Anda di halaman 1dari 2

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kasus yang ada pada penulisan ini dapat disimpulkan bahwa

waprestasi pada perjanjian kerjasama antara lain:

1. Perjanjian Kerjasama investasi Apabila kita telusuri dalam KUHPerdata

tidak ditemukan definisi secara langsung dari perjanjian kerjasama. Namun

demikian perjanjian pinjam kerjasama sebagaimana diatur dalam

KUHPerdata dapat dijadikan landasan dari perjanjian kerjasama utang

piutang. Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang

satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-

barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang

terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu

yang sama pula.

2. Dalam penyelesaian sengketa pada penulisan ini mengambil kasus

Pengadilan Negeri Bandung NO.200/Pdt/G/2015/PN.BDG.yaitu penyelesaian

sengketa melalui pengadilan, Dalam perjanjian timbal balik (bilateral),

wanprestasi dari satu pihak memberikan hak kepada pihak lainnya untuk

membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hakim Resiko beralih kepada

debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata,

Membayar biaya perkara apabila diperkarakan di muka hakim (pasal 181 ayat

1 HIR), Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan

perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian (pasal 1267

Universitas Bung Karno


2

KUHPerdata). Pada putusan tersebut Penggugat mengajukan gugatan kepada

Tergugat karena Tergugat tidak mengembalikan uang Penggugat sesuai

dengan perjanjian tertulis. Oleh karena itu kemudian majelis hakim

menyatakan Tergugat melakukan tindakan wanprestasi dan menghukum

Tergugat mengembalikan uang Penggugat.

B. Saran

1. Dalam rangka menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya

wanprestasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana Hutang Piutang ,

maka pihak pemberi pinjaman sebelum memberikan pinjaman harus lebih

hati-hati dan teliti dalam menilai dan memeriksa baik calon penerima Hutang

maupun barang -barang yang dijadikan jaminan tidak hanya berdasarkan pada

laporan, tetapi juga hendaknya berdasarkan bukti dan/atau keadaan yang

sebenarnya di lapangan.

2. Sebaiknya dalam pembuatan perjanjian kerjasama, Pihak pemberi modal dapat

melibatkan Notaris, dan tidak hanya membuat perjanjian/ akta dibawah tangan

yang berakibat merugikan pemberi pekerjaan itu sendiri. Dan Perjanjian

kerjasama tersebut harus dijelaskan terlebih dahulu kepada penerima segala

sisi hukum yang ada dalam Perjanjian Hutang Piutang tersebut, agar

penerima modalmemahami hak dan kewajibannya serta akibat hukumnya.

Universitas Bung Karno

Anda mungkin juga menyukai