Anda di halaman 1dari 3

Laporan utama

Oleh : Munari

KALAU BISA LEBIH BAIK, MENGAPA TIDAK

Judul tulisan di atas dibuat berkaitan dengan adanya rencana program Majelis GKJ Nehemia
yang akan memberikan perhatian lebih besar bagi pembiayaan pengobatan warga jemaat yang
berkekurangan secara ekonomi. Ptogram ini sebagai tindak lanjut dari program Tim PSP yang akan
dilaksanakan oleh Komisi Diakonia selain kegiatan memberikan bantuan kesehatan yang selama
ini berjalan. Kita semua menyambut baik terhadap layanan yang lebih baik kepada warga jemaat,
walaupun kita tahu bahwa untuk program itu gereja terkendala dalam masalah pembiayaan.

Banyak orang mengatakan bahwa sakit di Jakarta sekarang ini mahal. Kecuali bagi mereka yang berkantong
tebal, yang untuk berobat bisa sampai ke luar negeri. Ya ini bisa kita pahami karena memang untuk memelihara
kesehatan dan menyembuhkan dari penyakit memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi kalau sakitnya
termasuk yang berkelas mahal untuk penyembuhannya. Ini sangat dirasakan oleh yang berpenghasilan kelas
mengah bawah, apalagi kalau tidak mendapatkan bantuan dari tempat kerjanya. Lebih-lebih lagi bagi yang tidak
berpenghasilan.
Di dalam komunitas gereja pasti ada golongan yang berkekurangan secara ekonomi, yang membutuhkan uluran
tangan gereja untuk penyembuhan dari sakit dengan prosedur yang mudah dan murah.
Prinsip mudah dan murah ini perlu di kemukakan, karena dalam praktek untuk mendapatkan bantuan kesehatan
dari puskesmas ataupun rumahsakit pemerintah tidaklah mudah bagi warga yang berkekurangan. Kesulitan
sudah muncul mulai dari biaya transportasi untuk menuju dan pulang ke/dari tempat berobat.

Dalam kaitan dengan mahalnya biaya rumah sakit tersebut GKJ Nehemia mempunyai program untuk membantu
kepada warga jemaat yang kondisinya sangat memerlukan untuk biaya rawat inap. Program ini sebagai tindak
lanjut dari rangkaian program yang dicanangkan oleh Tim PSP, yang akan ditangani oleh Komisi Diakonia.
Meskipun program ini masih memerlukan kajian lebih matang, tetapi dilihat dari sisi upaya untuk dapat berbuat
lebih baik dan lebih baik lagi bagi gereja sebagai entitas sektor public untuk warga yang memerlukan patut kita
berikan apresiasi agar benar-benar dapat terealisir dengan baik dan berkesinambungan.

Kita tahu bahwa kesehatan merupakan kebutuhan penting setelah kebutuhan tingkat pertama/dasar (basic
needs) untuk manusia bisa hidup dan mencari nafkah. Tingkat kesehatan menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Penyakit yang berkepanjangan akan mengganggu kehidupan keluarga, terutama bagi keluarga yang
berkekurangan secara ekonomi.
GKJ Nehemia pasti bukan Dinas Sosial atau Dinas Kesehatan yang secara structural memang harus
bertanggung jawab kepada kesehatan masyarakat. Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesulitan yang dihadapi
warga sekligus sebagai bentuk menghadirkan ‘syalom’ untuk hidup yang lebih baik,yakni salah satu misi
penting gereja maka program pemberian bantuan untuk kesehatan ini adalah baik.

Gereja sebagai entitas sektor public

Sebagai entitas sektor publik gereja pasti menghadapi masalah keterbatasan dana. Tetapi dengan dukungan
moral dan finansial dari seluruh warga jemaat yang mendapatkan berkat lebih dari Tuhan maka hal ini bukan
merupakan masalah yang tidak dapat dipecahkan.
Tugas sektor publik adalah menggunakan sebaik mungkin dana yang telah dikumpulkan dari masyarakat
(warga) untuk keperluan-keperluan yang mendatangkan manfaat yang besar bagi warga.
Dengan menjalankan program kesehatan tersebut, maka bukti bahwa gereja melaksanakan azas ‘ Value for
Money’ dalam pengelolaan keuangan menjadi lebih nyata. Azas ini menyatakan bahwa entitas sektor publik
yang baik adalah yang menggunakan dananya dengan efisien, efektif dan ekonomi, serta dilandasi keadilan dan
pemerataan.

