Anda di halaman 1dari 8

PENDAMPINGAN SERTIFIKASI HALAL UMKM DESA PRINGGASELA KECAMATAN

PRINGGASELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR


Rifqi Saeful1 , Nely Agustiani2, Risdayana Maghfiroh3, Kamil Iman Nurridho4
Nurpahmiati5, Lala ZaeniaPratiwi6, Syaid Ibnu Haldun7, Yunia Alfina Marta8, Khairo
Ummatin9, Amidatul Fitri10, Deva Haryaningsih11, Mugammad Ananda Auliya’ A Mazwar12,
Karunia Hidayati13
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
Universitas islam negeri Mataram, Mataram, 83127, Indonesia
Email: 200601071.mhs@uinmataram.ac.id

Abstrak: Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan, pendampingan vokasional,
promosi dan pengelolaan sertifikasi halal UMKM di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Tujuan
dilakukannya analisis ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya mendaftarkan suatu usaha dan
manfaat sertifikat halal bagi produk usahanya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari dua tujuan
yaitu pendampingan dan sosialisasi implementasi Sistem Jaminan Halal dan pendampingan pembuatan sertifikasi
halal. Setelah semua tahap di jelaskan dalam pendampingan dilanjutkan dengan pendampingan untuk input dokumen
dengan menyerahkan satu UMKM kepada satu mahasiswa yang bertugas. Hasil dari kegiatan ini adalah kesadaran
unit usaha mitra untuk menerapkan system jaminan halal dalam usahanya dan pendaftaran unit usaha dalam proses
sertifikasi halal.

Kata Kunci: pendampingan, Sertifikasi Halal, FGD

Abstrak: The aim of this community service is to provide training, vocational assistance, promotion and
management of halal certification for MSMEs in Pringgasela Village, East Lombok Regency. The purpose of this
analysis is to provide an understanding of the importance of registering a business and the benefits of a halal
certificate for its business products. This community service activity consists of two objectives, namely assistance and
socialization of the implementation of the Halal Guarantee System and assistance in making halal certification. After
all the stages have been explained, the mentoring continues with mentoring for document input by handing over one
MSME to the student on duty. The results of this activity are awareness of partner business units to implement a halal
guarantee system in their businesses and registration of business units in the halal certification process.
Keywords: mentoring, Halal Certification, FGD

Pendahuluan

Makanan merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi manusia. Dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah hal yang
paling mendorong kita dalam memilih makanan tersebut, yaitu soal rasa dari makanan tersebut, hingga
terkadang kita menyerah melalui aspek kehalalan makanan. Konsumen muslim hendaknya lebih
mengutamakan makanan yang terjamin aspek kehalalannya sesuai pedoman syariat Islam, karena aspek
kehalalan makanan yang dikonsumsi juga mengandung nilai-nilai spiritual dan keislaman, juga telah
ditetapkan rambu-rambu atau peraturan mengenai konsumsi makanan halal dan haramnya makanan yang
akan dikonsumsi.

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang berlimpah namun belum dimanfaatkan secara
maksimal sehingga menyebabkan terhambatnya proses pengolahan produk sehingga juga menghambat
distribusinya. Inilah sebabnya pemerintah membentuk Badan Ekonomi Kreatif (BEK) untuk
mempersiapkan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) (Hutabarat, 2020; Setiawan et al., 2020). Saat ini
memasuki era ekonomi kreatif dan mulai merambah hingga ke pelosok desa untuk meningkatkan nilai
produk dan memperluas jaringan distribusi. Hal ini tentunya harus didukung oleh peran masyarakat serta
lembaga yang mengawal atau berperan dalam peningkatan ekonomi kreatif (Nuzil & Dayat, 2020; M. P.
Pratama, 2020).
Untuk dapat menjual produk ke luar negeri tentunya segala izin usaha harus dipenuhi terlebih
dahulu agar tidak ada kendala dalam distribusi suatu produk sebagai contoh seperti NIB (nomor induk
berusaha), sertifikat halal dan BPOM RI. Pelaku UMKM diharuskan untuk memiliki NIB (nomor induk
berusaha) sebagai modal awal dalam melancarkan bisnis/usahanya. Hal selanjutnya guna menjamin
kualitas dari suatu produk maka diperlukan sertifikat halal. pemerintah mewajibkan sertifikat halal bagi
UMKM yang semula bersifat sukarela, hal itu tertuang dalam Undang Undang No 33 tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal dimana kepemilikan sertifikasi halal (M. G. G. Pratama et al., 2020; Rokhmawati &
Sardjito, 2019; Syarifah et al., 2018). Yang dimaksud dengan sertifikasi halal adalah suatu bagian dari
suatu proses operasional yang bertujuan untuk menjamin kehalalan suatu produk meliputi pembelian bahan
baku, pengiriman bahan, penanganan, penyimpanan, pengemasan, penjualan, dan distribusi, pengenalan
produk. Memiliki sertifikat halal akan meyakinkan konsumen terhadap kualitas produk.

Berdasarkan laporan Kemenkeu (2021) diketahui bahwa Indonesia memiliki 65 juta UMKM, tapi
hanya 1% atau sekitar 650.000 yang telah memiliki sertifikasi halal. Kurangnya kesadaran UMKM
terhadap pengurusan sertifikasi halal ini didasari karena kurangnya sosialisasi dan pemahaman terhadap
mekanisme dalam pengajuan sertifikasi halal. hal tersebut dibenarkan dengan situasi di lapangan, secara
Umum permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM yang akan diuraikan dalam beberapa poin, sebagai
berikut: (1) minimnya informasi tentang pentingnya sertifikasi halal bagi suatu produk dan dampak
sertifikasi halal, (2) kurangnya keinginan kuat untuk meningkatkan jaminan produk UMKM, (3) banyak
sekali pelaku UMKM tidak mengetahui cara mengajukan sertifikasi halal, (4) beberapa pelaku UMKM
bahkan belum memiliki NIB sebagai syarat utama sebelum mengajukan sertifikasi halal. Dari uraian
tersebut maka diperoleh hipotesis pelaku UMKM belum mengetahui terkait pentingnya sertifikasi halal.

Tujuan sertifikasi halal pada dasarnya adalah untuk melindungi kepentingan konsumen khususnya
umat Islam. Hal ini untuk menentukan apakah suatu produk layak mendapatkan sertifikasi halal. Manfaat
sertifikasi halal pada hakikatnya bersifat mendesak dan mencakup kepentingan konsumen itu sendiri,
pelaku ekonomi, serta kepentingan pemerintah. Selain menghilangkan keraguan konsumen terhadap
kehalalan produk tersebut disisi lain menjamin penggunaan bahan baku produk agar tidak
menyalahgunakan bahan baku yang akan merugikan konsumen dan tentunya produk itu sendiri (Galindo-
Salcedo et al., 2022; Wijewickrama et al., 2021). Selaras dengan peningkatan ekonomi kreatif dan
pengembangan potensi desa melalui penerapan wajib sertifikasi halal bagi para pelaku UMKM bertujuan
untuk menjamin kualitas produk dan perluasan distribusi ke pasar bebas ASEAN.

Jaminan Produk Halal (JPH) merupakan kepastian hukum mengenai kehalalan suatu produk. Halal
menjadi syarat utama konsumen muslim dalam mengkonsumsi produk makanan, kosmetik atau jasa.
Produk pangan halal ditentukan berdasarkan kesesuaian proses, mulai dari bahan baku hingga
pengangkutan dari tahap awal hingga produk sampai ke konsumen. Produk halal saat ini menempati
pangsa pasar yang besar dan terus berkembang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi Muslim
sebesar 2,2 miliar pada tahun 2020 dan pasar dominan di Asia-Pasifik menyumbang $594 miliar pada
tahun 2016, dengan basis konsumen yang besar di banyak negara seperti Pakistan, Indonesia, Bangladesh,
dan India dengan jumlah Muslim tertinggi.

Sebagian besar UMKM yang berada di pulau Lombok merupakan usaha di bidang
kuliner,terkhususnya pada desa Pringgasela , Kecamatan Pinggasela, kabupaten Lombok Timur. Usaha
yang dimiliki masyarakat desa Pringgasela antara lain usaha tahu, tempe, keripik, donat, bahkantape
singkong. Jumlah UMKM Di Desa Pringgasela ini terbilang sedikit dikarekanan sebagian besar
masyarakatnya khususnya perempuan adalah bertenun, sementara laki-laki bertani. Permasalahn yang
kerap sekali di hadapi oleh pelaku usaha UMKM tersebut ialah dalam pemasaran produk yang masih
terbatas hanya diwilayah Pringgasela saja dan inovasi untuk pengembangan produk UMKM yang masih
terbilang kurang.

Selain itu, permasalahan lain yang berhubungan dengan implementasi UU no. 3Tahun 2014
adalah bahwa produk yang dijualbelum memiliki sertifikasi halal, belum adanya penyelia halal dari
UMKM (Putro et al., 2022), belum adanya pengetahuan tentang Manajemen Jaminan Halal dan proses
sertifikasi halal itu sendiri. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu
langkah penyelesaian masalah tersebut yaitu memberikan pemahahan kepada para UMKM tentang
perlunya melakukan inovasi dan melakukan permasaran melalui digital dan perlu adanya pendampingan
dan sosialisi mengenai sertifikasi Halal bagi setiap pelaku UMKM lebih khususnya di wilayah desa dasan
tereng untuk menjamin kehalalan dari produk UMKM itu sendiri.

Metode
Untuk mengatasi problem maupun usaha yang sedang di hadapi oleh pelaku UMKM di kecamatan
Narmada desa Dasan Tereng menggunakan metode (FGD) Focus Group Discussion , Pelatihan dan
Pendampingan. Sampel yang digunakan ialah UMKM Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela
Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan untuk jumlah peserta sekitar 25 orang terdiri dari tiap
perwakilan UMKM setiap dusun. Adapun Pelaksanaan metode yang di gunakan sebagai berikut:

1. Focus Group Discussion (FGD) pada tahap ini biasanya di awali dengan melakukan survey lapangan
serta pendataan jumlah pelaku UMKM di Desa Pringgasela yang masih aktif dan meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai produk dan sartifikasi halal serta pendataan mengenai
permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat mengenai produk dan sartifikasi halal.

2. Pelatihan untuk setiap pelaku UMKM Halal, Pada tahap pelatihan serta pemahaman produk halal dan
sartifikasi halal untuk kalangan produsen di lakukan dengan metode ceramah, diskusi.

3. Pendampingan untuk pelaku UMKM halal, biasanya pada tahap pendampingan di lakukan untuk
kegiatan pembuatan label produk yang menarik serta pendampingan mengenai pemasaran produk
dalam media digital yang memenuhi ketentuan pendampingan UMKM halal

Hasil Dan Pembahasan


Kegiatan “Pendampingan Sertifikasi Halal UMKM” telah dilaksanakan pada tanggal 11 januari
2023 yang bertempat di posko KKP UIN Mataram. Dalam kegiatan pendampingan sertifikasi halal ini
dihadiri oleh Bapak M. Barqus Salam., M.Pd.I dan Bapak Fadlul Rahman., S.Pd sebagai narasumber
dari lembaga halal UIN Mataram. Kabupaten Lombok Timur khususnya di Desa Pringgasela sudah banyak
terdapat UMK yang berdiri baik yang sudah lama bahkan puluhan tahun maupun yang baru berdiri atau
baru merintis.

Kriteria pelabelan/ sertfikasi label halal pada produk yang dihasilkan merupakan hal yang harus
dipenuhi oleh pelaku UMKM. Oleh karena itu, Kelompok 108 KKP UIN Mataram Tahun 2023
melaksanakan kegiatan sosialisasi tersebut kepada masyarakat Desa Pringgasela yang memiliki UMKM
dengan tujuan memudahkan pelaku UMKM mendapatkan Sertifikasi Label Halal pada produk yang
dihasilkan. Kegiatan ini merupakan salah satu Program Kerja Utama pada Kelompok 108 KKP UIN
Mataram di Posko KKP UIN Mataram.

Hasil Focus Group Discussion (FGD) pelaku usaha mikro kecil dan menengah di Kecamatan
Pringgasela Desa Pringgasela kebanyakan memilih produk yang di produksi dan di pasarkan biasanya
produk pasangan seperti tahu, tempe, keripik singkong, donat, dan tape singkong di sebabkan karna usaha
tersebut cukup menjanjikan dan proses pembuatannya yang tidak terlalu ribet dan bahan baku mudah
didapatkan. Tidak semua pelaku usaha pada desa Pringgasela memiliki kemasan, logo, bahkan NIB.
Beberapa produk UMKM sudah cukup puas dengan hanya membuat produk serta di pasarkan dengan
kemasan dan pemasaran seadanya. bahkan banyak dari produk UMKM halal tersebut yang sekirana dapat
berkembang proses pemasarannya yang lebih luas lagi jika dapat di tingkatkan dari segi pengemasannya
dan pelabelaan halal pada produk tersebut.

Pada pelaku UMKM hanya menjual produk UMKM dengan menggunakan kemasan plastik
sederhana dan memasarkannya pada setiap rumah serta pasar tersekat maupun di titipkan pada warung –
warung kecil yang berada di sekitar kediaman pelaku usaha. pelaku usaha dalam melaksanakan proses
produksi dan pemasarannya secara konfesional karna keterbatasan ilmu pengetahuan serta kemampuan
mengakss informasi. pelaku usaha mengungkapkan bahwa pelanggan tetap merasa puas dengan produk
yang di pasarkan walupun tidak terdapat label halal dalam kemasan prdosuk tersebut hal ini di sebabkan
karna masyarakat menganggap pelaku usaha pasti menggunakan barang halal dan mengelolanya dengan
baik dan benar. pada kegiatan kuliah kerja partisipatif ini di lakukan dalam rangka meningkatkan jumlah
produsen dari UMKM halal yang ada pada desa Pringgasela untuk mengangajukan sartifikasi halal atas
produk yang di pasarkan, serta meningkatkan lagi peran dan partisipatif dari masyarakat mengenai
pentingnya label halal dalam kemasan produk maupun pengamasan produk makanan dan minuman yang
halal.

Pelatihan Pelaku UMKM tentang Produk Halal dan Sertifikasi Halal Salah satu upaya
pemberdayaan dalam pengabdian ini adalah dengan meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pelatihan dan pendampingan. Pelatihan berfungsi untuk menanamkan pengetahuan dan pendampingan
berfungsi sebagai proses praktis untuk mencapai tujuan kegiatan secara maksimal. Pelatihan awal dimulai
dengan memberikan penyuluhan dan pendampingan mengenai pengemasan produk dan pembuatan label
halal. Beberapa produk yang sudah dimiliki produsen diberikan label dan dikemas dengan plastik kemasan
siap pakai sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Selain itu, pemberian
label yang lengkap juga bagian dari proses pemenuhan hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang
benar jelas dan jujur dari produk yang akan dikonsumsi.
gambar 1
survey UMKM di Desa Pringgasela

Pendampingan untuk Pelaku UMKM mengenai produk halal dan sertifikasi Halal, merupakan
salah satu dari tujuan Kuliah kerja partisipatif (kkp) dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat.
Adapun pelatihan itu sendiri memiliki fungsi untuk menyalurkan pengetahuan maupun informasi dan
pendampingan itu sendiri berfungsi sebagai suatu proses praktis untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan
secara maksimal. terdapat 2 pendamping baik itu dari KKP maupun dari lembaga halal itu sendiri, yang
memiliki fungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator, serta dinamisator. selain untuk memfasilitasi
dalam suatu proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebutuhan dari mayarakat itu sendiri,
biasanya para pendamping baik dari anggota KKP maupun dari lembaga halal itu sendiri mengembangkan
suatu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan secara partisipatif.

Pendampingan dimulai dengan mengadakan penyuluhan serta pendampingan terkait dengan


pengemasan produk serta pembuatan label. Terdapat beberapa poduk yang telah memiliki produsen yang
telah di berikan label dan kemasan dengan kemasan siap pakai sehingga produk yang akan di hasilkan
memliki nilia jual tinggi. selain dari itu, pemberian label pada produk dapat membantu konsumen dalam
mendapatkan informasi yang benar dan jujur dari produk yang akan di konsumsi. Dalam pemberian label
ini sangat penting karna nantinya akan menjadi salah satu syarat awal yang harus di miliki dalam
melakukan pendaftaran Nomor NIB.
gambar 2
salah satu produk UMKM yang ada di desa Pringgasela

Penyuluhan yang di berikan kepada pelaku UMKM mengenai pengetahuan terkait dengan produk
halal dan hak konsumen dalam hal mengkonsumsi produk.hal tersebut penting dalam mengingatkan
masyarakat yang terkadang tidak mau memperhatikan produk tersebut yang mereka konsumsi apakah halal
atau tidak. Dalam produk halal terbagi menjadi 2 kriteria yaitu: berdasarkan proses dan halal berdasakan
halal substansi. adapun halal berdarkan proses adalah untuk bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan
ikan saat dalam proses pengolahan , penyimpanan , transportasi serta alat- alat yang di gunakan tidak habis
di gunakan dengan unsur yang tidah halal ( haram), sedangkan untuk bahan yang dari ikan dan hewan
dalam proses penyembelihannya harus sesuai dengan syariat islam. untuk halal berdasarkan substansi
adalah : tidak mengandung daging babi, atau binatang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk
memakannya; semua bentuk minuman yang tidak mengandung alkohol.

Dalam proses pengajuan sartifikasi halal di lakukan secara praktis dengan kegiatannya yaitu
menyiapkan dan melengkapi dalam persyaratan proses pengajuan sartifikasi halal. salah satu syarat dalam
proses pengajuan sartifikasi halal di anataranya adalah nomor induk berusaha (NIB), fotocopy KTP, Daftar
riwayat hidup, Nama dan jenis produk, daftar produk dan bahan yang di gunakan serta proses pengolahan
produk tersebut Apabila dianggap sudah memenuhi standar penilaian, maka akan diterbitkan sertifikat
halal.
gambar 3

Sosialisasi sertifikasi halal untuk UMKM di desa Pringgasela

Kesimpulan
Pelaku UMKM di Desa Pringgasela kecamatan Pringgasela berpotensi meningkatkan
perekonomian desa maupun daerah dengan menjual produk yang berdaya saing tinggi, dari sekian
banyaknya UMKM seperti tahu, tempe, keripik singkong, donat, dan tape singkong hanya satu UMKM
yang terdata memiliki nomor NIB sebagai salah satu prasyarat dalam proses pendaftaran sartifikasi halal.
pada proses pendampingan sartifikasi halal di desa Pringgasela terkendala pada keinginan dan pengetahuan
masyarakat atas pentingnya sartifikasi halal pada produk UMKM yang masih kurang, sejauh ini sosialisasi
dan pendampingan tentang sartifikasi halal harus terus di lakukan untuk miningkatkan lagi pemahaman
masyarakat akan pentingnya sartifikasi halal pada suatu produk pangan UMKM tersebut , label halal itu
sendiri di harapkan mampu meningkatkan nilai jual pada produk sehingga dapat di pasarkan lebih luas lagi
tidak hanya akan di titipkan pada pasar pasar sebaliknya di harapkan mampu di pasarkan di seluruh
Indonesia.

Ucapan Terima kasih


Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga artikel yang berjudul “Pendampingan Sertifikasi Halal Umkm Desa Pringgasela
Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW besertakeluarga dan sahabatnya. Sehubungan
dengan telah selesainya artikel ilmiah ini maka perkenankan penulis dengan penuh kerendahan hati
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak
Rahmat A Kurniawan, M, Sc. selaku dosen pembimbing lapangan yang telah mendampingi penulis serta
memberikan motivasi dan arahan untuk mengerjakan penelitian dengan sebaik mungkin.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam artikel ilmiah ini.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kemajuan artikel ilmiah
ini.Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan artikel ilmiah ini.Semoga
artikel ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Referensi

Ilhamuddin, H. M., Rusminah, R., Hilmiati, H., & Ahyar, M. (2018). Strategi Pengembangan Industri
Kreatif Sektor Kerajinan Perhiasan Mutiara di Kota Mataram. Jmm Unram-Master of
Management Journal, 7(1), 58-69
Saan. (2018). Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Jurnal Hukum Replik, 6(1),
43-67
Astuti, D., Bakhri, B. S., Zulfa, M., & Wahyuni, S. (2020). Sosialisasi Standarisasi dan Sertifikasi
Produk Halal di Kota Pekanbaru UMKM Area Masjid Agung An-Nur Provinsi Riau.
Berdaya: Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 23-32
Arifianti, R., & Mohammad, A. B. (2017). Activation of Creative Sub-Economic Sector in Bandung
City. Jurnal AdBispreneur, 2(3), 201-209.
Baharuddin, K., Kassim, N. A., Nordin, S. K., & Buyong, S. Z. (2015). Understanding the halal
concept and the importance of information on halal food business needed by potential
Malaysian entrepreneurs. International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences, 5(2), 170.
Cahyono, A. D. (2016). Urgensi Penerapan Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Terhadap Produk UMKM (Studi di Kota Mataram) (Vol. 23).
Rezai, G., Mohamed, Z., Shamsudin, M.N., dan Chiew, E.F.C., (2010). Non-Muslims’ Awareness of
Halal Principles and Related Food Products in Malaysia. International Food Research Journal,
17, 667–674.
Wahyuni, E & Rohmah, S. 2016. Pentingnya Sertifikasi Halal Terhadap Pemasaran Produk.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Ulum, M. (2018). Pendampingan Pemahaman Kitab Kuning Durratun Nashihin dalam Pembentukan
Karakter Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Proceedings of Annual
Conference on Community Engagement, 617–626.
Setiawan, B. (2018). Edukasi E-Commerce Pada Pelaku Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm)
Di Kota Palembang. Abdimas Mandiri, Vol. 2, no. 2, 106-110.
Ulum, Miftachul, Mun’im, A., & Sholihuddin, S. (2019). Pendampingan Komunitas Pengemis dalam
Melestarikan Piwulang Kanjeng Sunan Drajat Lamongan. Dimas: Jurnal Pemikiran Agama
untuk Pemberdayaan, 18(2), 279. https://doi.org/10.21580/dms.2018.182.2989
Darmalaksana, W., & widodo, d. i. (2022). Prinsip Keharusan Label Sertifikasi Halal pada Barang
Gunaan dalam. Gunung Djati Conference Series, 320.
Kusmanto, H., Warjio, W., & Kurniaty, E. Y. (2019, October). Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Ikatan Makanan Olahan (IMO) dalam upaya legalitas usaha. In Unri
Conference Series: Community Engagement, Vol. 1, pp. 577-583.
Setiawan, D., Bafadal, I., Supriyanto, A., & Hadi, S. (2020). Madrasah Berbasis Pesantren: Potensi
Menuju Reformasi Model Pendidikan Unggul. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan,
8(April), 35–46.

Anda mungkin juga menyukai