Anda di halaman 1dari 12

20

ASTIGMATISMA RINGAN
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman : 1 / 12 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Astigmatisma adalah keadaan di mana sinar sejajar tidak dibiaskan


pada satu titik fokus yang sama pada semua meridian. Hal ini
disebabkan oleh kelengkungan kornea atau lensa yang tidak sama
pada berbagai meridian
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan astigmatisma ringan
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pasien biasanya datang dengan keluhan penglihatan kabur dan sedikit
distorsi yang kadang juga menimbulkan sakit kepala. Pasien
memicingkan mata, atau head tilt untuk dapat melihat lebih jelas.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum biasanya baik.
Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart akan menunjukkan tajam
penglihatan tidak maksimal dan akan bertambah baik dengan
pemberian pinhole.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan refraksi. Tajam penglihatan akan mencapai maksimal
dengan pemberian lensa silindris.

Diagnosis Banding
Kelainan refraksi lainnya.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
Penggunaan kacamata lensa silindris dengan koreksi yang sesuai.

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan


Tidak diperlukan.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu keluarga bahwa astigmatisma merupakan gangguan
penglihatan yang dapat dikoreksi.
Kriteria Rujukan
Pasien perlu dirujuk ke layanan sekunder bila:
1. koreksi dengan kacamata tidak memperbaiki visus, atau
2. ukuran lensa tidak dapat ditentukan (misalnya astigmatisme berat).

Peralatan
1. Snellen Chart
2. Satu set lensa coba (trial frame dan trial lenses)
3. Pinhole

Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
21
PRESBIOPIA
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman : 3 / 12 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan usia


dimana penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat.
Presbiopia merupakan proses degeneratif mata yang pada umumnya
dimulai sekitar usia 40 tahun. Kelainan ini terjadi karena lensa mata
mengalami kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk berubah
bentuk.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan presbiopi
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Penglihatan kabur ketika melihat dekat.
2. Gejala lainnya, setelah membaca mata terasa lelah, berair, dan
sering terasa perih.
3. Membaca dilakukan dengan menjauhkan kertas yang dibaca.
4. Terdapat gangguan pekerjaan terutama pada malam hari dan
perlu sinar lebih terang untuk membaca.

Faktor Risiko
Usia lanjut umumnya lebih dari 40 tahun.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan refraksi untuk penglihatan jarak jauh dengan
menggunakan Snellen Chart dilakukan terlebih dahulu.
2. Dilakukan refraksi penglihatan jarak dekat dengan
menggunakan kartu Jaeger. Lensa sferis positif (disesuaikan
usia - lihat Tabel 1) ditambahkan pada lensa koreksi penglihatan
jauh, lalu pasien diminta untuk menyebutkan kalimat hingga
kalimat terkecil yang terbaca pada kartu. Target koreksi sebesar
20/30.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
Koreksi kacamata lensa positif

Tabel Koreksi lensa positif disesuaikan usia


USIA KOREKSI LENSA
40 tahun +1,0 D
45 tahun +1,5 D
50 tahun +2,0 D
55 tahun +2,5 D
60 tahun +3,0 D
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
22
BUTA SENJA
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman : 5 / 12 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Buta senja/ rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia
adalah ketidakmampuan untuk melihat dengan baik pada malam hari
atau pada keadaan gelap.Kondisi ini lebih merupakan tanda dari suatu
kelainan yang mendasari. Hal ini terjadi akibat kelainan pada sel
batang retina yang berperan pada penglihatan gelap. Penyebab buta
senja adalah defisiensi vitamin A dan retinitis pigmentosa.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
pasien dengan buta senja
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat pemeriksaan berupa tensimeter,
stetoskop, senter, lup, dan oftalmoskop
2. Melakukan anamnesis kepada pasien. Keluhan yang sering
dikeluhkan Penglihatan menurun pada malam hari atau pada
keadaan gelap, sulit beradaptasi pada cahaya yang redup.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dasar. Dan dilanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan penunjang dengan memeriksa
mata.
4. Menemukan tanda-tanda defisiensi vitamin A seperti : Terdapat
bercak bitot pada konjungtiva, Kornea mata kering/kornea serosis,
Kulit tampak kering dan bersisik.
5. Menegakkan diagnosa klinis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
6. Memberikan pengobatan berupa vitamin A dosis tinggi (bila
disebabkan oleh defisiensi vitamin A, lubrikasi kornea, dan
pencegahan infeksi sekunder dengan tetes mata antibiotik.
7. Melakukan konseling dan Edukasi yatu dengan Memberitahu
keluarga adalah gejala dari suatu penyakit, antara lain; defisiensi
vitamin A sehingga harus dilakukan pemberian vitamin A dan
cukup kebutuhan gizi..
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
23
OTITIS EKSTERNA
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman : 7 / 12 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Otitis eksternaadalah radang pada liang telinga luar. Penyakit ini
banyak ditemukan di layanan kesehatan tingkat pertama sehingga
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memiliki
kemampuan mendiagnosis dan menatalaksana secara komprehensif.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan otitis eksterna
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa:
a. Membersihkan liang telinga secara hati-hati dengan pengisap atau
kapas yang dibasahi dengan H2O2 3%.
b. Bila terdapat abses, dilakukan insisi dan drainase.

2. Medikamentosa:
a. Topikal
• Larutan antiseptik povidon iodine
OE akut sirkumskripta pada stadium infiltrat:
− Salep ikhtiol, atau
− Salep antibiotik: Polymixin-B, Basitrasin.
• OE akut difus: Tampon yang telah diberi campuran Polimyxin-B,
Neomycin, Hidrocortisone, dan anestesi topikal.
b. Sistemik
• Antibiotik sistemik diberikan bila infeksi cukup berat.
• Analgetik, seperti Paracetamol atau Ibuprofen dapat diberikan.

Konseling dan Edukasi


Pasiendan keluarga perlu diberi penjelasan, di antaranya:
1. Tidak mengorek telinga baik dengan cotton bud atau alat lainnya
2. Selama pengobatan pasien tidak boleh berenang
3. Penyakit dapat berulang sehingga harus menjaga liang telinga agar
dalam kondisi kering dan tidak lembab
Kriteria Rujukan
1. Otitis eksterna dengan komplikasi
2. Otitis eksterna maligna
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal
24
OTITIS MEDIA AKUT
Nomor :
Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Dinkes Kab kan
Defgh Halaman : 9 / 12 Puskesmas
Abcde
Ditetapkan Kepala Kapus
Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanpasien dengan otitis media akut
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Topikal i. Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka
kembali tuba eustachius. Obat yang diberikan adalah:

- Berikan tetes mata Tetrakain-HCl 2% sebanyak 1-2 tetes pada mata


yang terkena benda asing.
- Gunakan kaca pembesar (lup) dalam pengangkatan benda asing.
- Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum
suntik ukuran 23G.
- Arah pengambilan benda asing dilakukan dari tengah ke tepi.
- Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat
bekas benda asing.

ii. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga:

- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan


selama 2 – 5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.
- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama
maksimal 2 minggu
b. Oral Sistemik: antibiotik, antihistamin (bila terdapat tanda-tanda
alergi), dekongestan, analgetik / antipiretik
Konseling dan Edukasi
1. Untuk bayi / anak, orang tua dianjurkan untuk memberikan ASI
minimal 6 bulan sampai 2 tahun.
2. Menghindarkan bayi / anak dari paparan asap rokok.
Pencegahan
Imunisasi Hib dan PCV perlu dilengkapi, sesuai panduan Jadwal
Imunisasi Anak tahun 2014 dari IDAI.
Tabel 5.2. Daftar Dewasa Anak
antibiotik untuk terapi
OMA Obat
Amoxicillin 3 x 500 25 – 50 mg/kgBB/hari,
mg/hari selama dibagi 3 dosis per hari
10- 14 hari
Trimetoprim – 2 x 160 mg 8 – 20 mg
Sulfametoksazol TMP/hari TMP/kgBB/hari, dibagi
2 dosis per hari
Amoxicillin – Asam 3 x 500 mg / 25 – 50 mg/kgBB/hari,
Clavulanat hari dibagi 3 dosis per hari
Erithromycin 4 x 500 25 – 50 mg/kgBB/hari,
mg/hari dibagi 4 dosis per hari

Kriteria Rujukan
1. Jika terdapat indikasi miringotomi.
2. Bila terjadi komplikasi dari otitis media akut.

Peralatan
1. Lampu kepala
2. Corong telinga
3. Otoskop
4. Aplikator kapas
5. Garputala
6. Suction

Prognosis

1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Alir Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia


yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

Anda mungkin juga menyukai