Anda di halaman 1dari 160

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETERBUKAAN


INFORMASI DI PENGADILAN

NOMOR: 144/KMA/SK/VIIl/2007

Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - RI

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA


2008
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

KETUA MAHKAMAH AGUNG


REPUBLIK INDONESIA

PRAKATA

Salah satu rekomendasi Cetak Biru yang dipublikasikan tahun 2003


adalah agar putusan pengadilan dapat diakses oleh masyarakat
luas, baik untuk kepentingan pembelajaran maupun sebagai
bahan perbandingan atau data bagi kalangan internal pengadilan.
Untuk itu, Mahkamah Agung menetapkan Surat Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor 144/KMA/SK/Vll/2007 tentang Keter-
bukaan lnformasi di Pengadilan (SK 144/2007). Dalam SK 144/2007
keterbukaan informasi dijabarkan dalam bentuk konkret dan
implementatif. Suatu bentuk capaian dan kebijakan yang belum
banyak dilakukan oleh lembaga negara atau lembaga publik
lainnya.

SK 144/2007 merupakan salah satu upaya nyata pengadilan


memberikan akses yang lebih luas pada masyarakat terhadap
informasi yang dikelola oleh pengadilan sebagai lembaga yang
melaksanakan fungsi publik, baik fungsi khusus yang berkaitan
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

dengan penanganan perkara, maupun fungsi pengelolaan atau


manajemen organisasi dan administrasi pada umumnya. Di sisi
lain, pelaksanaan SK 144/2007 menuntut komitmen besar dari
seluruh jajaran pengadilan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab masing-masing. SK 144/2007 merupakan suatu
kesempatan untuk menunjukkan kepada publik kinerja dan
profesionalitas dari seluruh jajaran pengadilan, sebagai wujud
akuntabilitas publik pengadilan.

Dalam kesempatan ini Mahkamah Agung juga menyampaikan


terima kasih dan penghargaan kepada Indonesia Australia Legal
Development Facility (IALDF) dan United Nations Development
Program (UNDP) yang telah memberikan dukungan mencetak,
menyosialisasikan dan menyebarluaskan pemahaman terhadap
isi SK 144/2007 di kalangan pengadllan dan masyarakat pemerhati
peradilan. Semoga upaya-upaya yang kita lakukan bersama dapat
membuahkan hasil nyata perbaikan dan pembaruan peradilan di
Indonesia.

Jakarta, 31 Maret 2008.

Ketua Mahkamah Agung RI,

Prof. DR. H. Bagir Manan, S.H., MCL


~
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

“ Where there is no publicity there is no Justice. Publicity is very soul of


Justice. It is the keenest spur to exertion and the surest of all guards
against improbility. It keeps the judges himself trying under tr ial ”

"Tidak akan ada keadilan tanpa keterbukaan. Keterbukaan adalah jiwa


keadilan; taji tertajam dan penjaga terkuat dalam melawan
ketidakjujuran, Keterbukaan membuat hakim diadili ketika ia mengadili."

5
II
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................... 3
PENGANTAR............................................................................................ 9
KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 144/KMA/SK/Vlll/2007......................................................... 19
BAB I KETENTUAN UMUM..................................................................... 20
BAB II HAK MASYARAKAT DAN KEWAJIBAN PENGADILAN……... 21
Bagian Pertama
21
Hak Masyarakat atas lnformasi Pengadilan.................................
Bagian Kedua
Standar Pelayanan dan Pendokumentasian................................... 21
BAB Ill INFORMASIYANG HARUSDIUMUMKAN PENGADILAN…… 22
Bagian Pertama
Jenis lnformasi yang Harus Diumumkan........................................ 22
Bagian Kedua
Tata Cara Pengumuman lnformasi................................................. 24
BAB IV INFORMASI YANG DAPATDIAKSES PUBLIK........................ 26
Bagian Pertama
Umum................................................................................................ 26
Bagian Kedua
lnformasi tentang Perkara............................................................. 27
Bagian Ketiga
lnformasi tentang Pengawasan..................................................... 28
Bagian Keempat
lnformasi tentang Organisasi, Administrasi, Kepegawaian
dan Keuangan.................................................................................. 28
Bagian Kelima
Lain-lain............................................................................................. 29

7
I

I
.
J
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN
1
1

BAB V TATA CARA MEMPEROLEHINFORMASI…………………………….. 30


Bagian Pertama
Permohonan, Pencarian, Verifikasi dan Pemberitahuan lnformasi 30
Bagian Kedua
Biaya…………………............................................................................. 31
Bagian Ketiga
Salinan dan Pemberian lnformasi....................................................... 31
Bagian Keempat
Prosedur Cepat..................................................................................... 32
BAB VI KEBERATAN................................................................................. 33
Bagian Pertama
Dasar Keberatan................................................................................... 33
Bagian Kedua
Prosedur Keberatan............................................................................. 33
BAB VII PEMANFAATANINFORMASI...................................................... 34
BAB VIII SANKSI.......................................................................................... 34
BAB IX KETENTUAN PENUTUP............................................................... 35
LAMPIRAN I
Pedoman Pengaburan lnformasi Mengenai Putusan dan Penetapan
Pengadilan dalam Perkara-Perkara Tertentu.......................................... 36
LAMPIRAN II
Formulir Permohonan lnformasi............................................................. 42
LAMPIRAN Ill
Tanda Bukti Permohonan lnformasi........................................................ 43

CONTOH PENGABURAN INFORMASI PADAPUTUSAN PENGADILAN… 45


CONTOH 1 Putusan perkara perceraian………………………………. 47
CONTOH 2 Putusan perkara perdata dan Pengangkatan anak……. 63
CONTOH 3 Putusan perkara pidana anak (tindak pidana susila) . 122

~, halaman
8B
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

PENGANTAR

Prinsip pengadilan yang terbuka (transparent) merupakan salah


satu prinsip pokok dalam sistem peradilan di dunia. Keterbukaan
merupakan kunci lahirnya akuntabilitas (pertanggung jawaban).
Melalui keterbukaan (transparansi) hakim dan pegawai pengadilan
akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya. Secara tradisional, wujud keterbukaan pengadilan yaitu
"sidang terbuka untuk umum", kecuali untuk perkara kesusilaan
dan perkara anak. Bahkan, pada pembacaan putusan, sidang
terbuka untuk umum merupakan satu keharusan. Kalau tidak,
putusan adalah batal demi hukum (null and void, van rechtswege
nietig).

Selain sebagai asas peradilan, keterbukaan juga merupakan


salah satu pilar utama dalam konsep tata pemerintahan yang baik
(good governance). Dalam konteks tersebut, ada 3 (tiga) hak
publik yang relevan yang berkaitan dengan prinsip keterbukaan
yaitu:
a. Hak publik untuk memantau dan mengamati perilaku pejabat
publik;

9
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

b. Hak publik atas informasi;


c. Hak untuk mengajukan keberatan.
Untuk menjamin pemenuhan ketiga hak publik yang berkaitan
dengan prinsip keterbukaan, pengadilan-dalam hal ini Mahkamah
Agung, harus memiliki standar pengelolaan informasi dan
pelayanan publik. Oleh karena itu, pada 28 Agustus 2007 telah
ditetapkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 144/
KMA/SK/Vlll/2007 tentang Keterbukaan lnformasi di Pengadilan
(SK KMA No. 144/2007). Selain memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak masyarakat untuk mengakses informasi yang
dikelola oleh pengadilan, SK tersebut juga mengatur pedoman
pelaksanaannya.

Aturan-aturan dalam SK KMA No. 144/2007 sedapat mungkin


telah mengakomodasi prinsip-prinsip umum untuk peraturan yang
berkaitan dengan akses publik terhadap informasi, yaitu:

a. Akses maksimum dan pengecualian terbatas (Maximum Access


limited Exemption-MALE), yang menghendaki agar mayoritas
informasi yang dikelola oleh pengadilan bersifat terbuka dan
pengecualian untuk menutup suatu informasi hanyalah untuk
kepentingan publik yang lebih besar, privasi seseorang, dan
kepentingan komersial seseorang atau badan hukum;
b. Permintaan informasi oleh masyarakat kepada pengadilan yang
tidak perlu disertai alasan;
c. Penyelenggaraan akses terhadap informasi di pengadilan yang
murah, cepat, akurat dan tepat waktu;
d. Penyediaan informasi yang utuh dan benar;
e. Penyampaian (pengumuman) informasi secara pro aktif oleh
pengadilan terhadap informasi-informasi yang penting untuk
diketahui oleh publik;

Milik
Perpustakaan
10 Mahkamah Agung - RI
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
f. Ancaman sanksi admininistratif bagi pihak-pihak yang dengan
sengaja menghalangi atau menghambat akses publik terhadap
informasi di pengadilan; dan
g. Mekanisme keberatan dan banding yang sederhana bagi pihak-
pihak yang merasa hak-haknya untuk memperoleh informasi
di pengadilan tidak terpenuhi.
Pedoman pelaksanaan akses masyarakat terhadap informasi di
pengadilan yang diatur dalam SK KMA No. 144/2007, meliputi:

a. Pihak yang bertugas memberikan pelayanan informasi;


b. lnformasi yang harus diumumkan oleh pengadilan serta
mekanisme pengumumannya;
c. lnformasi yang dapat diminta masyarakat kepada pengadilan;
d. Prosedur pelayanan informasi;
e. Pengaburan informasi dalam putusan atau penetapan penga-
dilan; serta
f. Mekanisme keberatan dan sanksi.

A. Pihak yang Bertugas Memberikan Pelayanan lnformasi


Untuk menjamin kelancaran pelayanan, SK KMA No. 144/2007
menetapkan bahwa pada setiap pengadilan perlu ditunjuk
petugas yang mengemban tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan informasi kepada masyarakat, yang disebut sebagai
petugas informasi dan dokumentasi, serta sebagai penang-
gungjawabnya adalah Ketua Pengadilan. Penanggungjawab
bertugas menyelenggarakan sistem informasi dan dokumentasi
yang memadai di lingkungan pengadilan masing-masing. Semen-
tara petugas informasi dan dokumentasi bertugas menyimpan,
memelihara dan mengelola informasi secara utuh dan baik, serta
memberikan pelayanan informasi secara langsung kepada

11
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

masyarakat. Mengingat tidak besarnya tugas yang akan diemban-


nya, posisi petugas informasi dan dokumentasi tidak harus diisi
oleh petugas khusus, namun dapat dirangkap oleh pegawai di
pengadilan yang selama ini telah memiliki tugas lain tetapi
bebannya masih memungkinkan untuk ditambah.

B. lnformasi yang Harus Diumumkan oleh Pengadilan dan


Mekanisme Pengumumannya

Jenis informasi yang dimasukkan dalam kelompok informasi


yang harus diumumkan oleh pengadilan adalah informasi-
informasi yang penting untuk diketahui oleh publik. Pengadilan
diberi kewajiban untuk mengumumkan informasi-informasi
tersebut agar publik selalu terinformasikan ( well informed )
mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingannya.

Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) SK KMA No. 144/
2007, informasi yang harus diumumkan oleh setiap pengadilan
adalah:

a. Gambaran umum pengadilan meliputi: fungsi, tugas, yurisdiksi


dan struktur organisasi pengadilan tersebut serta telepon,
faksimili, nama dan jabatan pejabat pengadilan non Hakim;
b. Gambaran umum proses beracara di pengadilan;
c. Hak-hak pencari keadilan dalam proses peradilan;
d. Biaya yang berhubungan dengan proses penyelesaian perkara
serta biaya hak-hak kepaniteraan sesuai dengan kewenangan,
tugas dan kewajiban Pengadilan;
e. Putusan dan penetapan pengadilan yang tel ah berkekuatan
hukum tetap;
f. Putusan dan penetapan Pengadilan Tingkat Pertama dan
Pengadilan Tingkat Banding yang belum berkekuatan hukum

12
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
tetap dalam perkara-perkara tertentu (perkara korupsi,
terorisme, narkotika/psikotropika, pencucian uang, atau perkara
lain yang menarik perhatian publik);
g. Agenda sidang pada Pengadilan Tingkat Pertama;
h. Agenda sidang pembacaan putusan, bagi Pengadilan Tingkat
Banding dan Pengadilan Tingkat Kasasi;
i. Mekanisme pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan
Hakim dan Pegawai; dan
j. Hak masyarakat dan tata cara untuk memperoleh informasi di
pengadilan.
Sementara untuk Mahkamah Agung, selain informasi-informasi
tersebut, juga harus mengumumkan:

a. Peraturan Mahkamah Agung;


b. Surat Edaran Mahkamah Agung;
c. Yurisprudensi Mahkamah Agung;
d. La po ran tahunan Mahkamah Agung;
e. Rencana strategis Mahkamah Agung; dan
f. Pembukaan pendaftaran untuk pengisian posisi Hakim atau
Pegawai.
Tata cara atau mekanisme pengumuman informasi tersebut di
atas diatur sedemikian rupa, sesuai dengan kondisi keuangan dan
prasarana yang dimiliki oleh pengadilan. Pada prinsipnya, kecuali
untuk putusan atau penetapan pengadilan, semua informasi di
atas setidaknya harus dimuat (ditempel) di papan pengumuman
pengadilan. Jika sebuah pengadilan telah memiliki situs (website),
maka informasi-informasi tersebut dapat dimuat dalam situs
tersebut.
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

Putusan atau penetapan pengadilan yang telah berkekuatan


hukum tetap hanya perlu diumumkan jika pengadilan memiliki
situs sendiri. Putusan atau penetapan tersebut dengan sendirinya
harus diumumkan/dimasukkan dalam situs pengadilan oleh
petugas informasi dan dokumentasi di pengadilan yang bersang-
kutan. Sementara untuk putusan atau penetapan pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f, pengu-
mumannya dilakukan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan.

c. lnformasi yang Dapat Diminta oleh Masyarakat

Selain mengatur mengenai informasi yang harus diumumkan


oleh pengadilan, SK KMA No. 144/2007 juga mengatur mengenai
informasi lain yang dikelola oleh pengadilan yang dapat diminta
oleh masyarakat dengan cara konvensional, yakni dengan
mendatangi dan meminta langsung kepada petugas informasi dan
dokumentasi di pengadilan. lnformasi yang dapat diminta kepada
pengadilan, meliputi:

a. lnformasi tertentu mengenai perkara;


b. lnformasi tertentu mengenai kegiatan pengawasan internal
terhadap hakim dan pegawai pengadilan;
c. lnformasi yang berkaitan dengan organisasi, administrasi,
kepegawaian dan keuangan pengadilan;
d. lnformasi mengenai jumlah serta tanda bukti pengeluaran atau
penggunaan uang perkara, bagi pihak-pihak yang berperkara;
dan
e. lnformasi yang selama ini sudah dapat diakses melalui
publikasi pengadilan.
Penjelasan mengenai kriteria informasi-informasi ini diatur
secara rinci dalam Bab IV dari SK KMA No. 144/2007.

