HARIYATI
G3IMN22025
Abstract
The level of road service is influenced by the speed and volume capasity ratio, and air
pollution of CO, HC, NOx is influenced by the speed of motor vehicles. The results of the
analysis of the effect of road service levels on air pollution in the Wua-Wua and Pasar Baru
areas show that the Wua-Wua area has a speed of 22.58 km / h, a VCR of 0.366 with a
type of road service level A, and the Pasar Baru area has a speed of 17.9 km / h, a VCR
of 0.588 with a type of road service level B, the amount of emissions produced by the two
regions is still below the national ambient air quality standards. However, programs are
needed to improve the level of road service, such as increasing road capacity and reducing
specific energy consumption (fuel consumption) and reducing emission factors by using
environmentally friendly fuels due to population growth and motor vehicles that continue to
increase every year.
Abstrak
Tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh kecepatan dan volume capasitas ratio, dan
polusi udara CO, HC, NOx dipengaruhi kecepatan kendaraan bermotor. Hasil analisis
pengaruh tingkat pelayanan jalan terhadap polusi udara pada kawasan Wua-Wua dan
Pasar Baru menunjukan bahwa kawasan Wua-Wua memiliki kecepatan 22,58 km/jam,
VCR 0,366 dengan jenis tingkat pelayanan jalan A, dan kawasan Pasar Baru memiliki
kecepatan 17,9 km/jam, VCR 0,588 dengan jenis tingkat pelayanan jalan B, jumlah emisi
yang dihasilkan kedua kawasan tersebut masih dibawah standar baku mutu udara ambien
nasional. Tetapi diperlukan program-program untuk meningkatkan tingkat pelayanan jalan,
seperti meningkatkan kapasitas jalan dan mengurangi konsumsi energi spesifik
(pemakaian bahan bakar) serta mengurangi faktor emisi dengan menggunakan bahan
bakar yang ramah lingkungan karena pertumbuhan penduduk dan kendaraan bermotor
yang terus meningkat tiap tahun.
PENDAHULUAN
Volume dan kecepatan arus lalu lintas mempengaruhi karakteristik
pelayanan transportasi dan polusi udara kendaraan bermotor. Apabila volume lalu
lintas pada suatu jalan meningkat akan menurunkan kecepatan kendaraan dan
dapat meningkatkan gas buang yang berbahaya bagi kesehatan. Aspek-aspek
perjalanan dalam konsep tingkat pelayanan antara lain : waktu perjalanan
(kecepatan), keterandalan, kenyamanan, keamanan, biaya.
Meningkatnya jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan mengakibatkan
kapasitas pelayanan menurun dan pelayanan jalan tidak optimal, serta berdampak
kepada lingkungan dan akan terjadinya kemacetan lalu lintas (V>C), yang berarti
pemborosan besar dari penggunaan energi dan ruang, serta timbulnya masalah
pencemaran udara akibat gas buang kendaraan. Besarnya polusi yang terjadi
sejalan dengan meningkatnya arus lalu lintas dan lemahnya pengawasan terhadap
gas buang kendaraan yang berlebihan, membahayakan kesehatan masyarakat,
dan mempengaruhi ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mengoptimalkan kapasitas jaringan jalan untuk menampung peningkatan volume
lalu lintas yang ada atau diperkirakan akan terjadi.
Transportasi merupakan kebutuhan mutlak yang dapat menghidupkan
sendi-sendi perekonomian diseluruh perkotaan, khususnya di Kota Kendari.
Pertumbuhan kendaraan bermotor yang sangat pesat, akan menimbulkan
masalah gas buang kendaraan yang diemisikan kedalam atmosfer. Perbaikan dan
penambahan jalan serta prasarana dan sarana yang tidak seimbang dengan
jumlah kendaraan bermotor akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, terutama di
kawasan bisnis, pusat kota maupun daerah permukiman. Peningkatan jumlah
kendaraan maupun kemacetan lalu lintas, keduanya mengakibatkan peningkatan
dampak buruk bagi kualitas udara perkotaan.
Jenis polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor adalah Karbon
Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO), Hidrokarbon (HC), Sulphur Dioksida
(SO2), Timah Hitam (Pb), Karbon Dioksida (CO2). Polutan tersebut berdampak
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan hidup lainnya, sehingga semakin
jauh dari sasaran Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) akan mewujudkan
penyelenggaraan transportasi yang berpolusi rendah. Disamping itu Konsep
pembangunan yang berkelanjutan menghendaki agar setiap usaha pembangunan
prasarana dan sarana fisik yang dilakukan tetap memelihara kondisi lingkungan
dengan memberikan tingkat pelayanan yang optimal kepada masyarakat,
sehingga tercipta transportasi yang berkelanjutan.
Makalah ini mengunkap bagaimana pengaruh tingkat pelayanan jalan
terhadap polusi udara CO, HC, dan NOx, di ruas jalan M.T. Haryono Kota Kendari
di kawasan Pasar Baru, karena kawasan tersebut merupakan kawasan yang
sangat padat dan rawan macet serta karakteristik pengguna jalan yang beragam.
METODOLOGI PEMBAHASAN
fundamental arus kendaraan. Oleh karena itu walaupun terdapat suatu volume
maksimum yang dapat ditampung oleh suatu fasilitas transportasi, penting juga
untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dan volume untuk setiap kerja
transportasi yang praktis, karena kecepatan merupakan salah satu karakteristik
yang penting dalam mutu pelayanan transportasi.
Untuk memudahkan perhitungan para insinyur jalan raya biasanya
menggunakan dua ukuran dalam tingkat pelayanan untuk jalan. Yang pertama
ialah kecepatan atau waktu perjalanan, yaitu suatu nilai rata-rata, dan biasanya
merupakan kecepatan rata-rata ruang. Ukuran yang kedua ialah rasio antara
volume lalu lintas maksimum yang dapat ditampung oleh jalan tersebut. Rasio
volume terhadap kapasitas ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik tingkat
pelayanan.
Tingkat pelayanan ditentukan dalam suatu skala interval yang terdiri dari
6 tingkat. Tingkat-tingkat ini disebut A, B, C, D, E dan F, di mana A merupakan
tingkat pelayanan tertinggi. Apabila volume meningkat maka tingkat pelayanan
menurun, suatu akibat dari arus lalu lintas yang lebih buruk. Hubungan secara
umum antara tingkat pelayanan dengan kapasitas dapat dilihat pada gambar 1
berikut :
Dimana :
b. Kecepatan
Kecepatan arus bebas (FV) didefenisikan sebagai kecepatan pada tingkat
arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai
kendaraan bermotor tanpa pengaruhi kendaraan lain di jalan. Persamaan untuk
penentuan kecepatan arus bebas digunakan rumus (MKJI, hal. 5-49, 1997)
sebagai berikut :
FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS …………….………(2)
di mana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) (penjumlahan)
FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkalian)
FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian).
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jenis polutan yang dihasilkan dari
tahun 1972 lebih tinggi dibandingkan tahun 1999. Nilai untuk tahun 1990
menunjukan pengharapan untuk terjadinya perbaikan dalam desain sistem
propulsi kendaraan yang akan menghasilkan pengurangan yang berarti dalam
emisi polusi. Dan pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya jenis
polutan yang diemisikan sangat dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan bermotor,
sehingga diperoleh persamaan :
Polutan = ƒ (Kecepatan) …………………………….. (1)
Kecepatan = ƒ (VCR) …………………………….. (2)
Untuk mengetahui hubungan tingkat pelayanan, kecepatan, VCR dan emisi
gas buang kendaraan bermotor, maka dapat diperoleh dengan mensubstitusikan
persamaan (1) ke persamaan (2) yaitu sebagai berikut :
Dimana : X = Kecepatan, dan Y = VCR
Kecepatan = ƒ (V, C) ; Polutan = ƒ (Kecepatan); Y = ƒ (X)
Y = ƒ (CO, HC, NO) …………………………………………. (4)
Sehingga diperoleh data-data pada tabel 3 berikut :
6
Tingkat pelayanan jalan sangat dipengaruhi oleh kecepatan, polutan dan VCR,
dimana untuk tingkat pelayanan A dengan VCR lebih rendah berbanding terbalik
dengan kecepatan, dimana semakin tinggi kecepatan maka polutan yang
dikeluarkan semakin kecil. Begitupun sebaliknya, jika VCR semakin tinggi maka
semakin besar polutan yang dikeluarkan dan kecepatan semakin rendah, dengan
tingkat pelayanan E dan F.
METODOLOGI PENELITIAN
Wua-Wua
jumlah emisi (polutan), maka secara umum metode yang diterapkan untuk analisis
terdiri dari tahapan-tahapan berikut :
a. Langkah pertama
Menjelaskan secara umum gambaran data pada ruas jalan seperti jumlah
penduduk, guna lahan, panjang jalan dan geometrik jalan.
b. Langkah kedua
Menetapkan kondisi lalu lintas berdasarkan hasil survei perhitungan lalu
lintas. Arus lalu lintas (Q) dihitung langsung dengan survei perhitungan
volume lalu lintas (kendaraan per jam) untuk kendaraan ringan, kendaraan
berat dan sepeda motor. Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total)
diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan
ekvalensi mobil penumpang (emp), untuk masing-masing tipe kendaraan
tergantung pada tipe jalan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam
kendaraan/jam.
c. Langkah ketiga
Menetapkan kelas hambatan samping berdasarkan pengamatan tentang
kondisi hambatan yang ada disepanjang ruas jalan.
d. Langkah keempat
Menganalisis kecepatan arus bebas dengan menggunakan rumus
persamaan (7) (MKJI, 1997;5-18) sebagai berikut :
FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS
e. Langkah kelima
Menganalisis kapasitas yang dilakukan dengan menggunakan rumus
persamaan (2) (MKJI, 1997;5-18) sebagai berikut :
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
f. Langkah keenam
Menentukan Volume Capasitas Ratio (VCR) dengan rumus persamaan (8)
(Khisty,C,J, 2002) sebagai berikut :
VCR = Q/C
g. Langkah ketujuh
Menghitung jumlah emisi kendaraan bermotor CO, NO X dan HC dengan
rumus sebagai berikut :
JE = FE x K
Dimana :
JE = Jumlah Emisi (gr)
FE = Faktor Emisi (gr/Liter)
K = Konsumsi Energi Spesifik (Liter/Km)
Dimana :
Tabel 4. Faktor Emisi dari Sejumlah Tipe Bahan Bakar
Jenis Faktor Emis Parameter Kualitas Udara
Satuan
Kegiatan SO2 CO CO2 NOX HC
Mobil - 462,63 2597,86 21,35 54,09 Gram/liter
Bensin bensin
Kendaraan - 35,57 2924,9 39,53 8,15 Gram/liter
Niaga solar
Solar
Sepeda - 427,05 2597,86 7,12 88,97 Gram/liter
Motor bensin
Bensin
Sumber: Deputi Bidang Tata Lingkungan-Kementrian Negara LH, 2007.
