Laporan Kelompok Studi Lapangan Kelompok 1 Angkatan VI
Laporan Kelompok Studi Lapangan Kelompok 1 Angkatan VI
LOCUS
DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SISTEM PERPUSTAKAAN TERPADU JOGJA LIBRARY FOR ALL
(SEPATU JOLIFA)
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KETUA : Hj. URIP SANTOSO (NAK-11)
SEKRETARIS : BAMBANG ELFRIADY EKA SAPUTRA (NAK-3)
ANGGOTA :
AGUS CHANDRA WIRAWAN (NAK-1)
AGUSTRIADI (NAK-2)
HADRIANSYAH (NAK-4)
MANIS SUHARJO (NAK-5)
MUHAMAD IRWAN (NAK-6)
NICOLAS PUTRA EFFENDY (NAK-7)
ROLY IRHAMNA (NAK-8)
SALMADI (NAK-9)
SAMUEL (NAK-10)
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELOMPOK
PELAKSANAAN STUDI LAPANGAN VIRTUAL
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR (PKA)
ANGKATAN VI TAHUN 2022
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KETUA : Hj. URIP SANTOSO (NAK-11)
SEKRETARIS : BAMBANG ELFRIADY EKA SAPUTRA (NAK-3)
ANGGOTA :
AGUS CHANDRA WIRAWAN (NAK-1)
AGUSTRIADI (NAK-2)
HADRIANSYAH (NAK-4)
MANIS SUHARJO (NAK-5)
MUHAMAD IRWAN (NAK-6)
NICOLAS PUTRA EFFENDY (NAK-7)
ROLY IRHAMNA (NAK-8)
SALMADI (NAK-9)
SAMUEL (NAK-10)
Telah dipresentasikan dan disetujui pada hari Kamis tanggal 24 Maret 2022
PEMBIMBING :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa yang telah
memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga penulisan Laporan Studi
Lapangan Virtual Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan VI
tahun 2022 ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Laporan ini sesungguhnya bukanlah sebuah kerja individual dan akan sulit
terlaksana tanpa bantuan banyak pihak yang tak mungkin Penulis sebutkan
satu persatu, namun demikian penulis mengucapkan terima kasih kepada :
iii
DAFTAR ISI
A. Peran Kepemimpinan............................................................. 26
A. Kesimpulan ........................................................................... 47
B. Saran .................................................................................... 47
iv
BAB I
A. Profil Organisasi
1
perkembangan perpustakaan pada masa itu. Setelah mengalami
Aksi Militer Belanda ke-II, maka dengan modal yang masih ada,
Perpustakaan mendapat gedung di Jl. Tugu 66, bekas “Openbar
Leesaal en Bibliotheek” buatan Belanda dan mendapat tambahan
alat-alat meubeler serta buku – buku dari OLB tersebut. Sejak
itulah persiapan-persiapan dilanjutkan dengan penuh ketekunan,
di samping penambahan formasi pegawai.
Sejak permulaan tahun 1950, ruang baca tidak hanya dibuka pada
jam–jam kerja pagi hari saja, tetapi juga tiap-tiap sore dari jam
18.00 hingga 20.00 WIB. Perpustakaan Negara berkembang terus,
dari bukan ke bulan dan dari tahun ke tahun, akhirnya pada
tanggal 17 Maret 1952 Perpustakaan Negara harus meninggalkan
gedung di Jl. Tugu 66 (sekarangJl. P Mangkubumi), karena sudah
tidak memenuhi syarat kebutuhan lagi dan pindah ke gedung yang
lebih besar dari Jl. Malioboro175, yakni bekas toko buku dan
penerbitan “Kolf Bunning” hingga saat ini.
3
anak. Sebagai Pusat Informasi, Perpustakaan Negara di
Yogyakarta mulai menerbitkan Bibliografi Daerah merupakan
sarana untuk mengetahui karya-karya penerbitan yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan biaya dari Proyek
Pengembangn Perpustakaan
5
Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Tindak lanjut dari
Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1989 terbit Surat Keputusan
Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor: 001/Org/9/1990,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional.
Berdasarkan SK tersebut memantapkan Perpustakaan Daerah,
baik secara organisatoris maupun dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
6
Pada tanggal 21 Desember 2015 pemerintah Yogyakarta telah
resmi memiliki gedung perpustakaan terbesar di Indonesia yang
diberi nama Grahatama Pustaka yang terletak di Jalan Janti,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Peresmian Perpustakaan
terbesar ini dilakukan oleh Gubernur Yogyakarta Sultan
Hamengku Buwono X. Nama Grahatama Pustaka mengandung
arti tempat menyimpan swaka. Karena di Perpustakaan ini
terdapat berbagai koleksi buku yang masih baru hingga buku
langka yang sudah dicetak lagi, baik dalam bentuk buku maupun
digital. Gedung perpustakaan baru ini dirancang untuk
mengakomodir fungsi perpustakaan sebagai institusi yang mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi bagi masyarakat luas. Gedung tersebut
dibangun dengan empat menara menjulang yang mengandung
makna empat kesempurnaan orang Jawa, yaitu Prakoso, Wulung,
Wangi, dan Agung. Perpustakaan itu diharapkan mampu menjadi
pintu gerbang bagi manusia dalam mencapai derajat tertinggi
melalui pengetahuan yang terkandung dalam berbagai koleksi
perpustakaan tersebut.
7
menunjukkan kartu tanda pelajar atau kartu tanda mahasiswa,
sedangkan masyarakat Yogyakarta cukup dengan menunjukan
kartu tanda penduduk (KTP) untuk mendapatkan kartu
perpustakaan. Pengunjung perpustakaan ini akan dilayani oleh
sebanyak 30 tenaga kontrak
8
Secara umum hirarkie pencapaian Visi dan Misi Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah dapat digambarkan dalam
Hirarkie perencanaan sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomo 70 Tahun 2018 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
9
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, terdiri atas :
(i) Subbag Program;
(ii) Subbag Keuangan;
(iii) Subbag Umum.
c. Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Informasi terdiri
atas:
(i) Seksi Deposit, Pengelolaan Bahan Pustaka, dan
Informasi;
(ii) Seksi Pelestarian Bahan Pustaka.
d. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan terdiri
atas
(i) Seksi Pembinaan Perpustakaan; dan
(ii) Seksi Pengembangan Minat dan Budaya Baca.
e. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sistem Kearsipan,
terdiri atas :
(i) Seksi Pembinaan dan Pengawasan Kearsipan;
(ii) Seksi Pengelolaan Arsip;
f. Bidang Pelestarian dan Layanan Arsip, terdiri atas :
(i) Seksi Pelestarian Arsip; dan
(ii) Seksi Layanan Arsip.
g. Unit Pelaksana Teknis, dan
h. Jabatan Fungsional.
10
Struktur organisasi Dinas Perpustakan dan Arsip Daerah DIY tahun saat
ini adalah sebagai berikut :
2. Tugas
3. Fungsi
11
Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program kerja Dinas.
b. Perumusan kebijakan teknis bidang perpustakaan dan
kearsipan.
c. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian bidang kearsipan kabupaten/kota.
d. Pelaksanaan koordinasi bidang perpustakaan
kabupaten/kota.
e. Pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan bahan pustaka
dan arsip.
f. Pembinaan perpustakaan Perangkat Daerah.
g. Pembinaan dan fasilitasi perpustakaan dan kearsipan pada
Satuan Pendidikan Menengah dan Sekolah Luar Biasa di
lingkungan Pemerintah Daerah.
h. Fasilitasi penyelenggaraan urusan perpustakaan dan
kearsipan Pemerintah Kabupaten/Kota.
i. Pengelolaan arsip sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
j. Pembinaan dan pengawasan kearsipan pada pencipta arsip di
lingkungan Pemerintah Daerah dan lembaga kearsipan
daerah kabupaten/kota.
k. Pelindungan, pelestarian, pengembangan, pemanfaatan
bahan pustaka dan dokumen/arsip sebagai warisan budaya.
l. Fasilitasi pengelolaan bahan pustaka dan arsip kasultanan
dan kadipaten.
m. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja bidang
perpustakaan dan kearsipan.
n. Pelayanan perpustakaan dan kearsipan.
o. Pembinaan jabatan fungsional pustakawan dan arsiparis di
lingkungan Pemerintah Daerah.
p. Penyelenggaraan kegiatan kesekretariatan.
12
q. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
urusan pemerintahan bidang perpustakaan dan kearsipan
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota.
r. Pemantauan, pengevaluasian, dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan bidang perpustakaan dan kearsipan.
s. Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
t. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas Dinas.
u. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsi Dinas.
1. Man
a. SDM banyaknya Perpustakaan di DIY (39) buah
perpustakaan.
Dukungan stakeholder atau 39 Perpustakaan yang ikut
bergabung di Sepatu Jofita memberikan kontribusi yang
sangat besar karena menambah ketersediaan referensi yang
di butuhkan pemustaka dan menciptakan sinergisitas yang
saling menguntungkan.
b. Pemustaka yaitu pengunjung pustaka, tinggi kunjungan
pemustaka baik yang bersifat online maupun offline
menandakan bahwa kehadiran Sepatu Jofita dapat
membantu mereka memenuhi kebutuhan.
c. Komitmen dari tiap tiap Pimpinan, Point penting dari
keberhasilan Sepatu Jofita sangat ditentukan dari tingginya
Komitmen dari Pimpinan dalam hal ini Komitmen Pimpinan
Tertinggi Raja Hamengku Buwono X sekaligus sebagai
Gubernur DIY yang kemudian menjadi komitmen seluruh
Pimpinan untuk mendukung terwujudnya keberhasilan
Sepatu Jofita secara berkelanjutan.
13
d. Dukungan dan Etos kerja yang tinggi berorientasi pada
kinerja dari seluruh SDM. Budaya kerja yang sudah
terbangun dari seluruh SDM menghasilkan kinerja pelayanan
yang tinggi .
e. Budaya baca
Keberhasilan Dinas perpustakaan dan Arsip daerah dalam
membangun infrastruktur Sistem Perpustakaan Terpadu
Jogja Library For All (Sepatu Jolifa) tidak lepas dari minat
baca masyarakat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Media
a. Teknologi ada beberapa teknologi yang ada disana.
Jaringan kerja sama antar perpustakaan berbasis teknologi
informasi. Jenis layanannya yaitu integrasi informasi 39
perpustakaan yang meliputi data katalog buku, e-resources,
informasi fasilitas perpustakaan, dan informasi buku
unggulan.
b. Sistem pengelolaan mandiri
Untuk mencapai tujuan berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan diperlukan Sistem Pengeolaan Mandiri, tetapi
terdapat berbagai cara yang berbeda dalam pencapaiannya..
Pemerintah DIY memiliki otonomi tertentu untuk
mengembangkan tujuan kebijakan, strategi manajemen,
distribusi SDM dan sumber daya lainnya, memecahkan
masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi masing-
masing. Karena dikelola secara mandiri maka mereka lebih
memiliki inisiatif dan tanggung jawab.
c. Geografis
Secara administratif, wilayah DIY dibatasi dengan Kabupaten
Magelang (di sebelah barat laut), Kabupaten Klaten (di sebelah
timur), Kabupaten Wonogiri (di sebelah tenggara), dan
14
Kabupaten Purworejo (di sebelah barat). Secara administratif,
DIY terbagi dalam 5 (lima) wilayah daerah tingkat II yaitu :
3. Money
a. Perencanaan & Pembiayaan yang berkelanjutan.
Penguatan Regulasi dengan membuat Perda / Perkada (dalam
hal ini yaitu Perda tentang Integrasi dan Otomasi
Perpustakaan dan Perkada tentang Penyelenggaraan
15
Perpustakaan Digital) sehingga dengan dasar tersebut
Organisasi Perangkat Daerah pengampu dapat
menganggarkan kegiatan/inovasi tersebut dalam APBD
secara berkesinambungan.
b. Pembayaran pengantaran ditanggung APBD
Dukungan pemerintah daerah dalam ketersediaan anggaran
meliputi dari proses perencanaan, implemetasi sampai
evaluasi.
4. Machine
a. 1 ( satu ) akun untuk semua/terintegrasi
Terintegrasi adalah komunikasi daring, komunikasi yang
menggunakan perantara jaringan internet dan teknologi yang
sesuai sehingga bisa berhubungan satu sama lainnya.
b. Upgrade Insfrastruktur teknologi informasi
Membaharui insfratruktur ( sumber daya ) yang berhubungan
dengan teknologi informasi
c. Koleksi digital liblary
Koleksi perpustakaan atau arsip yang dikonversikan kedalam
format yang terbaca oleh mesin ( machine – redable format )
untuk tujuan pelastarian atau penyedia akses elektronik.
5. Methode
a. Political will
Political will Pemerintah Daerah DIY dalam bentuk kebijakan
yang mendukung terselenggaranya program sepatu jolifa
melalui perencanaan dan penganggaran yang berlanjut.
Dalam hal penganggaran pengembangan program sepatu
jolifa terus mengalami penangkatan.
b. Otomasi
Proses Otomasi Perpustakaan pada aplikasi Sepatu Jolifa
adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan
16
menggunakan bantuan Teknologi informasi (TI). Proses
otomasi dilaksanakan pada 39 Perpustakaan yang
terintegrasi Sistem Otomasi Perpustakaan menggunakan
aplikasi VuFind yang beroperasi berdasarkan pangkalan data
untuk mengotomasikan kegiatan perpustakaan. Dengan
batuan Teknologi informasi maka beberapa pekerjaan
manusia dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses
pengolahan data koleksi menjadi lebih cepat dan akurat
untuk ditelusur kembali.
c. Kolaborasi antar stakeholder
Sistem perpustakaan terpadu Sepatu Jolifa dibangun atas
dasar kesadaran untuk kolaborasi dalam rangka memenuhi
keterbatasan sumber daya layanan informasi. Kolaborasi
dilakukan untuk saling memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat melalui berbagi koleksi berupa buku cetak
maupun elektronik, fasilitas dan ruang perpustakaan, dan
sarana TIK di perpustakaan
d. Menjaga keberlangsungan aplikasi
Hal – hal yang diperlukan dalam menjaga keberlangsungan
aplikasi :
1) Menjaga konsistensi kelangsungan aplikasi, Sumber
daya pelayanan dan transfer knowledge
2) Melakukan Update Infrastruktur Tekhnologi Informasi
3) Melakukan Riset & Development
e. Adanya SOP dan Standard Pelayanan
Dalam rangka pelayanan kepada pemustaka penyusunan
Standard Operating Proceduresm enjadi lebih penting. SOP
disusun sebagai Serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
administrasi pemerintahan, bagaimana dan kapan harus
dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan agar pelayanan
lebih cepat dan akuntable. Sedangkan Standart Pelayanan
17
merupakanSuatu tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
f. Menjaga kualitas SDM
Dalam rangka menjaga kualitas SDM Sepatu Jolifa
melakukan training SDM penunjang layanan TI meliputi
training virtual melalui penggunaan aplikasi Zoom, dan
beberapa aplikasi layanan lainnya serta training offline.
g. Reward Dan Punishment
Reward merupakan bentuk apresiasi dalam usaha untuk
mendapatkan tenaga kerja yang profesional sesuai dengan
tuntutan jabatan. Diperlukan suatu pembinaan yang
berkesinambungan, yaitu suatu usaha kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan
pemeliharaan tenaga kerja agar mampu melaksanakan tugas
dengan efektif dan efisien. Sebagai langkah nyata dalam hasil
pembinaan maka diadakan pemberian reward pegawai yang
telah menunjukan prestasi kerja yang baik.
Punishment adalah ancaman hukuman yang bertujuan
untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada
pelanggar (Mangkunegara, 2000).
Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam
memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para
pegawai di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dalam
meningkatkan kinerjanya.
h. Regulasi
Regulasi adalah seperangkat peraturan untuk mengendalikan
suatu tatanan yang dibuat supaya bebas dari pelanggaran
dan dipatuhi semua anggotanya.
18
Regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk
membantu mengendalikan suatu kelompok, lembaga/
organisasi, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu
dalam kehidupan bersama, bermasyarakat, dan
bersosialisasi.
Regulasi adalah kata serapan dari bahasa Inggris “Regulation”
yang artinya aturan. Menurut Collins Dictionary, regulasi
adalah aturan yang dibuat oleh pemerintah atau otoritas lain
untuk mengontrol cara sesuatu yang dilakukan atau cara
orang berperilaku yang dibuat dalam Peraturan Daerah
sehingga dapat mengikat dan mengatur Para Pemangku
Kepentingan dalam melaksanakan tugasnya khususnya
Sepatu Jalipa.
i. Komunikasi Melalui Lobby dan Persuasi
Komunikasi persuasi merupakan suatu usaha mengubah
sikap, kepercayaan atau tindakan audiens untuk mencapai
suatu tujuan. Secara sederhana, komunikasi persuasi yang
efektif adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu
pesan dengan cara yang membuat audiens merasa
mempunyai pilihan orang lain, memberi saran agar prosedur
operasi lebih efisien mengumpulkan suatu dukungan untuk
kegiatan tertentu. dan membuatnya mereka setuju.
“Lobi” dalam Bahasa Indonesia sering dikaitkan dengan
kegiatan politik dan bisnis. Perkembangan dewasa ini Lobi-
melobi tampaknya tidak terbatas pada kegiatan tersebut
namun mulai dirasakn oleh manajer organisasi untuk
menunjang kegiatan manajerial baik sebagai lembaga
birokrat maupun lembaga usaha khususnya dalam
pemberian pelayanan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, melobi ialah
melakukan pendekatan secara tidak resmi, sedangkan
pelobian adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup
19
usaha individu atau kelompok untuk menghubungi para
pejabat pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan
mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat
menguntungkan sejumlah orang.
Aplikasi Sepatu Jalipa dalam melaksanakan system dan
metode pelaksanaannya melakukan lobby dan pendekatan
persuasif kepada masing – masing Stckholder sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
j. Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah proses perencanaan kegiatan yang
dibuat untuk mengantisipasi terjadinya risiko perusahaan.
Termasuk adanya kegiatan identifikasi, perencanaan,
strategi, dan penilaian hal-hal negatif yang dapat bekerja.
Selain definisi umum seperti yang di jelaskan diatas, ada juga
beberapa definisi dari berbagai ahli mengenai manajemen
risiko seperti :
1) Menurut Bramantyo
Definisi manajemen risiko menurut Bramantyo adalah
proses terstruktur dalam mengidentifikasi, memetakan,
mengukur, mengembangkan solusi penanganan risiko.
2) Menurut Djojosoedarso
Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi
manajemen dalam mengelola risiko, termasuk pada
risiko yang dihadapi oleh perusahaan, keluarga dan
masyarakat. Didalamnya termasuk pada aktivitas
merencanakan, menyusun, mengorganisir kegiatan
penanggulangan risiko.
Aplikasi Sepatu Jalipa dimana terdapat system silang
tukar dan bila terjadi kerusakan ataupun hilang data
menjadi tanggung jawab instansi peminjam.
20
k. Evaluasi Berkala
Dengan adanya evaluasi secara rutin, maka masalah-
masalah yang timbul dalam usaha Anda akan lebih cepat
diatasi dan peluang untuk pengembangan bisa lebih cepat
dilakukan. Anda dapat menentukan sendiri mau berapa lama
sekali melakukan evaluasi rutin ini. Bisa 1 tahun sekali, 6
bulan sekali, 3 bulan sekali, bahkan untuk beberapa kasus
dilakukan 1 bulan sekali.
Dalam menggukur keberhasilan system ini dilakukan
evaluasi secara berkala sehingga dapat mengetahui factor
keberhasilan dan factor kekurangganya.
l. Sinergitas Antar Perpustakaan
Dimana dalam system ini masing – masing perpustakaan
yang terdapat di Wilayah Daerah Istemewa Yogyakarta dapat
terkoneksi satu dengan yang lainnya seorang pemustaka
dapat mencari buku atau literasi dari satu tempat saja tidak
perlu pindah keperpustakaan lain.
m. Tidak Beroreintasi Profit
Sistem Sepatu Jalipa bahwa peminjaman buku sifatnya gratis
tidak ada pembayaran malah pemustaka mendapatkan
diskon ataupun potongan.
n. Dimanapun dan kapanpun bisa diakses
Pemustaka dalam mencari buku atau literasi di salah satu
perpustakaan tapi buku atau literasi tidak terdapat,
pemustaka tidak perlu pindah perpustakaan lain tapi cukup
dari tempat dia berada saja.
6. Marketing
a. Pelayanan Silang Kunjung Silang Pinjam
Layanan ini di berikan perpustakaan kepada pemustaka
apabila informasi yang diinginkan tidak tersedia di
21
perpustakaan, maka petugas menawarkan jasa ini kepada
pemustaka, misal bekerjasama dengan pestaka UGM
b. Pelayanan yang inklusif bukan ekslusif
Sistem layanan yang mengatur agar difabel dapat dilayani
perpustakaan terdekat dengan memunculkan dorongan,
motivasi untuk membaca
c. Adanya kurir untuk mengantar buku untuk peminjam
Adanya jasa pengantaran untuk pemustaka yang meminjam
literature yang tidak ada diperpustakaan tempat meminjam,
ini dilakukan oleh petugas/kurir yang disediakan oleh
perpustakaan tempat literature tersebut berasal.
d. Tidak diperlukannya jaminan untuk pemustakan
Perpustakaan tidak memerlukan jaminan atau agunan
kepada pemustaka sebagai bentuk kepercayaan kepada
public
e. Sistem diskon/member
Salah satu strategi promosi sebagai penghemat biaya baik
secara offline maupun online
22
Tabel 1
Analisa USG
KRITERIA TOTAL
NO SITUASI/ KESERIUSAN PENILAIAN
U S G
knowledge
4 Inklusifitas pelayanan 3 4 5 12
23
E. MENGIDENTIFIKASI KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) YANG
PENTING UNTUK MENJAGA KEBERLANGSUNGAN KEUNGGULAN
STRATEGI DAN MANAJEMEN KINERJA.
Tabel 2
Analisa Key Performance Indicator
24
F. MERUMUSKAN LESSON LEARNT HASIL STUDI LAPANGAN.
25
BAB II
LESSON LEARNT KEPEMIMPINAN KINERJA
A. Peran Kepemimpinan
1. Pengertian
Menurut Miftah Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi (1983:
255) pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan 11
memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Menurut Robin (1996), Pemimpin adalah seseorang yang mampu
untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja bersama-
sama menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan
bersama.
Menurut Ordway Teod dalam bukunya” The Art Of Leadership”
(Kartono 1998: 38) kepemimpinan merupakan kegiatan
mempengaruhi orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang mereka inginkan.
Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang
menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain
ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu
Pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki peranan penting
dalam mengarahkan dan mempengaruhi para bawahannya. Tanpa
adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi
niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai
dengan visi dan misinya.
2. Peran Pemimpin
“Pemimpin tidak memaksa orang lain untuk mengikutinya – dia
mengundang orang untuk ikut dalam sebuah perjalanan.” (Charles
Lauer).
Peran Pemimpin dalam organisasi adalah sebagai berikut :
a. Peran interpersonal (antar manusia). Peran ini terdiri atas :
26
1) Figur kepala (figur head), pemimpin mewakili organisasi
untuk kegiatan-kegiatan di luar organisasi
2) Pemimpin (leader), manajer mengoordinasikan,
mengendalikan, memotivasi, dan mendukung
bawahannya agar mampu melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya secara optimal.
3) Penghubung (liaison): manajer menghubungkan
personal di semua tingkatan manajemen. yang dimaksud
dengan peran selaku penghubung, adalah kegiatan
pemimpin untuk melakukan hubungan selain hubungan
ke atas menurut jalur komando
b. Peran informational: peran dari manajer sebagai pusat syaraf
(nerve center) organisasi 20 untuk menerima informasi yang
paling mutakhir dan sebagai penyebar (disseminator)
informasi ke seluruh personel di organisasi. Secara rinci
peran tersebut adalah :
1) Peran selaku pencatat (monitor)
2) Peran selaku penyebar (disseminator)
3) Peran selaku juru bicara
c. Peran decisional / pengambil keputusan. Peran ini terdiri
atas:
1) Peran entrepreneur. Pemimpin bertanggungjawab untuk
memajukan dan menyesuaikan organisasinya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi.
2) Peran menangani gangguan. Organisasi selalu
menghadapi permasalahan baik permasalahan yang
disebabkan oleh internal maupun eksternal.
3) Peran selaku pembagi sumberdaya, Peran ini menitik
beratkan tanggungjawab pemimpin untuk menentukan
“siapa akan dapat apa, siapa akan melakukan apa”
dalam organisasi yang dipimpinnya.
4) Peran selaku perunding.
27
3. Peran Pemimpin dan Gaya Kepempinan Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta.
28
paling utama dari peran kepemimpinan Kepala Daerah dan Kepala
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY adalah keberhasilan
dalam hal transformasional kepemimpinan yang dapat
melanjutkan visi dan misi yang telah dicanangkan serta
kemampuan dalam membangun sinergitas dengan stakeholder
internal dan eksternal serta berkelanjutan menuju pelayanan
keperpustakaan kearah yang lebih baik.
B. Inovasi Pelayanan
Menurut Sa’ud, inovasi adalah pilihan kreatif, pengaturan, serta
seperangkat manusia dengan Sumber-sumber material baru, dan juga
menggunakan cara-cara yang unik guna menghasilkan peningkatan
atas pencapaian yang telah menjadi tujuan sebelumnya.
Inovasi ialah semua hal baru yang berangkat dari ilmu pengetahuan,
serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan sangat dibutuhkan dalam pengembangan inovasi.
Pelayanan publik Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
29
Dengan bahasa populer replikasi inovasi pelayanan publik dilakukan
dengan proses yang mudah yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi atau
disingkat dengan ATM.
2. Implementasi
Strategi dan Langkah kunci sebagai berikut :
a. Tahun 2015 Penandatanganan komitmen kolaborasi
39 perpustakaan selesai dilaksanakan.
b. Tahun 2016 dilakukan Upgrade aplikasi Sistem Perpustakaan
Terpadu Jogja Library for All dengan penambahan fitur utama
yaitu fitur Teknik harvesting data dan fasilitas pinjam koleksi
antar perpustakaan. Pada tahun 2017 dilakukan ujicoba
sistem dan perbaikan celah sistem . Pada tahun 2018
dilaksanakan operasional layanan.
