Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah


Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

ARTIKEL

MENGENAL TRIASE IGD

DIBUAT OLEH :

Agung Sukiyono, S.Kep., Ns

SEMARANG

2022
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

MENGENAL TRIASE IGD

Oleh : Agung Sukiyono, S.Kep., Ns

Pada saat kita harus ke Rumah Sakit untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan yang segera, ruang
IGD menjadi tujuan utama kita. Di IGD akan kita jumpai
berbagai simbul dan tanda-tanda petunjuk berupa garis
warna di lantai, penanda tempat tidur dengan beberapa
warna, korden dengan beberapa warna, mengapa di buat
beberapa warna demikian ? apakah fungsinya ?
Itu semua merupakan petunjuk dari Triase.

Arti Triase
Triage berasal dari kata Perancis "trier," yang
digunakan untuk menggambarkan proses pemilahan dan
organisasi. Triase digunakan dalam komunitas perawatan
kesehatan untuk mengkategorikan pasien berdasarkan
tingkat keparahan cedera mereka dan, dengan perluasan,
urutan di mana beberapa pasien memerlukan perawatan
dan pemantauan. Sejarah triase darurat berasal dari
militer untuk dokter lapangan. Pada awal abad ke-18,
dokumentasi menunjukkan bagaimana ahli bedah
lapangan akan dengan cepat memeriksa tentara dan
menentukan apakah ada yang bisa mereka lakukan untuk
prajurit yang terluka. Ahli bedah militer Prancis Baron
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Dominique Jean Larrey, kepala ahli bedah di pengawal


kekaisaran Napoleon Bonaparte, mengembangkan sistem
berdasarkan kebutuhan untuk mengevaluasi dan
mengkategorikan tentara yang terluka dengan cepat
selama pertempuran. Sistem triase pertama kali
diterapkan di rumah sakit pada tahun 1964 ketika
Weinerman et al. menerbitkan interpretasi sistematis
departemen darurat sipil menggunakan triase. Hari ini,
triase masih sangat terintegrasi ke dalam perawatan
kesehatan. Triase dapat dipecah menjadi tiga fase: triase
pra-rumah sakit, triase di tempat kejadian, dan triase saat
tiba di unit gawat darurat. Ada berbagai sistem triase yang
diterapkan di seluruh dunia, tetapi tujuan universal triase
adalah untuk menyediakan perawatan yang efektif dan
diprioritaskan kepada pasien sambil mengoptimalkan
penggunaan sumber daya dan waktu. (Charles C. Yancey,
2022)
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang
kompleks dalam rangka menentukan pasien mana yang
berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan, atau
berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak
mendapatkan penanganan medis segera, dan pasien mana
yang dapat dengan aman menunggu. Berdasarkan definisi
ini, proses triase diharapkan mampu menentukan kondisi
pasien yang memang gawat darurat, dan kondisi yang
berisiko gawat darurat. (Hadiki Habib, 2016)
Metode triase rumah sakit yang saat ini berkembang
dan banyak diteliti reliabilitas, validitas, dan efektivitasnya
adalah triase Australia (Australia Triage System/ATS),
triase Kanada (Canadian Triage Acquity System/CTAS),
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

triase Amerika Serikat (Emergency Severity Index/ESI) dan


triase Inggris dan sebagian besar Eropa (Manchester Triage
Scale). Metode terstruktur disertai pelatihan khusus ini
dikembangkan sehingga proses pengambilan keputusan
triase dapat dilaksanakan secara metodis baik oleh dokter
maupun perawat terlatih, tidak berdasarkan pengalaman
dan wawasan pribadi (educational guess) atau dugaan
(best guess) (Hadiki Habib, 2016)

Kategori pasien dalam Triase


Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih
menggunakan sistem triase "klasik". Sistem triase ini
sebenarnya mengadaptasi sistem triase bencana, dengan
membuat kategori cepat dengan warna hitam, merah,
kuning, dan hijau. (Datusananatyo, 2014)
1. Warna merah (emergensi)
Pasien maupun korban yang ditandai dengan warna ini
memiliki prioritas pertolongan pertama karena
kondisinya yang gawat darurat.
Apabila tidak ditangani dengan segera bisa mengancam
jiwa, waktu tunggu penanganannya adalah 0-5 menit.
Contoh pasien atau korban yang diberi tanda warna
merah adalah yang mengalami trauma thorax, syok,
perdarahan hebat, serangan jantung, menderita trauma
kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan
mengalami perdarahan luar yang besar
2. Warna kuning (gawat)
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Pasien maupun orban yang ditandai dengan warna


kuning adalah prioritas kedua yang apabila tidak
ditangani akan membahayakan kondisi paru dan
jantung.
Waktu yang dibutuhkan maksimal 30 menit. Pasien
maupun korban yang ditandai dengan warna kuning bisa
dibilang prioritas kedua yang harus segera ditangani di
rumah sakit atau klinik dengan tindakan infasif.
Contoh pasien maupun korban yang diberi tanda warna
kuning adalah yang mengalami fraktur, luka bakar
derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.
3. Warna hijau (tidak gawat)
Pasien maupun korban yang ditandai dengan warna
hijau adalah mereka yang tidak mengalami trauma
parah dan kondisi yang tidak serius.
Pasien maupun korban masih bisa berjalan dan masih
sadar. Penanganan pada pasien maupun korban yang
ditandai dengan warna hijau membutuhkan perawatan
kurang dari 2 jam.
Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang
kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan
kuning), maka mereka akan langsung melakukan
pertolongan pada pasien pioritas ketiga.
Contoh pasien maupun korban yang ditandai dengan
warna hijau adalah yang mengalai pilek dan batuk, luka
bakar derajat rendah, atau luka ringan.
4. Warna hitam
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam


kondisi yang sangat kritis, tetapi sulit untuk
diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani,
pasien tetap akan meninggal.
Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
cedera parah yang bisa menyulitkan pernapasan atau
kehilangan banyak darah akibat luka tembak. (Tyas,
2016)

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Buletin Kesehatan Volume 2 No 21, Hal 1–7, Agustus 2022

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

1. Yancey CC, O'Rourke MC. Emergency Department


Triage. [Updated 2021 Jul 30]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK557583/

2. Hadiki Habib, S. S. (2016, november). Triase Modern


Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia. Retrieved
from researchgate: ttps://www.researchgate.net/publi-
cation/311715654

3. Tyas, Maria Diah Ciptaning. 2016. Keprawatan Kegawat-


daruratan dan Manajemen Bencana. Jakarta : Kemenkes
RI.

4. Datusananatyo, R. A. (2014). Memilih Triase Emergency


Severity Index (ESI) di Indonesia. mutu pelayanan kese-
hatan, 1372.

5. Standar Prosedur Operasional,2020. Triase. Semarang:


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai