Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mata kuliah

Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI

Disusun Oleh :
Windi Astuti 201646500216
Sri Utami 201646500257
Anjar Gunardi 201646500176
Febrian Adi Pratama 201646500204
Dede Sulaeman 201646500179

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRRASTA
PGRI 2019
PPG Pendidikan Profesi Guru

Kualitas pendidikan terus diupayakan, di antaranya melalui peningkatan profesionalitas guru.


Guru profesional dihasilkan melalui pendidikan akademik (S1) dan Pendidikan Profesi Guru
(PPG). Untuk itu, dipandang penting membangun sinergi kedua lembaga pendidikan tersebut
melalui kajian tentang kurikulum, sarana prasarana, sumberdaya manusia, dan program
pengalaman lapangan,untuk menghasilkan guru yang memenuhi kualifikasi, memiliki
kompetensi dan sertifikat pendidik.
Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan profesi guru merupakan program baru karena
dirancang secara operasional berdasarkan Permendiknas nomor 8 Tahun 2009. Dalam
Permendiknas tersebut dinyatakan bahwa PPG adalah program pendidikan yang
diselenggarakan untuk nempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D IV non-
kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru
secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat mernperoleh sertifikat
pendidik professional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Untuk menjadi calon guru PAUD dan SD, program ini dilaksanakan selama satu
semester, sedangkan untuk menjadi guru mata pelajaran di SMP, SMA, dan SMK selama dua
semester.
Program ini mempunyai tujuan untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi
dalarn merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil
penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, mampu melakukan
penelitian dan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan. Sesuai dengan namanya,
program PPG ini kegiatannya tidak ada perkuliahan tetapi berupa workshop penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pemantapan pengalaman lapangan (PPL). Pada
kegiatan workshop tersebut, peserta mendapat bimbingan dari guru pamong dan dosen
pembimbing untuk mengemas materi bidang studi untuk pembelajaran yang mendidik.
Sedangkan kegiatan pemantapan pengalaman lapangan dilakukan dengan praktek di sekolah,
baik praktek mengajar, penelitian tindakan kelas, lesson study, maupun praktek manajemen
sekolah. Dengan demikian penyelenggaraan program ini sangat berbeda dengan pendidikan
sebelumnya ketika peserta menempuh S1. Penyelenggaraan PPG Untuk menghasilkan guru
yang berkualitas dan profesional, maka dalam penyelenggaraan program ini dituntut berbagai
persyaratan yang sangat berat dan ketat.
Pertama, persyaratan lembaga penyelenggara program ini adalah program studi kependidikan
yang terakreditasi dengan peringkat minimal B, memiliki sumber daya manusia sekurang-
kurangnya dua orang berkualifikasi pendidikan S3 dengan jabatan akademik lektor dan empat
orang berkualifikasi S2 yang berjabatan akademik minimal lektor kepala. Di samping itu
pihak penyelenggara juga harus memiliki laboratorium micro teaching dan laboratorium
bidang studi, serta memiliki buku sumber yang relevan dan mutakhir untuk mendukung
program ini. Dengan persyaratan seperti ini sudah barang tentu tidak banyak program studi
kependidikan di Indonesia yang dapat memenuhinya. Kedua, sekolah tempat praktek peserta
program ini dituntut memenuhi beberapa persyaratan, yaitu memiliki status akreditasi
sekurang-kurangnya peringkat B, mempunyai sumber daya manusia yang baik, dan sarana
prasarana yang memadai, dan menjadi sekolah mitra dari lembaga penyelenggara yang
dibuktikan dengan nota kesepahaman. Hubungan antara institusi penyelenggara dengan
sekolah mitra harus trjalin dengan baik dan bahkan keduanya memiliki tanggungjawab yang
besar untuk menyiapkan guru yang profesional Ketiga, persyaratan guru pamong dalam
program ini harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 program studi yang relevan,
diutamakan telah miliki sertikat pendidik sebagai guru profesional, telah mengikuti pelatihan
sebagai guru pamong, dan memiliki masa kerja sekurang-kurangnya lima tahun. Keempat,
bagi dosen pembimbing juga dituntut persyaratan yang tidak ringan, karena
sekurangkurangnya berpendidikan S2 yang relevan, diutamakan memiliki sertifikat pendidik
sebagai dosen, telah mengikuti pelatihan sebagai dosen pembimbing, dan sanggup
melaksanakan tugas secara penuh selama program ini berlangsung. Kelima, untuk dapat
mengikuti program ini, pesertanya diseleksi secara sangat ketat karena jumlahnya dibatasi
sesuai dengan quota yang ditetapkan oleh menteri.
Materi seleksi meliputi tes penguasaan bidang studi, tes potensi akademik, tes bakat dan
minat. Jumlah peserta program PPG ini mengacu pada prinsip suply and demand, dalam arti
jumlah peserta disesuaikan dengan quota jumlah kebutuhan guru di setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Keenam, sitem penilaian akhir program ini dilakukan secara komprehensif,
meliputi ujian tulis, ujian kinerja, dan uji kompetensi yang melibatkan penguji dari sekolah
mitra, lembaga penyelenggara, dan organisasi profesi yang relevan. Dengan persyaratan yang
demikian berat baik terkait dengan institusi penyelenggara, sekolah mitra, guru dan dosen
pembimbing, seleksi peserta yang ketat, dan sistem evaluasinya, maka lulusan program ini
akan jauh lebih berkualitas dan dipandang sangat layak menyandang predikat sebagai guru
yang profesional sehingga langsung memperoleh sertifikat pendidik.
Konsekuensinya, bagi lulusan yang belum bekerja harus segera diangkat menjadi pegawai
negeri dan berhak memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Dengan
demikian, melalui program ini maka ke depan akan dapat diwujudkan calon guru dan guru
yang profesional karena inputnya adalah mereka yang lolos seleksi dengan sangat ketat,
mengikuti proses yang sangat baik, dibimbing secara efektif dan efisien, dan diuji secara
komprehensif oleh penguji baik dari dalam mapun dari luar institusi penyelenggara. Apabila
program ini sudah berjalan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang ada maka akan
berdampak positif pada peningkatan profesionalitas guru di Indonesa. Dampak positif
tersebut adalah bahwa input program ini dari waktu ke waktu akan lebih berkualitas, karena
pesertanya mengalami seleksi secara ketat dalam dua tahap. Seleksi tahap pertama terjadi
ketika mahasiswa masuk program S1 kependidikan. Animo masuk ke program studi
kependidikan S1 sejak beberapa tahun terakhir ini makin bertambah banyak sehingga seleksi
masuknya sudah melalui persaingan yang sangat ketat, dan fenomena seperti ini diprediksi
akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan seleksi tahap kedua juga terjadi saat
seseorang akan menjadi peserta program ini.
Para dosen dan guru pamong program ini dituntut mampu melaksanakan tugasnya seoptimal
mungkin karena memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar dalam menyiapkan calon
guru yang lebih baik. Dalam menentukan kelulusannya juga dilakukan dengan melibatkan
evaluator internal dan eksternal termasuk organisasi profesi seperti PGRI dan ISPI, sehingga
jaminan kualitas dan objektifikasnya dapat diandalkan. Mengacu pada uraian di atas, maka
program pendidikan profesi guru ini dapat menjadi benteng terakhir bagi lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK) untuk menyiapkan calon guru dan atau guru yang lebih
berkualitas dan profesional, dibandingkan dengan yang telah dihasilkan selama ini.

Peran PPG (Pendidikan Profesi Guru)


Pendidikan Profesi merupakan program pendidikan tinggi yang dilaksanakan setelah program
sarjana dan mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Program Pendidikan Profesi Guru sendiri merupakan program pendidikan
yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV non-
kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru
secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat
pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan menengah.
Program PPG didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan RI No 87
tahun 2013. Dalam pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013 dipaparkan tujuan Program
PPG adalah :
A. Untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan,
melaksanakan , dan menilai pembelajaran
B. Menindaklanjuti Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 hasil penilaian dengan
melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik
C. Mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan. Sementara itu, Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan
dan ditetapkan oleh Menteri.
Flyer PPG Prajabatan

Sertifikat Guru dalam Jabatan :


Profesionalisme guru, tentu harus terkait dan dibangun melelui penguasaan kompetensi-
kompetensi yang secara nyata dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas dan
pekerjaannya sebagai guru. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah :
Kompotensi profesional, yaitu kompetensi pada bidang substansi atau bidang studi,
kompetensi bidang pembelajaran, metode pembelajaran, sistem penilaian, pendidikan nilai
dan bimbingan. Kompetensi sosial, yaitu kompetensi pada bidang hubungan dan pelayanan,
pengabdian masyarakat. Kompetensi personal, yaitu kompetensi nilai yang dibangun
melalui perilaku yang dilakukan guru, memiliki pribadi dan penampilan yang menarik,
mengesankan serta guru yang gaul dan ”funky” sehingga menjadi dambaan setiap orang,
sosok guru yang menjadi tauladan bagi siswa dan panutan masyarakat. Penilaia terhadap
profesi guru tidak hanya sekedar pada aspek kualitas, administrasi dan manajemen saja, tetapi
masalah guru lebih luas dan kompleks, menyangkut kemampuan profesional, personal, sosial
termasuk perilaku dan kurangnya penghargaan yang layak terhadap profesi guru. Penilaian
harus dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kompetensi pada bidang
kependidikan

Kurikulum PPG
Struktur Kurikulum Program Pendidikan Profesi Guru dan Capaian Lulusan. Guru adalah
pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sebagai Tenaga Profesional
berarti Pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis
dan pendidikan tertentu. Kurikulum Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG)
dikembangkan dengan mengacu pada (1) Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen (UUGD), Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru,
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI), Peraturan Menteri Riset teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti), Serta Peraturan Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi tentang Standar Pendididkan Guru.
Kurikulum Pendidikan Profesi Guru (PPG) dikembangkan dengan mengacu pada prinsip
acitivity based curriculum atau experience based curriculum bukan subject matter curriculum
seperti pada pendidikan akademik. Implikasi dari prinsip ini, pembelajaran dalam Program
PPG berbentuk aktivitas/kegiatan, yaitu berupa lokakarya pengembangan perangkat
pembelajaran sebagai wujud implementasi dari konsep TPACK yaitu technological
pedagogical content knowledge (Koehler & Mishra, 2008). Program Studi Pendidikan Profesi
Guru (PPG) di Indonesia sesuai dengan amanah Undang-undang, baik Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen dan Undang-undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi menganut pola konsekutif atau model berlapis, yaitu pendidikan
yang dilaksanakan setelah program akademik (S-1). Secara umum model kurikulum Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Model Kurikulum Program PPG :
1. Pemantapan akademik pedagogik atau bidang studi dan keprofesian; dan lokakarya
perangkat pembelajaran dan rencana penelitian tindakan 60%
2. Praktik Pengalaman Lapangan 40%
Model ini selanjutnya akan dikembangkan ke dalam struktur kurikulum yang disesuaikan
dengan luaran lulusan Program Studi PPG oleh LPTK penyelenggara Program Studi PPG,
sesuai dengan UU Pendidikan Tinggi No. 12/2012 pasal 35 dan 36. Kurikulum Program
Studi PPG berisi beberapa kegiatan yang tersebar di semester pertama dan di semester kedua,
baik berupa kegiatan akademik maupun non-akademik. Kegiatan akademik semester pertama
berupa lokakarya pengembangan perangkat pembelajaran, presentasi hasil pengembangan
perangkat pembelajaran, dan peerteaching, serta pendalaman atau penguatan materi bidang
studi/keahlian. Kegiatan akademik semester kedua berupa Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL), Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan bagi PPG kejuruan ada kegiatan praktik di
industri. Kegiatan kehidupan di asrama atau sarana lain berupa beberapa kegiatan untuk
mendukung pengembangan kompetensi sosial dan kepribadian. Kegiatan kehidupan di
asrama atau sarana lain diatur dalam pedoman tersendiri.
A. Capaian Pembelajaran Lulusan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

•Pedagogik
Seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk merencanakan,
melaksanakan, menilai dan mengevaluasi pembelajaran
•Kepribadian
Seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang membentuk kepribadian
guru yang mencerminkan perilaku ahklak mulia, kearifan, dan kewibawaan sehingga
menjadi teladan bagi peserta didik.
•Sosial
Seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk berkomunikasi, berinteraksi,
dan beradaptasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali dan masyarakat sekitar.
•Profesional
Seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang harus dimiliki, dikuasai, dihayati, dan diaktualisasikan oleh guru.
Beban Belajar Program Pendidikan Perofesi Guru
Program Studi PPG merupakan program pendidikan yang diselenggarakan untuk
mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/D IV Non Kependidikan yang memiliki
bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan
standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Program Studi PPG
diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan pendidikan, seperti: (1) kekurangan
jumlah guru (shortage) khususnya pada daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal, (2)
distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution), (3) kualifikasi di bawah standar (under
qualification), (4) guru-guru yang kurang kompeten (low competence), serta (5)
ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (missmatched).
Program Studi PPG yang akan menghasilkan guru-guru profesional diharapkan akan
menghasilkan lulusan yang unggul dan siap menghadapi tuntutan zaman. Posisi hasil belajar
siswa di Indonesia saat ini belum menggembirakan. Hasil studi PISA (Program for
International Student Assessment) tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia baru bisa
menduduki peringkat 69 dari 76 negara, demikian juga hasil studi TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study), juga menunjukkan siswa Indonesia berada
pada ranking 36 dari 49 negara dalam hal melakukan prosedur ilmiah. Program Studi PPG
yang dirancang secara sistematis dan menerapkan prinsip mutu mulai dari seleksi, proses
pembelajaran dan penilaian, hingga uji kompetensi, diharapkan akan menghasilkan guru-guru
masa depan yang profesional yang dapat menghasilkan lulusan yang unggul, kompetitif, dan
berkarakter, serta cinta tanah air. Program Studi PPG dapat diselenggarakan dalam bentuk
PPG Bersubsidi dan PPG Swadana. PPG Bersubsidi adalah penyelenggaraan PPG yang
pembiayaan pendidikannya dibantu oleh pemerintah. PPG Swadana adalah penyelenggaraan
PPG yang pembiayaan pendidikannya ditanggung sepenuhnya oleh mahasiswa.
 Landasan Hukum :
1.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4.Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
5.Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasiona
Indonesia.
6.Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi
Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia.
7.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
8.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
9.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 tentang
Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.
10.Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.11.Peraturan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Nomor 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi. 12.Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Nomor 007/B1/SK/2017 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara Rintisan Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.
Persyaratan Penyelenggara Program Studi PPG
1.Kelembagaan
Program Studi PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan pendidik dan tenaga kependidikanyang memenuhi persyaratan dan memperoleh
ijin yang ditetapkan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Perguruan tinggi
yang ditetapkan menjadi penyelenggara Studi PPG harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: a.memiliki akreditasi institusi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT), diutamakan peringkat Unggul (A), atau minimal Baik Sekali (B); b.memiliki
program studi kependidikan strata satu (S-1) yang terakreditas A untuk program PPG yang
akan diselenggarakan, kecuali ditetapkan lain oleh Kemenristekdikti; c.memiliki kemitraan
dengan beberapa sekolah yang terakreditasi minimal B dan memenuhi persyaratan sebagai
tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang dibuktikan dengan piagam kerjasama;
d.memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan fungsi
mengelola Program Studi PPG; e.memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang
memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola program PPL; f.memiliki badan/lembaga/unit
atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola program Pengembangan
Akademik Kependidikan; dan g.memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang
memiliki tugas pokok dan fungsi penjaminan mutu internal perguruan tinggi.
 Perguruan tinggi yang ditetapkan menjadi penyelenggara Studi PPG harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

A. .Memiliki akreditasi institusi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan


Tinggi (BAN-PT), diutamakan peringkat Unggul (A), atau minimal Baik
Sekali(B);
B. Memiliki program studi kependidikan strata satu (S-1) yang terakreditas A
untuk program PPG yang akan diselenggarakan, kecuali ditetapkan lain oleh
Kemenristekdikti;
C. memiliki kemitraan dengan beberapa sekolah yang terakreditasi minimal B
dan memenuhi persyaratan sebagai tempat Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) yang dibuktikan dengan piagam kerjasama;
D. memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan
fungsi mengelola Program Studi PPG;
E. memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan
fungsi mengelola program PPL;
F. memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan
fungsi mengelola program Pengembangan Akademik Kependidikan; dan
G. memiliki badan/lembaga/unit atau sebutan lain yang memiliki tugas pokok dan
fungsi penjaminan mutu internal perguruan tinggi.
2. Sumber Daya Manusia
Program Studi PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki sumber daya
manusia yang memenuhi persyaratan. Sumber daya manusia tersebut terdiri atas: pengelola
program, dosen, dan tenaga kependidikan. Selain sumber daya manusia tersebut, perguruan
tinggi harus melibatkan guru pamong dari sekolah mitra, dan tutor di berbagai tempat belajar
jika diperlukan. Pengelola program adalah personil yang bertugas mengelola
penyelenggaraan Program Studi PPG. Pengelola Program Studi PPG yang ditunjuk oleh
perguruan tinggi penyelenggara harus memiliki pengalaman mengelola program studi dan
memiliki kompetensi pedagogik dan manajerial. Pengelola Program Studi PPG di perguruan
tinggi penyelenggara minimal berjumlah 6 orang, yang terdiri dari paling sedikit 2 (dua)
orang berkualifikasi doktor (S-3) dengan jabatan akademik paling rendah Lektor, dan 4
(empat) orang berkualifikasi magister (S-2) dengan jabatan akademik paling rendah Lektor
Kepala. Selain 6 orang tersebut, setiap bidang studi PPG yang diselenggarakan harus
memiliki minimal 2 orang dosen yang mengurusi bidang studi tersebut yang berasal dari
bidangstudi jenjang S-1 sejenis.
Dosen berfungsi untuk mengampu Subject Specific Pedagogy (SSP)dengan tugas mengajar
atau melakukan pendalaman materi, memfasilitasi kegiatan lokakarya, membimbing
penelitian, dan membimbing Praktik Pengalaman Lapangan. Program studi yang
menyelenggarakan Program Studi PPG dari perguruan tinggi penyelenggara harus memiliki
dosen dengan ketentuan sebagai berikut.
A. berkualifikasi akademik paling rendah magister atau magister terapan.
B. berlatar belakang di bidang pendidikan pada salah satu kualifikasi akademik yang
dimiliki dan sesuai dengan bidang keilmuan keahlian yang diampu.
C. memiliki jabatan fungsional akademik paling rendah Lektor.
D. untuk pendidikan produktif kejuruan, dosen dapat berasal dari dunia usaha dan dunia
industri dengan memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang
diajarkan.
E. memiliki pengalaman kerja yang relevan paling sedikit 10 (sepuluh) tahun. Perguruan
tinggi penyelenggara Program Studi PPG harus memiliki tenaga kependidikan yang
terdiri atas tenaga administrasi, laboran, dan pustakawan yang dapat mendukung dan
memperlancar pelaksanaan Program Studi PPG. Tenaga kependidikan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
F. memiliki kualifikasi akademik paling rendah lulusan program diploma 3 (tiga) yang
dinyatakan sesuai dengan kualifikasi tugas pokok dan fungsinya.
G. tenaga kependidikan yang memerlukan keahlian khusus wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
Jumlah tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan Program Studi PPG dan
kondisi perguruan tinggi penyelenggara. Perguruan tinggi penyelenggara harus
memiliki kerjasama dengan sekolah mitra untuk penunjukan guru pamong. Guru
pamong bertugas untuk memberikan pendampingan dalam kegiatan lokakarya,
penelitian, dan Praktik Pengalaman Lapangan. Guru yang ditunjuk untuk menjadi
guru pamong dalam Program StudiPPG harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. memiliki kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya sarjana;
b. memiliki sertifikat pendidik profesional;
c. memiliki jabatan fungsional guru serendah-rendahnya guru madya;
d.memiliki latar belakang pendidikan yang sama dengan bidang studi/mata pelajaran
yang diampu, dan bidang studi/mata pelajaran yang diajarkan oleh mahasiswa yang
dibimbing; dan
e. memiliki nilai UKG sekurang-kurangnya 76. Selain itu, dalam situasi khusus,
dalam penyelenggaraan PPG, dosen dapat didampingi oleh tutor yang berfungsi untuk
membantu proses pembelajaran PPG, di peguruan tinggi penyelenggara maupun
tempat belajar lainnya, misalnya bengkel, studio, industri, dll.

3. Organisasi Pengolahan Progaram Studi PPG :


1. Pengelolaan Program Studi PPG berada di tingkat perguruan tinggi di bawah
tanggung jawab Rektor.
2. .Pengelolaan Program Studi PPG di tingkat perguruan tinggi dilakukan oleh lembaga/
badan/unit pelaksana atau sebutan lain yang dibentuk oleh perguruan tinggi dengan
tugas pengelolaan Program Studi PPG di perguruan tinggi yang bersangkutan.
3. Pengelolaan Program Studi PPG di tingkat perguruan tinggi didukung oleh:
o Badan/lembaga/unit pelaksana penjaminan mutu atau sebutan lain yang
bertugas untuk melakukan kegiatan penjaminan mutu Program Studi PPG.
o badan/lembaga/unit pelaksana teknologi informasi dan komunikasi atau
sebutan lain yang bertugas untuk mengelola TIK Program Studi PPG.
o pengelola asrama dan atau sarana lain. d.pengelola keuangan. e.staf/tenaga
pendukung.
4 .Pengelolaan bidang studi PPG dilakukan oleh dua orang dosen sebagai
koordinator program di bawah tanggung jawab ketua Program Studi PPG.
Dalam Pasal 1 di sebutkan :

 Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang


mempersiapkan pesertadidik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus.
 Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan yang selanjutnya disebut
program PPGadalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk
mempersiapkan lulusan S1 Kependidikandan S1/DIV Nonkependidikan yang
memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasaikompetensi guru
secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat
memperolehsertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
5 lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas
oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan
menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan
dan non kependidikan.
6 Matrikulasi adalahsejumlah matakuliah yang wajib diikuti oleh peserta program PPG
dan/atau kompetensi akademikkependidikansebelum mengikuti program PPG.
7 Pengayaan bidang studi adalah kegiatan pemantapan penguasaan materi bidang studi
yang dilaksanakan secara terpadudalam kegiatan PPG.
8 Pedagogik khusus bidang studi adalah kegiatan yang memberikan pengalaman kepada
calon guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang komprehensif,
mencakuprencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran,
evaluasi, dan lembar kerja siswa (LKS).
9 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
10 Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
11 Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
12 Pemerintah Daerahadalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau
Pemerintah Kota.
Pasal 10 di sebutkan :
 Beban belajar program PPG ditetapkan berdasarkan latar belakang
pendidikan/keilmuan peserta didik program PPG dan satuan pendidikan tempat
penugasan.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanTK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat bagilulusan S1PGTK dan
PGPAUD,adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit
semester.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanSD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajatbagilulusan S1PGSD adalah
18 (delapanbelas) sampai dengan 20 (dua puluh) satuan kredit semester.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanTK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat bagi lulusan selain S1/D IV
Kependidikan PGTK dan PGPAUD adalah 36 (tiga puluhenam) sampai dengan 40
(empat puluh) satuan kredit semester.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanSD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat bagi lulusan
S1/DIVKependidikan selain S1PGSDadalah 36 (tiga puluhenam)sampai dengan 40
(empat puluh) satuan kredit semester.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanTK/RA/TKLB atau bentuk lain yang sederajat dan pada satuan Pendidikan
SD/MI/SDLB atau bentuklain yang sederajat yang berlatar belakang lulusan
S1Psikologi adalah 36 (tiga puluh enam)sampai dengan 40 (empat puluh) satuan
kredit semester.
 Beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk menjadi guru pada satuan
pendidikanSMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan satuan
pendidikanSMA/MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, baik
lulusan S1/D IVKependidikan maupun lulusan S1/DIVNonkependidikan adalah 36
(tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) satuan kreditsemester.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai penjabaran beban belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)sampai dengan ayat(7) ke dalam distribusi mata kuliah sesuai struktur
kurikulum diatur oleh LPTK yang bersangkutan.

Tujuan Program PPG:


1. untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensidalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran;
2. menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan
peserta didik; dan
3. mampu melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan.
Beban Belajar Program Pendidikan Profesi Guru:
1. Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB bagi S1 PGTK dan PGPAUD
adalah 18 sampai 20 SKS.
2. Beban belajar untuk menjadi guru SD/MI/SDLB bagi S1 PGSD adalah 18 sampai 20
SKS.
3. Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB bagi lulusan selain S1 / D IV PGTK
dan PGPAUD adalah 36 sampai 40 SKS.
4. Beban belajar untuk menjadi guru SD/MI/SDLB bagi lulusan S1/ D IV Kependidikan
selain S1 PGSD adalah 36 sampai 40 SKS.
5. Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB bagi S1 Psikologi
adalah 36 sampai 40 SKS.
Sistem Pembelajaran Program Pendidikan Profesi Guru :
1. Sistem pembelajaran mencakup perkuliahan, partikum dan praktek penggalaman
lapangan yang diselengarakan dengan pemantauan langsung secara insentif oleh
dosen yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut, dinilai secara objektif dan
transparan.
2. Perkuliahan praktikum dan praktek pengalaman lapangan dilaksanakan secara tatap
muka dan berorientasi pada pencapaian kompetensi merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menulis hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil
pembelajaran, serta melakukan pembembingan pada pelatihan :

a) Mengikuti Workshop merupakan pembelajaran berbentuk lokakarya yang


bertujuan untuk menyiapkan peserta program PPG agar mampu mengemas
materi untuk pembelajaran bidang studi, sehingga peserta PPG siap
melaksanakan PPL.
b) Mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan (PPL): Merupakan kegiatan praktik
belajar mengajar di kelas dengan pemantauan langsung secara instensif oleh
dosen yang di tugaskan. Adapun kegiaatan PPL ini meliputi tahap pengenalan
lapangan, mikro dan makro.
c) Mengikuti Uji Kompetensi terdiri dari ujian tulis dan kinerja, ujian ini di
tempuh setelah lolos dalam Workshop dan PPL.

Sistem Pembelajaran dan Penilaian Pendidikan Profesi Guru (PPG) :


Deskripsi Pembelajaran Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahap Pendalaman
Materi dan Lokakarya. Pembelajaran pada Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG)
yang dikemas dalam bentuk lokakarya, seminar, kuliah, peerteaching, dan PPL sebagai satu
rangkaian akademis. Selanjutnya model pembelajaran Program Studi PPG dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Pleno 1
Kegiatan pleno 1 berisi orientasi umum, yang diikuti oleh seluruh mahasiswa Pendidikan
Profesi Guru (PPG) masing-masing LPTK. Materi pleno 1 berupa konsep dasar Pendidikan
Profesi Guru (PPG), kurikulum dan sistem pembelajaran; sistem PPL dalam Pendidikan
Profesi Guru (PPG), dan Sistem penilaian dan kelulusan dalam PPG.
b. Pretes PPG
Pretes dilakukan secara online dan serentak nasional untuk mengukur kemampuan awal
mahasiswa khususnya terkait penguasaan materi bidang studi sesuai kurikulum yang
digunakan.
c. Pleno 2
Kegiatan pleno 2 dilakukan dalam lingkup bidang studi, yang diikuti oleh mahasiswa dalam
bidang studi di suatu LPTK. Kegiatan pleno 2 mencakup kegiatan pendalaman materi bidang
akan diampu (bidang studi), dan persiapan lokakarya berupa penjelasan teknis lokakarya
berbasis TPACK, analisis kurikulum untuk per siklus, dan pemaparan contoh-contoh
perangkat dan/atau model pembelajaran.
d. Lokakarya
Kegiatan lokakarya dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran. Mahasiswa di
bawah bimbingan dosen pembimbing dan guru pamong secara berkelompok berdiskusi dan
bekerja untuk menyusun perangkat pembelajaran. Kegiatan lokakarya mencakup kegiatan
berikut.

 Diskusi kelas dan kelompok:


Diskusi kelas dan kelompok dilakukan untuk membagi dan menetapkan kompetensi
dasar (KD) atau subKD untuk masing-masing kelompok kecil/individual.
 Kerja Kelompok/Individual terbimbing :
Kerja Kelompok/Individual terbimbing dilakukan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran untuk masing-masing KD, berupa silabus, RPP, bahan ajar, LKS, media
pembelajaran, dan perangkat penilaian.
 Tes formatif :
Tes formatif mencakup materi seluruh KD yang dikembangkan perangkat
pembelajaran ini. Tes formatif disertai dengan pendalaman materi sesuai hasil tes
formatif.
 Presentasi hasil lokakarya
Perangkat pembelajaran yang disusun per KD oleh masing-masing mahasiswa/
kelompok kecil mahasiswa dipresentasikan dalam forum kelas untuk
dikomunikasikan ke seluruh kelompok serta untuk memperoleh masukan dari
kelompok lain. Dengan presentasi ini diharapkan perangkat pembelajaran seluruh KD
yang telah dikembangkan dipahami oleh seluruh mahasiswa/kelompok.
 Revisi hasil presentasi
Revisi perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil sharing pendapat dan
masukan dalam presentasi.
 Peerteaching/Microteaching
Peerteaching dilakukan untuk mempraktikkan perangkat pembelajaran di depan
teman/sebaya. Peerteaching dilakukan di bawah supervisi dosen pembimbing dan
guru pamong
 Penyusunan rancangan penelitian tindakan kelas
Kegiatan ini untuk memfasilitasi peserta Program Studi PPG untuk merancang
penelitian tindakan kelas yang nantinya akan diimplementasikan dalam kegitan PPL.
Kegiatan lokakarya dari diskusi kelas dalam rangka penetapan/pembagian KD/SubKD
sampai dengan peerteaching dilakukan berulang (bersiklus). Jumlah siklus lokakarya
bergantung banyaknya kelompok KD (misalnya kelompok KD Semester 1 Kelas X SMA,
kelompok KD Semester 2 Kelas X SMA, kelompok KD Semester 1 Kelas VIII SMP, dsb).
Jumlah siklus lokakarya juga bergantung pada kecukupan waktu. Dengan demikian, perlu ada
penentuan KD atau kelompok KD yang dikembangkan perangkat pembelajarannya menurut
skala prioritas atau tingkat esensialitas KD-KD tersebut.

Praktik Pengalaman Lapangan Program Studi PPG


PPL mencakup kegiatan praktik pembelajaran dan non-pembelajaran, praktik Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), dan praktik industri. Kegiatan praktik pembelajaran dan non-
pembelajaran serta praktik PTK dilaksanakan oleh LPTK, sedangkan kegiatan praktik
industri di DU/DI dikoordinasikan oleh Politeknik. Tujuan umum kegiatan praktik
pembelajaran dan non-pembelajaran di sekolah adalah agar mahasiswa Pendidikan Profesi
Guru (PPG) memiliki pengalaman nyata dan kontekstual dalam menerapkan seperangkat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang tercapainya penguasaan
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
penguasaan materi bidang studi secara utuh.
Tujuan khusus kegiatan praktik pembelajaran di sekolah sebagai berikut.
1. Membentuk dan memantapkan kemampuan profesional guru secara utuh.
2. Mendemonstrasikan kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
hasil pembelajaran.
3. Melakukan perbaikan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan potensi
mahasiswa.
4. Mendalami karakteristik mahasiswa dalam rangka meningkatkan motivasi belajar.
5. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran di kelas dan mengatasi permasalahan
pembelajaran tersebut secara individu maupun kelompok.
6. Menerapkan pembelajaran inovatif yang bertolak dari suatu permasalahan
pembelajaran.
7. Menilai capaian pembelajaran mahasiswa dengan menggunakan instrumen yang dapat
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
8. Menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan kegiatan
pengayaan atau remedial.
9. Menyusun rancangan dan melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu
upaya mengembangkan profesionalitas guru.
10. Melakukan remedial teaching bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Tujuan khusus kegiatan praktik non-pembelajaran di sekolah adalah mendalami,
berpartisipasi, dan/atau mempraktikkan kegiatan-kegiatan non-pembelajaran yang meliputi:
administrasi sekolah, kultur sekolah, ekstrakurikuler (kepramukaan, UKS, majalah dinding,
dll), rapat-rapat sekolah, layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa.
1. Tujuan kegiatan praktik PTK adalah memperbaiki praktik dan meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
2. Tujuan umum Praktik Industri (PI) adalah agar mahasiswa dapat mengamati dan
mendalami prosedur dan mekanisme kerja di DU/DI secara langsung, terutama dalam
bidang pekerjaan yang sesuai dengan program keahliannya.

Tujuan khusus PI adalah:


1. Membekali mahasiswa untuk memahami situasi dan iklim kerja yang sebenarnya;
2. Membekali mahasiswa dengan wawasan lingkungan pekerjaan di DU/DI yang
berbeda dengan lingkungan sekolah;
3. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memahami prosedur, mekanisme, dan disiplin kerja di DU/DI;
4. Membekali mahasiswa dengan orientasi dan tujuan pekerjaan di DU/DI yang sesuai
dengan program keahliannya.

Pengertian Sertifikaasi
Dalam undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, di kemukakanbahwa
sertifikasi adalah proses pemeberian sertifikasi pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang di berikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional.Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat sebagai
suatu proses pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang di selenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru
adalah proses uji kompetensi yang di rancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemeberian sertifikasi pendidik
National Comission on Educatioanl Services ( NCES ), memberikan pengertian sertifikasi
secara lebih umum, yaitu “ certification is a procedure whereby the state evaluates abd
reviews teacher candidates’s credentials and provides him or her a license to teach”. Dalam
hal ini, sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak di
berikan izin dan wewenang untuk mengajar. Hal ini, di perlukan karna lulusan lembaga
pendidikan tenaga kehuruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi msupun
swasta. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi
profesioanl. Oleh karena itu, proses sertifikasi di pandang bagian esensial dalam upaya
memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. Sertifikasi
guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin memperoleh
pengakuan dan atau resentasi pemenuhan standar kompetensi yang telah di tetapkan dalam
sertifikasi kompetensi adalah sertifikasi kompetensi pendidik. Sertifikat sebagai bukti
pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan
pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenajang pendidikan tertentu[2].
Dasar Hukum Sertifikasi
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen ( UUGD ). Yang di sahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang
tekait langsung yakni pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah pasal 11, ayat ( 1 ) menyebutkan bahwa
sertifikasi pendidik sebagaimana dalam pasal 8 di berikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan, ayat ( 2 ) sertifikasi pendidik di selenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan di tetapkan oleh
pemerintah, ayat ( 3 ) sertifikasi pendidik di laksanakan secara objektif, transparan, dan
akuntabel, ayat ( 4 ) ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana di
maksud pada ayat (2) dan ayat (3) di atur dengan peratuaran pemerintah (Undang-Undang RI
No.14/2005).
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional dan Pearaturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 tentang
sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang di tetapkan pada tanggal 4 Mei 2007, sebagaimana
bunyi pada pasal 1, sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemeberian sertifikat
pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikata sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di
ikuti oleh guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau
diploma empat ( D-IV). Sertifikasi guru dalam jabatan sebagaiman di maksud pada ayat (1)
di selenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan di tetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasioanl
( Peraturan Mendiknas RI No.18 Tahun 2007 )[3]
Tujuan Sertifikasi
Program sertifikasi guru di berikan kepada para guru yang menenuhi standar profesional
guru karna hal ini merupakan syarat mutlak untuk mencapai sistem dan praktik pendidikan
yang berkualitas. Sebenarnya yang menjadi tujuan utama sertifikasi guru adalah sbb[4]:

1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pemebelajaran


dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
3. Meningkatkan martabat guru.
4. Meningkatkan profesionalitas guru.
5. Merangsang guru untuk bersaing dan meningkatkan keterampilan sehingfa menjadi
guru yang berkualitas.
Manfaat Sertifikasi
Lebih lanjut di kemukan bahwa sertifikasi pendidk dan tenaga kependidikan mempunyai
manfaat sebagai berikut :
a.Pengawasan Mutu
1. Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menetukan seperangkat
kompetensi yang bersifat unik.
2. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan pada praktisi untuk
mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.
3. Peningkatan profesionalisme melalui meknisme seleksi, baik pada waktu awal
masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier berikutnya.
4. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun
usaha belajar secara mandiri unruk mencapai peningkatan profesionalisme.
b.Penjamin Mutu
1. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi
akan menimbulkan persepsi masyararakat dan pemerintah menjadi lebih baik
terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.
2. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan / pengguna
yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Melengakapi uraian di atas, jalal ( 2001 ; 221 – 225 ) dan Tilar ( 2003: 382-391),
mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan
fungsinya harus di barengi dengan kenaikan kesejahteraan guru. Kesejahteraan guru dapat di
ukur dari gaji dan insentif yang di peroleh. Gaji guru di Indonesia masih relatif rendah di
bandinkan dengan negara-negara lain. Rendahnya gaji guru bisa memengaruhi kinerja guru,
semangat pengabdiannya, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya. Kenaikan
gaji di laksanakan bersamaan dengan perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu
prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan
terhadap tugas atau peran keguruan.
Tunjangan fungsioanal yang merupaka insentif bagi guru sebaiknya di berikan dengan
mempertimbangkan; (1) kesulitan tempat bertugas, (2) kemampuan, keterampilan, dan
kreatifitas guru,(3) fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah, (4) prestasi guru dalam
mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing serta berhubungan
dengan stakeholder. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang
tepat mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang di inginkannya.
B.Prosedur Sertifikasi
Sertifikasi gurumerupakan amanat Undang-Undang Repulik Indonesia No.20 Tahun 2003
tentang sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikasi dapat berbentuk ijazah atau
sertifikasi kompetensi, tetapi bukan sertifikasi yang di peroleh melalui pertemuan ilmiah
seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan simposium[7]. Sertifikasi guru merupakan
kegiatan bersama antara Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
kependidikan (Ditjen PMPTK) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sebagai
pengelolaan guru dan Ditjen Dikti/ perguruan Tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi[8].
Prosedur atau kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru, baik untuk lulusan S1
kependidikan maupun lulusan non kependidikan dapat di jelaskan sebagai berikut :
 Lulusan program sarjan kependidikan sudah mengalami pembentukn kompetensi
mengajar ( PKM ). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang
di laksanakan oleh kependidikan tinggi yang memiliki PPTK terakreditasi dan di
tunjuk oleh Dikjen Dikti.Depdiknas.
 Lulusan program sarjana non kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses
pembentukan kompetensi mengajar ( PKM ) pada perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan (PPTK) secara terstruktur. Setelah di
nyataka lulus dalam pembentukan kompetensi mengajar, baru lulusan S1 non
kependidikan boleh mengikuti uji sertifikat. Sedangkan lulusan sarjana kependidikan
tentu sudah mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar ( PKM ), tetapi
tetap wajib mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi.
 Program peyelenggaraan PKM di persyaratkan adanya status lembaga LPTK yang
terakreditasi. (Depdiknas,2004)
 Peserta uji kompetensi yang telah di nyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan
program sarjana pendidikan maupun non pendidikan di berikan sertifikasi kompetensi
sebagai bukti yang bersangkuta memiliki wewenang utnuk melakukan peraktik dalam
bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
 Peserta ui kompetensi Yng berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam
interval (10-15) tahun sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran
kemabali sesuai dengan tuntutan kemajuan IPTEK serta persyaratan dunia kerja.
Prinsip uji kompetensi guru di selenggaraka secara komperehensif, terbuka, kooperatif,
bertahap dan mutakhir (Depdiknas, 2004). Komperhensif maksudnya adalah bahwa
penyelenggaraan uji kompetensi perlu di lakukan secara ututh, mencakup ranah dan standar
yang berlaku pada masing-masing studi. Terbuka adalah uji kompetensi yang di
selenggarakan dengan fleksibilitas pilihan profesi, materi uji, proses dan waktu pelaksanaan
ujuan. Kooperatif adalah terbukanya kerjasama, baik antara lembaga penyelenggara uji
kompetensi dan lembaga yang melakuka pembentukan kemampuan antara lembaga uji
kompetensi dan lembaga lain yang mempunyai fasilitas untuk uji kerja terkait. Bertahap
adalah bahwa peserta menempuh uji kompetensi secara baian demi bagian sesuai dengan
kesiapannya. Mutakhir adalah bahwa peserta yang telah mendapat sertifikasi kompetensi
harus mengikuti uji kompetensi baru apabila tidak melaksanakan tugas dalam bidannya
selama minimal 10 tahun atau adanya tuntutan kinerja baru sesuai perkembangan IPTEK,
seni dan tuntutan dunia kerja.
Penilaian Portofolio Dalam Sertifikasi
Portofolio adalah bukti fisik atau dokumen yang mencerminkan prestasi dan yang
mencerminkan prestasi dan pengalaman berkarya, yang di capai seorang guru dala kurun
waktu tertentu. Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru yakni untuk menilai kompetensi
guru dalam menjalankan tugas sehari-hari serta peran guru sebagai agen pembelajaran
Komponen partofolio, sesuai peraturan materi pendidikan nasional RI Nomor 18 tahun 2007
tentang sertifikasibagi guru dan jabatan, secara detail terbagi dalam 10 butir, yakni :
1. Kualifikasi akademik;
2. Pendidikan dan pelatihan;
3. Pengalaman belajar
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5. Penilaan dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertakan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial
10. Penghargaan dan relevan dengan bidang pendidikan.
 Kualifikasi akademik, tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh seorang guru
yang mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar ( S1, S2, S3 ) mau pun gelar (D4), di
dalam maupun diluar negri.
 Pendidikan dan pelatihan, pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kopetensi dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik.
 Pengalaman mengajar, yakni masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang
berwenang.
 Perencanaan pembelajaran, persiapan mengelola pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka.
 Pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegitan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas
dan pembelajaran individual.
 Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap kopetensi
kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek: ketaatan dalam menjalankan
ajaran agama, tanggung jawan, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja,
enovasi, dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan
berkomunikasi, dan kemampuan kerja sama.
 Pertasi akademik, yakni perstasi yang dicapai seorang guru, terutama yang terkait
dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/penitia
penyelengara, baik tingkat kecematan, kabupaten/kota propinsi, nasional maupun
internasional.
 Karya pengembangan profesi, yaitu suatu karya yang menujukkan adanya upaya dan
hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
 Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial, yaitu pengalaman guru
menjadi pengurus organisasi pendidikan, organisasi sosial, dan atau mendapat tugas
tambahan.
 Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidkan, yaitu penghrgaan yang
diperoleh karna guru menujukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan
memenuhi kriteria kuantilatif ( lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitas
( komitmen, etos kerja), dan relevan (dalam bidang/rumpun bidang), baik tingkat
kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional.

Instrumen Penilaian Sertifikasi


Sertifikasi guru berbentuk uji kompetensi, yang terdiri atas dua tahap, yaitu tes tulis dan tes
kinerja yang di barengi dengan self appraisal dan portofolio serta appraisal ( penilaian
atasan ). Materi tes tulis, tes kinerja dan self appraisal yang di padukan dengan portofolio, di
dasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sebagai agen pembelajaran.
 Self appraisal adalah instrumen yanng memberikan kesempatan kepada guru untuk
menilai didi sendiri atau mengintropeksi diri secara tertulis dan harus mampu
mengatakan iya atau tidak atas kemampuan keguruan yang di milikinya.
 Peer appriasial dalam bentuk penilaian atasan di maksudkan untuk memeroleh
penilaian dari kinerja sehari-hari, yang mencakup keempat kompetensi. Self
appraisaldan peer appraisal dan peer appraisal termasuk dalam kelompok intrumen
non-tes.
 Tes kinerja dalam bentuk real teaching mengunakan intrumen penilaian kinerja guru
( IPKG ), yang terdiri atas IPKG I dan IPKG II. IPKG I untuk menilai kinerja guru
dalam membuat persiapan pembelajaran, dan IPKG II untuk kinerjaguru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Materi tes tulis mencakup dimensi kometensi pedagogik dan kompetensi profesional,
sedangkan tes kinerja berbentuk penilaian kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran,
yang mencakup keempat kompetensi secara terintergrasinya. Self appraisal yang dipadukan
dengan portofolio merupakan penilaian terhadap kegiatan dan prestasi guru disekolah, dalam
kegiatan profesional atau dimasyarakat, sepanjang relevan dengan tugasnya sebagai guru.
Peer appraisal dalam bentuk penilaian atasan dimaksud kan untuk memperoleh penilaian dari
kinerja seharu-hari, yang mencakup keempat kompetensi. Dengan empat bentuk penilaian
tersebut, diharapkan penilaian kompetensi guru dilakukan secara comprehensif. Sesuai
dengan cangkupan uji kompetensi tersebut, maka intrumen sertifikasi guru dikelompokkan
kedalam intrumen tes dan intrumen non-tes. Kelompok intrumen tes meliputi tes tulisdan tes
kinerja. Tes tulis dalam bentuk pilihan ganda yang meliputi kompetensi padagogik ( umum
dan khusus ) dan profisional. Tes kinerja dalam bentuk real teaching dengan mengunakan
intrumen penilaian kinerja giri (IPKG), yang terdiri atas IPKG I dan IPKG I dan IPKG II.
IPKG I untuk menilai kinerja guru dalam melaksanakan pembenlajaran di kelas. Kelompok
instrumen non tes meliputi self appraisal yang di madukan dengan portofolio. Instrumen ini
memberikan kesempatan guru untuk menilai diri sendiri dalam aktifitasnya sebagai guru.
Setiap pertanyaan dalam melakukan sesuatu atau berkarya harus dapat di buktikan dengan
bukti fisik berupa dokumen yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai