Anda di halaman 1dari 26

BENTUK SEDIAAN OBAT HEWAN

Apoteker hewan adalah apoteker berlisensi yang berspesialisasi dalam


distribusi obat untuk hewan. Ini sedikit berbeda dari judul "spesialis farmasi
hewan," yang mungkin juga bekerja dalam konsultasi, penelitian, dan pendidikan
untuk farmasi hewan. Apoteker reguler dalam berbagai pengaturan berperan
dalam persiapan dan pengeluaran obat-obatan hewan juga. Karena dokter hewan
merawat beragam hewan dengan berbagai macam produk, apoteker dapat
membantu mengelola perawatan ini melalui pengetahuan peracikan dan obat-
obatan mereka. Senyawa sering diperlukan untuk pasien hewan, karena mereka
memerlukan dosis dan bentuk obat yang berbeda dari manusia. Melalui peracikan,
apoteker dapat menyesuaikan obat untuk hewan sehingga lebih menarik dalam hal
rasa atau penampilan. (Wikipedia).

Obat Hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati


Hewan, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang
meliputi sediaan Biologik, Farmasetik, Premiks, dan sediaan Obat Alami.
(Peraturan menteri Pertanian, 2017)

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Klasifikasi Obat Hewan adalah


penggolongan Obat Hewan berdasarkan tingkat bahaya Obat Hewan dalam
penggunaannya. Akan tetapi penggolongan obat hewan juga berdasarkan dengan
bentuk sediaan obat, rute pemberian dan juga tingkat keamanannya. (Peraturan
menteri Pertanian, 2017)

Penggunaan Obat Hewan adalah tindakan medik yang dilakukan untuk


meningkatkan kekebalan Hewan, pencegahan dan penyembuhan penyakit Hewan,
peningkatan kesehatan Hewan, upaya pemulihan kesehatan Hewan dengan
menggunakan Obat Hewan, dan/atau tindakan pemberian Obat Hewan dalam
pakan, air minum, tetes, topikal atau parenteral dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan Hewan sesuai dengan jenis sediaan dan
klasifikasinya. (Peraturan menteri Pertanian, 2017)
Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang
di habitatnya. (Peraturan menteri Pertanian, 2017)

Bentuk sediaan obat hewan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan,


tingkat bahaya dalam pemakaian, rute pemberian, dan evaluasi untuk sediaan
obat hewan.

Penggolongan obat hewan berdasarkan bentuk sediaan obat :


A. Cairan
a. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur (FI III, hal.32). Contoh obat
KETAMINE 10% Inj Kepro BV, Belanda/Elang Sakti Abdinusa Bentuk
sediaan cairan injeksi Komposisi setiap ml larutan mengandung Ketamin
HCl 100 mg Indikasi Anastetika umum pada anjing dan kucing Kontra
Indikasi Dekompensasi jantung, perasi intrakranial, defesiensi hati dan
ginjal, glaucoma Dosis dan Cara Pemakaian Anjing 0,05–0,15 ml/kg bb
secara im, atau 0,01–0,1 mg/kg bb secara iv Kucing: 0,1–0,2 ml/kg bb
secara im, terapi kombinasi pada Anjing: 0,06–0,1 ml/kg bb secara im;
dosis yang dianjurkan untuk Xylazine 1–2 mg/ kg bb secara im dan dosis
yang dianjurkan untuk Atropin 0,05–0,01 mg/kg bb secara im, terapi
kombinasi pada kucing: 0,08–0,2 ml/kg bb secara im; dosis yang
dianjurkan untuk Xylazine 1–2 mg/kg bb secara im dan dosis yang
dianjurkan untuk Atropin 0,05–0,1 mg/kg bb secara
subkutan Kemasan Botol 10 ml dan 50 ml Deptan RI No. I. 04032739
PKC. Obat Keras.

ANTISEP Medion Bentuk sediaan larutan Komposisi Iodium 5%, Kalium


iodide 10 %, Dapar B secukupnya Indikasi Unggas: Cacar, luka dan
infeksi kulit dan membasmi kuman penyakit yang mudah menyebar di
kandang; Sapi: Membilas ambing sebelum diperah dan pencelupan ambing
sesudah diperah Dosis dan Cara Pemakaian Unggas: Dioleskan pada
pengobatan cacar, luka dan infeksi kulit lain. 1 sendok teh (3 ml) tiap 2
liter air minum untuk mencegah: Korisa pada peralihan musim. Penularan
penyakit ke ayam yang sehat dalam satu kandang. Membunuh kuman-12

Evaluasi sediaan larutan


 Evaluasi Fisika
1. Evaluasi organoleptic sediaan : bau, rasa, warna
2. Evaluasi sediaan, etiket, brosur, wadah dan pelengkapan peralatan
seperti sendok, no batch dan leaflet.
3. Evaluasi kejernihan
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas diameter 15 mm
hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
Masukkan ke dalam2 tabung reaksi masing-masing laarutan zat uji
dan suspense padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar
dengan cara seperti yang tertera di bawah sehingga volume larutan di
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. bandingkan kedua isi
tabung setelah 5 menit pembuatan suspense padanan, dengan latar
belakang hitam. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang
terdifusi, tegak lurus kea rah bawah tabung. Difusi cahaya harus
sedemikian rupa sehingga suspense padanan satu dapat langsung
dibedakan dari air dan dari suspense padanan 2.
Baku opelesen
Larutkan hidrazina sulfat p dalam air secukupnya sampai 100 ml,
biarkan selama 4-6 jam. Pada 25 ml larutan ini ditambahkan larutan
2,5 gr heksamina p dalam 25 ml air, campur dan biarkan selama 24
jam. Suspense ini stabil selama dua bulan jika disimpan dalam wadah
kaca yang bebas dari cacat permukaan. Suspense tidak boleh
menempel pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum
digunakan. Untuk membuat baku opalesen, encerkan 15 ml suspense
dengan airhingga 1000 ml. suspense harus digunakan dalam waktu 24
jam setelah pembuatan.
Suspense padanan
Buatlah suspense padanan 1 sampai dengan suspense padanan 4
dengan cara seperti yang tertera pada tabel. Masing-masing suspense
harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.
Suspense padanan
I II III IV
Baku 5,0 10,0 30,0 50,0
Opelesan
(mL)
Air (mL) 95,0 90,0 70,0 50,0
Persyaratan kejernihan dan derajat opalesen
Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air
atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti
tersebut di atas atau jika opalesensi nya tidak lebih nyata dari suspense
pedanan 1. Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam
suspense padanan 1, suspense padanan 2, dan suspense padanan 3.
4. Penentuan pH larutan
- Ph meter dikalibrasi menggunakan buffer standar
- Ukr pH cairan menggunakan Ph meter yang telah di kalibrasi
5. Penentuan berat jenis larutan dengan piknometer
- Gunakan piknometer yang bersih dan kering (dicuci terlebih
dahulu dengan larutan sulfokromik dan dibilas dengan etanol lalu
aseton)
- Timbang piknometer kosong (W1) lalu isi dengan air suling,
bagian luar piknometer di lap sampai kering dan ditimbang (W2)
- Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isis dengan
cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada
saat pemipetan, dan ditimbang (W3)
- Hitung bobot jenis cairan dengan rumus
dt = W3 – W1
W2-W1
Keterangan :
dt = bobot jenis pada suhu t
W1 = bobot piknometer kosong
W2 = bobot piknometer + air suling
W3 = Bobot pikno + cairan

6. Penentuan viskositas
Alat : viscometer Hoeppler
- Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan
sampai penuh)
- Masukkan bola yang sesuai
- Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung di tutup (jangan
sampai ada gelembung udara).
- Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan
oleh bola untuk menempuh jarak tertentu melalui cairan tabung.
- Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
7. Penentuan volume terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan
suspense yang dikemas dalam wadah dosis ganda. Dengan volume
yang tertera dalam etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam
bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk
padat dengan penambahan pembawa tertentu dengan volume yang
ditentukan, jika dipindahan dari wadah asli, akan memberikan volume
sediaan yang tertera pada etiket.
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30
wadah.
Larutan oral, suspense oral, dan sirup dalam wadah dosis ganda,
kocok isi 10 wadah satu persatu. Serbuk dalam wadah dosis ganda
yang mencantumkan penandaan volume untuk larutan oral atau
suspense oral yang dihasilkan bila serbuk dikonstitusi dengan
sejumlah pembawa seperti tertera pada etiket diukur secara seksama
dan dicamput.
Tuang isi perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
keringterpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-
hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan dan didiamkan slama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah
bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran :
volume rata-rata larutan, suspense, atau sirup yang diperoleh dari 10
wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang
kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A
adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada
etiket, akan tetapi tidak ada satu wadah pun volumenya kurang dari
95% dari volume yang tertera pada etiket dari volume yang tertera
pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan. Volume
rata-rata larutan, suspense, atau syrup yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak
lebih dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari
90% seperti yang tertera pada etiket.
8. Penentuan stabilitas sediaan dengan menyimpan retained sample pada
temperature kamar
 Evaluasi Kimia
Identifikasi dan penetapan kadar zat aktif dan sediaan
 Evaluasi Biologi
1. Jumlah cemmaran mikroba (Uji batas mikroba)
2. Untuk sediaan antibiotic dilakukan penetapan potensi antibiotic
secara mikrobiologi
3. Uji efektivitas pengawet
b. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fasa cair (FI IV, hal.17). Contoh obat

MECTISAN® Sanbe Farma Bentuk sediaan Cairan Komposisi Tiap ml mengandung


Ivermectin 10 mg. Indikasi Memberantas infestasi cacing gilig/nematoda dan ektoparasit
pada sapi, domba, kambing, babi dan anjing. Peringatan Tidak boleh diberikan pada
hewan bunting dan sapi laktasi. Pemotongan hewan dapat dilakukan 21 hari setelah
pemberian obat dihentikan. Anjing jenis collie sangat peka terhadap ivermectin. Dosis
dan Cara Pemakaian Sapi 2 ml / 100 kg BB. Domba, kambing 1 ml / 50 kg BB. Babi 1 ml /
33 kg BB. Anjing 0,05 – 1,0 ml / 10 kg BB. Kemasan 20 ml, 50 ml, 100 ml. Deptan RI No. D
02102489 PKC Obat keras.
Evaluasi Suspensi
a. Distribusi ukuran partikel
Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran
patikel :
- Metode mikroskopik
- Metode pengayakan
- Metode sedimentasi
- Metode penentuan volume partikel
- B. homogenitas
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah parttikel
maupun distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel
pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan mikroskop untuk
hasil yang lebih akurat
C volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap
suatu suspense dan karena endapan yang terbentuk harus dengan
mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar
menghasilkan sistem yang homogeny, maka pengukuran volume
endapan dan mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua
prosedur yang paling umum.
D Bj sediaan dengan piknometer
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara
pada suhu 25 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang
sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandigan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang sama.
Bila pada suhu 25 zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada
suhu yang telah tertera pada masing masing monografi, dan
mengacu pada air pada suhu 25
E sifat aliran dan viskositas dengan viscometer Brookfield
Viscometer Brookfield merupakan viscometer banyak titik dimana
dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatan geser
sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viscometer ini
dapat pula digunakan baik untuk menentuan viskositas dan
rheology cairan newton maupun non newton
F volume terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan
suspense yang dikemas dalam wadah dosis ganda. Dengan volume
yang tertera dalam etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia
dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari
bentuk padat dengan penambahan pembawa tertentu dengan
volume yang ditentukan, jika dipindahan dari wadah asli, akan
memberikan volume sediaan yang tertera pada etiket.
Penetapan Ph
G Nilai ph adalah nilai yang diberikan oleh alat potensiometri (ph
meter) yang telah dibakukan sebelumnya sebagaimana mestinya,
yang mampu mengukur harga p sampai 0,02 unit ph menggunakan
elektroda indicator yang peka terhadap ion hydrogen, elektroda
kaca dan elektroda pembanding sesuai seperti elektroda kalomel
atau elektroda perak-perak klorida.
Evaluasi kimia
a. Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan yang dilkukan adalah berupa uji
keseragaman untuk suspense dalam wadah dosis tunggal
b. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing masing
c identifikasi (dalam monografi zat aktif masing masing)
d penetpan (kapasitas penetralan asam ) hanya untuk sediaan
suspense antacid
evaluasi biologi
a. Uji potensi (untuk antibiotic)
b. Uji batas mikroba (untuk suspense antacid)
c. Uji efektivitas pengawet
c. Emulsi adalah sistem dua fase yang slaah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (FI IV, hal.6). Contoh
obat
SEPTIVAK Vaksindo Satwa Nusantara Bentuk Sediaan Emulsi
Minyak Komposisi Mengandung kuman Pasteurella multocida inaktif,
strain Katha yang dikembang biakkan dalam media cair. Indikasi Untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit SE pada sapi, kerbau dan
babi.Dosis dan Cara Pemakaian Penyuntikkan IM. Dosis sapi,kerbau
dan babi masing-masing 3 ml. Kemasan Botol 240 ml ( @ 80 dosis
) Deptan RI No. D. 0002737 VKC Obat Keras
Evaluasi sediaan
1. Pemeriksaan organoleptic
Secara organolepttk sediaan emulsi disimpan pada temperature kamar,
diperiksa warna, baud an rasanya. Selama disimpan dalam
temperature kamar tidak boleh terjai perubahan terhadap bentuk fisik
(warna, rasa dan bau) sediaan emulsi, yang dapat menyebabkan
berkurangnyaberkurangnya penampilan dan penerimaan pasien
(acceptabilitas).
2. Penentuan efektivitas pengawet
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Kesulitan muncul pada
pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat dari memisahnya bahan anti
mikroba dari fase air yang memerlukannya, atau terjadinya
kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi
efektivitas. Oleh karena itu efetivitas sistem pengawetan harus selalu
diuji pada sediaan akhir.
3. Penentuan tipe emulsi
Ada 7 cara penentuan tipe emulsi
- Uji Kobal Klorida (CoCl)
Basahi kertas saring dengan larutan kobal klorida dan biarkan
kering. Untuk emulsi minyak dalam air akan terjadi perubahan
dari biru ke merah muda. Uji ini tidak dapat dipakai pada emusli
yang tidak stabil atau adanya eektrolit. ( Lachman. Dysp, hal 201)
- uji konduktivitas
Emulsi diuji terhadap penghantaran listrik. Emulsi M/A dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan emulsi A/M tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Uji ini dapat memberikan hasil palsu
pada emulsi M/A non ionic.
- Uji pengenceran
Hanya dapat digunakan untuk menguji emulsi cair saja (Lachman
dysp hal 201). Emulsi M/A dapat diencerkan dengan pelarut
aqueous (dapat terlarut dalam pelarut aqueous) sedangkan emulsi
A/M tidak dapat diencerkan dengan pelarut aqueous. Pengujian ini
harus dilakukan dengan hati-hati karena inversi fase dapat terjadi.
- Uji arah creaming
Uji ini dapat dilakukan apabiladensiti dari fasa air dan fasa minyak
telah diketahui. Emulsi A/M akan terjadi creaming pada arah ke
bawah (karena biasanya minyak mempnyai densitas yang lebih
rendah dari air). Emulsi M/Aakan terjadi creaming pada arah ke
atas.
- Uji pewarnaan
Emulsi M/A jika dicampur dengan pewarna larut air (misalnya
lartan amaranth) lalu dilihat di bawah mikroskop, maka akan fasa
kontinyu (fasa pendspersinya) akan terlihat berwarna. Emulsi A/M
: jika dicampur dengan pewarna larut minyak (mislanya sudan III)
lalu dilihat di bawah mikroskop, maka fase kontinyu (fase
pendispersinya) tidak terlihat berwarna. Pengujian ini dapat
memberikan hasil palsi jika terdapat emulgator ionic.
- Uji kertas saring
M/A akan menyebar dengan cepat ketika setitik emulsi M/A
diletakkan dalam kertas saring. Sebaiknya tidak digunakan untuk
cream yang terlalu kental.
- Uji flouroresensi
Setitik sampel yang akan diuji dipaparkan pada sinar UV dan
dilihat di bawah mikroskop. Karena kebanyakan minyak
berflouroresensi di bawah lampu UV. Maka emulsi A/M
menunjukkan flourosensibpada fase kontinyu dan emusi M/A
berflourosensi hanya pada globulnya saja.
4. Penetapan pH
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH
meter) yang sesuai, yang telah di bakukan, yang mampu mengukur
harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indicator yang
peka terhadap aktivitas ion hydrogen, elektroda kaca, dan elektroda
pembanding yang sesuai seperti electrode kalonel atau elektroda perak
klorida.
5. Penentuan Ukuran Globul (Martin hal 430431: Lachmsn Practice ed
III, hal 531).
Metode ini cukup banyak digunakan untuk evaluasi emulsi. Yang
ditetapkan adalah ukuran droplet rata-rata berikut distribusinya pada
selang waktu tertentu. Diasumsikan terjadi pembesaran ukuran
droplet. Analisis pengukuran droplet ni dapat dilakukan dengan
mikroskop (mengatur diameter) atau penghitung elektronik (electronic
counter), yang mengukur volume droplet.
6. Penentuan sifat alir dan viskositas
Pendekatan untuk mengetahui stabilitas sediaan yang banyak
digunakan adalah penetapan sifat aliran (rheology) dan viskositas
sediaan. Hal ini bermanfat karena salah satu faktor yang
mempengaruhi stabilitas sediaan fisik sediaan emulsi adalah
viskositas.(sesuai hukum stokes). Emulsi yang baik memiliki aliran
tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar, tetapi memiliki viskositas
cukup tinggi untuk meningkatkkan stabilitas fisiknya). Emulsi harus
mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang dapat diabaikan
yakni selama penyimpanan dan mempunyai viskositas yang rendah
pada laju shearing yang tinggi yakni harus bebas mengalir selama
pengocokan, penuangan dan penyebaran.
Shelf-life produk emulsi produk emulsi dapat dengan cara mengukur
viskositasnya pada selang waktu tertentu (0,04-400 hari).
Berkurangnya viskositas merupakan indicator bertambahnya diameter
partikel (terjadi koalesensi). Makin cepat terjadi perubahan viskositas
berarti makin pendek shelf life produk tersebut.
7. Penetapan Berat Jenis
Penentuan berat jenis larutan dengan piknometer
- Gunakan piknometer yang bersih dan kering (dicuci terlebih
dahulu dengan larutan sulfokromik dan dibilas dengan etanol lalu
aseton)
- Timbang piknometer kosong (W1) lalu isi dengan air suling,
bagian luar piknometer di lap sampai kering dan ditimbang (W2)
- Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isis dengan
cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada
saat pemipetan, dan ditimbang (W3)
- Hitung bobot jenis cairan dengan rumus
dt = W3 – W1
W2-W1
Keterangan :
dt = bobot jenis pada suhu t
W1 = bobot piknometer kosong
W2 = bobot piknometer + air suling
W3 = Bobot pikno + cairan
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan
bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan
lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandigan bobot zat
di udara pada volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25 zat
berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera
pada masing masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25
8. Penentuan Volume Terpindahkan
Volume terpindahkan penting untuk sediaan emulsi oral.emulsi yang
kental volumenya dilebihkan sebesar 3% (Farmakope Indonesia edisi
III). Penentuan volume terpindahkan bertujuan untuk menjamin
bahwa sediaan yang dikemas dalam wadah jika diindahkan dari wadah
asli akan memberikan volume sediaan yang tertera pada etiket.
9. Penentuan Tinggi Sedimentasi
Pengamatan terhadap emulsi akibat pengaruh waktu dan temperature
merupakan hal yang rutin dilakukan untuk memprediksi shelf life
produk emulsi.
10. Pengujian stabilitas dipercepat
Stabilitas sediaan emulsi dapat dilihat setelah penyimpanan sediaan
selama waktu simpannya (shelf-life); namun cara ini membutuhkan
waktu yang lama. Sehingga digunakan pengujian stabilitas dipercepat
untuk memperoleh data stabilitas jangka panjang. Pengujian stabilitas
dipercepat dilakukan dnegan cara memberikan tekanan tertentu pada
sediaan, dengan agitasi, sentrifugasi, atau teknik manipulasi suhu.
(The pharmaceutical Codex, 12 th ed, hal 83).

B. Semi Padat
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical (FI IV, hal.14). Pasta ini
serupa dengan salep hanya berbeda dalam konsistensinya, yaitu bahan
padatannya lebih dari 50% dan kegunaanya (Syamsuni, hal.73).

CIL Medion Bentuk Sediaan Salep Komposisi Formaldehyde solution1,6 % Indikasi Untuk
pengobatan cacar, infeksi dan luka. Dosis dan Cara Pemakaian Oleskan pada bagian yang
luka Kemasan Wadah plastik isi 18 gram Deptan RI No. D 9908145 PTU.1. Obat bebas
terbatas.

Evaluasi Sediaan

A. Evaluasi Fisik
1. Penampilan (warna dan bau)
2. Ditribusi Ukuran partikel
3. Homogenitas (FI III, hal 33)
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok
harus menunjukkan susunan yang homogen.
4. Konsistensi
Tujuan : Mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioelskan. Konsistensi
atau rheology dipengaruhi suhu. Sediaan non Newtonian dipengaruhi oleh
waktu istirahat, oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan identic.
5. Uji kebocorn tube (FI IV hal 1086)
6. Isi Minimum ( FI IV hal 997)
7. Pengukuran Kecepatan pelepasan bahan aktif sediaan
8. Pengujian difusi bahan aktif dari sediaan
Prinsip : menguji difusi bahan aktif dari sediaan salep menggunakan suatu
sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan
penerima pada selang waktu tertentu.
B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi zat aktif
2. penetapan kadar zat atif

C. Padatan
a. Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung satu dosis dari
beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah
partikel yang seragam (BP 2002). Ontoh obat

RIMADYL Pfizer Inc., Amerika Serikat/Indovetraco Makmur Abadi Bentuk


sediaan tablet Komposisi dalam 1 tablet mengandung Karprofen 25
mg Indikasi menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi yang disebabkan oleh osteoarthritis
pada anjing Dosis dan Cara Pemakaian diberikan secara per oral pada anjing, 4.4 mg/kg
BB satu kali sehari atau 2.2 mg/kg BB duakali sehari Kemasan 25 mg, 60 tablet Deptan
RI No. I. 03122689 PKM Obat keras

Evaluasi sediaan

5.2.1 Kekerasan ( Kemenkes RI, 2014 : 324)


A. TujuanPengujian
Untuk mengetahui ketahanan tablet dari goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi.
B. Alat yang digunakan
Hardness tester
C. Prosedur pengujian
Diambil 10 tablet dari tiap batch, diukur satu per satu kekerasannya
dengan hardness tester.
D. Parameter / syarat pengujian
Persyaratan kekerasan tablet>300 mg tidak bersalut adalah 4 – 7
kg/cm2.
5.2.2 Keseragaman Ukuran (Kemenkes RI, 2014 : 322)
A. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui keseragaman ukuran diameter dan ketebalan
tablet.
B. Alat yang digunakan
Jangka sorong
C. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, diukur diameter dan ketebalan tablet satu per
satu menggunakan jangka sorong.
D. Parameter / syarat pengujian
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 kali tebal tablet.
5.2.3 Keseragaman Bobot (Kemenkes RI, 2014 : 322)
A. Tujuan Pengujian
Untuk menjamin keseragaman bobot dari tablet yang dibuat.
B. Alat yang digunakan
Timbang analitik
C. Prosedur pengujian
Ditimbang 20 tablet, lalu dari 20 tablet tersebut ditimbang satu
persatu. Selanjutnya dicocokan dengan kolom A dan B.
D. Parameter / syarat pengujian
Keseragaman bobot tidak tercapai jika >2 tablet mempunyai
penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom A dan >1 tablet
mempunyai penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom B.
5.2.4 Waktu Hancur (Kemenkes RI, 2014 : 324)
A. Tujuan Pengujian
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing- masing monografi .
B. Alat yang digunakan
Disintegration tester
C. Prosedur pengujian
Disiapkan 6 tablet, dimasukkan dalam keranjang desintergration
tester. Dinyalakan alat dan ditunggu sampai tablet hancur pertama kali.
Dicatat waktu yang dibutuhkan tablet untuk pertama kali hancur dan
waktu tablet yang terakhir hancur.
D. Parameter / syarat pengujian
Tablet biasa harus hancur kurang dari 15 menit, tablet bersalut
kurang dari 30 menit.
5.2.5 Friabilitas dan Friksibilitas (Kemenkes RI, 2014 : 323)
A. Tujuan Pengujian
Friabilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami antara tablet dengan kemasan sewaktu
pengemasan dan pengiriman.
Friksibilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami antar tablet sewaktu pembuatan
maupun pengemasan.
B. Alat yang digunakan
Friabilator, friksibility tester
C. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, bersihkan debunya lalu ditimbang seluruh tablet.
Dimasukkan dalam friabilator, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran
per menit dan waktu yang digunakana dalah 4 menit. Jadi ada 100
putaran. Dikeluarkan tablet dari alat, dibersihkan dari debu dan
ditimbang berat akhirnya dengan seksama.
D. Perhitungan
%

E. Parameter / Syarat pengujian


Bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.

b. Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu


cangkang keras atau lunak yang dapat larut (Syamsuni, hal.54).
KALBAZEN KAPLET Kalbe Farma,Tbk Bentuk
sediaan Kaplet Komposisi Albendazol Indikasi Antelmintikum
berspektrum luas, memberantas semua jenis cacing dalam semua
stadium hidup cacing pada sapi dan kerbau Kontra Indikasi Tidak
boleh diberikan pada induk bunting dibawah 2 bulan Peringatan Masa
henti obat 10 hari Dosis dan Cara Pemakaian Dosis dengan cacing
pita 1 kaplet /100 kg bb Dosis tanpa cacing pita 1 keplet/200 kg
bb Kemasan Botol 50 kaplet Deptan RI No. D. 04102188 PKM.1. Obat
keras
5.2.6 Kekerasan ( Kemenkes RI, 2014 : 324)
E. TujuanPengujian
Untuk mengetahui ketahanan tablet dari goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi.
F. Alat yang digunakan
Hardness tester
G. Prosedur pengujian
Diambil 10 tablet dari tiap batch, diukur satu per satu kekerasannya
dengan hardness tester.

H. Parameter / syarat pengujian


Persyaratan kekerasan tablet>300 mg tidak bersalut adalah 4 – 7
kg/cm2.
5.2.7 Keseragaman Ukuran (Kemenkes RI, 2014 : 322)
E. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui keseragaman ukuran diameter dan ketebalan
tablet.
F. Alat yang digunakan
Jangka sorong
G. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, diukur diameter dan ketebalan tablet satu per
satu menggunakan jangka sorong.
H. Parameter / syarat pengujian
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 kali tebal tablet.
5.2.8 Keseragaman Bobot (Kemenkes RI, 2014 : 322)
E. Tujuan Pengujian
Untuk menjamin keseragaman bobot dari tablet yang dibuat.
F. Alat yang digunakan
Timbang analitik
G. Prosedur pengujian
Ditimbang 20 tablet, lalu dari 20 tablet tersebut ditimbang satu
persatu. Selanjutnya dicocokan dengan kolom A dan B.
H. Parameter / syarat pengujian
Keseragaman bobot tidak tercapai jika >2 tablet mempunyai
penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom A dan >1 tablet
mempunyai penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom B.
5.2.9 Waktu Hancur (Kemenkes RI, 2014 : 324)
E. Tujuan Pengujian
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing- masing monografi .
F. Alat yang digunakan
Disintegration tester
G. Prosedur pengujian
Disiapkan 6 tablet, dimasukkan dalam keranjang desintergration
tester. Dinyalakan alat dan ditunggu sampai tablet hancur pertama kali.
Dicatat waktu yang dibutuhkan tablet untuk pertama kali hancur dan
waktu tablet yang terakhir hancur.
H. Parameter / syarat pengujian
Tablet biasa harus hancur kurang dari 15 menit, tablet bersalut
kurang dari 30 menit.
5.2.10 Friabilitas dan Friksibilitas (Kemenkes RI, 2014 : 323)
F. Tujuan Pengujian
Friabilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami antara tablet dengan kemasan sewaktu
pengemasan dan pengiriman.
Friksibilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami antar tablet sewaktu pembuatan
maupun pengemasan.
G. Alat yang digunakan
Friabilator, friksibility tester
H. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, bersihkan debunya lalu ditimbang seluruh tablet.
Dimasukkan dalam friabilator, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran
per menit dan waktu yang digunakana dalah 4 menit. Jadi ada 100
putaran. Dikeluarkan tablet dari alat, dibersihkan dari debu dan
ditimbang berat akhirnya dengan seksama.
I. Perhitungan
%

J. Parameter / Syarat pengujian


Bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.

c. Serbuk (pulvis) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar
(Syamsuni, hal.39).
MINERAL FEED SUPPLEMENT S Medion Bentuk
Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg mengandung Calsium (Ca)
165.000 mg, Phospor (P) 52.000 mg, Sodium (Na) 157.000 mg, Iron (Fe)
2.500 mg, Copper (Cu) 2.500 mg, Iodine (I) 125 mg, Manganese (Mn)
2.000 mg, Cobalt (Co) 50 mg, Zincum (Zn) 5.000 mg, Selenium (Se) 10
mg Indikasi Memperbaiki pertumbuhan sapi potong, membuat sapi
potong lebih gemuk. Mempertinggi produksi susu pada sapi perah dan
mencegah keguguran dan kelumpuhan. Dosis Dan Cara Pemakaian 2
kg tiap 100 kg ransum, diberikan setiap hari Kemasan Kantong plastik
isi 1.000 gram Deptan RI No. D 99121068 FTS.1 Obat bebas terbatas.

Evaluasi sediaan

d. Granul merupakan sediaan multiunit terbentuk aglomerat dari partikel


kecil serbuk (2-4mm).
SORB - IT Anitox Corp. - USA / Surya Hidup Satwa Bentuk
sediaan Granule Komposisi Al. Mg, Si Indikasi Menetralisir
aflatoxin Dosis dan cara pemakaian 1-5 kg/ton pakan Kemasan 25
kg Deptan RI No. I. 98061428 PTS.1. Obat bebas terbatas.
e. Premiks adalah sediaan yang mengandung bahan obat hewan yang diolah
menjadi imbuhan pakan (feed addictive) atau pelengkap pakan (feed
suplement) hewan yang pemberiannya dicampurkan ke dalam paka atau
air minum hewan yang dalam dosis dan penggunaannya harus bermutu,
aman, dan berkhasiat (Permentan, 2017).
f. Blok adalah sediaan yang dikompresi dan disatukan dengan pakan.
Biasanya mengandung bahan aktif seperti obat, obat cacing, surfaktan,
atau suplemen gizi.

Penggolongan obat hewan berdasarkan jenis sediaan :


a. Biologik adalah obat hewan yang dihasilkan melalui proses biologi pada
hewan atau jaringan hewan, untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosis
suatu penyakit, atau menyembuhkan penyakit melalui proses imunologik,
anatara lain berupa vaksin, sera (antisera), hasil rekayasa genetika, dan
bahan diagnostika biologik.
b. Farmasetik adalah obat hewan yang dihasilkan melalui proses non-
biologik, antara lain vitamin, hormon, enzim, antibiotik, dan
kemoterapetik lainnya, antihistamin, antipiretik, dan anaesthetik yang
dipakai berdasarkan daya kerja farmakologi.
c. Premiks adalah sediaan yang mengandung bahan obat hewan yang diolah
menjadi imbuhan pakan (feed addictive) atau pelengkap pakan (feed
suplement) hewan yang pemberiannya dicampurkan ke dalam paka atau
air minum hewan yang dalam dosis dan penggunaannya harus bermutu,
aman, dan berkhasiat (Permentan, 2017).
d. Obat alami adalah bahan atau ramuan bahan alami yang berupa bahan
tmbuhan, bahan hewan, bahan mineral , sediaan galenik, atau campuran
dari bahan- bahan tersebut yang digunakan sebagai obat hewan.

Penggolongan obat hewan berdasarkan tingakat bahaya dalam pemakaian :


a. Obat keras adalah obat hewan yang jika pemberiannya tidak sesuai
dengan ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi hewan dan atau
manusia yang mengkonsumsi produk hewan tersebut.
CIL Medion Bentuk Sediaan Salep Komposisi Formaldehyde
solution1,6 % Indikasi Untuk pengobatan cacar, infeksi dan luka. Dosis
dan Cara Pemakaian Oleskan pada bagian yang
luka Kemasan Wadah plastik isi 18 gram Deptan RI No. D 9908145
PTU.1. Obat bebas terbatas.
b. Obat bebas terbatas adalah obat keras untuk hewan yang diberlakukan
sebagai obat bebas untuk jeni hewan tertentu dengan ketentuan disediakan
dalam jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan, dan cara pemberian tertentu
serta diberi tanda peringatan khusus.
MINERAL FEED SUPPLEMENT S Medion Bentuk
Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg mengandung Calsium (Ca)
165.000 mg, Phospor (P) 52.000 mg, Sodium (Na) 157.000 mg, Iron (Fe)
2.500 mg, Copper (Cu) 2.500 mg, Iodine (I) 125 mg, Manganese (Mn)
2.000 mg, Cobalt (Co) 50 mg, Zincum (Zn) 5.000 mg, Selenium (Se) 10
mg Indikasi Memperbaiki pertumbuhan sapi potong, membuat sapi
potong lebih gemuk. Mempertinggi produksi susu pada sapi perah dan
mencegah keguguran dan kelumpuhan. Dosis Dan Cara Pemakaian 2
kg tiap 100 kg ransum, diberikan setiap hari Kemasan Kantong plastik
isi 1.000 gram Deptan RI No. D 99121068 FTS.1 Obat bebas terbatas.
c. Obat bebas adalah obat hewan yang dapat dipakai secara bebas oleh
setiap hewan.

Penggolongan obat hewan berdasarkan rute pemberian obat :


a. Oral : memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang
paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus
atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum
obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan
lambung sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnyapenisilin menjadi
rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak
tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat
melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung.
Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang,
sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.
b. Sublingual : penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk
ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini
mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati
dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
Adapun kelebihan dan kekuragan sediaan parenteral
Keuntungan :
- Aksi obat cepat, obat langsung masuk ke peredaran darah, karena
membrane mukosa yang disuplai pembuluh darah dan pembulh
limfatik
- Menghindari first pass metabolism sehingga bioavailabiltas
meningkat
- Menghindari variasi bioavailabilitas dikarenakan pelintasan
lambung, terutama untuk beberapa steroid dan hormon (sensitivitas
terhadap asam dan pengosongan lambung)
- Terhindar dari pengaruh makanan sebagai mana tablet
konvensional
- Mempunyai aktivitas enzimatik yang lebih rendah dibandingkan
dengan aktfitas enzimatik pada saluran cerna lebih toleran terhadap
sensitizer dibandingkan dengan mukosa nasal dan kulit
- Absorpsi lebih baik dibandingkan tablet konvensional karena
struktur fisologik

Kerugian
- Obat-obatyang diberikan sublingual harus memiliki dosis kecil
sebagaimana permukaan absorpsi yang sangat terbatas serta
waktu retensi di rongga mulut dapat menjadi masalah

c. Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal
mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat
oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut
juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral
atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk
pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan ovula.
Adapun kelebihan dan kekuragan sediaan parenteral
Kelebihan :
- Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan melalui
oral karena gangguan cerna
- Pasien dalam keadaan tidak sadar atau pada saat pembedahan
- Dapat diberikan pada bayi, anak, dan lansia serta pada pasien
gangguan mental
- Zat aktif yang tidak sesuai melalui oral karena tidak mengalami
first pass effect pada salura cerna

Kekurangan :

- Daerah absorpsinya lebih kecil


- Absorpsi hanya melalui difusi pasif
- Pemakaian kurang praktis
- Tidak cocok untuk zat yang rusak dengan pH rectum

d. Parenteral : Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang


absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin
yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan
yang memerlukan kerja obat yang cepat. Pemberian parenteral
memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
Adapun kelebihan dan kekuragan sediaan parenteral
Keuntungan
- Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit
tertentu (jantung berhenti)
- Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara
oral (tidak tahan asam lambung)
- Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi
oral (sakit jiwa atau tidak sadar)
- Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan
pengobatan.
- Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek local seperti pada
kedokteran gigi/anastesiologi
- Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk
mengoreksi gangguan serius cairan dan keseimbangan elektrolit

Kekurangan

- Pemberian sedian parenteral harus dilakukan oleh personil yang


terlatih dan membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama
- Sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptic dengan rasa
nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
- Sukar sekali untuk menghlangkan atau merubah efek
fisiologisnya, karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik
- Harga relative lebih mahal
- Dapat menimbulkan maslaah lain seperti septi sema, infeksi
jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan parenteral
dan interaksi obat
- Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partake
partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral
harus disadari oleh semua personel yang terlibat
1) Intravena (IV): suntikan intravena adalah cara pemberian obat
parenteral yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi
secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat
menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang
cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi.
Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-
obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau
pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa
obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan
reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat
konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena
it, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang
sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara
intra-arteri.
2) Intramuskular (IM): obat-obat yang diberikan secara intramuskular
dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa
suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi
obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo
berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat
tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut
perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk
waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
3) Subkutan: suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil
epinefrinkadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk
membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor
lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat
pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi
bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi
levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
e. Lain-lain
1. Topikal: Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal
obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan
dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan
dermatofitosis dan atropin atropine diteteskan langsung ke dalam mata
untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan
refraksi.
Keuntungan :

· Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan.

· Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
lokal.

· Konsentrasi lebih kental dari salep.

· Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.

Kekurangan Pasta:

· Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.

· Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.

· Dapat menyebabkan iritasi kulit.

2. Transdermal: Rute pemberian Rute pemberian ini mencapai efek


sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu
“transdermal patch”. Kecepatan absorbs sangat bervariasi tergantun
pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat
ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat,
seperti obat antiangina,nitrogliserin.

Anda mungkin juga menyukai