14
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
Perlu diperhatikan bahwa dengan pengaturan tersebut tidak
berarti bahwa informasi-informasi lain yang ada di pengadilan
I
sama sekali tertutup aksesnya untuk publik. lnformasi-informasi
I lain tetap dapat diminta atau diakses oleh publik dengan ijin

I I
dari pejabat penanggungjawab. Pejabat penanggungjawab dapat
memberikan informasi tersebut sepanjang informasi tersebut
tidak akan merugikan privasi seseorang, kepentingan komersial
seseorang atau badan hukum, upaya penegakan hukum dan
beberapa dampak negatif lain yang diatur dalam SK KMA No.
144/2007 tersebut.

D. Prosedur Pelayanan lnformasi

Untuk memberikan kepastian dan pelayanan yang baik bagi


pencari informasi, Bab V SK KMA No. 144/2007 mengatur secara
rinci tentang prosedur dalam pelayanan informasi, yang meliputi:

a. Kepada pengadilan mana dan dengan siapa masyarakat pencari


informasi itu harus berhubungan;
b. Tahapan yang harus dilalui untuk meminta dan melayani
permintaan informasi;
c. Biaya yang diperlukan untuk memperoleh informasi;
d. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi; dan
sebagainya.
Lebih jauh lagi, diatur pula hak dan prosedur bagi pencari
informasi untuk mengajukan keberatan atas pelayanan yang
diberikan pengadilan, antara lain jika:

a. Permohonan ditolak dengan alasan bahwa informasi yang


diminta tidak sesuai dengan keputusan ini;
b. Tidak tersedianya informasi yang seharusnya diumumkan oleh
pengadilan;

15
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

c. Pengenaan biaya yang mahal; dan


d. Pelayanan yang lambat (melebihi jangka waktu yang ditentukan).
Walaupun masyarakat dapat meminta fotokopi putusan atau
penetapan pengadilan, perlu dijadikan perhatian bahwa fotokopi
tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk dijadikan alat bukti atau
dasar dalam melakukan suatu upaya hukum. Hanya salinan
putusan atau penetapan yang resmi saja yang memiliki nilai dari
sudut pandang hukum.

E. Pengaburan lnformasi dalam Putusan atau Penetapan


Pengadilan
Sebelum mengumumkan atau memberikan salinan putusan
atau penetapan pengadilan kepada masyarakat pencari informasi,
SK KMA No. 144/2007 mewajibkan pengadilan untuk melakukan
pengaburan terhadap informasi-informasi tertentu untuk melin-
dungi martabat atau kepentingan-kepentingan yang berkaitan
dengan privasi dari pihak-pihak yang berperkara dalam perkara
tertentu. lnformasi yang harus dikaburkan yaitu:

a. lnformasi yang berkaitan dengan identitas saksi korban. Yaitu


dalam perkara tindak pidana kesusilaan, tindak pidana yang
berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga, tindak
pidana yang menurut Undang-Undang tentang Perlindungan
Saksi dan Karban identitas saksi dan korbannya harus
dilindungi, dan tindak pidana lain yang menurut hukum
persidangannya dilakukan secara tertutup;
b. lnformasi yang berkaitan dengan identitas para pihak yang
berperkara, saksi dan pihak terkait. Yaitu dalam perkara
perkawinan dan perkara lain yang timbul akibat sengketa
perkawinan, pengangkatan anak, wasiat, perkara perdata,

16
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
perdata agama dan tata usaha negara yang menurut · hukum,
persidangan dilakukan secara tertutup; dan
c. lnformasi yang berkaitan dengan identitas korban, terdakwa
atau terpidana dalam perkara tindak pidana anak.
Pada prinsipnya, semua informasi yang dapat membuat
pembaca mampu mengidentifikasi identitas seseorang atau badan
hukum tertentu yang harus dikaburkan menurut SK KMA No. 144/
2007, juga harus ikut dikaburkan. Cara-cara untuk melakukan
pengaburan informasi tersebut diatur dalam lampiran SK. Misalnya
dengan menuliskan status pihak-pihak tersebut dalam perkara.
sebagai ilustrasi, nama Penggugat dan Tergugat harus diganti
menjadi "Penggugat" dan "Tergugat" saja. lnformasi lain yang
berkaitan dengan identitas mereka misalnya alamat, pekerjaan
dan sebagainya juga harus dikaburkan dengan teknik-teknik
tertentu.

Perlu diperhatikan, bahwa cara untuk mengaburkan informasi


sebagaimana yang dijelaskan dalam Lampiran SK KMA No. 144/
2007 adalah cara untuk mengaburkan informasi secara elektronis.
Yaitu, apabila putusan atau penetapan pengadilan akan diumum-
kan melalui situs pengadilan atau apabila putusan atau penetapan
pengadilan tersebut tersimpan dalam arsip elektronis pengadilan
dan salinannya akan dicetak (print) untuk diberikan kepada
masyarakat pemohon informasi. Sementara untuk putusan atau
penetapan pengadilan yang dokumennya sudah tercetak,
pengaburan informasi dapat dilakukan secara manual, yaitu
dengan menghitamkan informasi yang bersangkutan sehingga
tidak dapat terbaca lagi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat bagian
Contoh Pengaburan lnformasi pada Putusan Pengadilan pada
bagian akhir buku ini.

17
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

F. Mekanisme Keberatan dan Sanksi

Untuk memastikan keputusan ini benar-benar ditegakkan oleh


seluruh jajaran pengadilan, SK KMA No. 144/2007 juga mengatur
mengenai mekanisme pengajuan keberatan bagi pemohon
informasi yang merasa tidak mendapatkan pelayanan informasi
sebagaimana yang telah ditentukan. Penanggungjawab dan
petugas informasi dan dokumentasi yang dengan sengaja
membuat informasi yang tidak benar atau dengan sengaja
menghalangi pelaksanaan Keputusan ini dapat dijatuhi sanksi
administratif.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

KETUA MAHKAMAH AGUNG


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: 144/KMA/SK/Vlll/2007
TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa proses peradilan yang transparan


merupakan salah satu syarat mewujudkan
keterbukaan dan akuntabilitas penyelengga-
raan peradilan;
b. bahwa untuk menjamin agar hal tersebut
huruf a dapat terlaksana sebagaimana mesti-
nya, perlu diatur dengan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung.

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004;


2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagai-
Mana telah diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004. I

19
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik


Indonesia tentang Keterbukaan lnformasi di
Pengadilan.

BAB I KETENTUAN
UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. "lnformasi" adalah segala sesuatu yang dapat dikomunikasikan


atau yang dapat menerangkan sesuatu dalam bentuk atau
format apapun;
2. "Pemohon" adalah orang yang mengajukan permohonan
informasi kepada pejabat Pengadilan;
3. "Orang" adalah orang perseorangan, kelompok orang, atau
badan hukum· I

4. "Pengadilan" adalah Pengadilan seluruh ·lingkungan dan


tingkatan peradilan, kecuali secara tegas dinyatakan lain;
5. "Hakim" adalah hakim seluruh lingkungan dan tingkatan
peradilan;
6. "Pegawai” adalah pegawai · negeri yang ditempatkan di

Pengadilan dan mendapatkan gaji atau honor dari negara.

I halaman 20
16
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
BAB II
HAK MASYARAKAT DAN KEWAJIBAN PENGADILAN

Bagian Pertama
Hak Masyarakat atas lnformasi Pengadilan

Pasal 2

Setiap orang berhak memperoleh informasi dari Pengadilan sesuai


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Standar Pelayanan dan Pendokumentasian

Pasal 3

(1) Pengadilan menyediakan informasi yang bersifat terbuka dan


dapat diakses oleh publik.
(2) Pengadilan tidak dapat mewajibkan menyebutkan tujuan atau
alasan mengajukan permohonan informasi yang secara tegas
dinyatakan sebagai informasi yang bersifat terbuka dan dapat
diakses oleh publik.

Pasal 4

(1) Setiap Pengadilan memiliki penanggungjawab dan petugas


informasi dan dokumentasi.
(2) Penanggungjawab sebagaimana dimaksud dalarn ayat (1) ada
pada Ketua Pengadilan.
(3) Pada Mahkamah Agung, penanggungjawab adalah:
a. Panitera, dalam hal informasi yang berhubungan dengan
perkara;
b. Sekretaris, dalam hal informasi yang berhubungan dengan
non perkara.

21
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

(4) Petugas informasi dan dokumentasi adalah pegawai yang


ditunjuk penanggungjawab untuk memberikan pelayanan
informasi kepada publik.
(5) Fungsi petugas informasi dan dokumentasi dapat dilaksanakan
oleh pegawai Pengadilan yang telah ada selama beban
kerjanya memungkinkan, kecuali pada Mahkamah Agung akan
ditunjuk petugas khusus.

Pasal 5

(1) Penanggungjawab bertugas menyelenggarakan sistem infor-


masi dan dokumentasi yang memadai di lingkungan Pengadilan
masing-masing.
(2) Petugas informasi dan dokumentasi bertugas:
a. menyimpan, memelihara serta mengelola informasi secara
utuh dan baik; dan
b. memberikan pelayanan informasi kepada Pemohon secara
cepat, sederhana dan biaya ringan.

BAB Ill
INFORMASI YANG HARUS DIUMUMKAN PENGADILAN

Bagian Pertama
Jenis lnformasi yang Harus Diumumkan

Pasal 6

(1) lnformasi yang harus diumumkan oleh setiap Pengadilan


setidaknya meliputi informasi:
a. gambaran umum Pengadilan yang, antara lain, meliputi:
fungsi, tugas, yurisdiksi dan struktur organisasi Pengadilan
tersebut serta telepon, faksimili, nama dan jabatan
pejabat Pengadilan non Hakim;

22
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
b. gambaran umum proses beracara di Pengadilan;
c. hak-hak pencari keadilan dalam proses peradilan;
d. biaya yang berhubungan dengan proses penyelesaian
perkara serta biaya hak-hak kepaniteraan sesuai dengan
kewenangan, tugas dan kewajiban Pengadilan;
e. putusan dan penetapan Pengadilan yang tel ah berkekuatan
hukum tetap;
f. putusan dan penetapan Pengadilan Tingkat Pertama dan
Pengadilan Tingkat Banding yang belum berkekuatan
hukum tetap dalam perkara-perkara tertentu.
g. agenda sidang pada Pengadilan Tingkat Pertama;
h. agenda sidang pembacaan putusan, bagi Pengadilan
Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Kasasi;
i. mekanisme pengaduan dugaan pelanggaran yang dilaku-
kan Hakim dan Pegawai;
j. hak masyarakat dan tata cara untuk memperoleh infor-
masi di Pengadilan.
(2) Perkara-perkara tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf f adalah:
a. korupsi;
b. terorisme;
c. narkotika/psikotropika;
d. pencucian uang; atau
e. perkara lain yang menarik perhatian publik atas perintah
Ketua Pengadilan.
(3) lnformasi yang harus diumumkan oleh Mahkamah Agung
selain dari yang disebutkan dalam ayat (1) adalah:
a. Peraturan Mahkamah Agung;
b. Surat Edaran Mahkamah Agung;

23
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

c. Yurisprudensi Mahkamah Agung;


d. laporan tahunan Mahkamah Agung;
e. rencana strategis Mahkamah Agung;
f. pembukaan pendaftaran untuk pengisian posisi Hakim atau
Pegawai.
Bagian Kedua
Tata Cara Pengumuman lnformasi
Pasal 7

(1) Pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 ayat (1) huruf a, b, c, d, g, h, i dan j dilakukan dengan
menempatkan pada papan pengumuman di setiap Pengadilan
serta dapat pula menggunakan sarana penyebaran informasi
lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan kemampuan
anggaran Pengadilan;
(2) Dalam hal pengadilan memiliki situs, pengumuman informasi
sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf e dan f
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam situs Pengadilan
yang bersangkutan;
(3) Pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat {3) dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam situs
Mahkamah Agung.

Pasal 8

Pengadilan harus mengaburkan informasi yang memuat identitas


saksi korban sebelum memasukkan salinan putusan atau penetapan
Pengadilan ke dalam situs sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat
(2) dan (3) yang berkenaan dengan perkara-perkara:
a. tindak pidana kesusilaan;
b. tindak pidana yang berhubungan dengan kekerasan dalam
rumah tangga;

24
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
c. tindak pidana yang menurut Undang-undang tentang Perlin-
dungan Saksi dan Karban identitas saksi dan korbannya harus
dilindungi;
d. tindak pidana lain yang menurut hukum persidangan
dilakukan secara tertutup.

Pasal 9

Pengadilan harus mengaburkan informasi yang memuat identitas


para pihak yang berperkara, saksi dan pihak terkait sebelum
memasukkan salinan putusan atau penetapan Pengadilan ke
dalam situs sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (2) dan (3) yang
berkenaan dengan perkara-perkara:

a. perkawinan dan perkara lain yang timbul akibat sengketa


perkawinan;
b. pengangkatan anak;
c. wasiat;
d. perkara perdata, perdata agama dan tata usaha negara yang
menurut hukum, persidangan dilakukan secara tertutup.

Pasal 10

Untuk perkara tindak pidana anak, pengadilan harus mengaburkan


informasi yang memuat identitas korban, terdakwa atau terpidana
sebelum memasukkan salinan putusan atau penetapan Pengadilan
ke dalam situs sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (2) dan (3).

