Anda di halaman 1dari 5

PENUMPASAN SISA SISA PKI DI BLITAR : OPERASI TRISULA

Isna Muslihatul Ahadiyah

Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

E- mail : isnaahadiyah1628@gmail.com

Abstrak

G30SPKI adalah sebuah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada
tanggal 30 September hingga 1 Oktobe yang mengakibatkan gugurnya 6 jenderal serta satu orang perwira
pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan kedalam suatu lubang sumur lama di area Lubang
Buaya, Jakarta Timur. Penangkapan – penangkapan yang dilaksanakan aparat terhadap tokoh PKI yang terlibat
semakin memperleah PKI. Walaupun sebagian besar tokoh sentral PKI telah diadili dan ditangkap, masih
banyak diantara mereka yang berhasil melarikan diri dari ABRI. Prediksi ABRI terjawab dengan adanya
informasi tim penyidik yang menun jukkan bahwa wilayah – wilayah di luar Jakarta telah menjadi lokasi
persembunyian gerombolan komunis adalah Blitar Selatan.

Menanggapi situasi Indonesia pasca G30SPKI dan kekhawatiran terhadap pengauh PKI yang kembali
muncul maka pemerintah perlu untu melakukan sutu tindakan penghancuran total terhadap sisa – sisa PKI yang
berada di Blitar Selatan. Pergerakan Operasi Trisula yang diarahkan ke Blitar Selatan merupakan suatu wujud
tindakan yang ditempuh peerintah untuk mengakhiri eksistensi PKI. Batalyon Infanteri 511/Dibyatara Yudha
Blitar adlah batalyon organic KODAM VIII/Brawijaya Jawa Timur yang turut bertugas dalam Operasi Trisula.

Kata kunci : Operasi Trisula di Blitar Selatan 1968

Abstract

G30SPKI is an event with a backdrop of the coup that occurred over one night from 30 September to 1
October which resulted in the death of 6 generals and one first officer of the Indonesian military and his body
was put into an old well in the Lubang Buaya area, East Jakarta. The arrests carried out by the apparatus
against PKI figures who were involved further weakened the PKI. Although most of the PKI's central figures
had been tried and arrested, many of them still managed to escape from ABRI. ABRI's prediction was answered
by the information from the investigation team which showed that the areas outside Jakarta had become hiding
places for communist gangs, namely South Blitar.

Responding to Indonesia's post-G30SPKI situation and concerns over the influence of the PKI that is
re-emerging, the government needs to carry out an act of destruction against the remnants of the PKI who are
in South Blitar. The Operation Trisula movement which was directed at South Blitar was a form of action taken
by the government to end the existence of the PKI. Infantry Battalion 511/Dibyatara Yudha Blitar is an organic
battalion of KODAM VIII/Brawijaya East Java that also served in Operation Trisula.

Keywords: Operation Trisula in South Blitar 1968


A. PENDAHULUAN

Salah satu catatan hitam yang ditorehkan dalam sejarah Republik Indonesia pada masa pergerakan nasional
sapai masa kemerdekaan adala rangkaian peristiwa – peristiwa aksi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Membicarakan tentang sejarah PKI dewasa ini tidak akan pernah ada habisnya, pro dan kontra selalu mewarnai
organisasi politik yang pernah duduk di kursi pemerintahan Indonesia pada waktu itu. Kita ketahui perjalanan
Partai Komunis ini tidak semulus seperti partai-partai lainya, peristiwa G.30.S/PKI kemudian penumpasan PKI
besar-besaran serentak diseluruh Indonesia, banyak nyawa yang melayang dalam peristiwa itu.Masa itu
merupakan periodesasi kelabu yang pernah terjadi di Indonesia.Seperti operasi yang dilakukan oleh TNI AD di
daerah Blitar selatan yang dikenal dengan operasi Trisula, karena daerah itu diduga merupakan persembunyian
PKI (basis PKI yang terakhir).dengan kondisi daerah Blitar Selatan yang tidak terlalu subur dan jauh dari pusat
kota, dan komunikasi tidak terlalu sulit serta mayoritas kehidupan masyarakatnya adalah petani. Kondisi ini
mengundang tokoh-tokoh G.30.S/PKI baik dari Pusat (CC) maupun Tingkat I (CDB) masuk ke Blitar selatan
ini yaitu di Desa Bakung Kecamatan bakung Kabupaten Blitar untuk menyusun kekuatan baru melawan
pemerintahan yang syah dengan menggunakan strategi “ngalah, ngalih, ngalas, ngantem” (mundur, pindah,
sembunyi di hutan, kemudian memukul).

