Anda di halaman 1dari 189

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/363473542

Psikologi Umum

Book · September 2022

CITATIONS READS

0 11,897

1 author:

Seta Wicaksana
Pancasila University
44 PUBLICATIONS 31 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Big 5 Personality View project

All content following this page was uploaded by Seta Wicaksana on 11 September 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya,
dalam bentuk dan dengan cara apa pun juga, baik secara
mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi,
rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit

ii
PSIKOLOGI UMUM

TIM DOSEN:
Dr. Anizar Rahayu, M.Si., Psikolog
Dra. Tjitjik Hamidah, M, Si., Psikolog
Dr. Frida Medina Hayuputri, M.Psi., Psikolog
Dr. Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi., Psikolog
Agung Rido Harmoko, S.Psi., MM, MH
Sri Cahya Kencana, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Seta Ariawuri Wicaksana, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Yulisza Syahtiani, S.Psi., M.Si.

iii
PSIKOLOGI UMUM

Penulis: Tjitjik Hamidah, dkk


Copyright © Tjitjik Hamidah, 2021
Editor: Lia Susanto
Tata Letak: Lia Susanto
Desain Sampul: Renitasari Oktaviastuti

ISBN

978-623-5550-62-6
Cetakan Pertama: Desember, 2021
17 x 25 cm, vi+ 181 halaman

Diterbitkan Oleh:

Dd Publishing
Siak Sri Indrapura, Riau
ini.kpk@gmail.com

iv
Prakata

Dengan memanjat syukur ke hadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa
atas terselesainya Modul Psikologi Umum yang dapat bermanfaat bagi
pengajaran mata kuliah Psikologi Umum di lingkungan Fakultas Psikologi
anggota KPIN khususnya dan Fakultas Psikologi Universitas di luar
anggota KPIN pada umumnya.
Modul Psikologi Umum ini adalah salah satu bentuk nyata hasil
Kolaborasi Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Umum yang
tergabung dalam Konsursium Psikologi Ilmiah Nusantara. Adapun Modul
ini berisi rangcangan pengajaran semester mata kuliah Psikologi Umum
yang terdiri nama-nama dosen pengampu (para penulis modul), deskripsi
mata kuliah, keterangan akademik modul yang berisi Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) di mana mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi umum, aspek-aspek
dan dinamika psikologinya, serta Sub CPMK sesuai dengan RPS terakhir.
Modul ini juga berisi bahan kajian sesuai dengan topik yang dibahas terkait
dengan ilmu psikologi dan diakhiri dengan daftar pustaka.
Dengan adanya Modul Psikologi Umum ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mengikuti kuliah Psikologi Umum. Modul
ini sebagai modul kerja yang sifatnya tidak semata memberi penjelasan
(yang telah dilaksanakan dalam sesi kuliah), tetapi juga melatih
pembaca/mahasiswa membangun pengetahuannya baik secara teoretis
maupun praktek melalui studi kasus.
Terima kasih KPIN yang telah memfasilitasi para dosen pengampu
mata kuliah Psikologi Umum di kampus yang tergabung dalam KPIN,
semoga ke depannya KPIN makin maju dan makin terasa manfaatnya bagi
anggota.

Tim Penulis

v
Daftar Isi

Prakata ......................................................................................... v
BAB 1: Psikologi Sebagai Ilmu yang Ilmiah ............................... 1
BAB 2: Sejarah Perkembangan Psikologi
Sebagai Sains Modern ................................................... 16
BAB 3: Sensasi dan Persepsi ....................................................... 31
BAB 4: Berpikir, Teori Berpikir, Implementasi Berpikir,
dan Contoh Kasus .......................................................... 41
BAB 5: Konsep Tentang Memori, Jenis-Jenis,
dan Tahapan Memori ..................................................... 84
BAB 6: Belajar, Teori Belajar, Implementasi Pembelajaran,
dan Contoh Kasus .......................................................... 94
BAB 7: Emosi, Komponen Emosi, Sifat-Sifat Emosi,
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Emosi, Ragam Emosi,
Perasaan, Tiga Dimensi Perasaan, dan Ragam Perasaan 132
BAB 8: Motivasi, Faktor-Faktor Motivasional dalam Agresi,
Motivasi dan Konflik, Motivasi dan Frustasi ................ 147
BAB 9: Pandangan Teori, Faktor yang Memengaruhi,
Kepribadian, dan Perulaku Abnormal ........................... 159
Profil Penulis ................................................................................ 177

vi
Psikologi Sebagai Ilmu yang ilmiah

Dra. Tjitjik Hamidah, M. Si., Psikolog


2021

1
Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan psikologi sebagai ilmu


yang ilmiah.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu memahami perspektif utama dalam psikologi


2. Mahasiswa mampu menjelaskan bidang-bidang spesialisasi
psikologi
3. Mahasiswa mampu memahami pendekatan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan
4. Mahasiswa mampu memahami hubungan psikologi dengan Ilmu-
ilmu lain
5. Mahasiswa mampu memahami metode-metode dalam psikologi.

Keterangan:
Untuk CPMK dan Sub-CPMK mengikuti RPS terakhir

2 Psikologi Umum
Pengantar

Di Indonesia, keberadaan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku, relatif


tergolong baru dibanding dengan ilmu sosial lainnya seperti ekonomi dan
hukum. Pada awalnya, hampir semua konsep teori yang mendasari ilmu
psikologi berasal dari barat, di mana dalam penerapannya tentu saja tidak
selalu cocok dengan kondisi di Indonesia dengan berbagai ragam etnik dan
budaya. Hal ini membuka kesempatan sebagai ladang penelitian empiris
tentang ilmu perilaku yang disesuaikan dengan basic nature di Indonesia.
Umumnya, seorang mahasiswa masuk Fakultas Psikologi lebih
banyak memahami psikologi popular secara umum daripada psikologi
yang sebenarnya dipelajari secara akademis. Mereka menganggap
psikologi adalah pelajaran berbagai gangguan mental dan emosional,
berbagai persoalan pribadi, dan psikoterapi. Bahkan beberapa tidak
mengetahui apa bedanya psikolog dan psikiater sehingga tujuan masuk
Fakultas Psikologi karena ingin menjadi psikiater.
Psikologi secara umum didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang
berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental, serta bagaimana
kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal yang memenga-
ruhinya. Berbagai metode psikologi dan fakta-fakta empiris diperoleh
melalui metode observasi, interview, eksperimen, dan pengukuran yang
dilakukan secara cermat. Hal ini membedakannya dari pseudosains dan
psychobabble yang banyak beredar dan dipercaya oleh masyarakat.
Beberapa pendekatan psikologi dapat digolongkan ke dalam 5
perspektif utama, yaitu perspektif biologis, perspektif belajar, perspektif
kognitif, perspektif sosiokultural dan perspektif psikodinamika (Wade,
Carole & Tavris, Carol: 2007). Kemudian ditambahkan dua gerakan yang
berpengaruh dalam psikologi yaitu pendekatan humanis dan pendekatan
feminis. Kemudian Laura. A. King (2013) menambahkan dua pendekatan
kontemporer yaitu pendekatan humanistic dan pendekatan evolusi.

Tim Dosen 3
Psikologi juga memiliki bidang-bidang spesiali-sasi yang terdiri dari
56 divisi menurut APA di mana setiap divisinya fokus pada sub-bidang
khusus dari psikologi. Divisi 1 bidang/area psikologi umum yang berusaha
memberikan ilmu psikologi secara luas yang terintegrasi. Divisi 2 adalah
bidang pengajaran psikologi yang didedikasikan untuk merancang metode
terbaik untuk membantu siswa belajar ilmu pengetahuan yang menarik.
Sedangkan bidang spesialisasi psikologi lain adalah yang tersebut di
pembahasan ini sekitar 17 bidang spesialis psikologi.
Salah satu keuntungan mempelajari psikologi bagi mahasiswa
adalah mengembangkan ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Berpikir
kritis membantu seseorang ketika mengevaluasi berbagai temuan yang ada
mengenai masalah psikologi yang memiliki arti penting secara pribadi
maupun sosial.

Perspektif Utama dalam Psikologi


Psikologi, dewasa ini fokus pada 5 cara pandang yang menonjol yaitu:
1. Perspektif biologis, yaitu sebuah pendekatan psikologi yang
menekankan peristiwa-peristiwa badani/fisik dan perubahan-
perubahan yang terkait dengan berbagai tindakan, perasaan, dan
pikiran. Dalam perspektif ini muncullah psikologi evolusi, yaitu
bidang psikologi yang menekankan mekanisme evolusi dalam
membantu menjelaskan kesamaan di antara manusia dalam kognisi,
perkembangan, emosi, praktek-praktek sosial dan area-area lain dari
perilaku.
2. Perspektif belajar, yaitu pendekatan psikologi yang menekankan
bagaimana lingkungan dan pengalaman memengaruhi berbagai
perilaku manusia dan hewan, mencakup teori behaviorismen dan teori-
teori belajar social-kognitif.
3. Perspektif kognitif, yaitu pendekatan psikologi yang menekankan
proses mental dalam pesepsi, ingatan, bahasa, pemecahan masalah,
dan berbagai area perilaku yang lain.
4. Perspektif sosiokultural, yaitu pendekatan psikologi yang menekankan
pengaruh sosial dan budaya terhadap perilaku.

4 Psikologi Umum
5. Perspektif psikodinamika, yaitu pendekatan psiko-logi yang
menekankan dinamika ketidaksadaran dalam diri individu, seperti
dorongan dalam diri, konflik, ataupun energy insting.

Ada dua gerakan atau trend intelektual yang berpengaruh dalam


psikologi yang tidak dapat digolongkan secara tepat ke dalam salah satu
dari ke 5 perspektif utama yang ada, yaitu psikologi humanis dan psikologi
feminis.
1. Psikologi humanis, yaitu pendekatan psikologi yang menekankan
kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, optimis, dan
resiliensi serta keberha-silan dalam merealisasikan potensi manusia.
Psikologi humanis ini dikenal sebagai “psikologi positif” dengan
memfokuskan pada kualitas yang memungkinkan seseorang untuk
berbahagia, optimis dan mampu pulih dari kondisi stres.
2. Psikologi feminis, yaitu pendekatan psikologi yang menganalisa
pengaruh ketidaksetaraan dalam relasi gender dan perilaku antara dua
jenis kelamin yang berbeda.

Laura, A. King (2013) menambahkan dua pendekatan kontemporer


yaitu pendekatan humanistik dan pendekatan evolusi.
1. Pendekatan humanistik adalah pendekatan psikologi yang
menekankan kualitas positif individu, kapasitas untuk berkembang,
dan kebebasan untuk memilih setiap tujuan.
2. Pendekatan evolusi adalah pendekatan psikologi yang terpusat pada
ide-ide yang evolusinari seperti adaptasi, reproduksi, dan seleksi alami
sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku spesifik manusia.

Bidang-Bidang Spesialisasi Psikologi


Psikologi memiki banyak bidang spesialisasi. Sekarang terdapat 56 divisi
di APA di mana setiap divisi fokus pada sub bidang spesialis psikologi.
1. Divisi 1 bidang/area psikologi umum yang berusaha memberikan ilmu
psikologi secara luas yang terintegrasi.

Tim Dosen 5
2. Divisi 2 adalah bidang pengajaran psikologi yang didedikasikan untuk
merancang metode terbaik untuk membantu siswa belajar ilmu
pengetahuan yang menarik.

3. Bidang spesialisasi psikologi lain terdiri dari 17 bidang spesialis yaitu:


a. Physiological psychology and Behaviour neuro-science:
1. Physiological psychology tertarik pada proses-proses fisik
yang memengaruhi aktivitas mental seperti vision/penglihatan
dan memori dan perkembangan sistem syaraf yang mendasari
perilaku.
2. Behaviour neuroscience fokus pada proses-proses biologis
khususnya peran otak terhadap perilaku.

b. sensasi dan persepsi,


c. belajar,
d. psikologi kognitif,
e. psikologi perkembangan,
f. motivasi dan emosi,
g. psikologi wanita dan gender,
h. psikologi kepribadian,
i. psikologi sosial,
j. psikologi industri dan organisasi,
k. psikologi klinis dan konseling,
l. psikologi kesehatan,
m. psikologi komunitas,
n. psikologi sekolah dan psikologi pendidikan,
o. psikologi lingkungan,
p. psikologi forensik,
q. psikologi olah raga, dan
r. psikologi lintas budaya.

6 Psikologi Umum
Pendekatan Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Syarat-syarat psikologi sebagai ilmu yang ilmiah adalah:
1. Bersifat empiris, artinya tidak boleh berdasarkan semata-mata pada
intuisi, pendapat/keyakinan saja, tetapi harus melalui eksperimen dan
observasi yang dapat diulang oleh ahli-ahli yang lain. Dengan
demikian objek psikologi dapat diamati, dicatat, dan diukur.
2. Sistematis, artinya data yang diperoleh dari hasil pengukuran harus
diringkas menjadi prinsip-prinsip secara tertib, ekonomis agar dapat
dimengerti oleh orang lain. Misalnya melalui observasi dan
eksperimen sebagai salah satu alat untuk memperoleh data. Namun
yang penting, hal tersebut harus dapat dimengerti artinya oleh orang
lain.
3. Objektif artinya pengukuran dilakukan untuk memperoleh data yang
sebenarnya. Psikologi harus mampu melakukan pengukuran. Psikologi
memiliki ukuran tersendiri. Sebelum dilakukan pengukuran, psikologi
memiliki definisi atau batasan. Misalnya kecerdasan memiliki ukuran
tinggi, seperti, di atas rata-rata, rata-rata, di bawah rata-rata, rendah,
dan lain sebagainya.

Beberapa pendekatan psikologi sebagai ilmu pengetahuan:


1. Pendekatan Neurobiologi
Otak manusia terdiri dari kurang lebih 12 milyar sel saraf dengan struktur
yang paling rumit. Kejadian psikologi tergambar dalam kebiasaan yang
digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Pendekatan neurobiologi berusaha
menghubungkan perilaku dengan kegiatan mental. Contohnya, ahli
psikologi meneliti perubahan yang terjadi pada sistem saraf karena adanya
proses belajar. Persepsi dapat dipelajari dengan merekam kegiatan sel-sel
saraf dalam otak.
2. Pendekatan Perilaku (John Watson)
Ahli psikologi mempelajari individu dengan mengamati perilakunya.
Perilaku merupakan unsur subyek dalam psikologi. Semua kegiatan seperti
tertawa, menangis dan berjalan merupakan bentuk perilaku, yaitu kegiatan
organisme yang dapat diamati. Contoh, B.F.Skinner mempelajari stimulus

Tim Dosen 7
yang menimbulkan respon dalam bentuk perilaku (stimulus–respon), yaitu
pengaruh reward dan punishment dalam pembentukan perilaku.
3. Pendekatan Kognitif (Kohler)
Pendekatan kognitif mengacu pada proses mental dari persepsi, ingatan
dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Di sini otak
menerima dan mengolah informasi secara aktif. Pendekatan kognitif ini
merupakan reaksi (jawaban) terhadap sempitnya pandangan S – R
(stimulus-respon).
4. Pendekatan Psikoanalitik (Sigmund Freud)
Perilaku manusia berasal dari proses tidak disadari (Unconscious
processes), yaitu pemikiran rasa takut yang tidak disadari, tetapi membawa
pengaruh terhadap perilakunya. Menurut Freud ada tiga unsur kejiwaan
atau kepribadian:
a. Id/das es: alam tidak sadar, tugasnya mengejar kenikmatan.
b. Ego/das es: alam ambang sadar, tugasnya Penghubung id dan super
ego.
c. Super ego/das uberich: alam sadar, tugasnya mengendalikan ego
sesuai dengan norma yang dianutnya.
5. Pendekatan ini menekankan pada pengalaman subyektif yang
berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunia dan
penafsiran, dan mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya.
Fenomenologis individu, berusaha untuk memahami kejadian
(fenomena) yang dialami individu dengan cara mempelajari
bagaimana manusia memandang dirinya dan dunia, atau
menitikberatkan pada pengertian tentang kehidupan dan pengalaman
individu dalam mengembangkan diri.

Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lain


Psikologi termasuk salah satu dari behavioral sciences seperti antropologi,
kedokteran, dan sosiologi, yaitu mempelajari perilaku manusia sebagai
individu dan kelompok.

8 Psikologi Umum
1. Psikologi dengan biososial
a. Psikologi merupakan ilmu perilaku, mempelajari perilaku manusia
sebagai individu dan menekan-kan pada gejala-gejala mental.
b. Ilmu biososial, menekankan perhatian pada terjadinya perilaku
ditinjau dari aspek sosial perilaku organisme dan aspek
fisiologi/biologis.
2. Psikologi dengan filsafat
a. Psikologi mempelajari kejiwaan manusia (manu-sia juga sebagai
makhluk budaya).
b. Filsafat mempelajari hakekat kodrat manusia.
c. Epistemologi mempelajari asal mula ilmu penge-tahuan, metode,
dan prosedur penelitiannya.
3. Psikologi dan kedokteran
a. Sama-sama menaruh perhatian pada perilaku manusia pada gejala
fisik (kedokteran) dan gejala mental (psikologi).
b. Cabang ilmu yang dipelajari baik oleh Psikologi maupun
kedokteran adalah psikoneurologi, psikiatri, dan psikoterapi.
4. Psikologi dan fisika
Penggunaan alat-alat yang dihasilkan oleh ahli fisika untuk meneliti
kejiwaan, misalnya aesthesiometer, lie-detector, dan lain-lain.
5. Psikologi dan IPA
Penggunaan metode penelitian eksperimen banyak dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan alam, misalnya metode yang dikembangkan oleh Fechner
yang dikenal dengan metode psikofisik suatu metode tertua dalam
lapangan psikologi eksperimental banyak dipengaruhi oleh IPA.
6. Psikologi dan biologi
a. Psikologi mempelajari kehidupan dari segi kejiwaan.
b. Biologi mempelajari kehidupan dari segi anatomi fisiologis atau
tentang kehidupan.
Baik psikologi maupun biologi sama-sama memperlajari aspek kehidupan
termasuk di dalamnya adalah manusia. Ilmu yang dipelajari oleh biologi
dan psikologi misalnya ilmu genetika adalah ilmu yang mempelajari
gen/keturunan. Biologi melihat dari segi gen yang diturunkan dari generasi
ke generasi, psikologi melihat aspek psikologi yang diturunkan seperti
sifat, intelegensi dan bakat.

Tim Dosen 9
7. Psikologi dan sosiologi
Manusia sebagai mahluk sosial dipelajari dalam ilmu sosiologi, sementara
perilaku manusia dalam masyarakat dipelajari dalam psikologi. Pertemuan
antara sosiologi dan psikologi adalah psikologi sosial
8. Psikologi dengan paedagogis
Paedagogis sebagai ilmu yang bertujuan memberikan bimbingan dan
pengajaran sepanjang perkembangan hidup manusia. Disiplin ilmu ini
sangat erat dengan psikologi perkembangan yang mempelajari tentang
perkembangan hidup sepanjang hayat manusia. Dari kedua ilmu ini maka
muncullah ilmu psikologi pendidikan.

Metode-Metode Penelitian Psikologi


Secara garis besar, ada dua macam penelitian psikologi, yaitu:
a. Metode longitudinal, yaitu metode penelitian yang membutuhkan
jangka waktu yang sangat panjang dilakukan per periode, contohnya
penelitian perkembangan manusia.
b. Metode Cross Sectional, yaitu metode penelitian yang membutuhkan
waktu yang relatif singkat dalam mendapatkan data.

Metode-metode dalam penelitian psikologi di antaranya:


1. Metode Eksperimen
Metode eksperimen dilakukan di dalam atau di luar laboratorium untuk
menyelidiki perbedaan pengaruh bahan penelitian. Peneliti dapat
mengontrol setiap kondisi dengan terarah dan dapat mengukur hubungan
antar variabel yang ada. Ada beberapa istilah dalam eksperimen:
a. Variabel, yaitu suatu kondisi yang secara ideal seha-rusnya dapat
berubah dan diukur secara kuantitatif.
1) Variabel bebas: suatu kondisi yang dipilih oleh eksperimenter
untuk melihat apakah suatu variabel mempunyai pengaruh
terhadap variabel lain. Variabel ini dapat berupa stimulus yang
disajikan. Misalnya pemberian treatment/perlakuan tertentu seperti
kursus, hadiah, dan lain-lain.

10 Psikologi Umum
2) Variabel terikat: suatu kondisi atau respon terhadap stimulusnya
setelah eksperimen berlangsung, sehingga bisa diteliti, diralat,
disusun, dan diambil kesimpulan. Misalnya perubahan perilaku
setelah minum obat.
b. Hipotesis adalah pernyataan yang masih perlu diuji dan dibuktikan
kebenarannya. Misalnya pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi
belajar di sekolah.
c. Kontrol. Dalam eksperimen, harus dilakukan kontrol terhadap
variabel lain selain variabel bebas yang boleh memengaruhi variabel
terikat.

2. Metode Observasi
Penelitian dilakukan terhadap situasi yang sudah ada, situasi yang terjadi
spontan, tidak dibuat-buat, alamiah. Hasil pengamatan dicatat, diteliti,
kemudian diambil kesimpulan khusus dan umum. Alat utama adalah panca
indera. Ada beberapa macam observasi:
a. Observasi non-partisipan
b. Observasi partisipan
c. Observasi eksperimental

3. Metode Interview
Metode yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan baik
langsung (face to face relation) atau tidak langsung.
Ada beberapa macam interview:
a. Interview bebas (tidak berstruktur)
Kelebihan dari interview ini, subjek bebas mengeluarkan isi hati.
Namun, kekurangannya adalah arah pembicaraan dapat
menyimpang.
b. Interview berstruktur
Pada interview ini, tema sudah ditentukan dan pertanyaan sudah
disusun menggunakan interview-guide. Kelebihannya, pembi-
caraan sesuai dengan arah yang telah ditentukan. Kekurangannya,
suasana akan bersifat formal, suasana menjadi kaku sehingga
subjek tidak terdorong untuk berterus terang.

Tim Dosen 11
c. Interview terarah
Interview jenis ini merupakan gabungan antara interview
berstruktur dan tidak berstruktur. Mula-mula dimunculkan situasi
bebas, selanjutnya diikuti interview berstuktur dan terarah.

4. Metode Testing
Yaitu metode/pendekatan secara statistik dan pengukuran yang fungsinya
untuk menentukan perbedaan individu. Secara psikologi, tes diartikan
secara umum sebagai suatu perintah berupa pertanyaan/daftar isian yang
dianut secara standar untuk dijawab dan diisi oleh tester. Berdasarkan
jawaban/isian tersebut, tester dapat menentukan perbedaan individu satu
dengan yang lainnya. Misalnya tes kecerdasan, sikap kerja, kepribadian,
minat, dan lain-lain.

5. Metode Questioner/Angket
Metode penelitian dengan menggunakan daftar perta-nyaan yang harus
dijawab oleh subjek dan berdasarkan jawaban tersebut peneliti dapat
mengambil kesimpulan. Secara garis besar ada dua macam angket, yaitu
bagian yang mengandung data identitas dan angket yang mengandung
pernyataan/pertanyaan yang harus dija-wab.
Angket diklasifikasikan berdasarkan:
a. Siapa yang menjawab/mengisi, yaitu angket langsung dan tidak
langsung.
b. Bentuk jawaban bebas atau dibatasi, yaitu angket terbuka dan tertutup.
c. Aspek kepribadian yang diteliti, yaitu angket umum dan khusus.

6. Metode Case History (Riwayat Kasus)


Metode biografi ilmiah dalam mengkaji riwayat individu melalui
rekonstruksi biografi sesuai dengan peristiwa dan rekaman yang
diingatnya. Kejadian masa lampau ini diperlukan untuk memahami
perilakunya yang sekarang.

12 Psikologi Umum
7. Metode Introspeksi >< Ekstrospeksi
Metode penelitian dengan melihat peristiwa-peristiwa ke dalam dirinya
sendiri. Untuk menutupi kelemahan-kelemahan tersebut dilakukan metode
ekstrospeksi, sehingga orang dapat menyimpulkan apa yang terjadi pada
dirinya sendiri.

8. Metode Biografi
Merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang yang merupakan riwayat
hidup. Biasanya menguraikan tentang keadaan, sikap atau sifat orang yang
bersangkutan. Apabila biografi itu ditulis oleh dirinya sendiri dinamakan
Auto-biografi.

9. Metode Analisa Karya


Metode dengan menggunakan analisis terhadap hasil karya, baik berupa
karangan, puisi, gambar, lukisan, patung yang merupakan ekspresi dari
kehidupan.

10. Metode Klinis


Metode ini digunakan dalam lapangan klinis untuk mempelajari keadaan
jiwa orang-orang yang mempu-nyai gangguan (abnormal). Metode ini
mencakup wawancara mendalam, penggunaan alat-alat tes diagnosa
psikologis dan studi kasus. Tujuannya untuk mengetahui penyebab
timbulnya gangguan perilaku dan kecenderungan umum lainnya dalam
diri individu.
Bila metode-metode lain dilakukan untuk mengambil kesimpulan
berdasarkan perilaku sekelom-pok orang yang disebut nomothetik, metode
klinis justru ingin memeriksa perilaku individu sebagai pribadi yang unik
atau disebut ideografik.

Tim Dosen 13
Latihan
1. Jelaskan menurut anda tentang ilmu psikologi yang anda ketahui dan
bidang psikologi apa yang anda minati. Berikan alasannya.
2. Jelaskan mengapa psikologi disebut ilmu pengetahuan yang ilmiah.
3. Jelaskan perbedaan ilmu kedokteran dan ilmu psikologi dalam
memahami perilaku manusia.
4. Metode-metode psikologi apa saja yang cocok digunakan di lingkup
psikologi klinis, pendidikan, Industri dan Organisasi dan social.
5. Menurut anda apakah berberapa metode psikologi itu dalam
penerapannya bisa digunakan secara bersamaan? Jika ya, berikan
contoh kasusnya.

14 Psikologi Umum
Daftar Pustaka

Abu Ahmadi (2009). Psikologi Umum. PT. Rineke Cipta.


Atkinson, et al, (2004). Pengantar Psikologi Jilid 1. Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Irwanto (1994). Psikologi Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Laura, A. King (2013). Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika.
Sarlito, W.S (2003) Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga.
Santrock, J W. (2004). Psychology. Ed 7. Singapore. Mc
Wade, Carole & Tavris Carol. (2007). Psikologi. Edisi Kesembilan.
Penerbit Erlangga.

Tim Dosen 15
BAB 2
Sejarah Perkembangan Psikologi
Sebagai Sains Modern

Dr. Anizar Rahayu, M.Si., Psikolog


2021

16 Psikologi Umum
Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa dapat memahami psikologi sebagai ilmu pengetahuan


ilmiah

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian


psikologi sebagai ilmu yang ilmiah

2. Mahasiswa mampu memahami sejarah perkembangan psikologi


sebagai sain moderen

Keterangan:
Untuk CPMK dan Sub CPMK mengikuti RPS terakhir.

Tim Dosen 17
Bagian 1: Psikologi sebagai Ilmu

Materi Dasar Isi

Judul Materi Psikologi sebagai Ilmu

Pokok Bahasan Pengertian psikologi sebagai ilmu dengan


pendekatan Teoritis

Waktu 45 Menit

Metode Membaca materi, presentasi, berdiskusi


daring, tugas

Media Tayangan dan jalur internet

Pengertian Psikologi Sebagai Ilmu yang Ilmiah


Psikologi Umum adalah mata kuliah yang mengantar dan
memperkenalkan tentang Psikologi secara umum. Ini merupakan dasar
dari psikologi secara keseluruhan. Terdapat beberapa pendapat ahli
seperti:
1. Branca: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia.
2. Garrett: Psikologi adalah studi sistematis tentang tingkah laku.
3. Ruch dan Zimbardo: Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku
organisme.
4. Wood Worth dan Marquis: Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
aktivitas individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
5. Morgan, King dan Robinson: Psikologi adalah ilmu tentang tingkah
laku manusia dan hewan, hal tersebut meliputi penerapannya pada
masalah manusia.
6. Bigot, Kohnstamm dan Palland: Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari jiwa dan kehidupan jiwa.
7. Hilgard, Atkinson dan Atkinson: Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku dan proses-proses mental.
18 Psikologi Umum
Psikologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia yang berada dalam lingkungan tertentu karena tingkah laku
merupakan pernyataan fungsi psikis yang dapat diamati dan diukur.
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” artinya jiwa atau nyawa,
dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan atau hal yang mempelajari
tentang jiwa. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai berbagai
macam gejalanya ataupun prosesnya.
Menururt Wade, Carole & Travis, Carol (2013) Psikologi secara
umum didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan
berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses
mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan
eksternal.
Laura, K.A (2013) memberikan definisi psikologi sebagai studi
ilmiah tentang perilaku dan proses-proses mental. Ilmiah diartikan sebagai
penggunaan metode-metode secara sistematis untuk mengamati gejala
alam, termasuk perilaku manusia untuk kemudian diambil kesimpulan.
Perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat diamati secara
langsung, sedangkan proses mental adalah pikiran, perasaan dan motif di
mana setiap individu mengalaminya secara pribadi, namun tidak dapat
diamati secara langsung.
Dalam sejarah perkembangan psikologi di mana psikologi berhasil
menjadi ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari induknya filsafat, maka
jiwa yang dipelajari dalam ilmu psikologi sulit untuk dibuktikan secara
nyata apalagi dengan mengukurnya melalui pengukuran yang obyektif.
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi harus mempelajari sesuatu
yang konkrit di mana obyeknya bisa diamati dengan nyata, dicatat, dan
diukur. Dari pengertian ini maka muncul anggapan bahwa ilmu psikologi
sama dengan “karakterologi atau tipologi”. Dalam perkembangannya
psikologi tidak hanya mencakup karakterologi dan tipologi melainkan jauh
lebih luas dari itu.
Kemudian muncullah pandangan beberapa ahli psikologi yang
menganggap bahwa jiwa selalu diekspresikan melalui raga atau badan.
Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada raga atau badani, maka
Tim Dosen 19
dapat diketahui keadaan kejiwaan seseorang. Dengan pengertian ini maka
psikologi diartikan sebagai “ilmu ekspresi” seperti menangis pada saat
bersedih atau tertawa pada saat gembira, bahkan ekspresi ini ada yang
cenderung menetap sehingga membentuk karakter atau sifat kepribadian
seseorang, misalnya seorang pemurung, peramah, dan lain-lain.
Dalam kenyataan ekspresi ini tidak selalu menggambarkan kejiwaan
seseorang karena adanya beberapa faktor yaitu selain adanya ekspresi yang
langsung menggambarkan keadaan jiwanya, sebaliknya ada juga ekspresi
yang tidak langsung. Misalnya ketika seseorang mendengar kabar sedih
atau kecewa, ekspresi kejiwaan itu tidak langsung muncul sehingga orang
lain tidak mengetahui keadaan kejiwaan sebenarnya, melainkan
dilampiaskan kemudian. Faktor lain adalah bahwa satu macam ekspresi
dapat mewakili berbagai macam keadaan kejiwaan. Ketika orang tiba-tiba
menangis bisa diartikan bahwa orang tersebut mengalami kesedihan,
melainkan mendapat kebahagiaan yang tidak terduga sehingga menangis
merupakan ekspresi dari rasa terharu dan bersyukur.
Sejak Wund mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig
Jerman pada tahun 1879 membuktikan bahwa psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu lainnya. Wund menekankan
pentingnya empiris dan menggunakan metode eksperimen dalam
mempelajari kejiwaan melalui perilaku yang muncul.
Psikologi mempelajari perilaku organisme, yaitu entitas biososial
karena setiap organisme mempunyai system biologis dan sosial sekaligus
dari binatang bersel satu sampai dengan manusia.
Ada dua macam perilaku yaitu perilaku kasat mata seperti makan,
menangis, dan perilaku tidak kasat mata seperti fantasi. Perilaku bervariasi
menuntut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan ke dalam perilaku
kognitif sifatnya rasional, perilaku afektif sifatnya emosional dan perilaku
psikomotorik sifatnya gerakan fisik dan lain-lain. Perilaku juga dapat
dibedakan antara perilaku yang disadari dan perilaku yang tidak disadari.

20 Psikologi Umum
Bagian 2: Perkembangan Psikologi Sebagai Sains Modern

Materi Dasar Isi

Judul Materi Perkembangan Psikologi sebagai sains


modern

Pokok Bahasan dan sub Perkembangan psikologi sebagai sains


pokok bahasan modern dengan pendekatan Teoritis

Waktu 45 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi daring,


menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Sejarah Perkembangan Psikologi sebagai sains modern


A. Herman von Helmholtz (1821-1894)
Helmholtz lahir pada 31 Agustus 1821, Potsdam Jerman. Dikenal sebagai
ahli dalam bidang fisika, fisiologi, dan psikologi. Ia adalah ilmuwan paling
terkenal di abad ke 19.
Dalam bidang psikologi, Helmholtz dikenal karena kontribusinya
menjadikan psikologi sebagai ilmu yang mandiri, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
1. Kontribusi secara langsung: melakukan penelitian eksperimental
terhadap persepsi indrawi, pengu-kuran kecepatan impuls saraf yang
berkontribusi pada reaction time study
2. Secara tidak langsung: kontribusi Helmholtz terhadap psikologi
melalui murid-muridnya seperti Weber, Fechner, dan Wundt.

B. Gustav Theodor Fechner (1801 – 1887)


Fechner lahir pada 19 April 1801 di Gross Sarchen Jerman. Fechner
meneliti hubungan antara jiwa dan raga atau disebut Psikofisis Fechner.
Psikofisis (psychophysics) adalah studi ilmiah tentang hubungan proses
mental dan proses fisik.

Tim Dosen 21
Fechner membedakan antara inner psychophysics dan outer
psychophysics.
1. Inner psychophysics: hubungan antara sensasi mental dan perubahan
pada saraf dan otak.
2. Outer psychophysics: hubungan antara stimulus dan sensasi mental.

C. Wilhelm Wundt (1832 – 1920)


Wundt lahir pada 16 Agustus 1832 di Neckarau Jerman. Wundt
berkeinginan untuk membuktikan bahwa kesadaran terhadap dua stimulus
yang berbeda dalam satu waktu yang bersamaan adalah mungkin. Dalam
bukunya Principles of Physiological psychology, menyuguhkan pemikiran
perlunya cabang ilmu baru, gabungan antara ilmu psikologi dan fisiologi
yang dinamai dengan Experimental Psychology.
Tahun 1979, dikenal sebagai tahun berdirinya psikologi modern.
Wundt melakukan eksperimen terhadap kesadaran dengan metode
Experimental Introspection.
1. Kesadaran Sebagai Subject Matter
Tought meter merupakan instrument untuk mengetahui kemampuan
manusia dalam menyadari dua stimulus yang disajikan secara bersamaan.
Wundt mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mendalami
kesadaran, dan menjadikan kesadaran, baik yang sederhana ataupun
kompleks, dianggap sebagai fokus penelitian atau subject matter-nya ilmu
psikologi. Wundt menganggap kesadaran itu sebagai suatu sistem yang
terdiri dari elemen-elemen yang bergerak aktif. Elemen kesadaran yang
paling penting adalah sensasi dan perasaan.
a. Sensasi terjadi ketika indrawi mendapatkan stimulasi, dan
menyampaikan impuls akibat stimulasi tersebut ke otak. Sensasi
merupakan titik temu antara fisik dan psikologis, atau merupakan
media yang menjembatani antara aspek fisik dan psikis.
b. Perasaan bukan sesuatu yang sederhana. Perasaan terkait dengan
apersepsi, memori, imajinasi, dan kognisi. Tiga dimensi perasaan
tersebut sering kali merupakan gabungan dari beberapa dimensi

22 Psikologi Umum
2. Persepsi dan Apersepsi
a. Persepsi menunjuk pada “kombinasi dari kesan-kesan indrawi”.
Pesepsi dipandang sebagai suatu proses yang sifatnya pasif, dan
dipengaruhi oleh stimulasi fisik, anatomi, dan pengalaman masa
lalu. Proses persepsi berjalan begitu saja tanpa mampu
dikendalikan.
b. Apersepsi merupakan proses pengorganisasian elemen-elemen
kesadaran sehingga menjadi suatu kesadaran penuh. Apersepsi
merupakan proses aktif yang dapat dikendalikan individu.
Apersepsi berhubungan dengan perhatian atau atensi, dan ketika
memperhatikan suatu objek tertentu, pada saat itu apersepsi terjadi.

D. Pasca Pendirian Psikologi sebagai Ilmu


1. Franz Brentano (1838 – 1917)
Brentano lahir pada 16 Januari 1838 di Marienburg Jerman. Ilmuwan ahli
dalam bidang Bahasa, matematika, teologi, dan filsafat. Tahun 1874
Brentano menerbitkan buku berjudul ‘Psychology from an Empirical
Standpoint’. Ia sepakat dengan Wundt bahwa kesadaran merupakan subjek
matter psikologi. Akan tetapi, ia tidak sepakat terhadap isi dari kesadaran.
Yang terpenting untuk diteliti adalah aktivitas kesadaran, seperti
melakukan penilaian, mengingat, mengambil kesimpulan, mencintai,
membenci, berharap, dan lain-lain. Psikologi Brentano dikenal dengan Act
Psychology.
Pandangan Brentano, psikologi adalah the science of mental
phenomena. Bukan hanya fenomena fisik, fenomena mental pun sesuatu
yang nyata dan dapat diketahui melalui pengalaman.
a. Karakteristik fenomena mental merupakan objek inner perception;
fenomena mental selalu dipersepsi dalam sebuah kesatuan; fenomena
mental mengarah atau tertuju pada suatu objek tertentu.
b. Fenomena fisik dapat diamati secara indrawi dan dipersepsi
berdasarkan informasi indrawi tersebut; fenomena mental hanya
mungkin dipahami dengan inner perception, yaitu memberikan
perhatian penuh terhadap fenomena mental yang sudah terjadi
berdasarkan ingatan yang ada.

Tim Dosen 23
2. Carl Stumpf (1848 – 1936)
Stumpf lahir pada 21 April 1848 di Wiesentheid Jerman. Stumpf terkenal
dengan kontribusinya mengenai persepsi ruang dan persepsi pendengaran,
psikologi music, dan fenomenologi. Stumpf dipengaruhi oleh psikologi
Brentano, menganggap penting pengalaman sebagai data yang paling
berharga.
Dalam Buku Psychology of Tone tahun 1883. Stumpf
menyampaikan kritik terhadap Wundt yang melakukan penelitian
mengenai akustik dengan menggunakan introspective experiment terhadap
subjek yang tidak mengerti akustik.

3. Oswald Kulpe (1862 – 1915).


Kulpe lahir pada 3 Agustus 1862 di Latvia. Kulpe menekuni ilmu sejarah,
filsafat, dan psikologi. Kulpe mencoba meneliti pikiran dengan
menggunakan metode eksperimen yang dinamai systematic experimental
introspection.
Perbedaan Kulpe dengan Wundt adalah mengenai metode dalam
mempelajari proses mental. Kulpe meneliti pemikiran dengan
menggunakan eksperimen yang dinamai systematic experimental
introspection. Subjek diminta untuk mengerjakan tugas yang kompleks,
dan melaporkan proses kognitif yang dialami selama mengerjakan tugas
tersebut. Hal ini berbeda dengan experiment Wundt yang menghindari
restrospective report. Wundt hanya fokus pada kesadaran yang sedang
dialami oleh subjek, dan menolak perhatian terhadap ingatan mengenai
pengalaman yang dialami.

4. Hermann Ebbinghaus (1850-1909)


Ebbinghaus lahir pada tahun 1850. Ia menekuni ilmu bahasa, sastra, dan
filsafat. Ebinghaus pionir dalam penelitian ingatan dan aplikasi psikologis
dengan Completion test
Ada tiga prinsip Ebbinghaus:
a. Psikologi harus mengikuti jalan ilmu alam dan menjauhkan diri dari
filsafat.
b. Ruang lingkup penelitian psikologi tidak terbatas pada proses mental
yang sederhana, tetapi juga proses mental yang lebih tinggi.
24 Psikologi Umum
c. Psikologi harus mengembangkan metode dan teori yang bersifat umum
(Grand Theory) yang dapat menjelaskan berbagai isu.

E. Strukturalisme
1. Subject Matter dan Tujuan Psikologi
Semua subjek matter ilmu pengetahuan itu sama, termasuk ilmu psikologi,
yaitu pengalaman. Namun, pengalaman ini dipahami berbeda oleh setiap
ilmu pengetahuan tergantung sudut pandangnya. Pengalaman yang
menjadi subject matter ilmu psikologi adalah pengalaman sadar, yaitu
pengalaman menurut orang yang mengalaminya.
Tujuan psikologi dalam pandangan Tichener “to describe the basic
structure of the mind: the conscious elements of mind and their mode of
combination” atau menganalisis kesadaran menjadi komponen yang
terpisah dan menentukan strukturnya.
Tichener menggunakan metode introspeksi dalam penelitiannya.
Introspeksi Wundt bersifat kuantitatif dan terukur sedangkan introspeksi
Tichener bersifat subjektif dan kualitatif.
2. Elemen Kesadaran
Bagi Tichener ada tiga elemen kesadaran yang penting yaitu sensasi
(elemen dari persepsi), kesan atau image (elemen dari ide), dan afeksi
(elemen dari emosi).
Tichener menjelaskan bahwa ada tiga masalah kesadaran yang
menjadi fokus penelitian psikologi, yaitu yang berhubungan dengan apa,
bagaimana, dan mengapa. Psikologi bertugas untuk mengetahui apa saja
elemen dasar dari kesadaran, bagaimana elemen tersebut menyatu, dan
mengapa kesadaran tersebut terbentuk.

F. Fungsionalisme
Fungsionalisme didirikan oleh William James (1842-1910).
Fungsionalisme berfokus pada fungsi kesadaran.
Karakteristik fungsionalisme:
1. Fungsionalisme menentang strukturalisme yang terlalu fokus pada
struktur kesadaran.
2. Fungsionalisme ingin memahami fungsi dari kesadaran. Proses mental
membantu kita dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Tim Dosen 25
3. Fungsionalisme ingin menjadikan piskologi sebagai ilmu praktis, yang
berguna dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
4. Fungsionalisme memperluas ruang lingkup penelitian psikologi.
Psikologi juga meneliti binatang, anak, dan abnormalitas.
5. Fungsionalisme memberikan perhatian pada motivasi yang
berpengaruh pada proses mental dan perilaku manusia.
6. Fungsionalisme mengakui proses mental dan perilaku merupakan
subjek yang legitimate, serta introspeksi salah satu metode untuk
memahaminya
7. Fungsionalisme tertarik pada perbedaan individu dari pada persamaan
individu.
8. Semua penganut fungsionalisme dipengaruhi oleh William James.

1. William James (1842 – 1910)


a. Akar kesadaran
James, berfokus pada kesadaran dengan menggunakan metode introspeksi
sama seperti Wundt. James menyampaikan banyak kritik terhadap
psikologi Wundt. Menurut James, ada beberapa karakteristik dari
kesadaran tidak memungkinkan fokus Wundt bisa terwujud seperti: (1)
kesadaran sesuatu yang sifatnya personal, (2) kesadaran merupakan
sesuatu yang bersifat kontinu sehingga tidak bisa dibagi menjadi elemen
yang lebih kecil, (3) kesadaran mengalami perubahan yang terus-menerus
(tidak statis), (4) kesadaran bersifat selektif, kesadaran bersifat fungsional
bertujuan untuk membantu beradaptasi terhadap lingkungan

b. Self
Menurut James, diri meliputi segala hal yang dimiliki kita, seperti teman,
anak, rumah, pakaian, binatang piaraan, reputasi, ingatan, persepsi, dan
struktur fisik. Diri bisa berperan sebagai objek pikiran atau empirical self
ataupun subjek berpikir atau ego atau experience self. Empirical Self terdiri
dari tiga aspek yaitu material self, social self, dan spiritual self. Ketiga
aspek ini saling berhubungan satu sama lain.

26 Psikologi Umum
c. Emosi
Menurut James emosi berhubungan dengan reaksi fisiologis. Sulit
dibayangkan emosi tidak ada kaitannya dengan tubuh. Bagaimana
mungkin muncul suatu emosi tertentu tanpa terjadi reaksi dalam tubuh.
Persepsi terhadap situasi berpengaruh terhadap reaksi fisiologis,
kemudian baru mengalami emosi tertentu.

2. Hugo Munsterberg (1863 – 1916)


Munsterberg lahir pada 1 Juni 1863 di Danzig Polandia. Munsterberg
menunjukan ketidaksepahamannya terhadap Wundt. Menurutnya, melalui
introspeksi, keinginan itu bisa disadari. Baginya keinginan bukan suatu
yang bisa dikendalikan secara sadar, tetapi keinginan merupakan produk
dari aktivitas tubuh sehingga tidak mungkin bisa dikendalikan.
Munsterberg disebut sebagai pionir dalam berbagai bidang psikologi
terapan, seperti psikologi pendidikan, psikologi industry, psikologi klinis
dan psikoterapi, psikologi forensik dan hukum.

3. Granville Stanley Hall (1844-1924)


Hall lahir pada 1 Februari 1844 di Massachusetts Amerika. Kontribusi Hall
terhadap psikologi memang luar biasa. Wapner menyebutkan lima prestasi
dari Hall, yaitu (a) Hall merupakan pendiri jurnal psikologi pertama di
Amerika Serikat, yaitu American Journal Of Psychology pada tahun 1887;
(b) Hall merupakan pendiri sekaligus presiden pertama dari American
Psychologycal Association yang biasa di kenal dengan singkatan APA
pada tahun 1892; (c) Hall memperkenalkan pemikiran psikoanalisis
Sikmund Freud dan Carl Jung kepada psikologi Amerika; (d) Hall sebagai
pimpinan di Clark University yang banyak menghasilkan doktor dalam
bidang psikologi; dan (e) Hall produktif dalam menulis karya ilmiah, baik
berupa buku atau artikel jurnal, dan karya-karyanya tersebut ikut
menentukan arah psikologi Amerika.
Pikiran-pikiran Hall mengenai topik-topik psikologi adalah
mengenai konversi agama, sublimasi, psikologi pendidikan, psikologi
anak, ataupun psikologi perkembangan. Penelitiannya mengenai psikologi
perkembangan antara lain berfokus pada masa anak dan remaja. Salah satu
pemikiran Hall yang cukup mengagetkan seperti tergambar pada bukunya

Tim Dosen 27
Adolescence: Its Psychology and Its Relations to Physiology
Anthropology, Sociology, Sex, Crime, Religion, and Education adalah
penekanannya terhadap seks dan pendidikan seks. Baginya, seks
merupakan sesuatu sangat penting bagi perkembangan anak ataupun
remaja. Bagi remaja putra merupakan saatnya melakukan katarsis seksual,
sedangkan bagi remaja putri merupakan saatnya persiapan menjadi
seorang ibu.

4. John Dawey (1859 – 1952)


Dawey lahir pada 20 Oktober 1859 di Burlington. Dawey menganggap
penting pengalaman, dan dalam situasi yang alamiahlah suatu pengalaman
harus dipahami. Manusia memperoleh pengetahuan, dianggapnya sebagai
tujuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan adaptasi dilakukan
secara aktif. Manusia tidak sekadar mengamati dan mencocokan antara
realitas dengan apa yang ada dalam pikirannya, tetapi juga aktif melakukan
manipulasi terhadap lingkungan agar tujuannya tercapai.
Kritikan Dawey terhadap elementarisme yang membagi pengalaman
ke dalam bagian stimulus dan respon. Menurutnya serangkaian stimulus
dan respon harus dilihat sebagai suatu yang berkaitan dan merupakan
upaya manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kritik tersebut
ditulis dalam artikel The Reflex Arc Concept in Psychology tahun 1896.

5. James McKeen Cattell (1860 – 1944)


Cattel lahir pada 25 Mei 1860. Psikologi bukan ilmu fisika sehingga akan
sulit memperoleh kepastian dan keakuratan, kecuali menggunakan
eksperimentasi dan pengukuran. Cattel mengaplikasikan psikologi dengan
melakukan pengukuran terhadap aspek-aspek psikologis (mental test) dan
dapat diharapkan berguna bagi dunia pendidikan ataupun dunia industri.
Ia melakukan pengukuran terhadap ketajaman penglihatan, ketajaman
pendengaran, kekuatan pegangan, dan waktu reaksi. Namun, Cattel tidak
berhasil membuat mental test yang memiliki predictive validity yang
bagus. Korelasi antara hasil pengukuran dan nilai akademik ternyata tidak
signifikan.

28 Psikologi Umum
Latihan:
1. Sejak kapan psikologi dianggap sebagai ilmu yang ilmiah. Jelaskan
tokoh dan peristiwa yang bisa membuktikan bahwa psikologi itu
adalah ilmu yang ilmiah!
2. Jelaskan perbedaan metode psikologi yang digunakan olehWund dan
William James!
3. Jelaskan bagaimana hubungan proses mental dan proses fisik yang
dikemukakan oleh Gustav Theodor Fechner dan beri contohnya!
4. Penemuan apa dari Stanley Hall yang penting bagi sejarah psikologi
perkembangan!
5. Jelaskan kaitan erat antara ilmu fisika dan psikologi terkait dengan
perkembangan sejarah psikologi modern!

Tim Dosen 29
Daftar Pustaka

Atkinson, L. R., Atkinson, C. R., and Hilgrad, R. E. (1994). Pengantar


Psikologi Jilid 1
Terjemahan. Penerbit Erlangga
Irwanto (1994). Psikologi Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Laura, A. King (2013). Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika.
Morgan, T. C. (1986). Introduction to Psychology. Mc. GrawHill., Inc.
New York
Sarlito, W.S (2003) Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga
Sarlito Wirawan Sarwono (2008). Berkenalan dengan Aliran-aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi. PT. Bulan Bintang

30 Psikologi Umum
BAB 3

Sensasi dan Persepsi

Yulisza Syahtiani, S.Psi., M. Si.


2021

Tim Dosen 31
Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


Mahasiswa dapat memahami sensasi dan persepsi

Sub CPMK
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian sensasi
dan persepsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan contoh terkait Sensasi dan persepsi

Keterangan:
Untuk CPMK dan Sub CPMK mengikuti RPS terakhir.

32 Psikologi Umum
Pengantar

Bagian ini akan membahas tentang bagaimana indera kita menerima


informasi dari lingkungan dan bagaimana otak kita menggunakan
informasi itu untuk membangun bentuk-bentuk yang kita pahami sebagai
model yang ada di dunia yang kita tinggali, misalnya ketika seseorang
melihat gumpalan awan mirip dengan wajah atau sosok tertentu. Hal ini
merupakan fenomena psikologi yang diproses melalui sensasi dan
persepsi. Secara biologis fenomena tersebut melibatkan proses sensorik
dan perseptual.

Sensasi adalah pengalaman yang ditimbulkan oleh stimulus


sederhana, sedangkan persepsi adalah integrasi sensasi tersebut. Pada
tingkat biologis, proses sensorik adalah yang dikaitkan dengan organ indra
dan tingkat sistem saraf, sedangkan proses perseptual adalah yang
berkaitan dengan tingkat sistem saraf yang lebih tinggi.

Alat indera kita mampu memperkirakan stimulus minimal yang


dapat dideteksi. Pendeteksi ini disebut sebagai modalitas sensorik. Besaran
stimulus minimal disebut sebagai ambang mutlak. Ambang mutlak
bervariasi dari satu individu ke individu lain, tergantung pada keadaan
fisik dan motivasi individu tersebut. Dalam mendeteksi stimulus
minimum, jika individu mendapatkan dua stimulus atau lebih, untuk dapat
mendeteksi tingkat perbedaan itu, individu membutuhkan ambang
perbedaan atau just noticeable difference (jnd). Sementara, Jnd dapat
diukur berdasarkan hukum Weber, yaitu membandingkan sensitivitas
berbagai modalitas sensorik melalui nilai konstanta, yang dirumuskan
sebagai berikut:

∆𝐼 I = Intensitas Standar
=𝑘 ∆𝐼 = peningkatan intensitas jnd
𝐼
K = konstanta proporsi

Tim Dosen 33
Seorang ahli fisika Jerman G. Fechner (1860) menyatakan intensitas
stimulus tidak hanya dihitung dari satu jnd tetapi juga satu jnd lain yang
sama secara persepstual. Maka dirumuskan hukum Fechner sebagai
berikut:

P = proporsional
𝑃 = 𝑐 log 𝐼
C log I = logaritma intensitas fisiknya

Jumlah minimum stimulasi sensorik dibutuhkan otak manusia agar


dapat berfungsi secara normal. Sehingga jika jumlah stimulus berada di
bawah jumlah minimum, akan berbahaya bagi manusia begitu juga dengan
jumlah stimulus yang terlalu banyak, akan mengakibatkan rasa lelah,
kebingungan hingga sakit kepala. Namun, beban stimulus ini dapat diatasi
manusia dengan melakukan atensi selektif, yaitu memusatkan perhatian
hanya pada stimulus yang menarik dan mengabaikan stmulus lainnya.
Namun, atensi selektif dapat membuat kita mengalami kebutaan
intensional, yaitu kita gagal atau tidak menyadari objek yang kita lihat
secara langsung.

Alat Sensorik
Indera manusia merupakan alat untuk melakukan proses sensorik, yaitu
indera visual (penglihatan), indera auditorius (pendengaran), penciuman,
pengecapan dan sentuhan (kulit) dan indera tubuh (yang bertanggung
jawab untuk mengethaui posisi kepala relative terhadap tubuh)

A. Indera visual
Pada tingkat biologis alat sensorik visual terdiri mata dan beberapa bagian
otak dan jalur yang menghubungkan mereka. Mata memiliki dua sistem,
yaitu pembentuk citra dan mentranduksi citra. Pembentuk citra terdiri dari
kornea, retina, dan pupil. Sedangkan tranduksi citra terdiri dari sela batang

34 Psikologi Umum
dan sel kerucut pada retina. Selain itu, retina juga memiliki jaringan
neuron, sel pendukung, dan pembuluh darah.

Pada tingkat psikologis proses sensorik dipengaruhi oleh dimensi


hue, brightness dan saturation. Hue adalah dimensi pengalaman visual
yang ditandai dengan penamaan warna yang terkait dengan panjang
gelombang cahaya. Brightnes adalah luminasi atau kesilauan yang
merupakan dimensi yang terkait dengan jumlah cahaya yang dilepaskan
atau dipantulkan oleh sebuah benda. Sementara saturation adalah
kejelasan atau kemurnian sebuah warna yang terkait dengan kompleksitas
gelombang cahaya. Maka berdasarkan ketiga dimensi tersebut, bentuk-
bentuk yang kita lihat dengan mata kita, berasal dari integrasi warna,
cahaya beserta saturasinya.

Bentuk-bentuk visual diatur oleh individu ke dalam figure (figure)


dan latar belakang (background), demikian catatan ahli psikologi Gestalt
(2020). Bagian figure lebih tampak atau terlihat dibandingkan bagian-
bagian lain dari lingkungan. Objek-objek yang unik juga muncul sebagai
figure. Misalnya pisang di dalam sekeranjang jeruk. Prinsip Gestalt yang
umum dikenal adalah persepsi bentuk. Namun, prinsip Gestalt ini tidak
hanya berlaku bagi indera visual, tetapi berlaku juga untuk indera
pendengaran. Berikut ini adalah prinsip-prinsip Gestalt:

1. Kedekatan (proximity). Benda-benda tertentu yang letaknya


berdekatan dalam ruang dan waktu akan tampak menjadi satu
kesatuan.
2. Ketertutupan (closure). Kecenderungan untuk melengkapi suatu
bentuk yang belum lengkap atau juga untuk mengisi
kekosongan yang ada. Misalnya gambar lingkaran yang terputus
garisnya tetap kita kenali sebagai lingkaran.
3. Kesamaan (similarity). Bentuk yang sama akan cenderung
dilihat sebagai suatu kesatuan atau membentuk satu kelompok.
4. Kesinambungan (continuity). Kecenderungan menghubungkan
beberapa elemen terlihat bersambung atau mengalir pada arah
tertentu.

Selain bentuk, persepsi juga memiliki kedalaman dan jarak untuk


menyimpulkan suatu benda melalui petunjuk binokular yang mem-

Tim Dosen 35
butuhkan kedua mata serta petunjuk monokular yang dapat menggunakan
satu mata.

Ketepatan dalam membuat persepsi juga membutuhkan kemampuan


dalam menganggap objek-objek sebagai sesuatu yang stabil dan tidak
berubah, yang disebut kontansi persepsi. Konstansi persepsi visual terdiri
dari:

1. Konstansi bentuk. Objek memiliki bentuk yang konstan


meskipun bentuk dari bayangan pada retina yang dihasilkan
berubah akibat berubahnya titik pandang.
2. Konstansi letak. Benda-benda yang tidak bergerak adalah tetap
tidak bergerak sebagai benda yang tetap pada tempatnya
meskipun mata, kepala dan tubuh kita bergerak.
3. Konstansi ukuran. Objek tetap berukuran tetap, meskipun
bayangan retina kita mengecil dan membesar.
4. Konstansi tingkat kecerahan. Tingkat kecerahan adalah tetap
meskipun terdapat pantulan cahaya yang berubah-ubah seiring
dengan perubahan cahaya.
5. Konstansi warna. Warna suatu benda adalah tetap meskipun
panjang gelombang cahaya yang sampai dimata, berubah
seiring dengan perubahan cahaya.

B. Pendengaran
Pada tingkat biologis alat sensorik pendengaran adalah telinga yang terdiri
dari organ korti yang terletak dalam klokea. Proses deteksi pendengaran
dimulai melalui gelombang suara yang dikumpulkan oleh telinga bagian
luar diarahkan menuju kanal auditoris yang menyebabkan gendang
telinga bergetar. Getaran dan vibrasi ini kemudian diteruskan ke tulang-
tulang kecil yang ada di telinga bagian tengah. Pergerakan tulang-tulang
ini menambahkan kekuatan getaran-getaran tadi dan membawa getaran
ini ke sebuah membran kecil yang memisahkan telinga bagian tengah dan
bagian dalam. Sel-sel reseptor untuk pendengaran (sel-sel rambut) yang
terletak dalam organ korti di dalam klokea yang berbentuk seperti rumah
siput mengirimkan impuls-impuls saraf yang berjalan sepanjang saraf
pendengaran menuju otak.

36 Psikologi Umum
Pada tingkat psikologis pendengaran dihubungkan dengan aspek
loudness, aspek pitch dan aspek timbre. Loudness merupakan pengalaman
auditori yang berhubungan dengan intensitas tekanan gelombang. Pitch
terkait dengan frekuensi gelombang suara dan timbre adalah kualitas
suara itu sendiri.

C. Penciuman
Pada tingkat biologis, indera penciuman kita merupakan saraf khusus yang
terdapat dalam bagian kecil di membran mukosa di bagian atas tulang
hidung kita, tepat di bawah mata. Proses penciuman dimulai dari molekul-
molekul kimia di udara (uap atau gas) masuk ke hidung dan bersirkulasi
melewati rongga hidung di mana terletaknya reseptor bau. Akson-akson
dari reseptor ini membentuk saraf olfaktori atau penciuman yang
membawa sinyal-sinyal menuju otak. Ketika Anda menghirup udara, Anda
membawa lebih banyak uap ke dalam hidung dan mempercepat
sirkulasinya. Uap ini dapat juga mencapai rongga hidung melalui mulut
dengan cara berjalan melewati tenggorokan.

Penciuman memengaruhi aspek psikologis kita untuk menentukan


wewangian tertentu pada suatu ingatan dan emosi atau pengalaman
tertentu terkait dengan wangi tersebut. Kita dapat mengetahui adanya
bahaya dengan menandai aroma bau asap, makanan basi juga kebocoran
gas. Wangi segelas kopi dapat memunculkan ingatan menyenangkan dan
membangkitkan semangat pada individu tertentu.

D. Pengecapan
Pada tingkat biologis alat sensorik pengecapan terdapat pada lidah,
tenggorokan, bagian dalam pipi dan langit-langit mulut. Aspek psikologis
yang terkait dengan pengecapan, beberapa dipengaruhi oleh faktor genetis,
beberapa lainnya dipengaruhi oleh faktor budaya dan proses belajar.
Beberapa orang menyukai brokoli beberapa lainnya tidak. Beberapa orang
tidak menyukai rasa pedas, tetapi beberapa orang lainnya tidak selera
makan kalau tidak dengan pedas. Selera makan atau kemampuan
merasakan makanan tidak hanya dipengaruhi oleh rasa yang dikecap tetapi
juga dipengaruhi oleh bau makanan. Ketika kita sedang flu misalnya,
selera makan kita bisa berkurang karena hidung tersumbat. Kebanyakan
Tim Dosen 37
orang juga mengalami gangguan makan kronis diakibatkan oleh masalah
penciuman, bukan rasa.

E. Sentuhan
Sentuhan mencakup tiga indera yang berbeda, yaitu; tekanan, temperature,
dan nyeri. Variasi tekanan pada pada perilaku berjabat tangan akan
memvariasikan tingkat keakraban antar dua individu. Variasi temperatur
akan membedakan panas dan dingin. Sementara rasa nyeri yang kita
rasakan dapat kita kenali sebagai nyeri luka sayat atau terbakar, gatal, dan
geli.

F. Indera tubuh
Kita merasakan orientasi gerak tubuh berkaitan dengan gravitasi dan kita
juga merasakan pergerakan tubuh di dalam atau di luar ruang adalah
sensasi kinestetis yang reseptornya terletak di apparatus vestibularis yang
terletak di dalam telinga. Pada orang yang telinganya terkena pukulan,
tubuhnya bisa langsung menjadi oleng hingga terjatuh. Namun, tidak
demikian jika intensitas pukulan yang sama ditujukan ke bagian tubuh
lainnya. Reseptor kinestetis juga terletak di otot, tendon, sendi dan kulit.
Reseptor inilah yang membuat kita tahu di mana letak tangan kita pada
posisi tertentu tanpa harus melihat.

Kemampuan penginderaan dan kemampuan persepsi bersifat


bawaan dan berkembang sejak usia dini. Maka dari itu, jika bayi
kehilangan pengalaman tertentu pada periode perkembangan yang penting
atau periode kritis maka kemampuan persepsi mereka akan rusak. Periode
kritis untuk perkembangan indera manusia dewasa juga dapat rusak.
Misalnya seseorang yang tuli sejak lahir, ketika diberi alat bantu
pendengaran semacam implantansi klokea, mereka mengalami beban
sensorik dari kebisingan. Mereka mengalami kebingungan akan suara
yang masuk. Sehingga justru mempersulit kemampuan mendeteksi
stimulus yang muncul ketimbang tanpa alat bantu dengar. Beberapa
mampu melakukan penyesuaian, namun beberapa tidak.

38 Psikologi Umum
Rangkuman
1. Sensasi adalah pengalaman yang ditimbulkan oleh stimulus sederhana
sedangkan persepsi adalah integrasi sensasi tersebut. Proses sensorik
adalah proses yang dikaitkan dengan organ indra dan tingkat sistem
saraf, sedangkan proses perseptual adalah proses yang berkaitan
dengan tingkat sistem saraf yang lebih tinggi.
2. Modalitas sensorik merupakan pendeteksi stimulus minimal. Besaran
stimulus minimal yang disebut sebagai ambang mutlak. Jika individu
mendapatkan dua stimulus atau lebih, dibutuhkan ambang perbedaan
agar dapat menentukan jumlah minimal stimulus-stimulus tersebut.
Beban stimulus dapat diatasi dengan atensi selektif, yaitu memusatkan
perhatian hanya pada stimulus yang menarik dan mengabaikan
stimulus lainnya.
3. Alat sensosrik manusia adalah indera visual (penglihatan), indera
auditorius (pendengaran), penciuman, pengecapan dan sentuhan (kulit)
dan indera tubuh (yang bertanggung jawab untuk mengethaui posisi
kepala relative terhadap tubuh).
4. Melalui alat sensorik tersebut sinyal-sinyal sensorik yang dibawa ke
system saraf di otak manusia untuk diproses dan diorganisasikan serta
ditafsirkan ke dalam sebuah persepsi.
5. Kemampuan penginderaan dan kemampuan persepsi bersifat bawaan
dan berkembang sejak usia dini. Maka jika dalam periode kritis
kemampuan persepsi tidak berkembang seusai dengan masa
perkembangannya, maka kemampuan persepsi akan rusak.

Tim Dosen 39
Evaluasi
1. Bagaimana kita dapat mengenali bahwa benda yang kita lihat adalah
pensil?
2. Apa penjelasan yang paling mungkin saat anda mengalami kesulitan
dalam merasakan makanan?
3. Jelaskan bagaimana seseorang bisa mempersepsikan bahwa bulan di
malam hari ikut berjalan ketika orang itu berjalan?
4. Bagaimana anda menjelaskan kesukaan seseorang pada rasa pedas
berdasarkan faktor proses belajar?
5. Apa yang terjadi ketika seorang yang buta sejak lahir kemudian dapat
melihat di usia dewasa?

40 Psikologi Umum
Daftar Pustaka

Atkinson, Rita L. Atkinson, Richard C. Smith, Edward E. Bem, Daryl J.


2004. Pengantar Psikologi Jilid 1 Edisi 11. Interaksara
Gestalt Psychology, Encyclopaedia Britannica, 2020

Wade, Carole. Tavris, Carol. 2007. Psikologi Jilid 1 Edisi Kesembilan.


Erlangga.

Tim Dosen 41
BAB 4
Berpikir, Teori Berpikir, Implementasi
Berpikir, dan Contoh Kasus

Seta A. Wicaksana, S.Psi., M.Psi., Psikolog


2021
Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

42 Psikologi Umum
Pengantar

Modul ini dibuat dalam rangka membantu mahasiswa mengikuti kuliah


Psikologi Umum. Kondisi lain yang mendukung terbangunnya modul ini
adalah kondisi pandemi covid-19 yang masih berlangsung (sampai modul
ini diselesaikan Januari 2021).
Modul ini sebagai modul kerja yang sifatnya tidak semata memberi
penjelasan (yang telah dilaksanakan dalam sesi kuliah), tetapi juga melatih
pembaca/ mahasiswa membangun pengetahuannya baik secara teoretik
maupun aktual. Modul ini membahas tentang berpikir sebagai proses yang
menjelaskan mengenai mengapa pentingnya berpikir, teori, implementasi
dan implikasi penggunaan teori berpikir dalam situasi praktis.
Pikirkan tentang bagaimana Anda berinteraksi dengan dunia di
sekitar Anda. Seberapa sering Anda hanya menanggapi, tanpa mengetahui
bagaimana atau mengapa Anda melakukan hal-hal yang Anda lakukan,
katakan, atau pikirkan? Berapa banyak dari pengalaman sadar Anda
melibatkan upaya, perhatian penuh perhatian, dan pengambilan
keputusan? Dua jenis pemikiran ini, terkadang disebut sebagai sistem 1
dan sistem 2, yang mencirikan sebagian besar cara kita berpikir dan
memproses informasi (Kahneman, 2011; Stanovich & West, 2000). Sistem
1, yang melibatkan pengambilan keputusan cepat dan penggunaan jalan
pintas kognitif, dipandu oleh kemampuan bawaan dan pengalaman pribadi
kita. Sistem 2, relatif lambat, analitis, dan berbasis aturan, lebih
bergantung pada pengalaman pendidikan formal kita. Secara keseluruhan,
pemikiran kita harus diatur oleh interaksi antara keduanya.
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana kita melakukan hal-hal
yang kita lakukan (seperti belajar, mengingat, dan berperilaku), kita perlu
memahami bagaimana kita berpikir. Bagaimana kita mengatur pikiran
kita? Bagaimana kita mengomunikasikan pikiran itu kepada orang lain?
Apa yang dimaksud dengan kecerdasan? Mengapa beberapa orang bisa
belajar jauh lebih cepat dari yang lain?

Tim Dosen 43
Setidaknya ada beberapa sumber yang patut menjadi pertimbangan
yakni Ciccarelli, S., K, and Noulan, J.N., 2015, Psychology, 4th Edition,
by Pearson Education, Inc. All rights reserved, Gerrig, R.,J., 2013.
Psychology and Life, Stony Brook University, by Pearson Education, Inc.,
Lally, M. and, Valentine-French, S., 2018, Introduction to Psychology,
College of Lake County Foundation and Schacter, D., Gilbert, D, Wegner,
D., Hood, B., 2016. Psychology, 2nd European edition, Palgrave.

Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi


umum, aspek-aspek dan dinamika psikologinya.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan psikologi sebagai ilmu yang


ilmiah
2. Mahasiswa memahami teori-teori psikologi dasar dan
penerapannya

1. Mahasiswa mampu memahami gambaran dan konsep psikologi


yang terlibat dalam proses mental/dinamika perilaku

44 Psikologi Umum
Modul: Berpikir dan Inteligensi

Materi Dasar Isi

Judul Materi Belajar dan Inteligensi

Pokok Bahasan Belajar dan Pendekatan Teoritis serta


implement-tasi berpikir dan inteligen-si
dalam kehidupan sehari-hari

Waktu 3X 50 Menit

Metode Membaca materi, berdis-kusi daring,


menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Learning objectives
a. Bagaimana gambaran dan konsep mental terlibat dalam proses
berpikir?
b. Apa metode yang digunakan orang untuk memecahkan masalah dan
membuat keputusan?
c. Mengapa pemecahan masalah terkadang gagal, dan apa yang dimaksud
dengan berpikir kreatif?
d. Bagaimana psikolog mendefinisikan kecerdasan, dan bagaimana
berbagai teori kecerdasan berbeda?
e. Bagaimana kecerdasan diukur, bagaimana tes kecerdasan dibangun,
dan peran apa yang dimainkan tes ini dalam neuropsikologi?
f. Apa itu cacat intelektual dan apa penyebabnya?
g. Apa yang mendefinisikan bakat, dan bagaimana bakat dan kecerdasan
emosional terkait dengan kesuksesan dalam hidup?
h. Apa pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan
kecerdasan?
i. Bagaimana bahasa didefinisikan, dan apa saja elemen dan strukturnya
yang berbeda?

Tim Dosen 45
j. Apakah bahasa memengaruhi cara berpikir orang, dan apakah hewan
mampu belajar bahasa?
k. Apa sajakah cara untuk meningkatkan pemikiran?

Mengapa mempelajari tentang “Belajar”?


Pikirkan tentang bagaimana Anda berinteraksi dengan dunia di sekitar
Anda. Seberapa sering Anda hanya menanggapi, tanpa mengetahui
bagaimana atau mengapa Anda melakukan hal-hal yang Anda lakukan,
katakan, atau pikirkan? Berapa banyak dari pengalaman sadar Anda
melibatkan upaya, perhatian penuh perhatian, dan pengambilan
keputusan? Dua jenis pemikiran ini, terkadang disebut sebagai Sistem 1
dan Sistem 2, mencirikan sebagian besar cara kita berpikir dan memproses
informasi (Kahneman, 2011; Stanovich & West, 2000). Sistem 1, yang
melibatkan pengambilan keputusan cepat dan penggunaan jalan pintas
kognitif, dipandu oleh kemampuan bawaan dan pengalaman pribadi kita.
Sistem 2, yaitu relatif lambat, analitis, dan berbasis aturan, lebih
bergantung pada pengalaman pendidikan formal kita. Secara keseluruhan,
pemikiran kita harus diatur oleh interaksi antara keduanya.
Untuk memahami sepenuhnya bagaimana kita melakukan hal-hal
yang kita lakukan (seperti belajar, mengingat, dan berperilaku), kita perlu
memahami bagaimana kita berpikir. Bagaimana kita mengatur pikiran
kita? Bagaimana apakah kita mengomunikasikan pikiran itu kepada orang
lain? Apa yang kami maksud dengan kecerdasan? Mengapa beberapa
orang bisa belajar jauh lebih cepat dari yang lain?

l. How People Think


Apa artinya berpikir? Orang-orang berpikir sepanjang waktu dan berbicara
tentang berpikir juga.
Bagaimana menurutmu?
Terus apakah itu berarti berpikir?
Berpikir atau kognisi (dari kata Latin yang berarti "tahu"), dapat
didefinisikan sebagai aktivitas mental yang berlangsung di otak saat
seseorang sedang memproses informasi, mengaturnya, memahaminya,
dan mengomunikasikannya kepada orang lain. Berpikir termasuk memori,
tetapi lebih dari itu. Ketika orang berpikir, mereka tidak hanya
46 Psikologi Umum
menyadarinya informasi di otak tetapi juga membuat keputusan
tentangnya, membandingkannya dengan informasi yang lain, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah.
Berpikir juga mencakup lebih dari sekadar "aliran kesadaran" verbal.
Ketika orang berpikir, mereka sering kali memiliki gambaran serta kata-
kata dalam pikiran mereka.

a. Mental Imagery
Ingatan jangka pendek dikodekan dalam bentuk suara dan juga sebagai
gambaran visual, yang membentuk gambaran mental tentang dunia. Jadi,
gambaran mental adalah representasi yang mewakili objek atau peristiwa
dan memiliki kualitas seperti gambar. Gambaran ini adalah satu dari
beberapa alat yang digunakan dalam proses berpikir.
Berikut demonstrasi menarik tentang penggunaan gambaran mental.
Cari beberapa orang bersama-sama dan minta mereka untuk memberi tahu
Anda secepat mungkin berapa banyak jendela di tempat tinggal mereka.
Biasanya Anda akan menemukan, orang pertama yang meneriakkan
jawaban memiliki lebih sedikit jendela di rumah mereka, sementara orang
yang memiliki jendela rumah lebih banyak membutuhkan waktu lebih
lama untuk menjawab. Anda juga akan memperhatikan bahwa kebanyakan
dari mereka melihat ke atas, seolah-olah melihat beberapa gambar yang
hanya mereka yang bisa lihat. Jika ditanya, mereka akan menjawab bahwa
untuk menentukan jumlah jendela, mereka membayangkan di mana
mereka hidup dan hanya menghitung jendela saat mereka "berjalan
melalui" gambar yang mereka buat dalam pikiran mereka.
Itu juga yang dipikirkan para peneliti. Mereka telah menemukan
bahwa itu membutuhkan waktu lebih lama melihat gambaran mental yang
lebih besar atau mencakup jarak lebih luas dan lebih utuh (Kosslyn et al.,
2001; Ochsner & Kosslyn, 1994). Dalam satu studi Kosslyn et al. (1978),
peserta diminta untuk melihat peta sebuah pulau imajiner.
Pada peta tersebut terdapat beberapa landmark, seperti gubuk,
danau, dan area berumput. Setelah melihat peta dan menghafalnya, peserta
diminta untuk membayangkan suatu tempat atau pulau tertentu, seperti
gubuk, dan kemudian "mencari" tempat lain, seperti danau. Kapan mereka
secara mental "mencapai" tempat kedua, mereka menekan tombol yang
merekam reaksi waktu. Semakin besar jarak fisik pada peta antara dua
lokasi, maka lama waktu yang dibutuhkan peserta untuk memindai gambar

Tim Dosen 47
untuk lokasi kedua. Para peserta melihat gambaran mental mereka dan
memindainya seolah-olah itu nyata, peta fisik.
Orang-orang bahkan mampu secara mental memutar atau memutar
gambar (Shepherd & Metzler, 1971). Kosslyn (1983) mengajukan
pertanyaan kepada peserta seperti berikut: Apakah katak punya bibir dan
ekor yang gemuk? Dia menemukan bahwa sebagian besar peserta
memvisualisasikan katak, mulai dengan wajah ("tanpa bibir"), lalu
memutar gambar secara mental sehingga menghadap menjauh mereka, dan
kemudian "memperbesar" untuk mencari ekor gemuk.
Yang sangat penting dari aspek penelitian tentang rotasi mental
adalah kita cenderung melibatkan gambar mental pikiran kita seperti kita
terlibat atau berinteraksi dengan objek fisik. Saat kita memutar suatu objek
dalam pikiran kita__atau dengan kata lain berinteraksi dengan atau
memanipulasi gambaran mental__itu tidak instan. Itu membutuhkan waktu,
sama seperti jika kita memutar objek fisik dengan tangan kita. Untuk
melihat seberapa baik Anda dapat memutar gambar secara mental.
Melalui penggunaan citra resonansi magnetik fungsional (fMRI),
peneliti telah dapat melihat tumpang tindih yang terjadi di area otak yang
diaktifkan selama visual tugas pencitraan mental, dibandingkan dengan
tugas aktual yang melibatkan persepsi visual (Ganis et al., 2004). Selama
kedua jenis tugas tersebut, aktivitas hadir di korteks frontal (kognitif
kontrol), lobus temporal (memori), lobus parietal (perhatian dan memori
spasial), dan lobus oksipital (pemrosesan visual). Namun, jumlah aktivitas
di daerah tersebut berbeda antara dua jenis tugas. Misalnya, aktivitas di
korteks visual lebih kuat selama persepsi daripada dalam citra, dan
menunjukkan masukan sensorik aktif di area ini lebih kuat daripada input
memori. Temuan penting secara keseluruhan, area yang diaktifkan selama
citra visual adalah bagian dari yang aktif selama visual persepsi__dengan
kesamaan terbesar di daerah frontal dan parietal daripada daerah temporal
dan oksipital. Apa artinya ini? Sederhananya, ada kesamaan antara proses
pencitraan visual dan persepsi visual, tetapi sebenarnya tidak tumpang
tindih total, dan seperti yang ditunjukkan oleh penulis, tumpang tindih
yang lebih besar tidak ada di fail daerah temporal dan oksipital (fungsi
memori dan penglihatan) yang dapat diasumsikan menjadi area yang
paling mungkin tumpang tindih mengingat sifat visual dari tugas (Ganis
dkk., 2004).

48 Psikologi Umum
b. Concepts Prototype
Gambaran mental hanyalah salah satu bentuk representasi mental. Aspek
pemikiran proses lainnya adalah penggunaan konsep. Konsep adalah ide
yang merepresentasikan kelas atau kategori objek, peristiwa, atau
aktivitas. Orang menggunakan konsep untuk berpikir tentang objek atau
peristiwa tanpa harus memikirkan semua contoh spesifik dari kategori
tersebut. Sebagai contoh, seseorang dapat berpikir tentang "buah" tanpa
memikirkan setiap jenis buah yang ada di dalam dunianya, yang akan
membutuhkan lebih banyak usaha dan waktu. Kemampuan untuk berpikir
dalam istilah konsep memungkinkan kita untuk berkomunikasi satu sama
lain. Jika saya menyebut burung kepada Anda, Anda tahu apa yang saya
maksud, meskipun kita sebenarnya tidak memikirkan jenis yang sama
burung.
Konsep tidak hanya memuat fitur-fitur penting dari objek atau
peristiwa orang ingin dipikirkan, tetapi juga memungkinkan identifikasi
objek dan peristiwa baru itu mungkin sesuai dengan konsepnya. Misalnya,
anjing datang dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan panjang bulu.
Namun, kebanyakan orang tidak kesulitan mengenali anjing sebagai
‘anjing’, meskipun mereka mungkin tidak pernah sebelumnya pernah
melihat jenis anjing tertentu. Teman penulis memiliki seekor anjing
bernama A Briard, yang merupakan sejenis anjing gembala. Padahal
anjing ini sebenarnya berukuran kuda poni kecil, penulis tidak kesulitan
mengenalinya sebagai seekor anjing, meskipun besar dan sangat ekstrim
yang shaggy.
Konsep dapat memiliki definisi yang sangat ketat, seperti konsep
bujur sangkar sebagai bentuk dengan empat sisi yang sama. Konsep yang
ditentukan oleh aturan atau fitur tertentu disebut konsep formal dan cukup
kaku. Untuk menjadi bujur sangkar, misalnya, sebuah benda harus
berbentuk dua dimensi gambar dengan empat sisi yang sama dan empat
sudut menambahkan hingga 360 derajat. Matematika adalah penuh dengan
konsep formal. Misalnya dalam geometri ada segitiga, persegi, persegi
panjang, poligon, dan garis. Dalam psikologi, ada eksperimen buta ganda,
tahapan tidur, dan rangsangan terkondisi, untuk beberapa nama. Masing-
masing konsep ini harus sesuai dengan fitur yang sangat spesifik untuk
dianggap sebagai contoh yang benar.
Konsep mengacu pada representasi mental yang mengelompokkan
atau mengategorikan fitur bersama benda, peristiwa, atau rangsangan

Tim Dosen 49
terkait lainnya. Konsep adalah representasi abstrak, deskripsi, atau definisi
yang berfungsi untuk menunjuk kelas atau kategori benda. Misalnya,
konsep Anda kursi mungkin mencakup fitur-fitur seperti kekokohan,
kerataan relatif, dan objek tempat Anda bisa duduk. Kumpulan atribut
tersebut mendefinisikan kategori objek di dunia, seperti kursi meja, kursi
berjemur, batu datar, kursi bar, dan sebagainya, semuanya dapat dijelaskan
dengan cara itu.
Konsep sangat penting bagi kemampuan kita untuk berpikir dan
memahami dunia. Sebagai aspek kognisi lainnya, kita dapat memperoleh
wawasan tentang bagaimana konsep diatur melihat beberapa contoh di
mana mereka agak tidak teratur. Kami akan menemukan beberapa
mindbugs dalam bentuk gangguan tidak biasa yang membantu kita
memahami bagaimana konsep itu terorganisir di otak. Kami juga akan
membandingkan berbagai teori yang menjelaskan organisasi tersebut dan
kemudian pertimbangkan studi yang menunjukkan bagaimana kita
memperoleh konsep.
Apa pun jenisnya, konsep adalah salah satu cara orang menangani
semua informasi yang membombardir indra mereka setiap hari;
memungkinkan mereka mengatur persepsi dunia di sekitar mereka.
Organisasi ini bisa berbentuk skema, mental generalisasi tentang objek,
tempat, peristiwa, dan orang. Misalnya skema seseorang untuk
"Perpustakaan" tidak diragukan lagi mencakup buku dan rak buku; skema
skrip yaitu semacam skema yang melibatkan urutan aktivitas yang sudah
dikenal; sekam pergi ke bioskop termasuk bepergian ke sana,
mendapatkan tiket, membeli makanan ringan, mencari teater yang tepat;
dan lain-lain.
Konsep tidak hanya membantu orang berpikir, tetapi juga
merupakan alat penting dalam pemecahan masalah, jenis pemikiran yang
dilakukan orang setiap hari dan dalam banyak situasi berbeda.

50 Psikologi Umum
c. Problem Solving Decision Making Strategy
Pikirkan tentang hal ini saat Anda membaca dan menyelesaikan masalah
berikut: masukkan koin ke dalam botol dan kemudian gabus
pembukaannya. Bagaimana Anda bisa mengeluarkan koin dari botol tanpa
mengeluarkan gabus atau memecahkan botol?
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, gambar dan konsep adalah
alat mental yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan
membuat keputusan. Untuk masalah sebelumnya, Anda mungkin mencoba
membuat file gambar botol dengan koin di dalamnya. Pemecahan masalah
terjadi ketika suatu tujuan harus dicapai berpikir dan berperilaku dengan
cara tertentu. Masalahnya berkisar dari mencari tahu cara memotong resep
setengahnya untuk memahami bukti matematis yang kompleks untuk
memutuskan jurusan apa di perguruan tinggi.
Pemecahan masalah merupakan salah satu aspek dalam pengambilan
keputusan, atau mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih di antara
beberapa alternatif. Ada beberapa pemikiran yang berbeda yang digunakan
orang untuk untuk memecahkan masalah sampai berhasil. Misalnya, jika
Shelana lupa PIN online-nya di situs Web perbankan, dia dapat mencoba
kombinasi satu demi satu sampai menemukan kombinasi yang benar. Ini
kemungkinan terjadi jika dia hanya memiliki beberapa PIN yang biasa dia
gunakan. Mekanis solusi lainnya bisa juga melibatkan pemecahan dengan
hafalan, atau seperangkat aturan yang dipelajari. Salah satu jenis solusi
hafalan adalah dengan menggunakan algoritma.

Algoritma
Algoritma bersifat spesifik, mengandung prosedur langkah demi langkah
untuk menyelesaikan jenis masalah tertentu. Algoritma akan selalu
menghasilkan solusi yang tepat, dan Anda memiliki cukup waktu untuk
menemukannya.
Saat pustakawan mengatur buku di rak, mereka juga menggunakan
algoritma. Mereka menempatkan buku dalam urutan abjad dalam setiap
kategori, misalnya. Banyak teka-teki, seperti Rubik’s Cube®, memiliki
serangkaian langkah yang jika diikuti dengan tepat, akan selalu
menghasilkan pemecahan membingungkan.
Akan tetapi, algoritma tidak selalu praktis untuk digunakan.
Misalnya, jika Shelana tidak mempunyai atau tidak mengetahui empat

Tim Dosen 51
angka. Dia mungkin bisa menemukan PIN dengan mencoba beberapa
kemungkinan kombinasi dari 0 hingga 9. Dia akhirnya akan melakukannya
temukan kombinasi empat digit yang tepat, tetapi mungkin butuh waktu
sangat lama. Komputer dapat menjalankan penelusuran seperti ini dengan
sangat cepat dan algoritma penelusuran sistematisnya berguna untuk
beberapa program komputer.

Heuristik
Sayangnya, manusia tidak secepat komputer dan membutuhkan cara lain
untuk mempersempit solusi. Salah satu cara untuk melakukannya adalah
dengan menggunakan heuristik. Heuristik atau "aturan praktis", adalah
aturan sederhana yang dimaksudkan untuk diterapkan pada banyak situasi.
Sedangkan algoritma sangat spesifik dan akan selalu menghasilkan
solusi. Heuristik adalah tebakan cerdas berdasarkan pengalaman
sebelumnya yang membantu mempersempit solusi yang mungkin untuk
suatu masalah. Misalnya, jika siswa sedang mengetik makalah di program
pengolah kata dan ingin tahu bagaimana memformat halaman, dia dapat
mencoba membaca seluruh manual di program pengolah kata. Itu akan
memakan waktu cukup lama. Sebagai gantinya, siswa dapat menggunakan
mesin telusur internet atau ketik "format" ke dalam program telusur fitur
bantuan. Melakukan kedua tindakan tersebut sangat mengurangi jumlah
informasi yang harus dilihat siswa untuk mendapatkan jawaban.
Menggunakan fitur bantuan atau mengklik kata toolbar yang sesuai juga
akan berfungsi masalah serupa.

Representativeness Heuristic Will


Aturan praktis selalu berfungsi seperti algoritma. Dalam banyak kasus,
penggunakan heuristik lebih cepat daripada menggunakan algoritma.
Akan tetapi tidak seperti algoritma, heuristik juga tidak akan selalu
mengarah ke solusi yang benar. Apa yang Anda peroleh dalam kecepatan
terkadang hilang dalam akurasi. Misalnya, heuristik keterwakilan
digunakan untuk mengategorikan objek. Dalam hal ini diasumsikan bahwa
objek (atau orang) yang memiliki karakteristik yang sama dengan anggota
kategori tertentu, juga menjadi anggota kategori yang lain. Ini adalah alat
yang berguna untuk mengklasifikasikan tanaman, tetapi tidak berfungsi

52 Psikologi Umum
dengan baik saat diterapkan kepada orang per orang. Heuristik
keterwakilan dapat menyebabkan kesalahan karena mengabaikan tarif
dasar probabilitas sebenarnya dari suatu peristiwa tertentu. Apakah semua
orang berkulit gelap berasal dari Afrika? Apakah setiap orang dengan
rambut merah juga memiliki temperamen buruk? Apakah semuanya
pirang bermata biru dari Swedia? Lihat intinya. Heuristik keterwakilan
dapat digunakan atau disalahgunakan untuk membuat dan
mempertahankan stereotip (Kahneman & Tversky, 1973; Kahneman et al.,
1982).

Ketersediaan Heuristik
Heuristik lain dapat memiliki hasil yang tidak diinginkan, misalnya karena
ketersediaan heuristik tidak tepat. Hal ini didasarkan pada estimasi dari
frekuensi atau kemungkinan suatu acara berdasarkan seberapa mudah
mengingat informasi yang relevan dari memori atau seberapa mudahnya
bagi kita untuk memikirkan contoh terkait (Tversky & Kahneman, 1973).
Bayangkan, misalnya setelah Anda membaca seluruh buku teks ini__itu
bisa terjadi__Anda diminta untuk memperkirakan berapa kata dalam buku
yang dimulai dengan huruf K dan berapa banyak huruf K sebagai huruf
ketiga dalam kata tersebut. Tempat mana yang menurut Anda lebih sering,
huruf pertama atau sebagai surat ketiga?
Selanjutnya, bagaimana menurut Anda rasio penempatan yang lebih
sering dengan yang lebih sedikit penempatan yang sering? Apa yang lebih
mudah untuk dipikirkan, kata yang diawali dengan huruf K atau kata yang
memiliki K sebagai huruf ketiga? Tversky & Kahneman (1973)
mengajukan pertanyaan 152 yang sama ini peserta untuk lima konsonan
(K, N, L, R, V) yang muncul lebih sering di posisi ketiga dibandingkan
dengan yang pertama dalam teks biasa.
Enam puluh sembilan persen peserta menunjukkan bahwa posisi
pertama adalah penempatan yang lebih sering dan perkiraan rasio median
adalah 2:1 untuk huruf K. Namun, biasanya ada dua kali lebih banyak kata
dengan K daripada yang ketiga surat dibandingkan dengan yang pertama.
Dapatkah Anda memikirkan contoh di mana Anda mungkin telah
menggunakan fail ketersediaan heuristik dan tidak bekerja sesuai
keinginan Anda?

Tim Dosen 53
Bekerja Mundur
Sebuah heuristik yang berguna dan yang berhasil, sebagian besar adalah
dengan bekerja mundur dari gawang. Misalnya, jika Anda ingin
mengetahui cara terpendek untuk menuju ke kedai kopi yang baru di kota
Anda. Anda sudah tahu tujuannya, yaitu mencari kedai kopi. Mungkin ada
beberapa cara untuk sampai ke sana dari rumah Anda, dan beberapa lebih
pendek dari orang lain. Dengan asumsi Anda memiliki alamat toko.
Banyak cara terbaik untuk menentukan rute terpendek, misalnya mencari
lokasi toko di peta Internet, GPS, atau smartphone dan bandingkan rute
yang berbeda dengan alat perjalanan (berjalan kaki versus menyetir).
Orang-orang biasanya melakukan ini dengan peta fisik dan
membandingkan rute secara manual. Pikirkan tentang itu, apakah
teknologi membantu atau menghalangi beberapa aspek pemecahan
masalah? Jika ada, apa manfaat menggunakan teknologi untuk
memecahkan beberapa masalah dibandingkan untuk secara aktif terlibat
dalam pemecahan masalah sebagai tantangan mental?

Subgoals
Terkadang, lebih baik memecah tujuan menjadi subgoals, sehingga
sebagai setiap sub-tujuan tercapai, solusi akhirnya akan lebih dekat.
Contoh lain dari heuristik termasuk pembuatan diagram untuk membantu
mengatur informasi tentang masalah atau kemungkinan pengujian solusi
untuk masalah satu per satu dan menghilangkan masalah yang tidak
berfungsi.

Pemahaman
Ketika solusi untuk suatu masalah tampaknya tiba-tiba muncul di benak,
itu disebut Insight. Diskusi Köhler (1925), yang bekerja dengan
Sultan__simpanse, menunjukkan bahwa beberapa hewan dapat
memecahkan masalah dengan cara tiba-tiba mendapatkan insight.
Pada manusia, wawasan sering kali berbentuk "Aha!" saat solusinya
sepertinya datang dalam sekejap. Seseorang mungkin menyadari bahwa
masalah ini mirip dengan yang lain yang dia sudah tahu bagaimana
memecahkan atau mungkin melihat suatu objek dapat digunakan untuk
54 Psikologi Umum
tujuan yang berbeda dari yang asli, seperti menggunakan uang receh
sebagai obeng.
Ingat masalah botol yang dibahas di awal bab ini? Tugasnya adalah
untuk mengeluarkan koin dari botol tanpa melepas sumbat atau
memecahkan botol. Itu jawabannya sederhana: Dorong gabus ke dalam
botol dan kocok koinnya.
“Aha!”
Wawasan sebenarnya bukanlah proses magis, meski bisa tampak
seperti keajaiban. Biasanya apa yang terjadi adalah pikiran hanya
mengatur ulang masalah, kadang-kadang sementara orang tersebut sedang
memikirkan sesuatu yang lain (Durso et al., 1994).
Singkatnya, berpikir adalah proses kompleks yang melibatkan
penggunaan citra mental dan berbagai jenis konsep untuk mengatur acara
kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah adalah hal yang istimewa jenis
pemikiran yang melibatkan penggunaan banyak alat, seperti pemikiran
coba-coba, algoritma, dan heuristik, untuk memecahkan berbagai jenis
masalah

Gambar: Peta Konsep

Tim Dosen 55
Soal
1. Apa itu berpikir?
2. Bagaimana mental image dalam otak kita terbentuk?
3. Apakah ada metode pemecahan masalah yang dapat terjamin
terselesaikannya masalah?
4. Strategi pemecahan masalah apa yang terbaik yang biasa digunakan?
5. Bagaimana insight dapat terjadi?

6. Problems with Problem Solving and Decision Making Strategy


Menggunakan Insight
Memecahkan masalah tidaklah selalu mudah. Terkadang solusi untuk
suatu masalah tetap hanya “di luar jangkauan” karena unsur-unsur
masalahnya tidak diatur benar atau karena orang terjebak dalam cara
berpikir tertentu yang bertindak sebagai penghalang menyelesaikan
masalah. Cara berpikir seperti itu terjadi secara otomatis, memengaruhi
dan mencoba untuk memecahkan masalah tanpa kesadaran akan pengaruh
itu.
Ini contoh klasik:
Dua senar tergantung di langit-langit, tetapi jaraknya terlalu jauh
untuk memungkinkan seseorang memegang yang satu, lalu berjalan ke
yang lain. Tujuannya adalah untuk mengikat senar tersebut menjadi satu
ikatan. Padahal di dekatnya ada meja dengan tang di atasnya.
Bagaimana solusinya masalahnya?
Umumnya, dengan kecenderungan otomatis, orang dapat menjadi
sadar untuk mencoba memecahkan masalah dengan cara yang tidak akan
mengarah pada solusi. Terkadang dan menjadi sadar dapat meninggalkan
cara-cara "lama" untuk metode pemecahan masalah yang lebih tepat. Tiga
penghalang paling umum untuk pemecahan masalah adalah ketetapan
fungsional, rangkaian mental, dan bias konfirmasi.

Ketetapan Fungsional
Satu kesulitan pemecahan masalah seringkali melibatkan pemikiran
tentang objek hanya dalam hal kegunaan khasnya. Ini merupakan

56 Psikologi Umum
fenomena yang disebut fungsional ketetapan (secara harfiah, "tetap pada
fungsi").
Pernahkah Anda memikirkan alternatif sebuah obeng untuk
memperbaiki sesuatu di sekitar rumah? Sementara, ada beberapa objek
dekat yang bisa digunakan untuk mengencangkan sekrup, misalnya pisau
mentega, kunci, atau bahkan koin dari saku Anda. Karena
kecenderungannya benda-benda itu digunakan sesuai peruntukkannya,
terkadang kita mengabaikan kemungkinan penggunaan untuk hal lain. Ini
merupakan pemikiran dengan penggunaaan sesuai ketetapan fungsional.
Sepasang tang sering dipandang tidak berguna sampai orang tersebut
menyadarinya dapat digunakan sebagai beban.
Alton Brown, koki terkenal dan bintang masakan Good Eats Food
Network Show, adalah penggemar berat dari apa yang dia sebut
"multitaskers," item dapur yang dapat digunakan lebih dari satu tujuan.
Misalnya, pemotong cerutu bisa menjadi alat untuk memotong wortel,
bawang hijau, dan bawang putih. Jelas, Chef Brown bukanlah korban
fungsional ketetapan.

Mental Sets
Ketetapan fungsional sebenarnya adalah sejenis himpunan mental sebagai
kecenderungan orang untuk terus menggunakan pola pemecahan masalah
di masa lalu. Solusi yang berhasil di masa lalu cenderung solusi yang
dicoba orang pertama, dan orang sering kali ragu-ragu atau bahkan tidak
mampu memikirkan kemungkinan lain. Pada berikut ini Anda akan
memikirkan apakah Anda bisa menyelesaikan masalah titik?

Tim Dosen 57
Orang-orang diajar dari awal untuk tetap berada di dalam garis,
bukan? Metode coba-coba tidak akan membantu dalam memecahkan
masalah. Solusinya adalah melibatkan gambaran pada garis di luar titik
sebenarnya, seperti yang terlihat pada solusi di bagian kreativitas.
Konfirmasi bias hambatan lain dalam pengambilan keputusan yang
efektif adalah bias konfirmasi. Kecenderungan, untuk mencari bukti yang
sesuai dengan keyakinan, seseorang mengabaikan bukti yang
bertentangan. Ini mirip dengan mental set. Ingatlah beberapa penelitian
yang tampaknya mendukung keyakinan dan prediksi psikis, mereka
berhasil, sementara pada saat yang sama "melupakan" kasus-kasus di mana
penelitian tidak menemukan bukti atau paranormal membuat prediksi yang
gagal menjadi kenyataan. Mereka hanya mengingat yang menegaskan bias
mereka terhadap keyakinan akan keberadaan ESP. Contoh lainnya adalah
orang yang percaya bahwa mereka adalah multitasker yang baik dan dapat
dengan aman mengendarai kendaraan bermotor sambil berbicara atau
mengirim pesan teks di ponsel. Mereka mungkin cenderung mengingat
bahwa mereka berpengalaman dan mungkin memikirkan kecelakaan
kendaraan atau "nyaris celaka". Meskipun mungkin tergoda untuk
menganggap diri sendiri sebagai "tugas super", tetapi baru-baru ini
penelitian menyarankan sebaliknya. Saat diuji pada simulator, pengemudi
58 Psikologi Umum
harus tampil berhasil dalam dua tugas yang menuntut perhatian. Lebih dari
97 persen individu tidak mampu melakukannya, tampaknya berdampak
signifikan pada kinerja mereka. Selama kondisi tugas ganda, hanya 2,5
persen individu yang mampu tampil tanpa masalah (Watson & Strayer,
2010).
Contoh spesifik ini bisa sangat berbahaya karena diperkirakan pada
setidaknya 28 persen dari semua kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh
pengemudi yang menggunakan ponsel dan atau SMS (Dewan Keamanan
Nasional, 2010).

Creativity
Tidak semua masalah dapat dijawab dengan menggunakan informasi yang
sudah ada dan aturan logika dalam menerapkan informasi itu. Terkadang
masalah harus segera diatasi dengan cara yang sama sekali baru, untuk
melihat masalah atau solusi inventif yang tidak biasa. Cara berpikir seperti
ini disebut kreativitas, yaitu memecahkan masalah dengan
menggabungkan ide atau perilaku dengan cara baru (Csikszentmihalyi,
1996).
Metode logis untuk pemecahan masalah yang telah dibahas sejauh
ini didasarkan pada sejenis pemikiran yang disebut pemikiran konvergen.
Dalam pemikiran konvergen, masalah terlihat karena hanya memiliki satu
jawaban dan semua jalur pemikiran pada akhirnya akan mengarah pada
(menyatu) jawaban tunggal dengan menggunakan pengetahuan dan logika
sebelumnya (Ciardiello, 1998).
Sebagai contoh, pertanyaan “Apa pensil dan pulpen itu?” Pertanyaan
ini dapat dijawab dengan mencantumkan ciri-ciri yang dimiliki kedua item
tersebut: keduanya dapat digunakan untuk menulis; memiliki kesamaan
bentuk; dan seterusnya dalam proses perbandingan sederhana. Pemikiran
konvergen bekerja dengan baik sebagai pemecahan masalah rutin, tetapi
mungkin tidak banyak berguna ketika solusi yang lebih kreatif dibutuhkan.
Pemikiran divergen kebalikan dari pemikiran konvergen. Di sini
seseorang mulai satu poin dan muncul dengan banyak ide atau
kemungkinan yang berbeda, atau divergen berdasarkan titik tersebut
(Finke, 1995). Misalnya, jika seseorang mengajukan pertanyaan, pensil
digunakan untuk apa? Jawaban konvergennya adalah "menulis". Namun,
jika pertanyaannya diajukan berapa banyak kegunaan berbeda yang Anda

Tim Dosen 59
pikirkan tentang pensil? Jawabannya bervariasi, misalnya untuk menulis,
membuat lubang, beban untuk ekor layang-layang, atau untuk senjata.
Pemikiran-pemikiran yang berbeda tidak hanya dikaitkan dengan
kreativitas, tetapi juga kecerdasan (Guilford, 1967).
Apa ciri-ciri pemikir yang kreatif? Menurut ahli teori di lapangan,
pemikiran kreatif ditemukan melalui pemeriksaan kebiasaan. Orang-orang
yang sangat kreatif mendapatkan periode paling produktif dari pemikiran
divergen, kecenderungan terjadi pada saat mereka melakukan beberapa
tugas atau aktivitas yang bersifat otomatis, seperti berjalan kaki atau
berenang (Csikszentmihalyi, 1996; Gardner, 1993a; Goleman, 1995).
Secara otomatis tugas ini mengambil beberapa proses perhatian dan
meninggalkan sisanya untuk menjadi kreatif berpikir. Fakta bahwa semua
perhatian tidak terfokus pada masalah, sebenarnya karena pemikiran yang
berbeda sering membuat tautan dan koneksi pada tingkat kesadaran tepat
di bawah kewaspadaan. Sehingga, dalam kondisi ini ide dapat mengalir
dengan bebas tanpa disensor oleh proses mental yang lebih tinggi
(Goleman, 1995). Dengan kata lain, memiliki bagian dari perhatian yang
dicurahkan untuk berjalan, misalnya, memungkinkan sisa pikiran untuk
“menyelinap pada” solusi dan ide yang lebih kreatif.

60 Psikologi Umum
Pemikir divergent jelas tidak akan terlalu rentan terhadap beberapa
hambatan masalah pemecahan seperti ketetapan fungsional. Misalnya, apa
yang akan dilakukan kebanyakan orang jika tiba-tiba mulai hujan saat
mereka terjebak di kantor tanpa payung? Berapa banyak orang akan
berpikir untuk menggunakan tas jinjing vinyl tembus pandang sebagai
payung darurat?
Pemikiran yang kreatif dan berbeda sering kali menjadi topik yang
diabaikan dalam pendidikan kaum muda, meskipun beberapa orang secara
alami lebih kreatif. Kemampuan untuk menjadi kreatif itu penting,
misalnya menghasilkan topik untuk penelitian kertas adalah sesuatu yang
sulit dilakukan oleh banyak siswa. Sebuah lintas budaya penelitian
Basadur et al., (2002) dan Colligan (1983) telah menemukan pemikiran
yang divergen dan keterampilan memecahkan masalah yang tidak mudah
diajarkan dalam bahasa Jepang atau Omaha Native Budaya Amerika.
Dalam budaya ini, kreativitas di banyak bidang tidak dihargai dengan
normal dan preferensi tidak berpegang pada tradisi budaya yang mapan,
seperti tradisional tarian yang tidak bervariasi selama berabad-abad. Lihat
Tabel di bawah ini untuk mengetahui beberapa cara untuk menjadi pemikir
yang lebih berbeda.

Banyak orang berpendapat bahwa orang kreatif juga sedikit berbeda


dari yang lain orang-orang. Ada artis dan musisi, misalnya, yang justru

Tim Dosen 61
mendorong orang lain untuk menonton mereka sebagai eksentrik. Namun
faktanya, orang kreatif sebenarnya cukup normal.

Menurut Csikszentmihalyi (1997):


1. Orang kreatif biasanya memiliki pengetahuan yang luas tentang
banyak mata pelajaran dan pandai menggunakan citra mental.
2. Orang kreatif tidak takut untuk tampil beda. Mereka lebih terbuka
terhadap pengalaman baru daripada orang kebanyakan, dan mereka
cenderung memiliki mimpi dan lamunan yang lebih jelas dibandingkan
orang lain.
3. Orang kreatif menghargai kemandiriannya.
4. Orang kreatif seringkali tidak konvensional dalam pekerjaannya, tetapi
tidak sebaliknya.

Gambar: Peta Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

62 Psikologi Umum
Evaluasi:
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Bagaimana sebuah masalah dapat dipecahkan?
3. Bagaimana sebuah proses pengambilan keputusan dapat dilakukan?
4. Apa bedanya berpikir konvergen dan divergen?
5. Apa yang dimaksud dengan kreatifitas?

Tim Dosen 63
1. Intelligence:
A. Pengertian Intelegensi
Definisi intelegensi menurut beberapa ahli (Azwar, 2011):
1. Francis Galton. Galton tidak menemukan secara jelas mengenai
definisi intelegensi. Namun, ia percaya bahwa orang yang memiliki
intelegensi tinggi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
bekerja dan peka terhadap stimulus fisik. Paham Galton ini merupakan
pendekatan yang berciri psikofisik.
2. Alfred Binet dan Theodore Simon. Menurut keduanya, intelegensi
terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakan. Kemampuan mengubah arah tindakan bila telah
dilaksanakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri
(autocriticism).
3. Lewis Madison Terman, mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
4. H.H. Goddard, mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat
kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah yang akan datang.
5. V.A.C Henmon, menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari dua faktor,
yaitu kemampuan memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang
telah diperoleh.
6. Baldwin, mendefinisikan intelegensi sebagai daya atau kemampuan
untuk memahami.
7. Edward Lee Thorndike, mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran
atau fakta.
8. George D. Stoddard, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan
memahami masalah yang sukar, kompleks, abstrak, ekonomis, dan
mengarah pada tujuan, serta mempunyai nilai sosial dan berasal dari
sumbernya.
9. Walters dan Gardner, mendefinsiikan intelegensi sebagai suatu
kemampuan atau serangkaian kemampuan yang memungkinkan
individu memecahkan masalah.
10. Flynn, mengartikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir
secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman

64 Psikologi Umum
11. David Weschler, menyatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan
bertindak secara terarah, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan
secara efektif.

Dari berbagai uraian di atas secara garis besar dapat ditarik


kesimpulan mengenai pengertian intelegensi, yaitu suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional, sehingga
intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi
dari proses berpikir rasional tersebut.
Dari berbagai perbedaan sudut pandang mengenai definisi
intelegensi tersebut, terdapat dua tema yang selalu muncul dalam definisi
tersebut, para ahli sepakat menyatakan bahwa intelegensi merupakan (a)
kapasitas untuk belajar dari pengelaman dan (b) kapasitas seseorang untuk
beradaptasi dengan lingkungan.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Intelegensi


1. Faktor bawaan atau keturunan
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, intelegensi berasal dari faktor
bawaan atau herediter. Penelitian membuktikan bahwa korelasi tes IQ dari
satu keluarga sekitar 0,50 dan diantara anak kembar dihasilkan korelasi tes
IQ yang sangat tinggi, yaitu mencapai 0,90. Penelitian pada anak yang
diadopsi menujukkan bahwa IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40-0,50
dengan ayah dan ibu sebenarnya dan sebaliknya korelasi IQ anak dengan
ayah dan ibu angkat hanya berkisar 0,10-0,20. Lebih lanjut, bukti pada
anak kembar yang diasuh secara terpisah menunjukkan bahwa IQ mereka
tetap berkorelasi sangat tinggi, meskipun mungkin mereka tidak pernah
saling mengenal.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan dapat memberikan perubahan-perubahan yang berarti pada
kapasitas intelegensi seseorang, walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya
sudah dibawa sejak lahir. Intelegensi tidak dapat terlepas dari otak.
Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain

Tim Dosen 65
gizi, rangsangan-ransangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
Menurut Azwar (2011), proses lingkungan yang juga berpengaruh
terhadap intelegensi adalah proses belajar. Proses belajar menyebabkan
perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari
dan diajarkan pada seseorang akan menentukan apa dan bagaimana reaksi
individu terhadap stimulus yang dihadapinya. Sikap, perilaku, reaksi
emosional, dan sebagainya merupakan atribut yang dipelajari dari
lingkungan. Lewat belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga
memengaruhi individu. Standar dan norma sosial yang berlaku pada suatu
kelompok budaya tempat individu berada akan menjadi acuan individu
dalam berpikir dan berperilaku.
Dengan demikian, pengaruh faktor herediter atau warisan yang
dibawa individu dan pengaruh lingkungan tempat individu berada akan
bersama-sama membentuk sifat dan karakter individu. Dalam hal ini
termasuk kapasitas intelegensinya, sehingga individu yang satu tidak sama
persis dengan individu lainnya.

C. Pendekatan Teoritis Mengenai Intelegensi


Maloney dan Ward (dalam Azwar, 2011) mengajukan empat jenis
pendekatan untuk memahami hakikat intelegensi, yaitu pendekatan teori
belajar, neuro-biologis, pendekatan teori-teori psikometri, teori
perkembangan dan teori pemrosesan informasi. Berikut penjelasan
mengenai keempat pendekatan tersebut.

1. Pendekatan Teori Belajar


Pendekatan ini berfokus pada perilaku yang tampak, yakni respon
seseorang terhadap situasi tertentu dan cara menyesuaikan terhadap situasi
tersebut. Suatu perilaku intelegensi adalah suatu perilaku di mana proses
belajar terjadi (pada tingkat fungsional yang tinggi) dan merupakan respon
individu terhadap situasi eksternal. Intelegensi bukanlah traits, tetapi
merupakan kualitas belajar yang telah terjadi. Lingkungan belajar sendiri
menentukan kualitas dan keluasan cadangan perilaku seseorang dan
karenanya dianggap menentukan relativitas intelegensi individu.
66 Psikologi Umum
2. Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan neurolobiologis beranggapan bahwa intelegensi memiliki
dasar anatomis dan biologis sehingga perilaku intelegen dapat ditelusuri
dasar-dasar neuroanatomis dan neurofisiologisnya. Pendekatan ini
menimbulkan berbagai teori intelegensi yang mengaitkan perilaku
intelegensi serta ciri-cirinya dengan aspek biologis. Hal ini dapat terlihat
dari teori Halstead serta teori intelegensi Cattell dan Hebb. Halstead
mengemukakan teori Intelegensi biologis, di mana ia percaya bahwa ada
sejumlah fungsi otak yang berhubungan dengan intelegensi, yang relatif
tidak tergantung pada pertimbangan budaya. Sedangkan Cattel dan Hebb,
mengemukakan bahwa terdapat dua jenis Intelegensi, yaitu Fluid
Intelligence (Gf) dan Crystallized Intelligence (Cc).

3. Pendekatan Psikometris
Pendekatan ini berasumsi bahwa intelegensi adalah sesuatu konstruk atau
traits, yang kadarnya bisa berbeda-beda setiap individu. Pendekatan ini
bersifat kuantitatif. Para ahli psikometri lebih tertarik pada pengukuran
psikologis, maka lebih mengutamakan pada cara praktis untuk melakukan
klasifikasi dan prediksi berdasarkan hasil pengukuran intelegensi daripada
meneliti hakekat intelegensi. Umumnya, setelah mereka menyusun tes
intelegensi baru menetapkan konstruk/konsep yang sebenarnya. Tedapat
dua arah studi pada pendekatan ini, pertama yang bersifat praktis dan lebih
menekankan pada pemecahan masalah dan kedua menekankan konsep dan
penyusunan teori. Pendekatan psikometri melahirkan berbagai skala
pengukuran intelegensi yang dipergunakan saat ini.

4. Pendekatan Teori Perkembangan


Studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi
secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap perkembangan biologis
individu. Piaget sebagai salah seorang tokoh pendekatan ini mengemu-
kakan bahwa intelegensi merupakan bentuk khusus adaptasi biologis
antara individu dengan lingkungannya

Tim Dosen 67
D. Teori dan Model Intelegensi
1. Alfred Binet
Menurut Binet, inteligensi bersifat monogetik, artinya berkembang hanya
dari faktor umum atau kriteria tertentu. Binet menggambarkan intelegensi
sebagai suatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk
mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu
kriteria individu. Jadi, untuk melihat seseorang cukup intelegen atau tidak,
dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakan
apabila diperlukan. Hal ini yang dimaksud sebagai komponen arah,
adaptasi, dan kritik dalam definisi intelegensi.

2. Edward Lee Thorndike


Menurut Thorndike inteligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik
yang ditunjukkan dalam berbagai perilaku inteligen. Thorndike meyakini
bahwa tingkat inteligensi tergantung pada banyaknya neural connec-
tion/ikatan syaraf antara rangkaian stimulus dan respon karena adanya
penguatan yang dialami seseorang.
Thorndike mengklasifikasikan inteligensi ke dalam tiga
kemampuan, yaitu:
a. Abstraksi atau kemampuan bekerja dengan meng-gunakan gagasan
atau simbol;
b. Mekanik atau kemampuan bekerja dengan meng-gunakan alat mekanis
dan kemampuan melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas
indera gerak (sensory- motor);
c. Sosial atau kemampuan untuk menghadapi orang lain dengan cara
yang efektif.

Ketiga kemampuan ini tidak terpisah secara ekslusif, tetapi juga tidak
selalu berkorelasi satu sama lain. Ada individu yang cakap dalam
kemampuan abstraksi, namun lemah pada aspek lainnya. Adapula yang
memiliki kecakapan tinggi dalam ketiga bentuk.

68 Psikologi Umum
3. Charles E Spearman
Pandangan Spearman mengenai intelegensi (dalam Azwar, 2011)
ditunjukkan dalam two factor theory. Intelegensi mengandung dua
komponen kualitatif yaitu (a) edukasi relasi dan (b) edukasi korelasi.
Edukasi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan
dasar yang berlaku antara dua hal. Misalnya, menemukan keterkaitan
antara kata “panjang-pendek”. Edukasi korelasi adalah kemampuan untuk
menerapkan hubungan dasar yang telah diterapkan dalam proses edukasi
relasi sebelumnya ke dalam situasi baru. Sebagai contoh, apabila telah
mengetahui “panjang-pendek” memiliki makna berlawan, hal yang sama
dapat diterapkan ke situasi pertanyaan “baik-….?” Konsep ini disebut
sebagai proses enkoding, proses penyimpulan dan aplikasi. Hal ini
merupakan proses penalaran dengan menggunakan analogi, yang menurut
Spearman, sebagai salah satu indikator faktor General (G-Factor) terbaik.

4. Louis Leon Thurstone & Thelma Gwinn Thurstone


Thurstone meyakini bahwa tidak ada faktor umum (g) dalam inteligensi.
Thurstone percaya bahwa inteligensi terdiri atas kemampuan mental
primer. Kemampuan mental primer terdiri dari enam faktor kemampuan,
yaitu (a) verbal, yakni pemahaman akan hubungan kata, kosa kata,
penguasaan komunikasi lisan; (b) number, ialah kecermatan dan ketepatan
dalam penggunaan fungsi-fungsi hitung dasar; (c) spatial, merupakan
kemampuan mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual; (d) word
fluency, ialah kemampuan mencerna dengan cepat kata-kata tertentu; (e)
memory, didefinisikan sebagai kemampuan mengingat gambar, pesan,
angka, kata, atau pola; dan (f) reasoning, merupakan kemampuan
memecahkan masalah atau mengambil kesimpulan dari contoh, aturan,
atau prinsip.
Keenam faktor tersebut tidak terpisah secara ekslusif dan tidak pula
independen satu dengan yang lain. Oleh karena itu, terdapat satu faktor
umum lain yang lebih rendah tingkatannya berupa suatu faktor g-tingkat
dua, yang menjadi dasar bagi semua faktor-faktor lain.

Tim Dosen 69
5. Cyril Burt
Burt meyakini bahwa inteligensi merupakan kumpulan kemampuan yang
terorganisasikan secara hierarkhis. Artinya, kemampuan mental terbagi
atas beberapa faktor yang berada pada tingkatan yang berbeda. Faktor-
faktor tersebut antara lain: (a) satu faktor umum (general), (b) faktor-
faktor kelompok besar (broad group), (c) faktor-faktor kelompok kecil
(narrow group), dan (d) faktor-faktor spesifik (specific).
Model mental hieraki ini digambarkan sangat erat kaitannya dengan
suatu hierarki fungsional yang diurutkan berdasarkan kompleksitas
kognitifnya. Tingkat mental terendah berupa kemampuan penginderaan
(sensory) dan proses penggerak (motor). Berada di atasnya adalah tingkat
kemampuan yang lebih tinggi berupa proses persepsi atau pengamatan dan
gerakan terkoordinasi (perceptual process dan coordinated movement).
Selanjutnya proses asosiasi yang lebih kompleks dengan melibatkan
ingatan (memory) dan pembentukan kebiasaan (habit). Berada di atasnya
adalah proses relational yang pada puncaknya adalah intelegensi umum,
yang dianggap memiliki peranan integrative yang terlibat dalam setiap
tingkat hierarki.

6. Philip Ewart Vernon


Vernon mengemukakan model hirarkis dalam menjelaskan teori mengenai
inteligensi. Vernon menempatkan satu faktor umum di puncak hirarki. Di
bawahnya terdapat dua jenis kemampuan mental yaitu verbal education
dan practical mechanical, yang termasuk dalam faktor intelegensi utama
atau kelompok mayor. Masing-masing kelompok mayor ini terbagi lagi
menjadi faktor minor yang terpecah lagi menjadi bermacam-macam faktor
spesifik. Vernon berpendapat, faktor spesifik tidak banyak memiliki nilai
praktis karena kurang relevan dengan dunia nyata sehingga difokuskan
pada faktor-faktor umum yang lebih berkorelasi dan substansial dengan
masalah kehidupan sehari-hari.

7. Joy Paul Guilford


Guilford mengemukakan teori yang disebut structure of intellect. Model
teori ini diilustrasikan dengan gambar kotak 3 dimensi, di mana masing-
70 Psikologi Umum
masing dimensi mewakili satu klasifikasi faktor intelektual yang
bersesuaian satu sama lain. Berikut uraian tiga dimensi tersebut:
a. Dimensi isi
Merujuk pada tipe informasi yang sedang diproses. Dimensi ini terdiri
dari:
1. Figur, informasi berupa bentuk yang menggambarkan suatu objek;
2. Simbol, informasi yang diproses memiliki arti lain dari bentuk
yang dilihat;
3. Semantik, informasi diproses harus disajikan secara lisan;
4. Perilaku, informasi yang diterima berupa perilaku orang lain

b. Dimensi operasi
Merujuk pada cara suatu informasi itu diproses. Dimensi ini terdiri dari:
(1) kognisi, menemukan atau mengenali kembali suatu informasi; (2)
ingatan, mengangkat kembali informasi yang pernah diterima ke atas
kesadaran; (3) produksi konvergen, memanfaatkan informasi yang
diterima untuk mendapat jawaban yang benar; (4) produk divergen,
dengan cara berpikir kreatif; (5) evaluasi, menilai informasi itu baik-buruk
atau benar-salah.

c. Dimensi produk
Merujuk pada hasil pemrosesan yang dilakukan dimensi operasi terhadap
dimensi isi. Dimensi ini terdiri dari: (1) satuan, respon tunggal; (2) kelas,
respon kelompok kelas; (3) relasi, satuan yang saling berhubungan; (4)
sistem, respon yang terorganisasi secara keseluruhan; (5) transformasi,
perubahan satu jenis produk ke jenis lain; (6) implikasi, produk yang
hasilnya berlaku di luar data yang diproses.
Dengan demikian, masing-masing dimensi akan terdapat sebanyak
4x5x6 = 120 macam kombinasi yang berlainan dan dihipotesiskan sebagai
sumber terbentuknya kemampuan mental yang berbeda-beda pula.
Model yang dikemukakan Guilford ini mempunyai implikasi
penting bagi teori psikologi umumnya, terutama apabila dijadikan sebagai

Tim Dosen 71
kerangka pemikiran guna memperoleh pandangan baru terhadap konsep-
konsep psikologi.

8. C. Halstead
Teori ini merupakan teori inteligensi dengan pendekatan neurobiologis.
Halstead berpendapat bahwa ada sejumlah fungsi otak yang berkaitan
dengan inteligensi. Ada empat faktor inteligensi yang oleh Halstead
disebut sebagai Inteligensi Biologis. Keempat faktor tersebut adalah:
a. Central Integrative, yaitu merupakan kemampuan mengorganisasikan
pengalaman. Fungsi faktor ini adalah penyesuaian, latar belakang
pengalaman seseorang dan hasil belajarnya akan menginte-grasikan
pengalaman-pengalaman baru.
b. Abstraction, yaitu kemampuan mengelompokkan sesuatu dengan cara
yang berbeda, melihat persamaan-perbedaan diantara benda, konsep,
dan peristiwa.
c. Power, yaitu kemampuan mengendalikan emosi, sehingga
kemampuan rasional dan intelektual dapat berkembang.
d. Directional, yaitu kemampuan memberikan arah dan sasaran bagi
kemampuan individu, yang menunjuk-kan secara spesifik cara
mengekspresikan intelektual dan perilaku.

9. Donald Olding Hebb


Hebb membedakan inteligensi menjadi dua macam, yaitu intelegensi A
dan intelegensi B. Berikut uraian mengenai kedua macam intelegensi
tersebut:
a. Inteligensi A merupakan kemampuan dasar manusia (human basic
potentiality) untuk belajar dari lingkungan. Inteligensi ini ditentukan
kompleksitas dan kelenturan sistem syaraf pusat yang dipengaruhi oleh
gen.
b. Inteligensi B, merupakan tingkat kemampuan yang diperlihatkan
seseorang dalam bentuk perilaku yang dapat diamati secara langsung.
Inteligensi ini disebut juga kemampuan aktual. Intelegnsi B merupakan
hasil gabungan antara keadaan alamiah seseorang (potensi genetik)
dengan asuhan (stimulasi lingkungan) yang diterimanya.
72 Psikologi Umum
10. Raymond Bernard Cattell
Cattell mengklasifikasikan inteligensi menjadi dua macam, yaitu:
a. Fluid intelligence (Gf), inteligensi yang merupakan faktor bawaan
biologis, yang diperoleh sejak lahir dan lepas dari pengaruh pendidikan
dan pengalaman. Inteligensi ini sangat penting dalam keberhasilan
melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasi
baru. Inteligensi ini cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15
tahun.
b. Crystallized intelligence (Gc), inteligensi yang merefleksikan adanya
pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri
seseorang. Inteligensi ini masih dapat terus berkembang sampai usia
30 atau 40, bahkan lebih. Hal ini disebabkan karena perkembangan
inteligensi jenis ini tergantung pada bertambahnya pengalaman dan
pengetahuan sehingga adanya peningkatan usia berarti peningkatan
pengalaman akan terus berpengaruh terhadap perkembangan
intelegensi crystallized.

Meskipun berbeda, akan tetapi kedua intelegensi tersebut dapat tampak


serupa. Pada umumnya kemampuan keduanya menunjukkan korelasi yang
tinggi satu sama lain.

11. Jean Piaget


Teori inteligensi Piaget menekankan pada aspek perkembangan kognitif.
Pada dasarnya, Piaget lebih melihat inteligensi pada aspek isi, struktur, dan
fungsinya. Dalam menjelaskan aspek-aspek tersebut Piaget
mengaitkannya pada periodesasi perkembangan biologis anak. Ada empat
jenis inteligensi yang dikemukakan oleh Piaget, sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif, yaitu:
a. Inteligensi sensori motoris.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir
sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-
tindakan fisik. Dengan berfungsi-nya alat-alat indera serta kemampuan

Tim Dosen 73
kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk
refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk
mengadakan hubungan dengan dunianya.
b. Inteligensi pra-operasional
Anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar ataupun
simbol. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris,
yaitu tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain.
c. Inteligensi operasional
Inteligensi yang memiliki ciri memahami operasi nyata. Bentuk
operasi nyata yaitu, (1) konversi, perubahan dapat terjadi secara bolak
balik; dan (2) klasifikasi, penggolongan sesuatu menurut jenis atau
tingkatan.
d. Inteligensi operasional formal
Inteligensi yang memiliki ciri mampu berpikir hipotetik, mampu
menguji secara sistematik berbagai penjelasan mengenai kejadian
tertentu, dan mampu berpikir abstrak.

12. Howard Gardner


Gardner merumuskan konsep teori Inteligensi Majemuk (Multiple
Intelligence), yang merupakan sanggahan terhadap konsep tunggal
inteligensi. Ada beberapa intelegensi yang dikemukakan oleh Gardner, di
antaranya adalah kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial, musik,
kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Berikut uraian
masing-masing intelegensi tersebut:
a. Kecerdasan bahasa (linguistic intelligence), merupakan kemampuan
seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun
tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang
dimilikinya.
b. Kecerdasan matematis-logis (logic-mathematical intelligence),
merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam

74 Psikologi Umum
kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi,
kategorisasi, dan perhitungan.
c. Kecerdasan ruang visual (spatial intelligence), kemampuan seseorang
dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, termasuk
kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat,
melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali
perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran
dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data
dalam suatu grafik
d. Kecerdasan kinestetis (bodily-kinesthetic intelligence), merupakan
kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian
atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan
masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat
mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka.
e. Kecerdasan Musikal (musical intelligence), merupakan kemampuan
untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-
bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta
kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan
menikmati lagu.
f. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), merupakan
kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap
perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan
isyarat dari orang lain. Secara umum, intelligence interpersonal
merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan orang lain.
g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), merupakan
kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu
bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri. Kecerdasan ini
termasuk kemampuan seseorang untuk berefleksi dan
menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-
gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar
akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan
sangat tenang.
h. Kecerdasan lingkungan/ natural (natural intelligence), memiliki
kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami
dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam
bertani, berburu dan mengembang-kan pengetahuan tentang alam.

Tim Dosen 75
Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki
kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan
berkawan dengan baik.

13. Robert J Sternberg


Stenberg mengemukakan teori intelegensi triarchic. Teori ini berusaha
menjelaskan secara terpadu hubungan antara:
a. intelegensi dan dunia internal seseorang, atau mekanisme mental yang
mendasari perilaku mental seseorang;
b. intelegensi dan dunia eksternal seseorang, atau penggunaan
mekanisme mental sehari-sehari guna mencapai kesesuaian dengan
lingkungan; dan
c. intelegensi dan pengalaman, atau peranan perantara antara dunia
eksternal dan internal dalam hidup seseorang.

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsinya, teori ini berisikan tiga sub
teori, yaitu konteks (contextual), subteori pengalaman (experience) serta
subteori komponen (componential) (Azwar, 2011).
Subteori konteks berusaha menjelaskan dan menunjukkan
perilaku-perilaku yang dianggap perilaku inteligent pada lingkungan
budaya tertentu, yaitu intelegensi kontekstual. Menurut Stenberg, perilaku
intelegen suatu budaya adalah perilaku yang melibatkan penyesuaian atau
adaptasi pada lingkungan budaya tersebut, pemilihan lingkungan yang
optimal, atau pembentukan lingkungan yang ada sehingga lebih sesuai
dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai seseorang. Jadi, perilaku
intelegen menurut konteks ini bersifat relatif menurut individu dan
menurut keadaan sosial- budaya tempat individu berbeda (Azwar, 2011).
Subteori pengalaman, menyatakan bahwa perilaku yang intelegen
menurut konteksnya tidak selalu berarti intelegen pula menurut aspek
pengalaman. Intelegensi pengalaman, menurut subteori ini, paling jelas
diperlihatkan oleh kemampuan individu dalam memberikan respon
terhadap situasi yang baru (novel) secara otomatis dan tanpa kesukaran.
Intelegensi pengalaman menekankan pentingnya insight dan kemampuan
untuk meneruskan gagasan-gagasan baru.

76 Psikologi Umum
Subteori komponen, berupaya menunjukkan dan menjelaskan
stuktur dan proses kognitif yang mendasari semua perilaku intelegen, yaitu
intelegensi kompo-nensial. Intelegensi komponensial menekankan
penting-nya efektivitas pengolahan informasi.

E. Peran Intelegensi dalam Kehidupan Manusia


Menurut Binet (Suryabrata, 2004), sifat hakikat inteligensi ada tiga
macam, yaitu:
1. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan
(memperjuangkan) tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang, makin
cakaplah membuat tujuan sendiri, tidak menunggu perintah. Semakin
cerdas seseorang, dia makin tetap pada tujuan itu, tidak mudah
dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud
mencapai tujuan. Semakin cerdas seseorang, makin dapat
menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya dan
makin dapat bersikap kritis.
3. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri, kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
Semakin cerdas seseorang semakin dapat belajar dari kesalahannya,
kesalahan yang telah dibuatnya tidak mudah di ulang lagi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelasakan bahwa seseorang yang


memiliki inteligensi yang tinggi cenderung memiliki perbedaan dan
kelebihan dalam menanggapi sesuatu permasalahan demi mencapai
tujuannya. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, pelajar yang
memiliki inteligensi tinggi dalam proses belajar, akan lebih mudah
mengatasi masalahnya dan cenderung bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Ini dikarenakan seorang pelajar yang memiliki inteligensi tinggi
cenderung bisa menentukan tujuannya tanpa harus mendapatkan
bimbingan lebih dari gurunya, dan dapat menyesuaikan dirinya untuk
mencapai tujuan. Selain itu, seorang pelajar yang memiliki inteligensi
yang tinggi memiliki kemampuan oto-kritik yang tinggi, sehingga dia bisa
memperbaiki diri dari kesalahan yang ada. Sebaliknya, seorang pelajar
dengan inteligensi yang rendah (pada tingkatan di bawah normal) tidak

Tim Dosen 77
akan sama kemampuannya dalam kegiatan belajar. Bagi seorang guru
dengan diketahuinya inteligensi akan memengaruhi perlakuan kepada
subjek didik yang berbeda-beda tersebut. Sejalan dengan uraian di atas,
Khadijah (2009) mengemukakan inteligensi seseorang diyakini sangat
berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil
penelitian, prestasi belajar biasanya berkorelasi searah dengan tingkat
inteligensi. Artinya, semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka
semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya.
Setiap individu memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-beda pada
kenyatannya. Perbedaan individu dalam inteligensi ini perlu diketahui dan
dipahami oleh pendidik terutama dalam hubungannya dengan
pengelompokan siswa. Selain itu, pendidik harus menyesuaikan tujuan
pembelajarannya dengan kapasitas inteligensi siswa. Perbedaan inteligensi
yang dimiliki oleh siswa membuat guru harus mengupayakan agar
pembelajaran yang ia berikan dapat membantu semua siswa dengan
perlakuan metode yang beragam (Khadijah, 2009). Lebih lanjut Khadijah
mengatakan (2009), perbedaan tersebut juga tampak dari hasil belajar yang
dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa
bergantung pada tinggi rendahnya inteligensi yang mereka miliki. Meski
demikian, inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
memengaruhi keberhasilan belajar seseorang, masih terdapat faktor-faktor
lain yang memengaruhinya.
Konsep multiple intelligence yang dikemukakan Gardner
memandang kecerdasan manusia meliputi tujuh macam kecerdasan.
Multiple intelligence sebagai satu gagasan bahwa kecerdasan yang
dimiliki manusia adalah beragam, dan masing masing individu memiliki
keunikan yang berbeda.
Dalam bidang pendidikan, multiple intelligence kini telah banyak
dikembangkan dari sejak kajian teoritis sampai pada berbagai praktek
kegiatan pendidikan dan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
Kajian-kajian tentang pengembangan kemampuan peserta didik
berdasarkan multiple intelligence ini memberikan pengetahuan bagaimana
sebenarnya hakikat manusia dari sisi potensi, bakat dan kemampuannya
dapat dikembangkan secara optimal. Konsep multiple intelligence, bila
dipahami dengan baik, maka membuat semua pendidik memandang
potensi anak lebih positif.
78 Psikologi Umum
Konsep multiple intelligence ini juga mendorong guru untuk berpikir
lebih terbuka agar keluar dari paradigma tradisional yang beranggapan
bahwa kecerdasan hanya dilihat dari satu kemampuan intelektual atau
kognitif saja.
Guru yang memiliki wawasan multiple intelligence mampu
merancang kurikulum, mengem-bangkan metodologi pembelajaran, dan
mengevaluasi hasil belajar anak dengan lebih optimal. Terlebih lagi, para
guru pun dapat menyiapkan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan
memberdayakan di sekolah. Seorang. Multiple intelligence ini dalam
kegiatan pembelajaran dapat diterapkan dalam tiga bentuk utama yakni
(Mardianto, 2012):

a. Orientasi kurikulum
Penerapan konsep multiple intelligence dalam kurikulum memiliki dasar
pemikiran sebagai berikut:
1. Multiple intelligence berkenaan dengan kemampuan peserta didik
dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2. Multiple intelligence menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui
peserta didik untuk menjadi standart kompetensi.
3. Multiple intelligence merupakan hasil belajar (learning outcomes)
yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui
proses pembelajaran;
4. Keandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat
dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
5. Penyusunan standar kompetensi, kompetensi dan hasil belajar
hendaknya didasarkan pada multiple intelligence yang ditetapkan
secara proporsional, tidak melulu hanya apsek kognitif atau spritual
belaka, tetapi seimbang dan tepat sasaran.

b. Metodologi Pengembangan Pembelajaran


Metodologi pembejaran dapat dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
dari multiple intelligence. Beberapa contoh diantaranya:

Tim Dosen 79
1. Penggunaan metode bercerita, merupakan salah satu bentuk untuk
mengembangkan intelligence lingusitic, di mana siswa diajak
menyenangi dan mencintai bahasa.
2. Metode problem solving, siswa dihadapkan pada masalah konkret dan
diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan
memecahkan masalah secara bersama-sama sehingga metode ini dapat
mengasah kecerdasan interpersonal.
3. Metode reflective thinking/critical thinking, siswa diajak untuk
membuat catatan refleksi atau tanggapan siswa secara pribadi atau
berkelompok dihadapkan pada suatu bahan (artikel, peristiwa, kasus,
gambar, foto, dan lain sebagainya) sehingga cara ini dapat
mengembangkan kecerdasan bodily kenisthetic, juga interpersonal
inteligence.

c. Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran


1. Evaluasi dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi
kemajuan belajar siswa dalam berbagai bidang intelligensi (multiple
intelligence). Hal ini sudah harus tergambar sejak dalam perencanaan
pembelajaran pengembangan kegiatan pembelajaran.
2. Bentuk evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang
dapat mengakomodir kecerdasan yang sangat kompleks. Bentuk tes
soal ujian harus diiringi dengan tugas, nilai praktek dan nilai sehari-
hari sangat besar perannya dalam penentuan keberhasilan belajar.
3. Proses penilaian berbasis kelas dan berangkat dari potensi apa yang
dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk
dikembangkan pada dirinya. Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh
guru dalam tujuan pembelajaran juga harus diiringi dengan
pertimbangangan lain di mana masing-masing anak memiliki keunikan
yang khas, sehingga pengukuran kecerdasannya pun membutuhkan
ciri khas.