Pasal 11

Pengaburan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 9


dan 10 dilakukan dengan cara sebagaimana dimuat dalam bagian
Lampiran Keputusan ini.

25
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

Pasal 12

Ketua Pengadilan dapat menetapkan bahwa putusan atau


penetapan Pengadilan dalam perkara-perkara sebagaimana
dimaksud Pasal 8, 9 dan 10 tidak dapat dipublikasikan jika diyakini
upaya pengaburan identitas tidak akan mencegah diketahuinya
identitas pihak yang berperkara, saksi, korban, pihak terkait,
terdakwa atau terpidana.

Pasal 13

Apabila_ terjadi perubahan atau penambahan informasi sebagai-


mana dimaksud pada Pasal 6, Pengadilan yang bersangkutan
segera mengumumkan perubahan atau penambahan informasi
tersebut.

BABIV
INFORMASI YANG DAPAT DIAKSES PUBLIK

Bagian Pertama
Umum

Pasal 14

lnformasi sebagaimana diatur dalam bab ini adalah informasi


terbuka dan dapat diakses secara langsung oleh publik melalui
petugas informasi dan dokumentasi tanpa perlu meminta
persetujuan dari pejabat penanggungjawab, kecuali jika secara
tegas dinyatakan sebaliknya.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
Bagian Kedua lnformasi
tentang Perkara

Pasal 15

lnformasi perkara yang terbuka adalah:


a. putusan dan penetapan Pengadilan baik yang telah berke-
kuatan hukum tetap maupun yang belum berkekuatan hukum
tetap dalam perkara-perkara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2);
b. tahapan suatu perkara dalam proses pengelolaan · perkara;
c. data statistik perkara.

Pasal 16

Selain perkara-perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(2), fotokopi salinan putusan dan penetapan Pengadilan yang
belum berkekuatan hukum tetap dapat diberikan untuk keperluan
resmi lembaga negara, keperluan penelitian atau keperluan lain
yang dipandang layak atas ijin Ketua Pengadilan.

Pasal 17

(1) Sebelum memberikan fotokopi putusan dan penetapan


pengadilan kepada Pemohon, petugas informasi dan doku-
mentasi harus mengaburkan informasi yang memuat identitas
para pihak berperkara, saksi, korban, pihak terkait, terdakwa
atau terpidana dalam perkara-perkara sebagaimana dimaksud
Pasal 8, 9 dan 10.
(2) Pengaburan informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan cara menghitamkan bagian informasi
tersebut sehingga tidak dapat dibaca.

27
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

Bagian Ketiga lnformasi


tentang Pengawasan
Pasal 18
(1) lnformasi pengawasan yang terbuka adalah informasi
mengenai:
a. langkah yang tengah dilakukan Pengadilan tentang proses
pemeriksaan dugaan pelanggaran yang dilakukan Hakim
atau Pegawai yang telah diketahui publik;
b. data statistik meliputi:
1) jumlah, jenis dan gambaran umum pelanggaran yang
dilapor masyarakat atau ditemui oleh Pengadilan sendiri;
2) jumlah laporan atau temuan yang telah ditindaklanjuti;
3) jumlah Hakim atau Pegawai yang dijatuhi sanksi beserta
jenis pelanggaran dan jenis sanksi yang dijatuhkan.
(2) Bagian tertentu dari informasi sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf a dan b yang memuat identitas pelapor, korban
atau saksi harus dikaburkan.

Bagian Keempat
lnformasi tentang Organisasi, Administrasi, Kepegawaian dan
Keuangan

Pasal 19
lnformasi organisasi, administrasi, kepegawaian dan keuangan
Pengadilan yang terbuka adalah:
a. pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personel dan
keuangan Pengadilan;
b. hasil penelitian yang disusun Pengadilan;
c. profil Hakim dan Pegawai yang meliputi: nama, sejarah karir/
posisi, sejarah pendidikan, serta penghargaan yang diterima·

28
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
d. tahapan dan waktu proses rekrutmen Hakim dan Pegawai;
e. data statistik jumlah dan penyebaran Hakim.

Pasal 20

Pihak-pihak yang berperkara dapat mengakses informasi mengenai


jumlah serta tanda bukti pengeluaran atau penggunaan uang
perkara.
Bagian Kelima
Lain-lain

Pasal 21

Termasuk informasi terbuka adalah informasi yang selama ini


sudah dapat diakses publik melalui publikasi Pengadilan.

Pasal 22

(1) Selain informasi yang harus dibuat agar diketahui umum dan
informasi terbuka sebagaimana diatur dalam Keputusan ini,
informasi lain hanya dapat diakses publik dengan ijin
penanggungjawab.
(2) Pejabat Penanggung Jawab dapat memberikan ijin mem-
berikan suatu informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) sepanjang informasi tersebut tidak akan merugikan:
a. privasi seseorang;
b. kepentingan komersial seseorang atau badan hukum;

c. upaya penegakan hukum;

d. proses penyusunan kebijakan;

e. pertahanan, keamanan dan hubungan luar negeri negara


Indonesia;
f. ketahanan ekonomi nasional.

23
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

BAB V
TATA CARA MEMPEROLEH INFORMASI

Bagian Pertama
Permohonan, Pencarian, Verifikasi dan Pemberitahuan lnformasi

Pasal 23

a. Setiap orang dapat m.engajukan permohonan memperoleh


informasi yang tidak tersedia dalam situs Pengadilan dengan
cara mengisi formulir permohonan yang disediakan oleh
Pengadilan.
b. Petugas informasi dan dokumentasi memberikan tanda terima
atas suatu permohonan informasi.

Pasal 24

Permohonan meminta fotokopi putusan dan penetapan Pengadilan


pada semua tingkat peradilan diajukan kepada Pengadilan Tingkat
Pertama.

Pasal 25

(1) Petugas informasi dan dokumentasi memberikan keterangan


selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja terhitung
sejak tanggal permohonan diterima.
(2) Keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berisi:
a. ada atau tidak informasi yang dimohonkan;
b. diterima atau ditolak permohonan, baik sebagian atau
seluruhnya;
(3) Penolakan permohonan informasi, baik seluruhnya atau
sebagian, harus memuat alasan-alasan.

30
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
(4) Dalam hal permohonan diterima, keterangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) memuat pula biaya yang diperlukan.

Pasal 26

(1) Petugas informasi dan dokumentasi dapat memperpanjang


waktu pemberian keterangan sebagaimana dimaksud Pasal 25
dalam hal informasi yang dimohon:
a. ber-volume besar; atau
b. tidak secara tegas dinyatakan sebagai informasi yang
terbuka sehingga petugas informasi dan dokumentasi perlu
berkonsultasi dengan penanggungjawab.
(2) Perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tidak boleh lebih dari 2 (dua) hari kerja untuk Pengadilan
Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding dan 5 (lima)
hari kerja untuk Mahkamah Agung.

Bagian Kedua
Biaya

Pasal 27

Pengadilan hanya dapat membebani Pemohon sekedar biaya


fotokopi atau biaya cetak (print) yang ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan berdasarkan biaya yang berlaku secara umum.

Bagian Ketiga
Salinan dan Pemberian lnformasi

Pasal 28

(1) Penyerahan salinan dan pemberian informasi dilakukan


selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah Pemohon
membayar biaya.

31
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

(2) Pengadilan dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dalam hal informasi yang hendak
disalin:
a. ber-volume besar; atau
b. sedang dalam proses pembuatan.
(3) Perpanjangan waktu dengan pertimbangan sebagaimana
dimaksud ayat (2) huruf a tidak dapat lebih dari 3 (tiga) hari
kerja.
(4) Perpanjangan waktu dengan pertimbangan sebagaimana
dimaksud ayat (2) huruf b dilakukan sesuai waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pembuatan informasi
yang dimohonkan.
(5) Apabila ternyata biaya penyalinan lebih murah dari yang
diperkirakan, selisih biaya dikembalikan ke Pemohon.

Bagian Keempat
Prosedur Cepat

Pasal 29

Keterangan sebagaimana dimaksud Pasal 25 dan 26 tidak


diperlukan apabila:

a. informasi yang dimohon sudah tersedia di Pengadilan


terse but;
b. informasi yang dimohon tidak termasuk dalam kategori
informasi dengan volume besar, sedang dalam proses
pembuatan atau memerlukan konsultasi lebih lanjut dengan
penanggungjawab;
c. pemohon bersedia membayar secara langsung perkiraan biaya
untuk menyalin informasi.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
BAB VI
KEBERATAN

Bagian Pertama
Dasar Keberatan

Pasal 30

Setiap Pemohon dapat mengajukan keberatan dalam hal:

a. permohon ditolak dengan alasan informasi tersebut tidak


dapat diakses publik;
b. tidak tersedia informasi yang harus diumumkan sebagaimana
I diatur dalam Pasal 6;
c. permohonan informasi tidak ditanggapi sebagaimana mestinya;
d. pengenaan biaya yang melebihi dari yang telah ditetapkan
Ketua Pengadilan; atau
e. informasi tidak diberikan sekalipun telah melebihi jangka
waktu yang diatur dalam ketentuan ini.

Bagian Kedua
Prosedur Keberatan

Pasal 31

(1) Pemohon dapat mengajukan keberatan kepada penang-


gungjawab selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.
(2) Dalam hal pemohon mengajukan keberatan atas keputusan
yang ditetapkan oleh penanggungjawab pada Pengadilan
Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding, maka ke-
beratan diajukan ke penanggungjawab pada Mahkamah
Agung.

33
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

Pasal 32

Penanggungjawab memberikan jawaban selambat-lambatnya 7


(tujuh) hari kerja setelah diterimanya keberatan tersebut.

BAB VII PEMANFAATAN


INFORMASI

Pasal 33

lnformasi mengenai putusan atau penetapan Pengadilan yang


dikeluarkan Pengadilan berdasarkan Keputusan ini tidak dapat
dipergunakan sebagai alat bukti atau dasar melakukan suatu
upaya hukum.

BAB VIII
SANKSI

Pasal 34

Penanggungjawab dan petugas informasi dan dokumentasi yang


dengan sengaja membuat informasi yang tidak benar atau dengan
sengaja menghalangi pelaksanaan Keputusan ini dijatuhi sanksi
administratif.

34
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
BABIX KETENTUAN
PENUTUP

Pasal 35

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Agustus 2007

35
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

LAMPIRAN I

PEDOMAN PENGABURAN INFORMASI MENGENAI PUTUSAN


DAN PENETAPAN PENGADILAN DALAM PERKARA- PERKARA
TERTENTU

(1) Pedoman ini berlaku untuk pengaburan informasi tertentu


dalam putusan atau penetapan Pengadilan dalam perkara
tertentu sebagaimana diatur Pasal 8, 9 dan 10.

(2) ldentitas saksi dan pihak terkait yang perlu dikaburkan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, 9 dan 10 adalah
identitas saksi atau pihak terkait yang jika dibuka akan secara
serius mengganggu privasi, harga diri dan imej mereka atau
yang jika dengan dibukanya identitas mereka maka identitas
para pihak Terdakwa, Terpidana atau Para Pihak dapat
diketahui dengan mudah.

INFORMASI TATA CARA PENGABURAN CONTOH

1. Nama

Nama Pengaburan nama "Dikoro Alung"


Terdakwa dan Terdakwa, Terpidana serta yang statusnya
Terpidana serta para pihak dalam adalah Terdakwa
Nama Para kasus tertentu yang harus dalam kasus
Pihak dikaburkan identitasnya Terdakwa
dilakukan dengan cara tunggal, menjadi
menuliskan status mereka 'Terdakwa"
dalam perkara.
KETERBUKAAN INFORMASI DI

INFORMASI TATA CARA PENGABURAN


PENGADILAN I CONTOH
"Barudin SamrI”
Jika hanya ada satu orang
yang merupakan
Terdakwa maka nama
Terdakwa kedua
Terdakwa diganti menjadi
dalam kasus yang
'Terdakwa'. Jika ada lebih
melibatkan lebih
dari satu Terdakwa, maka
dari satu
nama mereka diganti
Terdakwa menjadi
menjadi "Terdakwa I", “Terdakwa II"
"Terdakwa II" dst. Hal yang
sama diterapkan bagi
Terpidana dan Para Pihak.

Pemberian urutan nomor "Katomo Adun"


dilakukan berdasarkan yang statusnya
urutan pemunculan pada adalah Pengugat
l naskah putusan. ketiga dalam
kasus yang
melibatkan lebih
dari satu peng-
gugat menjadi
"Penggugat III”

Saksi Pengaburan nama saksi "Sulistami” saksi


dalam kasus tertentu yang merupakan
yang harus dikaburkan saksi pertama
identitasnya, dilakukan yang ditampilkan
dengan cara menuliskan dalam per-
status mereka dalam sidangan menjadi
perkara. "Saksi 1"

37
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

INFORMASI TATA CARA PENGABURAN CONTOH

Pemberian urutan nomor "Sunimah” yang


dilakukan berdasarkan merupakan saksi
urutan pemunculan pada pertama yang
naskah putusan. ditampilkan dalam
persidangan
menjadi "Saksi 2"

Pihak Terkait Pengaburan nama pihak "Sodikun" yang


terkait dalam kasus dalam perkara
tertentu yang harus perceraian adalah
dikaburkan identitasnya, anak tunggal dari
dilakukan dengan cara pasangan yang
menuliskan hubungan terlibat dalam
mereka dengan para perkara, menjadi
pihak. "Anak Penggugat
dan Tergugar

Jika hanya ada satu "Jalal" yang dalam


orang pihak terkait maka perkara perceraian
pengaburan dilakukan adalah anak ketiga
dengan cara menuliskan dari pasangan
status/hubungan mereka yang terlibat dalam
dengan Terdakwa, para perkara, menjadi
pihak atau korban. status "Anak Ill
'Terdakwa'. Jika ada lebih Penggugat dan
dari satu pihak terkait, Tergugar
maka diberikan urutan
nomor berdasarkan
urutan pemunculan pada
naskah putusan.

34
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
INFORMASI TATA CARA PENGABURAN CONTOH

Saksi Ahli Nama (dan ldentitas lain) -


dari Saksi Ahli tidak perlu
dikaburkan.

Kuasa Hukum Nama (dan identitas lain) -


dari Kuasa Hukum tidak
perlu dikaburkan.

Lembaga Pengaburan nama suatu "PT Maju Mundur"


Negara dan lembaga/badan hukum yang merupakan
Lembaga swasta yang terasosiasi PT ketiga yang
Swasta dengan Terdakwa, terlibat menjadi
Terpidana, para pihak, "PT Ill"
saksi atau pihak terkait
dalam kasus tertentu
yang harus dikaburkan
identitasnya dilakukan
dengan cara menuliskan
bentuk hukum lembaga-
lembaga/badan hukum
tersebut.
Pemberian urutan nomor "Koperasi Tani
suatu lembaga/badan Indonesia" yang
hukum swasta adalah merupakan satu-
berdasarkan urutan satunya koperasi
pemunculannya pada yang terlibat
naskah putusan. menjadi "Koperasi"

39
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

INFORMASI TATA CARA PENGABURAN CONTOH

2. Alamat

Alamat Alamat seseorang atau "JI. Kruing No. 1,


badan hukum swasta Pondok Labu,
yang terasosiasi dengan Cilandak, RT 003,
Terdakwa, Terpidana, para RW 06 Jakarta
pihak, saksi atau pihak Selatan, Jakartan
terkait dalam kasus tertentu menjadi "Jakarta
yang harus dikaburkan Selatann
identitasnya dilakukan
dengan cara menuliskan
daerah tingkat dua tempat
alamat tersebut.

3. Pekerjaan, Jabatan dan Kesatuan


Pekerjaan, Pengaburan pekerjaan "Mahasiswi
Jabatan dan dan jabatan Terdakwa, Universitas Unggul
Kesatuan Terpidana, para pihak, Selalu” menjadi
saksi atau pihak terkait "Mahasiswr
dalam kasus tertentu yang
harus dikaburkan
identitasnya dilakukan
dengan cara menjelaskan
secara umum pekerjaan
atau jabatan saksi.
Pengaburan kesatuan "PNS MA KREM-
saksi dalam kasus 032/WBR” menjadi
tertentu yang harus "PNS"
dikaburkan identitasnya
dilakukan dengan cara
menghapuskan nama
kesatuan.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
INFORMASI TATA CARA PENGABURAN CONl'OH

4. Nomor lnduk Pegawai atau yang sejenis

Nomor lnduk Pengaburan Nomor lnduk -


Pegawai atau yang Pegawai atau yang
sejenis sejenisnya dilakukan
dengan cara dihapus.

41
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

LAMPIRAN II
FORMULIR PERMOHONAN INFORMASI
Formulir Permohonan lnformasi

Nam a ...........................................................................................
Alamat ...........................................................................................
...........................................................................................
·..··..·.··..·.···..·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.·.

Pekerjaan : ..........................................................................................

Rincian lnformasi : ..........................................................................................


yang dimohon ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
.........................................................................................
..........................................
{tanggal, bulan dan tahun)

..........................................
tanda tangan pemohon)

Nama Pengadilan
Alamat, Nomor Telpon dan Faksimili Pengadilan
Alamat Situs dan Email Pengadilan (jika ada)

42
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
LAMPIRAN III
FORMULIR PERMOHONAN INFORMASI

Tanda Bukti Permohonan lnformasl

Telah diterima permohonan informasi dari:

Nama
···························································································
Alamat ...........................................................................................
............................................................................................
···························································································
Rincian lnformasi ...........................................................................................
yang dimohon ...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
···························································································
·····················································································.·····
···························································································
···························································································
...........................................................................................
...........................................................................................
···························································································
............................................
(tan.. ...g..g..al, bulan dan tahun)

·······································································································
(Nama lengkap dan tanda tangan petugas informasi dan
dokumentasi)

Nama Pengadilan
Alamat, Nomor Telpon dan Faksimili Pengadilan
Alamat Situs dan Email Pengadilan (jika ada)

43
j.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

CONTOH PENGABURAN INFORMASI


PADA PUTUSAN PENGADILAN

Catatan:

1. Pada bagian selanjutnva akan dimuat contoh putusan yang


sudah dikaburkan informasi-informasi tertentu di dalamnya
sesuai ketentuan SK KMA No. 144/2007, baik yang dilakukan
secara manual maupun elektronis.
2. Naskah awal putusan yang dijadikan contoh berasal dari
putusan asli pengadilan, namun informasi-informasi didalam-
nya yang menurut ketentuan harus dikaburkan, sudah diubah
untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi SK KMA No. 144/
2007 ini.
3. Untuk memudahkan dalam memahami contoh-contoh putusan
yang diberikan, perlu diperhatikan bagian Pengaburan
lnformasi dalam Putusan atau Penetapan Pengadilan di
bagian Pengantar huruf E.
4. Keterangan mengenai putusan-putusan yang dijadikan contoh:
a. Putusan Nomor 162/PDT.G/2004/PTA.BDG, putusan Pengadilan
Tinggi Agama Bandung dalam kasus perceraian. Contoh
untuk perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
a SK KMA No. 144/2007.
b. Putusan Nomor 1398 K/PDT/2005, Putusan Mahkamah
Agung dalam perkara gugatan perdata sekaligus pengang-

45
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

katan anak. Contoh untuk perkara sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 huruf b SK KMA No. 144/2007.
c. Putusan Nomor 2824 K/PID/2006, Putusan Mahkamah Agung
dalam perkara pidana anak yang melakukan tindak pidana
kesusilaan. Contoh untuk perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf a dan Pasal 10 SK KMA No. 144/2007.
5. Format tampilan putusan dalam buku ini telah dimodifikasi
untuk kepentingan pencetakan.
c:
g>
KETERBUKAAN
as
"'O
INFORMASI DI PENGADILAN I
·~
Q)
a.
E
-ffl
"'O
C)
c
:
=ac:
.o<U
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN
as O> c::::,
af ~ ai
.... as asc: 0 tas
"3 ac:s 32 ~ "'C
E .... ..c 1ii
as 0 <U E
as as .::,:, c <U
SQ
(l) as s 3: ~ 3:
:a c
.... ~ a.
a:
Q)
<U
.::,:,
as
z en .::,:, en <( C) -,
Q)
0 Q) C") E O>
z en C") c:
as :a :s .c
:c ::::, ca c a...i.'

~ .... .... <U a>s, .::,:,


en s: <U
~ ::::, "c::"
co sas: c
::::, ~ <tS
~ :5 as
C)
c E
(l)
af :c 5
.::,:, O> E
w w ::::, <tS
3: ::::,
.... en =;
I Q) C)
::::,
.::,:,
a. <tS ::::,
en .C..). <U c; :§ E ::::, ..c <tS
ai

E>
<( >,

{!!. CD e <U s: c
]i <tS c c
:a
::, b, z «i en c ~
~ ~ <tS

a: c ....
m =a 0 <U "'C <tS
en "O <tS
0 -;

z a. ~ :c
~ ·cu
<tS (l) <tS
E
~ O>
if E ~ ::::,
en a. ....
<( <U ~ 5
<U .....:
.c CD 0 0
<( <tS E (l)
as
-, ::::,
ffi .c E a: ca ....... aw. s: af c 'E ~
Q) c
ID. =a (l) (l) w O>
-8 c zs ca <U ....(1)
0
(\J
E c,
en a. I- ca 0 "'C .::,:,
.c i= c
CD
~
Q.

c .... ~
aIs e «i s: as ca ca c
~ as <eUn 0
E ~
<tS Q. (l) "'C
....ca (1) ca
E 0 0 <tS ~(l) (1) ~
CD en ]? ca
c >
Q. CD
..I en
(1)
t:: .... ~ a: t,-:
c
c( 1u ca E as
::, as O>
Q) ~ (l)
::::,
E ~
O>
::::, .c <tS .c ca
O>
t J: ~ c co
I E> <tS
3:
>, af i.:

c
~<tS O> Cl) ::::, <tS ,-

<tS
-c,a ~ c .a...i :a <tS ..c :c :E
c Cl) 0
en as en E>
I .c <tS :::? ~
3:
.::,:, "cii =a
(1) .c <U "'C c ca
·a c: a3s: ::::,
as c E <(
-; =s
E

0
ca :ce
O>
CD s: en ::::, s: ai z
::, c
::::, <tS c c
<tS

! en E
c
<tS s: s: :c c .... Cl)

C") (1)
ca ~
z CD C") ca E 'S
Cl>

w as <U a. .... "i::' E ca Cl) a. .... a.

E C) ::::, ~
Cl>
e i5 c
<tS
-
<tS (1)

~
E
c

e, C)
"3 0 as
Cl)
<tS ai'
O> c E <U <tS c c ca

c (l) ::::,
.:::; en ::::, Q. 'O ~ 'O ~ .c ~ca
..c:
c,-o
<i. c .... z e -; c .... ·c:

- ::::,
ca
~
~
,..:-
.::,:,

"cii
~ ..c
0
<tS
j
0
<tS

<tS ca
c ~ca en
I <tS (l) "'C
O> as Q. "<ij ~ 0 "O
ca E
'r"
'r"
CD z ]? E (\J
a. as > as Q)
C\I
Cl> a. (1)

<( CD
.... CD <O ~ c .c.. "'C a: 1u
O>
'-
t:: <(
0 Cl) as :t:
<tS (1)
~ E ~ CD as ti .c
0 :I: ~::::,

c: E
c ca
as
::, ca :I: E .c <tS ~ ~ O>
t ti <tS O>
c

·cu =ca: ca ~ -~
I ~<tS
ca
c: c,j as «i .::,:, .::,:, as

e a:

<U
c
-
O> Cl) ::::,

-, <tS
- en
<tS
c: <tS ca en c "'C
af ..c :c ~

O> O>
z 0 3: c c ca cO:> as c: ::::, e
w as ~ <tS >, ca =;
.c a. c
c: E

::, a. co ::::, <U


c
-
_J 'O

c I-
c c

~ ::::, .c ::::, 3: E <(


<tS

·a a. ::i ::::, ..c


~ .c Cl> E CD j:: ..c Cl) c ai

=s ~
:i <tS
Cl) (1)
~ z
<tS
e as en c =a

C") <tS
a5 :a
... =;
O> <tS as ..c ..c c
1u
m .::,:, ca .c
:a .! C")
as ... 1u :c Q)

0 ·c-
w ::::, <( CD <tS
E E ca Cl) a. .... E

'O .... (1)


0 ca

.:a:,s:, a: en .....
U)
as c E ::::,
~ O> ::::, <U <tS ai'

0 <( C) 0 c
Cl> Cl> E Cl> ca Cl>
cu <tS c: ~

c c Cl>
O> a. Cl) en a: :::::, ::::, <tS
~
Q. .:::; ~ ~ 'O ~ i5 'O ~<tS .Q

lhalaman 48
C> .!...
cu
>, - Q)

f!
~ cu ~cu
c 1:,ii cu
-cu
cu
gJ ct)
a(!J
·.::: ':-, '-
s~
~
e =
::::>
~
e
:,
:,
0
0
C\I
·c:
cu:,
-cu
C>
:,
C>
z
i==
cu (/) Q)
"<i
G> cu
a. :,E C>
a.
c
cu s1
cu
-~
:,
Q)
-
~
C>
c:
~:, C> E c:
c: cuc: Q)c:
Q)
(/)
z Q)
Q) Q.
s
Q)
sc: ~ Q.
i::»
<(
...J E
(/)
"'C
::::>
~ C\I
~ c: 0c ..c cu
c:
..... :, "<ii =a <(
cu "'C
~~
0m "&
E C> o
cu
C\I
F cu
! I!!
i~
~i
z ~ cu
Q)

z '-
0 w cu
s
-
.0

Q)

<(
(!J
z"EQ) C>
c: .0 0.. CD (I) ~'-
.c s Q)
(/) ~ ~
~
s
-
.!...
Q)

cu
a
(!J
·.::: '-:,
cu (/)
z ·ar cu c:
i== G> :, ~
z eE ~ i
s
c
Q) ti) "'C

<(
(!J
z
w
Q.
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

~
-aa.
lO
0
0
C\I
c: «i
<U
c: a.
0 <U
- .s
<U
..:.::
0)
..:.::
0 cij
c.
Q) ..c
~
0
E

"C
cu E
0
cu .c :§ Q)

0
=c:
s: c:
~ a. 0) 0 0) <U ~
E c:
T""

t;
<(
CW)
0,
c: 0,
c:
-I ... =a c: E E Ecu <U ...
<U
~
0 s <U c: <U
cu
Q)
<U
~
cu
E cij
<U
>,.
E
<U c
c <U
a. a.
<U
c:
0 <U
-
..c
~ - cu
<U
..:.::
0)
cu ~0
..c
E E
~
0
~
=c: cu E .c
"C c:
:.= .c ...0 ~
c
0, <U 0 0) ~ c:
0)
Q)
:::,
<U
~ 0,
... =a
E c ~... fu
- E
c: 0)
c>,. -I c: E <U
CW)
<U Q) <U E (0

cu ~<U
t;
<U ~ <(
..c ,,_
.c <U
00
T""
0) c: :c a. c: J: "C cu
c: E Q)
~ c
c( <U
z 0)
c:
<U c<UE
Q) 1:
~ cu Jg Q) c.
0)
·.::::
=a :::, 0,
0) J9 c:
<O
~ a. ~
;f E ...
c, ~

-
c:
<U
c
0
<U

s:
- cu-
<U
..:.::
0)
0) ca ~0 .:,;.a.
..c
..c
E E
E cij
1: cu s: ..c :.= s:
c:
<U
Cl) c0
0
<i.
-
c. 0) 0 0) <U ..:.::
c: ... <U
E a.
0 0)
c C> -I E c: c: E
"C c E <U
Q)
<U :c c(
E <U
z <(
0) 0)
c =aE E ...
s ... -
L.: <U <U
J: ;f :::, ~ 0

Q) 1: <U Jg Q) c.
c: 0) <U
Q) -~ =a <U 0,
CW) c a. ·.:::: ...
~ Q) ~ ~
<U
E i5
CW)
<U <U
c::::, J9
0) c
Q)
<O
~
e Cl)
<U
0, <U

cu-...
c: c:
c <U
c:
3i:: a.
c.
c s: <U E
<U
..c
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
c c c: I
~as as as C> c as c: c: 0)
s.!..
I
as as as G>
"O
~
c
"O c
as =s
s.!.. '-
G>
as
G>
.!!! as
c.
.::t:. .c: "O U)

.c:
.c C>
en =s C>

SQ as as G> as c. c: c c as c: .c: c
c: .c ai as 0. Q) G>
.::t:. as as as as
z as E C> c: C> Q)

s
UJ :, .::t:. .c "O "O
.::t:. C>
C>
:, E :, <U c c
'C .::t:. <U Q) <U
~
c: .c
:,
C> <U
.- c as Q)
E :s U) a.. ~ .c

Q) c Q) Q) .c .::t:. O> .::t:. ·5, <U 0


c
-
:,

<U C> 0. :, UJ
~ c '-
·;::
U) <U E

C> .::t:. Q) ·c:


~
E <U
-<U .:. .::t:.
'-
<U
-
; <U

..
.::t:. 0. .c s <U

I c
'-
"O E ·.:::: 'E s:
s
·c:

E <U
- ·c
<U ·en c G>
E
<U
<U <U
UJ Q)
E c Q)
G> 0)
~ 0 c

·.:::: <U "O :a I Q)


<U <U
·u; c
E <U 1 c c ·m E ·2 '- :i c <U
.::t:.