30
Teknologi Informasi dan komputer di Sepatu Jolifa meliputi :
1) Sumber Daya Manusia TIK, meliputi Person in Charge
(PIC) Pengelola Anggota, Content Web, dan Pengelola
teknis jaringan.
2) Aplikasi sistem perpustakaan terpadu
3) Data dan Informasi yang meliput ; katalog koleksi
perpustakaan, Institutional repository (abstrac/fulltex),
eresources (abstract/full text), koleksi Digital library,
informasi fasilitas perpustakaan, informasi buku
unggulan.
4) Infrastuktur meliputi Komputer server, Perangkat
penyimpan data, Web Hosting
c. Tahun 2019 berproses menyusun regulasi sisem
perpustakaan terpadu. Komitmen kolaborasi pada awalnya
dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama antara Pemda DIY
dengan Perpustakaan. Dengan jumlah permintaan
bergabung ke sistem perpustakaan terpadu yang semakin
bertambah, mekanisme perjanjian kerjasama kemudian di
usulkan untuk dinaikkan menjadi regulasi yang lebih tinggi
melalui peraturan Gubernur.
Peraturan Gubernur mengamanatkan bahwa semua
perpustakaan di DIY wajib terintegrasi dan bergabung dalam
sistem perpustakaan terpadu Jogja Library for All.
3. Dampak Sebelum / Sesudah
Dampak yang dirasakan setelah adanya Sepatu Jolifa dapat terlihat
dari table berikut :
Tabel 3
Aspek Manfaat
31
masing aplikasi, dari mana
perpustakaan saja dan kapan saja
4. Keberlanjutan
32
4) Kolaborasi Person In Charge (PIC) di masing-masing
perpustakaan sebagai petugas teknis operasional layanan.
33
pelaksanaan sistem kearsipan pola baru secara utuh dan
konsisten.
34
Pelaksanaan sertifikasi dilaksanakan oleh Direktorat Akreditasi
dan Profesi Kearsipan ANRI dengan mengelompokan sertifikasi
SDM kearsipan menjadi dua sertifikasi yaitu kompetensi profesi
dan sertifikasi status profesi.
35
urusan pilihan, artinya apapun kondisi pemerintahan maka
masalah kearsipan harus menjadi perhatian.
c. Penguatan sumber daya manusia kearsipan
Dalam rangka penguatan SDM kearsipan berbagai upaya
yang dapat ditempuh antara lain :
1) Memenuhi kebutuhan arsiparis trampil dengan latar
pendidikan Diploma 3 Kearsipan dan arsiparis ahli
dengan latar belakang pendidikan Diploma 4 Kearsipan
atau S1 Kearsipan/Non kearsipan dengan melalui Diklat
Penciptaan Arsiparis Ahli, yang tersebar di Satuan
Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta
2) Meningkatkan kualitas arsiparis melalui pendidikan D4,
S1, S2, S3
3) Meningkatkan kemampuan ketrampilan arsiparis
melalui, seminar, work-shop, pedidikan dan pelatihan
yang diselenggarakan oleh Pusdiklat ANRI, Badan Diklat,
dan Bimbingan Teknis Kearsipan oleh BPAD
4) Meningkatkan kompetensi pejabat struktural pengelola
arsip dinamis di Satuan Organisasi Perangkat Daerah
maupun di Lembaga Kearsipan melalui Pendidikan dan
Latihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat ANRI.
5) Meningkatkan kemampuan berbahasa asing,
6) Meningkatkan kemampuan intelektual bagi arsiparis
melalui Jurnal yang diakui secara
Nasional/Internasional
36
D. Membangun Jejaring Kerja Dan Kolaborasi Stakeholders
Jejaring kerja kemitraan atau sering disebut partnership, secara
etimologis berasal dari akar kata partner. Partner dapat diartikan
pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon. Sedangkan partnership
diterjemahkan persekutuan atau perkongsian. Dengan demikian,
kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu
bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh
hasil yang lebih baik. Membangun jejaring kerja kemitraan pada
hakekatnya adalah sebuah proses membangun komunikasi atau
hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling
percaya trust dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang
bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau
kesepakatan guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar.
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa membangun Jejaring Kerja
kemitraan dapat dilakukan jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi
persyaratan berikut :
1. Ada dua pihak atau lebih organisasilembaga
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan
organisasilembaga.
3. Ada kesepakatankesepahaman
4. Saling percaya dan membutuhkan
5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Pengembangan Jejaring kerja diperlukan adanya kolaborasi yang
melibatkan stakeholders. Kolaborasi saat ini menjadi bagian penting
karena dengan kolaborasi masing-masing stakeholders dapat duduk
bersama dalam satu forum, membangun kesepahaman dan komitmen
serta merasa tanggung jawab dalam kelangsungan pembangunan.
Jejaring kerja dalam JOGJA LIBRARY FOR ALL ini melibatkan 39
perpustakaan yang ada di DIY, Dinas perpustakaan dan arsip daerah
DIY, dan beberapa perguruan tinggi di DIY dan Dinas Kominfo DIY
37
E. Penerapan Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang
mengintegrasikan dan memanfaatkan informasi kinerja dalam proses
pengambilan keputusan. Integrasi berarti informasi kinerja menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam siklus manajemen, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengendalian.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
secara Best practice mampu menerpakan manajemen kinerja yang
sangat baik hal ini dapat dilihat dari capaian output dan outcome
(manfaat) yang telah dirasakan oleh masyarakat dalam hal
penyelenggaraan pelayanan public.
Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2020 memperoleh nilai
83,93 Kategori A dengan interpretasi memuaskan, memimpin
perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel.
Melalui Inovasi Sistem Perpustakaan Terpadu Jogja Library For All
(Sepatu Jolifa) mampu mengintegrasikan 39 Perpustakaan di DIY yang
diakses secara online dan offline, Memberikan kemudahan baik dari
sisi waktu, ekonomi, aksesibilitas baik untuk anggota maupun non
anggota. Sistem Perpustakaan Terpadu Jogja Library For All (Sepatu
Jolifa) meraih penghargaan Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
Tahun 2019 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.
38
Risiko dapat dikarakterisasikan dalam dua hal yaitu:
a. Threat (ancaman), contohnya yaitu kemungkinan
terputusnya aliran listrik dari PLN bagi layanan
perpustakaan.
b. Concequences (konsekuensi), contohnya yaitu akibat dari
putusnya aliran listrik dari PLN ke perpustakaan
menimbulkan kerusakan pada database center, hardisk
rusak ataupun kehilangan data perpustakaan.
39
2. Sumber ancaman
Sumber ancaman dari risiko dapat dikategorikan dalam 3 kategori
yakni alamiah, teknis dan manusia. Kerangka Kerja Manajemen
Risiko Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan.
Secara umum penerapan manajemen risiko sistem informasi
manajemen perpustakaan dapat dilaksanakan dalam 7 fase
kegiatan utama, yaitu:
a. Fase I : Kajian Risiko.
Dalam fase kajian resiko perpustakaan harus melakukan
kegiatan kajian risiko dengan melalukan kegiatan antara lain:
1) Mengidentifikasi semua ancaman yang mungkin dapat
terjadi yang mengganggu kelancaran sistem informasi
manajemen perpustakaan dan data center
perpustakaan. Sumber ancaman dari faktor alamiah,
teknis dan manusia sebisa mungkin diidentifikasi secara
maksimal dan periodik berdasarkan rentang waktu yang
telah ditentukan.
2) Mengidentifikasi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi
akibat dari ancaman tersebut. Misalnya banjir yang
menyebabkan terendamnya data center, atau putusnya
aliran listrik akibat gardu listrik yang terendam banjir.
3) Mengidentifikasi konsekuensi dari kejadian-kejadian
tersebut bagi perpustakaan. Misalkan terputusnya
aliran listrik akan mengakibatkan semua layanan sistem
informasi perpustakaan menjadi terhenti dan terganggu.
Perpustakaan tidak melayani pemustaka yang mencari
informasi. Kerusakan hardware dan software pun dapat
menimbulkan konsekuensi terhentinya layanan
informasi perpustakaan kepada pemustaka.
4) Menghitung besaran biaya yang ditimbulkan dari
sumber ancaman. Seberapa besar dampak finansial yang
timbul akibat terganggunya layanan.
40
5) Meneliti dan menghitung nilai kemungkinan terjadinya
sebuah ancaman berdasarkan data-data historis
maupun perhitungan lainnya.
6) Menentukan nilai risiko melalui kalkulasi nilai-nilai
sebelumnya yang telah dihitung.
b. Fase II: Kajian Opsi Pengendalian Risiko.
Pada fase ini perpustakaan mengkaji risiko dengan cara
mengidentifikasi opsi atau pilihan apa saja yang dapat
digunakan dan diimplementasikan untuk mengendalikan
risiko. Kegiatan tersebuat antara lain :
1) Risk acceptance, menerima risiko tanpa melakukan
tindakan apapun.
2) Risk avoidance, menghindari sepenuhnya sebuah risiko.
3) Risk reduction, mengurangi efek negatif dari ancaman
hingga pada tingkat yang dapat diterima organisasi,
khususnya perpustakaan.
4) Risk transfer, memindahkan efek negatif dari ancaman
kepada pihak lain, seperti yang terjadi pada sebuah
perusahaan dengan cara mengasuransikan semua aset
perusahaan pada asuransi.
c. Fase III: Kajian Efektivitas Dan Biaya Pengendalian Risiko.
Pada tahap ini perpustakaan mengkaji efektifitas dan biaya
pengendalian risiko yang harus dilakukan dengan
memperhatikan tingkat keberhasilan mengendalikan risiko
dengan memperhatikan juga faktor biayanya. Terdapat tiga
kegiatan pada fase ini: pertama adalah mengidentifikasi
semua biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan realisasi
keempat opsi pengendalian risiko, kedua menguji efektivitas
setiap opsi dalam hal mengurangi nilai risiko yang telah
diidentifikasi, ketiga adalah menghitung nilai total biaya
pengurangan kajian risiko yang paling sedikit memerlukan
biaya.
41
d. Fase IV: Pelaporan Hasil Kajian Risiko.
Pada fase ini perpustakaan membuat laporan hasil
identifikasi kajian risiko dengan mengkaji berbagai macam
sumber ancaman dan konsekunsi yang menghambat
kelancaran sistem informasi manajemen perpustakaan.
Kagiatan pelaporan kajian risiko tersebut memberikan
gambaran jumlah biaya minimal dan maksimal yang
digunakan untuk mengantisipasi risiko untuk layanan
perpustakaan.
e. Fase V: Pemilihan Opsi Pengendalian Risiko.
Fase kelima dari manajemen risiko tersebut adalah memilih
opsi pengendalian risiko yang paling baik diterapkan
diperpustakaan dengan memperhatikan komponen-
komponen yang diperlukan oleh perpustakaan. Pemilihan
opsi ini harus disesuaikan dengan kondisi perpustakaan
secara global dan faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk
kegiatan pengendalian risiko.
f. Fase VI: Implementasi Pengendalian Risiko.
Pada kegiatan ini perpustakaan hanya menjalankan program
kegiatan pengendalian risiko yang telah disepakati,
dikomunikasikan dengan pengambil kebijakan dengan
terlebih dahulu melaksanakan kelima fase kegiatan
pengendalian risiko sistem informasi manajemen
perpustakaan tersebut diatas.
g. Fase VII: Pengawasan Dan Pengendalian Risiko.
Kegiatan pengawasan dan pengendalian keseluruhan risiko
harus menjadi standart operating procedure bagi
perpustakaan dengan basis teknologi informasi. Pengawasan
tersebut dilaksanakan oleh pustakawan yang berkedudukan
sebagai administrator sistem informasi perpustakaan. Fase
pengawasan dan pengendalian risiko merupakan tahap akhir
dalam mengkaji konsep manajemen risiko sistem informasi
42
manajemen perpustakaan. Kegiatan lain yang perlu
dilaksanakan pada fase ini adalah memberikan laporan
secara periodik kapada pengambil kebijakan untuk
memberikan gambaran perkembagan dan kelangsungan
sistem informasi manajemen perpustakaan secara
menyeluruh.
43
hak akses untuk masing-masing bidang disistem informasi.
Update antivirus secara periodik dimasing-masing komputer
client. Pengawasan dan perbaikan network peripheral secara
berkala.
44
pengawasan sebenarnya merupakan impelementasi dari keputusan-
keputusan perencanaan.
Perencanaan anggaran dalam organisasi mesti disusun secara
sistematis, meliputi seluruh kegiatan organisasi, dinyatakan dalam
satuan keuangan, dan berlaku untuk jangka waktu yang akan datang.
Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran harus
berorientasi pada kinerja organisasi sehingga perencanaan yang sudah
disusun dapat tercapai. Perencanaan dan penganggaran merupakan
aktifitas untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Dalam pelaksanaannya Innovasi Sepatu Jolifa dibiayai dari APBD Prov
DIY pada DPAD melalui UPT Balai Layanan Perpustakaan dan untuk
beberapa pembiayaan lainnya dilakukan secara sharing oleh anggota
jaringan antara lain meliputi fasilitasi rapat, workshop, pelatihan, dan
promosi.
Untuk menjamin keberlanjutan pembiayaan dilakukan dengan
penguatan Regulasi dengan membuat Perda / Perkada (dalam hal ini
yaitu Perda tentang Integrasi dan Otomasi Perpustakaan dan Perkada
tentang Penyelenggaraan Perpustakaan Digital) sehingga dengan dasar
tersebut Organisasi Perangkat Daerah pengampu dapat
menganggarkan kegiatan/inovasi tersebut dalam APBD secara
berkesinambungan.
H. Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi adalah teknologi yang berfungsi untuk
membantu baik perorangan atau suatu grup untuk membuat,
mengubah, menyimpan, menyampaikan, hingga menyebarkan
informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tentu saja terdapat di media
elektronik seperti handphone, komputer, televisi, serta perangkat
lainnya. Kini pemanfaatan teknologipun telah dirasakan diberbagai
bidang kehidupan.
45
Jaringan Informasi Sistem Perpustakaan Terpadu Jogja Library For All
Menggunakan aplikasi VuFind. Aplikasi ini merupakan aplikasi
opensource
sehingga masyarakat dapat mengakses koleksi buku perpustakaan,
memanfaatkan koneksi internet, mendapatkan akses resources, dan
beberapa layanan perpustakaan lainnya,. Jaringan infrastuktur TIK,
meliputi komputer server untuk menghimpun data, jaringan internet,
dan Database perpustakaan yang siap di Harvest.
46
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Studi lapangan (STULA) melalui media daring
dengan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Jogyakarta pada Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah, terdapat beberapa hal yang dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Capaian dan prestasi yang diraih Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
DIY tidak lepas dari pola dan gaya kepemimpinan Gubernur Jogyakarta
Sri Sultan Hamengkubiwono X, dimana dengan gaya kepemimpinan
Kharismatik-transformasional dengan serta corak pemimpin yang
memiliki karakter kuat (strong leadership) dalam meminpin daerahnya.
2. Terobosan inovasi Sistem Perpustakaan Terpadu Jogja Library For
All (SEPATU JOLIFA) dengan digitalisasi pengelolaan dan manajemen
Perpustakaan dan kearsipan memberikan dampak yang begitu besar
dalam meningkatkan literasi masyarakat dengan berpedoman pada
tujuan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu Meningkatnya
Pemanfaatan Koleksi Pustaka Dan Arsip.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan literasi dan kegemaran membaca bagi
masyarakat khususnya di Propinsi Kalimantan Tengah, duplikasi program
dan kegiatan serta aplikasi Sepatu Jolifa dapat menjadi satu panduan dan
model yang tentu akan dapat diterapkan di Kalimantan Tengah. Dengan
penggunaan software yang bersifat open source tentu akan memberikan
kemudahan bagi stakeholder kearsipan untuk bisa berbagi dengan lebih
luas.
47