Arman Arif - Rap Pka Iii
Arman Arif - Rap Pka Iii
“PARENTA “
PAJAK RETRIBUSI ONLINE TAKALAR
DISUSUN OLEH :
ARMAN ARIF, SE., M.Si.
NDH : 8
BAB I
PENDAHULUAN
STRUKTUR ORGANISASI
Pendidikan J Golongan
No Pegawai M
SM DI- S1/S2 L II III III III III IV IV/ IV/
A DIII /a /b /c /d /a b c
1 Eselon
Eselon II 1 1 1
Eselon III 4 4 1 2 1
Eselon IV 11 11 2 3 6
2 Non Eselon
Staf 7 1 15 23 6 4 6 5 2
TRC
D2 0
D1 0
SLTA 7
JUMLAH 39 orang
2.3. Penentuan Isu Strategis
Penentuan isu strategis terkait pajak dan retribusi daerah dapat
melibatkan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan. Beberapa isu
strategis yang relevan dalam konteks ini adalah sebagai berikut: Optimalisasi
penerimaan, Isu strategis utama terkait pajak dan retribusi daerah adalah
bagaimana meningkatkan penerimaan secara efektif. Pemerintah daerah perlu
memperhatikan strategi pengumpulan yang efisien dan efektif untuk
memaksimalkan pendapatan dari pajak dan retribusi. Hal ini dapat meliputi
penggunaan teknologi digital untuk pembayaran online, pemantauan yang
ketat terhadap pemungutan dan penagihan tunggakan, serta peningkatan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban pembayaran pajak dan retribusi.
Pengawasan dan kepatuhan: Isu strategis lainnya adalah pengawasan dan
kepatuhan terhadap pembayaran pajak dan retribusi. Pemerintah daerah perlu
menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa
pihak-pihak yang menggunakan fasilitas atau mendapatkan manfaat dari
pelayanan publik memenuhi kewajiban mereka dalam membayar pajak dan
retribusi. Ini dapat mencakup penegakan hukum yang tegas terhadap
pelanggaran pembayaran pajak dan retribusi, serta pengembangan sistem
audit dan monitoring yang efisien. Keadilan dan kesetaraan: Pemerintah
daerah harus mempertimbangkan isu keadilan dan kesetaraan dalam
penentuan tarif pajak dan retribusi. Tarif pajak dan retribusi harus adil dan
seimbang, mempertimbangkan kemampuan membayar masyarakat serta
tingkat manfaat yang diterima dari pelayanan atau fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah daerah. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan
perlindungan terhadap kelompok masyarakat yang rentan, agar tidak
terbebani dengan beban pajak dan retribusi yang tidak proporsional.
Peningkatan pelayanan publik: Penerimaan pajak dan retribusi daerah
seharusnya tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga alat untuk
meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah daerah perlu
mempertimbangkan penggunaan pendapatan pajak dan retribusi secara efektif
untuk memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas pelayanan, dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, isu strategis adalah
bagaimana mengalokasikan dana pajak dan retribusi dengan bijaksana dan
transparan sesuai dengan kebutuhan prioritas masyarakat. Kolaborasi dengan
pemerintah pusat: Pemerintah daerah perlu menjalin kerja sama yang baik
dengan pemerintah pusat dalam pengaturan dan pengelolaan pajak dan
retribusi daerah. Kerja sama yang erat akan membantu memastikan kejelasan
regulasi, koordinasi yang efektif dalam pengumpulan dan penggunaan
pendapatan pajak dan retribusi, serta meminimalkan konflik kebijakan antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Dalam menentukan isu strategis terkait pajak dan retribusi daerah,
pemerintah daerah harus mempertimbangkan konteks lokal dan kebutuhan
masyarakat serta menjalankan proses konsultasi dan partisipasi publik yang
transparan. Hal ini akan membantu mencapai keberhasilan dalam pengelolaan
dan penerimaan pajak dan retribusi daerah yang berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1.Identifikasi Permasalahan
Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang dapat
dipahami sebagai upaya mendefinisikan problem serta membuat definisi
tersebut menjadi lebih terukur atau measurable sebagai suatu langkah awal
penelitian.
Selain itu, identifikasi masalah juga dapat diartikan sebagai proses dan
hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Makanya identifikasi ini
menjadi langkah awal penelitian yang penting.
Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupakan tugas dan
fungsi yang harus diemban pemerintah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan, sebagai tolak ukur terselenggaranya tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance). Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi di Badan Pendapatan Daerah Kab. Takalar terdapat beberapa
permasalahan yang membutuhkan pengidentifikasian masalah perioritas,
yaitu sebagai berikut:
1) Keterlambatan pembayaran: Salah satu masalah umum adalah
keterlambatan pembayaran pajak dan retribusi oleh pihak yang wajib
membayar. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran tentang
tenggat waktu pembayaran, kesulitan keuangan, atau ketidaktahuan
tentang kewajiban pembayaran. Keterlambatan pembayaran ini dapat
mengganggu aliran kas pemerintah daerah dan menghambat penyediaan
layanan publik.
2) Tidak optimalnya penerimaan pajak dan retribusi : salah satu
penyebab tidak optimalnya penerimaan pajak dan retribusi adalah
penggunaan teknologi informasi yang belum sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, ketika proses penerimaan pajak masih dilakukan secara
manual, ada risiko kesalahan dalam mencatat data, menghitung jumlah
pajak yang benar, atau mengelola informasi wajib pajak dengan akurat.
Selain itu, metode manual juga meningkatkan risiko manipulasi data oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab.
3) Ketidakpatuhan dan penghindaran pembayaran: Ada juga pihak-
pihak yang dengan sengaja menghindari kewajiban pembayaran pajak
dan retribusi, baik dengan cara menghindari pendaftaran atau melanggar
ketentuan pembayaran. Ketidakpatuhan ini dapat mengurangi pendapatan
pemerintah daerah dan mempengaruhi keberlanjutan pelayanan publik.
4) Penegakan hukum yang lemah: Kurangnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran pembayaran pajak dan retribusi dapat menyebabkan masalah
yang lebih besar. Ketidaktegasan dalam menegakkan aturan pembayaran
pajak dan retribusi dapat mengirimkan sinyal yang salah kepada
masyarakat dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk
kepatuhan.
5) Kurangnya koordinasi antara lembaga terkait: Ketidaktersediaan
koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah yang terlibat dalam
penarikan pajak dan retribusi daerah dapat menyebabkan kesulitan dalam
pengumpulan dan pengelolaan pembayaran. Misalnya, kurangnya
sinkronisasi antara pemerintah daerah dan lembaga perbankan dalam
menyediakan sistem pembayaran yang efisien dapat memperlambat
proses penarikan pajak dan retribusi.
3.2.Pemetaan Masalah
Reformer mengidentifikasi masalah dengan membandingkan gap antara
kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Reformer menggunakan
metode Wawancara kepada Kepala Badan Pendapatan Daerah Kab.
Takalar (selaku mentor), para Kepala Bidang, Kasubid dan Staf Badan
Pendapatan Daerah selaku tim internal kegiatan lintas program dalam
penanganan pajak dan retribusi daerah. Adapun gap kondisi dimaksud
melekat pada kinerja, pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi pada Badan
Pendapatan Daerah menyangkut beberapa aspek, yaitu untuk menyusun
kebijakan dan strategi terkait pendapatan daerah, termasuk pajak dan
retribusi termasuk didalamnya melakukan penelitian, analisis, dan
evaluasi terhadap potensi pendapatan, serta mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi.
Berdasarkan Data prevalensi penerimaan asli daerah melalui pajak
dan retribusi tahun 2022 tersebut terdapat isu–isu prioritas sebagai berikut
:
Tabel 3.1
Isu Prioritas
Kondisi sekarang. Kondisi yang diharapkan
1 Keterlambatan pembayaran Pembayaran pajak dan retribusi tepat
waktu
2 Tidak Optimalnya Digitalisasi penerimaan pajak dan
Penerimaan pajak dan retribusi daerah
retribusi
3 Ketidakpatuhan dan kesadaran wajib pajak tentang
penghindaran pembayaran pentingnya pembayaran pajak
4 Penegakan hukum yang Menerapkan sanksi yang tegas
lemah terhadap wajib pajak yang melanggar
aturan pajak
5 Kurangnya koordinasi antara Terbentuknya tim terpadu pengawasan
lembaga terkait penerimaan pajak dan retribusi
3.3.Akar Permasalahan
Setelah menentukan prioritas masalah menggunakan metode analisis
USG diatas, Reformer menggunakan Salah satu metode untuk menentukan
akar permasalahan yaitu Fishbone. Fishbone Diagrams (Diagram Tulang
Ikan) merupakan konsep analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr.
Kaoru Ishikawa untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dan penyebabnya
dalam sebuah kerangka tulang ikan.
Fishbone diagram merupakan diagram menyerupai ikan yang
menunjukkan sebab akibat dari suatu permasalahan (John Bank, 1992).
Faktor-faktor yang penjadi penyebab utama yang dilihat adalah :
Man : Tenaga kerja operasional yang terlibat dalam produksi
Method : Proses dan penyampaian layanan yang berkontruksi
untuk suatu produksi
Material : Bahan baku (alat ukur)
Market : Kondisi disekitar proses atau tempat kerja yang
mempengaruhi kinerja.
Money : Terkait anggaran untuk penanganan stunting
Machine : Faktor yang berkaitan dengan sistem, peralatan,
fasilitas dan mesin
KURANGNYA SDM YANG SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI KURANG EFEKTIFNYA KOORDINASI
BERKOMPETEN YANG BELUM OPTIMAL PENGELOLAAN PAJAK DAERAH
Minimnya pelatihan dan Pengelolaan penerimaan pajak daerah Masih kurang sosialiasi regulasi
pengembangan SDM masih mengandalkan proses manual terkait pajak
Penempatan personil tidak sesuai Teknologi informasi yang digunakan Pengawasan wajib pajak belum
kebutuhan tidak sesuai dengan kebutuhan saat ini optimal TIDAK
OPTIMALNYA
PENERIMAAN
PAJAK DAN
Kerusakan peralatan atau tidak berfungsi Pemda belum memiliki komitmen RETRIBUSI
Tidak adanya anggaran pelatihan dan dengan baik yang kuat terhadap keterbukaan dan
pengembangan keterampilan bagi petugas pajak transparansi informasi pajak daerah
MARKET
3.4.Strategi Penyelesaian Masalah
Analisis SWOT adalah metode analisis perencanaan strategis yang
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi lingkungan organisasi profit
maupun non profit (pemerintahan) baik lingkungan eksternal dan internal untuk
suatu tujuan tertentu. SWOT merupakan akronim dari kata: kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats).
SWOT melibatkan penentuan tujuan organisasi atau proyek yang spesifik
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang memengaruhi keempat faktornya, kemudian di petakan dalam
gambar matriks SWOT:
• Kekuatan (strengths) yang mampu mengambil keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada,
• Kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada,
• Kekuatan (strengths) yang mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada.
• Kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi
nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Untuk dapat menyusun strategi
peyelesaian masalah yaitu “Tidak Optimalnya Penerimaan pajak dan
retribusi” di Kabupaten Takalar.
Berikut ini ditampilkan tabel Analisis SWOT terbagi atas faktor internal (Strength
dan Weakness) dan faktor eksternal (Opportunity dan Threats).
Tabel 3.3
Matriks Analisis SWOT
FAKTOR INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
1. UU Nomor I Tahun 2022 1. Kurangnya Sosialisasi
tentang Hubungan kepada stakeholder
Keuangan antara eksternal dan kepada
Pemerintah Pusat dan masyarakat terkait
Pemerintah Daerah (HKPD) Peraturan tersebut
Berdasarkan pada Tabel Matriks Analisis SWOT di atas, maka strategi yang
akan dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka
mencapai Peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan membentuk
rancangan Aksi Perubahan dengan Judul “PAjak dan REtribusi oNline TAkalar)
BAB IV
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
4.1.Inovasi/Terobosan
Menyikapi masalah yang sudah di identifikasi sebagaimana tergambar
dalam metode USG, menunjukkan bahwa isu permasalahan yang paling
signifikan adalah tidak optimalnya pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar.