.::t:. Q) "O O> Q)


s :, 0. <U
j E
en
Q)
<U <U .c UJ 0. G>

!
-c Q) '- <U <U O> <U <U
..c <U
:::,
:,
:, <U c ·c:
en c <U Cl) .::t:.

.::t:.
G> <U
-'-
:,
G> C>

:, 0.
Q)
en ·en E ::E a.. C>
G>
.::t:. <( 0. E
ffiD. • • c,
0
al
~a.
c: c c I
~
Q)
~ <U O> .!.. I
c I
c c: I
.!.. 8
<U <U <U '- G>
<U c "O c s Q)
.s
.::t:. ..c "O "O
UJ ..c <U =o Q)
.c
<U
O>
.::t:.
=o
<U
0) 0. s ~
<U <U G> cQ)
c .c <U ca .::t:. <U
0.
0.
Q)
c:
<U c<U c m<U <U
c: .c
Q) <U c
<U
t -=
c
<U E C> C> .::t:. .c ::,
E "O
en O> "O

- c:
0)
c

·c:
Q)
<U

E
]? .c

:, :,
Cl) <U :, c:
~
I
'C .::t:. <U
0) U) c

C>
.-
.::t:. <U
<U '- .::t:.
<U 0. :s c a..Q) .::t:. Cl)
Q)
.c ~
O>
<U .::t:. Q) ·c: <U E
0

<U .. ·c: E
-<U .:. c '-

.::t:. a. - L:

-
CD c Q) ~ Q) s: c .::t:. O> ~ ·5, U)
0. '- <U

I
E <U a.
·c:
<U
.c
! ·m .c:
c
c <U
-::, <U

~:,
Q)
<U

-
U) :,
.::t:. 0. <U Q) <U a...s. .::t:.
:, Q) <U C>
"O E .0 E ·.:::: E Q) 0 <U c
'E <U <U 0

s
:a
c:
.ffl .... c
- .c: .::t:. .::t:. <U
c ·2
O>
<U c ·c:

·u; c
:::, .::t:.
·.:::: C> G> Q) :,
:, <U c <U

i
"O
G> E :i U)

E j
'- .::t:.
"en G>
Q)
0. c as
.... <U
<U E

c G> <U O> as <U .c Cl)


2 "O ·c:

Cl) Q) Q) :::,
:, c. s e<nU c "en E ::E a<U. <U Cl) ~<U .a <U
0.
O>
<(
Q)
0. E

z
w •
D. • 5i
~
as
.c:
co
<U <U <U ,.,
Q)

m c "O c s '-
<U .!!! <U Q)
s
.!..

c. c c I
~ <U O> I
c c c
~ .!.. ~ I

s: .c en :a

I
<U <U
<U - Q)
c c

-
E
Q)
.::t:. .c: "O ~ <U <U =o O> G> O> 0.

c c .c:
as
,., <U <U

c .c <U 0. 0. as c: Q) <U Cl) c:


Q)
O>
O> <U c:
E c .::t:. Q)
O>

<U O> <U "O


::::, .c ::, c: .c:
:,
<U <U :, -c:
Q)
E
U) .::t:. <U
O>
'- - U)
~
~
a.
.::t:. <U
~ . c: as 0.
·c .5 a. ~UJ .c

-
<U O> .::t:. U)

c: ·;::
~ ::::,
'-

E
! s
Q) Q) O>
cii .c <U
Q) 0.
<U "en ..c c
..
-
<U
<U 0 c
c .c: c: O> .::t:. ·5, 0
.::t:. ::::, <U
::::,
E
-
'-

·c E <U
E <U I <U <U :;:: .::t:.
c '- a. 1ii Q)
g>
I
U) ·c:
<U Q)
E c: .a Cl)
.::t:. ~

.::t:. <U
· c :: <U "O E .c
e c <U .c:

0.
·c:: <U

<U c -
·2 :, <U
s
·c:

"O ·u; :a C> Q) Q) :,


Q) c <U
.::t:. "O <U <U U)
Q)
E ~
:ii ::::,
E <U 1 0.
c

c: ::::, c
c .c: .::t:. .ffl E .... .c aJ ·c:
en E ~ a.
<U
U) Q)

-
'-

<U Q)
·<uU;
Q) '-
s <U O> <U 0)
Q) <U 0.
O>
<U .::t:. (I)
.::t:. <(
m

::::,
~ 0.
UJ c Q)
a. E
:,
UJ

Ht • •

halaman J
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

a...s. as as C)
.... c: c: as as as as
<U
c: c: as as E "C "C
Q)
en :c
.0 as '"aOs E :c as .lll:: C)

as as as
.... .cas as c..
.lll:: .... ~ E
as as
(/) E o c.. >, .lll:: c..
C) as ~ -c as
z Q) as Q)
as -c ::,
<( as .... en Q) O>

- =o
.lll:: .0 .lll::
.lll::
as 3: (J)
....
0 as c: a. c: .c:
'E E
--
>, 0
c: as as ·a, as .lll:: as
as

as O>
.lll:: arns
Q)

Q) as c.. ~

~
; E Q)
c:
I= a. -
a.
:::,
~
as :::,

i!
>, .lll::
.lll:: .i: c: :s Q) :::,
::,
:!: .0
Q) .0 as E ..:?
as .c
c: c c:
3:

-
«s s: c...:.
·c
-
.0 as c:
«s
as
c:
.lll::
O>
It)
.lll:: Q)
«s

32
=a «s c:
.lll : as
s : E '"O :::, s: as c: as «s 'a .0

I
'"O
en 0
'S «s Q) !9
.::.!. .«s
=a
as
ca
a ::c «s as
en i= E
as
0
C\I
as .c

:::, .0 O>
.... ·c ~ .lll:: ·2 >, en c: ii
Q)
O> "C CJ
Cl
.i: E O>
.,
c: .l«ll:s: ~ Q)
O>
·m z <( :::,
::::, .0 en E c:
! O>
c: c: Q)
:i: Q)

I ~
.0
ca
.0 Q)
., "'5 c.. E
.0 a. a.
E ~ as .......
Q)
en
Q) Q) Q)
as «s E as c: ti)

c: as E c.. :::c Q)
Q)
E I!! =a
0 «s c:

~ :.= ·2 as O>
rfj ti)
.~ as
>,
c,

1ij c: O>
:::,
-
.c:
a.
C\i ~
Q)

ti)
«s ·ar
Q) O>
O> .lll::

0 c:
O>
O>
c: ci>
-
as
cCD
c: O> .lll:: a...s. Q) Q)
Q) c:
s 0
s
s: :E a. c.. a. ti) ~

I
acs: c: as as as
fl
(U «...s. «s as O> t:
I
.c
'"O E c: c:

as E "C "C Q)
:s
j - t-=

.0 -
«s as as :c .lll::
s
.c: as as .lll:: Q)
~

as e,
E o c.. >, .lll:: ai as as c.. as "C

....
a.
..J «s O> «s <(
as
Q)
<( .... ti) .0 Q)
3: s c
! «s c:

i .lll::
>,
as as E a. .lll:: O>
c: s: Q)
«s

.lll:: .c:
c: as ·a, .... ....
"C 0 «s
E «s
Q)

as ~ Q) as ~
....
.i: >,
c: :0 Q) :::,
as as ~ c...:.
as .0

-
O> .lll:: ti)
.lll::

.lll::
E c:
I= c.. == .0
!
Q)
c: ::, «s .lll:: c lO c: as

c: L:
·c .0 as c: a. ~ 3: O> 0 as .c: Q)
ti) 0

.lll::
=a as ca "C en
·~
:::, a .0 as
-«s O> z

I 32
=a as c: i! «s E :::, as c: as 0 .lll:: c.. .0
E

.c: as
en .!9 s: as as as as i=
. lll :
::c E C\I 0

::::, ..: .... Q) as m O> "C c, .lll:: O> ·2 >, ti) c:

~
:::, Q) O>
z Cl ·.::: E <( ::, c: .lll:: as c:
! ! O>

.0 ti) E c:
., c: "'5 ·m c: Q)
:i: ., Q) as >, al
Cl)
c: .0 :::c E

Q) Q) Q) Q) as c.. as E «s c: ti)

.0
E
ifi en .0 c.. a. «s
c..
.......
0 as c: as ~
~ as
Q)
E ~ O> c,

>, :::,
Q) E c:
a. ~ "C
-~
~
:.= ti) '2 as <U c: O> O> ca
Q)

C\i ~ Q) O> C> .lll:: c: O> E


en 'a, c: C> 0 a...s. c: ~
.c: ~ D. s a.
-Q)
D. ..c:

«s Q) c: .lll::
Q) ca
~ as :::, c. o..
.0 .!
(U ....«s "Cas Eas O>
c: c: t:
c: c: «s «s «s Q)I «s .c: .c:
as as E "C «s :s
·c::
ca
.0 as as as as .lll:: .c:
'"O >
as as .lll:: .... >, ~
~
E (.)
c.. O> as c: .... as c.. c.. as c Q)
·a, >,
>, co
Q) as «ens as
I as
Q) <( "C
<(

as E 3:
as ....
Q) C>
.lll:: .::.!. ~ .lll::
.c Q) as ~
c..

~ - >,
.0

::,

! I=
c:
c.. 'S :::,
-- Q) as .... 'j

c: «s as .l.l.l.:.: as D. c:
::, as z 'E as 0 as as .lll::
E .c:

·.::: c:
C>
c: :s Q)
ti)
:&
Q)
as c >, .0 .lll:: as as

E Q)
c: ~ as c: .lll:: c: c:
c:
«s as Q)

·c .0 as .lll:: D. 3: O>
as c : as It) .c Q)
en
·a.
E
-
0 .lll::
32 as ::c as i=

I «s
=a m
{!!
as ca "C
«s ti)
C> c
=a rn
- as :::, .c: E
as
0

as
.0

.::.!. as «s C\I as
.i:
.!9 .c .0

.... «s :::, .::.!.


c: :.::
:E 'S Q)
O> O> "C a. CJ O> ·2 >, ti)

Q)
O>
z 't: E c: as <(
I Cl :::,
<( .lll::
::, .0 ti) E c:

f9 E E a. :::c ~
Q)
as as
-
0
~
c: as :5

c: ·m c: Q)
:i: -, Q) as >,

. .J
w
Q) Q) Q) Q)
as 3 as E «s c: E ti) .:.
c
a.

.0 a. D. -, c: .0 .0 .......
ti) E Q)

"C >, O>


U) :? :.= ~ .~ as
ti) ·2 1ti c: ::::,
ca
Q) .lll:: C> O> .::.!.
«s
C\i ~ Q) O> O> c: O>

«s Q) c: 0 .... Q) s
ti)
·ar c: O> 0
.lll::
as c: 0

.c: :? D. s a.
-Q)
Q.. a:

~n 52
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
ca I
cii c: i3 I
c: ~ cii as . ·5. I
c: en .:ti! c:
I

ti)
c:
Cl)
C>
:::,
as
Cl)

E
as as
C>
C> c:
Q)
-as Q)
"-
as - as as

:::, "- "C


as s: ·c:- C> "ci> as as C>
a. s: .:::
-
:::,
SQ
-
CD as CD c:
C> c: ti) e> E Q) as as as
E .Q

"C :::, as
"-
c: as as as Q) as >. "C
0 l 3 ~ E

z CD
.Q
C>
CD
-
ai
c:
C>
:::, ::::,
C> .Q
"- ::::,
t!
c:
~ as ~as
c: as
"C
as
a.
s "C

-
c:
as "cii
"-

c: a. ~ s: .c

~ Pl as e> CD
0 Cl) .Q "C as ::::, as c:
:a
C> as
~ c: as a.
as ~ s ]!
~
"-
.Q
as c: ti)

~ as
:::,

- ~ ~

; "C 0 Jg
~
as a::s:,
-
.Q
c: "C "- 3

c. ·ar 0 c: ca CD
.Q .c as Cl)
CD
as as as
t
-
:::, ti) ·2 as :::, as .c ..:.=: a.
ti) ti)
·5. ..:.=: "-
as

.c as
I E ti) :::,
~ C> as
Q) as c,; Cl)

0
::::, ca CD C> C> .Q "i: CD ::::, "C

"-
as as
"C E as
3 C> "- C> c: ~

Q)
C> as e> ..c: E c: c: c:
I c: c,
- as c:
as Cl)

~ c: a. ..c: :::, as as E as ~
C> Cl) C>
:::,
"- "-

..c: a. a.
E c: .Q ~ ..:.=: as Cl) ~ ·2 as as "ffi .Q
as as Q)

Cl)
as E
- c: -:, :::, ..:.=:
C>
as c:

..c: as as .c: c, ~ ti)


C> c: -E E c: E "C E

>.
z r: ;g as ::::, ·5. as ·2 as ·a; ca
w .c ..c: as C> "iij .Q Q) C> C> C>
a. ..:.=: as

~ c: 0 "C c: ~ as c: E as
c: ca
-
.Q
:::,
e> as
0. :::, C> C> ('I) :::, c: as ::::, c:
E 0 as C>
CD
c: ..c: C> ~ ~
f!

:::, :::, Cl) :::, as


- as as
.c "C
c: CD e, CD
ti) "C C\I ti) "C .Q Q)
t!
- as as - .!..

"C

"C :.::::, "ui ti) "C

:::, as as ca r: ca
"C 3 E .c ..c: ~ I
c: en ~ c:

CD e> .! C> C> :J


.:ti!
-
as

"- C> as C>


~ C> as as as "-
as as as

:::, as ..c: :J ..c: s: :::, :::, E <ii ..c:


0) Cl) ..c: as "C C>

c: a. as a. .:::
as
-
c:
.Q ·5. as

C> ~ C> as .Q
as
as "-

c: "C • e E
E C> ~ c: as c: >. "C
~ .c
.::: as e,
.c: as as
as
c:
I ..c: Q) Q)
as
:::, "C Cl)
.-
ti)
as as c (')
ai
n, a. as .s "C
as
>. as as ·2

c: ~ C> c. C>
..:.=: ..c: ~ a.
as
a. E C>
C> 0
c:
U)
:::, :::,
·5. C>
acs: "cii as c: 'S "-

as
-~
0
C> 3 .Q :::, :a

"C c: ~ ..c: as CD
E :::, c: Q)
i3 c: -:, Q) U)
:::, as ~ "- as
as
I
~
:::,

.c: C~D
~ ·acs:- c:
:::, (U
"C C\I c: as "iij "- .c ti) a. E
U) "-
z0

c: m ::::, E Q) as cii Q) :::, "C

c: s
-- c,
Q)
Cl)
s:
.s as
Cl)
U) C> c: ~ E
as ~ C>
as
as Q) c: CD
E

..c: c: .Q .Q "i:
:0 Q)
~

as
O>
:::,
"C "3 as
as
Q)

- !
as
~

O> c: <ii .Q
"C
.::: C> E as O>
c: c: c:
:::J
"- "C
E c: cu C> c: as
~
E
as
as "-
·a Q)
:::,
"C

:::, as 0)
as a.
.Q
Q) C>
e> "ci>

:s "- >. a.. 3 c: C> as


w E E "C
E
0.

.:ti! ::::, a..


z as (U as
<ii c:
i
(U
Q) c: (U
U) "- ·2
t! :::,

:::, .Q ..:.=:
e .c
~ ~ (U
as ·a; m 5i
3
..c:
0
c: ..:.=: s
~
(U
0
·2
.Q
:::, ; U)
c:
Cl)

:E
0)
c:
O> C>
(U :::,
O>
c:
as (U 0 c: 'ci> 0 ~ -E .c: c: c: 2 (U
(U
.c e> as
Q) Q) as (U as ..:.=: "C 1u "iii
"C "C 0.. (U U) E Q) Q)
.c
U) .c .c "C "C .c as "cii U) ~ "C

:i (U as m .!.. E m c 1u .c .c ~ I c: ..:.=: c:

I
c: a. (U
e>
.c: :::, :::, E <ii .·ca: a. .c
- C>

-
"C 3: (U "-
as fl) as
"- :::, (U
C> (U O> (U (U (U
C> Q)
:::, (U
..c: ..c: ~ (U
"C

E C>
..0
~ (U
c: c "- - e
(U
as (U

Q) J!! O> O> :::, as (U :.:i c:

~ O> ~ C> .c
c: "C .c: (U
"C E >. "C

~
as c c += • a..
as
.-
- as
as

c: "cii
(U
Cl)
Q) .c: as as s "C

a. O> :::, as
E C>
3 c: :a
1
..c:
~ (U O> a. a.
e>
"-
>. (U
a..
ai

(U Q)
~ ~ U) :::, a.
~ E :::, c: ('I) Cl) .c:
:::,
...,·2 ·5. C> c: ·en as as .c :::,
~ c: Cl) 0 "C c:
::::,
C> as
0 :a (U
]! -E .c as
~
c:

c: -
(U :::, Q) CD c: (U

-
cii a.. E .Q ..0 "i: -
Q) :::, "C

-
ti) "-

:::, as "C
C\I
as
·c- :::,
.c:
"iij
(U Q
c:
- as
Cl
)
)
U)

a
.
O> c: CD
c: Cl) "- as
::::,
E as Q)

-
CD
~ .c: Q)

as
c,

c, .c "C "3 ~ (U

:e :0 Q)
c, CD
a. c:
as
c:
as
"-
as E
3
w
E
as (U
:::,
c: s as
ca e :::,
.Q as "C as c,; E as ~ ..c:

U) c, c: (U
as C> c: "C c: c,

0) c: ~ c, a"-s CD :.:i as c:
:s (U .c CD
w c:
c: ·a; "C
E E E
:::,
m "E as Q) 3 ]! e> c: ·ar c, :::, E ·a as
>. a.. "-
as
j
Cl)
as :::, <ii
CD
~ .c ~ ·c
3
..0 .:ti!
e I ~ CD C> C> C> C>

U) ::::, 0 .c: ..c: c: c: ..c: 1ii


~ m as
c:
~ as ..0 e> as -
J
.c c:
0 ~ ·2 :::,
c: as :::
(U
ti)

as as 0 c: "ci> 0
~ "- 2
Q) "C

E
Q) as (U as Cl) ]! "cii
Cl) as
~

"C "C 0.. as U) U) ..0 ..0 "C "C .Q as ti) "C


I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

x
'-

as 'S .c
CD c

I
as 'S as
.c ::, :a
as
c
c
as
c
I
as
x
-
G)
0)
c:
I
as
s:
n
as

E
CD c
-
a. "C
·-

;g ::, 0 s ~ «i <U
a. CD as
~ Q) Q) 3: "C
x

c
c
=a a. as as as as nE
'- x a. as
~ as
as s: ::, Q) .c
as as
as
.::: c c E
.c a.-- as as
as
"C
as
c
as "C .c
a Q) 0)
:a '2 -
s
0 "C x'- as =a xas
! as .lie:
as x
x Q) 0 as E
'-
as .
; "C
c

x c "C t:: 0)

0 as CD "C ::, as as c: Q)

E
s
Q)
c: 'E:
0) as

a. O> n :.:: .c "C a. 0)


as ::,
as
as

=a x ::, (/)
c as 3:
O> c E x x
0 as

Q) as :.:: >. ::, >.

CD 0)
<U as O> as ~ x as Jg

- ::it!.

'- ::, .c
'- O> c x s: as s:

as ::, as ::,

c c '-
as c:
I x >.
'-
c ::, c F
n
<O ·u,

-
'cij ::,
aEs CD as <O 0) 0) c <O .! ! c
{}!.
0)

0) as
O>
'-
x::,
.c
:a ~ as
c: ::,

<( ::, CD
! O> a. CD c:
E c: as
-e
::, 0) o '- '- ci as .lie: x
m c c: CD E 0) as
(/) O>
'-
x
J: <O
;g
<O Q) ~ (/) as ~ Q) 32 <O
=a as c: >.
c
~
Cl)
x CD >. x <O n Q) c x
·~ E ·5, <O <O c x as
z =a .c
'-
>. .c
- c

<O
'-
as <O as a.
Q)
E O> c'-
w as n E E as as .~ ·2 x <O Cl) c <O
a. O>

Jg
~ as c c Q) <O "C

0) ::, <O 0)
E
CD E
x '-

::, ::, 0) Q) :E :E "C 0)


c as CD 0) '<if
0)
'-
c O>
CD ::, ::, c
>. a. as "C :E CD

CD Q) ::, ::,
a. E .c .c c :a x x :a <O
'- 0) Cl)
<O
>.

~ n
x
-
':-:,
.c
0 e
I I

-- - =a
::,
::, c
a.
<O
!
I

<O
x
"C -
I
C>
c
s:

::, c
<O
;g
Q) =a <O <O c c <O Q)
<O ai
x a. <O

- .- <O

c :a .c as as as as n :.:: Q)
CD 3: "C

CD c as <O a. a. "aCs as x E .c n
as

~ "C
E .c ]? c <O E as <O as
~ c CD
=a
"C
x c s: <O
as "C .c a. x
a. 0) =a ~
CD .-
E ::, c:
CD "C as a. O>

e
as x as "C CD :;::, 0) <O 0)

0 <O c as ~ "C x CD 0 <O


'-
as '2

"C <O as c:
E
CD
0
n :.::
x -
- =a
c CD
c
x s: as :.:: >.
as <O ::, 0) <O ...:

as ::, as c >. x
'-
x ::, J2 E

-
.c as
<O as n
'-

3: 0)
c x m
0
z
c .c .c
c 'cij U)
0)
CD c::, '-as
as {}!.::, O> <O
<O
0)
ci ~c
<O ::, x.c
x as

CD 0) O> 0) 0) ::, x Jg
E
I
::,
as xCD as c c 0)
'- ::,
c<O .!! G) c
'- ::, c as
i=

>.
'in :a
m O> ::,
u '- '-
E c <O

- -e
O> 0) <O
c ::, CD <O
c
<( "C
as x
,!g ~
U)
>. -
CD n CD c: >.- x
"5

c a. ~ x
CD
as '- c
E ::::J
~ <O as 32 as x U) O> as Q)

! CD 32U)
Q)
<O

'i: J: E c x <O c
ffi :a '-

Q, c: '2 .c
CD <O
E as as >. .c <O

x x c '- "C C>


-
as

<O O> '- x "C


"C (/) c <O
>. as
~ n E E O> c '- as -~ Q) <O ;:;

E ::, ::, C> <O O> Q) :E ":.C as as a.


c <U
Q)
::, c ::
Q) O> C>
c O> E
CD '<if ::,
CD "C :E c
::, as 'cij
a. E ::, ::, as m Q)
x
Q)
'-
:a n '-as
0) U) >-
.c .c c a. x ~ U)

x =a
as 'S .c
I
c:
I ::, c as I x I

a. .-
;:;
::, 0 -
as <U as ! as "C - c ;: "C

"C '- CD
e =s as as c: c: as CD as "ii
'S C> .c
xCD
n CD
c =s .c as
"C ~as E
:p
a. as

I
acs CD c as as a. a. as
.c c as «s .c

"C E ~ CD
]? c: «s "C .c E
as .c
CD - «s "C

n
a. «s x as
:a as
as as E as .-
I
0 0)
::,
'-
«s x «s "C :a t:: CD :;::, m as 0)
·2

- -
~ c c as ~ "C x '-
CD 0 as
as :.:: >- ~
x
a. O> CD "C as «s a. ::, c CD

as c
Q) n :.:: "C as ::,
~ c
~ .c
Q) 0) c as as O> as
a.

.c
U)

- >-
I ::, G) E

c
'-
x c '-
c e .c

c 'cij ::,

0 «s =a ::, as c j 0)
x ::it!.

0) ::,

-
Q) 0) 0)

e
c: n '- ::, as 'ii c

::, .c
as s
O> 0) as
E as
O> '- ::,
O> ::, ~ .!!
e>
E as m ::it!.
- -e
:& as ~ ~ c: '-
{}!. c i= as .c 'ci> :a as

Q) c: as ci c ::,

as as ~ «s
~ nas =s c:
U)
c CD 32 >.
Q)
-
CD 32

u
<( c ::, c: a. ~ CD c '- c as 0) as s
as as ~ CD as x
m ~ x as E U)
(/)

»J
'i:
«s ~ as c x c
CD >.
J: E '- «s
x "C U)

c E ::, ::::,
c CD ::,
O> a> ~ "C
0) "C 0)
-
as E 0)

I Q)
n E '6,
c
'2 .c «s as c: >- .c "C
as 0) '- as ;:;
.~

O> E E 0) c: «s as
'- CD as as as a.

CD ~ ~ ti '- 0) c: '<if :.::. c '- c 0)


c
Q)

CD ::,
a. E ::, ::, >-
c:
as ~as ~ ~ xCD =s nCD as ::,
~
0) U)
.c .c a. "C '-

lhalaman 54
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I
Eca c~ E
ca
eCl> :~ ca
"O
E c,
c c
~~
-
::::,
.c
Q)
-~
"O

t..:
0
E
z0
acs:
Cl)
:,
:i
Q.

s
~
as
s:

·c:
• "iij c c
S: ::,
I
Q)
"' as ·a "O

E ~
~::::,
m C>
(U
.c
(7)

-
c::::, s
-~::::, :s.c
€ as
i .Ic
~ =a
2as .sc
~ Q)
sa. .!
~
'-
as ._ as
E E ca
as as
L-~l-~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~

halaman 55
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

:s
(U
...lil:: c
0)
CX)
(U s .~ E c - ('I)

(U
E
C>
(U
-
...lil:: "'C
C> a. (U
(U .i:
(U
"'C
(U
>,
c (U
~
Q)
·ar ca
(U <U (!)
~
T-
"'C ca :§
c:
Q)
"'C a..
~ ::E "'C (U
C\l
e c en Q)

...lil:: a. ca en E - cd' c CX)


C>

(U
c ::, (U ...lil:: ca a. cu C> cu
'- ca c: c: ..J c
a.
ca ·~
c: 0)
CX)
(U
a. ...lil::
c:
a. ~
::,
..!..
C>
- (U
as a.. ....: c:

Q)
Q) c: C> "C (U <U ::, (U E C>

ca
'- c T- .c
.c
c en t 0
-as

"'C 0) (U (U s: Cl) c ::,


Q) c E
en a. c:
0
3 ...lil:: ca "C "5 (U

.c : ct
ca
-
ca =a
::, Cl)
ca
Q) :::, '- <U a. en

Q.
a. c: ...lil:: "C ca CJ 32 ...lil:: ...lil:: ~
.c '- ::,
C> c s: Cl) C> 0
::, a. cQ.

ti c ca a. en C> c: z ·as C>


a..
~ 1u
w
::, ca C> .ft c ::, c: Q)
<i.
i=

ca 2 .c .c c

·2 ...lil::
:a C> c c: C) Cl)
-
('I)

Q)
"C c C> (U
.c (U C>
>, c
c:
e E
:a "'C =c c: ca a..
SQ
z
0 en
"
0
(U

as
<U
.c .c C>
"'C
c:
::,
s:
~
'-
E ~
Q)
a. E
E
ca 0

~
::, '-
~ :E
.c
I
w (I)

::E
::, ·as
::,
'- c:
=a
ca (I) c:
Q)
Cl)
<U ca C> 0

Q) 0 as (U Q) c
~ (U

z ca E ~ (U
C>
.c ~ ::c .c < C\I

D. ...lil:: E
E en c: "C c: (!?
en z E .c a.. ::, >, s -=

:s
e
(U

ca cca
...lil::
C) 0)
CX) -(U ca
...lil:: "C
C> a. ca
.i:
ca
"C
as
>,
c:
c:
e
ca
...lil::
.~
Q)
E
ca
·ar ca"C
c: c,
ca
~
- ('I)
T-

... E "C"i c:
Q)
c: en .:::: ...lil:: ~ a.
'-
Cl)
"'C
as a..
ct
::::,
(U
...lil::
'- cca :::, ca
ca c
a.. "C
caen
<U E ::, c
-
..J
::E
c cd'
C> C\l
c CX) caC>
i
Cl)
ca as E Cl)

-
C)
a. c: C> c ca ...lil:: a. ...lil:: C> <U
ca a.. ....: c
·3: 0)

ca CX) a. c c
C/J
::, t
Q)
0
E s
I
::::,
m
I
::,
~ c
ffiD. I
ca "'C
0) as ca .c Cl) c
"5
as .c en "C Q.
0

- -
·c:
.c ...lil:: c T-
ca
<U CX) >,
eca E cca
(!) ~
]; ...lil::
ca ca
C>
c
0)
...lil::
"C
<U
ca
<U
"i: <U
c
-~
cii ca as ...:
('I)
T- 0
,-
"'C
eca E
'- "'C
c: ca :§
C>
'-
a.
Q)
Q) ca ~
c ...lil::
'- ·ar "i "'C "C
"C c
ca a..
I
Q)

::::, ca
..:.:: c
a.
U) asca ..:.::
c:
.c ca
U)
c
E -ct -
~::, cd' C\l0 caC>
iwz
"C a.
::, a.
c
D.
:e
3
w
c ::,
<U
Q.
C)

z
...lil::
-::,
C>
0 a.
~
m
w
u, Cl)
" ca
Q)
c ~
c:
CX)
('I)

::,
·3: c 0)
a. ~ 9- ...lil::
ca - a..en 0 c
.s
.c
c ..J
lhalaman 56 Q)
(U
ca
Q)
C>

"C
a.
E ~
::, ::,
c :c I :::,
- as
~
as ~ c ·as I

s:
ca c

- ca as ..... as as
C)
as "C 0 as
as ~
cQ) U)
C)
:::, as (!) ~ Q. .5 I >-
C)
C) "C
sa .....
Q. Q)
as C) J2
a..
·3 :S
Q. ~ C) Q) :::, c c
~
c as
-
..... as
- a.. C)
-
as e>

z Q) .,... c as {:!. JI:: (!) as (/J Q)


ca
C)
:::,
a..

..0 c
as
- ·c
::i z
c
E as "aCs as i!

! Q)
~
(!) as

Q.

-- C)

x s:
as - c
as
as
1: ~
c
:s z -
..c: C) ..c as (/) w as JI::
cw:, "C >. E
~ as a..
w C)
:i
"C <(
as

w 0 as 's,
::, :::, c E Q. Q)
<( ·c Q)
JI:: ·5,

E
z c ~ ~ .= "C
0 -ec .c x
C>
w c as c ::,
a.. J2 .c:
I
('\J
a: :::,
Q) .Q.
(!J
Q)
g> C)

"C E
as
..... CX) Q) "i::
::, ..0 z "3 J2Q. :::, :::,
C)
acs ca ai as
:::,
..0
as as
c as
~ Cl) (!J C) Q) E
..0 as C) x
a>
C)
c .E; a: c c :::, :::,

I w c as c
as

E C> J ~
C)
5' E U)
o C>

Q)
C) Q)
:::, Q)
cu Q) (/) Q) Q) c 'S Q) >. Q)

c a..
~ !::.. a.. ~ a.. a.. c
Q. C)
c :c

C) ..Q <( :::, Q. c


C)

s Q)

0 ,....:
a.. z U) c\i ('I) m

c :c C) :::,
- as as x c
"i I
ca c
~

-
as ~ Q) (/J :::,
Q. .5 as >. C) "C

as as as ..... 0 as .c as
[
c c c
c C) as C)
~ ~
Q. ('\J
Q)
a.. as J2 c ._;
-' x
C)
~
C)
as
.....
Q) ~
{:!. as U) Q)
·3 .= c
cC
..... c as a.. a.. .....
C)
Q..
ca
:::, .....
Q)
;O>
.....
s:
as
as c "aCs C) as C:::,)
a. .....
i ..0 as
.c
:::, :::,
·c
as c
E as Q) cas E
as
C)
x >. ,!
<O

as <( E Q. .Q....) c
cw:, "C
wz C)
:i "C
E c
-e
c
x
~
-
I as .c
:::, ·» as as

I
0
0 as w x ·c x JI:: .= "C
·5,
g>
s: :s :::,

('\J
a: ::, a.. as
JI::
c
as .c: as
C) .a...s.
c Q)
.9- as c:
z "3 c ~

C> lU
Q)
a. E ::, U)
E
Q)
as i Cl) C)

E
as
c

..... CX) ..0


as ~
..0 :::, "i::
Q)
"C
x as s~ ai
O>
..0
c .E;
C)
c
- 'S

O> C)
E as C)
~ c 'tu ::,
"'
:: , c
C)

i ~ O> Q)

O> Q) ::, :::, Q)


a.. Q)
cu Q)
as c
Q) C)

~ :E
Q) c >. Q)
c:
c c a..
C) ..Q Q.. :::, Q..
Q. C)
:c a.. Q.

z s "' .,... c\i ('I)


E

0 Q)
lU
.s:::.
-
c
as :t C)
c
I :::,
as -l
as
C)
as .::::
z
as
..... ~
0
c
as
I
..c
a. .5 as as
.i ca
C)
O>
c
as
·c:
lU
"C

as Q)
"'
"C
....
I -Q.

.....
~
~
Q..
~

:::,
C
....>. ~ al
~
c
as c
Q)
(U C) ~
a.. ·3
Q)
:S as
::,

as {:!. a.. ..... O>


< as "c' as
Q) c <(
Q)
c
C) as e>
::,
as
..0 ~ c
~ a: E as Q.

! as
C) .c
·c
"C
E ~

..c: :::,
"C
:::, as <(
c as ~ as >-
cw:, as a:

C) "C
:i z C) .....E Q. Q)

m
·» w z ~as
<( ·c ~
Q) .c ..... c
ta 0 E
-e
z
c
- c
:s z
~as
as

~
a.. w .:=
~ffi
~ 0 ..c ::,

-
c::, <( ·5, "C
0
a.. as .c: as z as Q. .....
:e ('\J as '3 g> C) ~ c as
a:
c
CX) C)
..... ..0 ~a. :::, Q) •
Q) z as :i c
.i:: =c E ai
:::,
..0 0 as c c
3 Q)

as a5
Cl)

z
Q) as as E
E

w ..0
O>
~ C) .E; C)
C)
en
C)
c
x U) Ic
u
as c
C)
C)

c ::::::,
E ca O> c
'5
w

m Q) O> O> Q) Q)
[ a: Q)
::::::,
Q)

1u
:::, cu Q)
Q..
:E
c :E Q.. ::::::, a. Q.. c

c: ..Q c: >.
a. O> ~ :E C> Q) Q)
Q..
UJ '.2 c§
0
z sc: Q)
U) ,....: c\i ('I)
halaman

SJ
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

- as . c: 1ii :::ii::: ..c:


. e a1 :::,
a1 O>
I ii w
:::, .0
as O> c:
:::,
~a1 O> O>
<(
z 0
Q)
a:
a1
~ ·c:
O> :a :a a1
:::,

0
:::, 0 a1 :::, O> -c ....
O>

en s:
c:
CD O> CD
O>
O>
:::,
O>
c:
a1 ::::,
z ..lll::
Q)
a.
0
.
c: <(
c: c: ..lll:: u, Q) "'O
a.. 0
=e
:::, t/J
'«i .. a.. a.. a1 a1
Q) 0 .c
a1 0
a.. c ~
Q)
Q)
:a E
c: a1
.... 00 :s C\i :,

w ~ - E :, O>
c: en c: ..lll::

a1 z
IO> a1 Q)
«)
:i
s z
a1 Q.

O>
- a1 >. w a1 = z c: Q.

a1 c w
E a1 c: .0 :::ii::: C\I
c: .... a.. a1
G)
c: 1ii -c
O> a.. ci.
a.. "! a1 :, :::,
.. ~ E
a: a1
a1
:, a1 O> e
ia .. O> z z
=s .O...> ~
..lll::
s 0
a1
..... c:
~ e> -c :::ii::: a1
Q)
.c "'O
:e w

a. E :::, en .0

"'O ~ Q)
..lll:: Q.
1ii G)
a1 .0 t/J
O>
a: ~ c:
a1
z G)
c
SQ
z ca
~
c:
5
G) Q)
a..
G)

G)
-!
0
!
.J
c
0
w a1 a1 c: .a ~ Q) E u,
z "'O e>
~
::,
m
~
CJ
z c:
w
Q.
a. 2
..lll:: c: a1 c: ~ w .0 :,

G) a1 a1 :::, :E :E a1
- t! -c. z ~

-- .
..lll::

as a1 O>
I c:
a1 : iii a1 .c
1uO> "O :::, w
I
e a1
:::,
t/J .0
:,
:::, c: ~ :::, E
O> "O a: ·c:
a1
o :::, ..lll::
o
"O O>
:, t/J ~a1
.... ~
.J
c:
G)
O> t/J ~
0>' O> :sa1
Q)
O>
O>
O> a1c: as
c: G) =c
C> .... z-c Q)
Q. I a1
:,
c: c: ~
c0-c 0
a. t /J <( c: 0

I
~
Q) as :::, :s .,...=
G)
C\i
.0 a1 0 "O
:::ii::: I

iz "«i
a.. Q) c .. a..
G)
iu' 0 .c
a..
~
::,
as E :::, C>
en ~ en C\i :,

-
~ c: c:
m c: z
~ a. ~
z
f
-
a1
:s «)
:iQ. ..::
as E as sa1O> ase a1
O> eas z c: C\I 0
O>
G)
a. .!
a1 c:
O>
:, "i
....as a.. :,
:::,
"O 1ii
C>
w
z ..
a1
c:
ci E
a: as
a

:1
=s .O...> a1
~ ia"O ~
O> ~a1 :::,
0
a1
.... c:
a1
:e w ~as a.
a1 e> :::ii::: en .0
CD a1
G)

- z- I
"O .c a: ~
~I z
a1 a. E ..lll:: 0c: c5c: .0
E
t/J
t/J
ca .ca:
a1 G)
a. c:I ..c: :,
~as as "O
Q)
..lll::
as
O> ~ a1
c: a1 c:
"O :::,
~
z Q)
5 ~ii 1ii
~
Q)
c:
a1
O>
.c Q)
0 a.. a..
w
~ z
eG)
~
~
.0
a1
Q)
t/J
:::,
:::,
e z
:::, .0 c:
as :::, ~:::, ci> ~a1
O> c: c§ O> E <(
a: ·c: m
.
O>
.,...= C\iO>
:::, t/J 0 ~ ~G)I ~
I :::, a1 a1 ::::,
O> t/J :a :a

-
(.)
c: C> c: a1 'S
O> .... :s z
a.
a..
c:
I Q)
O> O> Q) O>
:,
as
Ea,
<ii
.c
di c: c....o...
~ u, c:
:& c c:
3
w 0
CD

m a.. G) .0
<(
::, "O
.. a..
:a c
Q)
Q. Q) a1
E
0
lhalaman 58
INFORMASI DI PENGADILAN I
I
en I
c •«;
c: a: C> as
~
0
e
:::::,
::::>
c
a: i=
C>
i
0)
as
.0
Q) :2
...
Cl)
Q)
:I:
... as
C> en

as
C> ~ 'a c ~ c
c E
ca
C>
as
ca
-
ca
0
2
en
lO :::::,
Lf
Cl)
e

as :::::,
c:
0 -
a..
ca
- N
en:::::,:::::, 0 CD
~ c: ,.....
c .c :i:
-gq ca
=c Q)
0. ~ ·ar C>m 0
caC>·-·- a:a:
~ :2
-
Cl)
~
cC> ...ca
en
- as =s ~
as
...
-
ca
2
'a C> C\I
c: lO
s
C>
C>
c:
.e
::::> :I:·s,
:c e?
C>
:::::, CD

ec
- 0
ca as
q'
ca as ca

... 0 en ~ca c c: co ca: c:

"C
C> .0
Q)
0.
~ 0
:::::,
.0
·c:
- ca
:::::,
c. :::::, Q)
Q)
ca
=o Ien
c: 0 :::::, ca ~ C\I
C> Q) .c <( :I:
0. :::::,
Cl)
ca >, :::::,
.c
s
C\I "C CD e ~:I: .c~ -,~
i=

-s
I
en c:
c: ::::,
... ,..... N ~
~0 E
m~
>, 0
a: =oas
...
Cl)
ca ...
Cl) :2
~ ca C> m C>·c:==-:I:,..... a:

- ::::> ·s,
C> C> C>
c: ca
ca 0 .0
'a c: g> c:
ca .0 0. lO

ca... =s ~...
c: s
en C\I - co
~
a: as
-
:::::,
en C>
"C
0
q 2
·c: ca :::::,
Cl)

as C> ~C> 0C! ~ c:


E ca
as
C>
0
-::::,
c.
ca c:

{E. c

:a -
Q. ca ,.....~ :::::, ca
:c i=
Cl)
~ ·0 -,
E
.c en ·c: enc: cc:
a
-
0. c:
ca
:::::,
Lf
as ~Cl)
{E. - Cl)
a.. ca i= C\I,..... ::::,
>, c: r-.. .c ·s- I ~cas:
as ::::> as :::::, ~
a:
<(

0
Q)

::::,
:i:
as

ca 0
~ :I: E
i= ca...
... ,:
ci. .c ca
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

c, E (.!) as ·c c,
~ :r: :i E .c:as ..)(as as
c, c
:r: ~ ::,
.2.. as ~
z s'- ~ as :i
~ CD
:E
.0 ::, as ·2 .c:
SQ en s >. <( >.
~ as
:r: - :r:

z '- ~ '5 0 as =c :::i

<( c,
i as
0 .:,,!
0 :c ·m
c O> .0 O> 0 as cc
c <( as c ·c: Q) c .c: c( <(

~ as as ~ ~ ·a. :r:
as E as
O>
~ ~

0 "C m "C
~ ~ N
.iii .c:
§ .0
.s 0 en ·m :,::,

'- C)
w Q) as as .c:
.!i

:r: c as ~
::, 0
E 0cc
U)
CD as
I ~
"C .!!l
::,

.0
as
·m en ~ as CD :e.
c
-
(/) E
as c. CD
"C
.c: as
Q) cc

:::, ·m
~
I
O> ::, (/)
z c: .0
S2
~ "C ~ Q) c(
as 0 ::,
en ·en e, E as :::c cc

as "C
0 :r:
!
::,
::,
::, E as ~
c: E "C e ~

0
1 ::,
::, -,
z I as as ::,
Q) as <(
Q)
~
II.I ~ cc ~ ~
O>
0 ~e, ·c: .:,,!

D. E w ~ c:
c,
~ ~ =o 0 cc Q)
~

:r: cc c: ::, Q) 0

-
c:
=o

:2 <( :r: ·u, C)


l1j Q)
as C)
0 .c:

as :r: as c: ::, ::, .c: .s::. e-


l
<( C)

~ E <( =c ::, 0 as en 0 i
-
~ :r: :i ~E .c: as as C)
c: E (.!) ·c: O>
:r: ~ ~
C)
32 z as =a c: :c
0
i
-- '5
.0 O>
<(
0
·2 :a
as
.:,,!
:J

~
en as Q) .0 >.
as
as <(
s .s::. >. ~
~ ::, -~
.2. '- as as
'- :r: Q) :r: 0
cl
:::, :c ·cu as as I
c C)
c
Q) c: 0.. cc
l'i c: <( C) as ·c: ~ .c: <(
as ~

as as c(

I as

0 "C m as E as .c: s '- ;g c. :r: i..:

"C
§ .0
Q) .iii 0 en ·cu N
0

'- .c: E
-~ :r: c as C)

I
U)

.!!l as 0 as c: ~ 0
CD :e
as "C ::, as
CD (J)
E CD E c0c
·m ~ C) as "C .0 as
Q) O>
c. ·m .0
~ z c c: c:
:::, ·u, (/)
::, as :E .s::. as
(/)
Q)
cc ffl
ci ~ as '5 cu
! - ::,
cc

as en c. "C E Q)
"C "C as :r: ~

::, 0 ::,
i5 E c: as 0 ~
::,

cc as -, 'E
-
Q)
D. O> ~ i
·~

-
0 <( .:,,!

- 0

::,
~ ~ I ca as ::,
::, "C
~ ~ 0.

E w :E c Q.
E
~ =s - a: as

~ Q) ~
as O> as ~ C) tU
:r: <( :r: O> 0
:r: <( as c ::, Q) .c C)
::, c:
~ ~
as
:2 U)
O> 0 ::, .c: as 0 O> .c: l'i
~ a: =o c:
E <(
::,
0 =s en ~ 0 ~ co

C)

~ :r: :i ~E s: as as c:
C)
E (.!) ·c: c,
:r: as ~ .a. ~ z as =a c J:

C) as
-
·c =a
:\? as ~ ::, '- as as
as - - as
ui .0 >. as <( Q)
.c >. ~
~ :r: :r:
I
:::,
:c
'-
0 <(
~ c
as O>
Q)

c: ·c:
.0
Q)
~
c
::,
C)
0
<(
0 0..
.:,,!
~ .cas:
:J
cc
<(
as as as ·a.
as
-
<(
'-
~ c(
as :r:
l'i ·cu
I 0
c ·m as
N
Q)
"C cc as E .c: 0 en ;g
.0
§ Q)
"C
.iii '-
.c:
:r: as .!!l as 0 O>
as ~ 0
.'ii. en c: "C
tli U)
as CD ::, as a:
as

-
D. CD
·m (/) E "C .0 "i :i
E

:e
O> ::, as Q.
·m Q) O> .0 c::c,
z ~ 2

c c c:
::? cu :E (/)

<( ·enas ::, .c as Q)


a:
as ci
0
E :!
~ ::, Q. "C ::, as
(J)
as 0
Q) "C "C
::, .~ :r:
- as
~
<( c .:,,! ~

m ::, E c: E "C ~

ti) c: 0 Q.

:2
E
:r:ca
·en
- =s -
0 a: as
I
-, .::;

~ ~ I
ca as ::, ::,

w w :e
a: C)
~
Q)
:r: O> as ~ ·~
.:,,! O>
O>
Q)

<( ::, .c: ca C)


0 .c: ~ ~
J: <( ca c ::,

C)
~ a: c:
::,
Q)
.c: c: ::, c: ~ 0
O> 0 0 ~ as en Q)
a.. 0 .0
E <( =s
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGAOILAN I
J:
en J: 0 0 0
0

!
0 0
:E c5 0
fQ c5
z z 0 0 0
0
,..:
~ CD
0 c ~ ~
0
0
iri
c <( :t ,.... .,..
C II
~ ~ <(
~ g a: 0 c c. a.

::::::, CD
o a:
3:
w CJ CJ ::::::, a: a:
~
w CJ CJ z ......, en
-= <(
J:
~
-=
E
CJ)

E w CJ ·en
I ~ ~
a. E
i ~

::, ~ ~ <( z<( ! «I


~ ~ a: c ui
·2 ·~ ~CD
J: w
<( .tl
<( I-
e !
! i
J:

~ a: z c ,, E s:.
::E aCD. ca
e
<
z ~ (!?
w ~
>,
«I ~ .., 0

J: «I «I «I :::, (!j
J: c
a.

(!? e m m m [D

o c ~
,....: N (f)

~
J: :r: s
0

0 Q
en ~
0
0 0
c5
Q
0
.... z c5 ...=
0

c i .=: ~ 0 0 0 0
a.
! z =t i,.0r..i. CD
0 ...:.,..
N C\l
c <C
~ <(

I ~
0
::::::,
a: 0
CD

3: z e
a:
c c. a.
,<..O..

- <( CJ ......, CJ)w


CJ
......, en
a: a:
0

L.:
CJ w (!) ::::::,
CJ E
c 0
~ E J:
~ E a. E CJ
~ z
I
::, ~ ·en m z
! «I c
~ ~ ~ ~ <( ui .! ~ ca
I ~

2 c
i :::c w ·2 CD (I)
:::c

I-
z ~ ~ ~ z c
<( ·,e, CD
cii
.tl
E .c
::::,
'S
::E CD a, a.
a. J: e..,
w < a.
(!? c

«I
J: ~ ~ as :::, ca

c >, >,
E
«I «I ca
(!? (!? m m m
«I

c c
cu
.s::.
,....: c\j (f)
,....
<O
·c
J: J: 0 cc ~
en 0

!
0
:E 0
0 0 ,....
It)

z c5
c
i
0

I
0
c § ~
-, .,;
0
,..: cu
:I:
,.... co .,..
C II
::, ~ ::::::, ~ ~ <C ~
(!)

c
I g a: g 3: c c. a.

I - w CJ ::::::, a: a:
c

CJ <C (!) ......, CJ)


zw ......, en

E J:

~ ~ ~ ·u; m
E ~
0.
E CJ

:& ~ ~ z !
~
~ ~ c§ ui ·~
~ ~
J:
i <(

J:
I-

w
c§ ·,e, !
·2
~Q)
.0
E
m ~ a: z Q)
s:.
ca
~
-c a.
DI J: J: ~ e a, e
I ..,
ca :::,
c
~
e ~
m m m
~
c c

J
,....: C\i Cf)

halaman
I KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

mz <(
:E
<(
::c
rn
0
ca
e
<(
E
~
.
w ca a :E
w C) w z z :c
~
I ti) ~ CJ CJ <(

::> ....., ::>


m
~ asca>, 1-- i= c rn
.. z z z<( E c
a.
::, c: ~ :5
ca .c: m <(
.5 0Q) c
<(
:E
:c
zw ti) ca CJ
z
~
>, ~
·5,. c,
<(
... c:
.c
::c

i -
::::, ca c:
:::::, CJ
w
<( a:~~
E :::::,
ca
::>
ti)
c:
aCJCJ ~
<(
C)
~
w z ::>z ....., :c
I ca 1-- i=
z<(
::>
rn
c
m c: .c: ~
ca Q) :5 m
~ .5 0
ca
c~ <(
rn
~
z
c( I
a. >,
~:::::, '5,.
c: z <(

::,
-c: c:
::> :::::,
>, .c
.. z
w
o,

z
c E
a:

<(
:E ::crn
I
w ti)

ca
ca ~
<(

~
~
o

! E
ca
ti) a(!) CJ
z
~
<(
·c
as
'C
f c: ~ i= Cl ::> co
,-
ca rn
:E
...
::, >,
.. z z <z( E c as
:c
c: .c: ~
ca Q) :5 m <(

IB::, .5 0 c :E
as <( :c
ti)
~ ~ o
zw :c
z
-
~:::::,
C)
c: c:
c:
·5,.
:::::,
::> .c
c,
::> ....., ~

w
(I)
lhalaman 62
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN I

z
c(
C/J
:::,
t•
:::,
a.

t!s
0
~
Em ~
a :c mE
as
s E~ "C
O>
(f)

"C c L,;
0
z m Q) 'S E
c( cu E ~
·~
0
z
'E
CD ..c Q)
C/J
:::, a. ..! .c as
t•
:::, s .<ns~
·m ~
a.
a. ~ mu, cu.c as
G> E
a. as
ca, ~ca "' 1ii
u
~
.i:
O>
II)
Q) ·c:
E ca
Q) "O
~
cu
:c

:c z
c(
~ C/J

8 :::,
t•
:::,
a.

halaman
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

KETUA MAHKAMAH AGUNG


REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 003A/KMA/SK/I/2007

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENYUSUNAN RANCANGAN


PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG AKSES
PUBLIK PADA PUTUSAN PENGADILAN

Menimbang : a. Bahwa untuk menyiapkan organisasi Mahkamah


Agung RI dalam melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang satu atap, perlu dilakukan
upaya-upaya pembenahan slstern dan tata
kerja dalam mendukung dibukanya akses
publik pada putusan pengadilan.
b. Bahwa salah satu rekomendasi hasil studi
Cetak Biru Pembaruan Mahkamah Agung yang
telah dilaksanakan oleh Mahkamah Agung

1
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

adalah memperbarui mengenai peraturan


akses publik pada putusan pengadilan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di
atas, perlu dilaksanakan suatu penelitian untuk
menyusun rancangan aturan Mahkamah Agung
mengenai akses publik pada putusan pengadilan;
d. Bahwa untuk melaksanakan penelitian terse-
but, perlu dibentuk Tim Penyusunan Peraturan
Mahkamah Agung RI mengenai Akses Publik
pada Putusan Pengadilan yang terdiri dari
unsur Mahkamah Agung dan Lembaga Kajian
dan Advokasi untuk lndependensi Peradilan
(LelP), dengan bantuan biaya dari Indonesian
Australian Legal Development Facility {IALDF};
e. Bahwa mereka yang namanya tercantum
dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung ini
dipandang cakap dan mampu untuk melaksa-
nakan tugas penelitian tersebut.
Mengingat : a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Keha-
kiman;
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas);

-I halaman 152
152
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : Tim Penyusunan Rancangan Aturan Mahkamah Agung


mengenai Akses Publik Pada Putusan Pengadilan,
selanjutnya disebut Tim;

Kedua : Menetapkan susunan organisasi Tim tersebut,


sebagai berikut:

Tim Pengarah:
1. Ketua Mahkamah Agung-RI,
Prof. Dr. H. Bagir Manan, S.H., MCL

2. Wakil Ketua Bidang Yudisial Mahkamah Agung-RI,


Marianna Sutadi, S.H.
3. Ketua Muda Bidang Pembinaan Mahkamah Agung-RI,
Ors. H. Ahmad Kamil, S.H., M.Hum

Koordinator:
H. Atja Sondjaja, S.H.(Hakim Agung)

Tim Peneliti:

1. Prof. DR. Mieke Komar, S.H., MCL (Hakim Agung)

2. Artidjo Alkostar, S.H., LLM (Hakim Agung)

3. Ors. Mohammad Saleh, S.H. (Hakim Tinggi)


4. Satri Rusad, S.H.
5. Subagyo, S.H., MM.
6. Nurhadi, S.H. MH.
KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

7. Ors. Darwis.M. Eng.


8. Mas Achmad Santosa, S.H., LLM.
9. Wiwiek Awiati, SH, M.Hum.
10. Rifqi S. Assegaf, SH.
11. Arya Suyudi, SH, LLM.
12. Josi Katarina, SH., LLM.
Ketiga : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim bertanggung•
jawab kepada Ketua Mahkamah Agung;

Keempat : Biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan


tugas Tim dibebankan kepada dana bantuan dari
Indonesian Australian Legal Development Facility
(IALDF) untuk program ini;

Keli ma : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.

Ditetapkan : di Jakarta.

Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - RI

154

Anda mungkin juga menyukai