B. METODE

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan
aspek kualitas, nilai atau makna yang tedapat di balik fakta, dan data yang diperoleh dalam bentuk tanggapan
bukan dalam bentuk angka – angka atau data statistic melainkan bentuk deskripsi. Jenis Penelitian adalah
perpustakaan (kepustakaan) yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai
materi yang terdapat diperpustakaan.Misalnya buku-buku, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dan dokumen.
Pada hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan tersebut dijadikan pondasi dan alat
utama bagi praktek penelitian di lapangan.

C. HASIL dan PEMBAHASAN

a. Letak Geografis
Letak monument trisula adalah di Jl. Trisula, Bakung Utara, Bakung, Kec, Bakung, Kab. Blitar, Jawa
Timur. Untuk akses jalan sudah mudah dilalui karena jalanan sudah diaspal dan untuk transportasi umum
sangat jarang karena masyarakat mayoritas memiliki kendaraan sendiri
b. Penumpasan sisa – sisa PKI di Blitar Selatan

Di Blitar Selatan, PKI mulai membangun kekuatan. Berbagai strategi mulai disusun. Setelah merasa cukup kuat
dengan kekuatannya, maka PKI mulai melancarkan perangnya diselubungi dengan aksi – aksi gangguan
keamanan. Mereka memilih melakukan aksi penculikan, perampokan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan.
Teror pembunuhan yang mereka jalankan diluar wilayah Blitar Selatan juga seringkali merupakan aksi balas
dendam terhadap golongan-golongan yang dulu tidak tanggung-tanggung menumpas PKI. Contoh,
pembunuhan terhadap Kyai Abdufatah yang juga sebagai salah satu anggota DPRGR dan Kyai Tasripin
pimpinan GP Ansor di Kabupaten Bojonegoro. Kemudian di Kabupaten Tuban, pembunuhan terhadap Kepala
Desa Prampon bernama Sunan pada bulan Pebruari 1968.

Perampokan-perampokan yang dilakukan simpatisan PKI kemudian ditingkatkan menjadi sebuah usaha
untuk merampas senjata milik aparat pemerintah. Hasil perampasan senjata akan digunakan sebagai modal
dalam rangka menghimpun logistik untuk pemberontakan tani bersenjata. Para pimpinan Anshor dan Banser
rupanya sudah mencurigai bahwa PKI terlibat dalam perampokan dan pembunuhan tersebut. Setelah cukup
bukti, Banser langsung melaporkan adanya pemberontakan didaerah Blitar Selatan kepada Komandan Korem di
Madiun yaitu Kolonel Kholil Thohir. Mendapat laporan tersebut, maka Kolonel Thohir. Mendapat laporan
tersebut, maka Kolonel Thohir melakukan tindakan yang disebut “Operasi Blitar Selatan” “Operasi Blitar
Selatan” ini nampaknya kurang berhasil dan perlu adanya evaluasi dalam melakukan Operasi ini pun banyak
mengalami berbagai hambatan-hambatan, hal ini disebabkan :

1. Medan yang sulit, dimana mana jalan saat itu masih berliku – liku dan tidak rata
2. Rumah penduduk masih berpindah – pindah
3. Orang-orang PKI pandai menyamar sehingga sulit membedakan antara orang PKI dengan
orang bukan PKI.

Hasil evaluasi itu intinya dibentuk Komando Operasi Trisula yang berbentuk Satgas Operasi Trisula.
Pengerahan kekuatan ABRI dalam Operasi Trisula di lapangan dapat berhasil dengan baik, Operasi Trisula
dipimpin oleh Kolonel Witarmin, antara lain: Operasi Trisula Pusat di Bakung yang dikenal dengan nama
KOTIS (Komando Statis), sebagai komando utama, dan Komando bantuan di Sutojayan. Secara umum kegiatan
para tokoh PKI mula-mula ditujukan hanya mempengaruhi rakyat setempat untuk memihak golongan komunis
melalui organisasi BTI. Sedangkan apabila dikaitkan dengan wilayah Blitar Selatan, usaha-usaha mereka untuk
mengkomuniskan masyarakat agar membela PKI bisa dikatakan sangat berhasil. Ada empat faktor yang
menjadi kunci kelancaran mereka dalam mempengaruhi rakyat. Pertama, daerah Blitar Selatan ialah daerah
yang “terlupakan”, terputus dari wilayah-wilayah luar dan luput dari perhatian pemerintah. Kondisi yang
sedemikian rupa memberikan ruang gerak secara bebas dalam membangun gerakan subversif. Kedua, Blitar
Selatan sebelum masa kejayaan PKI 1965 sudah pernah menghisap faham komunis, ketika wilayah ini diduduki
Batalyon Brantas Brigade 29 yang berunsur komunis dalam clash II. Pengaruh komunis saat itu terbukti belum
lenyap dan terbukti pada Pemilihan Umum 1955, dari total pemilih keseluruhan PKI mampu memperoleh 85%
suara di wilayah Blitar Selatan. Ketiga, rakyat Blitar Selatan miskin dan terbelakang hingga mudah dipengaruhi
PKI yang menjanjikan terpenuhinya kebutuhan rakyat. Seperti sabotase Lurah misalnya, jika nanti ada
semacam pemilihan Lurah rakyat akan memilih seorang yang berasal dari PKI hingga lambat laun wilayah
Blitar Selatan secara keseluruhan akan jatuh ketangan komunis. Keempat, daerah Blitar Selatan merupakan
daerah sarang kriminal dan sarang penjahat, sehingga keamanan masyarakat sering terganggu. 13 Penguasa
setempat belum dapat menjamin keamanan baik fisik maupun harta benda, akan tetapi para gerombolan
komunis mampu menjamin keamanan, karena baik anasir maupun teror kriminal sebenarnya yang menjalankan
adalah PKI sendiri. Rakyat Blitar Selatan yang terkena tipu muslihat akhirnya menerima, melindungi dan
bungkam terhadap instansi-instansi yang berwajib seperti ABRI jika ditanyai tentang PKI.
Sistem dari operasi Trisula adalah Pagar Betis, yaitu dengan cara 40.000 orang dijejer dari Sumber
Mulyo sampai dengan Panggung Gunung, setiap orang mempunyai daerah 5 meter dengan sistem gerakan
serentak dimulai jam 4 pagi sampai jam 4 sore, Setelah tujuh hari berturut-turut melaksanakan operasi itu dan
mengepos selama 4 hari., kemudian mereka berjalan lagi kearah utara sehingga seluruh tokoh komunis dapat
dihalau semua. Dalam hal ini PKI menggunakan sistem bergerilya, yaitu : apabila diserang mereka akan lari
tetapi apabila para pelaksana operasi Trisula itu lengah maka akan diserang. Kegiatan Operasi Trisula dalam
minggu pertama bulan Juni 1968. Setelah makin meningkatnya teror gerombolan PKI di Blitar Selatan, operasi
dilaksanakan sejak tanggal 8 Juni sampai dengan 30 Juli 1968 dalam operasi tersebut sisa-sisa kekuatan Partai
Komunis Indonesia di Blitar selatan dapat di padamkan, tetapi kita harus tetap waspada bahwa bahaya komunis
sewaktu-waktu akan bisa muncul lagi.
Dalam operasi pertama, ditangkap sekitar 4.000 orang dan ditemukan delapan orang anggota Gerilya
Desa dan dua orang Detasemen Gerilya PKI Gaya Baru di Blitar Selatan. Operasi gabungan yang sangat kuat
itu membuat banyak anggota PKI Blitar Selatan akhirnya menyerah. Namun, ada pula yang masih melawan
meski dalam posisi terdesak. Beberapa hari bergerak ke selatan, TNI berhasil membongkar wilayah yang
dikuasai PKI hingga ke pegunungan. Dalam baku tembak yang terjadi di kawasan Gunung Asem
Panggungrejo, Oloan Hutapea berhasil dibunuh. Selanjutnya Soerachman juga terbunuh di kawasan hutan Desa
Maron. Pada pertengahan Juli 1968, TNI berhasil menangkap Rewang di Sumberjati, serta Kademangan dan
Ruslan Widjajasastra di Kaligrenjeng. Pada bulan yang sama, Ketua Departemen Bersenjata PKI Blitar Selatan,
Munir, berhasil ditangkap di Jembangan. Operasi Trisula yang dilancarkan selama kurang lebih dua bulan
berhasil menghancurkan kubu-kubu pertahanan dan proyek basis PKI, serta menangkap hidup ataupun mati
tokoh-tokohnya. Mayjen M. Yasin dalam konferensi pers pada 9 Agustus 1968 di Malang menyampaikan
bahwa tahanan PKI hasil operasi ini berjumlah 850 orang. Sedangkan senjata yang berhasil dirampas berjumlah
37 pucuk dan empat buah granat. Upacara penutupan Operasi Trisula berlangsung pada 7 September 1968 di
Blitar oleh Mayjen M. Yasin dan disaksikan oleh Panglima Kostrad Mayjen Kemal Idris. Mereka yang
ditangkap dan masih hidup diberikan pembinaan oleh TNI yang bertujuan untuk menguatkan mental rakyat dari
pengaruh PKI.
SIMPULAN