Dari Identifikasi isu tersebut, maka gagasan pemecahan isu permasalahan
tersebut adalah :
Dengan membuat Inovasi terintegrasi berbasis online yang dapat memudahkan
para wajib pajak dan retribusi membayar pajak dan retribusinya dengan membuat
Inovasi PARENTA “PAJAK DAN RETRIBUSI ONLINE TAKALAR
TAKALAR”
Tabel 4.2
Pentahapan/Milestones
NO MILESTONES KEGIATAN OUT PUT WAKTU
1 2 3 4 5
MILESTONES JANGKA PENDEK
1 Terwujudnya 1. Melakukan Konsultasi - Dokumentasi Minggu II Juli
Kesepakatan dengan Mentor - Surat Dukungan 2023
Bersama mentor 2. menjelaskan maksud dan
tujuan inovasi
3. memaparkan kegiatan
secara garis besar
kepada mentor
2 Pembentukan 1. Melakukan rapat - Dokumentasi Minggu II Juli
kesepakatan Bersama tim internal - Surat Dukungan 2023
Bersama Tim 2. Kordinasi Bersama - Undangan Rapat
Internal dan Bupati, wakil bupati dan - Notulen
external terkait Sekda terkait inovasi - Daftar Hadir
kegiatan aksi PARENTA
inovasi 3. FGD terkait kegiatan
inovasi
2 Pembentukan Tim 1. Melaksanakan Rapat - Undangan Minggu II Juli
Kerja PARENTA pembentukan Tim - Daftar Hadir 2023
Kerja. - Notulen
2. Menyiapkan administrasi - SK Tim Kerja
dan SK tim kerja - Jadwal Kerja
ekternal dan internal - Dokumentasi
3. Membuat jadwal
pelaksanaan kegiatan
inovasi
3 Membuat design 1. Koordinasi Bersama - Dokumentasi Minggu III Juli
Aplikasi Aksi Programmer - Layout Awal 2023
Perubahan 2. Membuat Layout Aplikasi
PARENTA aplikasi PARENTA - Grand Aplikasi
PARENTA
3. Internal
Pegawai yang berada di dalam lingkup Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Takalar.
4. Eksternal
1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Perhubungan
2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Badan Pengelola Keuangan
Daerah
4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Komunikasi dan
Informatika
4.3.2. STAKEHOLDER
Stakeholder Aksi Perubahan terdiri dari stakeholder internal dan
stakeholder eksternal, yaitu :
1. Internal
a. Stakeholder Utama
➢ Kepala Badan Pendapatan
b. Stakeholder Primer
➢ Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan
Retribusi Daerah
➢ Kepala Sub Bidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan.
➢ Staf Sub Bidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan Retribusi
Daerah
➢ Staf Sub Bidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan.
➢ Tenaga Honorer
2. Eksternal
a. Stakeholder Primer
➢ Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, Statistik dan
Persandian
b. Stakeholder Sekunder
➢ Kepala Bidang Komunikasi Informasi
1. PROMOTORS
a. Bupati
b. Sekretaris Daerah
c. DPRD
2. DEFENDER
a. Operator IT
b. Staf Bapenda
3. LATEN
a. Camat
b. Lurah
c. Tokoh Masyarakat
4. APATHECTICS
a. Proggramer
b. Media
KLASIFIKASI STAKEHOLDER DALAM AKSI PERUBAHAN
LATENS PROMOTERS
• CAMAT
PENGARUH+
• LURAH • BUPATI
• TOKOH MASYARAKAT • SEKDA
• DPRD
KEPENTINGAN- KEPENTINGAN +
APATHETICS DEFENDERS
• OPERATOR IT
PENGARUH-
4.5.MANAJEMEN RESIKO