesia semakin terarah dan

dapat mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur yang penuh dengan

kebahagiaan material dan spritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia.104 Masyarakat yang adil dan makmur akan dapat

diwujudkan melalui masyarakat yang teratur dan terpimpin. Sukarno juga

104
Notosoetardjo, loc.cit.hlm,125
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengungkapkan gambaran demokrasi terpimpin yaitu suatu sistem demokrasi

murni yang berlandaskan suatu ideologi yang memimpin dengan menentukan

tujuan serta cara mencapainya. Demokrasi terpimpin ialah kerakyatan yang

dipimpin oleh ideologi negara yaitu Pancasila dan oleh hikmah kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan untuk mufakat.105

Selain menurut pendapat Sukarno pemerintah Djuanda juga memaparkan

isi dan arti demokrasi terpimpin. Hal itu merupakan pertanyaan dari salah satu

anggota DPR yang diajukan pada rapat pleno perihal pelaksanaan demokrasi

terpimpin dalam rangka kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai

berikut: 106

1. Demokrasi terpimpin ialah demokrasi, atau menurut UUD 1945,


yaitu “kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebijadksanaan
dalam permusjawaratan perwakilan”.
2. Demokrasi terpimpin bukan diktatur, dan berbeda pula dengan
demokrasi liberal, jang kita praktekkan selama ini.
3. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang tjotjok dengan
kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.
4. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan
dan kemasjarakatan jang meliputi bidang-bidang politik,
ekonomi, dan sosial.
5. Demokrasi terpimpin adalah alat, bukan tudjuan.
6. Tudjuan melaksanakan demokrasi terpimpin ialah mentjapai suatu
masjarakat jang adil dan makmur, jang penuh dengan
kebahagiaan materiil dan spirituil, sesuai dengan tjita-tjita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tgl. 17-8-1945.
7. Sebagai alat, maka demokrasi terpimpin mengenal djuga
kebebasan berpikir dan berbitjara, tetapi dalam batas-batas
tertentu, jakni batas kepentingan rakjat banjak, batas kesusilaan,
batas keselamatan negara, batas kepribadian bangsa dan batas
pertanggungan-jawab kepada Tuhan.
8. Masyarakat adil dan makmur tidak bisa lain dari pada suatu
masjarakat teratur dan terpimpin, jang terikat pada batas-batas
105
Makna demokrasi terpimpin Indonesia, lihat Zulfikar Gazali, Sejarah Politik Indonesia, Jakarta,
Depdikbud,1989,hlm, 100, lihat juga Ruslan Abdul Gani, Tudjuh Bahan-Bahan Pokok
Indoktrinasi, Jakarta, Panitia Pembina Revolusi, 1961, hlm, 364.
106
Notosoetardjo, op. cit. hlm, 125.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tuntutan keadilan dan kemakmuran, dan jang mengenal ekonomi


terpimpin.
9. Untuk menjelenggarakan masjarakat adil dan makmur diperlukan
suatu pola (jang disiapkan oleh Dewan Perancang Nasional, jang
dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 80 tahun 1958), dan
untuk menjelenggarakan pola tersebut harus dipergunakan
demokrasi terpimpin, sehingga dengan demikian demokrasi
terpimpin pada hakekatnja adalah demokrasi penjelenggaraan
atau demokrasi karya (werkdemokratic).
10. Konsekwensi dari pada pelaksanaan prinsip demokrasi terpimpin
adalah:
a) Penertiban dan pengaturan menurut wadjarnya kehidupan
kepartaian sebagai alat perjuangan dan pelaksanaan tjita-tjita
bangsa Indonesia dalam suatu Undang-undang kepartaian yang
ditujukan terutama kepada keselamatan Negara dan rakjat
Indonesia (dengan djalan jang demikian itu dapat ditjegah pula
adanja sistim multi partai jang pada hakikatnja mempunjai
pengaruh tidak baik terhadap stabilitet politik di negara kita).
b) Menjalurkan golongan-golongan fungsionil, yaitu kekuatan
potensi nasional dalam masjarakat kita jang tumbuh dan bergerak
secara dinamis, secara effektif dalam perwakilan guna kelantjaran
roda pemerintahan dan stabilitet politik.
c) Keharusan adanja sistem jang lebih mendjamin kontinuitet dari
Pemerintah yang sanggup bekerdja melaksanakan programnja
jang sebagian besar dimuat dalam pola pembangunan semesta.

Melalui penjelasan pemerintah itu tampak jelas bahwa arti demokrasi yang

telah dijelaskan di atas telah mewakili pendapat Sukarno sebagai penggagas

demokrasi terpimpin. Sukarno telah belajar dari pengalaman bahwa demokrasi

perlementer tidak sesuai dengan bangsa ini, karena presiden hanya sebagai kepala

negara dan di dalam pemerintahan dapat saling menjatuhkan. Inilah yang tidak

dikehendaki Sukarno karena pelaksanaan pemerintahan tidak dapat berjalan

dengan baik. Ia pun mencoba untuk merombak sistem itu dengan demokrasi

terpimpin sebagai suatu jenis demokrasi yang seolah-olah digalinya dari

kandungan sejarah Indonesia sendiri. Orang Indonesia tidak perlu meniru konsep-

konsep dari luar mengenai demokrasi. Mereka telah mempunyainya sendiri.


70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keinginan Sukarno adalah demokrasi terpimpin meskipun dipimpin namun tetap

demokrasi yaitu mempunyai disiplin dan harus mempunyai pimpinan.107 Selain

itu, menurutnya demokrasi terpimpin adalah untuk meningkatkan peran negara

dalam mengontrol dan memimpin kehidupan politik dan perekonomian,

memperkokoh bangunan negara yang demokratis, menjamin persatuan bangsa dan

kemerdekaan negeri sepenuhnya.108 Dalam konsep demokrasi terpimpin Sukarno

sangat mengandalkan peran negara dengan penilaian bahwa persatuan nasional

dan perdamaian di dalam negeri bisa dijamin dengan cara-cara tradisional

Indonesia yaitu dicapainya keputusan dengan jalan konsultasi (musyawarah dan

mufakat) atas dasar saling bekerjasama (gotong royong) tanpa pemungutan suara.

Mekanisme cara ini adalah pemimpin mendengarkan pendapat dari

berbagai pihak. Itu merupakan bukti adanya demokrasi, kemudian pemimpin

mengeluarkan keputusan atau mengajak pihak-pihak itu untuk mencari kompromi.

The founding father menyebutnya sebagai cara tradisional “bersama mencari

kebenaran” sambil menandaskan jika persoalan menemui jalan buntu maka

penyelesaiannya diserahkan kepada pemimpin/presiden.

Presiden pada masa ini akan mempunyai kekuasaan yang mutlak sebagai

pemegang pemerintahan di Indonesia. Hal ini tampak pada penjelasan di atas

bahwa pimpinanlah yang memegang kendali terhadap proses pelaksanaan

pemerintahan demokrasi terpimpin. Melalui makna yang digali oleh Sukarno itu

dibutuhkan suatu konsep untuk menjalankannya. Konsep harus dapat dijalankan

oleh seorang pemimpin yang bijaksana serta tegas dalam mengambil tindakan

107
Ibid, hlm, 105.
108
Kapitsa&Maletin, Soekarno :Biografi Politik, Bandung, Ultimus,2009, hlm, 169.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

agar dapat mencapai tujuan negara, yaitu terciptanya masyarakat yang adil dan

makmur.

B. Sistem Politik yang Ditawarkan Sukarno dalam Demokrasi Terpimpin

Sukarno menawarkan politik terpimpin dengan sistem pemerintahan yang

bersifat presidensil sebagai dasar untuk melaksanakan demokrasi terpimpin.

Sistem pemerintahan tersebut berdasarkan UUD 1945 yang memberi kedudukan

kepada presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan.

Kekuasaan presiden pun sangat kuat karena tidak dapat dijatuhkan oleh Parlemen

seperti pada masa demokrasi parlementer. Sukarno mengajukan konsepsi dalam

demokrasi terpimpin dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itu mempunyai

maksud untuk merenggut persoalan kekuasaan negara dari lingkungan hubungan

antar partai. Setiap persaingan untuk merebut kekuasaan negara menjadi tidak

mempunyai masa depan lagi. Dengan maksud seperti itu Sukarno telah

menjalankan perombakan sistem pemerintahan dan sistem politik secara besar-

besaran.109 Bertolak dari hal ini ia telah menyerukan agar negeri ini mempunyai

pimpinan nasional yang stabil dan tidak tergantung pada partai-partai politik. Ia

juga telah melihat jalan untuk memperkuat kekuasaannya demi memperbaiki

keadaan yang telah terjadi pada masa demokrasi parlementer yang menyebabkan

keadaan yang tidak stabil di Indonesia.

Tahap pertama dalam memasuki demokrasi terpimpin telah ia sampaikan

pada tahun 1957. Sukarno merencanakan dibentuknya Kabinet Gotong Royong

yang harus mencerminkan perwakilan partai-partai yang ada di Parlemen

109
Ibid, hlm, 178.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

termasuk PKI. Sukarno juga menyatakan bahwa dibentuknya kabinet semacam itu

akan membawa ke arah sirnanya oposisi dan dapat menegakkan perdamaian

nasional. Selain mendirikan Parlemen ia juga mengusulkan untuk mendirikan

sebuah Dewan Nasional yang tugasnya memberi saran kepada kabinet.110 Hal itu

adalah untuk memperlemah perjuangan antar partai. Ia juga merencanakan untuk

memasukkan orang-orang yang tidak mewakili partai politik ke dalam Dewan

Nasional. Mereka dapat mewakili berbagai golongan masyarakat sesuai dengan

peran (fungsi) mereka dalam bidang produksi dan andil mereka dalam

pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.

Dewan Nasional yang telah dilakukan yakni dalam rangka menunggu

keputusan Konstituante yang berujung kegagalan dalam merancang UUD yang

baru telah mengantarkan Indonesia mencapai suatu sistem politik yang tepat dan

dapat menjamin kepentingan rakyat yaitu dengan demokrasi terpimpin.111 Dewan

Nasional juga mengusulkan suatu gerakan hidup baru yang dianggap oleh

Sukarno sebagai suatu gerakan revolusi mental. Gerakan hidup baru berisi

revolusi mental yaitu: 1). Perombakan cara berpikir, cara bekerja, cara hidup yang

menghalangi kehidupan; 2). Peningkatan dan pembangunan cara berpikir, cara

kerja, dan cara hidup yang baik.112 Sukarno pun berpendapat bahwa “gerakan

hidup baru merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia

menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat Elang

Rajawali, dan berjiwa api menyala-nyala”.113 Perkataan ini merupakan konsepnya

110
Ibid.
111
Sukarno, op.cit, hlm, 293.
112
Ibid, hlm, 308-309.
113
Ibid, hlm, 310.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk menggambarkan adanya keinginan yang sangat besar untuk menerapkan

demokrasi terpimpin sebagai sistem yang baru. Sistem demokrasi parlementer pun

ditinggalkan karena tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

Pada tahap kedua akan dibentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas).

Dewan itu yang mempunyai tugas untuk menyiapkan rencana pembangunan

dalam jangka panjang (8 tahun) meliputi, bidang-bidang kemasyarakatan.114 Pola-

pola yang harus disiapkan oleh Depernas dalam demokrasi terpimpin berdasarkan

Undang-undang No.80 tahun 1958. Pola-polanya meliputi cara-cara untuk

menciptakan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai dalam

demokrasi terpimpin sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 1945. Demokrasi yang dimaksud harus mempunyai disiplin dan harus

mempunyai pimpinan.

Untuk mempersiapkan pelaksanaan demokrasi terpimpin konsekuensi

yang harus diperhatikan adalah mengenai kehidupan kepartaian sebagai alat

perjuangan dan pelaksanaan cita-cita bangsa Indonesia. Partai harus ditertibkan

dan diatur menurut ketentuan dalam Undang-undang Kepartaian dengan tujuan

untuk keselamatan negara dan rakyat Indonesia. Sukarno telah merancang dengan

bebas tenaga-tenaga yang baik dan cakap sebagai menteri. Adanya imbangan

golongan fungsionil, pengaruh partai-partai tidak terlalu bebas dan mengikat

seperti pada masa demokrasi parlementer. Unsur golongan fungsionil (tani, buruh,

pemuda, dan lain-lain) dapat ikut serta dalam pemerintahan negara secara teratur

melalui organisasinya, seperti serikat-serikat buruh, serikat-serikat tani, serikat-

114
Notosoetardjo, op.cit, hlm, 105.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

serikat pemuda, dan lain-lain. Unsur itu dijadikan sebagai alat demokrasi

disamping unsur kepartaian yang terbatas. Hal itu untuk dapat mencapai

masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Kedudukan golongan fungsional diakui dan sah dengan adanya Undang-undang

no.80 tentang Dewan Perancang Nasional.115

Kedudukan golongan-golongan fungsionil dalam masyarakat sangat

penting. Mereka dimasukkan bersama wakil-wakil partai ke dalam DPR, DPA,

dan MPR. Masuknya golongan fungsionil ke dalam DPR adalah dengan cara

memasukkan wakil-wakil golongan fungsional dalam satu daftar calon partai atau

kumpulan pemilih di bawah satu partai dengan tidak mempersoalkan jumlah wakil

golongan fungsional sepertiga atau setengah jumlah kursi DPR.116 Untuk masalah

kepartaian Sukarno mengusulkan untuk menyederhanakan kepartaian bukan

membubarkannya. Ini merupakan prinsip dasar untuk memasuki demokrasi

terpimpin.

Penyederhanaan partai yang diinginkan Sukarno adalah dengan

mengikutsertakan partai-partai yang sejalan dengan pikirannya. Karena berdasar

kritikannya kepada partai-partai yang ada sebelumnya, partai-partai yang ada

hanya menimbulkan ketidakstabilan politik dalam negeri. Melalui konsepsi

presiden Sukarno merencanakan untuk mengikutsertakan PKI (Partai Komunis

Indonesia) ke dalam sistem kekuasaan negara. Jalan utama bagi partai politik

adalah mendukung Sukarno dan pro pemerintah, jika tidak ingin dibubarkan.

115
Ibid, hlm, 108-109.
116
Ibid, hlm, 109-115.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Langkah selanjutnya yang harus ditempuh setelah menyederhanakan partai-partai

adalah menetapkan dan membentuk lembaga-lembaga negara.

Struktur kenegaraan yang diperlukan pada masa demokrasi terpimpin

adalah lembaga-lembaga kenegaraan yang sesuai dengan UUD 1945. Ada tiga

aspek struktur kelembagaan yang harus diciptakan untuk memenuhi prosedur

pengaturan kenegaraan yaitu, lembaga legislatif terdiri atas MPR, lembaga

eksekutif terdiri atas presiden dengan menteri-menterinya yang menjadi pelaksana

pemerintahan negara, dan lembaga yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung dan

kehakiman. Selain itu ada lembaga-lembaga tinggi negara lainnya yang bertugas

di bidang penasihat dan pengawasan keuangan negara yaitu Dewan Pertimbangan

Agung (DPA) dan Badan Pengawas Keuangan (BPK).117 Lembaga-lembaga

negara dalam demokrasi terpimpin dapat digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut:

Skema. 1

MPRS

MA DPAS PRESIDEN BPK DPR-GR

KABINET

RAKYAT

117
Zulfikar Gazali,dkk, Sejarah Politik Indonesia, Jakarta, Depdikbud, 1989, hlm, 100.
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan skema di atas MPRS mempunyai tugas untuk melakukan

sepenuhnya kedaulatan rakyat, menetapkan dan mengubah UUD, menetapkan

garis-garis besar haluan negara, dan memilih serta mengangkat presiden dan wakil

presiden. Majelis yang dibentuk merupakan perombakan dari Konstituante yang

mengalami kemacetan. Menurut ketentuan UUD badan eksekutif terdiri dari

seorang presiden, seorang wakil presiden beserta menteri-menteri. Menteri-

menteri membantu presiden dan diangkat serta diberhentikan olehnya. Presiden

dan wakil presiden dipilih oleh MPR. Presiden merupakan mandataris dari MPR

maka ia bertanggungjawab kepada MPR.118

Kedudukan presiden berdasarkan UUD 1945 dalam penjelasan umum

kedudukan presiden adalah: a) sebagai kepala negara, b) sebagai kepala kekuasaan

eksekutif, c) tidak bertanggung jawab kepada DPR, dan d) tunduk dan

bertanggung jawab kepada MPR.119 Berdasarkan rumusan itu maka untuk

menjalankan demokrasi terpimpin dibutuhkan lembaga-lembaga itu sebagai syarat

adanya sebuah negara.

Pada struktur kelembagaan di atas menurut UUD 1945 DPR merupakan

perwakilan rakyat yang mengawasi atau mengontrol tindakan-tindakan

pemerintah. DPR merupakan lembaga negara hasil pemilu 1955 dengan tugas

yaitu melanjutkan tugasnya berdasarkan UUD 1945. Masa kerja DPR hasil pemilu

1955 ialah sampai diadakan pemilu lagi. DPR juga harus menyesuaikan diri

dengan alam demokrasi terpimpin. Akan diadakan perombakan apabila dewan itu

tidak menyesuaikan diri dengan pemerintah pada masa demokrasi terpimpin.

118
A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hlm, 200-201.
119
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Jakarta, C.V Karya Nilam, 1963, hlm, 166-167.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

K
Ketika DPR
R menolak anggaran
a beelanja yang diajukan presiden, makka Sukarno

m
membekuka
an DPR dan
n menetapkkan DPR-G
GR yang menyetujui UUD
U 1945

m
melalui gangkatan paara anggota--anggotanya.120
peng

Gambarr.4

Pidatto penetapan DPR-GR


(Sumber; htttp://www.gooogle.co.id/im
mgres?=pembeentukan=DPR
R-GR)

Dalam pidato peelantikan DP


PR-GR Sukaarno menyattakan bahwaa DPR-GR

a
adalah pembbantu presidden dan mem
mberikan suumbangan teenaga kepadda presiden

u
untuk melakksanakan seegala sesuattu yang diteetapkan MP
PRS. Menurrut pasal 3

a
anggota-ang
ggota DPR-G
GR diangkaat dan diberh
hentikan oleeh presiden.. Anggota-

a
anggota DPR-GR terdirri atas wakil-wakil parp
pol yaitu, PN
NI, NU, dan
n PKI, dan

g
golongan-go
olongan karyya serta Anngkatan Bersenjata. Tuugas-tugas yang
y harus

d
dilaksanakan
n oleh DP
PR-GR anttara lain melaksanaka
m an manifestto politik,

m
mewujudkan
n amanat penderitaann rakyat, dan melaaksanakan demokrasi

tterpimpin.121

1
120
Ibid, hlm, 101.
1
121
http://rinahistory.blog.frien
ndster.com/20008/10/indonesiia-masa-demokkrasi-terpimpinn-1959
1966/.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Selain perombakan pada DPR, pemerintah menetapkan pembentukan

Dewan Pertimbangan Agung Sementara sampai diadakan pemilu dengan

anggotanya dari wakil-wakil golongan fungsionil, yaitu dari golongan politik,

golongan karya, orang-orang yang dapat mengemukakan persoalan daerah, dan

tokoh-tokoh nasional. Jumlah keanggotaannya itu terdiri atas satu orang wakil

ketua, 12 orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil

golongan. Adapun tugasnya adalah sebagai badan penasihat presiden yang

memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada

pemerintah.122

Kabinet yang telah terdapat dalam bagan itu menunjukkan bahwa kabinet

itu juga dibentuk oleh presiden, yang berjumlah 45 anggota dan diumumkan pada

tanggal 10 Juli 1959. Mereka dibagi menjadi dua; pertama, menteri inti yang

bersama presiden harus mengkoordinasi dan mengawasi beberapa departemen

pemerintahan, dan kedua menteri-menteri yang tidak termasuk kabinet inti.123

Mereka masing-masing mengepalai departemen pemerintahan dan hanya berhak

menghadiri sidang-sidang pleno kabinet. Adapun tugas kabinet ialah mencukupi

kebutuhan sandang dan pangan, menciptakan keamanan negara dan

mengembalikan Irian Barat. Keanggotaan lembaga-lembaga negara ditetapkan

oleh presiden dengan bantuan Front Nasional yang diatur dengan peraturan

pemerintah. Konsultasi ini diatur dengan jalan musyawarah dan Front Nasional

mempunyai hak untuk mengajukan daftar golongan fungsionil sendiri. Dalam

122
Lembaga DPR-GR, lihat dalam buku P. J. Suwarno, Tatanegra Indonesia dari Sriwijaya sampai
Indonesia Modern,Yogyakarta, USD, 2003, hlm, 181. Lihat juga Zulfikar Gazali, Sejarah Politik
Indonesia, Jakarta, Depdikbud, 1989, hlm, 101.
123
P.J. Suwarno, op. cit, hlm, 182.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suasana demokrasi terpimpin, presiden diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pertimbangan-pertimbangan mengenai daftar calon itu dengan

mendengarkan Front Nasional. Front tersebut dibentuk oleh presiden sendiri

berdasarkan penetapan presiden No.13 Tahun 1959.124

Selain pembentukan lembaga-lembaga negara, Sukarno juga

mengemukakan suatu penantian ideologi bagi negaranya yang disampaikan

melalui amanatnya pada tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan

Kembali Revolusi Kita”. Itu merupakan suatu amanat yang kemudian disebut

Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN). Bersamaan dengan pernyataan Sukarno dalam amanatnya, ia juga

mengesahkan rincian sistematika Manifesto Politik yang disusun oleh Dewan

Pertimbangan Agung.125 Lahirlah semacam katekisasi mengenai dasar, tujuan,

kewajiban revolusi Indonesia, kekuatan-kekuatan sosial revolusi Indonesia, watak,

masa depan dan musuh-musuhnya, serta program umumnya yang meliputi

bidang-bidang politik, ekonomi, sosial, mental budaya dan keamanan. Pidato

presiden pada awal tahun 1960 selalu mengungkapkan revolusi Indonesia yang

mengandung lima gagasan penting. Pertama, Undang-Undang Dasar 1945. Kedua,

sosialisme ala Indonesia. Ketiga, demokrasi terpimpin. Keempat, ekonomi

terpimpin, dan kelima, kepribadian Indonesia. Dengan mengambil huruf pertama

masing-masing gagasan itu muncullah singkatan USDEK. Manifesto Politik

Republik Indonesia disingkat Manipol dan ajaran itu dikenal dengan nama

124
Ketetapan presiden, yang menyatakan bahwa Front Nasional merupakan sebuah organisasi
massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD
1945.
125
Herbert Feith, Soekarno-Militer Dalam Demokrasi terpimpin, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
1995, hlm, 80.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Manipol-USDEK”.126 Dapat disebut Manipol karena pidato presiden itu

menjelaskan program “kabinet kerja” yang mempunyai 3 poin, yaitu : memenuhi

kebutuhan sandang-pangan rakyat, menjamin keamanan rakyat dan negara, dan

melanjutkan perjuangan melawan imperialisme dalam bidang politik dan

ekonomi.127 Selain itu manifesto politik (Manipol) pada dasarnya merupakan

tafsiran tentang dekrit presiden mengenai diberlakukannya kembali UUD 1945

yang menyerukan perombakan total seluruh politik Indonesia.

Manipol-USDEK mempunyai daya tarik tersendiri yang membuat banyak

kalangan politik mendukungnya. Masyarakat politik ini didominasi oleh pegawai

negeri. Mereka mendukung hal-hal yang ditekankan presiden mengenai

kegotongroyongan dan menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan

golongan, serta adanya pencapaian mufakat melalui musyawarah.128 Banyaknya

dukungan itu mungkin saja karena keadaan yang telah ada di Indonesia sejak

proklamasi kemerdekaan sampai demokrasi parlementer sering mengabaikan

kepribadian nasional dan larut dalam dunia modern yang tidak sesuai dengan jiwa

bangsa Indonesia.

Adanya prosedur kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, maka

pembentukan MPR terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan

dari daerah-daerah dan golongan-golongan fungsionil. Untuk itu presiden

menawarkan pembentukan lembaga sebagai pelaksana kedaulatan tertinggi yaitu

126
Ibid.
127
Kapitsa M. S& Malentin N. P, op. cit, hlm, 199.
128
Dalam buku Herbert Feith, menurut J. A. C. Mackie, “keyakinan ini bahwa semua pihak akan
sanggup mencapai mufakat mengenai kepentingan nasional, bahwa mereka semuanya akan
menerima mufakat itu biarpun kepentingan kelompoknya dirugikan, dapat dibandingkan dengan
asumsi pemikir-pemikir demokrat Barat yang menaruh harapan besar pada pendidikan dan diskusi-
diskusi di depan umum.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MPR. Karena dalam masa peralihan sistem pemerintahan maka Sukarno

mengeluarkan Penpres No. 2/1959 untuk membentuk MPR Sementara. Setelah itu

dikeluarkanlah ketetapan MPRS No.1/1960 yang memutuskan untuk memperkuat

Manifesto Politik RI sebagai Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada tanggal

19 November 1960 MPRS telah mengesahkan Manipol sebagai GBHN dan telah

menyerahkan kepada presiden seluruh kekuasaan untuk melaksanakan demokrasi

terpimpin. Tujuannya ialah untuk membentuk sosialisme Indonesia. Sukarno

melihat sosialisme Indonesia sebagai sebuah tatanan masyarakat yang harus

menjamin perkembangan nasional, pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, namun

jalan itu tidak dijelaskan. Dengan segala cara ia mau menghindar dari revolusi

sosial dan berusaha menghalangi pergeseran ke arah itu di tingkat pimpinan,

dimana perkembangan ke arah sosialisme menjadi tidak bernalar lagi. Setiap

revolusi selalu menuju ke arah pergeseran kelas.129 Sebenarnya tujuan demokrasi

terpimpin yakni untuk mempertahankan status-quo, dimana kekuatan-kekuatan

sosial yang lemah dilindungi sedang yang kuat dibatasi.

Syarat utama untuk mempertahankan dan memperkuat persatuan nasional

menurut pandangan Sukarno adalah diutamakannya tugas-tugas nasional dalam

hubungan luar negeri. Prinsip-prinsip politik luar negeri Indonesia seperti, anti

imperialisme, non blok, hidup berdampingan secara damai, digalangnya

kerjasama dengan negara Asia-Afrika dan negara-negara sosialis telah

dilaksanakan secara aktif oleh pemerintahan Ali. Prinsip-prinsip ini juga telah

dideklarasikan presiden dalam periode demokrasi terpimpin. Dalam pidato

129
Lenin. V. I, Poln.Sobr.Soc, hlm 384, dalam buku Kapitsa & Maletin, Soekarno Biografi Politik,
hlm, 211.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Jalannya Revolusi Kita” pada tanggal 17 Agustus 1960 Sukarno menyatakan

bahwa politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk menegakkan persahabatan

dengan seluruh bangsa dan untuk menjamin perdamaian dunia.130 MPRS

mempunyai wewenang untuk mengesahkan segala pidato Sukarno dalam hal

hubungan luar negeri. MPRS juga berusaha merinci prinsip-prinsip politik luar

negeri Indonesia, sebagai berikut :131

1) Politik luar negeri RI (Republik Indonesia) mencerminkan konsepsi nasional

yang berdasarkan prinsip Pancasila dan ideal-ideal universal tentang

kemakmuran, perdamaian, dan persaudaraan yang dianut oleh seluruh bangsa.

2) Politik bebas aktif RI merupakan politik yang berdiri di pihak kemerdekaan

dan perdamaian, anti imperialis, anti-perang agresi.

3) Politik bebas aktif RI harus diarahkan untuk menggalang seluruh kekuatan

dalam satu front persatuan perjuangan untuk perdamaian dan kemerdekaan,

melawan imperialisme, kolonialisme, dan perang agresi.

4) Politik luar negeri RI merupakan sarana perjuangan untuk mencapai

persamaan hak dan suverenitas bagi seluruh bangsa.

Berdasarkan politik luar negeri itu, maka pemerintahan Indonesia

mengupayakan untuk mengambil alih wilayah Irian Barat yang masih diduduki

oleh pihak Belanda, sebagai usaha melawan imperialisme. Kekuasaan

pemerintahan demokrasi terpimpin diselenggarakan oleh Presiden dengan bantuan

menteri (wakil ketua MPR dan DPR). Sementara itu TNI dan Polri dipersatukan

menjadi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dan berperan ganda

130
Himpunan Ketetapan MPRS, Jakarta, 1968, hlm, 131.
131
Ibid, hlm, 213-214.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti zaman perang kemerdekaan (peran sosial-politik dan pertahanan-

keamanan). ABRI juga diakui sebagai golongan fungsional yang berdasarkan

ketentuan dalam UUD 1945 mempunyai wakil di MPR.

ABRI memaknai demokrasi terpimpin pun juga berbeda dengan kekuatan

pokok pada masa demokrasi terpimpin, yaitu PKI dan Sukarno. ABRI memaknai

demokrasi itu pada kata “terpimpin”nya sama dengan Sukarno, sedangkan PKI

memaknainya pada segi demokrasinya karena konsepsi yang diajukan oleh

Sukarno hampir sama dengan program-program tuntutan partainya. Program-

programnya yaitu :132 1) demokrasi terpimpin harus berjuang untuk menjamin

kehidupan politik yang sehat dan demokratis. Dibentuknya kabinet gotong royong

atas dasar perwakilan yang representatif yang merupakan bukti utama adanya

persatuan kekuatan anti imperialis di Indonesia; 2) kepemimpinan dalam

melaksanakan demokrasi terpimpin harus dipusatkan di tangan presiden, seorang

demokrat yang ketegasannya sudah terbuktikan dalam peristiwa 17 Oktober 1952

ketika ia menolak tegas usul dari tentara untuk menjadi diktator.

Melalui pernyataan Aidit itu jangan sampai mengandung makna bahwa

demokrasi terpimpin justru dibuat untuk mempersiapkan dibentuknya sebuah

diktator militer ataupun diktator perorangan. Hal itu perlu ditentang. Untuk

menjalankan demokrasi terpimpin Sukarno beserta pemerintah harus menyiapkan

kerangka yang ketat pada garis ideologi politik yang resmi. Ia pun berkata :

......“tentu saja setiap partai, organisasi, dan individu bisa


mempunyai program politik maupun keyakinannya masing-masing,
namun apa yang sudah dicantumkan sebagai program revolusi, harus

132
Aidit , Izbrannye Proizvedeniya, hlm 601 dikutip oleh Kapitsa M. S& Malentin N. P, Sukarno
Biografi Politik, Bandung, Ultimus 2009, hlm, 200.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

juga menjadi program mereka. Bagi partai politik hanya ada satu
alternatif: apakah mau dilarang, atau mendukung Manipol”.....133

Dengan pernyataan itu pemerintah harus tanggap dalam mengeluarkan

keputusan. Partai politik yang diakui hanyalah yang mendukung UUD 1945,

Manipol, prinsip-prinsip Pancasila, tidak mengadakan gerakan yang mengacau

negara, dan tidak termasuk dalam pemberontakan. Kekuatan yang menjadi

pendukung yang besar bagi sistem politik yang ditawarkan Sukarno ialah ABRI

dan PKI. ABRI dan PKI mempunyai pengaruh yang besar bagi Sukarno untuk

dapat membantu dan memperbaiki keadaan yang telah terjadi pada masa

demokrasi parlementer. Sukarno berusaha merangkul partai politik yang

bekerjasama dengannya. Partai politik digunakan sebagai imbangan terhadap

kekuatan militer. Sukarno, PKI, dan ABRI, khususnya Angkatan Darat menjadi

sekutu dalam pemerintahan dengan demokrasi terpimpin dan bukan menjadi

musuh seperti dahulu. Ini merupakan suatu situasi yang baru dilihat dari segi

kualitasnya. Dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin diharapkan dapat

menemukan keseimbangan antara ketiga kekuatan politik itu.

C. Sistem Ekonomi yang Ditawarkan Sukarno dalam Demokrasi Terpimpin

Dalam melaksanakan demokrasi terpimpin Sukarno mengungkapkan

bahwa demokrasi politik itu akan diikuti pula dengan demokrasi ekonomi sebagai

suatu konsekuensi logisnya. Karena itu pelaksanaan demokrasi terpimpin akan

diikuti pula dengan pelaksanaan ekonomi terpimpin, sehingga tujuan revolusi

Indonesia yaitu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dapat tercapai.134

133
Soekarno, Setialah Kepada Amanat Penderitaan Rakyat, hlm, 166.
134
Nazaruddin Sjamsuddin, op.cit, hlm, 233.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam mencapai tujuannya itu Sukarno telah mengupayakan cara-cara yang tepat

sebelum demokrasi terpimpin terbentuk dengan tujuan agar memudahkan

masyarakat menerima sistem yang ia tawarkan.

Bentuk ekonomi terpimpin yang diharapkan dapat berjalan dengan jelas,

tegas, dan dapat merupakan satu prinsip hidup yang sesuai dengan watak dan

kejiwaan bangsa Indonesia. Hal itu dapat diperoleh dengan jalan membandingkan

prinsip-prinsip yang telah ada dan yang telah berkembang di dunia. Sistem

ekonomi terpimpin harus lebih tegas daripada sistem ekonomi komunis dan

kapitalisme yang telah berkembang. Jadi dalam ekonomi terpimpin bukan hanya

perlu full employment artinya semua orang bekerja atau mendapat kerja tetapi

yang perlu ialah full productive employment, artinya semua orang harus bekerja

dan mendapatkan hasil dari pekerjaannya itu.135 Melalui ekonomi terpimpin

sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Sukarno mempunyai langkah-

langkah tersendiri yang tetap berpegang pada dasar-dasar jiwa bangsa Indonesia.

Sukarno juga menekankan suatu susunan ekonomi dengan kebijaksanaan

politik ekonomi yang sehat, sebab ia mempunyai tujuan-tujuan yang harus

dikejarnya. Langkah awal telah dilakukan dengan penyitaan perusahaan-

perusahaan milik Belanda pada bulan Desember 1957. Baginya dan seluruh rakyat

Indonesia ini merupakan suatu pembedahan yang diperlukan untuk menghapuskan

ketergantungan Indonesia pada negara kincir angin. Dapat dikatakan bahwa

Sukarno berusaha melancarkan pukulan-pukulan terhadap masalah-masalah

ekonomi secara revolusioner yang tidak tergantung pada ekonomi kolonial. Ia

135
Kahrudin Yunus, Bersamaisme atau Ekonomi Terpimpin (Guided Economics),Yogyakarta,
lembaga sukses indonesia, hlm, 8-14.
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengatakan bahwa “ A Battle against remnants of colonial-economic exploitation,

a battle against poverty itself, a battle for economic welfare for all”136, yaitu

suatu langkah untuk melawan sisa-sisa eksploitasi ekonomi kolonial, menentang

kemiskinan, dan ingin merealisasikan kesejahteraan ekonomis bagi seluruh

masyarakat Indonesia serta dapat mencapai cita-cita, yaitu terciptanya masyarakat

yang adil dan makmur.

Untuk menjalankan tujuannya itu tentu harus ada landasan/dasar ekonomi

yang jelas. Landasan ekonomi yang digunakan Sukarno adalah pasal 33 UUD

1945 yang bunyinya adalah sebagai berikut:137

1. Ayat 1: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas

kekeluargaan.

2. Ayat 2: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.

3. Ayat 3: “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat”.

Melalui isi pasal 33 UUD 1945 dapat diketahui tujuan dari ekonomi

terpimpin yaitu untuk mencapai kemakmuran yang sebesar mungkin bagi rakyat

dengan tenaga produktif yang ada dalam masyarakat, sedangkan pihak swasta

dapat diikutsertakan untuk melakukan produksi yang akan melengkapi secara

efektif modal dan tenaga yang tidak bekerja dengan memanfaatkannya untuk

tujuan kemakmuran. Untuk itu pemerintah harus dapat memberikan pimpinan dan

136
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, hlm, 328.
137
Tentang isi pasal 33 UUD 1945 lihat Notosoetardjo, Kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945,
Jakarta, Harian Pemuda, 1959, hlm, 218, lihat juga Moh. Hatta, Ekonomi Terpimpin, Jakarta,
Fasco, 1960, hlm, 45.
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelayanannya kepada masyarakat. Ekonomi terpimpin yang akan dijalankan itu

seiring dengan sistem politik dengan demokrasi terpimpin. Jadi keduanya dapat

berjalan dengan sistematis dan saling mendukung untuk mencapai tujuan negara.

Istilah demokrasi terpimpin hanya ada di Indonesia. Seperti telah

dikemukakan oleh Dawam Rahardjo, istilah demokrasi ekonomi diperkenalkan

oleh Sukarno dan Moh. Hatta sebagai sebuah istilah yang khas Indonesia.138

Sukarno menjelaskan demokrasi ekonomi adalah kerakyatan ekonomi atau

kesama-rasa dan kesamarataan ekonomi dan supaya masyarakat tetap mengingat

bahwa demokrasi politik saja tidak cukup, tetapi harus disertai pula dengan

demokrasi ekonomi. Pengertian demokrasi ekonomi dalam Pancasila dicetuskan

dalam sila kelima yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Dalam sila ini terkandung prinsip keadilan dan kemakmuran yang dapat dinikmati

oleh seluruh rakyat Indonesia. Prinsip kesejahteraan dan keadilan bagi bangsa

modern merupakan jawaban bahwa dalam bangsa Indonesia yang merdeka tidak

akan ditemui kapitalisme. Pelaksanaan sistem ekonomi terpimpin harus

berdasarkan pada pasal 33 UUD 1945 dan mempunyai tujuan seperti tercantum

dalam Pancasila sila kelima. Selain pasal 33, peraturan-peraturan tentang

dilakukannya ekonomi terpimpin juga terdapat dalam pasal 27 ayat 2 dan pasal

34. Adapun isi dari pasal 27 ayat 2 adalah “tiap-tiap warganegara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.139 Pasal itu

merumuskan hak sosial rakyat Indonesia sebagai warganegara yakni hak atas

pekerjaan untuk memperoleh nafkah yang cukup sesuai dengan dasar


138
Dawam Rahardjo, Esei-Esei Ekonomi Politik, Jakarta, LP3ES, 1985, hlm, 136-138.
139
Jimly Asshiddiqie,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2009, hlm, 45.
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemanusiaan. Oleh karena itu, pemerintah memiliki kewajiban menyediakan

pekerjaan dan memelihara kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan itu maka

ditetapkan pula dalam pasal 34 UUD 1945 tentang kewajiban pemerintah. Isi

pasal itu adalah “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.140 Ini

merupakan tugas pemerintah. Untuk pelaksanaannya pemerintah berhak

memungut biaya dari masyarakat berupa pajak.

Pasal-pasal itu merupakan sendi utama bagi politik perekonomian. Itu

merupakan suatu kesimpulan akan suatu dasar ekonomi yang teratur yaitu dengan

sistem ekonomi terpimpin. Adanya kemiskinan dasar perekonomian rakyat maka

usaha bersama yang dikerjakan adalah dengan kekeluargaan yang mengutamakan

kerjasama, serta bebas dari penindasan dan paksaaan. Dalam hal ini menurut Moh.

Hatta, yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan

ialah koperasi.141 Cita-cita koperasi Indonesia adalah menentang individualisme

dan kapitalisme secara fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan

masyarakat yang kolektif berakar pada adat-istiadat hidup yang disesuaikan

dengan tuntutan zaman modern. Selain itu, koperasi juga dianggap sebagai alat

yang efektif untuk membangun kembali ekonomi rakyat yang terbelakang.

Koperasi merasionalkan perekonomian karena meningkatkan jalan antara

produksi dan konsumsi. Dengan adanya koperasi produksi dan koperasi konsumsi

yang teratur dan bekerja dengan baik, maka perusahaan perantara tidak perlu

lagi.142 Dengan ini dapat dilihat, sebenarmya Hatta dapat menjadi penasihat dan

140
Ibid, hlm, 58.
141
Moh. Hatta, op. cit, hlm, 45-46.
142
Ibid, hlm, 47.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

teman dialog yang baik untuk menjalankan sistem ekonomi terpimpin demi

mencapai tujuan bangsa.

Sukarno menerapkan ekonomi terpimpin sebagai suatu lambang dengan

diutamakan peranan “Perencanaan Semesta“ dan pentingnya blueprint ekonomi.

Selain itu, ekonomi terpimpin juga merupakan lawan daripada ekonomi bebas

yang terkenal dengan semboyannya laissez faire. Apabila ekonomi merdeka

menghendaki pemerintah tidak ikut campur tangan dalam perekonomian rakyat,

maka ekonomi terpimpin menuju yang sebaliknya. Pemerintah harus aktif

bertindak dan mengadakan berbagai peraturan untuk perkembangan ekonomi

dalam masyarakat agar tercapai keadilan sosial.143 Untuk itu diperlukan suatu

pemerintah yang memahami keadaan ekonomi yang terjadi di Indonesia agar

keaktifan pemerintah dalam bidang ekonomi dengan berbagai program-

programnya tidak menjadi bumerang bagi pemerintah yang cenderung membuat

keadaan ekonomi semakin memburuk. Pemikiran-pemikiran Sukarno tentang

ekonomi Indonesia itu dapat dilihat melalui berbagai pidato-pidatonya yang

memuat kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin.

Pidato Sukarno pada tahun 1959 (tahun penemuan kembali revolusi)

mengemukakan tujuan jangka panjang negara ini yaitu menciptakan masyarakat

yang adil dan makmur, melenyapkan imperialisme di mana-mana, dan mencapai

dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang kekal dan abadi. Selain itu, pidatonya

juga mengajak pemerintah untuk membuang jauh-jauh sistem yang telah ada

sebelumnya. Dalam hal ekonomi, Sukarno menekankan adanya retooling alat-alat

143
Menurut pendapat Moh. Hatta, mengenai ekonomi terpimpin, yang ia kemukakan tahun 1959.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

produksi dan alat-alat distribusi. Pidatonya ini sama dengan ungkapannya pada

tahun 1958 yang mengajak bangsa Indonesia untuk dengan giat bekerja pada

“retooling for future” dengan membuat alat-alat baru untuk menyelenggarakan

masa depan.144 Pidatonya tersebut ialah sebagai berikut;

...“Alat-alat produksi dan alat-alat distribusi semuanya harus di-


retool dan semuanya harus direoganisasi, harus berpedoman ke arah
pelaksanaan Pasal 33 Undang-undang 1945 dengan mempergunakan
relnya demokrasi terpimpin. Selama kita mempunyai beberapa badan
yang diserahi oleh negara untuk mengurus dan mengembangkan
beberapa bidang produksi dan distribusi, tetapi bukan produksi dan
distribusi itu menjadi teratur-beres dan berkembang, tetapi badan-
badan itu menjadi sarangnya orang-orang yang mamadet-madet kan
isi kantungnya sendiri, orang-orang yang menjadi kaya-raya, orang
yang menjadi milyuner”....145

Pada paruh kedua tahun 1959 Sukarno semakin mementingkan lambang-

lambang. Bersamaan itu ia mulai bergeser dari penyampaian seruan untuk diikuti

menjadi pemberian dalil untuk diyakini. Hal ini terbukti melalui pidato

kenegaraan pada tanggal 17 Agustus 1959 yang disebut sebagai “tahun penemuan

kembali revolusi/Rediscovery of our revolution”. Ia mengemukakan bahwa :146

...“Persoalan ekonomi kita bukan hanya persoalan sandang pangan


saja. Persoalan ekonomi kita adalah persoalan yang lebih luas
daripada itu. Kini benar-benar sudah tibalah waktunya untuk mulai
mempraktekkan beberapa semboyan ekonomi. Misalnya semboyan
“merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional”...

Melalui penuturan Sukarno dalam pidato-pidatonya di atas langkah awal

yang harus dicapai dalam hal ekonomi adalah dengan cara mengambil alih

perusahaan-perusahaan Belanda dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat

yang tinggal selangkah lagi, kemudian semua modal Belanda termasuk yang
144
Soekarno, op. cit, hlm, 330.
145
Wawan Tunggal Alam, Bung Karno: Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat Indonesia, Jakarta,
Gramedia, 2001, hlm, 54.
146
Soekarno, op. cit, hlm, 378.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berada dalam perusahan-perusahaan campuran harus dihapuskan di Indonesia.

Langkah ini tentu sudah didasarkan pada pasal 33 UUD 1945 ayat 2 dan 3 yakni

cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup

orang banyak akan dikuasai oleh negara. Selain itu, pidatonya juga mengarah

kepada suatu sistem ekonomi yang jauh dari imperialisme dengan menjunjung

semangat perjuangan revolusi serta merencanakan suatu perombakan-perombakan

alat produksi dan alat distribusi agar pemerintah dengan leluasa menguasai dan

mengawasi seluruh alat-alat vital milik negara demi perekonomian nasional yang

stabil.

Pidato Sukarno tanggal 17 Agustus itu kemudian diterima sebagai

Manifestasi Politik dan oleh ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 ditetapkan

sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara. GBHN kemudian dipertegas lagi oleh

presiden dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 Agustus 1960 yang

dinamakannya sebagai Revolusi, Sosialisme, dan Pimpinan Nasional.147 Itu

merupakan bentuk dari tindak lanjut untuk menjalankan ekonomi terpimpin yang

menyertai politik terpimpin.

Hal itu dapat dibuktikan melalui tindakan Sukarno sebulan sesudah ia

mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 menyangkut perubahan harga mata uang. Uang

kertas Rp 1000,00 dan Rp 500,00 hanya berlaku sepersepuluhnya dan deposito-

deposito di bank-bank yang bernilai lebih dari Rp 25.000,00 dibekukan sampai

hanya 10% dari harga simpanan dan sekaligus nilai tukar resmi.148 Sementara itu

147
Nazaruddin Sjamsuddin, loc. cit, hlm, 233.
148
Perubahan harga mata uang lihat di John D. Legge, Sukarno Biografi Politik, Jakarta, Sinar
Harapan, 1985, hlm, 377, lihat pula di Frederika J. E. Agoes, Soekarno dan Masalah Ekonomi
dalam buku Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, Jakarta, CV. Rajawali, hlm, 234.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dewan Perancang Nasional yang telah dilantik presiden Sukarno mengumumkan

tentang adanya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun dan

pelaksanaannya akan dimulai awal tahun 1961. Dewan Perancang Nasional ini

dibentuk dengan maksud sebagai badan yang akan merancang model suatu

masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial seperti yang dimaksud oleh

Mukaddimah dan pasal 33 UUD 1945. Keanggotaan dewan ini terdiri dari

pemimpin-pemimpin partai dan tokoh-tokoh yang mewakili seluruh lapisan

masyarakat dan profesi, sedangkan tujuan utama dari Rencana Pembangunan

Semesta Delapan Tahun adalah untuk mengadakan pangan dan sandang yang

cukup dan penanaman modal bagi industri.149

Selain pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia di sektor

perkebunan, perbankan, perdagangan, manufaktur, dan pelayaran antar pulau,

perluasan peranan pemerintah di bidang ekonomi juga dilakukan dalam mengatur

kembali perdagangan luar negeri. Pemberian peranan besar kepada perusahaan-

perusahaan dagang negara di bidang impor dan ekspor hampir semua berasal dari

milik Belanda diambil alih dan secara drastis mengurangi peranan pedagang

swasta baik warga negara Indonesia maupun asing.150

Campur tangan pemerintah yang begitu besar dalam hal ekonomi pada

masa demokrasi terpimpin mempunyai tujuan agar terciptanya tujuan nasional

yaitu terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Kelompok-kelompok non

pemerintah juga masih ada tetapi semuanya tergantung pada pemerintah dalam

beragam cara. Pemerintah tetap berupaya menyerap dan menggabungkan mereka.

149
Albert Wijaya, Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, LP3ES, 1982, hlm, 99.
150
Herbert Feith, op.cit, hlm, 87-88.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemerintah berulang kali meminta kelompok non pemerintah itu agar mengakui

ideologi negara dan menyatakan usaha atau kegiatannya itu menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari tujuan nasional. Mereka diminta untuk mengutamakan

nilai-nilai politik pemerintah di atas kepentingan norma-norma khusus bidang

kegiatannya sendiri. Pemerintah berusaha untuk mengubah sistem status supaya

tujuan-tujuan politiknya diprioritaskan.151 Selain itu pemerintah juga

mengungkapkan bahwa efisiensi seorang pengusaha pabrik atau pedagang

bukanlah satu-satunya dasar yang tepat bagi prestise sosial, begitu pula seorang

ahli hukum, dokter, sarjana, dan pelukis. Mereka pantas dihormati sejauh mereka

menerima secara demonstratif kepemimpinan pemerintah dan berjanji akan

berperan sungguh-sungguh dalam pembangunan semesta. Melalui pernyataan itu

dapat dilihat bahwa pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan keadaan

ekonomi tidak menjadi faktor adanya jurang pemisah antara orang yang satu

dengan orang yang lain pada masa demokrasi terpimpin. Cara itu juga dapat

meningkatkan kerukunan masyarakat tanpa mengenal tingkatan sosial demi

mewujudkan cita-cita bersama bangsa Indonesia.

Cita-cita bersama itu akan dapat dicapai jika ada keseimbangan

pelaksanaan sistem politik yang berdampingan dengan sistem ekonomi. Langkah

yang ditetapkan presiden ialah menjalin hubungan dengan negara-negara lain

dalam bidang ekonomi karena melalui pernyataannya pada tanggal 17 Agustus

1960, politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk menegakkan persahabatan

151
Ibid.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan seluruh bangsa dan untuk menjamin perdamaian dunia.152 Melalui

pernyataan itu Indonesia akan membuka diri dalam kerjasama di bidang ekonomi

dengan negara lain. Sebagai buktinya bahwa dalam memperjuangkan Irian Barat

dari tangan pihak Belanda Sukarno mendapat dukungan dari pihak Uni Soviet dan

negara-negara sosialis lainnya karena negara pendukung itu cukup khawatir

apabila persoalan Irian Barat itu tidak terselesaikan. Sambutan rakyat Indonesia

pun cukup baik terhadap kebijakan Uni Soviet. Negara itu juga melakukan

kerjasama ekonomi dengan Indonesia dengan ditandatanganinya Perjanjian

Umum (General Agreement). Perjanjian itu mengatur peningkatan bantuan

ekonomi dari pihak Uni Soviet, diantaranya adalah pemberian kredit sebanyak

US$ 250 juta untuk membiayai pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan Uni

Soviet dan pembayaran untuk penyuplaian peralatan.153

Selain kerjasama dengan negara lain, Sukarno juga mengeluarkan konsep

ekonomi mengenai masalah tanah. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang

Pokok Agraria dan Undang-undang Bagi Hasil (UUBH) pada tahun 1961. UUBH

mengatur agar tidak lebih dari 50% hasil panen boleh diserahkan kepada pemilik

tanah sebagai sewanya yang dahulu sampai 70%. Ini merupakan langkah yang

diambil mengingat keadaan para petani yang sangat berat. Dalam tahun 1960

presiden telah berkata :

....”Tanah tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk mengeksploitasi!


Tanah harus menjadi milik para petani, tanah harus menjadi milik
mereka yang benar-benar menggarapnya, dan bukan mereka, yang
hanya ongkang-ongkang, memaksa orang lain bekerja. Revolusi
Indonesia tanpa reforma agraria sama saja, bagaikan rumah tanpa

152
Himpunan Ketetapan MPRS, loc. cit, hlm, 131.
153
Kapitsa&Maletin, op. cit, hlm, 217.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

fundamen, seperti pohon tanpa batang, atau pembicaraan panjang


tanpa isi”... 154

Untuk menindaklanjuti perkataannya maka dibentuklah komite di desa-

desa yang bertugas untuk mengukur dan merumuskan status tanah, serta mencatat

tanah-tanah lebih yang harus dibagikan kepada para petani yang tidak mempunyai

tanah. Hal ini mempunyai tujuan agar dapat memperingan kesengsaraan kaum

tani dan akan menjadi langkah utama dalam perkembangan revolusi selanjutnya.

Cara-cara itu ditempuh oleh pemerintah sebagai cara untuk memperbaiki kondisi

ekonomi negara serta menunjang pembangunan ekonomi. Sebagai presiden

sekaligus kepala pemerintahan, Sukarno terus mencari langkah-langkah yang

tepat dan sesuai dengan prinsip ekonomi terpimpin yang telah ia gali seiring

dengan demokrasi terpimpin.

Sukarno dapat memaknai gagasan tentang demokrasi terpimpin sebagai

suatu demokrasi dengan kepemimpinan, adanya kebebasan dalam batas-batas

tertentu yang bertanggung jawab. Ia mampu memahami apa yang menjadi

keinginannya. Ia juga selalu berpegang teguh pada konsep yang ia tawarkan

berdasarkan gagasan yang ia temukan. Pendirian yang kuat inilah yang harus

dicontoh oleh pribadi seseorang untuk mewujudkan tujuan hidup baik bagi diri

sendiri maupun masyarakat. Hidup perlu dimaknai dengan baik untuk dapat

mempunyai konsep serta upaya menindaklanjuti gagasan yang ada dalam pikiran

manusia sebagai pribadi yang tangguh.

154
Sukarno, Dari Proklamasi Sampai Takari, hlm, 460.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

PELAKSANAAN KONSEP DEMOKRASI TERPIMPIN

Pelaksanaan demokrasi terpimpin dipusatkan pada kata pimpinan, yaitu

Sukarno sendiri sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara.

Kekuasaan presiden pada masa ini sangat besar. Hal ini telah diatur berdasarkan

UUD 1945 tentang sistem pemerintahan.

Kebijakan-kebijakan yang berada di tangan pemimpin sesungguhnya akan

menciptakan suatu demokrasi yang bersifat protektif (tidak sepenuhnya

demokrasi) dan akan mengarah ke suatu kediktatoran. Tujuan Sukarno adalah

ingin memperbaiki keadaan negeri yang tidak stabil pada masa demokrasi

parlementer. Selain itu penerapan demokrasi terpimpin dapat dipandang sebagai

usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan

kepemimpinan yang kuat. Jika dilihat dengan cermat, Sukarno tidak mempunyai

bakat untuk menjadi seorang diktator karena ia selalu berusaha untuk menjalankan

pemerintahan dengan baik dengan konsep gotong royong dan musyawarah. Ini

merupakan tanda adanya semangat tradisional yang melekat dalam dirinya.

Dalam mengeluarkan gagasan yang berupa konsep demokrasi terpimpin,

Sukarno berusaha untuk menerapkan konsep itu ke dalam bentuk pemerintahan

Indonesia. Maka gagasannya itu akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan konsep

demokrasi terpimpin dalam bidang politik maupun ekonomi. Pelaksanaan konsep

itu akan dijelaskan sebagai berikut :

96
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Pelaksanaan Konsep Demokrasi Terpimpin Dalam Bidang Politik

Dengan dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan politik

Indonesia praktis berubah. Harapannya adalah bahwa keadaan politik akan lebih

baik dari sistem sebelumnya. Keadaan ini merupakan titik awal munculnya

otoritarianisme di Indonesia.155 Otoritarianisme presiden sangat diperlukan dalam

menjalankan pemerintahan ini demi menertibkan kinerja pemerintahan agar lebih

teratur dan kekacauan politik yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Dengan

kembali ke UUD 1945 telah menunjukkan bahwa Sukarno tanggap akan keadaan

darurat yang telah terjadi di Indonesia pada masa demokrasi parlementer.

Setelah kembali ke UUD 1945 kekuasaan eksekutif menjadi sangat kuat

dengan titik beratnya pada lembaga kepresidenan. Hal ini disebabkan karena

presiden mempunyai kekuasaan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai

kepala negara. Sukarno telah disumpah sebagai presiden berdasar UUD 1945

untuk menjalankan fungsi eksekutif pada tanggal 10 Juli 1959. Untuk mulai

melaksanakan pemerintahan dengan demokrasi terpimpin, Sukarno melakukan

pembentukan lembaga-lembaga yang berdasar atas pengangkatannya sendiri. Ia

dipercaya untuk melaksanakan konsep demokrasi terpimpin untuk memperbaiki

keadaan dalam negeri.

Demokrasi terpimpin dilaksanakan dengan cara membatasi kedudukan

partai berdasarkan Penetapan Presiden No. 7 tahun 1959. Partai yang tidak

memenuhi syarat dengan jumlah anggota yang terlalu sedikit akan dibubarkan.

Dua puluh delapan partai yang ada hanya tinggal sepuluh partai yaitu terdiri atas
155
Demokrasi terpimpin=pemimpin yang otoriter, lihat dalam Affan Gaffar, Politik Indonesia
Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999, hlm, 61. Lihat juga dalam
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,Jakarta, PT. Ikrar Mandiriabadi, 2008, hlm, 129.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PKI, PNI, NU, Partai Khatolik, Partindo, Parkindo, Partai Murba, PSII Arudji,

IPKI, dan Partai Islam Perti. Partai lain yang dinyatakan tidak memenuhi syarat

adalah Masyumi dan PSI.156 Tindakan pemerintah ini dikenal dengan

penyederhanaan kepartaian dengan tujuan agar kehidupan partai lebih teratur. Dua

partai politik yang pernah berjaya pada masa demokrasi parlementer berhasil

dibubarkan, yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan

pembubaran partai adalah karena ada anggota kedua partai yang terlibat dalam

pemberontakan PRRI dan Permesta. Penyederhanaan partai telah menimbulkan

adanya keterbatasan partai politik dalam pemerintahan.

Demokrasi terpimpin dapat digambarkan sebagai suatu sistem demokrasi

yang berlandaskan pada suatu ideologi yang memimpin dengan menentukan

tujuan serta cara mencapainya. Demokrasi itu di Indonesia ialah kerakyatan yang

dipimpin oleh ideologi negara yaitu Pancasila dan oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan untuk mufakat di antara semua golongan

progresif.157 Ideologi negara harus menjadi dasar pelaksanaan demokrasi

terpimpin oleh Sukarno. Sebagai pemimpin, ia telah menerapkan dirinya dengan

baik sebagai pemegang keputusan. Dalam pelaksanaan gagasannya pemimpinlah

yang menentukan segala kebijakan yang ada untuk melancarkan sistem demokrasi

terpimpin. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kemacetan politik yang telah

terjadi. Pelaksanaan politik masa demokrasi terpimpin yaitu dengan menggunakan

156
Wiyono, Organisasi Kekuatan Sosial Politik di Indonesia, Bandung, Alumni, 1982, hlm, 29-30.
Lihat juga Rusli karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia:sebuah Potret Pasang Surut,
Jakarta,Rajawali,1983, hlm ,150.
157
Ruslan Abdul Gani, Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi, Jakarta, Panitia Pembina Djiwa
Revolusi, 1961, hlm, 364.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UUD 1945 sebagai landasan konstitusional untuk mengatur mekanisme

kenegaraan.

Pelaksanaan kelembagaan pada masa demokrasi terpimpin segera dibentuk

dalam waktu yang singkat sesuai dengan ketetapan dekrit presiden untuk segera

membentuk MPRS dan DPAS. Berdasarkan UUD 1945 presiden berada di bawah

MPR dan mempunyai kedudukan sederajat dengan lembaga-lembaga negara

seperti DPR, DPA, MA, dan BPK. Sebelum MPR terbentuk Sukarno membentuk

MPRS sampai diadakan pemilu.158 Pembentukan MPRS berdasarkan Penpres no.

2/1959. Anggota MPRS menyetujui apa yang ditawarkannya itu untuk kembali ke

UUD 1945, setuju pada perjuangan RI, dan setuju dengan manifesto politik.159

Pemilihan anggota MPRS baik dalam mengangkat ketua maupun wakilnya dipilih

dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil dari Angkatan Bersenjata yang

ditentukan oleh presiden.160 Pembentukan MPRS telah berhasil dilaksanakan

sesuai dengan rencana awal bahwa pembentukannya akan dilaksanakan dalam

waktu sesingkat-singkatnya. Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota

majelis yang tidak melalui pemilu dapat dikatakan menyimpang, tetapi dengan

kenyataan yang ada itu bukan merupakan kesalahan presiden. Hal itu telah

mendapat persetujuan dan dukungan dari rakyat bahwa itu merupakan satu-

satunya jalan untuk menyelamatkan negara.

158
Berdasarkan pasal 3 UUD 1945 untuk kedudukan dan kekuasaan presiden lihat Ridwan Indra,
Kedudukan Presiden Dalam UUD 1945, Jakarta, PT Inti Idayu Press, 1989, hlm, 10-11, lihat pula
Sri Sumantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Bandung, Penerbit
Alumni, 1986, hlm, 119.
159
Nugroho Notosusanto, op.cit, hlm, 311.
160
Penpres No. 12 tahun 1960, tentang susunan MPRS, lihat pula Ismail Sunny, Pergeseran
Kekuasaan Eksekutif, Jakarta, Aksara Baru, 1981, hlm 230.
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembentukan DPAS sebagai lembaga penasihat presiden juga dilakukan

oleh presiden, karena lembaga itu belum terbentuk setelah Dewan Nasional

membubarkan dirinya pada tanggal 12 Juli 1959 sesudah bekerja selama 2 tahun.

Maka sebagai gantinya sesuai dengan pasal 16 UUD 1945 presiden melantik suatu

Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) pada tanggal 15 Agustus

1959.161 Lembaga ini juga bersifat sementara sampai diadakan pemilu. Sebelum

diadakan pemilu, Sukarno mengeluarkan penetapan presiden no.3 tahun 1959

untuk membentuk DPAS terlebih dahulu. DPAS pun terbentuk dengan presiden

sendiri sebagai ketuanya. Lembaga yang telah dibentuk oleh Sukarno itu juga

merupakan langkah yang diambil untuk menjalankan demokarasi terpimpin.

DPAS mempunyai wewenang sebagai penasehat presiden/pemerintah baik

diminta maupun tidak diminta mengenai suatu hal yang patut untuk disampaikan

kepada presiden/pemerintah. Dewan ini diketuai oleh Sukarno dan terdiri atas 45

orang anggota yang berasal dari wakil-wakil golongan politik (partai), pemuka

daerah, dan golongan fungsionil (Tani, Buruh, Pengusaha Nasional, Angkatan

Besenjata, Alim Ulama, dll).162

Selain pembentukan MPRS dan DPAS Sukarno melakukan perombakan

terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini disebabkan karena adanya

ketidaksesuaian paham antara pemerintah dan DPR mengenai masalah anggaran

belanja negara tahun 1960. DPR dan pemerintah tidak dapat bekerja sama.

Permasalahan yang terjadi tidak menemukan jalan keluar sehingga berdasarkan

penetapan presiden tugas-tugas anggota DPR dibekukan. Penetapan presiden itu

161
Ibid, hlm, 179-180.
162
Ibid, hlm, 178.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memuat 2 hal yaitu menghentikan pelaksanaan tugas dan pekerjaan anggota-

anggota DPR dan mengusahakan pembaharuan susunan DPR berdasarkan UUD


163
1945 dalam waktu yang singkat. Berdasarkan UUD 1945 DPR tidak dapat

dibubarkan melainkan hanya dibekukan tugasnya dalam artian bahwa anggota-

anggota DPR tidak boleh menghadiri rapat. Ini merupakan langkah yang tepat

karena pembekuan tugasnya dititikberatkan pada tugas anggotanya, bukan DPR

sebagai lembaga. Pembaharuan DPR diadakan berdasarkan penetapan presiden

No. 1/1959 dengan menyusun Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-

GR) yang menjalankan tugas dan pekerjaan DPR menurut UUD 1945. Susunan

DPR-GR terdiri atas wakil-wakil golongan politik dan golongan karya.

Pembubaran DPR hasil pemilu itu didasarkan pada pasal 84 UUDS 1950,

yang menyatakan bahwa presiden berhak membubarkan DPR.164 Sukarno masih

mempunyai landasan dalam pembubaran dewan itu, meskipun sebenarnya DPR

hanya dibekukan tugasnya mengingat ini merupakan sebuah keputusan bersama

pemerintah karena alasan keamanan maka DPR-GR pun dibentuk untuk

menjalankan tugas dan pekerjaan DPR menurut UUD 1945. Pembekuan tugas

DPR itu sangat tepat karena Sukarno telah menyiapkan ini sebagai cara untuk

meninggalkan liberalisme yang berdampak kemacetan politik di Indonesia. Ia juga

menjelaskan bahwa DPR telah menunjukkan ketidakmampuan dalam

melaksanakan tugasnya dan terus bekerja pada alam liberalisme, serta tidak dapat

menyesuaikan diri dengan suasana demokrasi terpimpin.165

163
Ibid, hlm, 180-181.
164
Pasal 84 UUD Sementara tahun 1950.
165
Kapitsa&Maletin, op. cit, hlm, 201.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dengan digantinya DPR menjadi DPR-GR telah memunculkan kekuatan

yang menentang pergantian itu. Inilah yang harus diwaspadai oleh Sukarno karena

dapat menghambat kinerjanya. Partai-partai Islam, PSI, Murba, Partai Kristen dan

Katolik telah bersatu dengan membentuk Liga Demokrasi. Pembentukannya ini

dilakukan ketika Sukarno pergi ke India, Mesir, Yugoslavia, dan Jepang. Liga

Demokrasi dibentuk karena menentang dibentuknya Parlemen baru yang

dianggapnya bertentangan dengan UUD. Mereka juga mengecam kesatuan

pendapat DPR yang didambakan oleh Sukarno sebagai suatu hal yang tidak sehat.

Liga itu bertujuan untuk menghidupkan kembali DPR pilihan rakyat, membatasi

kekuasaan eksekutif, dan memperkecil pengaruh orang-orang komunis dalam

pemerintahan.166 Liga demokrasi mengalami perkembangan yang pesat hingga ke

daerah-daerah. Angkatan Darat terpecah dan tidak menentu dalam menghadapi

liga tersebut. Sebagian tentara di Jakarta dan sejumlah daerah provinsi

memberikan dukungannya secara jelas meskipun sifat liga itu tidak terang-

terangan anti Sukarno. Begitu juga terjadilah perlawanan dalam tentara yang

menghalangi pelaksanaan perintah presiden yang dikirimkan dari luar negeri

untuk menangkap pimpinan liga. Dengan dukungan Angkatan Darat maka liga itu

berhasil menjadi organisasi penting meskipun hanya sesaat saja. Meskipun begitu

pimpinan Angkatan Darat tetap bersikap hati-hati. Setelah Sukarno kembali ke

Indonesia dukungan Angkatan Darat pun surut dengan cepat. Organisasi ini pun

tidak lagi berkembang karena DPR-GR pun telah terbentuk.167

166
Ibid, hlm, 202.
167
Herbert Feith, op.cit, hlm, 50-51.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adapun struktur pelaksanaan kelembagaan pada masa demokrasi terpimpin

dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut :

Skema. 2

(Sumber; Herbert Feith, Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin,


Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm,77.)

Melalui bagan di atas, dapat dikatakan bahwa kekuasaan presiden sangat

besar dan penting dalam menjalankan pemerintahan. Sukarno membentuk

Pengurus Besar Front Nasional yang komposisinya mirip dengan DPR-GR.

Pembentukan Front Nasional adalah untuk mempertinggi kekuatan nasional dan

menduduki salah satu tempat yang penting dalam pemerintahan. Pembentukan


104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

front berdasarkan usul DPAS. Usul itu diungkapkan kembali oleh Sukarno,

sebagai berikut :168

...“menggalang persatuan rakjat revolusioner berupa Front Nasional


anti imperialis di bawah pimpinan Bung Karno, sebagai landasan
untuk membangkitkan aksi-aksi massa”...

Pembentukan Front nasional didasarkan pada prinsip gotong royong.

Kedudukannya berada di bawah presiden. Ini merupakan suatu kekuatan yang

dibangun bersama-sama untuk menghadapi ancaman-ancaman baik dari dalam

maupun luar negeri. Front Nasional dibentuk melalui Penetapan Presiden No. 13

tahun 1959. Dalam penetapan itu, Front Nasional adalah suatu organisasi massa

yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam

UUD 1945.169 Keanggotaan front ini memuat golongan nasionalis, agama, dan

komunis dengan ketuanya presiden sendiri.

Usaha-usaha yang dilakukan Sukarno itu merupakan langkah untuk

memperlemah partai-partai, karena keanggotaan lembaga-lembaga yang dibentuk

ditentukan oleh presiden. PSI dan Masyumi resmi dilarang dalam perjalanan

pemerintahan dengan demokrasi terpimpin. Partai itu dilarang karena telah

menolak adanya lembaga yang terdiri atas masuknya agama dan komunis ke

dalam kabinet. Jika dilihat keduanya diibaratkan sebagai minyak dan air yang

tidak dapat bersatu dan tidak realis. Namun Sukarno mampu menyatukan

keduanya. Ia merupakan pribadi yang mengagumkan dan seorang ahli komunikasi

yang baik bagi bangsa Indonesia. Maka melalui kekuasaan dan tanggung jawab

yang besar, ia juga mampu membentuk lembaga-lembaga negara yang digunakan

168
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, hlm, 427-428.
169
Nugroho Notosusanto, op. cit. hlm, 316.
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin yang jauh dari liberalisme dan diktator.

Sukarno mampu membentuk lembaga-lembaga yang pada masa pemerintahan

dengan demokrasi parlementer tertunda maupun belum terbentuk. Pelaksanaan

pemerintahan pun dapat berjalan dengan adanya lembaga-lembaga tersebut.

MPRS mempunyai kekuasaan tertinggi di bawah UUD 1945. Presiden

memegang kekuasaan tertinggi di bawah majelis itu dan harus bertanggung jawab

pada MPRS. Selain itu presiden merupakan kepala kekuasaan eksekutif dan tidak

bertanggung jawab pada DPR. Presiden juga mempunyai tugas dan wewenang

sesuai dengan apa yang telah dirumuskan oleh MPRS, yaitu sebagai berikut: a)

memegang kekuasaan pemerintah,170 b) membentuk Undang-undang bersama


171
DPR (yang diubah kedalam DPR-GR), c) menetapkan peraturan pemerintah

untuk menjalankan Undang-undang,172 d) memegang kekuasaan tertinggi atas AD

(Angkatan Darat), AL (Angkatan Laut),dan AU (Angkatan Udara),173 e)

menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain

dengan persetujuan DPR-GR,174 f) menyatakan keadaan bahaya menurut syarat-

syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Undang-undang,175g) mengangkat

dan menerima duta/konsul,176h) memberi grasi, amnesti, abolisi, dan

rehabilitasi,177i) memberi gelar, tanda jasa,dll,178 dan j) dalam keadaan sangat

memaksa ketika DPR dan MPR tidak mungkin mengadakan sidang, maka dapat

170
Pasal 1, Ketetapan MPRS No II/1960, dalam Ringkasan Ketetapan MPRS RI No. I dan
II/MPRS, Departemen Penerangan, hlm, 75.
171
Pasal 5, ayat 1.
172
Pasal 5, ayat 2.
173
Pasal 10.
174
Pasal 11.
175
Pasal 12.
176
Pasal 13.
177
Pasal 14.
178
Pasal 15.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyampingkan UUD yang kemudian harus dipertanggungjawabkan kepada

MPR.

Berdasarkan tugas dan wewenang yang ditetapkan MPRS itu, Sukarno

menggunakan wewenang itu untuk menjalankan pemerintahan yang dibantu oleh

lembaga-lembaga negara bentukannya termasuk menteri-menteri yang

diangkatnya secara langsung berdasarkan ketetapan UUD 1945. Kedudukan

menteri ialah sebagai pembantu presiden dan diangkat oleh presiden. Menteri-

menteri juga dapat diberhentikan setiap waktu oleh presiden. Menteri-menteri

tidak lagi bertanggungjawab kepada DPR tetapi bertanggungjawab kepada

presiden. Selain menteri dalam kabinet terdapat Dewan Perancang Nasional

(Depernas) yang berada di bawah pimpinan Muh. Yamin sebagai wakil menteri

pertama yang beranggotakan 80 orang wakil golongan masyarakat dan daerah.

Pada tahun 1963 Depernas diganti dengan Bappenas (Badan Perancang

Pembangunan Nasional) yang dipimpin oleh Sukarno yang mempunyai tugas

merancang pembangunan nasional.179

Pembentukan dan perombakan lembaga-lembaga telah berhasil dilakukan

meskipun tanpa menunggu pemilu. Keanggotaan dalam MPRS maupun DPR-GR

menunjukkan adanya warna yang berbeda. Masuknya golongan Angkatan

Bersenjata ke kancah politik beserta PKI menimbulkan adanya persaingan

tersendiri bagi keduanya. Sebagai partai yang mempunyai jumlah terbesar, PKI

semakin berkembang dengan pesat. Angkatan bersenjata juga tidak tinggal diam

179
Nugroho Notosusanto, op. cit. hlm, 322.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan keadaan ini, mereka semakin banyak mengirimkan wakil-wakilnya untuk

menduduki jabatan strategis dalam lembaga negara.

Tarik ulur antara ketiga kekuatan politik yang besar yaitu Sukarno, PKI, dan

Angkatan Darat telah mewarnai panggung politik demokrasi terpimpin. PKI

mempunyai tempat dalam pemerintahan sebagai kekuatan Sukarno yang paling

berpengaruh. Hubungan yang terjalin antara Sukarno dan PKI dapat membawa

keuntungan diantara keduanya. PKI mempunyai jumlah anggota yang besar

sehingga mampu mengarahkan dukungan massa yang diperlukan oleh Sukarno

untuk melancarkan pemerintahan tanpa adanya pemberontakan. Sukarno juga

merupakan orang yang tidak menyukai adanya pertumpahan darah. PKI

menyambut antusias rangkulan dan perlindungan politik yang ditawarkan oleh

Sukarno. PKI menyadari bahwa posisinya bermusuhan dengan Angkatan

Bersenjata sehingga membutuhkan perlindungan presiden.

Sukarno mengangkangi dua perangkat koalisi yang bersaing itu yang

membuat mereka tetap terpisah tetapi dapat mempertahankan posisinya pada

puncak hubungan segi tiga pada saat yang sama.180 Hubungan segi tiga ini perlu

diwaspadai karena hubungan antara presiden, Angkatan Darat, dan PKI bisa

menimbulkan kemandekan dalam hal kebijaksanaan dalam negeri. Kemandekan

itu dapat berupa kecenderungan menghindarkan diri atau mengesampingkan

keputusan-keputusan yang penting. Jika digambarkan dalam bentuk diagram

hubungan segitiga itu adalah sebagai berikut:

180
Michael Leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, PT Gramedia,1986, hlm, 80.
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skema.33

Bagann di atas meenunjukkan bahwa dalam


m melaksannakan kegiaatan politik

p
pada masa demokrasi terpimpinn ketiga kekuatan
k ittu sama-sam
ma saling

m
membutuhka
an. Sukarnoo merasa teerancam akaan kemungkkinan pengaambilalihan

k
kekuasaan oleh
o Angkattan Darat yaang berdam
mpak pada kekacauan po
olitik yang

b
berkepanjan
ngan. Ia jugaa sangat meengandalkan
n PKI untukk melancarkaan agenda-

a
agendanya selama pennerapan dem
mokrasi terp
pimpin. Ini dapat terjaadi karena

S
Sukarno tid
dak mempunnyai partai politik senddiri yang dapat
d diandaalkan. PKI

m
merupakan partai
p politikk yang kuatt dan teraturr. Pada tahuun 1959 dann 1962 PKI

b
bebas melakkukan kongrres dan konnferensi, mem massa secaraa intens.181
mobilisasi m

S
Sukarno meembutuhkan dukungan PKI guna melancarkan
m n kampanye anti Barat

y
yang secara intensif dilaakukannya dan
d dalam raangka semanngat pembeb
basan Irian

B
Barat. Ia annti imperialiisme dan koolonialisme. PKI senddiri sangat mendukung
m

S
Sukarno dalam menghadapi Angkkatan Darat yang dikennal anti kom
munis dan

d
dianggap sebbagai penghhambat usahaa-usaha PKII untuk meleebarkan keku
uasaannya.

P mempu
PKI unyai peluanng yang nyatta untuk men
ncapai punccak kekuasaaan, terlebih

k
ketika Sukaarno mempeersatukan goolongan-goloongan Nasioonalis, Kom
munis, Dan
1
181
Afan Gaffarr, op. cit, hlm, 63-66.
6
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Agama (Nasakom). Sukarno bukan seorang komunis tetapi ide-ide kerakyatan

yang terkandung dalam pemikiran komunis dipahami sebagai salah satu

komponen yang mampu merubah kondisi bangsa Indonesia yang tidak stabil. PKI

juga selalu mendukung rencana Sukarno.

Selain itu, Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat juga mendukung

pemerintahan Sukarno. Angkatan Darat mempunyai kekuasaan nyata terutama di

daerah-daerah.182 Angkatan Darat juga cukup terwakili dalam DPR-GR dan

MPRS, selain itu ada beberapa orang perwira Angkatan Darat yang ditunjuk untuk

menjabat gubernur-gubernur daerah. Kedudukan politik yang terpenting adalah di

dalam badan-badan seperti Koti dan Peperti. Koti berkembang menjadi suatu

badan yang menyaingi kabinet sebagai lembaga pengambil keputusan-keputusan

penting, sementara Peperti meneruskan pengawasan terhadap pelaksanaan

Undang-undang darurat perang sampai saat pemindahan kekuasaan atas Irian

Barat pada bulan Mei 1963.183

Posisi strategis yang dimiliki oleh Angkatan Darat dalam DPR-GR maupun

MPRS membuat mereka mempunyai wewenang dalam pemerintahan terlebih

melihat kenyataan bahwa PKI merupakan kekuatan yang bersaing dengan militer.

Pihak militer tidak kalah strategi untuk bersaing pengaruh dalam kancah politik.

Pemberlakuan sistem Dwi Fungsi ABRI membuat tangan besi militer mampu

bergerak dalam sektor politik. Kenyataan PKI yang berkembang pesat

menimbulkan kekhawatiran di kalangan militer, khususnya Angkatan Darat.

Apabila pemilu digelar PKI akan menang mutlak dan otomatis yang akan menjadi

182
Ibid.
183
Harold Crouch, Militer&Politik di Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,1999, hlm, 48-49.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

presiden adalah dari orang PKI. Demi menghalangi laju kekuasaan PKI, Angkatan

Darat dengan menggandeng PNI berhasil mengusulkan dan menjadikan Sukarno

sebagai presiden seumur hidup. Hal ini berarti pemilu ditiadakan. Usulan

Angkatan Darat dengan PNI ini disetujui oleh MPRS dalam sidang umum II

dengan ketetapan MPRS/ Nomor III/MPRS/1963.184

Persaingan dalam memperebutkan pengaruh tidak dapat dihindarkan oleh

PKI dan Angkatan Darat. Hal ini menyebabkan adanya ketidakefektifan dalam

pelaksanaan sistem politik dengan demokrasi terpimpin. Sukarno selalu memberi

angin kepada PKI dengan memberi mereka kedudukan dalam DPR-GR dan DPAS

serta dalam pengurus besar Front Nasional dan pengurus Front Nasional Daerah.

Melihat kenyataan itu pimpinan Angkatan Darat berusaha untuk mengimbanginya

dengan mengajukan calon-calon sehingga dapat mengimbangi komposisi PKI.185

Upaya Angkatan Darat itu menemui kesulitan karena tampaknya Sukarno

memberikan dukungan besar kepada PKI dalam segala hal.

Angkatan Darat mensinyalir adanya tindakan-tindakan pengacauan yang

dilakukan PKI. Pimpinan angkatan baik secara lisan maupun tulisan melaporkan

perbuatan-perbuatan itu serta minta perhatian dari Sukarno. Dengan adanya bukti-

bukti bahwa PKI akan mengadakan pengacauan di Sumatera Selatan, Kalimantan

Selatan, dan Sulawesi Selatan, maka pimpinan Angkatan Darat mengambil

tindakan-tindakan pengawasan kepada PKI berdasarkan Undang-undang keadaan

bahaya. PKI yang berada di daerah-daerah itu dapat dibekukan, tetapi di pusat

184
Reni Nurhayati, Tragedi Soekarno;dari Kudeta Sampai Kematiannya,
http://id.shvoong.com/books/1866303-tragedi-soekarno-dari-kudeta-sampai/#ixzz1YGm1SfGB.
185
A.H. Nasution, Menegakkan Keadilan Dan Kebenaran I, Jakarta, Seruling Masa, 1967, hlm, 9.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yaitu D.N Aidit dan kawan-kawannya berhasil lolos.186 Adanya masalah itu

diadakanlah sidang Penguasa Perang Tertinggi (Perperti) dengan Penguasa Perang

Daerah Indonesia (Perpeda) di istana negara. Dalam sidang itu Angkatan Darat

mengingatkan Sukarno agar tidak terlalu percaya atas keloyalan PKI, baik atas

pertimbangan ideologis maupun atas pengalaman-pengalaman masa lampau.187

Sukarno tetap menyalahkan sikap dan tindakan pimpinan Angkatan Darat

terhadap PKI tersebut dan selanjutnya melarang Peperda untuk mengambil

tindakan-tindakan politis terhadap PKI.

Melihat kenyataan itu sungguh besar dukungan Sukarno kepada partai itu.

Dengan dukungan yang besar, PKI pun semakin bergairah untuk melancarkan

kegiatannya dan Angkatan Darat pun seolah-olah terpojokkan oleh PKI. Tujuan

awal yang direncanakan Sukarno tidak dapat berjalan mulus. Keseimbangan

kekuatan yang diinginkan tetapi ketidakseimbangan yang tercipta. Keadaan itu

dapat dikatakan berbahaya bagi masa depan pemimpin bangsa ini. Tajamnya

pertentangan diantara PKI dan Angkatan Darat menimbulkan kekacauan tersendiri

dalam hal politik, maka harus dicari solusi yang tepat untuk tetap

menyeimbangkan mereka menjadi satu kekuatan yang utuh. Pekerjaan seperti itu

tidaklah mudah karena pada awalnya merangkul dua kekuatan yang bertolak

belakang itu bak air dan minyak, yang tidak dapat bersatu. Hal ini dapat dilihat

melalui usaha-usaha kedua kekuatan ini untuk memperkuat pengaruhnya dalam

pemerintahan yang baru terbentuk. Sejak tahun 1955 seorang anggota rahasia PKI

mulai menyusup ketubuh militer melalui perwira-perwira intelijen yang juga

186
Ibid, hlm, 32-33.
187
Ibid, hlm, 23.
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berusaha menyusup ke dalam tubuh PKI.188 Dengan hal ini sangat tampak bahwa

kedua kekuatan yang dihimpun oleh Sukarno ini sangat bertentangan satu sama

lain, dan tidak dapat dihindari pula bahwa mereka dapat menghambat jalannya

pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin. Dukungan besar yang diberikan

Sukarno kepada PKI mempunyai alasan. Alasannya adalah untuk semakin

mempertinggi kekuatan nasional melalui upaya pembebasan Irian Barat. PKI

sangat mendukung usaha Sukarno tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap

imperialisme.

Hambatan lain dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin berawal dari adanya

perbedaan makna demokrasi terpimpin bagi Angkatan Darat, PKI, dan Sukarno.

Banyak pihak mengatakan bahwa Sukarno adalah pemegang kekuasaan yang

nyata pada masa demokrasi ini, tetapi bila dikaji secara mendalam justru yang

memegang kekuasaan nyata adalah Angkatan Darat yang mempunyai kekuatan

yang real. Sukarno di satu pihak dan Nasution serta Suharto sebagai militer di lain

pihak sama-sama mendukung demokrasi terpimpin dan wawasan

persatuan/kesatuan bangsa. Kesamaan itu cuma menyangkut kulit, berbeda dalam

isi dan motivasi. Sukarno melansir demokrasi terpimpin untuk membela rakyat

yang selalu dikalahkan oleh mayoritas politisi di DPR (Parlemen). Militer juga

mendukung demokrasi terpimpin tetapi karena memerlukan kepemimpinan ketat

demi mengontrol penguasaan teritorialnya. Sukarno menganjurkan persatuan dan

kesatuan untuk menggalang kekuatan dan memberdayakan segenap rakyat, agar

dapat membangun dan mewujudkan cita-cita sosial-politiknya. Militer juga

188
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2005,
hlm, 512.
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berwawasan persatuan dan kesatuan tetapi bedanya lagi-lagi untuk mengontrol

seluruh wilayah Indonesia. Begitu pula dengan PKI partai ini juga merupakan

organisasi yang kuat dan terorganisir paling baik, selain Angkatan Darat. Dua

organisasi itu mestinya sama-sama positif dan merupakan komponen potensi

nasional, namun dua kekuatan itu justru bersaing sengit dengan niat akan merasa

senang sekali bila mereka berhasil mematahkan saingannya. Angkatan Darat dan

PKI saling bersaing dan sama-sama menjadi “pendukung” Presiden/Pemimpin

Besar Revolusi/Panglima Tertinggi.189 Bila diterjemahkan dengan bebas, itu

berarti masing-masing punya skenario sendiri-sendiri tetapi sama-sama mencoba

mengambil hati presiden. Lebih tepatnya sama-sama menunggangi wibawa

presiden Sukarno untuk mencapai keuntungan politik.

B. Pelaksanaan Konsep Demokrasi Terpimpin Dalam Bidang Ekonomi

Dalam melaksanakan sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin,

Sukarno menggunakan sistem ekonomi terpimpin. Ekonomi terpimpin ditekankan

pada ekonomi nasional dan tidak bergantung pada ekonomi liberal. Pembangunan

ekonomi pada masa ini adalah di bawah kabinet karya, yang disebut dengan

Dewan Perancang Nasional. Berdasarkan Undang-undang pasal 2, Dewan

Perancang Nasional mempunyai tugas untuk mempersiapkan rancangan Undang-

undang Pembangunan Nasional yang berencana dan menilai penyelenggara

pembangunan itu.

189
Bob Hering, (diterj) Joesoef Isak, Soekarno + Demokrasi Terpimpin = Diktator, Mengibas
fitnah dan kerancuan berpikir, Jakarta, Trisakti, 2001, hlm, 1-5.
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada tanggal 15 Agustus 1959 Depernas berhasil menyusun suatu

Rancangan Dasar Undang-undang Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun

(tahun 1961-1969). MPRS menyetujui rancangan tersebut dengan Tap no

2/MPRS/1960. Kemudian pada tahun 1963 Dewan Perancang Nasional diganti

dengan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh

Sukarno sendiri. Menurut landasan pembentukannya Bappenas mempunyai tugas

untuk menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan, baik nasional

maupun daerah. Selain itu tugasnya ialah mengawasi dan menilai pelaksanaan

pembangunan dan menyiapkan serta menilai mandataris untuk MPRS.190

Dalam rangka membendung inflasi dikeluarkan peraturan pemerintah

pengganti Undang-undang no 2 tahun 1959. Peraturan tersebut dimaksudkan

untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar dengan tujuan untuk

kepentingan perbaikan keadaan keuangan dan perekonomian negara. Untuk

mencapai tujuan itu, nilai uang kertas pecahan Rp 500,00 dan Rp 1000,00 yang

ada dalam peredaran pada saat berlakunya peraturan itu diturunkan masing-

masing manjadi Rp 50,00 dan Rp 100,00. Melalui rencana itu dibentuklah Panitia

Penampung Operasi Keuangan (PPOK). Tugas utamanya ialah menyelenggarakan

tidak lanjut dari tindakan moneter itu tanpa mengurangi tanggung jawab menteri

dan departemen yang bersangkutan.191 Rangkaian peraturan moneter yang

dilakukan itu diakhiri dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang

No. 6/1959. Isi UU itu yaitu bagian uang lembaran Rp 1000,00, dan Rp 500,00

190
Ketetapan Presiden no. 12 tahun 1963.
191
Nugroho Notosusanto, op. cit, hlm, 322-333.
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang masih berlaku, dan yang kini bernilai Rp 100,00 dan Rp 50,00 harus ditukar

dengan uang kertas bank sebelum tanggal 1 Januari 1960.

Pelaksanaan tindakan moneter yang dilakukan pemerintah tersebut

mengakibatkan terjadinya kesukaran likuiditas di semua sektor baik sektor

pemerintah maupun sektor swasta. Keadaan ini pada dasarnya merupakan suatu

kesempatan yang baik untuk mengadakan penertiban segala kegiatan pemerintah

dan swasta, yang sebelumnya seolah-olah tidak terkendalikan. Untuk tujuan itu

pemerintah menginstruksikan penghematan bagi instansi pemerintah serta

memperketat pengawasan atas pelaksanaan anggaran belanja. Diusahakan pula

penertiban manajemen dan administrasi perusahaan-perusahaan negara, baik yang

sudah lama ada maupun yang baru diambil alih dari pihak Belanda. Harapan

pemerintah dengan tindakan ini adalah agar dapat mengendalikan inflasi dan

mencapai keseimbangan dan kemantapan moneter. Hal itu dilaksanakan dengan

menyalurkan uang dan kredit baru ke bidang usaha-usaha yang dipandang penting

bagi kesejahteraan rakyat dan pembangunan. Tetapi usaha moneter yang

dilakukan tersebut mengalami kegagalan.

Setelah melakukan devaluasi dengan menurunkan nilai mata uang dari Rp

1000,00 menjadi Rp 100,00 dan Rp 500,00 menjadi Rp 50,00, pemerintah

membentuk Dekon (Deklarasi Ekonomi). Tujuan pembentukannya ialah untuk

mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Latar belakang

dikeluarkannya Dekon karena adanya berbagai peraturan yang dikeluarkan

pemerintah untuk merangsang ekspor (export drive) yang mengalami kegagalan.

Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga kerja dari luar negeri membuat
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat tidak

dapat terlaksana dengan baik. Dekon dikeluarkan pada tanggal 28 Maret 1963.

Dekon dijadikan sebagai strategi dasar ekonomi terpimpin Indonesia, yang

merupakan bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi Dekon adalah

untuk mensukseskan pembangunan sementara 8 tahun yang polanya telah

diserahkan kepada Bappenas tanggal 13 Agustus 1960. Pemerintah Indonesia

menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah berdikari yaitu berdiri di

atas kaki sendiri.192 Melalui sistem berdikari tersebut, Dekon harus mampu

menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa

imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia.

Dalam tahap pelaksanaannya peraturan tersebut tidak mampu mengatasi

kesulitan ekonomi dan masalah inflasi. Dekon juga mengakibatkan adanya

stagnasi bagi perekonomian Indonesia dan kesulitan-kesulitan ekonomi semakin

mencolok. Hal ini terlihat dengan adanya kenaikan harga barang yang mencapai

400% pada tahun 1961-1962, yang mengakibatkan beban hidup rakyat semakin

berat. Kegagalan peraturan pemerintah ini disebabkan karena tidak terwujudnya

pinjaman dari International Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 400.000.000.

Selain itu, masalah ekonomi juga muncul karena adanya pemutusan hubungan

dengan Singapura dan Malaysia dalam rangka Dwikora, politik konfrontasi

dengan Malaysia dan negara Barat yang semakin memperparah kemerosotan

ekonomi Indonesia.193 Meskipun pelaksanaan ekonomi banyak mengalami

kegagalan tetapi juga menunjukkan adanya keberhasilan, khususnya dalam bidang

192
Taufiq Firdaus, Kondisi Ekonomi Indonesia, almuzaky.blogspot.com/2009/12.
193
Ibid.
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pembangunan infrastruktur negara. Hal itu dapat dilihat pada tahun 1962,

Indonesia berhasil membangun stadion besar yang diberi nama Stadion Gelora

Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Selain itu, pada tahun 1963

Indonesia mempunyai kapal penjelajah, pesawat pengebom jarak jauh dan peluru

kendali.194 Keberhasilan pelaksanaan demokrasi terpimpin dalam bidang ekonomi

juga dapat dilihat dalam hal pendidikan. Sejumlah perguruan tinggi didirikan di

tiap ibukota provinsi. Ini merupakan bukti adanya kesadaran masyarakat untuk

terus belajar. Selain itu, sejak tahun 1962 sistem pendidikan untuk SMP dan SMA

mengalami perubahan. Kurikulum SMP ditambah dengan dua mata pelajaran

baru, yakni mata pelajaran ilmu administrasi dan kesejahteraan keluarga. Sistem

pendidikan SMA juga mendapat perubahan sejak tahun 1962. Sistem baru Sma ini

mempunyai dua jelis kelas I. Ini dimaksudkan agar setiap pelajar mendapat

kesempatan untuk memilih minat yang sesuai dengan bakatnya, karena mulai

masuk kelas II mereka telah dibagi-bagi sesuai jurusan (budaya, sosial, ilmu pasti

dan alam. Pembagian di SMA tersebut menunjukkan bahwa mereka dipersiapkan

untuk memasuki perguruan tinggi, bukan dipersiapkan untuk terjun dalam

masyarakat setelah selesai pendidikan SMA. Ini pulalah salah satu sebab

terjadinya eksplosi di bidang perguruan tinggi di Indonesia.195 Pemerintah telah

banyak menghabiskan sumber dayanya untuk membentuk prestise nasional.

Dengan sistem berdikari, perusahaan telah dapat dinasionalisasikan sehingga bisa

dikuasai oleh pemerintah.

194
Herbert Feith, op.cit, hlm, 99.
195
Nugroho Notosusanto, op.cit, hlm, 376-377.
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam menjalankan sistem ekonomi seharusnya tidak serta merta bisa

berdiri sendiri dengan meninggalkan kemampuan ekonomi yang berkuasa di

Indonesia, yaitu ekonomi Barat. Meskipun Sukarno telah menyerukan untuk

menasionalisasikan ekonomi Indonesia tetapi perubahan yang begitu cepat justru

mengacaukan keadaan ekonomi itu sendiri. Hal yang harus dilakukan adalah

pelaksanaan sistem ekonomi yang bertahap dan dalam jangka waktu yang lama,

seperti yang telah direncanakan Sukarno melalui pembentukan Bappenas.

Langkah ini sangat bagus untuk ekonomi Indonesia tetapi dalam pelaksanaannya

jauh berbeda dengan yang telah direncanakan. Usaha yang dilakukan lebih

menunjukkan sifat terburu-buru dan terlalu berani mengambil resiko, seperti

tentang pelaksanaan devaluasi yang begitu cepat, yaitu setelah dikeluarkannya

dekrit presiden tanpa melihat situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia.

Pada masa demokrasi terpimpin dikeluarkan pula peraturan bahwa orang-

orang asing dilarang melakukan perdagangan di daerah pedesaan. Ketetapan ini

merupakan langkah yang didorong oleh militer untuk memukul orang-orang Cina,

melemahkan hubungan Indonesia dan Cina, dan memperlemah urusan PKI.

Melalui hal ini sangat terlihat bahwa adanya campur tangan militer dalam masalah

perekonomian selain dalam hal pemerintahan yang dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Sementara itu Sukarno dan PKI berusaha membela orang-orang Cina

dan setidaknya dapat mencegah pihak militer untuk melakukan tindakan yang

lebih keras. Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam hal ekonomi pun adanya

pertentangan diantara tiga kekuatan tersebut. Tiga kekuatan yang mewarnai

demokrasi terpimpin itu tetap memiliki perbedaan cara, baik dalam politik
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pemerintahan maupun dalam ekonomi terpimpin. Sukarno selalu berusaha untuk

menjaga ketegangan di antara militer dan PKI, sebagai kekuatan yang

membantunya dalam melancarkan pemerintahan.

Adanya campur tangan PKI dan pihak militer juga terlihat dalam

pelaksanaan konsep ekonomi mengenai masalah tanah dengan Undang-Undang

Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-undang Bagi Hasil (UUBH) juga tidak dapat

berjalan dengan baik meskipun Undang-undangnya telah ada. Hal ini

menyebabkan adanya pertentangan antara para petani penggarap dengan pihak

pemilik tanah. PKI menggunakan kesempatan ini untuk melakukan aksi

sepihaknya dengan berhadapan dengan pihak militer melalui kaum tani, sebagai

kekesalan PKI karena semakin sempit ruang geraknya akibat selalu bertentangan

dengan militer yang anti komunis.196 Meskipun banyak tantangan tetapi Sukarno

tetap menjalankan konsep ekonomi yang telah ia rancang.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Sukarno dalam pemerintahannya itu

merupakan langkah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, meskipun dalam

pelaksanaannya cenderung memperlemah keadaan ekonomi yang ada. Hal itu

dapat dilihat melalui usaha devaluasi dari pemerintah yang pada awalnya

mempunyai tujuan untuk menekan angka inflasi, justru pada pelaksanaannya lebih

meningkatkan angka inflasi. Kegagalan-kegagalan itu juga diperparah karena

pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pengeluaran yang

tidak terkontrol tersebut adalah akibat usaha-usaha yang dilakukan Sukarno untuk

196
Imam Soedjono,op.cit, hlm, 290.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

m
membebaska
an Irian Baarat dari ceengkeramann Belanda, seperti pengungkapan

d
dalam pidatoonya pada taahun 1960 baahwa :197

...“Khu
usus mengenai perjuanggan Irian Baarat, saya menyatakan
m d
disini
bahwaa benar pemmerintah akaan memasuk kkan soal Irrian Barat ittu ke
PBB tahun
t ini. Tetapi
T ini tidak berartii bahwa pem merintah keendor
dalam perjuangannnya mengennai Irian Baraat. Tidak! Saama sekali tidak!
Sebaliknya! Pemeerintah mem mperhebat peerjuangannyaa itu di lapaangan
ekonommi. Pemerinntah mengakkui bahwa perjuangan
p IIrian Barat harus
h
dilaku
ukan di segaala lapangann, ya di dalaan negeri yaa di luar neegeri,
tetapi buat tahunn ini pemeerintah men ngkonsentrirr perjuangaannya
melawwan Belanda itu di lapanggan ekonom
mi”...

Gamb
bar.5

Piidato kampaanye pembeebasan Irian n Barat


(Su
umber; http:///www.googlee.co.id/imgress?=pembebasaan=Irian-Baraat)

Pidatoo Sukarno teersebut menuunjukkan baahwa ia begiitu bekerja keras


k untuk

m
membebaska
an Irian Baarat karena menyadari bahwa wilayah tersebbut adalah

b
bagian dari negara Ind
donesia. Ussaha pembeb
basan wilayyah itu mem
mbutuhkan

p
pengeluaran
n negara yanng begitu besar
b sehing
gga pembanngunan ekonnomi yang

m
menjadi tuju
uan utama ekonomi
e terppimpin menjjadi tidak diiprioritaskan
n, dan yang

m
menjadi priioritas adalaah masalahh pembebasaan Irian Barat. Pembeebasan itu

1
197
Soekarno, op.cit.
o hlm, 4266.
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan suatu tuntutan nasional yang didasarkan atas pembukaan UUD 1945,

yaitu : ”Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.”198 Usaha-usaha

yang dilakukan untuk membebaskan Irian Barat membutuhkan biaya yang tidak

kecil. Pemerintah pun harus mengkonsentrasikan keuangan negara untuk

pembebasan itu. Namun, dalam masalah keuangan negara pemerintah harus

cermat terhadap adanya bahaya korupsi dari oknum yang kurang bertanggung

jawab. Permasalahan ini bisa jadi akan menjadi lahan uang bagi pihak tertentu.

Selain pembebasan Irian Barat, konfrontasi dengan Malaysia juga telah

mempengaruhi keadaan ekonomi Indonesia terutama menyangkut masalah

perdagangan dan perkreditan luar negeri. Politik konfrontasi ini disebabkan

karena pemerintah tidak setuju dengan pembentukan negara federasi Malaysia

yang dianggap sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang membahayakan

Indonesia dan negara-negara blok Nefo. Blok nefo (New Emerging Forces) yaitu

kekuatan baru yang sedang muncul, terdiri dari negara-negara progresif

revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang

anti imperialisme dan kolonialisme.199 Dengan keadaan itu Sukarno segera

memerintahkan untuk menghentikan hubungan perdagangan dengan Malaysia,

walaupun hal itu akan menghilangkan sepertiga pasaran luar negeri Indonesia.

Kaum kanan beranggapan bahwa PKI yang menjadi inisiator dari politik

konfrontasi itu. Ini terlihat ketika Aidit mendorong Sukarno ke arah politik

198
Pembukaan UUD 1945, alinea keempat.
199
Kapitsa&Malentin, loc.cit, hlm, 260.
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengganyangan Malaysia. Pada kenyatannya presiden telah menjadi alat PKI.200

Pelaksanaan konsep ekonomi Sukarno tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan harapan dan rencana yang telah dituangkan oleh Sukarno melalui

gagasannya.

C. Dampak Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin

Pelaksanaan demokrasi terpimpin membawa dampak bagi kehidupan

pemerintah dan masyarakat Indonesia. Pada awalnya rakyat menerima sistem

demokrasi itu untuk memperbaiki keadaan Indonesia. Adanya dominasi

kekuasaan PKI membuat pemerintah dan rakyat terpecah menjadi dua kubu antara

pro komunis dan anti komunis. Adapun dampak yang terjadi adalah dalam bidang

politik dan ekonomi, yaitu sebagai berikut :

1. Bidang Politik

Pelaksanaan demokrasi terpimpin berdampak pada perubahan politik yang

mencolok dalam pemerintahan Sukarno. Perubahan UUDS 1950 dengan kembali

pada UUD 1945 membuat kekuasaan presiden berubah. Inilah keberanian

Sukarno untuk mempertegas kekuasaannya. Kehidupan politik dalam

pemerintahan pun dapat berjalan stabil, karena menipisnya oposisi dan antara

kabinet dan parlemen tidak dapat salih menjatuhkan. Selain itu, pelaksanaan

politik demokrasi terpimpin juga berdampak pada banyaknya unsur baru yang

dapat dilihat dalam pelaksanaan politik dengan demokrasi ini, seperti

pembentukan DPR-GR dengan komposisi yang terdiri dari berbagai unsur

golongan yang berbeda-beda, diantaranya dari golongan Nasionalis, Agama, dan

200
Abidin&Lopa Baharuddin, Bahaja Komunisme, Jakarta,1968, hlm, 58.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Komunis. Hal itu menunjukkan tidak adanya homogenitas. Mereka terdiri dari

berbagai aliran yang bertentangan satu sama lain yang saling membatasi dan

saling menghambat. Mereka pun mempunyai pandangan dan pendapat yang

berbeda antara satu sama lain sehingga menuntut adanya kerjasama. Cara

kerjasamanya ialah dengan musyawarah untuk mencari mufakat. Hasil akhir

musyawarah ada di tangan dan ditentukan oleh presiden.

Dalam keadaan seperti itu tenaga-tenaga demokrasi dalam masyarakat

terpaksa menunggu dengan sabar, apa yang akan dilahirkan oleh konsepsi

Sukarno. Selama politiknya didukung oleh aliran-aliran politik yang terbesar

jumlahnya dan golongan yang berkuasa dan seluruhnya dengan semangat totaliter

maka aliran demokrasi tidak dapat berbuat apa-apa. Demokrasi terpimpin

merupakan suatu cara bekerja dengan melaksanakan suatu program pembangunan

yang direncanakan oleh suatu tindakan yang kuat di bawah suatu pimpinan. Cita-

cita itu harus didukung oleh kerjasama yang baik antara golongan besar yang

berpengaruh dalam masyarakat yaitu golongan-golongan Nasional, Agama,

Komunis.

Usaha-usaha yang dilakukan Sukarno itu adalah untuk memperbaiki

keadaan Indonesia dengan demokrasi terpimpin. Pelaksanaannya banyak

mengalami hambatan dan kegagalan-kegagalan. Hal ini disebabkan adanya

penafsiran makna demokrasi terpimpin yang berbeda-beda diantara ketiga

kekuatan politik masa itu, sehingga menimbulkan kekacauan dalam

pelaksanaannya. Sukarno mempunyai skala prioritas dalam menjalankan

pemerintahan. Pemerintahan dengan demokrasi terpimpin lebih diprioritaskan


124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada masalah Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia. Dengan adanya

permasalahan itu ia menyakini bahwa keadaan itu akan mampu meningkatkan

semangat nasional bangsa. Dalam pelaksanaannya berdampak pada

ketidakseimbangan kekuatan antara PKI dan Angkatan Darat.

Dukungan politik yang diberikan kepada aliran politik yang terbesar

jumlahnya, yaitu PKI dan golongan yang berkuasa, yaitu militer telah melengkapi

perjalanan politik Sukarno. Dengan adanya kedua kekuatan yang saling

bertentangan ini maka terdapat perluasan pengaruh ke lembaga-lembaga

pemerintahan. Hal itu menimbulkan persaingan bagi keduanya. Persaingan yang

terjadi itu telah menimbulkan kekacauan politik karena mereka senantiasa berebut

posisi yang berpengaruh dalam jalannya pemerintahan. Selain itu dua kekuatan

utama pada era Sukarno ini mempunyai perbedaan yang bisa menjadi kekuatan

tersendiri bagi masing-masing kekuatan untuk semakin memperluas pengaruhnya.

Hal ini dapat dilihat melalui adanya konfrontasi dengan Malaysia. Angkatan Darat

menerima politik konfrontasi dengan rasa enggan, sementara PKI mendukung

konfrontasi tersebut sepenuhnya sejak awal. Politik konfrontasi itu menimbulkan

kemungkinan bahwa Angkatan Darat akan ditarik lebih jauh ke dalam konflik

melebihi kesiapan mereka. Para pemimpin Angkatan Darat pun sadar bahwa

mereka telah dilangkahi dalam proses pengambilan keputusan dan menjadi

semakin tidak mampu dibandingkan masa-masa sebelumnya untuk melakukan

usaha penengahan dalam proses kampanye konfrontasi. Ini merupakan suatu

suasana yang baru yang lebih menunjukkan adanya pemojokan bagi para

pemimpin Angkatan Darat ke dalam keadaan yang amat sulit untuk mendapatkan
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jalan menghambat PKI. Angkatan Darat tidak ingin dikatakan sebagai kelompok

yang tidak mempunyai dedikasi terhadap tujuan-tujuan nasional dengan bertindak

memukul pembela tujuan nasional yang paling bergairah. Lain halnya PKI mereka

telah berjalan jauh dari taktik-taktik yang dianutnya pada kampanye terdahulu

ketika perhatian mereka yang utama adalah mempertahankan kedudukan. Kali ini

mereka mengambil kesempatan untuk memperkukuh kedudukan, yang

dimungkinkan oleh suasana perang suci melawan Malaysia serta menuntut untuk

memperoleh pengaruh yang lebih besar dalam pemerintahan. PKI mendapat

dukungan dari presiden yang kedudukannya ditingkatkan oleh kekuatannya yang

semakin besar. Taktik PKI menggiring partai itu kedalam konflik yang semakin

tajam dengan kekuatan-kekuatan politik lainnya yang terwakili dalam

pemerintahan bukanlah untuk menggulingkan rezim yang ada tetapi malah untuk

mendukung. PKI memperhitungkan bahwa militansi yang baru akan

memampukan mereka untuk meluaskan basis massanya. Mereka juga

memperkuat tuntutannya agar diakui sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan

dari pemerintahan di bawah pimpinan Sukarno.201

Melalui fenomena itu nampak bahwa kekuatan PKI semakin besar dan

Angkatan Darat pun semakin terpojokkan. Keseimbangan yang diharapkan

diantara kekuatan-kekuatan itu pun sedikit demi sedikit terkikis. Sebagai

penggerak dari kekuatan itu, Sukarno harus mewaspadai kecenderungan politik

tersebut karena akan menimbulkan perpecahan. Presiden pertama Indonesia ini

harus dapat memilih salah satu kekuatan yang paling berpengaruh. Hubungan segi

201
Harold Crouch, op. cit, hlm, 64-65.
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tiga antara Sukarno, PKI, dan Angkatan Darat akan berujung pada salah satu

kemenangan diantara ketiganya yaitu pemenang yang tunggal dan tidak akan ada

lagi perimbangan dalam politik. Selain itu akan terwujud suatu struktur kekuasaan

yang bersifat monolitis.

Meskipun kekuatan PKI semakin luas dan mengalami kemajuan yang pesat

dalam proyek konfrontasi dengan Malaysia, tetapi Angkatan Darat tidak tinggal

diam melihat kenyataan itu. Angkatan Darat pun melakukan tekanan-tekanan

militer yang semakin kuat. Mereka menilai bahwa PKI semakin kuat karena

adanya dorongan dan adanya persetujuan diam-diam dari pimpinan Angkatan

Darat. Mereka tidak menginginkan untuk menyerahkan kekuasaan kepada PKI.

Mereka masih terus menghambat usaha-usaha PKI yang hendak menanamkan

kekuasaan partai ke dalam pemerintahan negara.

Ketatnya persaingan diantara kekuatan yang berpengaruh pada masa

demokrasi terpimpin menyebabkan hubungan Sukarno dengan Angkatan Darat

semakin berbenturan satu sama lain. Dengan mempraktekkan taktik pecah belah

dalam tubuh Angkatan Darat, ulah PKI itu menyebabkan Sukarno bertentangan

dengan Angkatan Darat. Taktik itu ialah dengan menyingkirkan Nasution dari

posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) kemudian hanya menjadi Kepala Staf

Angkatan Bersenjata (KSAB) yang tidak memiliki wewenang komando. Nasution

digantikan oleh Yani. Semula Sukarno yakin bahwa Yani bisa menciptakan

keseimbangan kekuatan antara PKI dan Angkatan Darat, tetapi ternyata Yani lebih
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengikuti Angkatan Darat yang anti komunis.202 Angkatan Darat semakin

menunjukkan ketidaksenangannya pada partai komunis. Hal itu membuat

Angkatan Darat menjadi garda depan kekuatan anti komunis dan menjadi tempat

berlindung bagi mereka yang dikejar-kejar PKI.

Proses konfrontasi yang terus berkembang mengakibatkan adanya

perpecahan dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat terbagi ke dalam pihak pro

komunis dan anti komunis. Pelaksanaan demokrasi terpimpin telah membawa

perubahan bagi berlangsungnya sistem pemerintahan. Keadaan politik Indonesia

selalu dipengaruhi oleh suatu perebutan pengaruh antara PKI dan Angkatan Darat.

Implikasi model politik seperti itu ternyata memicu konflik yang melahirkan

beragam tindakan anarkis.

Dengan sama-sama menggunakan Sukarno sebagai pelindung, kemelut

antara PKI dan Angkatan Darat semakin menegangkan sehingga rangkaian

pemberontakan semakin meluas dan pada puncaknya. Tragedi besar pun terjadi

dalam gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Gerakan ini muncul karena

munculnya isu bahwa Dewan Jenderal akan menggulingkan penguasa yang sah.

Maka pada tanggal 30 September, PKI dan simpatisannya langsung bereaksi

menghabisi perwira-perwira tinggi militer yang dituding menjadi bagian dari

gerakan itu. Isu ini muncul akibat kekhawatiran militer kepada kedekatan antara

Sukarno dan PKI. PKI pun menjadi bulan-bulanan perwira tinggi militer, yakni
203
Suharto dan teman-temannya saat ia menjadi Pangkostrad. Semua daya upaya

202
Rosihan Anwar, Sukarno, Tentara, PKI Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik 1961-
1965, Jakarta, Yayasan Obor, 2006, hlm, x-xi.
203
Intelijen,“Konspirasi Ancam Tahta RI”, Edisi bulan Maret 03/th VIII/2011, hlm, 35-36.
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d
dikerahkan S
Sukarno unttuk menajam
mkan kekuataan demokrassi terpimpin yang pada

a
akhirnya terg
gerus oleh beragam
b intriik politik dan
n kepentingaan golongann.

Inilah yang berbedda dari perpoolitikan Indoonesia. Sukaarno yang diibanggakan

o
oleh Indoneesia sebagaii penyelamaat negara berubah
b meenjadi seseo
orang yang

d
dihina-hina. Konsekuensi berat massih diterima Sukarno karrena mendappat tuduhan

wa G 30 S. Praktis ia tidak
a keterlibbatan peristiw
atas t mendaapat perhatiaan lagi dari

s
sebagian m
masyarakat, khususnya yang anti komunis. Perhatian masyarakat
m

b
berpaling kepada seoraang Suhartoo, seorang anggota
a Angkatan Daraat. Setelah

d
diangkat seb
bagai Pangllima Komanndo Strategiis Angkatann Darat (Paangkostrad)

p
pada 1 Mei 1963, Suharrto membenttuk komandoo operasi pem
mulihan keaamanan dan

k
ketertiban mbangi G 300 S yang beerkecamuk ppada tanggal 1 Oktober
unntuk mengim

1965. Padaa tanggal 3 Oktober 1965 Suhaarto diangkkat sebagai panglima

Kopkamtib.204
K 2
wenang bessar untuk melakukan
Jabatan itu membberikan wew

p
pembersihan h sebagai pelaku G 30 S.
n terhadap orrang-orang yyang dituduh

Gambar.. 6

Operassi Penumpaasan G 30 S
(Sum
mber; http://w
www.google..co.id/imgres??q=operasi+ppenumpasan+G+30+S)

2
204
http://id.wikkipedia.org/wikki/Soeharto.
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adanya peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal disertai dengan

tidak diketahuinya keberadaan Ahmad Yani selaku menteri /panglima Angkatan

Darat maka tugas-tugasnya dijalankan oleh Pangkostrad. Tindakan ini diikuti

dengan turunnya surat perintah 11 Maret (Supersemar) dari presiden Sukarno

yang memberikan mandat kepada Suharto untuk mengambil segala tindakan

untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil Suharto

adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan penangkapan

sejumlah menteri yang diduga terlibat G 30 S meskipun sempat ditentang oleh

Sukarno.

Kondisi masyarakat pun berubah menjadi sangat tidak stabil dan dengan

mudah dapat dimanfaatkan. Demonstrasi dan pembunuhan massal merebak

sepanjang Desember 1965 hingga awal Maret 1966. Para pemuda dan mahasiswa

menuntut tanggung jawab pemerintah atas kerusuhan yang semakin meluas itu.

Dalam menghadapi pergolakan tersebut terdapat perbedaan pendapat antara

Sukarno dan Suharto. Menurut jenderal Suharto, pergolakan rakyat tidak akan

reda sebelum rasa keadilan rakyat dipenuhi dan rasa ketakutan rakyat dihilangkan

dengan jalan membubarkan PKI yang telah mengadakan pemberontakan.

Sebaliknya, Sukarno tidak ingin membubarkan PKI karena hal itu bertentangan

dengan doktrin Nasakom yang telah dicanangkan ke seluruh dunia. Namun

dengan pertimbangan situasi negara yang semakin gawat, Sukarno akhirnya

menandatangani sebuah surat yang dikirim oleh Suharto melalui tiga utusannya

yaitu Andi M. Yusuf (Menteri Perindustrian), Basuki Rachmat (Menteri Urusan

Veteran), dan Amir Machmoed. Surat itu dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1966 (Supersemar). Hal itulah yang menjadi bentuk legitimasi untuk

menggulingkan Sukarno.205

Dengan situasi konflik yang tidak kunjung reda, MPRS menggelar Sidang

Istimewa. Dalam sidang ini Supersemar semakin ditangguhkan dan pidato

pertanggungjawaban Sukarno yang tertuang dalam Nawaksara berikut

pelengkapnya ditolak oleh MPRS. Hal itu menyebabkan MPRS mengeluarkan

ketetapan dengan No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan

pemerintahan Presiden Sukarno pada tanggal 12 Maret 1967. Peralihan kekuasaan

jatuh kepada pemegang Supersemar yaitu Suharto berdasarkan ketetapan MPRS

No. IX/MPRS/1966.206 Sejak pidato pertanggungjawaban Sukarno kepada MPRS

tanggal 22 Juni 1966 tentang pertanggungjawabannya dalam menjalankan

pemerintahan tidak diterima oleh MPRS, gagasan Sukarno pun harus berakhir

karena adanya konspirasi politik di dalam pemerintahannya.

2. Bidang Ekonomi

Pelaksanaan ekonomi terpimpin telah membuat perubahan pada keadaan

ekonomi Indonesia. Perekonomoian Indonesia memasuki era yang sangat sulit

karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan yang

sangat dahsyat sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Dapat dilihat

sejak Indonesia merdeka tahun 1945 kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim.

Perusahaan-perusahaan besar saat itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah

yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor.

205
Lihat P.J. Suwarno, Tata Negara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern,
Yogyakarta, USD, hlm, 190-191. Lihat pula Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI, Jakarta, Balai Pustaka, hlm, 412- 413.
206
Mayjen Samsudin, Mengapa G 30 S/PKI Gagal?, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005,
hlm,274-281.
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kondisi sosial-politik dan keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-

perusahaan yang ada menjadi stagnan. Setelah diadakan nasionalisasi terhadap

perusahaan-perusahaan asing ekonomi Indonesia harus dimulai dari nol dan

membutuhkan suatu pembangunan jangka panjang. Adanya revolusi ekonomi

membuat tujuan awal ekonomi tidak dapat terlaksana dengan baik.

Tindakan-tindakan moneter yang telah dilaksanakan pemerintah tidak dapat

mencapai sasarannya. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak bisa menahan

diri dalam pengeluaran-pengeluarannya. Hal ini dapat dilihat ketika

menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti Ganefo (Games of the New

Emerging Forces) dan Conefo (Conference of the New Emerging Forces).

Pemerintah terpaksa harus mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang besar

setiap tahun, sehingga menimbulkan inflasi dan harga-harga semakin membubung

tinggi. Hal itu mengakibatkan kehidupan rakyat semakin sengsara. Inflasi tidak

dapat diatasi. Hal ini akibat adanya defisit anggaran belanja dan rendahnya

produksi serta kehancuran cepat yang dikenakan pada lembaga-lembaga ekonomi

Barat yang didirikan di Indonesia pada zaman kolonial. Tingkat kenaikan harga

paling tinggi terjadi dalam tahun 1965 antara 200% sampai 300% dari tahun

1964.207 Kenaikan harga barang tersebut membuat rakyat tidak dapat memenuhi

kebutuhannya, maka muncul korupsi baik dikalangan bawah maupun

atas.208Selain itu, pada akhir tahun 1965 Indonesia telah habis membelanjakan

cadangan emas dan devisa. Hal itu memperlihatkan saldo negatif sebagai akibat

politik konfrontasi yang dilakukan secara terus menerus.

207
Nugroho Notosusanto, op. cit, hlm, 325.
208
Herbert Feith, op.cit, hlm, 107-108.
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keadaan itu mengakibatkan kerugian bagi perekonomian Indonesia sendiri.

Politik konfrontasi terhadap Malaysia juga sangat mempengaruhi perdagangan

Indonesia. Transaksi yang dilakukan pihak Indonesia dengan negara lain melalui

perdagangan bilateral atas dasar Goverment to Goverment antara Indonesia dan

RRC (Republik Rakyat Cina) menimbulkan kerugian bagi pihak Indonesia, dan

RRC yang memperoleh keuntungan politik dan ekonomi yang besar. Hal ini dapat

dilihat melalui adanya perdagangan karet. Ekspor karet Indonesia ke RRC

diselenggarakan dengan harga yang sangat rendah. RRC membeli bahan baku

dengan harga yang murah kemudian dijual kembali sebagai barang jadi yang

mahal ke Indonesia yang disebut dengan bantuan luar negeri.209 Itu sangat

merugikan Indonesia meskipun tidak secara langsung.

Masalah perdagangan dan perkreditan yang terjadi itu telah menunjukkan

bahwa Indonesia telah menjalin hubungan lebih jauh dengan RRC. Kedekatan itu

dapat dipandang lebih condong ke negara komunis meskipun sebenarnya

Indonesia mengalami kerugian. Rakyat Indonesia juga semakin merasakan

kesengsaraan dalam hal ekonomi karena semakin melambungnya harga-harga

kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupan. Hal ini terlihat pada tahun tahun

1962 harga-harga barang kebutuhan pokok telah meningkat lebih dari 2,5 kali

dibandingkan tahun 1960.210

Dengan adanya kesulitan-kesulitan ekonomi ini Sukarno menjelaskan

bahwa kesulitan ekonomi itu disebabkan oleh hal-hal yang obyektif dan

meletakkan kesalahan pada kaum penjajah Belanda. “Bagaimana mungkin dalam

209
Ibid, hlm, 327-329.
210
Arkhipov, Ekonomika dan Politik Ekonomi Indonesia (1945-1968),1971, hlm, 295.
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

waktu pendek membangun kembali apa yang sudah digarongi selama 3 abad”.211

Ia menjelaskan bahwa kesulitan ekonomi karena dikonsentrasikannya seluruh

kekuatan nasional untuk membebaskan Irian Barat. Inilah sebabnya program

penyediaan sandang pangan berlangsung tidak memuaskan. Itu merupakan

semacam pengorbanan yang harus dibayar oleh negeri demi keamanan dan

kemerdekaan. Keadaan ekonomi Indonesia telah mengalami kehancuran selama

mobilisasi dalam kampanye Irian Barat terlihat pada laju inflasi yang mencapai

100% per tahun. Sepanjang kampanye tersebut berada dalam geraknya yang

penuh tidak ada prospek untuk mengusulkan sesuatu program penghematan yang

terencana bagi kehidupan ekonomi yang stabil. Pendekatan-pendekatan yang

dilakukan juga tidak kunjung menuai keberhasilan. Kampanye Irian Barat yang

dilanjutkan dengan adanya konfrontasi dengan Malaysia membuat keadaan

ekonomi semakin buruk karena keuangan dikonsentrasikan untuk memperkuat

pertahanan dan keamanan dalam negeri. Konfrontasi yang dilakukan diantaranya

ialah pendaratan-pendaratan Angkatan Darat ke Malaysia Barat dengan dilengkapi

kekuatan bersenjata untuk melancarkan politik konfrontasi. Adanya konfrontasi

itu juga membuat hubungan Indonesia dengan negara Barat kurang baik.

Dibuktikan melalui bantuan keuangan dari pihak Amerika Serikat yang ditarik

kembali akibat kecenderungan Indonesia pada blok Timur.

Keadaan ekonomi Indonesia juga semakin memburuk. Dapat dilihat dengan

adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang menyebabkan keadaan

perusahaan-perusahaan asing yang sudah dinasionalisasi terus memburuk. Sektor

211
Amin S. M, Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin, Jakarta, Gramedia, 1967, hlm,
106.
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ini bisa hidup terus karena mendapat suntikan dana dari kas negara. Hal ini

menyebabkan kehidupan rakyat semakin parah. Harga-harga di wilayah Jakarta

pada tahun 1963 telah melonjak 6 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1961.212

Keadaan ekonomi yang memburuk itu tidak sepenuhnya salah Sukarno sebagai

presiden dan penggagas demokrasi terpimpin. Ini dapat kita lihat bahwa

mengingat ia bukanlah seorang ekonom dan bukan seorang spesialis dalam bidang

perdagangan tetapi ia adalah seorang ekonom revolusioner sehingga ia kurang

mengetahui keadaan ekonomi yang sesungguhnya terjadi.

Adanya ketidakpuasan terhadap pemerintahan Sukarno, ia pun berseru :

....“Silakan, marahilah saya, tudinglah aku dengan jari saudara,


tumpahkanlah kemarahan saudara-saudara kepadaku..... Hanya
bersabarlah sebentar, bersabarlah!”bagi bangsa Indonesia yang sedang
berjuang, revolusi adalah suatu jalan tanpa akhir”....213

Penjelasan jujur Sukarno itu menunjukkan bahwa ia menyampaikan sesuatu

pernyataan yang tepat dalam situasi ekonomi yang berat itu. Ia bukan seorang ahli

ekonom yang dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia. Ia

membutuhkan seorang penasihat-penasihat dalam bidang ekonomi. Para penasihat

ekonomi pun terus bertambah, sedang pendapatan nasional terus anjlog dan para

penasihat tersebut biasanya bukanlah seorang ahli ekonomi, tetapi mereka yang

mempunyai semangat menjalankan sistem demokrasi terpimpin.214 Inilah yang

membuat keadaan ekonomi semakin terpuruk dan keadaan rakyat pun juga

semakin sulit. Hal itu menimbulkan rakyat kurang mempercayai Sukarno dan

pemerintahannya.

212
Kapitsa&Malentin, loc. cit, hlm, 233-234.
213
Sukarno, Setialah Kepada Amanat Penderitaan Rakyat, hlm, 436.
214
Kapitsa&Malentin, op. cit, hlm. 235.
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kesejahteraan rakyat semakin merosot karena laju inflasi mencapai 650%.

Selain itu pada tahun 1966 ketegangan mencapai puncaknya dengan ketetapan

harga minyak bumi dan bahan bakar yang semakin memberatkan dan dirasakan

oleh rakyat. Menyadari betapa gawatnya keadaan ekonomi pemerintah

membentuk panitia ad hoc, tugasnya adalah menyelidiki lebih menyeluruh

pengaruh kenaikan harga dan tarif dari barang dan jasa. Hasil penelitian panitia

tidak membawa pengaruh yang berarti karena derasnya laju inflasi. Keadaan

ekonomi pun tetap memburuk sampai akhir dari pemerintahan Sukarno yang telah

diberhentikan oleh MPRS melalui sidang istimewanya.

Pelaksanaan konsep yang dituangkan melalui gagasan Sukarno telah

berhasil dijalankan meskipun mengalami kegagalan dan berdampak pada adanya

ketidakstabilan politik dan ekonomi. Meskipun mengalami kegagalan tetapi

Sukarno telah berani melaksanakan demokrasi terpimpin dengan konsekuansi

yang ada. Setiap pelaksanaan gagasan yang berupa suatu perencanaan pasti akan

mengalami kesulitan dan tantangan-tantangan baik berasal dari diri sendiri

maupun dari luar diri, maka untuk menghadapi kesulitan itu perlu ada kerjasama

dengan orang lain untuk dapat saling membantu dalam melaksanakan suatu ide

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Sukarno sebagai presiden pun

melakukan kerjasama untuk menghadapi kesulitan yang dihadapi. Hal ini dapat

dilihat melalui kerjasamanya dengan Angkatan Bersenjata dan PKI untuk

melaksanakan konsep politik dengan menjaga keseimbangan kekuatan-kekuatan

tersebut dengan harapan tidak ada pertumpahan darah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Gagasan tentang demokrasi terpimpin merupakan suatu obyek berpikir bagi

pribadi Sukarno untuk terus menggali makna demokrasi dan dapat melakukan

tindak lanjut, yaitu melaksanakan gagasan itu. Sebelum mengeluarkan gagasannya

Sukarno telah melihat kondisi dalam negeri yang penuh dengan kekacauan politik.

Diterapkannya demokrasi parlementer membuat kekuasaan presiden kurang kuat.

Hal ini dapat dilihat dalam UUDS 1950 yang tidak secara tegas dalam satu pasal

pun menyatakan apakah presiden merupakan bagian dari pemerintah bersama-

sama para menteri atau pemerintah itu hanya menteri-menteri saja tanpa presiden.

Demokrasi parlementer menunjukkan kecilnya pengaruh presiden dalam

pemerintahan. Presiden hanya sebagai kepala negara atau simbol negara,

sedangkan kepala pemerintahan di pegang oleh Perdana Menteri. Kekuasaan

pemerintahan di bawah Perdana Menteri dalam sebuah kabinet tidak dapat

bertahan lama dan tidak dapat menjalankan program-programnya. Itulah yang

menyebabkan gagalnya pelaksanaan sistem demokrasi parlementer.

Keadaan Konstituante yang tidak dapat merancang Undang-Undang Dasar

yang baru menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara juga menimbulkan

kegagalan dalam pemerintahan dengan demokrasi parlementer. Dengan kondisi

itu pada tanggal 5 Juli 1959 Sukarno mengeluarkan dekrit presiden untuk

menyelamatkan negara dari kekacauan politik. Melalui dekrit itu pelaksanaan

demokrasi terpimpin dimulai dengan berdasarkan pada UUD 1945. Ide tentang

136
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

demokrasi terpimpin merupakan bentuk ide seorang presiden pertama yang digali

dari nilai-nilai tradisional bangsa. Ia juga belajar dari pengalaman-pengalaman

negara lain dalam menjalankan pemerintahan. Pengalaman yang ia dapat adalah

ketika melakukan perjalanan ke berbagai negara, antara lain ke Amerika Serikat,

Uni Soviet, Eropa Timur, dan Republik Rakyat Cina. Melalui perjalanan dan

kondisi dalam negeri yang tidak stabil membuat Sukarno membandingkan negara

sendiri dengan negara lain sebagai usaha untuk mencari jalan keluar.

Pengalaman yang dapat diambil dan diterapkan di Indonesia adalah nilai-

nilai dari Cina, yaitu nilai kekeluargaan dan gotong royong. Di Cina disebut

dengan ajaran Konfusius. Keberhasilan Cina dalam menjalankan pemerintahan

dan keadaan ekonomi yang terus maju membuat Sukarno ingin menerapkannya di

Indonesia. Sukarno secara konsisten hanya menarik pada gambaran positif tentang

keberhasilan Cina. Ia pun memberi nama gagasannya dengan istilah demokrasi

terpimpin sebagai bentuk inspirasi dan alternatif dalam melakukan pergantian

demokrasi parlementer dengan demokrasi terpimpin.

Makna demokrasi bagi Sukarno ialah adanya kebebasan yang terbatas yang

disertai dengan tanggung jawab, seperti kebebasan dalam mengeluarkan pendapat.

Sebagai pemimpin ia harus mendengarkan pendapat dari berbagai pihak dan

mengajak pihak-pihak itu untuk musyawarah, sedangkan makna terpimpin ia

ambil dari pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” yang berarti

permusyawaratan rakyat. Berdasarkan pendapat itu demokrasi yang Sukarno


138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jalankan mengandung makna adanya kerjasama dengan melalui permusyawaratan

untuk mencapai mufakat.

Dengan makna yang telah digali tersebut ada keyakinan bahwa demokrasi

terpimpin akan dapat menyelamatkan negara dari kekacauan yang ada. Konsep

yang ditawarkan adalah politik terpimpin dengan sistem pemerintahan yang

bersifat presidensil dan ekonomi terpimpin. Politik dan ekonomi terpimpin yang

dimaksud adalah berdasarkan ketetapan UUD 1945. Dalam bidang politik,

Sukarno membuat keputusan bahwa lembaga-lembaga yaitu MPRS dan DPAS

akan segera dibentuk berdasarkan dekrit yang telah dikeluarkan. DPR hasil

pemilu menyetujui seruan presiden untuk melanjutkan pekerjaannya di bawah

UUD 1945. Pembentukan lembaga yang dilakukan adalah pembentukan MPRS

(Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) berdasarkan Penetapan Presiden

No. 2 Tahun 1959 dan pembentukan DPAS (Dewan Pertimbangan Agung

Sementara). Perombakan dilakukan untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Perombakan ini

disebabkan oleh adanya perbedaan pemahaman mengenai Rencana Anggaran

Belanja Negara antara DPR dan Pemerintah. Karena kurang dapat bekerjasama

maka presiden melakukan penghentian dan pembaharuan terhadap dewan

tersebut. Keanggotaan lembaga yang dibentuk itu melibatkan banyak pihak yang

ditekankan pada kekuatan pihak Nasionalis, Agama, dan Komunis. Dalam bidang

ekonomi, Sukarno menawarkan konsep ekonomi terpimpin dengan didasarkan

pada pasal 33 UUD 1945. Hal ini bertujuan untuk mencapai kemakmuran yang

sebesar mungkin bagi rakyat dengan tenaga produktif yang ada dalam masyarakat,
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedangkan pihak swasta dapat diikutsertakan untuk melakukan produksi yang

akan melengkapi secara efektif modal dan tenaga yang tidak bekerja dengan

memanfaatkannya untuk tujuan kemakmuran.

Berangkat dari konsep itu pelaksanaannya banyak mendapat tantangan-

tantangan dari pihak lain yang tidak mendukung pelaksanaan demokrasi terpimpin

terlebih lagi adanya pembatasan partai. Hal ini terlihat ketika pembentukan DPR-

GR yang terdiri atas golongan Nasionalis, Agama, dan Komunis. Partai yang tidak

menyetujui pembubaran DPR hasil pemilu dengan pembentukan DPR-GR bersatu

dengan membentuk Liga Demokrasi. Partai itu ialah partai-partai Islam, PSI,

Murba, Partai Kristen dan Katolik. Gerakan Liga Demokrasi merupakan bentuk

dari penolakan lembaga hasil bentukan presiden. Gerakan itu dapat hilang karena

kurang adanya dukungan dari Angkatan Darat setelah Sukarno kembali ke

Indonesia. Tantangan dan hambatan lain yang muncul adalah dalam bidang

ekonomi. Hambatan itu diantaranya adalah mengenai masalah Irian barat dan

politik konfrontasi yang menimbulkan adanya pengeluaran yang sangat besar. Hal

itu menyebabkan keuangan negara menjadi defisit. Inflasi yang tidak dapat

dibendung membuat harga barang kebutuhan semakin meningkat. Kenaikan harga

barang itu menyebabkan kehidupan rakyat semakin sengsara.

Meskipun banyak terjadi kegagalan Sukarno tetap ingin menjalankan

pemerintahan demokrasi terpimpin dengan baik, sekalipun pelaksanaannya juga

diwarnai oleh tiga kekuatan politik yang berpengaruh yaitu presiden, PKI, dan

Angkatan Darat. Dengan disatukannya PKI dan Angkatan Darat dalam

pemerintahan menimbulkan perseteruan diantara keduanya. Perseteruan itu karena


140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebenarnya mereka saling berebut pengaruh di dalam pemerintahan dan saling

bermusuhan. Sukarno membutuhkan kedua kekuatan itu dengan cara

melindunginya satu sama lain dan mengikutsertakan mereka dalam pemerintahan

serta kebijakan yang ada. Keseimbangan kekuatan yang ingin diciptakan Sukarno

agar tidak terjadi pertumpahan darah. Dalam perjalanannya justru mengalami

ketidakseimbangan yang menyebabkan kedua kekuatan besar itu saling bersaing

untuk memperluaskan pengaruhnya dalam pemerintahan.

Adanya politik konfrontasi dengan Malaysia membuat PKI semakin

mengalami kemajuan dan Angkatan Darat semakin terpojokkan kekuasaannya.

Hal ini dikarenakan setiap kegiatan PKI selalu mendapat izin dari presiden. Partai

terbesar saat itu juga sangat mendukung politik konfrontasi, sedangkan Angkatan

Darat menerima politik konfrontasi dengan enggan. Melihat semakin pesat

kemajuan dan besarnya dukungan presiden terdapat PKI, Angkatan Darat tidak

tinggal diam. Mereka semakin menentang PKI. Masyarakat pun terbagi menjadi

dua kubu, yaitu pro komunis dan anti komunis. Angkatan Darat berdiri untuk

melindungi masyarakat yang anti komunis.

Kekhawatiran Angkatan Darat semakin besar ketika melihat hubungan

antara Sukarno dan PKI yang semakin baik dalam pemerintahan. Pihak militer

semakin geram melihat kedekatan itu. Maka pada tahun 1965 muncul kabar

bahwa Dewan Jenderal akan menggulingkan penguasa yang sah, maka pada

tanggal 30 September PKI dan simpatisannya langsung bereaksi menghabisi

perwira-perwira tinggi militer yang dituding menjadi bagian dari gerakan itu.

Setelah ditelurusi lebih lanjut, gerakan Dewan Jenderal yang disebut-sebut hanya
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

isu saja. Akibatnya pihak komunis menjadi bulan-bulanan Angkatan Darat, yaitu

Suharto dan teman-temannya saat menjadi Pangkostrad.

Suharto menjadi orang yang diperhatikan oleh masyarakat menggantikan

Sukarno. Perbedaan pendapat pun sering muncul diantara keduanya mengenai

masalah pergolakan yang telah terjadi. Suharto ingin membubarkan PKI, tetapi

Sukarno tidak ingin membubarkan partai itu karena bertentangan dengan doktrin

Nasakom yang telah ia canangkan. Sebagai Panglima Komando Operasi

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), Suharto pun dapat

membubarkan PKI dan ormas-ormasnya, meskipun awalnya tidak mendapat

persetujuan dari Sukarno.

Demonstrasi dan pembunuhan massal merebak sepanjang Desember 1965

hingga awal maret 1966. Rakyat yang sudah terprovokasi membabi buta. Para

pemuda dan mahasiswa menuntut tanggung jawab pemerintah atas kerusuhan

yang semakin meluas. Dengan pertimbangan keadaan yang semakin gawat,

Sukarno akhirnya menandatangani surat yang dikirim oleh Suharo melalui 3

utusannya. Surat yang kemudian dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret 1966

(Supersemar) itulah yang menjadi tombak legitimasi untuk menggulingkan

kekuasaan Sukarno.

Dengan situasi konflik yang tidak kunjung reda, MPRS pun menggelar

Sidang Istimewa. Dalam sidang ini Supersemar semakin ditangguhkan dan pidato

pertanggungjawaban Sukarno yang tertuang dalam Nawaksara berikut

pelengkapnya ditolak oleh MPRS. Praktis pada saat itu Sukarno kehilangan
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jabatannya sebagai presiden di Indonesia. Peralihan kekuasaan jatuh kepada

pemegang Supersemar yaitu Suharto.

Dalam melaksanakan konsep ekonomi terpimpin Sukarno berusaha untuk

menjalankan ekonomi yang ditekankan pada ekonomi nasional. Hal ini dapat

dilihat melalui usahanya dalam membentuk Dewan Perancang Nasional yang

bertujuan untuk merencanakan pembangunan ekonomi Indonesia dalam jangka

panjang. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah devaluasi dan

dikeluarkannya deklarasi ekonomi (dekon) untuk mencegah terjadinya inflasi dan

untuk mengatasi masalah ekonomi. Dalam pelaksanaannya justru usaha tersebut

tidak berhasil karena keadaan ekonomi masih bersifat stagnan dan kesulitan-

kesulitan ekonomi masih mencolok. Hal ini terlihat pada kenaikan harga barang

mencapai 400% pada tahun 1961-1962 yang mengakibatkan beban hidup rakyat

semakin berat.

Keadaan politik Indonesia praktis membawa pengaruh terhadap keadaan

ekonomi. Pelaksanaan kampanye pembebasan Irian Barat dan politik konfrontasi

Indonesia telah membawa dampak bagi perekonomian Indonesia, terlebih

mengenai masalah keuangan negara. Keuangan negara diprioritaskan untuk

menghadapi masalah politik Indonesia. Hubungan Indonesia dan Malaysia yang

tidak baik juga membuat masalah perdagangan Indonesia semakin kacau.

Keadaan Indonesia yang semakin memburuk membuat sebagian rakyat tidak

mempercayai pemerintahan Sukarno. Setelah Sukarno mundur dari jabatannya

sebagai presiden keadaan ekonomi Indonesia semakin terpuruk.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber dari Buku


Abidin&Lopa Baharuddin. 1968. Bahaja Komunisme. Jakarta.
Adisusilo. Sutardjo. 2007. Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Sejarah.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Alam. Wawan Tunggal. 2001. Bung Karno: Demokrasi Terpimpin Milik Rakyat
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Alwi. Hasan dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Amin. S.M. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin. Jakarta:
Gramedia.
Anwar. Rosihan. 2006. Sukarno, Tentara, PKI Segitiga Kekuasaan Sebelum
Prahara Politik 1961-1965. Jakarta: Yayasan Obor.
Aristoteles. 2007. Politik ( La Politica ). Bandung : Visimedia.
Arkhipov. 1971. Ekonomika dan Politik Ekonomi Indonesia (1945-1968).
Asshiddiqie. Jimly. 2009. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI.
_____________. 2010. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali.
Besar. Abdulkadir.1969. Himpunan Ketetapan MPRS disertai UUD 1945. Jakarta:
Pantjuran Tudjuh.
Budiardjo. Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT: Gramedia
Pustaka Utama.
Compton. Boyd. R. 1992. Kemelut Demokrasi Liberal: Surat-surat Rahasia.
Jakarta: LP3ES.
Crouch. Harold. 1999. Militer&Politik di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Elson. R.E.. 2009. The Idea of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Feith. Herbert. 1963. Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

143
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gaffar. Afan. 2006. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Jakarta:


Pustaka Pelajar.
Gani. Ruslan Abdul.1961. Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi. Jakarta:
Panitia Pembina Revolusi.
Gazali. Zulfikar. 1989. Sejarah Politik Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Ghoffar. Abdul. 2009. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah
Perubahan UUD 1945 Dengan 8 Negara Maju. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Giebels. Lambert. 2001. Soekarno Biografi 1901-1950. Jakarta: PT. Grasindo.
Gottschalk. Louis. 1969. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Handoko. Martin. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta:
Kanisius.
Handoyo. B. Hestu Cipto. 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan, dan
Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Universitas Atmajaya
Harsono. Ganis. 1985. Cakrawala Politik Era Sukarno. Jakarta: Inti Idayu Press.
Hering. Bob (diterj) Joesoef Isak. 2001. Soekarno + Demokrasi Terpimpin =
Diktator, Mengibas fitnah dan kerancuan berpikir. Jakarta: Trisakti.
Indra. Ridwan. 1989. Kedudukan Presiden Dalam UUD 1945. Jakarta: PT Inti
Idayu Press.
James&David P. Levine. 2008. Teori-teori Ekonomi Politik (terj). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Joeniarto. 1966. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara.
Kapitsa &Maletin N.P. 2009. Soekarno Biografi Politik. Bandung: Ultimus.
Karim. Rusli. 1983. Perjalanan Partai Politik di Indonesia:sebuah Potret Pasang
Surut. Jakarta: Rajawali.
Kartodirdjo. Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta :Yayasan Bentang Budaya.
Legge. John D. 1985. Sukarno Sebagai Biografi Politik. Jakarta: PT. Sinar
Harapan.
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Leifer. Michael. 1986. Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.


Mayo. Hendry B. 1960. An Introduction to Demokratic Theory. New York:
Oxford University Press.
Nasution. A.H. 1967. Menegakkan Keadilan Dan Kebenaran I. Jakarta: Seruling
Masa.
_______. Adnan Buyung. 1992. The Aspiration For Contitutional Government in
Indonesia A Sosio-Legal Study of the Indonesian Konstituante 1956-1959.
Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Natsir. Moh. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indinesia.
Notosoetardjo. 1959. kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945. Jakarta: Harian
Pemuda.
Notosusanto. Nugroho dkk. 1993. Sejarah Nasional VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurtjahjo. Hendra. 2006. Filsafat Demokrasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rahardjo. Dawam. 1985. Esei-Esei Ekonomi Politik. Jakarta: LP3ES.
Rahman. A. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rais. Amien. 1986. Demokrasi Dan Proses Politik. Jakarta: LP3ES.
Ricklefs. M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.
Ridwan. Muhammad. 1980. Kedudukan Presiden dalam UUD 1945. Jakarta: CV
Haji Masagung.
Rizqy. Farrel M. 2009. Bung Karno Di Antara Saksi dan Peristiwa. Jakarta:
PT.Kompas Media Nusantara.
Samsudin. 2005. Mengapa G 30 S/PKI Gagal?. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sjamsuddin. Nazaruddin. 1988. Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan
Praktek. Jakarta: CV.Rajawali.
Soekanto. Soerjono. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Soekarno. 1965. Di bawah Bendera Revolusi II. Jakarta: Di bawah Bendera
Revolusi.
_______. 2010. Kumpulan Kisahku:Pena Soekarno. Jakarta: Wordpress.
Solichin. 1966. Bung Karno Putera Fadjar. Jakarta: PT Gunung Agung.
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sumantri. Sri. 1986. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945.


Bandung: Penerbit Alumni.
Sundhaussen. ULF. 1986. Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi
Fungsi ABRI. Jakarta: LP3ES.
Suny. Ismail.1981. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru.
Supriatnoko. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Penaku.
Surbakti. Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Suwarno. P. J. 2003. Tatanegra Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia
Modern.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suwarno. P.J. 2003. Tata Negara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia
Modern.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Syder. Louis. L. 1962. Abad Pemikiran. Jakarta: Bharatara.
Widyamartaya. A. 1990. Seni Menuangkan Gagasan.Yogyakarta: Kanisius.
Wiharyanto. Kardiyat. 2009. Sejarah Indonesia Baru II. Yogyakarta: USD.
Wijaya. Albert. 1982. Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
LP3ES.
Wiyono. 1982. Organisasi Kekuatan Sosial Politik di Indonesia. Bandung:
Alumni.
Yunus. Kahrudin. Bersamaisme atau Ekonomi Terpimpin (Guided
Economics).Yogyakarta: Lembaga Sukses Indonesia.

B. Sumber dari Majalah


Budiono Kartohadiprodjo.“Gotong Royong Konfusius”. Gatra. Edisi Khusus
Imlek. Jakarta. Februari. 2011.
Intelijen. Konspirasi Ancam Tahta RI. Edisi Maret 03/th VIII/2001.

C. Sumber dari Internet


http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/10/indonesia-masa-demokrasi-
terpimpin-1959-1966/. Diakses pada tanggal 12 Desember 2010.
http://www.geocities.ws/mas_tri/dasar_penulisan.PDF. Diakses pada tanggal 4
Agustus 2010.
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

http://www.google.co.id/imgres?=pembebasan=Irian-Barat. Diakses pada tanggal


27 September 2011.
http://www.google.co.id/imgres?=pembentukan=DPR-GR Diakses pada tanggal
27 September 2011.
http://www.google.co.id/imgres?=Rifan Syambodo. Soekarno-diplomasi-dan-
perang.htm. Diakses pada tanggal 3 Maret 2011.
http://www.google.co.id/imgres?q=operasi+penumpasan+G+30+S&hl=id&gbv=2
&noj=1&tbm=isch&tbnid=prZHwvxP4JH8qM:&imgrefurl=http://bossgah
utagalung.wordpress.com/tag/pakharto/&docid=r4h46OztRrd8OM&w=61
1&h=404&ei=R5aCTqGXL4OaiQeg_Y3vDg&zoom=1&biw=1252&bih=
609.Diakses pada tanggal 27 September 2011.
http://www.google.co.id/imgres?q=operasi+penumpasan+G+30+S&hl=id&gbv=2
&noj=1&tbm=isch&tbnid=prZHwvxP4JH8qM:&imgrefurl=http://bossgah
utagalung.wordpress.com/tag/pakharto/&docid=r4h46OztRrd8OM&w=61
1&h=404&ei=R5aCTqGXL4OaiQeg_Y3vDg&zoom=1&biw=1252&bih=
609. Diakses pada tanggal 27 September 2011.
http://www.google.co.id/imgres?q=soekarno&hl=id&gbv=2&noj=1&tbm=isch&t
bnid=Sc60pAe_GcTiEM:&imgrefurl. Diakses pada tanggal 28 September
2011.
Liu. Hong. “Pemikiran Sukarno terhadap RRC”.www.pokrol.com/pemikiran-
Sukarno-terhadap-Republik-Rakyat-Cina. diakses pada tanggal 20
Desember 2010.
Firdaus. Taufiq. Kondisi Ekonomi Indonesia. almuzaky.blogspot.com/2009/12.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1

SUKARNO

(Sumber : http://www.google.co.id/imgres?=Sukarno)
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dengan Rachmat Tuhan Jang Maha Esa,


KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA
TERTINGGI ANGKATAN
PERANG,

Dengan ini menjatakan dengan chidmat:


Bahwa andjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-
undang-Dasar 1945, jang disampaikan kepada segenap rakjat Indonesia dengan
Amanat Presiden pda tanggal 22 April 1959, tidak memperoleh keputusan dari
Konstituante sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang-Dasar Sementara;
Bahwa berhubung dengan pernjataan sebagaian terbesar Anggota-anggota
Sidang Pembuat Undang-undang-Dasar untuk tidak menghadiri lagi sidang,
Konstituante tidak mungkin lagi menjelesaikan tugas jang dipertjajakan oleh
rakyat kepadanja;
Bahwa hal jang demikian menimbulkan keadaan ketatanegaraan jang
membahajakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa, dan Bangsa, serta
merintangi pembangunan semesta untuk mentjapai masjarakat jang adil dan
makmur;
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar Rakjat Indonesia dan didorong oleh
kejakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunja djalan untuk
menjelamatkan Negara Proklamasi;
Bahwa kami berkejakinan bahwa Piagam Djakarta tertanggal 22 Djuni 1945
mendjiwai Undnag-undang-Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian-
kesatuan dengan Konstitusi tersebut;
Maka atas dasar-dasar tersebut diatas,

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA


TERTINGGI ANGKATAN
PERANG,
Menetapkan pembubaran Konstituante;
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Menetapkan Undang-undnag-Dasar berlaku lagi bagi segenap Bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunja lagi Undnag-undang-Dasar Sementara.
Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara, jang terdiri atas
Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu jang sesingkat-singkatnya.

Ditetapkan di: Djakarta


Pada tanggal: 5 Djuli 1959.
Atas nama Rakjat Indonesia:
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA
TERTINGGI ANGKATAN PERANG,
SUKARNO
(Sumber: Sukarno, Di bawah Bendera Revolusi II, Jakarta Di bawah Bendera
Revolusi, 1965,hlm:358-359)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SUPLEMEN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151

SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN


Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Yogyakarta
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : XII
Semester :I
Standar Kompetensi : Kemampuan menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru

Penilaian Sumber/ Bahan/


Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Belajar Materi Pokok Jenis Bentuk Contoh Waktu Alat
Tagih Instrumen Instrumen
an
1. Menganalisis 1.1 Menemukan latar Dengan mengkaji buku 1. Latar belakang sosial Tes a. Soal uraian 1) Jelaskan 4 x 45 a. Sumber :
Perkembangan belakang munculnya diskusi dan tanya jawab dan politik Sukarno tertulis menit ƒ Soekarno.
Politik dan gagasan Sukarno diharapkan siswa 2. Situasi politik latar 2010.
Ekonomi serta tentang demokrasi mampu: Indonesia sebelum belakang Kumpulan
Perubahan terpimpin 1.1 Memahami latar penerapan Kisahku:Pena
Masyarakat di 1.2 Menganalisis konsep belakang demokrasi terpimpin gagasan Soekarno.
Indonesia dalam demokrasi terpimpin munculnya gagasan 3. Makna demokrasi
Upaya Mengisi menurut Sukarno Sukarno tentang terpimpin bagi Sukarno Jakarta:
Kemerdekaan 1.3 Mengidentifikasi demokrasi Sukarno Wordpress.
tentang ƒ Sukarno.
penerapan konsep terpimpin 4. Konsep yang
demokrasi terpimpin 1.2 Menemukan ditawarkan Sukarno demokrasi 1965. Di
menurut Sukarno di konsep demokrasi dalam demokrasi bawah
Indonesia terpimpin menurut terpimpin
terpimpin Bendera
Sukarno 5. Penerapan dalam Revolusi II.
1.3 Menjelaskan demokrasi terpimpin Jakarta: Di
penerapan konsep di Indonesia bidang bawah
demokrasi Bendera
sosial?
terpimpin menurut
Revolusi.
Sukarno di
2)Situasi ƒ Nazaruddin
Indonesia Non b. Portofolio
tes Sjamsuddin.
politik 1988.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152

Indonesia Soekarno
Pemikiran
sebelum
Politik dan
penerapan Kenyataan
Praktek.
demokrasi
Jakarta:
terpimpin CV.Rajawali
ƒ Kapitsa M.S
dan maletin
N.P. 2009.
Soekarno
Biografi
Politik.
Bandung:
Ultimus.
ƒ Alat :
Gambar, Papan
tulis/ white board,
bagan, LCD

Yogyakarta, 26 September 2011


Guru Bidang Studi

(Heni Wijayanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : SEJARAH


Kelas / Semester : XII/ I
Materi Pokok : Gagasan Sukarno Tentang Demokrasi Terpimpin
Pertemuan :1&2
Waktu : 4 x 45 menit

I. Standar Kompetensi
Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya
Orde Baru
II. Kompetensi Dasar
Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di
Indonesia dalam upaya mengisi kemerdekaan
III. Indikator
a. Menemukan latar belakang munculnya gagasan Sukarno tentang demokrasi

terpimpin.

b. Menganalisis konsep demokrasi terpimpin menurut Sukarno.

c. Mengidentifikasi penerapan konsep demokrasi terpimpin menurut Sukarno.

IV. Tujuan Pembelajaran


a. Siswa mampu memahami latar belakang sosial Sukarno dalam memunculkan
gagasan tentang demokrasi terpimpin.
b. Siswa mampu menemukan latar belakang politik Sukarno dalam
memunculkan gagasan tentang demokrasi tepimpin.
c. Siswa mampu menceritakan situasi politik di Indonesia sebelum penerapan
demokrasi terpimpin.
d. Siswa mampu menganalisis makna demokrasi terpimpin menurut Sukarno.
e. Siswa mampu mendeskripsikan penerapan demokrasi terpimpin.
f. Siswa mampu mengidentifikasi dampak penerapan demokrasi terpimpin
dalam bidang ekonomi dan politik.

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

V. Materi Pembelajaran (Terlampir)


1) Latar belakang sosial dan politik Sukarno dalam memunculkan gagasan
tentang demokrasi terpimpin
2) Situasi politik Indonesia sebelum penerapan demokrasi terpimpin
3) Konsep demokrasi terpimpin menurut Sukarno
4) Pelaksanaan konsep demokrasi terpimpin
5) Dampak demokrasi terpimpin dalam bidang ekonomi dan politik
VI. Metode Pembelajaran
1. Diskusi kelompok dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions dan tipe Snowball Throwing.
2. Pemberian tugas mandiri
3. Tanya jawab
VII. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (2x 45 menit)
a. Kegiatan Awal
• Apersepsi : Salam pembuka, presensi dan guru memberikan gambaran
tentang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin.
• Motivasi : Guru mengajak siswa untuk melihat video tentang dekrit
presiden
• Orientasi : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Guru;
o Bertanya tentang hakikat gagasan Sukarno
o Memberi informasi tentang hakikat gagasan Sukarno
o Memberi penjelasan mengenai metode pembelajaran yang akan
digunakan.
o Guru membagi siswa dalam 6 kelompok
o Guru memberikan soal diskusi sebagai berikut :
9 Kelompok 1& kelompok 5 : Latar belakang latar belakang
gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang
sosial

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9 Kelompok 2 & kelompok 4 : Latar belakang latar belakang


gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang
politik
9 Kelompok 3 & kelompok 6 : Situasi politik di Indonesia sebelum
penerapan demokrasi terpimpin
2) Siswa;
o Menjawab tentang hakikat gagasan Sukarno
o Mendengarkan informasi tentang hakikat gagasan Sukarno
o Mendengarkan penjelasan guru tentang metode belajar yang akan
digunakan
o Masuk dalam kelompok
o Berdiskusi dengan kelompok masing-masing yang telah ditentukan
o Salah satu dari siswa dari kelompok 1, 2, dan 3 mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas
o Kelompok 5, 4, dan 6 dapat memberi masukan, sanggahan, maupun
pertanyaan kepada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
c. Penutup
o Guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru saja
dipelajari.
o Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
o Guru menyampaikan tugas yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran
selanjutnya.
Pertemuan 2 (2x 45 menit)
a. Kegiatan Awal
• Apersepsi : Salam pembuka, presensi, dan guru memberi gambaran
tentang konsep demokrasi terpimpin oleh Sukarno.
• Motivasi : Guru mengajak siswa untuk mendengarkan pidato Sukarno
tahun 1959
• Orientasi : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Kegiatan Inti
1) Guru;
o Bertanya tentang inti pidato Sukarno tahun 1959
o Memberi informasi tentang inti pidato Sukarno tahun 1959
o Memberi penjelasan mengenai metode pembelajaran yang akan
digunakan.
o Membagi siswa dalam 6 kelompok
o Memberikan soal untuk didiskusikan materi dalam kelompok tersebut
adalah sebagai berikut:
ƒ Makna demokrasi terpimpin menurut Sukarno
ƒ Penerapan demokrasi terpimpin menurut Sukarno
ƒ Dampak penerapan demokrasi terpimpin dalam bidang ekonomi
dan politik
o Melemparkan bola pertama kepada siswa setelah siswa selesai berdiskusi
2) Siswa;
o Menjawab tentang inti pidato Sukarno tahun 1959
o Mendengarkan informasi tentang inti pidato Sukarno tahun 1959
o Mendengarkan penjelasan guru tentang metode belajar yang akan
digunakan
o Masuk dalam kelompok
o Berdiskusi dengan kelompok masing-masing yang telah ditentukan
o Kembali ke tempat duduk masing-masing dengan membawa hasil diskusi
kelompok
o Mendapat bola yang dilempar oleh guru dan menjawab soal yang ada di
dalam bola.
o Menanggapi dan bertanya kepada teman yang menjawab pertanyaan jika
belum jelas
o Setelah menjawab soal siswa melempar bola berisi soal kepada siswa
lain, dan seterusnya sampai soal dalam bola habis.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Penutup
o Guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru saja
dipelajari.
o Guru bersama siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini.
o Guru menyampaikan tugas yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran
selanjutnya.
VIII. Media Pembelajaran
Sumber/alat/bahan :
1. Sumber :
o Soekarno. 2010. Kumpulan Kisahku:Pena Soekarno. Jakarta: Wordpress.
o Sukarno. 1965. Di bawah Bendera Revolusi II. Jakarta: Di bawah Bendera
Revolusi.
o Nazaruddin Sjamsuddin. 1988. Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan
Praktek. Jakarta: CV.Rajawali
o Kapitsa M.S dan maletin N.P. 2009. Soekarno Biografi Politik. Bandung:
Ultimus.
2. Alat
o Gambar
o Papan tulis/ white board
o bagan
o LCD
3. Bahan
o Soal uraian
IX. Penilaian
a. Penilaian produk
Jenis tagihan : Tes tertulis
Soal;
1) Jelaskan latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin
dalam bidang sosial!
2) Jelaskan latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin
dalam bidang politik!

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3) Deskripsikan situasi politik di Indonesia sebelum penerapan demokrasi


terpimpin!
4) Deskripsikan makna demokrasi terpimpin menurut Sukarno!
5) Deskripsikan penerapan demokrasi terpimpin menurut Sukarno!
6) Identifikasikanlah dampak-dampak penerapan demokrasi terpimpin dalam
bidang ekonomi dan politik!
b. Penilaian proses
• Jenis tagihan : Laporan tertulis
• Penilaian ketrampilan cooperative
No Nama Menghargai Mengambil Mengajukan Mempersentasi Menjawab Mendengarkan Jumlah
teman giliran pertanyaan -kan hasil pertanyaan dengan aktif

Kriteria penilaian menggunakan skala sikap 1:5 dengan kriteria :


• Skor 1 : Pasif, tidak kooperatif dan tidak mengahargai teman
• Skor 2 : Pasif, tidak kooperatif, tetapi dapat mengahargai teman
• Skor 3 : Pasif, kooperatif dan dapat menghargai teman
• Skor 4 : Aktif, kooperatif dan dapat menghargai teman
• Skor 5 : Aktif, sangat kooperatif, dan dapat mengahargai teman
Jumlahzskor
N= × 100%
30
Nilaizproses + Nilaizproduk
NA =
2
Keterangan :
N = Nilai
NA = Nilai akhir
c. Tindak Lanjut
• Siswa dinyatakan berhasil apabila memenuhi standar kelulusan minimal
sebesar 60%.
• Siswa diberikan program remidi apabila tidak memenuhi standar kelulusan
minimal sebesar 60%.

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

• Siswa diberikan program pengayaan apabila memenuhi standar kelulusan


minimal sebesar 60%.

Yogyakarta, 26 September 2011


Guru Bidang Studi

(Heni Wijayanti)

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MATERI PEMBELAJARAN

GAGASAN SUKARNO TENTANG DEMOKRASI TERPIMPIN

1. Latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang


sosial.
Sukarno melakukan perjalanan selama 67 hari ke luar negeri yaitu ke
Amerika Serikat, Uni Soviet, Yugoslavia, dan RRC. Dalam perjalanannya ia
melakukan interaksi dengan masyarakat maupun pemimpin negara. Dari interaksi
tersebut ia menemukan inspirasi untuk memperbaiki kondisi pemerintahan
Indonesia yang mengalami kekacauan pada saat itu. Ia memilih negara Cina
sebagai gambaran untuk memperbaiki kondisi Indonesia. Nilai-nilai yang dapat
diambil ialah ajaran konfusius yaitu semangat kekeluargaan dan gotong royong.
Semangat tersebut sudah ada di Indonesia sebagai nilai-nilai tradisional bangsa.
2. Latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang
politik.
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa demokrasi parmenter tidak
dapat menjamin kemakmuran masyarakat Indonesia. Sukarno sebagai presiden
hanya sebagai kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan berada ditangan
Perdana Menteri.
3. Situasi politik Indonesia sebelum penerapan demokrasi terpimpin.
Pemerintahan dengan demokrasi parlementer tidak dapat berjalan dengan
baik. Kekacauan politik yang terjadi. Kabinet yang ada tidak dapat menjalankan
program-programnya karena tidak dapat bertahan lama. Hal itu disebabkan karena
kabinet terdiri atas koalisi yang berujung pada pertentangan dalam kabinet yang
menyebabkan kabinet dalam jangka waktu yang tidak lama dibubarkan dan
mengembalikan mandatnya pada presiden. Selain itu konstituante juga mengalami
kemacetan karena tidak dapat membuat Undang-undang yang baru menggantikan
Undang-undang dasar Sementara.

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Makna demokrasi terpimpin menurut Sukarno


Demokrasi dimaknai Sukarno sebagai suatu kebebasan dalam batas-batas
tertentu yakni batas keselamatan negara, batas kepentingan rakyat, batas
kepribadian bangsa, batas kesusilaan, dan batas pertanggungjawaban pada Tuhan.
Hal itu menunjukkan bahwa demokrasi merupakan suatu kebebasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Makna terpimpin berarti pemerintahan dibawah
pimpinan. Sebagai pemimpin Sukarno harus mendengarkan pendapat dari
berbagai pihak dan mengajak pihak-pihak itu untuk musyawarah. Makna
pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang diambil dari
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”
5. Penerapan konsep demokrasi terpimpin.
Penerapam konsep demokrasi terpimpin meliputi berbagai bidang
diantaranya adalah dalam bidang politik dan ekonomi. a) Dalam bidang politik,
konsep dalam bidang politik dapat dilaksanakan dengan baik. Lembaga-lembaga
negara yang direncanakan dapat dibentuk meskipun tidak melalui pemilu
melainkan melalui pengangkatan dari presiden. Pelaksanaan konsep politik juga
memiliki warna yang berbeda karena mengikutsertakan PKI dan Angkatan
Bersenjata ke dalam pemerintahan, keseimbangan kekuatan yang berusaha
diciptakan oleh Sukarno; b) Dalam bidang ekonomi, konsep ekonomi juga dapat
dilaksanakan dengan baik melalui pembentukan Dewan Perancang Nasional yang
kan menyiapkan rancangan pembangunan yang bertahap. Meskipun konsep yang
telah dijalankan dapat berjalan dengan baik tetapi keadaan ekonomi Indonesia
masih memburuk. Hal itu disebabkan karena adanya prioritas yang diutamakan
oleh Sukarno yaitu membebaskan Irian Barat dan Konfrontasi dengan Malaysia.
6. Dampak penerapan demokrasi terpimpin
Penerapan demokrasi terpimpin di Indonesia berdampak pada kehidupan
masyarakat maupun pemerintah Indonesia, yaitu: a) dalam bidang politik, terjadi
perebutan pengaruh antara PKI dan Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan
Darat dalam pemerintahan Sukarno. Hal itu menyebabkan adanya pertentangan
yang mengancam kedudukan Sukarno. Selain itu masyarakat terpecah menjadi

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua yaitu antara pro komunis dan anti komunis. Angkatan Darat sebagai garda
depan bagi masyarakat anti komunis. Pertumpahan darah pun terjadi pada
peristiwa G 30 S. Melihat adanya pemberontakan dimana-mana maka Sukarno
menyetujui untuk menandatangani Surat Perintah yang dibuat oleh Suharto.
Sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), Suharto pun dapat membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
Sukarno pun harus mempertanggungjawabkan peristiwa tersebut kepada MPRS.
Pertanggungjawabannya pun ditolak maka hal itu membuat ia harus kehilangan
jabatannya sebagai presiden. Jabatan presiden digantikan oleh pemegang
Supersemar yaitu Suharto; b) dalam bidang politik, kehidupan rakyat semakin
sengsara. Hal itu disebabkan karena adanya inflasi yang menyebabkan harga-
harga kebutuhan semakin naik dari tahun ke tahun. Rakyat pun menjadi semakin
tidak percaya terhadap pemerintahan Sukarno yang tidak dapat mensejahterakan
hidup rakyat.

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KUNCI JAWABAN

1) Latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang


sosial adalah adanya interaksi antara Sukarno dengan tokoh-tokoh negara
asing, seperti Amerika Serikat, Yugoslavia, Uni Soviet, dan RRC.
2) Latar belakang gagasan Sukarno tentang demokrasi terpimpin dalam bidang
politik adalah adanya kegagalan konstituante dan kekacauan politik pada
masa demokrasi parlementer
3) Situasi politik Indonesia sebelum penerapan demokrasi terpimpin adalah
terdapat kekacauan politik akibat adanya kabinet yang tidak dapat
menjalankan program-programnya dalam pemerintahan.
4) Makna demokrasi terpimpin menurut Sukarno adalah demokrasi merupakan
kebebasan yang bertanggungjawab, dan terpimpin merupakan pemerintahan
yang dipusatkan pada pimpinan
5) Penerapan konsep demokrasi terpimpin tidak dapat berjalan dengan lancar
baik dalam bidang politik maupun ekonomi.
6) Dampak penerapan demokrasi terpimpin, baik dalam politik maupun ekonomi
adalah dalam bidang politik; runtuhnya kekuasaan presiden Sukarno sebagai
penggagas demokrasi terpimpin, sedangkan dalam bidang ekonomi;
kehidupan rakyat semakin semakin sengsara karena kenaikan harga yang
melonjak akibat adanya inflasi.

163

Anda mungkin juga menyukai