Anda di halaman 1dari 44

Toksikologi Industri

Oleh : Abdul Rohim Tualeka


BAB 10
DOSIS DAN RESPON

Dosis dan pemberian

Dosis: jumlah / berat hewan mg/Kg bobot badan hewan coba

Pemberian dosis dapat dibandingkan dengan spesies hewan

Contoh: Perlu diberi dosis 100mg/Kg untuk obat/bahan kimia bagi mencit, tikus dan orang

20g mencit menerima 2 mg obat/bahan kimia


200g tikus akan mendapat 20 mg obat
70 Kg orang akan mendapat 7g obat

Lama pemberian:

Akut <24 jam biasanya singel dosis


Subakut 1 bulan dosis berulang
Subkronik 1-3 bulan dosis berulang
Kronik >3 bulan dosis berulang
Prinsip uji toksikologi

1. Ada persamaan sistem biokimia pada spesies hewan uji


dan mekanisme sistem biologi mamalia

2. Substansi uji dapat menyebabkan disfungsi dan kerusakan jaringan


pada beberapa dosis pemaparan

3. Data toksikologi dari hewan coba dapat digunakan untuk mengukur


dosis yang tidak menyebabkan efek negatif pada orang

4. Hubungan antara konsentrasi bahan kima pada lokasi kontak


dengan pengaruh yang ditimbulkan adalah hal yang penting untuk
diperhatikan
Rute pemberian

Ingesti/peroral ----- saluran pencernaan


Inhalasi ------ saluran pernafasan – paru
Dermal / topikal ------Kulit
Parenteral ----- (intra venous—iv; intra muskular –im;
intraperitoneal –ip)

Efektifitas obat dari rute pemberian

iv > inhalasi > ip > ingesti > topikal


Kurva dosis respon

0 – 1: tak ada efek


3
2 – 3: Efek kurva linear

4 : respon maksimal

Dosis
0 1

Bila digunakan respon mortalitas -- LD50


Respon populasi terhadap dosis yang sama

Banyak

Jumlah individu

Individu resisten Individu sensitif


Mayoritas
Individu

Efek minimal Efek maksimal

Efek
Rata-rata

Sedikit
Ringan Respon terhadap dosis yang sama Berat
Respon individu terhadap toksikan

Respon individu (%)

SD=Standar deviasi

1. SD (68%)

2. SD (96%)

Respon rendah Respon Sedang Respon tinggi


Respon terhadap toksikan

100

Respon (%)

50

0
5 10 15 20 25 30 35

Dosis (mg)
Respon terhadap obat yang berbeda

100
Toksikan A

Toksikan B
Respon (%)

a a

50 b

threshold
b Slope a/b
10

Peningkatan dosis
Respon peningkatan dosis

100 Efektif dosis Toksik dosis

Respon (%) 90

50

10

0
ED10 ED50 ED90 TD10 TD50 TD90

Peningkatan dosis
Daya toksisitas
 LD 50: -- membunuh 50% hewan uji
 ED50: - berpengaruh terhadap 50% hewan uji
 TD50: ---- pengaruh toksik terhadap 50% hewan uji
 IT: Index therapi: LD50 / ED50
ED LD
100

Kurang toksik
Lebih toksik
Respon (%)

50

0 Dosis
Bahan obat dan LD 50
Tabel 1. Nilai LD50 dari beberapa bahan kimia serta rute pemberiannya

Chemical LD50 Chemical LD50 (with route


(mg/kg) and animal)
Ethyl Alcohol 10,000 Caffeine 620mg/kg—oral
mouse
Sodium 4,000 192mg/kg—oral rat
Chloride 105mg/kg—iv rat
68mg/kg—iv mouse
Ferrous Sulfate 1,500 Chlorine (LC 50) 293ppm/1hr—rat
137ppm/1hr—mouse
Morphine 900 THC 175mg/kg—iv mouse
Sulfate (from marijuana) 155mg/kg—iv rabbit
Strychnine 150 100mg/kg—iv dog
Sulfate
Nicotine 1 Mercury (I) Chloride 210 mg/kg—oral rat
8 mg/kg—iv mouse
Black Widow 0.55 Mercury (II) Chloride 37 mg/kg—oral rat
10 mg/kg—oral
mouse
Curare 0.50 Arsenic acid (V oxidation state) 48 mg/kg—oral rat
Rattle Snake 0.24 Arsenic trioxide (III oxidation 20 mg/kg—oral rat
state)
Dioxin Dimethylarsenic acid 700 mg/kg—oral rat
(TCDD) 0.001 (methylated arsenic form used
Botulinum as a cotton defoliant)
toxin 0.0001
Kriteria dosis toksisitas

