Anda di halaman 1dari 2

Nama : Valentinus Renwarin

Stambuk : 1421086

Kelas : B

Mata Kuliah : Hkm. Perusahaan & Kepailitan

Perjanjian sewa menyewa diatur dalam pasal 1548 - 1600 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata). Dalam pasal 1548 KUH Perdata, dijelaskan bahwa :

“Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu mengikatkan diri
untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang selama waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak lain itu disanggupi pembayarannya.”

Yang perlu diperhatikan dalam perjanjian sewa menyewa adalah :

1. Kewajiban Pihak Yang Menyewakan.


2. Kewajiban Pihak Penyewa.
3. Sifat Perjanjian Sewa Menyewa.
4. Resiko Sewa Menyewa.

Pengertian wanprestasi (breach of contract) adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau


kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu
seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.

Bentuk-bentuk Wanprestasi:
a. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;
b. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);
c. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan; dan
d. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan
untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi sehingga oleh
hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :
– Kesengajaan;
– Kelalaian;
– Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian)
* Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan force majeure, yang
umumnya memang membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi (untuk sementara atau
selama-lamanya).
Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan
keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini adalah
pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya, Harta debitur
dapat dibagikan kepada para kreditur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pihak yang mengajukan pailit :

 Atas permohonan debitur sendiri


 Atas permintaan seorang atau lebih kreditur
 Kejaksaan atas kepentingan umum
 Bank Indonesia dalam hal debitur merupakan lembaga bank
 Badan Pengawas Pasar Modal dalam hal debitur merupakan perusahaan efek.

Syarat yuridis pengajuan pailit :

 Adanya hutang
 Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih
 Adanya debitur
 Adanya kreditur (lebih dari satu kreditur)
 Permohonan pernyataan pailit
 Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga

Dalam kasus ini, kita dapat melihat bahwa memang pihak pendiri (PT Properti Wangi) telah
melakukan prestasinya tetapi tidak tepat waktu yakni berjanji kepada para penyewa (PT A, PT B,
dan PT C) bahwa bangunan yang disewakan akan selesai pada bulan juni tahun depan, tetapi
hingga bulan juni bangunan yang dijanjikan belum kunjung selesai. Oleh sebab itu, telah
terpenuhi salah satu syarat wanprestasi yaitu melaksanakan prestasi tetapi tidak tepat waktu.

Hal ini tentu merugikan para pihak yang menyewa karena mereka telah membayar sebanyak
10% tetapi pada saat jatuh tempo bangunannya belum juga selesai. Sehingga pihak pendiri (PT
Properti Wangi) memiliki utang yang telah jatuh tempo yaitu bangunan yang akan harus selesai
pada bulan juni sebagaimana telah disepakati dalam kontrak.

Oleh sebab itu, hal yang dilakukan oleh para penyewa untuk mangajukan permohonan pailit
merupkan suatu tindakan yang tepat, karena telah terbukti bahwa PT Properti Wangi tidak
melaksanakan prestasinya atau kewajibannya sebagaiman telah disepakati dalam kontrak.

Anda mungkin juga menyukai