Patroli-patroli yang dilakukan secara intensif oleh pasukan gabungan ABRI, Hansip dan masyarakat
pada gilirannya makin mempersempit ruang gerak gerilyawan PKI.Tokoh-tokoh PKI yang bersembunyi di
berbagai rumah bawah tanah atau gua-gua mulai kehabisan cadangan makanan sehingga keluar.Satu demi satu
kemudian tertangkap, Operasi Trisula adalah salah satu bagian dari usaha yang dilakukan oleh pemerintah Orde
Baru untuk menumpas kegiatan komunisme PKI di Indonesia. Tidak ada yang tahu berapa di antara pengikut
PKI yang tewas menjadi korban dalam peristiwa itu. Sejarah PKI di Blitar selatan itu diawali karena
kedatangan anggota PKI dari Daerah lain, yang lari setelah peristiwa G30S/PKI).
Dengan menggunakan siasat dan taktik gerilya “ngalah, ngalih, ngalas, ngantem” (mundur, pindah,
sembunyi di hutan, kemudian memukul). Setelah mengalami kehancuran, mereka mengkonsolidasi kembali
kekuatannya di daerah yang terisolisasi atau di hutan-hutan (ngalas), kemudian dipergunakan untuk
menghantam dari belakang (ngantem). Operasi Trisula Pusat di Bakung yang dikenal dengan nama KOTIS
(Komando Statis), sebagai komando utama, dan Komando bantuan di Sutojayan. Sistem dari operasi Trisula
adalah Pagar Betis, yaitu dengan cara 40.000 orang dijejer dari Sumber Mulyo sampai dengan Panggung
Gunung, setiap orang mempunyai daerah 5 meter dengan sistem gerakan serentak dimulai jam 4 pagi sampai
jam 4 sore, Setelah tujuh hari berturut-turut melaksanakan operasi itu dan mengepos selama 4 hari., kemudian
mereka berjalan lagi kearah utara sehingga seluruh tokoh komunis dapat ditangkap semua. Dalam operasi
tersebut sisa-sisa kekuatan Partai Komunis Indonesia di Blitar selatan dapat di padamkan, tetapi kita sebagai
bangsa Indonesia harus tetap waspada bahwasewaktu-waktu bahaya laten komunis akan bisa muncul lagi.

A. Sumber buku

Semdam VIII BRAWIDJAJA 1969, Operasi Trisula, KODAM VIII BRAWIDJAJA diterbitkan oleh
Jajasan Taman Tjandrailwatika edisi pertama

B. Sumber Karya Ilmiah

Tradisi, Pusat Sejarah dan ABRI. 1995. Bahaya Laten Komunisme di Indonesia JakartaPusat
Sejarah dan Tradisi ABRI.

Anda mungkin juga menyukai