Tabel 2. Kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan


Kriteria Dosis Dosis lethal peroral orang (bb~70Kg)
Praktis tidak toksik >15g Seperempat galon
Sedikit toksik 5-15g/Kg 1/8 s/d ¼ galon
Toksik sedang 0,5-5g/Kg Satu sendok makan-1/8galon
Sangat toksik 50-500mg/Kg Satu sendok teh s/d 1 sendok makan
Amat sangat toksik 5-50mg/Kg 7tetes s/d 1 sendok teh
Super toksik <5 mg/Kg Kurang dari 7 tetes
Sumber: Gosseelin dkk(1976)
Uji Toksisitas

Salah stau tujuan belajar toksikologi adalah supaya


mampu melakukan evaluasi keamanan suatu zat.
Uji toksisitas meliputi uji toksisitas akut, sub akut/kronis
dan uji toksisitas jangka panjang.
1. Uji toksisitas akut
toksisitas akut adalah efek berbahaya yang terjadi
segera setelah terpapar suatu zat tunggal atau
kombinasii zat sekali atau beberapa kali dalam waktu
yang singkat, sampai 24 jam. Jumlah paparan
mengacu pada jumlah yang dapat mengancam
kehidupan ( over dosis ) atau untuk pembunuhan
atau bunuh diri.
Uji toksisitas akut adalah tata cara tertentu yang
dirancang untuk menentukan dosis letal median ( LD
50, LC 50 ) suatu zat dan kemungkinan mekanisme
kerja dan target organnya. LD 50 atau LC 50
didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang
diberikan sekali ( tunggal ) atau beberapa kali dalam 24
jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan
dapat mematikan 50% hewan coba.
Tujuan/kegunaan uji toksisitas akut bukan hanya
menentukan dosis lethal 50%, mengetahui mekanisme
dan target organ dari zat toksik yang diuji, tetapin
sangat luas yaitu meliputi :
a. Menentukan range dosis ( interval dosis) untuk uji
berikutnya ( uji toksisiitas sub akut, jangka panjang )
b. Untuk mengklarifikasi zat uji, apakah masuk kategori
praktis tidak toksik, super toksik atau yang lain
sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 7.5 Klasifikasi zat berdasarkan nilai LD 50 nya

Kategori Nilai LD 50

Supertoksik 5 mg/kg atau kurang


Amat snagat toksik 5 – 50 mg/kg BB
Sangat toksik 50-500 mg/kg BB
Toksik sedang 0,5-5 g/kg BB
Toksisk ringan 5 – 15 g/Kg BB
Praktis tidak toksisk > 15 g/kg BB
Rancangan uji toksisitas akut
a. Pemilihan hewan coba
Pelaksanaan uji toksisitas akut umumnya
menggunakan tikus dan mencit. Selain itu, terdapat
banyak data toksisitas yang berhubungan dengan
hewan ini, sehingga sekalugus dapat
membandingkan toksisitas antar suatu zat. Hewan
yangbdigunakan dalam uji toksisitas akut juga akan
digunakan untuk uji-uji berikutnya seperti uji
toksisitas jangka panjang. Hewan yang digunakan
sebelumnya diaklimatisasi dan observasi minimal 1
minggu. Hewan yang dipilih harus hjomogen dan
sensitif terhadap zat uji serta mempunyai
metabolisme yang sama dengan manusia. Jumlah
hewan yang digunakan 40-60 terbagi dalam 3 atau 4
kelompok.
Cara pemberian dan penentuan dosis
Cara pemberian zat uji harus disamakan dengan
penggunaan zat tersebut pada manusia, sebelumnya
( empiris) atau yang direncanakan. Umumnya zat uji
diberikan melalui sonde. Jalur dermal dna inhalasi juga
sering digunakan, bukan hanya untuk zat yang
digunakan melalui jalur tersebut, tetapi juga untuk
menilai bahayanya bagi kesehatan orang yang selalu
berhubungan dengan zat ini.
Untuk mencari nilai LD 50 yang relatif tepat, perlu dipilih
beberapa dosis yang mematikan sekitar 50%, dan lebih
dari 50% ( sekitar 90%) dan kurang dari 50% ( sekitar
10%). Sering digunakan 4-5 atau lebih kelompok dosis
dengan harapan sekurang-kurangnya 3 dosis berada
pada rentang dosis yang dikehendaki yaitu yang dapat
membunuh 50% hewan coba. Karena dosis dalam uji
toksisitas harus berkelipatan tetap, maka 2 atau 3 dosis
harus berada pada rentang dosis yang mematikan
±10% sampai ± 90% hewan coba. Oleh karena itu,
sebelum uji dilakukan perlu orientasi untuk mencari
dosis yang kira-kira mematikan 10% dan 90% hewan
coba.
1) Orientasi dosis
* dapat menggunakan dosis empirik (lazim)
penggunaan zat tersebut ( sebagai terapi)
dikalikan dengan faktor tertentu, misalnya 5x, 10x
atau 20x, dan seterusnya, sehingga diperoleh
dosis yang mematikan sekitar 10 dan 90% hewan
coba.
* untuk tikus dan mencit, umumnya masing-masing
diguanakan 2 ekor, beri dosis 0,5;5;50;500 dan
5000 mg tiap kg/BB.
Untuk hewan yang besar, anjing atau monyet
digunakan 1 ekor, berikan dosis tertentu atau
berdasarkan dosis penggunaan empiris yang
dikalikan faktor tertentu. Tingkatkan dosis 10
kalinya setiap hari hingga hewan mati. Berikan
dosis yang mematikan tersebut di atas pada anjing
berikutnya untuk memastikan bahwa dosis
2) Penentuan dosis
Dasar penentuan dosis adalah dosis hasil orientasi
yang mematikan ±10% sampai ± 90% hewan coba.
Dua atau 3 dosis diantaranya dapat dihitung
berdasarkan rumus :

log N/n = k log a/n

Dimana :

N = dosis atau konsentrasi yang mematikan sekitar


90% ( di atas 50% ) hewan uji
n = dosis atau konsentrasi yang mematikan sekitar
10% ( di bawah 50%) hewan uji

k = ragam/varian – 1 ( k = jumlah kelompok tanpa


kontrol – 1 )
a = dosis atau konsentrasi setelah n
Dosis/ konsentrasi berikutnya setelah “a” dapat
dihitung berdasarkan rumus :

b = a ²/n, dosis c ( dosis berikutnya setelah b ) = b² /c,


dosis d = c ²/b, dan seterusnya
cara pemberian
a. Toksin diberikan pada hewan coba sebagaimana
dampaknya pada manusia.
b. Hewan dipuasakan 16 jam sebelum pemberian zat
uji
c. Biasanya diberikan dengan konsentrasi yang tetap
untuk bermacam-macam dosis daripada
berdasarkan volume yang tetap.
4. Pengamatan
a. Pengamatan hewan uji dilakukan pada jam ke1,2,4
setelah pemberian dan setiap hari setelah 7-14
hari.
b. Catat jumlah hewan yang mati selama 7-14 hari,
mati dalam rentang ≤ 3 hari, berarti mati karena
faktor dosis langsung dan jika mati pada hari ke-4
atau lebih umumnya mati karena kerusakan
organ.
c. Lakukan otopsi kasar pada hewan uji yang mati
dan beberapa hewan yang hidup terutama yang
tampak sakit pada akhir percobaan. Autopsi
dilakukan untuk menunjukkan kemungkinan
target organ dari obat
d. Amati dan catat perubahan berat badan,
pengurangan konsumsi makanan selama uji jika
ada.
e. Pemeriksaan kimia darah perlu dilakukan jika
memungkinkan sebelum percobaan dan hari ke-2,
7 dan hari ke-14 setelah pemberian obat
f. Catat tanda-tanda klinik, kapan timbulnya dan
berapa lamanya dan kapan terjadi recovery
g. Buat grafik hubungan log dosis Vs % respon, dari
grafik ini kita akan peroleh nilai LD 50, bentuk
grafik dan besarnya slope ( gradien ) serta nilai
estimasi LD1 dan LD100

Cara penentuan LD50 dan LC 50


Banyak cara untuk menentukan nilai LD50 atau LC50,
namun dalam buku ini hanya akan dibahas 4 cara, yaitu
: Cara farmakope III, Cara Weil, Cara Probit dan Cara
Read dan Muench.
A. Cara Farmakope Indonesia III ( FI III )
Untuk menghitung LD50 berdasarkan FI III, uji
harus memenuhi syarat-syarat seperti :
a. Menggunakan seri dosis atau konsentrasi yang
berkelipatan tetap.
b. Jumlah hewan percobaan atau biakan jaringan tiap
kelompok harus sama
c. Dosis harus diatur sedemikian rupa supaya
memberikan respon dari 0 – 100% dan hitungan
dibatasi di rentang tersebut.
Rumus perhitungan LD50, adalah
m = a – b (∑ pi – 0,5 )
m = log Ld50
a = logaritma dosis terendah yang masih
menyebabkan jumlah kematian 100% tiap
kelompok
b = Beda log dosis yang berurutan
pi= Jumlah hewan yang mati menerima dosis 1
dibagi jumlah hewan seluruhnya yang menerima
dosis i
B. Perhitungan nilai LD50 berdasarkan cara weil
Rumus :
Log m = log D + d(f+1)
Dimana,
m = nilai LD50
D = dosis terkecil yang digunakan
d = log dari kelipatan dosis
f = suatu nilai dalam tabel Weil, karena angka
kematian tertentu ( r )
Untuk memudahkan pemahaman dan aplikasi cara
di atas, lihat contoh perhitungan di bawah ini.
tabel 7.3 Perhitungan LD50 dengan metode FI III dan
Weil
Kel Dosis (mg/kg) Log dosis Kematian % kematian
1 1 0 1 20
2 10 1 2 40
3 100 2 4 80
4 1000 3 5 100

1) Cara FI III
a = log 1000 = 3
b = 2-1 = 1
∑pi = 1 + 0,8 + 0,4 + 0,2 = 2,4
m = 3-1(2,4 – 0,5 ) = 1,1
Anti log 1,1 = 12,59
Jadi LD50 = 12,59 mg/Kg
2) Berdasarkan metode Weil
D = 1 mg/kg
d = 10
r = 1,2,4,dan 5
f = dari tabel Weil untuk r ( kematian dalam
kelompok uji)
= 0,125 ( lihat dalam tabel Weil di lampiran 3 )
Log m = log D + log d (f+1)
= log 1 + log 10 (0,125 + 1 )
= 1,125
LD50 = anti log m
= anti log 1,125
= 13,33 mg/kg
Nilai LD50 hasil kedua perhitungan di atas ada
selisih,namun tidak signifikan. Yang penting masih
terletak antara yang menimbulkan kematian 40% dan
80%, jadi perhitungan tersebut benar. Dan, inilah cara
mengecek kebenaran perhitungan.
C. Metode Porbit
Bila frekuensi (% respon ) efek yang ditimbulkan
dihubungkan dengan dosis dalam skala logaritma,
akan diperoleh kurva berbentuk sigmoid (
menyerupai ∫ , mirip huruf S tapi panjang ). Bagian
tengah kurva, yaitu antara 16-84% respon cukup
provorsional ( lurus ) untuk memperkirakan efek
hubungan dosis versus respon, baik efek
farmakologi ( ED50) atau toksikologi (LD50). Bagian
yang relatif lurus, respon kurang dari 16% atau lebih
dari 84% dapat diluruskan dengan memprobitkan.
Prosedur ini terutama untuk menghitung nilai LD5
atau LD95 atau kalau respon kematian pada uji
toksisitas kurang dari 16% atau lebih dari 84%.
Untuk dapat menghitung LD50 atau LC50 berdasarkan
metode probit, kita harus :
1) Mempunyai tabel probit
2) Menentukan nilai probit dari % kematian tiap
kelompok hewan uji
3) Menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
Metode Porbit
4) Menentukan persamaan garis lurus hubungan
antara nilai probit dengan log dosis Y = mX + b
5) Masukkan nilai 5 ( probit dari 50% kematian hewan
coba ) pada persamaan garis lurus, pada nilai . Nilai
LD 50 atau LC50 dihitung dari nilai anti log pada
saat Y = 5
Untuk memudahkan memahami penjelsan di atas, di
bawah ini diberikan contoh perhitungan. Data-data hasil
uji toksisitas dengan dosis tertentu tercantum dalam
tabel di bawah. Jumlah hewan uji tiap kelompok 10 ekor
dan menggunakan 5 kelompok uji.
tabel 21. Perhitungan LD50 cara Porbit
Hasil uji Hasil perhitungan
Dosis Log dosis % mati Probit X² Y² XY
(mg) (X) (Y)
4 0,60 10 3,74 0,36 13,84 2,23
8 0,90 20 4,16 0,81 17,31 3,74
16 1,20 40 4,75 1,44 22,56 5,70
32 1,50 70 5,62 2,28 31,58 8,49
64 1,81 90 6,28 3,28 39,44 11,31
∑ 6,01 24,53 8,17 124,73 31,50
∑(X) ∑(Y) -n∑ (XY)
Dari tabel di atas,nilai slope (m) = -------------------------
(∑(x))² n∑ (X ²)

∑(X) ∑(XY)-∑(X²) ∑Y
Intersep (b) = ----------------------------
∑ (X))² -n∑ (X)²)
Diperoleh nilai m = 2,13 dan b = 2,34
Sehingga persamaan garis lurus hubungan antara Y
( nilai probit dari % kematian ) dengan log ( log dosis
adalah Y = 2,13X + 2,34
5 = 2,13X + 2,34
X = 1,25
Antilog 1,25 = 17,78, jadi LD50 untuk uji di atas adalah
17,78 mg/Kg.
Untuk memastikan kebenarah perhitungan anda cek
letak nilai 17,78 mg/Kg pada tabel di atas. Nilai 17,78
mg terletak antara 16 – 32 mg yang mematikan hewan
coba 40 – 70%, berarti perhitungan di atas benar.
D. cara Reed dan Mench
Jika suatu percobaan menghasilkan data di atas
( tabel 21 ), LD50 dihitung dengan metode Reed dan
Muench, sebelumnya kita harus menghitung dulu nilai-
nilai seperti :
a = prosentase kematian yang lebih kecil dari 50%
b = prosentase kematian yang lebih besar dari 50%
i = kenaikan dosis
k = dosis yang menyebabkan kematian lebih besar dari
50%
s = dosis yang menyebabkan kematian lebih kecil dari
50%
h = ukuran jarak
g = hasil perkalian antara kenaikan dosis dengan
ukuran jarak
Y = hasil penjumlahan antara g dengan log s
Untuk memudahkan pemahaman konsep di atas
kita buat tabel seperti di bawah ini.
Tabel 22. Perhitungan LD50 cara Reed dan Muench

Dosis Hewan Hewan Nilai komulatif


(mg) Mati Hidup mati Hidup Total ratio ke % ke
matian mtan
4 1 9 1 27 28 1/28 3,57
8 2 8 3 18 21 3/21 14,29
16 4 6 7 10 17 7/17 41,18
32 7 3 14 4 18 14/18 77,78
64 9 1 23 1 24 23/24 92,86
50%-a 50% - 41,18
h =--------- = ---------------- = 0,24
b-a 77,78-41,18

I = log k/s = log 32/16 = 0,30

g = h x I = 0,24 x 0,30 = 0,072

log s adalah log 16 = 1,2

Y = g + log s = 0,072 + 1,2 = 1,27

LD50 = anti log Y = 18,62 mg, Jadi LD50 = 18,62 mg/Kg


B. Uji Toksisitas Jangka Pendek dan Subkronik
Uji toksisitas jangka pendeki dikenal dengan uji
toksisitas subakut dan subkronis. Cara pelaksanaannya
dilakukan dengan memberikan zat uji secara berulang-
ulang, 1 kali sehari atau biasanya 5 kali dalam 1
minggu. Pemberian demikian dilakukan selama 10%
dari masa hidup hewan uji atau tergantung dari
lamanya penggunaan zat uji nantinya. Uji ini dilakukan
untuk melihat pengaruh paparan suatu zat yang
berulang-ulang dengan dosis yang tidak mematikan
atau dosis yang kemungkinan akan diberikan pada
manusia. Kadang-kadang dosis dinaikkan semata-mata
untuk melihat efek toksiknya dengan lebih cepat.
1. Uji toksisitas sub akut
a. Uji ini untuk menentukan besarnya dosis pada
penelitian toksisitas subkronis
b. Menentukan tempat (target organ) atau sifat efek
toksik
c. Menentukan dosis atau kadar tanpa efek (NOEL, no
effect level )
d. Protokol umum cara uji toksisitas sub akut adalah
1) Lama uji 14 hari
2) Menggunakan 3 dosis uji dan 1 kontrol
- Dosis terbesar = dosis yang pasti menumbulkan
efek toksik tetapi belum menyebabkan kematian
- Dosis terkecil = dosis yang tidak memberikan
efek toksik
- Dosis tengah = diantara kedua dosis di atas,
usahakan berkelipatan tetap
- Kontrol = semua bahan yang dipakai keduali zat
aktif umumnya adalah pelarut
per sex per kelompok
4) Jika non rodent (anjing), gunakan 3-4 ekor per
sex per kelompok
5) Dilakukan analisis kimia darah atau urin dan
histopatologi dan pemeriksaan lain-lain jika
memungkinkan.

2. Uji toksisitas subkronik


a. Lama uji 90 hari ( 13 minggu )
b. Minimal menggunakan 3 dosis dan 1 kontrol
c. Menggunakan 2 spesies, 15 tikus per sex per
kelompok dan 4 anjing per sex per kelompok
d. Rute pemberian umumnya melalaui diet atau
minuman. Melalui minuman dipilih jika zat uji
bereaksi dengan salah satu makanan. Untuk zat
yang aktif, mudah menguap atau tidak ada
rasanya pemberian dapat menggunakan sonde.
Observasi yang diperlukan pada uji toksisitas jangka
pendek ( sub akut atau sub kronis adalah :
a. Melihat perubahan fisiologi, termasuk BB, intake
makanan dan minuman.
b. Hematologi, nilai Hb, hematokrit, jumlah sel darah
putih, tes koagulasi darah dan sel darah merah
c. Pemeriksaan biokimiawi yang meliputi :
metabolisme karbohidrat (glukosa), fungsi hepar (
SGPT,SGOT) dan serum alkali fosfat) dan fungsi
ginjal.
d. Biopsi dan nekropsi. Biopsi adalah teknik yang
berguna untuk memantau abnormalitas organ
seperti hati, ginjal, dan sum-sum tulang belakang.
Pada yang mati harus dilakukan nekropsi sesegera
mungkin untuk mengetahui penyebab kematian.
Berat organ harus ditimbang dan dilakukan analisa
makroskopi dan histopatologi.
e. Pemeriksaan lain mungkin diperlukan seperti ECG,
penglihatan dan pendengaran.
Menentukan C aman NH3 di lingkungan kerja.?
NAB NH3 mnrut Permenaker 13/2011 tdk
benar?karn hanya mengadopsi milik NAB nya
amerika.
Karena pd beberapa penelitian sebelumnya,pada
konsentrasi amonia 0,05 ppm sdh memberikan efek
pd pekerja di pabrik srung tangan yg banyak
terpapar amonia, juga di TPA sampah.
Pwenelit\ian dimulai dari uji akut amonia.
Dilanjutkan uji sub akut untuk menentukan
NOAEL (dosis amonia tertinggi tanpa efek pd
hewan coba).Setelah itu menentukan RfC
(konsentrasi amonia yang direfrensikan pada
manusiasetelah diekstrapolasi dari
hewan/mencit)amonia. Kemudian menetukan C
amonia aman bagi manusia, atau NAB amonia,
Temuannya, C aman amonia adalah 0,025
ppm.sedangkan NAB amonia 25 ppm. 1/1000 kali
NAB.
Dipaparkan toksin A 20 mg/m3.Ternyata 4 ( dari 8
ekor atau 50%) ekor mati dalam 1 hari. Berarti LD
50 A = 20 mg/m3. X X X X X X X X X
I: Penelitian I: akut : ada 5 macam dosis
1, 10, 100,1000,10000
Kesimpulan:
Dosis tidak berefek : tidak menyebabkan efek
pada hewan coba (10)
dan dosis berefek: menyebabkan efek tapi tdak
mematikan (100)
II: menentukan NOAEL (dosis tertinggi tanpa efek
ambil 5 macam variasi dosis dari 10 – 100
urut-2 an: 10,18,36,54,72,90 100.
Untuk uji sub akut digunakan 5 kelompok
mencit,masing- isi 4 ekor.
Kesimpulan: Dosis tertinggi tanpa efek ?
(NOAEL)

Anda mungkin juga menyukai