Anda di halaman 1dari 34

IMPLEMENTASI AKSI PERUBAHAN

“PARENTA “
PAJAK RETRIBUSI ONLINE TAKALAR

DISUSUN OLEH :
ARMAN ARIF, SE., M.Si.
NDH : 8

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DAN ADMINISTRATOR


ANGKATAN III
PPSDM KEMENDAGRI REGIONAL MAKASSAR
TAHUN 2023
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam pemerintahan daerah, pajak dan retribusi merupakan salah
satu sumber pendapatan yang sangat penting. Pajak dan retribusi daerah
merupakan bentuk sumbangan wajib yang dibebankan kepada masyarakat
atau pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan atau mendapatkan manfaat
dari pelayanan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Namun, dalam beberapa kasus, terdapat kurangnya penerapan dan
pengumpulan Pajak dan retribusi daerah, yang berpotensi mengganggu
perekonomian daerah dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
pengelolaan keuangan publik.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kurangnya Pajak dan
retribusi daerah adalah lemahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat
dalam membayar pajak. Banyak masyarakat yang tidak memahami
pentingnya membayar Pajak dan retribusi dan cenderung menghindari
kewajiban ini. Beberapa masyarakat juga mungkin beranggapan bahwa
manfaat yang mereka terima tidak sebanding dengan jumlah pajak yang
harus mereka bayar.
Selain itu, kurangnya kesadaran dan komitmen dari pihak pemerintah
daerah juga dapat menjadi penyebab kurangnya Pajak dan retribusi yang
terkumpul. Terkadang, penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam
pembayaran Pajak dan retribusi tidak dilakukan secara tegas atau konsisten.
Hal ini dapat memberikan sinyal yang salah kepada masyarakat, sehingga
mereka merasa bahwa mereka dapat menghindari pembayaran pajak tanpa
konsekuensi yang signifikan.
Kurangnya pengawasan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah juga dapat menjadi faktor penyebab kurangnya Pajak dan
retribusi yang terkumpul. Ketidakjelasan dalam regulasi, interpretasi yang
berbeda, atau kurangnya sinergi antara kedua pihak dapat menghambat
pengumpulan pajak dengan efektif, dampak dari kurangnya Pajak dan
retribusi daerah dapat sangat signifikan. Pemerintah daerah dapat mengalami
kesulitan dalam membiayai berbagai program dan proyek pembangunan
yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu,
kurangnya pendapatan dari Pajak dan retribusi juga dapat menghambat
perbaikan infrastruktur, pengembangan sektor pariwisata, dan penyediaan
layanan publik yang memadai.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif
dan terpadu antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pemerintah pusat.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar Pajak dan
retribusi perlu ditingkatkan melalui kampanye edukasi yang efektif.
Pemerintah daerah juga harus meningkatkan penegakan hukum terhadap
pelanggaran dalam pembayaran Pajak dan retribusi, serta meningkatkan
pengawasan dan koordinasi dengan pemerintah pusat untuk menciptakan
kejelasan regulasi.
Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat, meningkatkan
kesadaran dan komitmen pemerintah daerah, serta menjalin kerja sama yang
baik antara pemerintah pusat dan daerah, diharapkan dapat mengatasi
kurangnya Pajak dan retribusi daerah. Hal ini akan membantu menciptakan
kestabilan keuangan publik, meningkatkan pelayanan publik, dan
memperkuat pembangunan di tingkat daerah.

Berikut penyajian Data Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Takalar


Tahun 2021 dan 2022 :
Atas dasar permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Badan
Pendapatan Daerah Kab. Takalar menjadi inspirasi dan pemikiran untuk
melakukan suatu rancangan aksi perubahan dengan melakukan inovasi
“PARENTA” (PAjak REtribusi oNline TAkalar) di Kabupaten Takalar.

1.2. Tujuan Aksi Perubahan


Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi aksi perubahan ini
adalah memberikan kemudahan dan kecepatan dalam proses
pembayaran. Dengan adanya sistem pembayaran online, masyarakat
dapat membayar pajak dan retribusi kapan saja dan di mana saja
melalui platform digital. Hal ini mengurangi keterbatasan waktu dan
tempat serta menghindari antrian panjang di loket pembayaran.
Tujuan dari implementasi aksi perubahan ini terbagi dalam tiga
tahapan, yaitu tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan tujuan
jangka panjang dengan rincian sebagai berikut :
1. Tujuan jangka pendek
Terlaksananya penerimaan pajak dan retribusi daerah secara online .
2. Tujuan jangka menengah
Terwujudnya otomatisasi sistem.
3. Tujuan jangka Panjang dengan waktu ( 1 – 2 ) tahun
Terwujudnya peningkatan Pendapatan Asli Daerah berbasis digital

1.3. Manfaat Aksi Perubahan


1. Bagi Individu :

a. Penguatan peran dan fungsi program bidang Bidang Perencanaan,


Pengembangan dan Evaluasi secara optimal.
b. Sebagai wujud implementasi kompetensi manajerial yang reformer
miliki.
2. Bagi Instansi

a. Meningkatkan Kinerja Tim internal terkait dengan upaya digitalisasi


penerimaan pajak dan retribusi berbasis online
3. Bagi Stakeholders Eksternal (Organisasi Perangkat Daerah lain) :

Membuat komitmen Bersama untuk melakukan kegiatan dan inovasi


terkait penerimaan pajak dan retribusi daerah berbasis digital
4. Bagi Masyarakat
Kemudahan dalam pembayaran pajak dan retribusi serta adanya
transparansi keuangan.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang Lingkup gagasan aksi perubahan ini adalah berfokus pada
Badan Pendapatan Daerah Kab. Takalar, berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Evaluasi pendapatan,
kebanyakan masyarakat yang ingin melakukan pembayaran pajak dan
retribusi terkendala pada sistem pembayaran yang mengharuskan
masyarakat datang langsung ke loket pembayaran.
BAB II
PROFIL KINERJA ORGANISASI

2.1. Gambaran Umum


- Sejarah Bapenda

Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) merupakan unsur penunjang


urusan Pemerintah di Bidang Keuangan, pembentukan Organisasi dan tata
kerja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Takalar yang berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati
Takalar Nomor 37 Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah. Sebagai
pelaksanaan Peraturan Daerah yang dimaksud, maka ditetapkan
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja
BAPENDA. Seiring perkembangan waktu dan berubahnya peraturan –
peraturan baru tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menuntut
BAPENDA Kabupaten Takalar untuk eksis dalam menjalankan misinya
untuk menjadi motor dalam pengelolaan keuangan daerah yang
profesional dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah
dan terlaksananya tertib administrasi pengelolaan aset daerah, sehingga
dapat meningkatkan dan mengembangkan sistem pengelolaan keuangan
daerah yang lebih adil dan rasional.

- Tujuan dan sasaran


Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu periode perencanaan. Tujuan merefleksikan konteks
pembangunan yang dihadapi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Takalar yang memiliki keterkaitan dengan visi misi yang ingin dicapai.
Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kinerja Pengelolaan pendapatan daerah; dan
2. Meningkatkan Akuntabilitas Pemerintah Daerah.

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang menggambarkan


sesuatu yang akan dicapai melalui serangkaian kebijakan, program, dan
kegiatan prioritas agar penggunaan sumber daya dapat efisien dan
efektif.
Adapun sasaran Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Takalar
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Efektifitas Perolehan Pajak dan Retribusi Daerah;
2. Meningkatnya tata kelola kinerja Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Takalar.

2.2. Susunan Organisasi


Susunan Organisasi Badan Pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat;
1. Subbagian Perencanaan
2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan, terdiri
atas;
1. Subbidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan retribusiDaerah;
2. Subbidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan;
d. Bidang Pendataan dan Penetapan, terdiri atas;
1. Subbidang Pendaftaran dan Pendataan;
2. Subbidang Perhitungan dan Penetapan;
e. Bidang Penagihan dan Pengendalian Pendapatan Daerah, terdiri atas;
1. Subbidang Penagihan dan Keberatan Pajak dan Pajak dan retribusi;
2. Subbidang Pemeriksaan dan Pengendalian Pendapatan;
f. Bidang Pembukuan dan Sistem Informasi Pendapatan Daerah, terdiri
atas;
1. Subbidang Pembukuan dan Pelaporan;
2. Subbidang Pelayanan dan Sistem Informasi Pendapatan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional;

STRUKTUR ORGANISASI

BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. TAKALAR


Tabel
Jumlah dan Komposisi Pegawai di Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Takalar

Pendidikan J Golongan
No Pegawai M
SM DI- S1/S2 L II III III III III IV IV/ IV/
A DIII /a /b /c /d /a b c

1 Eselon
Eselon II 1 1 1
Eselon III 4 4 1 2 1
Eselon IV 11 11 2 3 6
2 Non Eselon
Staf 7 1 15 23 6 4 6 5 2
TRC

Jumlah Pegawai PNS dan CPNS


Pendidikan Jumlah
Pasca Sarjana (S2) 10
Sarjana (S1) 21
D3 1

D2 0

D1 0

SLTA 7

JUMLAH 39 orang
2.3. Penentuan Isu Strategis
Penentuan isu strategis terkait pajak dan retribusi daerah dapat
melibatkan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan. Beberapa isu
strategis yang relevan dalam konteks ini adalah sebagai berikut: Optimalisasi
penerimaan, Isu strategis utama terkait pajak dan retribusi daerah adalah
bagaimana meningkatkan penerimaan secara efektif. Pemerintah daerah perlu
memperhatikan strategi pengumpulan yang efisien dan efektif untuk
memaksimalkan pendapatan dari pajak dan retribusi. Hal ini dapat meliputi
penggunaan teknologi digital untuk pembayaran online, pemantauan yang
ketat terhadap pemungutan dan penagihan tunggakan, serta peningkatan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban pembayaran pajak dan retribusi.
Pengawasan dan kepatuhan: Isu strategis lainnya adalah pengawasan dan
kepatuhan terhadap pembayaran pajak dan retribusi. Pemerintah daerah perlu
menerapkan mekanisme pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa
pihak-pihak yang menggunakan fasilitas atau mendapatkan manfaat dari
pelayanan publik memenuhi kewajiban mereka dalam membayar pajak dan
retribusi. Ini dapat mencakup penegakan hukum yang tegas terhadap
pelanggaran pembayaran pajak dan retribusi, serta pengembangan sistem
audit dan monitoring yang efisien. Keadilan dan kesetaraan: Pemerintah
daerah harus mempertimbangkan isu keadilan dan kesetaraan dalam
penentuan tarif pajak dan retribusi. Tarif pajak dan retribusi harus adil dan
seimbang, mempertimbangkan kemampuan membayar masyarakat serta
tingkat manfaat yang diterima dari pelayanan atau fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah daerah. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan
perlindungan terhadap kelompok masyarakat yang rentan, agar tidak
terbebani dengan beban pajak dan retribusi yang tidak proporsional.
Peningkatan pelayanan publik: Penerimaan pajak dan retribusi daerah
seharusnya tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga alat untuk
meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah daerah perlu
mempertimbangkan penggunaan pendapatan pajak dan retribusi secara efektif
untuk memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas pelayanan, dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, isu strategis adalah
bagaimana mengalokasikan dana pajak dan retribusi dengan bijaksana dan
transparan sesuai dengan kebutuhan prioritas masyarakat. Kolaborasi dengan
pemerintah pusat: Pemerintah daerah perlu menjalin kerja sama yang baik
dengan pemerintah pusat dalam pengaturan dan pengelolaan pajak dan
retribusi daerah. Kerja sama yang erat akan membantu memastikan kejelasan
regulasi, koordinasi yang efektif dalam pengumpulan dan penggunaan
pendapatan pajak dan retribusi, serta meminimalkan konflik kebijakan antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Dalam menentukan isu strategis terkait pajak dan retribusi daerah,
pemerintah daerah harus mempertimbangkan konteks lokal dan kebutuhan
masyarakat serta menjalankan proses konsultasi dan partisipasi publik yang
transparan. Hal ini akan membantu mencapai keberhasilan dalam pengelolaan
dan penerimaan pajak dan retribusi daerah yang berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat.
BAB III
ANALISIS MASALAH

3.1.Identifikasi Permasalahan
Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang dapat
dipahami sebagai upaya mendefinisikan problem serta membuat definisi
tersebut menjadi lebih terukur atau measurable sebagai suatu langkah awal
penelitian.
Selain itu, identifikasi masalah juga dapat diartikan sebagai proses dan
hasil pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Makanya identifikasi ini
menjadi langkah awal penelitian yang penting.
Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupakan tugas dan
fungsi yang harus diemban pemerintah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan, sebagai tolak ukur terselenggaranya tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance). Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi di Badan Pendapatan Daerah Kab. Takalar terdapat beberapa
permasalahan yang membutuhkan pengidentifikasian masalah perioritas,
yaitu sebagai berikut:
1) Keterlambatan pembayaran: Salah satu masalah umum adalah
keterlambatan pembayaran pajak dan retribusi oleh pihak yang wajib
membayar. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran tentang
tenggat waktu pembayaran, kesulitan keuangan, atau ketidaktahuan
tentang kewajiban pembayaran. Keterlambatan pembayaran ini dapat
mengganggu aliran kas pemerintah daerah dan menghambat penyediaan
layanan publik.
2) Tidak optimalnya penerimaan pajak dan retribusi : salah satu
penyebab tidak optimalnya penerimaan pajak dan retribusi adalah
penggunaan teknologi informasi yang belum sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, ketika proses penerimaan pajak masih dilakukan secara
manual, ada risiko kesalahan dalam mencatat data, menghitung jumlah
pajak yang benar, atau mengelola informasi wajib pajak dengan akurat.
Selain itu, metode manual juga meningkatkan risiko manipulasi data oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab.
3) Ketidakpatuhan dan penghindaran pembayaran: Ada juga pihak-
pihak yang dengan sengaja menghindari kewajiban pembayaran pajak
dan retribusi, baik dengan cara menghindari pendaftaran atau melanggar
ketentuan pembayaran. Ketidakpatuhan ini dapat mengurangi pendapatan
pemerintah daerah dan mempengaruhi keberlanjutan pelayanan publik.
4) Penegakan hukum yang lemah: Kurangnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran pembayaran pajak dan retribusi dapat menyebabkan masalah
yang lebih besar. Ketidaktegasan dalam menegakkan aturan pembayaran
pajak dan retribusi dapat mengirimkan sinyal yang salah kepada
masyarakat dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk
kepatuhan.
5) Kurangnya koordinasi antara lembaga terkait: Ketidaktersediaan
koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah yang terlibat dalam
penarikan pajak dan retribusi daerah dapat menyebabkan kesulitan dalam
pengumpulan dan pengelolaan pembayaran. Misalnya, kurangnya
sinkronisasi antara pemerintah daerah dan lembaga perbankan dalam
menyediakan sistem pembayaran yang efisien dapat memperlambat
proses penarikan pajak dan retribusi.

3.2.Pemetaan Masalah
Reformer mengidentifikasi masalah dengan membandingkan gap antara
kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Reformer menggunakan
metode Wawancara kepada Kepala Badan Pendapatan Daerah Kab.
Takalar (selaku mentor), para Kepala Bidang, Kasubid dan Staf Badan
Pendapatan Daerah selaku tim internal kegiatan lintas program dalam
penanganan pajak dan retribusi daerah. Adapun gap kondisi dimaksud
melekat pada kinerja, pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi pada Badan
Pendapatan Daerah menyangkut beberapa aspek, yaitu untuk menyusun
kebijakan dan strategi terkait pendapatan daerah, termasuk pajak dan
retribusi termasuk didalamnya melakukan penelitian, analisis, dan
evaluasi terhadap potensi pendapatan, serta mengidentifikasi peluang
untuk meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi.
Berdasarkan Data prevalensi penerimaan asli daerah melalui pajak
dan retribusi tahun 2022 tersebut terdapat isu–isu prioritas sebagai berikut
:
Tabel 3.1
Isu Prioritas
Kondisi sekarang. Kondisi yang diharapkan
1 Keterlambatan pembayaran Pembayaran pajak dan retribusi tepat
waktu
2 Tidak Optimalnya Digitalisasi penerimaan pajak dan
Penerimaan pajak dan retribusi daerah
retribusi
3 Ketidakpatuhan dan kesadaran wajib pajak tentang
penghindaran pembayaran pentingnya pembayaran pajak
4 Penegakan hukum yang Menerapkan sanksi yang tegas
lemah terhadap wajib pajak yang melanggar
aturan pajak
5 Kurangnya koordinasi antara Terbentuknya tim terpadu pengawasan
lembaga terkait penerimaan pajak dan retribusi

Dari tabel diatas didapatkan prioritas permasalahan pada Bidang


Perencanaan, Pengembangan dan Evaluasi Badan Pendapatan Daerah Kab.
Takalar. Selanjutnya terhadap permasalahan yang ada dilakukan diagnosis
untuk mengetahui urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan
dengan metode analisis USG (Urgency, Seriousness, dan Growth. metode
analisis yang akan digunakan untuk mengidentifikasi perioritas permasalahan
yang akan diselesaikan yaitu metode analisis Urgency, Seriousness, Growth
(USG), dengan penjelasan sebagai berikut;
Urgency
Seberapa mendesak isu tersbut harus dibahas dikaitkan dengan waktu tersedia dan
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah
yang dapat menimbulkan masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat
dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan dan membahayakan sistem atau tidak.
Growth
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk bila dibiarkan.
Metode analisis USG adalah suatu alat analisis untuk menyusun urutan
perioritas isu atau permasalahan yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgency, keseriusan dan perkembangan isu dengan
menentukan skala 1-5. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu
perioritas. Untuk lebih jelasnya identifikasi perioritas permasalahan dapat
diuraikan sebagai berikut:
Table 3.2
Keterangan Rentang Penilaian USG
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang Pengaruhnya
2 Kurang Pengaruhnya
1 Tidak ada pengaruhnya
Identifikasi masalah utama hasil Analisis Fishbone
Skala Prioritas berdasarkan analisis USG
(URGENCY, SERIOUSNESS, GROWTH)
No Uraian U S G Jumlah Peringkat
1. Keterlambatan pembayaran 2 2 2 6 4

2. Tidak Optimalnya Penerimaan pajak


5 5 5 15 5
dan retribusi
3. Ketidakpatuhan dan penghindaran
3 1 1 5 3
pembayaran
4 Penegakan hukum yang lemah 1 4 3 8 3
5 Kurangnya koordinasi antara
4 3 4 11 2
lembaga terkait

Berdasarkan tabel tersebut di identifikasi bahwa berdasarkan metode


USG penetapan prioritas penyebab masalah dengan skor tertinggi adalah
masalah no.2 dengan jumlah score 15, dapat disimpulkan bahwa prioritas
penyebab masalah yang memiliki pengaruh paling signifikan untuk
diselesaikan yaitu mengenai “Tidak optimalnya penerimaan pajak dan
retribusi“

3.3.Akar Permasalahan
Setelah menentukan prioritas masalah menggunakan metode analisis
USG diatas, Reformer menggunakan Salah satu metode untuk menentukan
akar permasalahan yaitu Fishbone. Fishbone Diagrams (Diagram Tulang
Ikan) merupakan konsep analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr.
Kaoru Ishikawa untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dan penyebabnya
dalam sebuah kerangka tulang ikan.
Fishbone diagram merupakan diagram menyerupai ikan yang
menunjukkan sebab akibat dari suatu permasalahan (John Bank, 1992).
Faktor-faktor yang penjadi penyebab utama yang dilihat adalah :
Man : Tenaga kerja operasional yang terlibat dalam produksi
Method : Proses dan penyampaian layanan yang berkontruksi
untuk suatu produksi
Material : Bahan baku (alat ukur)
Market : Kondisi disekitar proses atau tempat kerja yang
mempengaruhi kinerja.
Money : Terkait anggaran untuk penanganan stunting
Machine : Faktor yang berkaitan dengan sistem, peralatan,
fasilitas dan mesin

Berdasarkan akar permasalahan di atas, maka penyajian fishbone


diagram untuk kasus di atas yaitu sebagai berikut :
MAN MACHINE METHOD

KURANGNYA SDM YANG SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI KURANG EFEKTIFNYA KOORDINASI
BERKOMPETEN YANG BELUM OPTIMAL PENGELOLAAN PAJAK DAERAH

wajib pajak tidak memiliki akses internet atau


Personil kurang mengetahui tentang Kurangnya Koordinasi dengan
perangkat yang diperlukan untuk melakukan
pengelolaan pajak daerah pembayaran elektronik Instansi Terkait

Minimnya pelatihan dan Pengelolaan penerimaan pajak daerah Masih kurang sosialiasi regulasi
pengembangan SDM masih mengandalkan proses manual terkait pajak

Penempatan personil tidak sesuai Teknologi informasi yang digunakan Pengawasan wajib pajak belum
kebutuhan tidak sesuai dengan kebutuhan saat ini optimal TIDAK
OPTIMALNYA
PENERIMAAN
PAJAK DAN
Kerusakan peralatan atau tidak berfungsi Pemda belum memiliki komitmen RETRIBUSI
Tidak adanya anggaran pelatihan dan dengan baik yang kuat terhadap keterbukaan dan
pengembangan keterampilan bagi petugas pajak transparansi informasi pajak daerah

Masih kurangnya peralatan


Kurangnya anggaran untuk Perbaikan peralatan dan
Sistem Informasi Pajak Ketidakmampuan personil dalam Pengelolaan
Seperti komputer, print dll Data publik terkait pajak daerah
Kurangnya untuk kegiatan promosi dan edukasi
perpajakan Peralatan yang tidak memadai
Terbatasnya akses masyarakat mendapatkan
informasi pajak daerah secara online
KEBUTUHAN ANGGARAN DALAM PENINGKATAN PAD DUKUNGAN KEBUTUHAN PERALATAN KANTOR
INFORMASI PUBLIK TERKAIT PAJAK DAERAH
MASIH KURANG
MONEY MATERIAL

MARKET
3.4.Strategi Penyelesaian Masalah
Analisis SWOT adalah metode analisis perencanaan strategis yang
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi lingkungan organisasi profit
maupun non profit (pemerintahan) baik lingkungan eksternal dan internal untuk
suatu tujuan tertentu. SWOT merupakan akronim dari kata: kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats).
SWOT melibatkan penentuan tujuan organisasi atau proyek yang spesifik
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang memengaruhi keempat faktornya, kemudian di petakan dalam
gambar matriks SWOT:
• Kekuatan (strengths) yang mampu mengambil keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada,
• Kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan dari peluang
(opportunities) yang ada,
• Kekuatan (strengths) yang mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada.
• Kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi
nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Untuk dapat menyusun strategi
peyelesaian masalah yaitu “Tidak Optimalnya Penerimaan pajak dan
retribusi” di Kabupaten Takalar.
Berikut ini ditampilkan tabel Analisis SWOT terbagi atas faktor internal (Strength
dan Weakness) dan faktor eksternal (Opportunity dan Threats).
Tabel 3.3
Matriks Analisis SWOT
FAKTOR INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
1. UU Nomor I Tahun 2022 1. Kurangnya Sosialisasi
tentang Hubungan kepada stakeholder
Keuangan antara eksternal dan kepada
Pemerintah Pusat dan masyarakat terkait
Pemerintah Daerah (HKPD) Peraturan tersebut

2. Operator yang telah diilatih 2. tidak ada anggaran dari


untuk admin APBD terkait operator/
admin

3. Sudah dilakukan 3. tidak ada anggaran


untuk melakukan
monitoring evaluasi
pembinaan
pertemuan dan pembinaan
FAKTOR
EKSTERNAL
STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)
OPPORTUNITIES (O)
Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan
Peluang/eksternal
memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
1. Ada nya dukungan 1. Melakukan rapat kordinasi 1. melakukan sosialisasi
Pemerintah terkait pajak dan retribusi kepada masyarakat
Kabupaten Takalar terkait pajak dan
retribusi berbasis online
2. Ada nya dukungan 2. Membangun Komitmen 2. melakukan
dari Masyarakat bersama masyarakat pendampingan ke
perangkat terkait
3. Dukungan dari OPD 3. Meningkatkan komitmen 3. Membuat program
ekternal lain nya antar stakeholder inovasi untuk
terkait penerimaan mempermudah penarikan
pajak dan retribusi pajak dan retribusi secara
daerah online
THREATS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
Tantangan/ancaman Kekuatan utk mengatasi Meminimalkan kelemahan
ancaman dan menghindari ancaman
1. Masih kurangnya Perlu nya komitmen dari 1. Membuat sebuah wadah
pengetahuan semua unsur terkait untuk di daerah daerah tertentu
masyarakat terkait melakukan sosialisasi untuk melakukan
digitalisasi pajak dan digitalisasi pajak dan retribusi pembinaan dan
retribusi daerah daerah. pendampingan

Berdasarkan pada Tabel Matriks Analisis SWOT di atas, maka strategi yang
akan dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka
mencapai Peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan membentuk
rancangan Aksi Perubahan dengan Judul “PAjak dan REtribusi oNline TAkalar)
BAB IV
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

4.1.Inovasi/Terobosan
Menyikapi masalah yang sudah di identifikasi sebagaimana tergambar
dalam metode USG, menunjukkan bahwa isu permasalahan yang paling
signifikan adalah tidak optimalnya pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar.
Dari Identifikasi isu tersebut, maka gagasan pemecahan isu permasalahan
tersebut adalah :
Dengan membuat Inovasi terintegrasi berbasis online yang dapat memudahkan
para wajib pajak dan retribusi membayar pajak dan retribusinya dengan membuat
Inovasi PARENTA “PAJAK DAN RETRIBUSI ONLINE TAKALAR
TAKALAR”

ADOPSI dan ADAPTASI HASIL STUDI HASIL STUDI LAPANGAN

4.2.TAHAPAN KEGIATAN / MILESTONES

Tabel 4.2
Pentahapan/Milestones
NO MILESTONES KEGIATAN OUT PUT WAKTU
1 2 3 4 5
MILESTONES JANGKA PENDEK
1 Terwujudnya 1. Melakukan Konsultasi - Dokumentasi Minggu II Juli
Kesepakatan dengan Mentor - Surat Dukungan 2023
Bersama mentor 2. menjelaskan maksud dan
tujuan inovasi
3. memaparkan kegiatan
secara garis besar
kepada mentor
2 Pembentukan 1. Melakukan rapat - Dokumentasi Minggu II Juli
kesepakatan Bersama tim internal - Surat Dukungan 2023
Bersama Tim 2. Kordinasi Bersama - Undangan Rapat
Internal dan Bupati, wakil bupati dan - Notulen
external terkait Sekda terkait inovasi - Daftar Hadir
kegiatan aksi PARENTA
inovasi 3. FGD terkait kegiatan
inovasi
2 Pembentukan Tim 1. Melaksanakan Rapat - Undangan Minggu II Juli
Kerja PARENTA pembentukan Tim - Daftar Hadir 2023
Kerja. - Notulen
2. Menyiapkan administrasi - SK Tim Kerja
dan SK tim kerja - Jadwal Kerja
ekternal dan internal - Dokumentasi
3. Membuat jadwal
pelaksanaan kegiatan
inovasi
3 Membuat design 1. Koordinasi Bersama - Dokumentasi Minggu III Juli
Aplikasi Aksi Programmer - Layout Awal 2023
Perubahan 2. Membuat Layout Aplikasi
PARENTA aplikasi PARENTA - Grand Aplikasi
PARENTA

4. Sosialisasi Bersama 1. Melaksanakan FGD - Undangan Minggu III Juli


Tim Kerja dan bersama stakeholder - Daftar Hadir 2023
Stakeholder Terkait - Notulen
Aplikasi - Kesepakatan
PARENTA bersama
- Dokumentasi
5 Pelaksanaan 1. Membuat Spanduk/ - Banner
Inovasi PARENTA Banner/ Promosi di - Spanduk
social media - Social media Minggu III Juli
2. Melakukan - Dokumentasi 2023
Pendampingan di
Lokus
6 Monitoring dan 1. Melaksanakan - Undangan
evaluasi monitoring dan evaluasi - Daftar Hadir Minggu IV Juli
2. Menyusun Rencana - Notulen 2023
Tindak Lanjut - Dokumentasi
3. Melaksanakan Tindak - Draft Rencana
lanjut pelaporan aksi tindak Lanjut
perubahan
4. Launching AKSI
PERUBAHAN
PARENTA
MIESTONES JANGA MENENGAH
1 Penerapan dan 1. Pengambilan data wajib 1. Undangan Minggu I , II
Penyempurnaan pajak 2. Daftar hadir Agustus 2023
Aplikasi 2. Koordinasi dengan OPD 3. Notulen rapat
PARENTA terkait 4. Dokumentasi
3. Melaksanakan rapat 5. Format data
finalisasi data
2 Terlaksananya 1. Input data ke aplikasi Dokumentasi Minggu III, IV
penginputan data 2. Pendampingan Agustus 2023
wajib pajak dan penginputan data
retribusi
3 Terlaksananya 1. Sosialisasi hasil 1. Banner Minggu I
pemanfaatan penginputan data 2. Daftar hadir September
aplikasi 2. Pemanfaatan aplikasi 3. Dokumentasi 2023
3. Evaluasi 4. Rapat evaluasi
MILESTONES JANGKA PANJANG
1 Pemanfaatan Terintegrasinya entry data Rekaman alur masuk
Aplikasi yang masuk di Badan pajak dan retribusi
PARENTA secara Pendapatan Daerah Kab.
online di Takalar
Kabupaten Takalar
2 Meningkatnya 1. Edukasi lanjutan kepada Dokumentasi
jumlah pendapatan masyarakat atau pelaku
asli daerah dengan usaha pemanfaatan
memakai aplikasi Aplikasi PARENTA
PARENTA
3 Menkingkatnya 1. Menyediakan anggaran Terwujudnya tenaga
kemampuan untuk bimtek tenaga IT SDM yang menguasai
Aparatur 2. Mengadakan bimtek IT
operator IT
3. Mengadakan usulan untuk
penambahan tenaga SDM
Bidang IT

4.3.SUMBER DAYA (PETA PEMANFAATAN)


Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki oleh stakeholder yang
dapat dimanfaatkan guna mewuJudkan aksi perubahan, untuk itu reformer harus
dapat mengadvokasi stakeholder agar dapat mendayagunakan potensi yang
dimaksud.
4.3.1. TIM WORK DAN TATA KELOLA
1. Tim Kerja
1. Mentor
2. Coach
3. Project Leader
4. Kepala Sub Bidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan
5. Staf Sub Bidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan Retribusi
Daerah
2. Jejaring Kerja
1. Dinas Perhubungan
2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
3. Badan Pengelola Keuangan Daerah
4. Dinas Komunikasi dan Informatika

3. Internal
Pegawai yang berada di dalam lingkup Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Takalar.
4. Eksternal
1. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Perhubungan
2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Badan Pengelola Keuangan
Daerah
4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Komunikasi dan
Informatika

4.3.2. STAKEHOLDER
Stakeholder Aksi Perubahan terdiri dari stakeholder internal dan
stakeholder eksternal, yaitu :
1. Internal
a. Stakeholder Utama
➢ Kepala Badan Pendapatan
b. Stakeholder Primer
➢ Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan
Retribusi Daerah
➢ Kepala Sub Bidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan.
➢ Staf Sub Bidang Perencanaan dan Regulasi Pajak dan Retribusi
Daerah
➢ Staf Sub Bidang Pengembangan dan Evaluasi Pendapatan.
➢ Tenaga Honorer
2. Eksternal
a. Stakeholder Primer
➢ Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, Statistik dan
Persandian
b. Stakeholder Sekunder
➢ Kepala Bidang Komunikasi Informasi

4.3.3. PETA STAKEHOLDER

1. PROMOTORS
a. Bupati
b. Sekretaris Daerah
c. DPRD
2. DEFENDER
a. Operator IT
b. Staf Bapenda
3. LATEN
a. Camat
b. Lurah
c. Tokoh Masyarakat
4. APATHECTICS
a. Proggramer
b. Media
KLASIFIKASI STAKEHOLDER DALAM AKSI PERUBAHAN

BERDASARKAN “STAKEHOLDER ANALYSIS

LATENS PROMOTERS
• CAMAT

PENGARUH+
• LURAH • BUPATI
• TOKOH MASYARAKAT • SEKDA
• DPRD

KEPENTINGAN- KEPENTINGAN +

APATHETICS DEFENDERS

• OPERATOR IT
PENGARUH-

• MEDIA • STAF BAPENDA


• PROGRAMMER

Stakeholder merupakan orang, organisasi, komunitas yang dalam


kedudukanakan dipengaruhi oleh atau mempengaruhi suatu upaya perubahan
organisasi dan memiliki kepentingan kuat terhadap upaya perubahan yang dilakukan
tersebut. Dimana stakeholder itu sendiri merupakan salah satu factor kunci
keberhasilan pelaksanaan aksi perubahan berdasarkan peran dan pengaruhnya.
Pemetaan stakeholders berdasarkan pengaruh dan kepentingan terbagi
menjadi 4 (empat), yaitu:
▪ Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan
untuk membantu membuatnya berhasil atau menggagalkannya.
▪ Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya
dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi program.
▪ Latents, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam program,
tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka
menjadi tertarik.
▪ Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya program.

4.4.STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI DALAM AKSI


PERUBAHAN

Kompetensi sangatlah penting di dalam suatu unit organisasi karena dapat


mendukung peningkatan kinerja pegawai dan memberikan kontribusi dalam
menentukan masa depan organisasi. Dalam kaitannya dengan kompetensi, perlu
adanya suatu upaya untuk lebih memaksimalkan hasil kinerja yang dicapai.
Seorang pegawai memerlukan kompetensi teknis sedangkan seorang pemimpin
memerlukan kompetensi manajerial digabungkan dengan kompetensi teknis dan
sosial kultural untuk meningkatkan kinerja unit organisasi.

Secara umum kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat kinerja individu


yang dapat diamati, diukur dan penting untuk keberhasilan individu maupun
kinerja organisasi. Kompetensi adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang
dimilki oleh seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas di
bidangbtertentu sesuai jabatan yang disandangnya. Kompetensi juga dinyatakan
sebagai karakteristik individu untuk menghasilkan kinerja yang efektif dan
unggul dalam suatu pekerjaan. Menurut Peraturan Menteri Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi republik Indonesia Nomor 38 tahun 2017 tentang
Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara, Kompetensi dapat dibagi menjadi
tiga yaitu :
a. Kompetensi Teknis adalah kemampuan kerja setiap Pegawai Negeri Sipil
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya
b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangka untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi.
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah diukur dari pengalaman kerja berkaitan
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.
Kompetensi manajerial digabungkan dengan kompetensi teknis dan
sosial kultural akan menjadi faktor penentu keberhasilan organisasi, yang
terdi dari :
a. Intergritas : konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan
atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan manajemen,
rekan kerja, bawahan langsung dan pemangku kepentingan,
menciptakan budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan
atau keputusan beserta risiko yang menyertainya.
b. Kerjasama : Kemampuan menjalin, membina, mempertahankan
hubungan kerja yang efektif, memiliki komitmen saling membantu
dalam penyelesaian tugas dan mengoptimalkan segala sumberdaya
untuk mencapai tujuan strategis organisasi.
c. Komunikasi : Kemampuan untuk menerangkan pandangan dan
gagasan secara jelas, sistematis disertai argumentasi yang logis
dengan cara-cara yang sesuai baik secara lisan maupun tertulis;
memastikan pemahaman; mendengarkan secara aktif dan efektif;
mempersuasi, meyakinkan dan membujuk orang lain dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
d. Orientasi pada hasil : Kemampuan mempertahankan komitmen
pribadi yang tinggi untuk menyelesaikan tugas, dapat diandalkan,
bertanggung jawab, mampu secara sistimatis mengidentifikasi risiko
dan peluang dengan memperhatikan keterhubungan antara
perencanaan dan hasil untuk keberhasilan organisasi.
e. Pelayanan Publik : Kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan kegiatan pemenuhan kebutuhan
pelayanan publik secara profesional, transparan, mengikuti standar
pelayanan yang objektif, netral, tidak memihak, tidak diskriminatif,
serta tidak terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/golongan/partai politik.
f. Pengembangan diri dan orang lain : Kemampuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan menyempurnakan keterampilan diri; menginspirasi
orang lain untuk mengembangkan dan menyempurnakan pengetahuan
dan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan dan pengembangan
karir jangka panjang, mendorong kemauan belajar sepanjang hidup,
memberikan saran/bantuan, umpan balik, bimbingan untuk membantu
orang lain untuk mengembangkan potensi dirinya.
g. Mengelola Perubahan : Kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
situasi yang baru atau berubah dan tidak bergantung secara berlebihan
pada metode dan proses lama, mengambil tindakan untuk mendukung
dan melaksanakan inisiatif perubahan, memimpin usaha perubahan,
mengambil tanggung jawab pribadi untuk memastikan perubahan
berhasil diimplementasikan secara efektif.
h. Pengambilan Keputusan : Kemampuan membuat keputusan yang baik
secara tepat waktu dan dengan keyakinan diri setelah
mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, dirumuskan secara
sistematis dan sekdama berdasarkan berbagai informasi, alternatif
pemecahan masalah dan konsekuensinya, serta bertanggung jawab
atas keputusan yang diambil.
Keterkaitan aksi perubahan dengan kompetensi manajerial sebagai berikut :
a. Kerjasama
Dalam mewujudkan kemampuan tersebut maka dilakukan suatu
kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan informatika dalam pembuatan
aplikasi PARENTA.
b. Komunikasi
Untuk mewujudkan kompetensi manajerial ini reformer selalu
berkomunikasi dengan pejabat, staf dan staf non ASN dalam penginputan
data-data ke dalam aplikasi PARENTA.
c. Orientasi pada hasil
Untuk kemamapuan manajerial ini di wujudkan dengan pengelolaan data
secara teratur sehingga jika data diperlukan bisa langsung melihat di
aplikasi PARENTA.
d. Pelayanan pada publik
untuk mewujudkan kompetensi ini reformer melakukan pendampingan
kepada pejabat, staf dan staf non ASN dalam penginputan ke aplikasi
PARENTA.
e. Pengembangan diri dan orang lain
untuk meningkatkan pengetahuan dalam menyempurnakan keterampilan
diri serta menginspirasi orang lain maka dikembangkan suatu aplikasi
PARENTA.
f. Mengelola perubahan
Dalam mengelola perubahan maka perlu untuk menyesuaikan diri dengan
situasi yang baru untuk terwujudnya digitalisasi dalam mendukung dan
melaksanakan inisiatif perubahan
g. Pengambilan keputusan
dalam pengambilan keputusan reformer melakukan kerjasama dengan
stakeholder baik internal maupun eksternal untuk menyempurnakan
aplikasi PARENTA.

4.5.MANAJEMEN RESIKO

Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis,


mengevaluasi dan mengawasi risiko untuk meminimalisasi potensi kerugian.
Manajemen risiko merupakan hal penting yang wajib dipersiapkan dan
direncanakan dengan baik di rencana aksi perbaikan. Setiap aktivitas mengandung
risiko, yang kemungkinan akan terjadi dimasa mendatang. Untuk menghindari
pencapaian tujuan terhambat, maka manajemen risiko wajib diterapkan.
1. Sumber Daya Manusia
Untuk kelancaran Aksi Perubahan ini yang paling dibutuhkan adalah
dukungan Tim Kerja yang solid dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas
yang diberikan. Untuk itu akan disiapkan Surat Tugas guna mendukung Aksi
Perubahan ini, dengan tujuan terwujudnya penyampaian laporan tepat waktu.
Disamping itu, perlunya pengawasan internal terhadap pelaksanaan tugas
dimaksud, mengingat tingkat ketelitian dan pemahaman Aparatur yang tidak
semuanya sama, dikhawatirkan aparatur yang diberi tugas untuk menangani
salah satu tugas tidak sepenuhnya memahami tugas yang diberikan kepadanya.
Untuk itu akan dilakukan Monitoring secara berkesinambungan dan evaluasi
secara berkala terhadap pekerjaan yang dilakukan Tim efektif. Selain itu
dorongan motivasi dan kemampuan untuk membangun haromisasi serta
kolaborasi kerja merupakan poin penting untuk menjawab resiko diatas.
2. Aksi perubahan tidak tercapai dalam waktu yang telah ditentukan
Dalam mengatasi Aksi perubahan tidak tercapai dalam waktu yang telah
ditentukan, dikarenakan waktu yang relative singkat maka dilaksanakan
Mitigasi. Hal ini diatasi dengan cara membangun komitmen kepada seluruh
stakeholders Internal yang berperan.
BAB V

HASIL IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN POTENSI DIRI

Anda mungkin juga menyukai