Tabel 5. Konsumsi Energi Spesifik Kendaraan Bermotor
8
Konsumsi Konsumsi
No Jenis Kendaraan Energi Spesifik No Jenis Kendaraan Energi Spesifik
(lt/100 km) (lt/100 km)
1 Mobil Penumpang 5 Bemo . Bajaj 10.99
- Bensin 11.79 6 Taksi
- Diesel / Solar 11.36 - Bensin 10.88
2 Bus Besar - Diesel / Solar 6.25
- Bensin 23.15 7 Truck Besar 15.82
- Diesel / Solar 16.89 8 Truck Sedang 15.15
3 Bus Sedang 13.04 9 Truck Kecil
4 Bus Besar - Bensin 8.11
- Bensin 11.35 - Diesel / Solar 10.64
- Diesel / Solar 11.83 10 Sepeda Motor 2.66
Dihitung berdasarkan Data Statistik Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan Agus
Nurrohim, Penelitan Pencemaran Udara Sektor Angkutan Jalan Raya di Jakarta,
BPPT, 1993
h. Langkah kesembilan
Membuat grafik hubungan antara Kecepatan, VCR dan jenis-jenis
Polutan/Emisi (CO, NOx, HC), kemudian menentukan jenis tingkat
pelayanan jalan pada masing-masing kawasan dalam grafik yang telah
dibuat berdasarkan karakteristik tingkat pelayanan jalan.
Jumlah Kendaraan
Sepeda Motor 85,20%
Mobil Bus 7,67%
Mobil Barang 5,13%
Mobil Penunmpang 10,13%
Kondisi geometrik jalan M.T. Haryono pada Kawasan Wua-Wua dan Pasar
Baru adalah :
a. Lebar jalur lalu lintas : 7 m
b. Lebar bahu jalan : 1,5 m
c. Lebar median jalan : 0,7 m
d. Kelandaian : < 6 %
e. Tipe jalan : 4 lajur 2 arah bermedian
f. Kondisi perkerasan : Laston Base Course (AC-BC = 8 cm), , Lapis Pondasi
Atas (LPA= 15cm) dan Lapis Pondasi Bawah (LPB = 20cm)
g. Nilai CBR segmen ruas jalan tersebut berdasarkan data sekunder dari
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara
8,10 % (baik).
HRS ( 3 cm)
Median
ATB (5 cm)
Jalan Shoulder
LPB (20 cm)
LPA (15 cm)
Saluran
Gambar 4. Penampang melintang ruas jalan pada Kawasan Wua-Wua dan Pasar
Baru.
Perbedaan utama dari kawasan Wua-Wua dan Pasar Baru dapat dilihat
pada tabel 6, hal ini menunjukkan bahwa kawasan Pasar Baru merupakan
kawasan yang sangat padat dibandingkan kawasan Wua-Wua,
Tabel 6. Perbedaan Utama dari dua kawasan ruas jalan M.T. Haryono.
Segmen I Segmen II
NO. Spesifikasi Kawasan Wua-Wua Kawasan Pasar Baru
Arah I Arah II Arah I Arah II
1. Guna Lahan Perdagangan Jasa, Jasa, Jasa,
Pendidikan Perbankan Perdagangan perdagangan
2. Hambatan
Samping PKL - Becak dan PKL PKL
3. Berdagang
Karakteristik Sekolah Bekerja Berdagang
Pengguna Jalan
4. Panjang Jalan 1 Km = 1000 m 0,5 Km = 500 m
5. Total Panjang Jl.
1,5 Km
M.T. Haryono
A C
50 m 50 m
Arah I Arah I
Keterangan :
B Pos
Arah II Arah lalu lintas Budaran Psr. Baru Arah II
50 m Pengukur Waktu (Stopwatch) 50 m
B D
Pemberi isyarat (bendera)
Fluktuasi lalu lintas hari Sabtu, Minggu dan Senin yang terjadi pada ruas
jalan lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
a. Segmen I (Kawasan Wua-Wua).
Volume lalu lintas yang terjadi pada Segmen I, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Volume Lalu Lintas Segmen I, Sabtu, 22 Oktober 2022
Jumlah Kendaraan Vol.LL
Waktu Vol. kend.
MC LV HV Smp/jam
06 – 07 869 743 2 1.614 963
07 – 08 903 832 1 1.736 1.059
08 – 09 1.267 907 1 2.175 1.225
11 – 12 1.169 966 2 2.137 1.261
12 – 13 1.230 1.062 2 2.294 1.372
13 – 14 1.014 1.001 2 2.017 1.257
16 – 17 1.483 962 3 2.448 1.336
17 – 18 1.666 894 0 2.560 1.310
18 – 19 1.525 766 1 2.292 1.149
Sumber: Hasil analisis data.
Catatan: Emp Kendaraan MC = 0,25; LV = 1; dan HV = 1,2).
Berdasarkan tabel 7 diatas, maka fluktuasi lalu lintas pada hari Sabtu
tanggal 22 Oktober 2022, dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
Fluktuasi Lalu Lintas Segmen I
Sabtu, 22 Oktober 2022
1500
Volume Lalu Lintas
1000
( smp/jam)
500
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 6. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen I, hari Sabtu.
Gambar 6 terlihat pada Segmen I, hari Sabtu volume lalu lintas tertinggi yaitu
1.372 smp/jam di jam 12.00-13.00. Pada jam tersebut pergerakan pendidikan dan
perkantoran sangat tinggi.
Tabel 8. Volume Lalu Lintas Segmen I, Minggu, 23 Oktober 2022
Jumlah Kendaraan Vol.LL
Waktu Vol. kend.
MC LV HV Smp/jam
06 – 07 355 370 0 725 458
07 – 08 828 605 1 1.434 813
08 – 09 963 754 3 1.720 998
11 – 12 1.522 795 1 2.318 1.177
12 – 13 2.576 684 4 3.264 1.332
13 – 14 1.613 705 2 2.320 1.110
16 – 17 1.288 626 1 1.915 949
17 – 18 1.355 626 2 1.983 967
18 – 19 1.351 693 1 2.045 1.032
Sumber: Hasil analisis data.
Catatan: Emp Kendaraan MC = 0,25; LV = 1; dan HV = 1,2).
Berdasarkan tabel 8 diatas, maka fluktuasi lalu lintas pada hari Minggu
tanggal 23 Oktober 2009, dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
12
1000
( smp/jam)
500
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 7. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen I, hari Minggu.
Gambar 7 terlihat pada Segmen I, hari Minggu volume lalu lintas tertinggi
yaitu 1.332 smp/jam di jam 12.00-13.00. Pada jam tersebut pergerakan
pendidikan dan perkantoran cukup tinggi.
1000
( smp/jam)
500
0
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 8. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen I, hari Senin.
13
Gambar 8 terlihat pada Segmen I, hari Senin volume lalu lintas tertinggi yaitu
1.371 smp/jam di jam 08.00-09.00. Pada jam tersebut pergerakan pendidikan dan
perkantoran cukup tinggi.
Berdasarkan tabel 10 diatas, maka fluktuasi lalu lintas pada hari Sabtu
tanggal 22 Oktober 2022, dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II
Sabtu, 22 Oktober 2022
2500
Volume Lalu Lintas
2000
1500
( smp/jam)
1000
500
0
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 9. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II, hari Sabtu.
Gambar 9 terlihat pada Segmen II, hari Sabtu volume lalu lintas tertinggi yaitu
1.966 smp/jam di jam 17.00-18.00. Pada jam tersebut pergerakan perdagangan
dan jasa cukup tinggi.
Tabel 11. Volume Lalu Lintas Segmen II, Minggu, 23 Oktober 2022
Jumlah Kendaraan Vol. Vol.LL
Waktu
MC LV HV kend. Smp/jam
06 – 07 965 460 1 1.426 703
07 – 08 1.764 731 1 2.496 1.173
08 – 09 2.206 960 4 3.170 1.516
11 – 12 2.408 1.039 8 3.455 1.651
12 – 13 2.059 899 1 2.959 1.415
13 – 14 1.846 907 1 2.754 1.370
16 – 17 3.251 868 246 4.365 1.976
17 – 18 2.852 818 215 3.885 1.789
18 – 19 2.089 686 161 2.936 1.402
Sumber: Hasil analisis data.
Catatan: Emp Kendaraan MC = 0,25; LV = 1; dan HV = 1,2).
14
Berdasarkan tabel 11 diatas, maka fluktuasi lalu lintas pada hari Minggu
tanggal 23 Oktober 2022, dapat dilihat pada gambar grafik berikut
Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II
Minggu, 23 Oktober 2022
3000
Volume Lalu Lintas
2000
( smp/jam)
1000
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 10. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II, hari Minggu.
Gambar 10 terlihat pada Segmen II, hari Minggu volume lalu lintas tertinggi
yaitu 1.976 smp/jam di jam 16.00-17.00. Pada jam tersebut pergerakan
perdagangan dan jasa cukup tinggi.
Tabel 12. Volume Lalu Lintas Segmen II, Senin, 24 Oktober 2022
Jumlah Kendaraan Vol. Vol.LL
Waktu
MC LV HV kend. Smp/jam
06 – 07 2.151 698 1 2.850 1.237
07 – 08 3.155 1.005 5 4.165 1.800
08 – 09 3.269 1.052 9 4.330 1.880
11 – 12 2.822 1.090 2 3.914 1.798
12 – 13 2.856 1.067 10 3.933 1.793
13 – 14 2.898 1.363 1 4.262 2.089
16 – 17 3.287 1.023 4 4.314 1.850
17 – 18 3.674 975 6 4.655 1.901
18 – 19 2.658 787 1 3.446 1.453
Sumber: Hasil analisis data.
Catatan: Emp Kendaraan MC = 0,25; LV = 1; dan HV = 1,2).
Berdasarkan tabel 12 diatas, maka fluktuasi lalu lintas pada hari Senin
tanggal 24 Oktober 2022, dapat dilihat pada gambar grafik berikut
Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II
Senin, 26 Oktober 2009
2500
Volume Lalu Lintas
2000
( smp/jam)
1500
1000
500
0
Waktu
Sumber : Hasil Survei
Gambar 11. Grafik Fluktuasi Lalu Lintas Segmen II, hari Senin.
15
Gambar 11 terlihat pada Segmen II, hari Senin volume lalu lintas tertinggi
yaitu 2.089 smp/jam di jam 13.00-14.00.
Berdasarkan hasil survei dan hasil analisis data yang terlihat pada tabel dan
gambar sebelumya menunjukkan bahwa pada Segmen I, volume lalu lintas
tertinggi (jam puncak) berada pada hari Sabtu pukul 12.00 – 13.00, hal ini karena
mobilisasi pergerakan orang dan barang tinggi untuk pendidikan, dan perkantoran
serta kendaraan angkutan.
Sedangkan pada Segmen II, volume lalu lintas tertinggi (jam puncak) pada
hari Senin pukul 13.00 – 14.00, hal ini karena mobilisasi pergerakan orang dan
barang tinggi untuk perdagangan dan jasa serta kendaraan angkutan orang dan
barang yang berasal dari luar kota/propinsi (AKDP/AKAP) dan kabupaten lain yang
berada di sekitar Kota Kendari tiba pada saat jam tersebut.
Tabel 13. Kapasitas, VCR, dan Kecepatan ruas Jalan Kawasan Wua-Wua.
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)=(3x4x5x6x7) (9) (10) (11)= ((10)/(8)) (12)
06.00 – 07.00 6.600 0,65 1,00 0,97 0,9 3.745 1.614 963 0,257 45,32
07.00 – 08.00 1.736 1.059 0,283 43,5
08.00 – 09.00 2.175 1.225 0,327 37,75
11.00 – 12.00 2.137 1.261 0,337 32,15
12.00 – 13.00 2.294 1.372 0,366 28,55
13.00 – 14.00 2.017 1.257 0,336 33,26
16.00 – 17.00 2.448 1.337 0,357 30,12
17.00 – 18.00 2.560 1.311 0,35 30,8
18.00 – 19.00 2.292 1.149 0,307 40,7
Sumber : Analisis dan evaluasi data
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan kapasitas pada kawasan Wua-Wua 3.745 smp/jam dengan volume kapasitas rasio tertinggi 0,366
pada pukul 12.00-13.00 Wita, dan kecepatan rata-rata ruang dihitung langsung dilapangan berdasarkan hari dan waktu dengan
menggunakan stopwatch, mengambil 30 sampel kendaraan ringan kemudian dirata-ratakan = 28,55 km/jam
17
V/C 0,3
0,2
0,1
Waktu
Sumber: Hasil analisis data
Gambar 12. Grafik VCR vs waktu Segmen I.
30
20
10
0
0,257 0,283 0,307 0,327 0,336 0,337 0,35 0,357 0,366
V/C
Sumber: Hasil analisis data
Gambar 13. Grafik Kecepatan vs VCR Segmen I.
Tabel 14. Kapasitas, VCR, dan Kecepatan ruas Jalan Kawasan Pasar Baru.
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)=(3x4x5x6x7) (9) (10) (11)= ((10)/(8)) (12)
06.00 – 07.00 6.600 0,65 1,00 0,92 0,9 3.552 2.850 1.237 0,348 35,42
07.00 – 08.00 4.165 1.800 0,507 25,2
08.00 – 09.00 4.330 1.880 0,53 22,35
11.00 – 12.00 3.914 1.798 0,506 25,7
12.00 – 13.00 3.933 1.793 0,505 26,18
13.00 – 14.00 4.262 2.089 0,588 17,9
16.00 – 17.00 4.314 1.850 0,521 23,63
17.00 – 18.00 4.655 1.901 0,535 20,54
18.00 – 19.00 3.446 1.453 0,409 30,5
Sumber : Analisis dan evaluasi data
Berdasarkan tabel 14, menunjukkan kapasitas pada kawasan Pasar Baru 3.552 smp/jam dengan volume kapasitas rasio tertinggi
0,588 pada jam 13.00-14.00 Wita, dan kecepatan rata-rata ruang dihitung langsung dilapangan berdasarkan hari dan waktu dengan
menggunakan stopwatch, mengambil 30 sampel kendaraan ringan kemudian dirata-ratakan = 17,9 km/jam.
19
Untuk mengetahui hubungan VCR dengan waktu pada Segmen II, dapat
dilihat pada gambar berikut:
0,7
0,6
0,5
0,4
V/C
0,3
0,2
0,1
0
Waktu
Sumber: Hasil analisis data
Gambar 14. Grafik VCR vs waktu Segmen II.
Dari gambar 14 menunjukan pada kawasan Pasar Baru, hari Senin volume
kapasitas rasio (V/C) tertinggi yaitu 0,588 terjadi pada jam 13.00-14.00, dan
volume lalu lintas pada jam tersebut terdapat 4.262 kendaraan.
Hubungan kecepatan dan VCR pada segmen II menunjukan semakin tinggi
VCR maka semakin rendah kecepatan, dan sudah mulai terjadi kemacetan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
40
Kecepatan, Km/Jam
30
20
10
0
0,348 0,409 0,505 0,506 0,507 0,521 0,53 0,535 0,588
V/C
Sumber: Hasil analisis data
Gambar 15. Grafik VCR vs waktu Segmen II.
Tabel 13 menunjukkan kapasitas segmen I belum terjadi kemacetan lalu
lintas ini dinilai dari perbandingan antara kapasitas (C) dan volume lalu lintas atau
V/C dimana nilai V/C < 1, yaitu 0,366 pada jam puncak, sehingga kapasitas jalan
masih memenuhi standar. Sedangkan tabel 14 menunjukkan kapasitas segmen II
mulai terjadi kemacetan lalu lintas ini dinilai dari perbandingan antara kapasitas
(C) dan volume lalu lintas atau V/C dimana nilai V/C < 1, yaitu 0,588 pada jam
puncak, sehingga kapasitas jalan sudah tidak memenuhi standar, hal ini dapat
diketahui VCR yang semakin tinggi maka semakin rendah kecepatan.
dan HC belum tersedia, yang tersedia hanya alat untuk mengukur Nitrogen Oksida
(NOx).
Nama Alat untuk mengukur polusi udara NOx yaitu Air Sampler - Impinger.
Metoda ini paling sensitif berdasarkan reaksi Griess – Ilosvay yaitu terbentuknya
ion nitrit dan naphthyl lamine dalam media asam, membentuk garam komplek
dengan warna pink, dan metoda ini dikembangkan oleh SALTZMAN. Metoda ini
mempunyai sensitifitas tinggi (ppb) sampai 5 ppm (ekivalensi dengan 9400
mg/m3). Jika udara yang mengandung NO2 dan diserab zat absorbsi, maka
terbentuk warna pink, dan dapat diketahui dengan spektrofotometer diukur di
Laboratorium.
Pengukuran dilakukan selama 2 hari yaitu Sabtu tanggal 22 Oktober 2022
dan Senin tanggal 24 Oktober 2022, karena sudah mewakili hari-hari lainnya,
antara jam 13.00 – 16.00. Dalam pengukuran di lapangan, dipersiapkan alat- alat
antara lain: Air Sampelar Impinger, Gengset untuk mesin pembangkit tenaga listrik
dan wadah tempat larutan. Dan langkah-langkah pengukuran dengan
menggunakan alat untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
Air Sampelar
Impinger
Gengset
Wadah
Gambar 16. Alat-alat yang diperlukan untuk mengukur polusi udara zat NOx
Berdasarkan hasil laboratorium, jumlah polutan NOx pada segmen I 2,023 µg/nm3
dan pada segmen II 2,025 µg/nm3, dimana diukur pada suhu (n) 30oC. Dan pada
segmen I lebih tinggi kadar NOx hari sabtu dibandingkan hari senin, sedangkan
pada segmen II lebih tinggi kadar NOx hari senin dibandingkan hari sabtu. Hal ini
sesuai dengan perhitungan volume lalu lintas, dimana jam puncak terjadi pada hari
sabtu jam 12.00 – 13.00 pada segmen I, dan pada segmen II jam puncak terjadi
hari senin jam 13.00 – 14.00.