Penulis menganggap perlu mengemukakan hal diatas, karena Sektor Publik sering dinilai sebagai sarang
inefesiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana. Sekarang muncul tuntutan baru agar organisasi sector public
memperhatikan value for money (VFM). Ini merupakan konsep pengelolaan organisasi sector public yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yakni ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

~ Ekonomi,yakni pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga terendah. Ekonomi
terkait dengan meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif.
~ Efisiensi, pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu, atau penggunaan input terendah untuk
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output-input yang dikaitkan dengan standar kinerja
dan target yang telah ditetapkan.
~ Efektifitas, tingkat pencapaian hasil program sesuai dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan
perbandingan antara outcome dengan output.
Beberapa pendapat masih menambahkan adanya: keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality).

Input, adalah sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas.
Output adalah hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Dalam pelayanan sosial
mengukur output memang lebih sulit.
Throughput , adalah output antara atau indicator kinerja sebagai alat ukur output, ini diperlukan karena sulitnya
mengukur output dalam sektor publik, sebagai contoh throughput adalah volume aktivitas (misalnya, jumlah
operasi di rumah sakit, atau Jumlah siswa di sekolah dsb.) . Throughput sendiri bukanlah output. Output yang
diharapkan adalah, misalnya kesehatan masyarakat untuk rumah sakit, mutu yang baik bagi anak didik bagi
sekolah.
Outcome, dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas. Atau sering dikaitkan dengan tujuan (objectives) yang
ingin dicapai. Misalnya: kebersihan ligkungan untuk aktivitas pengumpulan sampah,

Pendekatan Value For Money sekarang ini gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan
akuntabilitas sektor publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep ini diyakini dapat
memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Beberapa manfaat penting
adalah :
 Meningkatkan efektifitas pelayanan publik
 Meningkatkan mutu pelayanan
 Meningkatkan efisiensi organisasi, penghematan penggunaan input.
 Alokasi belanja yang lebih beroientasi pada kepentingan publik.
 Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.

Perhatian GKJ Nehemia yang sudah berjalan

Selama ini bentuk perhatian GKJ Nehemia dalam masalah kesehatan dilakukan melalui Balai Kesehatan
Masyarakat (Balkesmas) GKJ Nehemia. Balai ini telah menunjukkan dedikasi yang sangat tinggi untuk ikut
menjaga kesehatan warga jemaat. Tidak terbatas itu saja, banyak warga non Kristen disekitar gereja yang
memanfaatkan layanan balai ini. Misi ini harus kita pelihara terus. Ini adalah bentuk kesaksian gereja untuk
menampilkan wajah Kristus kepada masyarakat sekitarnya.
Kinerja Balkesmas GKJ Nehemia tahun 2006 dan 2007 (data yang penulis miliki) untuk layanan perawatan
umum dan gigi tampak sbb.:

Tahun Layanan Jumlah % warga % non warga


Ke warga jemaat Ke non warga jemaat
2006 957 5.514 6.471 14,7 85,3
2007 932 6.086 7.018 13,2 86,8

Data di atas menunjukkan bahwa :


 Layanan kepada non –warga jauh lebih banyak daripada kepada warga.
 Balkesmas mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut ketingkat lebih tinggi agar dapat
memberikan manfaat lebih besar bagi warga jemaat maupun masyarakat umum.

Aspek pendanaan

Sebagai sektor publik, gereja memang menghadapi kendala dalam melaksanakan program yang baru ini. Kalau
dibebankan pada anggaran rutin yang sekarang ada pasti harus mengurangi pos lain yang sudah menjadi tetap.
Kita telah memahami bahwa penerimaan gereja tidak banyak memberikan surplus. Kalaupun ada hanya bersifat
untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu diperlukan untuk hal-hal diluar yang direncanakan.
Untuk melaksanakan program bantuan kesehatan yang baru ini, tentunya tetap diharapkan warga yang
berkecukupan rindu untuk menyalurkan sebagian berkat yang diterima dari Tuhan, karena persembahan dari
warga adalah potensi yang utama bagi gereja. Memang besaran dana yang diperlukan untuk menjalankan
program ini masih dalam perhitungan.
Dapat dikemukakan disini kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditempuh untuk pengumpulan dana sbb:
1. Persembahan melalui amplop khusus. Ini potensi yang penting yang telah dapat dibuktikan beberapa
tahun terakhir.
2. Donasi, yang akuntansinya perlu dicatat dalam pos khusus agar tidak tercampur dengan donasi yang
umum.
3. Penyisihan sebagian dari penerimaan (charging for services) dari Balkesmas yang diterima karena
melayani non warga jemaat, sehingga dengan demikian ada sedikit manfaat yang dapat dirasakan
warga dari hasil kita melayani non warga.
4. Pengembangan bisnis Klinik dengan mengambil lokasi di luar gereja, setelah ada kajian kelayakan
usaha yang memadai.

Semoga tujuan yang baik dapat terealisasi dengan baik dan berkelanjutan.

Depok, 13 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai