Anda di halaman 1dari 5

B.

Kebijakan Manajemen Piutang

Manajemen piutang adalah proses perencanaan, pengendalian dan pengawasan dari


penjualan secara kredit. Semakin besar penjualan kredit maka semakin besar pula piutang
yang dimiliki perusahaan apabila hal-hal tetap. Dalam konsep manajemen keuangan
konvensional, semakin besar jumlah piutang maka semakin besar resiko yang dihadapi oleh
perusahaan, karena kemungkinan semakin besar piutang tidak dapat dibayar.

Namun demikian, apabila orang yang berutang mengalami kesulitan sehingga ia belum
berkemampuan untuk membayar utang yang telah tiba jatuh tempo nya. maka perusahaan
hendaklah memberi penanggungan pembayaran. Memberi penanggungan kepada orang yang
kesulitan membayar utang adalah akhlak terpuji yang memiliki banyak keutamaan.

Untuk mengendalikan hal-hal tersebut maka perusahaan perlu maka perusahaan perlu
menetapkan kebijaksanaan kredit sebagai standar. Apabila kemudian dalam pelaksaannya
penjualan kredit dan dan pengumpulan piutang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan
maka perusahaan perlu mengadakan perbaikan. Kegiatan untuk menjamin agar hasil sesuai
dengan rencana merupakan efisiensi difungsi pengendalian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan (dipertimbangkan) dalam kebijaksanaan piutang


adalah sebagai berikut:

1. Standar Kredit

Menurut konsep konvensional, penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade
of antara peningkatan penjualan dan peningkatan risiko tidak terbayarnya piutang.
Apabila perusahaan menjalankan standar kreditnya yang sangat longgar maka bisa. 1

diperkirakan penjualan akan meningkat, tetapi proporsi piutang terlambat atau tidak
demikian, dalam konsep Islam, utang merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh
konsumen karena berutang harus mempunyai niat dengan hati yang jujur untuk segera
melunasi utang tersebut pada waktu yang telah dijanjikan. Insya Allah, Allah akan
membantu pelunasan nya.

1
Hamdi Agustin, Manajemen Keuangan Syariah, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2021), hal 117.
Rasulullah Saw. bersabda: "Barang siapa meminjam harta manusia dan dia ingin
membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yang meminjamnya
dan dia tidak ingin membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta tersebut
darinya." (HR Al-Bukhari no. 2387)

Apabila telah sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka segeralah membayar
utang tersebut dan jangan menunda- nundanya, terkecuali pada saat itu kita tidak
memiliki harta untuk membayarnya. Orang yang memiliki harta untuk membayar
utangnya, tetapi dia sengaja memperlambat pembayarannya, maka dianggap sebagai
suatu kezaliman/dosa.

Rasulullah Saw.: "Memperlambat pembayaran utang untuk orang yang mampu


membayarnya adalah kezaliman." (HR Al-Bukhari no. 2288 dan Muslim no.
4002/1564).

2. Jangka waktu kredit

Jangka waktu kredit merupakan berapa lama para langganan harus membayar
utangnya. Dalam konsep konvensional, semakin lama jangka waktu kredit akan
semakin tinggi risiko tidak tertagihnya piutang. Adakalanya perusahaan
memperpanjang masa kredit untuk harapan penjualan meningkat, karena yang
ditingkatkan hanya jangka waktu kreditnya maka risiko tidak terbayarnya piutang
tidak mengalami perubahan. Dalam konsep Islam, memperpanjang waktu kredit
merupakan suatu kebaikan untuk memberikan kemudahan dan kelapangan kepada
konsumen. Sesuai dengan hadis di antaranya:

Ia akan mendapat naungan dan perlindungan dari Allah Ta'ala pada hari kiamat.
Sebagaimana sabda Nabi Saw.; "Barang siapa yang ingin diberi naungan oleh Allah
Ta'ala dalam naungannya, maka hendaklah ia memberi penangguhan kepada orang
yang kesulitan membayar utang atau ia bebaskan darinya." (HR Muslim)2

Setiap harinya ia mendapat pahala sedekah sebesar nilai utang yang ia berikan ketika
ia memberi penangguhan kepada orang yang kesulitan membayar utang hingga

2
Hamdi Agustin, Manajemen Keuangan Syariah, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2021), hal 118-119.
utangnya dilunasi. Rasulullah Saw. bersabda; "Barang siapa yang memberi
penangguhan kepada orang yang kesulitan membayar utang, maka baginya setiap
hari ada pahala sedekah senilai utang yang ia berikan, sebelum utang itu lunas. Jika
utang itu belum lunas, lalu dia memberi penangguhan lagi maka baginya setiap hari
ada pahala sedekah senilai itu." (HR Ahmad). Allah Ta'ala akan memberinya
ampunan dan memasukkannya ke dalam Surga. "Sesungguhnya ada seorang laki-laki
yang hidup di zaman sebelum kalian yang didatangi malaikat untuk mencabut
rohnya. Lalu dikatakan kepadanya apakah engkau pernah mengerjakan kebaikan?' ia
menjawab 'aku tidak tahu. Lalu dikatakan kepadanya lihatlah!' ia berkata Aku tidak
tahu, hanya saja dahulu sewaktu di dunia aku melakukan jual beli dengan orang dan
aku memberi kemudahan kepada mereka, aku memberi penangguhan kepada orang
yang kesulitan membayar, bahkan aku membebaskan orang yang kesulitan
membayar. Maka Allah Ta'ala pun memasukkannya ke dalam Surga." (HR Bukhari
dan Muslim).

Bila ada keterlambatan pembayaran dari konsumen yang berutang ketika sudah jatuh
tempo, jangan sampai dikenakan denda. Denda yang muncul karena keterlambatan
dalam membayar utang adalah riba jahiliyah yang diharamkan di dalam syariah
Islam. Kebijakan perusahaan untuk menambah penjualan kredit dapat dilakukan
dengan memperpanjang jangka waktu pengembalian kredit. Kebijakan ini akan
meningkatkan penjualan yang berasal dari pelanggan lama dan masuknya pelanggan
baru. Namun demikian, perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan biaya
yang harus ditanggung oleh perusahaan, misalnya tambahan dana untuk investasi
pada modal kerja, investasi pada aktiva tetap dan investasi pada piutang itu sendiri.

Perpanjangan jangka waktu kredit dibenarkan apabila hasil (return) yang diharapkan
dari perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang harus
dikeluarkan akibat kebijakan tersebut. Sebaliknya apabila perpanjangan jangka
waktu kredit mengakibatkan biaya yang harus ditanggung lebih besar daripada hasil
yang diperoleh, maka kebijakan tersebut tidak menguntungkan. 3

3. Diskon/potongan termasuk juga jangka waktu


3
Hamdi Agustin, Manajemen Keuangan Syariah, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2021, hal. 120.
Faktor ketiga yang perlu diperhatikan adalah pemberian potongan/ diskon. Apabila
syarat penjualan 2/10 net 30 maka hal ini berarti apabila konsumen membayar
dalam waktu≤ 10 hari, maka diberi diskon 2% jangka waktu utang selama 30 hari.
Dengan adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual dalam dua hal.
Pertama, penjual dapat memperbanyak pembeli baru yang menganggap bahwa
diskon merupakan suatu penurunan harga. Diskon ini akan benar-benar
menguntungkan penjual apabila pembeli mematuhi syarat pembayaran kreditnya.
Kedua, diskon akan memper pendek penagihan piutang karena pembeli akan segera
membayar utangnya pada periode diskon ditawarkan.

yang keberhasilan atau kegagalan kebijakan penjualan kredit yang ditetapkan


perusahaan terutama tergantung pada permintaan atas produk yang dijualnya.
Semakin tinggi permintaan atas produk yang ditawarkan, maka semakin
menguntungkan penjualan produk yang bersangkutan. Kebijakan penjualan secara
kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan, tetapi juga menimbulkan risiko.
Namun, beberapa risiko yang mungkin timbul dengan kebijakan kredit ini adalah:
periode pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang yang tidak tertagih atau
pembeli tidak membayar utangnya kepada perusahaan (kredit macet) dan besarnya
investasi yang tertanam dalam piutang tidak seimbang dengan manfaat yang
diperoleh dari kebijakan kredit tersebut.

Untuk mengurangi dan memperkecil risiko kredit di atas, perusahaan dapat menilai
calon debitur berdasar pada karakter kejujuran dan ketaatan kepada Allah Ta'ala
sedangkan dalam perspektif ekonomi konvensional menilai calon debitur dalam
berdasarkan 5C (Caracter, Capital, Colateral, Capasitas, dan Condition). Di
samping itu, perusahaan juga perlu memperkirakan besarnya risiko yang mungkin
akan dialami berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu dengan menganalisis
persentase besarnya piutang yang tidak tertagih dan mengklasifikasikan pelanggan
menurut lamanya umur piutang. 4

4
Hamdi Agustin, Manajemen Keuangan Syariah, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2021, hal 121.

Anda mungkin juga menyukai