Dimana Faktor Emisi (FE, gr/liter) ada dalam tabel 20 (hal. 50) dan
Konsumsi energi spesifik atau jumlah pemakaian bahan bakar (K, liter/km) ada
pada table 4 (hal. 7).
Untuk perhitungan Faktor Emisi (FE) CO, HC dan NOx dibagi 3 jenis kegiatan
kendaraan yaitu mobil bensin, kendaraan niaga solar, dan sepeda motor.
Berdasarkan tabel jumlah emisi, maka jumlah emisi terhadap waktu pada Segmen
I dan Segmen II dapat dilihat pada tabel 15 dan 16 berikut:
Tabel 15. Jumlah Emisi pada Segmen I.
Total Vol. Jumlah emisi (gram.kend) Jumlah Emisi (gr)
Waktu
LL (Kend) CO HC NOx CO HC NOx
06-07 1.614 49.670,643 6.732,41 2.082 30,77 4,17 1,29
07-08 1.736 53.979,3 7.278,96 2.335,59 31,09 4,19 1,35
08-09 2.174 62.200 8.623,19 2.585,5 28,61 3,97 1,19
11-12 2.137 61.014,6 8.406,39 2.802,27 28,55 3,93 1,31
12-13 2.294 66.496,5 9.119,37 3.108,03 28,99 3,98 1,35
13-14 2.017 61.251,7 8.271,11 2.869,6 30,36 4,10 1,42
16-17 2.448 65.923,75 9.300,77 2.821,77 26,93 3,80 1,15
17-18 2.560 65.348,2 9.412,19 2.598,43 25,53 3,68 1,01
18-19 2.292 57.263,7 8.316,32 2.254,09 24,98 3,63 0,98
Dari tabel 15 menunjukan pada Segmen I, jumlah emisi rata-rata tertinggi yaitu
pada jam 07.00 – 08.00 dengan CO 31,09 gr; HC 4,19 gr; dan NOx 1,35 gr. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
CO HC Nox
35
30
Jumlah Emisi , gr
25
20
15
10
5
0
Waktu
Sumber: Hasil analisis data.
Gambar 17. Grafik Jumlah emisi vs Waktu pada Segmen I
Berdasarkan gambar 17 pada Segmen I jumlah HC tertinggi pada jam 07.00-
08.00, hal ini disebabkan pada jam tersebut pergerakan untuk mobil yang
berbahan bakar solar tinggi.
Tabel 16. Jumlah Emisi pada Segmen II.
Total Vol. Jumlah emisi (gram.kend) Jumlah Emisi (gr)
Waktu
LL (Kend) CO HC NOx CO HC NOx
06-07 2.853 61.362,98 9.455,29 2.229 21,51 3,31 0,78
07-08 4.155 88.303,2 13.667,8 3.173,08 21,25 3,29 0,76
08-09 4.320 91.103,7 14.123,5 3.340,11 21,09 3,27 0,77
11-12 3.915 86.253,5 13.105,1 3.457,27 22,03 3,35 0,88
12-13 3.940 86.313,1 13.151,6 3.483,25 21,91 3,34 0,88
13-14 4.262 103.528 15.191,52 4.101,39 24,29 3,56 0,96
16-17 4.314 88.385,414 13.845,8 3.408,9 20,49 3,21 0,79
17-18 4.660 91.291,1 14.585,7 3.338,26 19,59 3,13 0,71
18-19 3.446 70.541,7 11.072,2 2.568,47 20,47 3,21 0,74
22
Dari tabel 16. menunjukan pada Segmen II, jumlah emisi rata-rata tertinggi yaitu
pada hari Senin jam 13.00 – 14.00 dengan CO 24,29 gr; HC 3,56 gr; dan NOx 0,96
gr. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik berikut:
CO HC Nox
30
Jumlah Emisi, gr
20
10
Waktu
Sumber: Hasil analisis data.
Dimana:
C = Konsentrasi pencemar (µg/nm3, n = suhu normal, 25oC,
untuk suhu 30oC = 25 + 273 oK/ 30 + 273 oK = 298/303= 0,983 di
kalikan dengan hasil Konsentrasi pencemar)
B = Jumlah emisi rata-rata (gr/kend)
P = panjang segmen jalan per 1 Km = 1000 m
L = Lebar segmen jalan (m) (total semua arah + median + Bahu)
T = Tinggi emisi, dianggap 10 m
Contoh perhitungan pada kondisi di lingkungan ruas jalan untuk Emisi CO pada
segmen I.
diketahui L = 1,5 + 7 + 0,7 + 7 + 1,5 = 17,7 m.
28,55 gr x 10.6 µg/gr
C RJ(CO) = ---------------------------------------- = 161,30 µg/nm3
1000 m x 17,7 m x 10 m
Untuk Suhu 30oC yaitu 161,30 µg/nm3 x 0,98 = 158,08 µg/nm3
Contoh perhitungan jumlah emisi pada kondisi yang sampai pada permukiman
untuk Emisi CO pada segmen I, diketahui L = 17,7 m ditambah dengan jarak jalan
ke bangunan/permukiman, dianggap 10 m jadi L = 27,7 m.
28,55 gr x 10.6 µg/gr
CPerm. (CO) = ---------------------------------------- = 103,07 µg/nm3
1000 m x 27,7 m x 10 m
23
C Ruas Jalan
C Permukiman
B emisi (gr) Suhu 30oC = 0,98
Waktu Suhu 30oC
= 0,98 Ket.
( µg/nm3)
(µg/nm3)
CO HC NOx CO HC NOx CO HC NOx
06.00-07.00 30,77 4,17 1,29 170,39 23,10 7,14 108,88 14,76 4,56
07.00-08.00 31,09 4,19 1,35 172,16 23,22 7,45 110,01 14,83 4,76
08.00-09.00 28,61 3,97 1,19 158,41 21,96 6,58 101,22 14,03 4,21
11.00-12.00 28,55 3,93 1,31 158,08 21,78 7,26 101,01 13,92 4,64
12.00-13.00 28,99 3,98 1,35 160,49 22,01 7,50 102,55 14,06 4,79
13.00-14.00 30,36 4,10 1,42 168,13 22,70 7,88 107,44 14,51 5,03
16.00-17.00 26,93 3,80 1,15 149,10 21,04 6,38 95,28 13,44 4,08
17.00-18.00 25,53 3,68 1,01 141,33 20,36 5,62 90,31 13,01 3,59
18.00-19.00 24,98 3,63 0,98 138,33 20,09 5,45 88,39 12,84 3,48
Sumber : Hasil Analisisi data
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui jumlah emisi yang dijadikan ke satuan volume yaitu konsentrasi pencemar baik di ruas jalan
maupun yang sampai ke permukiman pada jam 07.00 – 08.00 adalah jumlah konsentrasi pencemar yang tertinggi, karena pada jam
tersebut terjadi aktifitas pendidikan dan perkantoran.
25
Berdasarkan tabel 17 dan 18, diketahui konsentrasi pencemar per satuan volume lebih tinggi terjadi pada segmen II di bandingkan
dengan segmen I, hal ini dikarenakan kawasan Pasar Baru merupakan kawasan yang sangat padat dengan berbagai aktifitas
perdagangan, pendidikan, perkantoran dan jasa. Dan konsentrasi dengan kondisi yang terjadi di ruas jalan dan yang sampai ke
permukiman adalah masih dibawah baku mutu udara ambien. Tetapi perlu penanganan lebih lanjut karena dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk setiap tahunnya akan berdampak pada pertumbuhan kendaraan dan jika dibiarkan akan membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.
Untuk hasil rekapitulasi perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik tingkat pelayanan jalan vs polutan.
26
Tabel 19. Rekapitulasi hasil perhitungan VCR, Jumlah emisi dan TPJ pada Segmen I.
Dibawah Standar
Baku Mutu Udara
0,283
Ambien Nasional
07.00-08.00 1.059 172,16 23,22 7,45
08.00-09.00 1.225 0,327 158,41 21,96 6,58
11.00-12.00 1.261 0,337 158,08 21,78 7,26
30.000 160 400
12.00-13.00 1.372 0,366 160,49 22,01 7,50 2,02 A
(1 jam) (3 jam) (1 jam)
13.00-14.00 1.257 0,336 168,13 22,70 7,88
16.00-17.00 1.336 0,357 149,10 21,04 6,38
17.00-18.00 1.311 0,35 141,33 20,36 5,62
18.00-19.00 1.149 0,307 138,33 20,09 5,45
Sumber: Hasil Analisis, 2009
* Diukur langsung di Lapangan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Kendari pada tanggal 22 dan 24 Oktober 2022.
jam 13.00-16.00 Wita.
27
Tabel 20. Rekapitulasi hasil perhitungan VCR, Jumlah emisi dan TPJ pada Segmen II.
Ambien Nasional
Dibawah Standar
07.00-08.00 1.800 117,67 18,21 4,22
08.00-09.00 1.880 0,53 116,76 18,10 4,28
11.00-12.00 1.798 0,506 121,98 18,53 4,89
30.000 160 400
12.00-13.00 1.793 0,505 121,29 18,48 4,90 2,03 B
(1 jam) (3 jam) (1 jam)
13.00-14.00 2.089 0,588 134,49 19,74 5,32
16.00-17.00 1.850 0,521 113,44 17,77 4,37
17.00-18.00 1.901 0,535 108,47 17,33 3,97
18.00-19.00 1.453 0,409 113,34 17,79 4,13
Sumber: Hasil Analisis, 2009
* Diukur langsung di Lapangan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Kendari pada tanggal 22 dan 24 Oktober 2009,
jam 13.00-16.00 Wita.
28
200,00
CO y = -1,7185x + 165,97
Konsentrasi Pencemar,
R² = 0,1472
150,00
µg/nm3
100,00
50,00
0,00
0,257 0,283 0,307 0,327 0,336 0,337 0,35 0,357 0,366
V/C
Sumber : Hasil analisis data.
Gambar 19. Grafik V/C vs CO pada Segmen I
Berdasarkan gambar 19 semakin tinggi nilai V/C maka semakin rendah
konsentrasi pencemar CO, begitupula dengan gambar 20 berikut. Hal ini
disebabkan karena perilaku sopir yang parkir sembarang tempat sehingga terjadi
kemacetan yang menyebabkan VCR tinggi, tetapi tidak terlalu berdampak pada
polusi udara.
29
21,00
20,00
19,00
18,00
0,257 0,283 0,307 0,327 0,336 0,337 0,35 0,357 0,366
V/C
Sumber : Hasil analisis data.
Gambar 20. Grafik V/C vs HC pada Segmen I
10,00
Nox
Konsentrasi Pencemar, µg/nm3
y = -0,0125x + 6,8669
8,00 R² = 0,0016
6,00
4,00
2,00
0,00
0,257 0,283 0,307 0,327 0,336 0,337 0,35 0,357 0,366
V/C
Sumber : Hasil analisis data.
Gambar 21. Grafik V/C vs NOx pada Segmen I
150,00
CO y = 0,4898x + 116,05
Konsentrasi Pencemar, µg/nm3
R² = 0,0333
100,00
50,00
0,00
0,348 0,409 0,505 0,506 0,507 0,521 0,53 0,535 0,588
V/C
Sumber : Hasil analisis data.
Gambar 22. Grafik V/C vs CO pada Segmen II
20,00
HC
Konsentrasi Pencemar, µg/nm3
19,50
y = 0,0443x + 18,034
19,00
R² = 0,0321
18,50
18,00
17,50
17,00
16,50
16,00
0,348 0,409 0,505 0,506 0,507 0,521 0,53 0,535 0,588
V/C
Untuk polutan CO dan HC sudah mulai berbahaya karena semakin tinggi V/C
maka semakin tinggi konsentrasi pencemar, oleh karena itu perlu segera dilakukan
usaha-usaha pengendalian pencemaran udara.
31
6,00
Nox y = 0,0293x + 4,3422
Konsentrasi Pencemar, µg/nm3
5,00 R² = 0,0327
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
0,348 0,409 0,505 0,506 0,507 0,521 0,53 0,535 0,588
V/C
Sumber : Hasil analisis data.
Gambar 24. Grafik V/C vs NOx pada Segmen II.
PENUTUP
A. Kesimpulan
kurang optimal, tetapi jumlah emisi CO, HC dan NOx masih dibawah standar
baku mutu udara ambien nasional.
2. Pada segmen II Tingkat Pelayanan Jalannya perlu perhatian khusus karena
jika tidak segera ditangani akan beralih dari B ke C. Dengan kata lain Tingkat
Pelayanan Jalan (TPJ) sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan VCR,
sedangkan polusi udara sangat dipengaruhi kecepatan kendaraan bermotor,
jika tingkat pelayanan jalan baik maka polusi udara yang dihasilkan rendah,
tetapi jika tingkat pelayanan kurang baik maka polusi udara yang dihasilkan
tinggi dan ini sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, disarankan kepada pengambil
kebijakan yang terkait dengan penyelenggaraan transportasi jalan dalam rangka
tercapainya sistem pembangunan transportasi yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan konsep strategi pengendalian pencemaran udara akibat
kendaraan bermotor dengan mendukung para peneliti baik bersifat materi dan
spirit. Karena kita harus mengetahui faktor-faktor penentu ke dua faktor
penghasil emisi tersebut. Untuk jumlah kendaraan misalnya, terlihat pada
gambar 15 s/d 20 banyak sekali faktor yang berpengaruh, seperti kualitas dan
kuantitas kendaraan umum, pendapatan, jumlah dan kepadatan penduduk,
tata guna lahan dan harga kendaraan. Seluruh faktor tersebut harus diteliti
terlebih dahulu, mana yang paling menentukan dalam menaikkan jumlah
kendaraan tiap tahunnya. Hasil penelitian tersebut akan lebih mengarahkan
kita pada strategi yang paling tepat. Demikian halnya dengan tingkat efisiensi
pemakaian bahan bakar yang dipengaruhi faktor-faktor : Kecepatan rata-rata,
jenis dan umur kendaraan, cara mengemudi dan jarak tempuh. Penelitian
yang lebih mendalam tentang penyebab in-efisiensi pemakaian bahan bakar
harus dilakukan demi mendapatkan strategi yang paling tepat guna dan tepat
hasil.
2. Penerapan stragegi untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang
dalam meningkatkan tingkat pelayanan jalan terhadap polusi udara sehingga
tercipta kota yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
3. Harus selalu diadakan uji emisi kendaraan dan membandingkannya dengan
baku mutu emisi, sehingga dapat diketahui gas buang melebihi atau kurang
dari batas normal dan bisa mengetahui bagian mesin mana yang bermasalah.
Emisi yang berlebihan jelas mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan,
kalau dibiarkan terus bukan hal yang tidak mungkin bahwa generasi penerus
kita menjadi generasi penerus yang bodoh akibat udara yang dihirup sejak
kecil tercemar polusi.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, BW, 1996, Tata guna lahan dan transportasi dalam pembangunan
berkelanjutan di jakarta, Tugas II Mata Kuliah Manusia dan Lingkungan,
Program Pasca Saraja Magister Teknik Arsitektur, Undip, Semarang.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Dikun S. (Editor), 2003,
Infrastruktur Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2021, Kendari Dalam Angka 2020, Kendari
Banister, D., Button K., 1993, Transport, the Environment and Sustainable
Development, The British Library, London
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Jalan Kota (Binkot). 1997, Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Sweroad dan PT. Bina Karya, Jakarta
Houghton, S.J., 1994, Transport and the environment, The Royal Commission’s
report, Oxford University Press, New York.
Hartati, SS, 1999, Kontribusi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Terhadap
Kualitas Udara di Perkotaan, ITB, Bandung.
Jinca, M.Y., dkk, 2007, Dasar-Dasar Transportasi, Bahan ajar Diklat Teknis
Perhubungan Tingkat Staf, Departemen Perhubungan, Makassar.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang Indeks
Standar Pencemar Udara, Jakarta
Mu’min B, dkk, 2003, Analisis Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor pada
Simpang Empat Pasar Lama Banjarmasin, Simposium VI FSTPT,
Unhas, Makassar
Naibaho, Mangasa, dkk, 2004, Analisa Kemantapan Udara Untuk Dispersi Polutan
di Provinsi Banten, Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 5 No. 4,
Penerbit Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta
Tamin, OZ, dkk, 2001, Analisis Potensi dan Penanganan Masalah Kemacetan Lalu
Lintas pada Simpang Grogol (Arah Grogol-Slipi), Simposium IV FSTPT,
Udayana, Bali.
Tamin, O.Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, ITB,
Bandung
35
Dunn, Wiliam N., 2001, Analisis Kebijakan Publik, Hanindita Graha Widia,
Yogyakarta.