Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKKMB TAHUN 2022

RESUME SISTEM PEMILIHAN UMUM

Oleh:
NAMA : NI KADEK DAMARYANTI
NPM :
GUGUS :3
KELOMPOK : BAHASA

UNIVERSITAS WARMADEWA
SISTEM PEMILIHAN UMUM

Pemilihan umum atau yang disingkat pemilu merupakan sarana yang


tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga
demokrasi. Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam
kata lain, pemilu merupakan pengejawantahan penting bagi demokrasi prosedural.
Prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif
oleh rakyat yang bakal mereka pimpin. Selain itu pemilu juga sangat sejalan
dengan semangat demokrasi secara substansi atau demokrasi substansial, yakni
demokrasi dalam pengertian pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi.
Secara sederhana, Pemilihan Umum didefinisikan sebagai suatu cara atau sarana
untuk menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan
pemerintahan. Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan
kampanye sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah
ditentukan. Dalam kampanye tersebut para kandidat akan berusaha menarik
perhatian masyarakat secara persuasive.
Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan
diantaranya sebagai berikut:
a. Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk
memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan
diri sendiri tanpa ada perantara
b. Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
c. Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai
pemilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan
dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari
siapa pun.
d. Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin
kerahasiaan pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara
dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya
diberikan.
e. Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan
juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
f. Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta
pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak manapun.
Istilah “Sistem Pemilihan Umum” diartikan sebagai rangkaian aturan yang
menurutnya (1) pemilih mengekspresikan preferensi politik mereka, dan (2) suara
dari para pemilih diterjemahkan menjadi kursi. Definisi di masyarakat bahwa
sistem pemilu mengandung elemen-elemen struktur kertas suara dan cara
pemberian suara besar distrik, serta penerjemahan suara menjadi kursi. Dengan
demikian hal-hal seperti administrasi pemilihan umum dan hak pilih, walaupun
penting namun berada di luar lingkup pembahasan sistem pemilihan umum.
Setiap pemilihan umum pasti memerlukan sistem karena data sistem pemilihan
umum sudah dapat dipastikan banyak kecurangan dan manipulasi. Sistem
pemilihan umum sudah tidak diragukan memainkan peran penting dalam sebuah
sistem politik, walaupun tidak terdapat kesepakatan mengenai seberapa penting
sistem pemilihan umum dalan sistem politik.
Sistem pemilihan umum adalah sebuah bagian yang paling esensial dari
kerja sistem politik, sistem pemiihan umum bukan hanya instrument politik yang
paling mudah dimanipulasi, ia juga membentuk sistem kepartaian dan
mempengaruhi spektrum representasi. Dalam ilmu politik, sistem pemilihan
umum diartikan sebagai suatu kumpulan metode atau cara warga masyarakat
memilih para wakil mereka. Untuk pemilihan anggota lembaga perwakilan rakyat,
maka sistem pemilihan yang mentransfer jumlah suara kedalam jumlah kursi.
Dalam pelaksanaan pemilihan umum, sistem yang dapat digunakan ada
tiga cara, yaitu sistem perwakilan proporsional, sistem perwakilan distrik, dan
sistem pemilihan campuran.
1. System Perwakilan Proporsional (multi member consfituencv) disebut
sebagai sistem proporsional karena dalam satu daerah pemilihan dapat
dipilih beberapa orang wakil. Disebut perwakilan berimbang atau
proporsional karena presentase kursi di badan perwakilan rakyat dibagikan
kepada partai-partai politik dan diseimbangkan dengan presentasi inilah
suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik itu. Dalam sistem ini negara
dianggap sebagai satu daerah pemilihan, akan tetapi untuk keperluan
teknik administrative, negara dibagi dalam beberapa daerah pemilihan
besar. Untuk menentukan calon terpilih dan perhitungan suara, sistem ini
sering digabung dengan sistem lain, misalnya dengan stesel daftar (list
system) dan hare sistem. Adapun kelemahan sistem proporsional, yaitu
biaya akan sangat mahal; hubungan antara para pemilih dengan wakil-
wakil rakyat di Badan Perwakilan Rakyat kurang erat, karena dalam
pemilihan umum para pemilih memilih partai politik, sehingga kadang
para pemilih tidak mengetahui siapa sebenarnya wakil dari daerahnya
dalam Badan Perwakilan Rakyat; kekuasaan partai politik sangat besar,
sebab pada akhirnya yang menentukan siapa calon-calon yang duduk di
Badan Perwakilan Rakyat tersebut adalah pimpinan pusat dari partai
politik tertentu; dan banyaknya partai politik mempersukar terbentuknya
pemerintah yang stabil, oleh karena pada umumnya harus mendasarkan
diri atas koalisi dari dua partai atau lebih.
2. Sistem Perwakilan Distrik (Single Member Constituencies) disebut sistem
distrik karena wilayah negara dibagi dalam distrik-distrik (daerah
pemilihan) yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota Badan
Perwakilan Rakyat yang dikehendaki. Dalam sistem distrik, pemilihan
umum dilakukan sekali jalan suara-suara yang tidak terpilih dari satu
distrik pemilihan, tidaklah dapat digabungkan dengan suara yang
diperoleh dari distrik pemilihan yang lain. Ini berarti bahwa setiap suara
yang tidak mencapai mayoritas, yang berarti tidak akan terhitung atau
suara tersebut akan hilang. Sistem pemilihan distrik juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu sistem ini kurang memperhatikan partai-partai
kecil dan golongan minoritas, apabila golongan ini terpancar dalam
beberapa distrik; system ini kurang representative, karena calon yang
kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang mendukungnya.
3. Dalam sistem pemilihan campuran, Sebagian anggota lembaga perwakilan
dipilih melalui sistem pemilihan distrik, sedangkan sebagian lainnya
dipilih melalui pemilihan proporsional. Sistem pemilihan campuran
menggabungkan antara keterwakilan dengan kondisi geografis dalam
suatu negara, sehingga pemilihan tidak menghilangkan suara minoritas
juga memiliki mekanisme keterwakilan berdasarkan wilayah untuk
meningkatkan representasi kedaulatan rakyat.
TUGAS PKKMB TAHUN 2022

RESUME BEBAS NARKOBA DI PERGURUAN TINGGI

Oleh:

NAMA : NI KADEK DAMARYANTI

NPM : 202233121220

GUGUS :3

KELOMPOK : BAHASA

UNIVERSITAS WARMADEWA
BEBAS NARKOBA DI PERGURUAN TINGGI

NAPSA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau narkoba


merupakan bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
tubuh terutama pada susunan saraf pusat otak, sehingga bila disalahgunakan akan
menyebabkan gangguan fisik, psikis, atau fungsi sosial. Akibat kelebihan dosis
(overdosisi) pengguna narkoba akan menimbulkan dua macam pengaruh. Yang
pertama menimbulkan euphoria, rasa ngantuk berat, penciutan pupil mata, dan
sesak napas. Pengguna narkoba yang berlebih akan mengakibatkan hal yang buruk
seperti kejang-kejang, koma, napas lambat dan pendek. Selain itu narkoba juga
akan menimbulkan gejala gampang marah, gemetaran, panik serta berkeringat.
Pengaruh yang kedua yaitu, narkoba akan menurunkan fungsi aktivitas tubuh.
Narkoba di kelompokan dalam kelompok depresent yaitu narkoba yang membuat
penggunanya merasa tenang dan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri.

Sesuai dengan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika, Narkotika dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya.

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun bukan, yang memberikan efek pada
penurunan kesadaran dan zat ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri,
akan tetapi pengguna zat ini akan ketergantungan.
2. Psikotropika adalah zat yang bukan narkotika, baik secara alamiah atau
sintesis, psikotropika ini memiliki khasiat psikoaktif yang mempunyai
pengaruh selaktif pada susunan saraf pusat sehingga dapat menyebabkan
pengaruh khas pada aktifitas normal dan perilaku. Psikotropika ini bisa
digunakan oleh dokter untuk mengobati orang dengan gangguan jiwa
(psyche).
3. Zat Adiktif, zat menurut Dadang Hawari adalah bahan atau subtansi yang
dapat mempengaruhi fungsi berfikir, perasaan, dan tingkah laku pada
orang yang memakainya. Zat tersebut mengakibatkan kondisi dan bersifat
siktif, penyalahgunaannya dapat menimbulakn gangguan penggunaan zat,
yang ditandai dengan perilaku maladaftif yang berkaitan dengan
pemakaian zat ini secara teratur. Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat
selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol dan minuman
lainnya yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

Usia SMA menuju mahasiswa yang masuk ke dalam usia remaja


merupakan usia yang sangat rentan terhadap hal-hal yang negative karena tingkat
emosi dan mental yang masih sangat labil sehingga sangat mudah untuk
terpengaruh ke dalam perilaku yang menyimpang. Mereka cenderung memiliki
rasa ingin tahu yang lebih dan ingin mencobanya. Usia remaja merupakan masa
perkembangan menuju dewasa sehingga banyak menghabiskan waktu diluar
rumah dan bisa melakukan hal yang merugikan. Keterlibatan remaja terhadap
kebiasaan buruk yang dapat merugikan prioritas yang sangat penting dikalangan
masyarakat, bangsa, dan negara karena remaja akan menjadi ujung tombak untuk
perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Pengetahuan yang sangat penting untuk remaja karena pengetahuan itu


adalah landasan utama untuk mengetahui suatu hal. Pada usia remaja mereka
mulai mencari jadi dirinya dan mulai banyak mencoba hal yang baru karena
remaja memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Oleh karena itu remaja lebih mudah
terpengaruh dampak yang buruk seperti penyalahgunaan narkoba

Dalam hal ini usia remaja khususnya pada mahasiswa haruslah menjadi
pelopor sejati dalam memberantas narkoba, dengan cara mengedukasi dan
membimbing masyarakat terkait ancaman serta bahaya narkoba. Salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan pengabdian masyarakat
atau menciptakan inovasi. Sebab dengan inovasi kaum muda khususnya sejak
mahasiswa baru akan disibukkan dengan kegiatan positif, sehingga tidak terpikir
untuk mencoba narkoba.

Perguruan tinggi menjadi salah satu lembaga yang ikut serta dalam
melakukan pencegahan narkoba di kalangan mahasiswa. Dosen dan karyawan
sebagai penyelamat generasi muda tentu harus mengupayakan anak didiknya
terhindar dari bahaya narkoba. Untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di
lingkungan perguruan tinggi, kampus harus menerapkan standar kebijakan yang
tegas dan komprehensif dalam mencegah dan memberantas narkoba di kampus
terhadap mahasiswa ataupun calon mahasiswa.

1. Melakukan program promotive atau yang dikenal juga dengan preemtif


atau program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran
pembinaannya adalah para mahasiswa dan masyarakat yang belum
memakai atau bahkan mengenal narkoba sama sekali.
2. Program preventif atau yang disebut sebagai program pencegahan dimana
program ini ditunjukkan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum
pernah mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk
narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program ini
yaitu, kampanye anti penyalahgunaan narkoba, penyuluhan seluk beluk
narkoba, Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya, upaya mengawasi
dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai