Anda di halaman 1dari 3

Putri Raja Hulappa yang Keluar Dari Jeruk Purut

Anggi Gayatri Purba

Beratus tahun yang lalu, tepatnya di Kampung Hulappa, daerah Simalungun, hiduplah
seorang raja bermarga Purba. Ia mempunyai seorang putri bernama Panak Raja Hulappa. Sang
putri merupakan seorang gadis yang sangat pandai dalam bermain congkak. Saking mahirnya,
Panak Raja Hulappa sampai membuat sumpah kalau ada yang bisa mengalahkannya dalam
bermain congkak, jika perempuan akan dijadikan dayang, jika laki-laki akan dijadikan suami.

Sayembara Sang Putri terdengar sampai ke seluruh pelosok negeri. Para raja pun berlomba-
lomba untuk mengalahkan Panak Raja Hulappa. Karena selain pintar bermain congkak, Panak
Raja Hulappa juga berkulit putih seperti susu dan memiliki mata seterang bintang. Ia sering
memakai kain hiou1 merah saat bertanding, sehingga makin menonjollah kecantikan kulitnya.
Namun sampai sekarang tak ada satu pun yang berhasil mengalahkannya.

Hingga suatu hari datanglah seorang raja bernama Tuan Raja Batu Gingging yang tertarik
untuk melawan Sang Putri. Awalnya Panak Raja Hulappa menolak untuk bertanding, karena
tubuh Tuan Raja Batu Gingging dipenuhi penyakit pastap2 yang menjalar di seluruh permukaan
kulitnya. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bersumpah, Panak Raja Hulappa pun terpaksa
menyetujui pertandingan congkak tersebut.

Mereka pun bertanding dari pagi hingga tengah hari. Di bawah sinar matahari yang sangat
menyengat, Panak Raja Hulappa mulai mual-mual. Sebenarnya ia sudah tak tahan mencium bau
busuk dari tubuh Tuan Raja Batu Gingging. Namun ia juga tak mau kalah dengan menghentikan
pertarungan congkak secara tiba-tiba. Sang Putri pun berkata,"Sungguh berisik teman-teman
Tuan yang bisa terbang dan berwarna hijau itu, tidak bisakah Tuan suruh mereka diam?" tanya
Panak Raja Hulappa. Wajahnya memandang jijik tubuh Tuan Raja Batu Gingging yang
dikelilingi lalat-lalat hijau. Walaupun begitu, Tuan Raja Batu Gingging tidak tersinggung. Ia
1
Kain tenun/ulos

2
Penyakit kulit yang berbau busuk
malah berkata,"Hari telah tinggi, ikan lemeduk pun sudah memenuhi lubuk sungai. Coba lihatlah
Putri."

Panak Raja Hulappa langsung melihat ke arah lubuk sungai. Tak disangka Tuan Raja Batu
Gingging ternyata ingin mengalihkan perhatian Sang Putri dari congkaknya. Sehingga Tuan Raja
Batu Gingging pun bisa mencuri jalan untuk menang. Begitu diumumkan sebagai pemenang,
Tuan Raja Batu Gingging langsung memerintahkan pengiringnya untuk kembali ke Batu
Gingging mempersiapkan paompohon3.

Setelah mendapat restu dari Raja Purba, berangkatlah Tuan Raja Batu Gingging beserta Panak
Raja Hulappa ke kerajaannya. Akan tetapi, karena masih tak rela menikah dengan lelaki bau dan
berpenyakit kulit, Panak Raja Hulappa meminta berhenti di tepi sungai untuk buang hajat. Lebih
baik mati daripada hidup bersama orang yang pastapan, pikirnya dalam hati. Setelah meminta
izin untuk pergi ke sungai, Panak Raja Hulappa pun mencoba mencari jalan untuk melarikan diri.
Sayangnya karena terburu-buru, ia tak sengaja terpeleset dan jatuh ke lubuk sungai buaya.

Karena tak kunjung datang, Tuan Raja Batu Gingging pun mengitari kawasan sungai untuk
mencari calon istrinya. Malangnya, sudah 7 hari 7 malam mencari, Panak Raja Hulappa tak juga
ditemukan. Tuan Raja Batu Gingging merasa sangat kecewa dan putus asa. Ia lalu memohon
kepada Tuhan,"Oh Debata! Molo dang dapot au mardomu dohot naeng pardijabuku, pajadi ma
au marangkup hodaku gabe batu, tu manghianghon halungunonhu 4." Seketika suasana pinggiran
sungai menjadi hening, Tuan Raja Batu Gingging dan kudanya telah menjadi batu.

Berbulan sudah tak ada kabar dari Panak Raja Hulappa yang menghilang begitu saja. Hingga
suatu hari, seekor burung balam terus menerus berkicau mengitari pohon jeruk purut di darerah
Tinggi Raja. Orang-orang yang keheranan melihat tingkah balam tadi pun semakin tercengang
tatkala melihat seorang gadis tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Gadis itu sudah tidak memiliki
hidung dan telinga, wajahnya juga bolong-bolong karena digigiti kelelawar. Ia mengaku sebagai
Panak Raja Hulappa. Ia terpeleset akibat lari dari Tuan Raja Batu Gingging, hingga kemudian
terpegang akar jeruk purut yang menuntunnya keluar dari goa bawah tanah.

3
Pesta perkawinan anak raja

4
Oh Tuhan! Jika aku tak dapat bersatu dengan calon istriku, maka jadikanlah aku batu, supaya kering kesedihanku.
Orang-orang Tinggi Raja banyak yang tidak percaya pada perkataannya. Bagaimana mungkin
seorang Panak Raja Hulappa yang dikenal berkulit seputih susu dan berambut sehalus sutera
adalah gadis yang kini tampak seperti orang cacat di hadapan mereka. Panak Raja Hulappa pun
diusir kembali ke kampungnya.

Dalam perjalanan pulang, Panak Raja Hulappa menyesal dan menangis karena telah
mengingkari sumpahnya sendiri. Jika ia tak melarikan diri, pastilah hidung dan telinganya masih
utuh, ia bahkan akan menjadi permaisuri di Kerajaan Batu Gingging.

Anda mungkin juga menyukai