Anda di halaman 1dari 3

Aldi Dwi Ardyansah

Filsafat Psikologi
17/411966/FI/04337

Soal
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat psikologi?
3. Apa perbedaan antara filsafat psikologi dengan filsafat pikiran?
5. Apa fenomena psikologi yang dapat ditelaah dari sudut pandang filsafat?

Jawaban

1. Filsafat psikologi adalah cabang filsafat khusus yang menelaah psikologi (studi
keilmuan tentang kognisi/mental dan perilaku) dengan kacamata filsafat ilmu. Filsafat
psikologi berperan membangun landasan epistemologis dalam psikologi sehingga
psikologi dapat mengukuhkan dirinya sebagai ilmu yang mapan. Objek kajian dari
filsafat psikologi yaitu kognisi/mental dan perilaku, baik yang merupakan fenomena
sadar dan bawah sadar juga tentang studi pikiran dan perasaan. Sepanjang sejarahnya,
filsafat banyak merefleksikan tentang konsep kognisi/mental dan perilaku. Para pegiat
psikologi tentunya bisa melihat dan semakin memahami akar historis psikologi lewat
pergulatan-pergulatan ide-ide dalam filsafat. Tak hanya melihat secara retrospektif
pergulatan ide-ide tersebut dalam filsafat, tetapi para pegiat psikologi juga dapat
melakukan ekstrapolasi ide-ide tersebut sehingga dapat mengembangkan psikologi
lewat filsafat psikologi. Beragam school of thought (mahzab) dalam psikologi terlahir
dari kerangka teori yang dibangun oleh pergulatan ide-ide dalam filsafat, terutama
filsafat pikiran seperti behaviorisme, kognitifisme, fungsionalisme, dsb.

Dalam perkembangan psikologi sosial, filsafat psikologi juga bisa memberikan sudut
pandang yang baru dalam bentuk refleksi dalam teori filsafat sosial kontemporer.
Dalam filsafat sosial yang menjadi salah satu cabang filsafat, para filsuf dibekali
dengan banyak cara pandang fenomena sosial politik seperti massa, kekuasaan, negara,
masyarakat, legitimasi, ekonomi, hukum dan juga budaya. Pada pembahasan teori
tersebut, filsafat psikologi nantinya bisa menyumbangkan banyak hal dalam
perkembangan psikologi sosial dan juga bentuk dialog diantara ilmu yang
komprehensif.

3. Filsafat pikiran dan filsafat psikologi memang memiliki objek kajian yang sama, yaitu
tentang kognisi/mental/jiwa. Keduanya beririsan, contohnya school of thought
(mahzab) dari filsafat pikiran banyak menjadi landasan dalam psikologi contohnya
seperti behaviorisme, kognitifisme, fungsionalisme, dsb. Tetapi terdapat perbedaan
corak dari keduanya yaitu filsafat pikiran menekankan investigasinya terhadap
kognisi/mental/jiwa secara ontologis (sifat dasar budi, peristiwa budi, fungsi budi,
properti budi, kesadaran, dan hubungannya dengan tubuh fisik, dsb), sedangkan filsafat
psikologi menekankan investigasinya terhadap kognisi/mental/jiwa lebih sebagai ilmu
(metode-metode dan kerangka teori dalam psikologi sebagai sebuah ilmu).
Lalu perbedaan antara filsafat pikiran dengan filsafat psikologi juga terlihat dari
metodenya. Psikologi menyelidiki hukum yang mengikat kondisi mental ini satu sama
lain atau dengan input dan output ke organisme manusia salah satu contohnya yaitu
psikologi persepsi, dimana dalam filsafat pikiran juga banyak menyinggung tentang the
true nature of perception. Sedangkan dalam filsafat pikiran, masalah pikiran-tubuh
adalah masalah yang utama, meskipun sejumlah masalah lain dibahas, seperti masalah
kesadaran yang sulit dan sifat keadaan mental tertentu. Aspek pikiran yang dipelajari
meliputi peristiwa mental, fungsi mental, sifat mental, kesadaran, ontologi pikiran,
hakikat pikiran, dan hubungan pikiran dengan tubuh.

5. Salah satu fenomena psikologi yang dapat ditelaah lewat sudut pandang filsafat yaitu
teori-teori yang berkembang tentang psikoterapi/penyembuhan jiwa yaitu aliran
psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan teknik terapi bagi mental disorder yang
berhubungan dengan alam bawah sadar. Psikoanalisis menjadi school of thought yang
utama dalam psikologi. Disiplin ini diprakarsai oleh Sigmund Freud setelah itu
dikembangkan oleh banyak pemikir setelahnya dengan coraknya sendiri seperti Carl
Jung dan Alfred Adler. Dalam perkembangannya sendiri psikoanalisis mendapat
landasan teoritis yang berakar dari filsafat.
Fenomena dalam psikologi lainnya yang mendapat sentuhan dari filsafat yaitu teori
tentang humanistik-eksistensial dengan beberapa aliran yang utama yaitu logoterapi
yang diprakarsai oleh Viktor Frankl. Pendekatan yang dilakukan Viktor E. Frankl
sendiri menyatukan elemen-elemen psikologi dinamik, filsafat eksistensialisme dan
behaviorisme filsafat pikiran.
Sigmund Freud dan para pengikut alirannya mengembangkan teori tentang fenomena
pikiran bawah sadar. Teori ini memainkan peran penting dalam psikoanalisis. Freud
membagi pikiran menjadi pikiran sadar (atau ego) dan pikiran bawah sadar. Yang
terakhir kemudian dibagi lagi menjadi id (atau naluri dan dorongan) dan superego (atau
hati nurani). Dalam teori ini, alam bawah sadar mengacu pada proses mental yang tidak
disadari oleh individu. Carl Gustav Jung mengembangkan konsep ini lebih jauh. Dia
setuju dengan Freud bahwa alam bawah sadar adalah penentu kepribadian, tetapi dia
mengusulkan bahwa ketidaksadaran dibagi menjadi dua lapisan: ketidaksadaran pribadi
dan ketidaksadaran kolektif. Konsep yang digagas oleh Freud dan Jung tentang alam
bawah sadar tersebut merupakan fenomena psikologi yang ditelaah melalui kacamata
filsafat pikiran.
Lalu fenomena psikologi yang dapat ditelaah lewat sudut pandang filsafat adalah
motivasi. Psikolog seperti William James awalnya menggunakan istilah motivasi untuk
merujuk pada motivasi, dalam arti yang mirip dengan konsep will/kehendak dalam
filsafat namun dengan meningkatnya pengaruh pemikiran Darwin dan Freud dalam
psikologi, naluri biologis juga dilihat sebagai sumber utama motivasi. Psikoanalisis
klasik membayangkan pergulatan antara prinsip kesenangan (pleasure principle) dan
prinsip realitas (reality principle), yang berhubungan dengan id, ego dan superego.

Anda mungkin juga menyukai