Anda di halaman 1dari 11

MARTHA E.

ROGERS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki praktek
keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan memberikan fenomena
yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori keperawatan. Teori-teori
keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan pemahaman terhadap fenomena
keperawatan yang ada dan mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek
keperawatan itu sendiri.
Teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan ahli keperawatan berdasarkan filosofi,
paradigma, serta latar belakang pendidikan dan kehidupan para ahli tersebut, sehingga
masing-masing teori mempunyai perbedaan asumsi terhadap praktek keperawatan. Akan
tetapi pada dasarnya semua teori keperawatan yang ada mempunyai apresiasi yang sama
yaitu terhadap proses pemberian asuhan keperawatan, dimana klien diberikan kesempatan
dan ruang untuk dapat berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya
selama rentang kehidupan.
Penerapan teori keperawatan dalam praktek layanan keperawatan memberikan dasar
kerja dan memberikan kerangka kerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan sekarang ini sedang berkembang pesat untuk menjadi sebuah sain keperawatan
mulai dari teori pada ranah filosofi, grand theory, middle range theory maupun practice
theory, dalam makalah ini akan dibahas tentang grand theory
Menurut McEwen & Wills (2006) yang termasuk dalam grand theory adalah Myra E.
Levine: The Conservation Model, Martha E. Roger: Unitary of Human Being, Dorothea E.
Orem: Self Care Deficit Theory of Nursing, Imogene King: Interacting System Framework
and Middle Range Theory of Goal Attainment, Betty Neuman: System Model, Sister Calista
Roy: Adaptation Model, Dorothy E. Johnson: Behavior Syastem Model, Anne Boykin &
Savina O.S.: Nursing as Caring : A Model for Transforming Practice,
Salah satu teori keperawatan yang dapat di terapkan oleh perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien adalah teori dari Martha E. Rogers tentang “Unitary
Human Beings”. Menurut Roger dalam teorinya berpendapat bahwa manusia merupakan
individu yang holistik, saling memberikan timbal balik dengan individu yang lain dan
lingkungan disekitarnya. Rogers, memandang keempat konsep dalam paradigma keperawatan
yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan merupakan satu kesatuan
yang utuh dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Perawat sebagai pemberi
layanan keperawatan seyogyanya mampu memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi individu yang dirawat maupun
lingkungan yang mempengaruhi individu tersebut.
Perawat harus mempunyai landasan teori keperawatan yang memadai agar dapat
memilih dan menerapkan teori yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan di Instansi
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok akan menganalisa dan
membahas teori Rogers dan penerapannya agar perawat dapat menggunakan suatu kerangka
kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan teori ini, Oleh karena itu Teori
Martha E. Rogers serta penerapannya di lapangan sangat diperlukan dibahas dan disajikan,
sehingga pada akhirnya perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada suatu teori
keperawatan.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan dalam makalah ini yaitu membahas tentang aplikasi model teori
keperawatan “Martha Elizabeth Roger”.

1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisa dan membahas teori Rogers dan penerapannya agar perawat dapat
menggunakan suatu kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan
teori ini,
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah adalah:
a. Menganalisa teori model konseptual keperawatan Martha E. Roger ” The Unitary Human
Being ”.
b. Membahas asumsi theorists terhadap konsep-konsep sentral disiplin ilmu keperawatan.
c. Memaparkan hubungan konsep Rogers sesuai masa dan orientasi theorist.
d. Menggunakan teori Rogers sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan keperawatan.
BAB II
TEORI KEPERAWATAN

2.1. Biografi Martha E. Rogers


Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas Texas, tertua dari
4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy Mulholland tajam rogers. Dia
menerima gelar diploma keperawatan dari sekolah rumah sakit Knoxville pada tahun 1936.
Pada tahun 1937 ia menerima gelar B.S. dari george peabody perguruan tinggi di nashville,
tennessee.(Tomey & Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari universitas
Johns Hopkins di Baltimore. Menduduki posisi staf dalam keperawatan kesehatan
masyarakat, serta membentuk pelayanan perawat pertama di Arizona, kemudian ia pindah ke
perguruan tinggi sebagai dosen tamu dan bergabung dengan asosiasi penelitian selama 21
tahun. Rogers adalah Profesor dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di Universitas New
York sampai tahun 1954, disini Roger focus mengajar, memformulasi dan mengelaborasi
teorinya. Dia meninggal pada 13 Maret 1994, pada umur 79. (Hector, 1989 dalam McEwen &
Wills, 2011).
2.2. Konsep Teori Martha E. Rogers
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari manusia, alam dan perkembangan manusia secara langsung. (Tomey &
Alligood, 1998).
Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan dan
memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis
secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis.
Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan
hubungannya dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang
di dasari prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan
kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati
nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya
mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. (McEwen & Wills, 2011)
2.3. Asumsi teori Martha E. Rogers
Rogers dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi yang terdiri
dari lima bagian, yaitu :
2.3.1. Unifield whole is greater and different than the sum of part. (kesatuan yang utuh lebih besar
dan berbeda dr jumlah bagian)
Manusia adalah system yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari proses yang utuh
dari dirinya dan antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian dan merupakan
penjumlahan dari bagian-bagiannya..
2.3.2. Mutual exchange of matter and energy.(saling tukar materi dan energi)
Manusia dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi keduanya.
Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu sama lain. Beberapa
individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan
merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.
2.3.3. Unidirectionality: life process does not reverse nor repeat.(proses kehidupan tdk
membalikkan atau mengulang)
Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung
dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak
akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
2.3.4. Pattern and organization identify the human field.(pola dan organisasi mengidentifikasi
bidang manusia)
Pola dan organisasi mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan suatu bentuk
kesatuan yang inovatif
2.3.5. Human beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation and emotion.
(manusia memiliki abstrak, citra, bahasa, pikiran, sensasi dan emosi )
Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan, bertutur
bahasa, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya manusia yang
mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya dunia.
Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan inti teori
Martha E. Rogers yang merupakan bagian dari Building Blocks, yang terdiri dari: (Tomey &
Alligood, 1998).
a. Energy Fields (Bidang Energi)
Bidang Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan, seperti energi
manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas terdiri dari mahluk hidup
dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat dikurangi, manusia tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya.
b. Universe of Open System (Sistem terbuka).
Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan terbuka,
menyatu antara satu dengan yang lainnya.
c. Pattern (Pola)
Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan bangunan
lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa menjadi suatu indikasi sakit
atau penyakit.
d. Pandimensionality (Empat kedimensian)
Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang diidentifikasi
oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak
dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat kedimensian didefinisikan sebagai
domain non linier tanpa atribut, atau mengenai ruang tanpa batas.
Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan langsung dengan
proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan kealamiahan
dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk memperkuat teorinya Martha E. Rogers
mengkombinasikan konsep manusia seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian
di kemukakannya. Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal, yaitu :
a. Resonancy
Prinsip ini membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antara manusia dan
lingkungan. Resonansi dapat dijelaskan sebagai suatu pola-pola gelombang yang ditunjukkan
dengan perubahan-perubahan dari frekuensi terendah ke frekuensi yang lebih tinggi pada
gelombang perubahan.
b. Helicy
Prinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami dan hubungan manusia dengan
lingkungan adalah berkesinambungan, inovatif, ditunjukkan dengan peningkatan jenis pola-
pola perilaku manusia dan lingkungan yang menimbulkan kesinambungan, menguntungkan,
merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan bukan menyatakan
ritmitasi.
c. Integrality
Adalah proses interaksi yang menguntungkan antara manusia dan lingkungannya
secara berkesinambungan.
2.4. Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual Martha E. Rogers

Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan proses


kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha E. Rogers terhadap
empat konsep sentral adalah sebagai berikut :
2.4.1. Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu
manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari manusia
secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan
humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki
kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan
cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani
orang, hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan
mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).
2.4.2. Kesehatan
Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya
atau individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan diangap menunjukkan
pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang konsep sehat-sakit sebagai
suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan lingkungannya dalam proses yang mendasar
(Fitzpatrick dan Whall, 1986).
2.4.3. Lingkungan,
Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang
diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan mencakup
segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia. (Meleis 2007)
2.4.4. Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan lingkungan,
saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka. Rogers juga
mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara kreatif dalam
perubahan. (Meleis, 2007).
2.5 KEGUNAAN PRINSIP ROGERS DALAM PROSES KEPERAWATAN
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-
prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan arah
perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Diharapkan, praktik
keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan dinamika integrasi manusia dan
lingkungannya, untuk memperkuat hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk
mengarahkan pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan
(Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan
perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian
dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam
proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal dengan cara
yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien.
Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap
semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan
kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan data,
informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian lainnya.
Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan yang
mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan
mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa tanggapan klien
merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu. Akibatnya, pola yang
diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan
menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat
semua, tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat
dengan melihat klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola
pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan
adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya berdasarkan
fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan sehat secara mandiri dan
bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian
memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan, dan
itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman, interaksi,
dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup
hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa
keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih
besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan
yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi
sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin
tidak tepat (Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan asuhan
keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan implementasi dalam lingkungan
maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa perubahan yang satu ini akan terkait dengan
perubahan simultan lainnya. Karena integrasi individu dengan lingkungan, masalah kesehatan
tidak dapat dipisahkan dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa
ditangani dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi,
tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung
atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat
yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi.
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan individu
sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan
hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan
keperawatannya. Kesehatan tidak hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan
keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu
8. Kelemahan Rogers tentang homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak orang mengalami kesulitan
untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-
prinsip yang ditetapkan, sistem tetap abstrak. Persyaratan belum cukup untuk
dioperasionalkan untuk menyediakan pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi
pengoperasian konsep serta membawa keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris
untuk pengujian yang mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi
operasional diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk
pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat (Hardy,
1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan menilai
manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut, kemampuan
menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir tidak mungkin.
Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau menguji sistem yang membuat
kesuksesan mengimplementasikan kesulitan keperawatan. Dengan demikian, penggunaan
prinsip-prinsip homeodynamics di dalamnya adalah totalitas terbatas. (George, Julia
B.1995:241)
2.5. Menggunakan prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan aplikatif dalam pemberian
asuhan Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia, prinsip-
prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk memprediksi sifat dan
arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan. Keberhasilan
menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik memerlukan pertimbangan perawat dalam
melibatkan klien pada proses keperawatan. (Alligood, 2006).
Dalam tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip Integrasi, seri
berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir dari pertanyaan akan
dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan
ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang kemandirian.
Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam proses keperawatan,
dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama, pola, keanekaragaman,
interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan jelas. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan
yang mencakup hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970 dalam Meleis, 2007).
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung
atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena proses kehidupan
manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa mengembalikan individu ke
tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat membantu individu bergerak maju ke tingkat
yang lebih tinggi lebih beragam eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy
membutuhkan penerimaan perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk
mendukung atau memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak dapat tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan
dinamika dan keragaman dalam individu. (Christensen,1995)
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti
antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori Rogers
berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh, sehingga pengkajian didasarkan pada
lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip hemodinamik Rogers dan yang merupakan bagian dari
Building Blocks.
http://www.galihpriambodo.com/2013/02/teori-keperawatan-martha-elizabeth-roger_7058.html

Anda mungkin juga menyukai