Anda di halaman 1dari 2

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan steril dengan zat aktif Aneurin Hydrochloridum

(Aneurin HCL) atau Thiamin Hydrochloridum (Thiamin HCL) atau yang biasa disebut dengan
vitamin B1 yang memiliki khasiat sebagai antineurotikum. Pada pembuatannya menggunakan air
sebagai pelarut karena Aneurin HCL merupakan vitamin yang dapat larut dalam air sehingga
akan lebih stabil bila dibuat dengan zat pembawa air. Pembawa air yang digunakan yaitu aqua
pro injeksi yang merupakan air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang
sesuai dan tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tmbahan lainnya yang biasa dibuat
dengan cara penyulingan atau penyaringan agar menghilangkan organisme atau zat asing yang
tidak diiinginkan sehingga sangat cocok untuk pembuatan sediaan injeksi yang ditunjukan untuk
penggunaan parenteral baik secara intramuscular (IM) ataupun intravena (IV). Kemudian
digunakan Natrium Chloridum (NaCl) agar larutan menjadi isotonis. Apabila sediaan disuntikan
dalam keadaan hipotonis maka akan menyebabkan hemolisi atau pecahnya sel darah karena
cairan yang disuntikan tidak sesuai dengan tekanan yang berada pada tubuh manusia. Isotonik
merupakan tekanan yang dihasilkan sediaan injeksi sama dengan tekanan cairan yang berada
didalam tubuh yang setimbang dengan 0,9% NaCl

Hal yang pertama dilakukan yaitu mensterilkan seluruh alat yang digunakan menggunakan
cara D atau sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 170ºC selama 30 menit. Setelah itu
larutkan zat aktif Aneurin HCL dalam aqua pro injeksi didalam erlenmeyer dan ditambahkan
NaCl yang sebelumnya sudah dilarutkan sebelumnya. Lalu tingkat keasamannya (pH) di cek
menggunakan kertas indikator keasamaan. Rentang pH stabilitas dari sediaan injeksi Aneurin
adalah 2,5 sampai 4,5 (asam). Pada praktikum ini pengujian pH dilakukan hanya dengan
menggunakan kertas lakmus merah dikarenakan ketidak tersediannya pH meter dalam
laboratorium. Saat pengujian dengan kertas lakmus merah mendapatkan hasil bahwa kertas
lakmus merah tetap berwarna merah yang berarti larutan tersebut bersifat asam. Hal ini sesuai
dengan pH stabil dari sediaan injeksi Aneurin HCL yaitu bersifat asam, sehingga larutan tersebut
tidak perlu penambahan untuk menyesuaikan pH karena sudah sesuai. Setelah itu larutan
disaring menggunakan kertas saring agar larutan tersbut terbebas dari partikel bebas yang akan
mempengaruhi penyuntikan seperti penyumbatan pada pembuluh darah, dan juga salah satu
persyaratan dalam sediaan steril yaitu harus jernih tidak ada partikel yang mengambang didalam
ampul. Larutan yang sudah disaring dimasukan kedalam ampul sebanyak 1 mL menggunakan
pipet volume dan pipet tetes. Jumlah ampul yang digunakan yaitu 10 ampul dengan masing
masing berisi 1 mL larutan. Setelah itu dilakukan pengelasan ampul menggunakan alat las.
Pengelasan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti agar ampul sediaan tidak bocor saat
sterilisasi. Setelah dilakukan pengelasan, ampul disimpan didalam beaker glass dalam kondisi
terbalik dan dialasi dengan kapas lalu dibungkus menggunakan kertas dan dimasukan kedalam
autoklaf untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu sterilisasi. Sterilisasi menggunakan cara D
yaitu cara basah menggunakan autoklaf dengan suhu 121ºC selama 15 menit. Apabila ampul
bocor makan akan mengakibatkan larutan yang berada di dalam ampul berkurang ataupun
menghilang karena larutan mengalir keluar pada saat waktu penfinginan dalam siklus autoklaf.
Pada waktu tersebut tekanan didalam sediaan ampul lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
diluar sediaan sehingga apabila ada cela dapat mengakibatkan kebocoran pada ampul.

Pada saat evaluasi seluruh ampul dikeluarkan dari autoklaf , tungu hingga dingi lalu
lakukan beberpa pengujian mulai dari pemerian, kejernihan larutan, uji partikel, uji kebocoran,
uji keseragaman volume, dan uji penetapan kadar. Pengujian pemerian dapat dilihat dengan
meletakan ampul didepan kertas yang yang putih untuk melihat kejernihan dan melihat
keberadaan ada atau tidaknya partikel, lalu ampul dibuka untuk menguji baunya. Hasil ampul
percobaan ini yaitu ampul yang dihasikan memiliki cairan jernih tidak berwarna dan memiliki
bau khas obat serta tidak ditemukannya partikel yang mengambang. Pada pengujian kebocoran
terdapat 8 ampul yang mengalami kebocoran dikarenakan kurang maksimalnya saat melakukan
pengelasan sehingga ada celah untuk larutan keluar dan larutan masuk. Hanya terdapat 2 ampul
yang memiliki volume yang sesuai, 3 ampul berisi kurang dari 1mL, 1 ampul berisi lebih dari
1mL dan sisa 4 ampul lainnya habis tidak bersisa.

Pada saat penetapan kadar dilakukan menggunakan spektofotometri dengan baku standar
vitamin B 1. Konsentrasi baku standar yaitu 10,000 ppm dan adsorbennya sebesar 0,565.
Konsentrasi rata-rata dari 3 sampel yaitu 9,537 ppm dan adsorbennnya 0,538. Jika perhitungan
kadar dengan spektofotometri didapatkan hasil rata-rata persentase kadar sebesar 99,91%.
Sedangkan jika perhitungan kadar dilakukan secara manual dengan menganggap konsentrasi
sampel sebesar 10,000 ppm maka hasil persentase kadar rata-rata dari sampel yaitu sebesar
95,339%. Hasil ini dapat diartikan bagus karena mendekati dengan baku standar .

Anda mungkin juga menyukai