Anda di halaman 1dari 3

PENGEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PAUD

Ringkasan Materi
Ipon Nonitasari, M.Pd.

A. Pola Orientasi Moral Anak Taman Kanak-Kanak

Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat
dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral
diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki
seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh cognitive motivation aspects dan
affective motivation aspects.
Tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral,
conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase
pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik
tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia
dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.
Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan heteronomous
karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah
terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan
yang terus menerus.
Moralitas anak Taman Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan
kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan orang
lain, cara berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Demikian
pula, sikap dan perilaku anak dapat memperlancar hubungannya dengan orang lain.
Penanaman moral kepada anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan lebih disarankan untuk menggunakan pendekatan yang bersifat
individual, persuasif, demokratis, keteladanan, informal dan agamis. Beberapa program
yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan
mengembangkan perilaku moral anak di antaranya dengan bercerita, bermain peran,
bernyanyi, mengucapkan sajak, dan program pembiasaan lainnya.
B. Teori Perkembangan Moral Menurut John Dewey
1. Fase Pre Moral atau Pre Convenstional; sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh
impuls biologis dan sosial.
Contoh:
ketika seorang anak yang dibesarkan di lingkungan jalanan, jauh dari suasana keharmonisan,
sepi dari nuansa saling menghargai, dan hampa dari rasa persaudaraan. kekerasan,
persaingan, dan saling berebutlah yang menjadi pelajaran hidup sehari-hari mereka. sikap
dan kepribadian yang munculpun sungguh sangat menyedihkan. Mereka banyak
menampilkan sikap tidak sopan ketika meminta-minta di lampu merah, tidak mengenal
tatakrama kehidupan, dan hampir tidak mampu membedakan perbuatan baik dan buruk.
2. Tingkat Konvensional; perkembangan moral manusia banyak didasari oleh sikap kritis
kelompoknya
Contoh:
ketika anak manusia telah mengalami pertambahan usia dan menemukan lingkungan baru
dalam kehidupannya maka, faktor lingkungan itupun sangat besar memberikan pola dalam
menentukan sikap dan perilakunya. Di sinilah kita sadari bahwa lingkungan pendidikan
sangat dibutuhkan pada tahapan ini. Lingkungan yang kondusif dan edukatif, akan mampu
memberi sumbangsih terbesar dalam mendasari kehidupan anak selanjutnya. Namun
sebaliknya, bila anak dibesarkan dilingkungan yang negatif maka nilai-nilai negatif pun
dengan sendirinya akan mewarnai kehidupan anak itu sendiri.
3. Autonomous; perkembangan manusia banyak dilandaskan pada pola pikirnya
sendiri. Pendidikan memiliki peran sangat strategis sebab tanpa landasan
pendidikan, manusia akan banyak dikendalikan oleh dorongan kebutuhan
biologisnya belaka ketika hendak menentukan segala sesuatu.
Contoh:
Pada Tahapan terakhir seorang manusia setelah melewati tahapan awal
kehidupannya, dilanjutkan dengan pertambahan usia yang dijalani dengan hidup di
lingkungannya maka manusia itu sendiri akan mampu menentukan berbagai pilihan
sikap dan kepribadiannya dengan dasar pola berpikirnya sendiri. Itulah tahapan
kedewasaan manusia. Namun perlu dicermati bahwa bila manusia itu dibesarkan
dengan pengalaman hidup yang mengandung nilai edukatif maka faktor edukatif itu
akan mampu memberikan pengaruh positif dalam menentukan berbagai
tindakannya. Tetapi lain halnya dengan seseorang yang tidak mengalami proses
kehidupan edukatif maka besar kemungkinan bentuk kedewasaannya hanya terlihat
dari faktor usia belaka, sementara sikap dan perilakunya jauh dari makna
kedewasaannya itu sendiri.

C. KESIMPULAN
Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat
dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Tahapan perkembangan moral
seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Moralitas
anak Taman Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka
dapat dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan orang lain, cara berpakaian dan
berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Moral anak dapat dinbentuk dengan
pendekatan yang bersifat individual, persuasif, demokratis, keteladanan, informal dan
agamis. Menurut John Dewey ada tiga tahap perkembangan moral anak usia dini yakni Fase
Pre Moral atau Pre Convenstional; sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh impuls
biologis dan sosial, Tingkat Konvensional; perkembangan moral manusia banyak didasari oleh
sikap kritis kelompoknya, Autonomous; perkembangan manusia banyak dilandaskan pada
pola pikirnya sendiri

D. REFERENSI
https://syamsulrusdiana2013.blogspot.com/2014/01/teori-perkembangan-moral-
menurut-john.html
https://aniayuantha.blogspot.com/2015/10/perkembangan-moral-pada-anak-usia-
dini.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/sisca-rahmadonna-spd
mpd/PEMBELAJARAN%20UNTUK%20PAUD.pdf

Anda mungkin juga menyukai