Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN DISKUSI PERTEMUAN KE – 8 PSIKOLOGI SOSIAL

Nama : M. Ekky Wahyu Mumpuni

NIM : 22310420017

Kelas : SP

1. Teori keadilan J. Stacy Adams, juga dikenal sebagai Teori Keadilan Distributif, mengatakan
bahwa dalam kehidupan kelompok sehari-hari, persepsi individu tentang keadilan dipengaruhi
oleh perbandingan antara upah yang mereka terima dan kontribusi yang mereka berikan. Jika
anggota kelompok merasa bahwa distribusi imbalan tidak sebanding dengan upaya mereka, hal
itu dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketegangan di dalam kelompok. Oleh karena itu,
penting bagi pemimpin dan anggota kelompok untuk memastikan adanya keadilan distributif
dalam membagi tugas, sumber daya, penghargaan, dan pengakuan untuk menjaga
keharmonisan dan kepuasan kelompok secara keseluruhan.

2. Film pendek "Tilik" mengisahkan tentang rombongan ibu-ibu yang naik truk untuk menjenguk
Bu Lurah yang sakit di rumah sakit. Dalam perjalanan tersebut, Bu Tejo terus mengoceh tentang
Dian, seorang gadis cantik di desa yang dikatakannya memiliki perilaku yang tidak benar. Bu Tejo
mendapatkan informasi tersebut dari internet dan media sosial, dan beberapa warga
mendukung berita tersebut. Namun, Yu Ning meragukan keakuratan berita tersebut dan
mencoba mengingatkan Bu Tejo dan ibu-ibu lainnya untuk tidak sepenuhnya mempercayai
informasi yang mereka dapatkan. Konflik antara Bu Tejo dan Yu Ning mencapai klimaks dalam
film tersebut.

Film ini menggambarkan dinamika kelompok dalam menghadapi informasi yang diperoleh dari
sumber yang berbeda. Ketika peran membership group dan reference group saling
berseberangan, terjadi ketegangan dan perbedaan pendapat di antara anggota kelompok.
Beberapa anggota mungkin cenderung mempercayai dan mengikuti pandangan yang sejalan
dengan kelompok mereka, sementara yang lain mencoba menganalisis informasi dengan lebih
kritis. Hal ini menggambarkan variasi sikap dan respons dalam menghadapi informasi yang
kontroversial dalam kehidupan sehari-hari.

3. Anggota kelompok yang suka mengadu pada pimpinan tentang perilaku teman-temannya dapat
memiliki dampak negatif pada dinamika kelompok. Hal ini dapat menciptakan
ketidakharmonisan, ketegangan, dan merusak hubungan interpersonal. Ketika seorang anggota
kelompok terus-menerus melaporkan atau mengadu tentang perilaku teman-temannya kepada
pimpinan, kepercayaan dan kerjasama dalam kelompok dapat terganggu. Selain itu, pengaduan
yang berulang dapat menurunkan motivasi dan produktivitas anggota kelompok, serta
menciptakan rasa ketidakpastian dan ketidaknyamanan dalam berinteraksi.
Contohnya, dalam lingkungan kerja, seorang karyawan yang sering melaporkan kesalahan atau
kekurangan teman-temannya kepada atasan dapat menciptakan ketegangan dan
ketidakpercayaan di antara anggota tim. Hal ini dapat menghambat kolaborasi, mengganggu
kinerja kelompok, dan mempengaruhi hubungan kerja secara keseluruhan. Penting bagi anggota
kelompok untuk membangun komunikasi terbuka, saling mendukung, dan memecahkan
masalah secara konstruktif, daripada langsung mengadu kepada pimpinan. Kolaborasi yang
sehat dan kerja tim yang harmonis dapat tercipta ketika anggota kelompok mampu mengatasi
perbedaan dan konflik secara langsung serta saling mendukung dalam mencapai tujuan
bersama.

4. Dalam wilayah Kelurahan Debong Kidul, sejumlah warga gagal mendapatkan bantuan sosial
berupa beras karena mereka menolak divaksinasi Covid-19. Hal ini dapat mempengaruhi
dinamika kelompok dengan terbentuknya sub-kelompok yang mendukung pandangan serupa.
Ketegangan dan perpecahan dapat terjadi antara warga yang menerima vaksinasi dan mereka
yang menolak, sementara dampak sosial dan ekonomi juga dapat dirasakan oleh warga yang
gagal mendapatkan bantuan tersebut. Komunikasi yang sulit dan tantangan dalam mencapai
kesepahaman juga dapat mempengaruhi upaya kolaborasi dan pemecahan masalah bersama
dalam kelompok. Oleh karena itu, pendekatan yang sensitif dan edukasi yang efektif diperlukan
untuk mempromosikan pemahaman tentang pentingnya vaksinasi Covid-19 dan membangun
kesadaran yang lebih baik dalam rangka mendukung kesejahteraan kelompok secara
keseluruhan.

5. Ketika peran dari membership group dan reference group saling berseberangan pada
mahasiswa luar Yogya yang kuliah di Yogya, mereka mungkin mengalami identitas ganda dan
konflik nilai serta norma. Mahasiswa tersebut terbagi antara kelompok dari daerah asal dan
kelompok di Yogya, yang mungkin memiliki nilai dan ekspektasi yang berbeda. Ini dapat
menciptakan tekanan dan perbedaan yang membingungkan bagi mahasiswa, serta dilema moral
dalam mengikuti norma dari kedua kelompok tersebut. Penting bagi mereka untuk mencoba
membangun identitas inklusif dan berkomunikasi terbuka dengan kedua kelompok, serta
mencari titik temu yang dapat membantu mengurangi konflik dan membangun harmoni dalam
dinamika kelompok.

6. Ada seorang teman saya, namanya Lisa, yang baru saja pindah ke kampus baru. Ketika dia
pertama kali tiba, dia merasa sedikit kesepian dan ingin mencari teman-teman baru. Salah satu
kelompok yang cukup populer di kampus tersebut adalah kelompok penggemar musik alternatif.
Meskipun Lisa sebelumnya tidak terlalu tertarik dengan jenis musik itu, dia merasa tertarik
untuk mencoba bergabung karena ingin merasa termasuk.

Lisa mulai mengikuti kegiatan kelompok tersebut dan berusaha menyesuaikan diri dengan minat
dan gaya hidup anggotanya. Dia mulai mendengarkan musik yang mereka sukai, mempelajari
band-band yang mereka diskusikan, dan bahkan mengubah penampilannya agar lebih cocok
dengan gaya alternatif.
Namun, seiring berjalannya waktu, Lisa merasa bahwa dia mulai kehilangan jati dirinya. Dia
menyadari bahwa dia tidak benar-benar menikmati musik alternatif dan gaya hidup yang
berhubungan dengannya. Meskipun dia telah menemukan teman-teman baru, dia merasa tidak
autentik dan tidak mampu menjadi dirinya sendiri.

Akhirnya, Lisa memutuskan untuk keluar dari kelompok tersebut dan mulai menjalin hubungan
dengan orang-orang yang memiliki minat dan nilai-nilai yang lebih sesuai dengan dirinya.
Meskipun dia kembali merasa sedikit kesepian pada awalnya, dia merasa lebih bahagia karena
dapat menjadi dirinya sendiri dan memiliki teman-teman yang menerima dia apa adanya.

Cerita ini menggambarkan bagaimana ikut-ikutan masuk dalam sebuah kelompok dapat
membuat seseorang merasa tergantung pada ekspektasi dan minat orang lain, daripada
menjalani hidup sesuai dengan jati dirinya. Penting bagi setiap individu untuk tetap setia pada
nilai-nilai dan minat mereka sendiri, dan memilih kelompok yang mendukung dan menerima
mereka secara autentik.

7. Dalam berbagai situasi, banyak orang muda yang merasa tidak puas dengan kondisi yang
dihadapinya, baik di kampus, di rumah, atau di dalam kelompoknya. Mereka bereaksi terhadap
ketidakpuasan ini dengan berbagai cara, termasuk protes eksplisit dan menggerutu secara diam-
diam.
Beberapa orang muda mungkin memilih untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka secara
eksplisit melalui demonstrasi atau aksi protes. Mereka mungkin merasa bahwa inilah cara yang
paling efektif untuk menyampaikan pesan mereka dan mempengaruhi perubahan yang
diinginkan. Demonstrasi dan protes dapat menjadi wadah bagi mereka untuk bersuara,
menuntut perubahan, dan menyuarakan ketidakpuasan mereka kepada pihak yang berwenang.

Anda mungkin juga menyukai