Berdasarkan uraian tersebut, konsep multiple intelligence memiliki


peran dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dengan
mempertimbangkan berbagai potensi, bakat dan kemampuannya yang
dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah harus memperhatikan keragamam kecerdasan
80 Psikologi Umum
yang dimiliki anak, dengan cara seperti ini, potensi dan hak anak akan
dapat dihargai atas dasar perbedaan dan kemampuan. Akhirnya anak akan
nyaman belajar dan dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Konsep Gardner mengenai multiple intelligence khususnya
kecerdasan interpersonal ditempatkan oleh Salovey dalam definisi dasar
tentang kecerdasan emosional (Goleman, 2001). Gardner menjelaskan
kecerdasan emosional sama dengan kecerdasan pribadi yang terdiri dari
kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenali emosi diri
sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
Goleman (2001) menegaskan, dengan mengoptimalkan pengelolaan
kecerdasan emosional akan menghasilkan empat domain kompetensi yang
sangat efektif yaitu, kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan
pengelolaan relasi. Kecerdasan emosional memberi individu kesadaran
mengenai perasaaan milik diri sendiri dan juga perasaaan menjadi milik
orang lain. Kecerdasan emosional memberikan individu rasa empati, cinta,
motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan
secara tepat.
Goleman mengemukakan, bahwa kehidupan mental manusia
dibentuk dari dua pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional
yang bekerja dalam keselarasan yang erat, dan saling melengkapi
(Goleman, 2001). Kecerdasan pikiran rasional diukur dengan IQ
(Intelligence Question). Test IQ digunakan sebagai dasar meramalkan
kemampuan bidang karir akademik. Selama ini, IQ diyakini sebagai satu-
satunya faktor yang menentukan kesuksesan seseorang. Penyelidikan
ilmiah pertama yang pernah dilakukan membandingkan kecerdasan
emosional (emotional intelligence) dengan cognitive inteligence (IQ),
dilakukan dengan cara mengukur prestasi kerja menggunakan Baron
Emotional Questient Inventory (EQ-i). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa cognitive intelligence (IQ) memengaruhi sekitar 1% performansi
kerja aktual. EI (emotional intelligence) memengaruhi sebesar 27 % dan
72 % lainnya dipengaruhi oleh hal hal lain (Multi-Health Systems Inc,
dalam Mardianto, 2012). Stein dan Book menyatakan bahwa IQ dapat
digunakan untuk memperkirakan sekitar 1-20 % (rata-rata 6 %)

Tim Dosen 81
keberhasilan dalam pekerjaan tertentu. EQ di sisi lain ternyata berperan
sebesar 27-45 %, dan berperan langsung dalam keberhasilan pekerjaan
tergantung pada jenis pekerjaan yang diteliti (Stein dan Book, dalam
Mardianto, 2012). Kecerdasan emosional bukan lawan dari kecerdasan
rasional, meskipun keduanya merupakan kemampuan yang berbeda secara
fundamental. Keduanya berinteraksi secara dinamis dalam membentuk
kehidupan manusia. Emosi sangat penting bagi rasionalitas. Tetapi rasio
memainkan peran penting dalam emosi individu. Keberhasilan dalam
hidup ditentukan oleh keselarasan hubungan antara keduanya.

Evaluasi
1. Apa itu Inteligensi?
2. Sebutkan beberapa teori psikologi?
3. Bagaimana terbentuknya Inteligensi?
4. Bagaimana cara mengukur inteligensi?
5. Menurut analisis Anda factor apa saja yang menyebabkan Inteligensi
bertambah dan juga berkurang?

Kesimpulan
Bagaimana Orang Berpikir
Berpikir (kognisi) adalah aktivitas mental yang terjadi di otak ketika
informasi sedang diatur, disimpan, dikomunikasikan, atau diproses.
Bagaimana gambaran mental dan konsep terlibat dalam proses berpikir?
a. Gambaran mental mewakili objek atau peristiwa dan memiliki bentuk
seperti gambar kualitas.
b. Konsep adalah gagasan yang mewakili kelas atau kategori peristiwa,
benda, atau aktivitas.
c. Prototipe adalah contoh konsep yang lebih cocok karakteristik yang
menentukan dari konsep itu.

82 Psikologi Umum
Apa metode yang digunakan orang untuk memecahkan masalah dan
membuat keputusan?
a. Pemecahan masalah terdiri dari berpikir dan berperilaku tertentu cara
untuk mencapai tujuan.
b. Solusi mekanis mencakup pembelajaran trial-and-error dan hafalan
solusi.
c. Algoritma adalah jenis solusi hafalan yang diikuti prosedur langkah
demi langkah untuk memecahkan jenis masalah tertentu.
d. Heuristik atau "aturan praktis" adalah strategi yang mempersempit
solusi yang mungkin untuk suatu masalah.
e. Wawasan adalah persepsi tiba-tiba dari solusi untuk masalah.

Mengapa pemecahan masalah terkadang gagal, dan apa penyebabnya yang


dimaksud dengan berpikir kreatif?
a. Ketetapan fungsional adalah kecenderungan untuk menganggap objek
sebagai memiliki hanya penggunaan yang awalnya dimaksudkan dan,
oleh karena itu, gagal melihatnya sebagai alat yang mungkin untuk
memecahkan masalah lain.
b. Bias konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari bukti itu
menegaskan keyakinan seseorang, mengabaikan bukti yang
bertentangan.
c. Pemikiran divergen melibatkan menghasilkan sebanyak mungkin
perbedaan jawaban mungkin. Ini semacam kreativitas (penggabungan
ide atau perilaku dengan cara baru).
d. Orang kreatif biasanya pandai dan memiliki imajinasi mental
pengetahuan tentang berbagai topik, tidak takut untuk berbeda,
menghargai kemandirian mereka, dan seringkali tidak konvensional
pekerjaan mereka tetapi tidak di bidang lain.

Inteligensi
Bagaimana psikolog mendefinisikan kecerdasan, dan bagaimana
melakukannya berbagai teori kecerdasan berbeda?
a. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memahami dunia, berpikir
rasional atau secara logis, dan menggunakan sumber daya secara
efektif saat dihadapkan dengan tantangan atau masalah.

Tim Dosen 83
b. Spearman mengusulkan kecerdasan umum, atau faktor g, sebagai
kemampuan untuk bernalar dan memecahkan masalah, sedangkan
spesifik intelijen, Faktor atau s, termasuk kemampuan tugas khusus
tertentu bidang-bidang seperti musik, bisnis, atau seni.
c. Gardner mengusulkan sembilan jenis kecerdasan, mulai dari dari
verbal, linguistik, dan matematika hingga interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal.
d. Sternberg mengusulkan tiga jenis kecerdasan: analitis, kreatif, dan
praktis.

84 Psikologi Umum
Daftar Pustaka

Azwar, S. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Basadur, M.S. & Head, M. (2002). Team performance and satisfaction: A
link to cognitive style within a process framework. Journal of
Creative Behavior, 35, 1-22.
Ciccarelli, S., K, and Noulan, J.N., 2015, Psychology, 4th Edition, by
Pearson Education, Inc. All rights reserved.
Colligan RC, Offord KP. (1989) The aging MMPI: contemporary norms
for contemporary teenagers. Mayo Clin Proc. Jan;64(1):3-27. doi:
10.1016/s0025-6196(12)65299-9. PMID: 2642996.
Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the psychology of
discovery and invention. New York: Harper/Ccjllins (pp. 107- 126
plus Notes).
Ganis G.1, Thompson, W.L., Kosslyn, S.M., 2004. Brain areas underlying
visual mental imagery and visual perception: an fMRI study. Brain
Res Cogn Brain Res. 2004 Jul;20(2):226-41. doi:
10.1016/j.cogbrainres.2004.02.012.
Gardner H. 2004. A Multiplicity of Intelligences. Published
Gerrig, R.,J., 2013. Psychology and Life, Stony Brook University, by
Pearson Education, Inc.
Kahneman, D., Slovic, P., & Tversky, A., (1982). (eds.) Cambridge
University Press
Kohler, W. (1925). The mentality of apes. (E. Winter, Trans.). Harcourt,
Brace.
Kosslyn, S. M., Reiser, B. J., Farah, M. J., & Fliegel, S. L. (1983).
Generating visual images: Units and relations. Journal of
Experimental Psychology: General, 112(2), 278–303.
https://doi.org/10.1037/0096-3445.112.2.278
Lally, M. and, Valentine-French, S., 2018, Introduction to Psychology,
College of Lake County Foundation.
Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan
Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.

Tim Dosen 85
Schacter, D., Gilbert, D, Wegner, D., Hood, B., 2016. Psychology, 2nd
European edition, Palgrave
Shepard, R. N., & Metzler, J. (1971). Mental rotation of three-dimensional
objects. Science, 171(3972), 701–703.
https://doi.org/10.1126/science.171.3972.701
Stein. S.,J., and Book. H., E.,, 2011. The EQ Edge: Emotional Intelligence
and Your Success. Jossey-Bass; 3rd edition

86 Psikologi Umum
BAB 5
Konsep Tentang Memori, Jenis-Jenis,
dan Tahapan Memori

Dr. Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi, Psikolog


2021

Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus


Kampus Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Tim Dosen 87
Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi


umum, aspek-aspek dan dinamika psikologinya.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep memori dan proses


kerjanya
2. Mahasiswa memahami jenis dan tahapan memori
3. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara kerja memori.
4. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara meningkatkan
kemampuan memori
5. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep lupa.

88 Psikologi Umum
Pengantar

Manusia memiliki memori yang kemampuan dan kapasitas sangat besar,


sehingga tak terhitung besarnya. Akan tetapi, tidak semua memanfaatkan
kapasitas tersebut seoptimal mungkin dan lebih banyak lagi yang
memanfaatkan memori ini sekadarnya saja, sehingga banyak ruang-ruang
dalam memori seseorang yang tidak terisi bahkan tidak diisi serta tidak
diperlakukan dengan lebih baik karena berbagai faktor
Memori adalah proses pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan
informasi. Informasi yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dapat
diterima indera (sensasi) penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan,
pengecapan.
Pengkodean (encoding) adalah proses mengubah informasi sensoris
ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh memori.
Penyimpanan (storing) adalah proses menyimpan dan
mempertahankan informasi yang telah dikodekan tadi ke dalam sistem
penyimpanan memori.
Pengambilan (retrieving) adalah proses menemukan materi
informasi di dalam penyimpanan memori untuk dibawa menuju kesadaran
dan kemudian digunakan.

Tim Dosen 89
Peta Konsep 1: Jenis-Jenis Memori

Jenis-Jenis Memori
Sensory memory, merupakan memori yang menyimpan informasi awal di
sistem sensori dalam bentuk stimulus yang tidak memiliki makna dan
berlangsung hanya sekejap.
Sensory memori ini memiliki kapasitas yang besar dalam
menyimpan sistem yang merekam informasi dari masing-masing alat
sensori dengan akurat. Dari sensori memori tersebut, kemudian informasi
diberi sandi dan dialirkan ke dalam sort term memory yang terdiri dari
sebagian kecil informasi yang secara aktif kita gunakan yang kadang kita
lupakan atau kita simpan pada memori berikutnya, yaitu pada long term
memory yang sering kita kenal dengan kata lain yaitu ingatan.
Memori terdiri dari dua jenis:
1. Iconic memory, menyimpan informasi visual dari indera penglihatan.
2. Echoic memory, menyimpan informasi auditori dari indera
pendengaran.

Short-term memory (disebut juga working memory) merupakan


memori yang menyimpan informasi dalam jumlah dan waktu yang sangat
terbatas (maksimal 30 detik) serta akan hilang jika tidak dimasukkan ke
long-term memory (dengan cara diulang-ulang/rehearsal).

90 Psikologi Umum
Long-term memory, merupakan memori yang menyimpan informasi
dalam jumlah yang tidak terbatas dan dalam jangka waktu yang relatif
permanen. Memori ini terdiri dari dua kelompok:
1. Declarative memory, merupakan memori yang terkait dengan fakta dan
kejadian serta dapat secara sadar dideklarasikan. Kata kunci: knowing
what?
Terdiri dari dua jenis:
a. Episodic memory, merupakan memori yang menyimpan informasi
tentang suatu pengalaman atau kejadian spesifik dalam bentuk
cerita yang runut dan sistematis (serial).
b. Semantic memory, merupakan memori yang menyimpan
informasi tentang fakta, pemahaman, konsep, dan pengetahuan
tentang dunia luar secara lebih terstruktur. Jenis memori inilah
yang secara umum kita kenal dengan istilah “pengetahuan”.

2. Procedural memory, merupakan memori “tidak sadar” yang berkaitan


dengan kemampuan (skills) dan tata cara dalam melakukan sesuatu,
terutama dalam hal penggunaan suatu objek ataupun pergerakan tubuh.
Terkadang diistilahkan juga dengan “muscle memory” atau “body
memory”. Kata kunci: knowing how?
Menurut Hilgard and Bower (1975), beberapa macam informasi
yang tersimpan dalam memori jangka panjang meliputi:
a. Model spasial dari alam di sekeliling kita, struktur simbolis yang
berkaitan dengan gambaran tentang suatu rumah, kota, negara, atau
planet dan informasi tentang di mana obyek‐obyek penting terletak
dalam peta kognitif tersebut.
b. Pengetahuan hukum‐hukum fisika, kosmologi, sifat obyek dan segala
sesuatu yang terkait dengannya,
c. Keyakinan kita terhadap orang, diri sendiri, dan tentang bagaimana
berperilaku dalam situasi sosial yang bervariasi.
d. Nilai‐nilai dan tujuan sosial yang kita cari.
e. Keterampilan motorik dalam mengemudi, bersepeda dan sejenisnya;
ketrampilan menyelesaikan masalah untuk berbagai situasi; rencana‐
rencana kita untuk mencapai sesuatu.
f. Keterampilan perseptual dalam memahami bahasa atau menginter-
pretasikan lukisan atau musik.

Tim Dosen 91
Peta Konsep 2: Cara Kerja Memori

Cara Kerja Memori


Informasi yang berasal dari lingkungan ditangkap oleh indera kemudian
disimpan sementara dan sangat cepat di sensory memory.
Jika tidak disertai dengan perhatian (attention), maka informasi itu
akan segera hilang. Jika disertai dengan perhatian, maka akan masuk ke
short-term memory.
Informasi yang tersimpan di short-term memory hanya bertahan
maksimal 30 detik. Jika informasi itu tidak ditindaklanjuti dengan
pengulangan/rehearsal, maka informasi tersebut akan segera hilang.
Jika informasi tersebut terus diulang-ulang/rehearsal, maka
informasi itu akan masuk ke dalam long-term memory. Informasi yang
sudah tersimpan di long-term memory tersebut dapat digunakan melalui
proses retrieval atau pengambilan kembali informasi menuju short-term
memory.

92 Psikologi Umum
Meningkatkan Kemampuan Memori
1. Pengulangan/ rehearsal.
2. Penelitian menunjukkan bahwa pengulangan saja tidak ada artinya bila
tidak dihubungkan dengan suatu konteks yang sudah dikenal.
3. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan
tertentu.
4. Organisasi mnemonik, yaitu informasi diorganisasi sedemikian rupa
(dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi
yang kompleks mudah untuk diingat kembali. Contoh: metode loci,
metode menghubung-hubungkan (link method), atau ssering
diistilahkan jembatan keledai.

Lupa
Apa yang menyebabkan orang lupa atau melupakan sesuatu? Terkadang
lupa merupakan mekanisme kejiwaan untuk menghadapi kehidupan yang
berlangsung hari demi hari. Akan tetapi, jika kita telusuri ada beberapa
penyebab orang menjadi lupa yaitu:

1. Merosot karena tidak terpakai


Ada asumsi lama yang mengatakan bahwa belajar meninggalkan jejak
dalam otak, yaitu berupa perubahan fisik yang sebelumnya tidak ada di
sana. Dengan berlalunya waktu, proses yang berlaku dalam otak
mengakibatkan jejak-jejaknya makin terkikis yang menyebabkan
mundurnya daya mengingat.

2. Gangguan
Karena mempelajari bahan baru, ingatan pada bahan lama agak terganggu.
Seorang dosen yang banyak mengenal istilah-istilah dalam terminologi
keilmuannya merasa kesulitan pada saat menghapal nama-nama
mahasiswa barunya. Oleh sebab itu, ia tidak berusaha menghapalkan
nama-nama mahasiswanya yang baru lagi. Sebaliknya, ada orang yang
terganggu mempelajari sesuatu yang baru karena bahan lama yang sudah
dipelajarinya.

Tim Dosen 93
3. Represi
Pengalaman masa lalu yang sengaja ditekan dengan kuat, supaya tidak
timbul dalam ingatan, misalnya rasa bersalah pada suatu peristiwa
pembunuhan karakter yang telah dilakukan seseorang yang tidak diketahui
oleh siapapun kecuali oleh dirinya sendiri dan Tuhan. Walaupun ia bebas,
namun dirinya tidak dapat mengingkari perbuatannya dan perasaan
bersalah yang ditekan sangat kuat, pada akhirnya perasaan salah tersebut
begitu menekan jiwanya hingga ia meminta maaf kepada orang yang
pernah dilukai perasaannya.

4. Penyaringan
Untuk memberi gambaran tentang proses ingatan telah disusun satu teori
oleh Donald Boardbent (1954) yang dinamai teori saringan. Satu peristiwa
seperti pencurian di layar kaca menyampaikan kesan-kesan kepada
penonton melalui mata dan kadang-kadang juga telinganya. Semua kesan
itu masuk ke dalam suatu tempat penyimpan jangka pendek. Di sini banyak
kesan-kesan itu hilang, tidak banyak lagi yang tinggal tanpa diproses
terlebih dahulu. Pengolahan itu tidak sembarangan saja, tetapi diarahkan
oleh sebuah saringan yang mengistimewakan sebagian yang lain kesan-
kesan itu dari pada sisanya. Saringan itu menjaga supaya kesanggupan
mengingat tidak memberi beban yang berat. Yang terpilih dari kesan-
kesan itu hanya bagian yang relevan saja untuk diolah. Kesan-kesan yang
telah disaring itu kemudian masuk ke dalam tempat simpanan jangka
panjang.

Kesimpulan
Memori yakni unit atau ruang penyimpan informasi baik penyimpanan
yang sementara maupun yang menetap. Memori sementara misalnya
sensory memory sifatnya tidak tetap atau dalam ilmu komputer sering
disebut dengan memori volatile. Kemudian short term memory yang terdiri
dari sejumlah kecil data yang dapat disimpan dalam otak pada satu saat
tertentu. Ingatan ini bersifat aktif oleh karena itu jika ingatan ini tidak ingin
kita hilangkan maka kita harus mengaktifkan data jangka pendek ini dalam
pikiran. Memori yang menetap atau sekunder dapat kita panggil kembali
misalnya memori yang tersimpan dalam long term memory.

94 Psikologi Umum
Pertanyaan
1. Terdapat beberapa teori tentang lupa. Buatlah contoh dari masing-
masing teori!
2. Berikan penjelasan mengenai “tip-of-the-tongue phenomenon”!

LATIHAN (TUGAS KELOMPOK)


1. Menurut kelompok, apa yang paling penting untuk dilakukan dalam
meningkatkan kemampuan memori kita?
2. Bandingkan antara short-term memory and working memory!

Tim Dosen 95
Daftar Pustaka

Anderson, J.R. 1995. Learning and Memory ‐ An Integrated Approach.


New York: John Wiley & Sons, Inc.
Basadur, M.S. & Head, M. (2002). Team performance and satisfaction: A
link to cognitive style within a process framework. Journal of
Creative Behavior, 35, 1-22.
Broadbent, D (1958). Perception and Communication. London: Pergamon
Press.
Colligan RC, Offord KP. (1989) The aging MMPI: contemporary norms
for contemporary teenagers. Mayo Clin Proc. Jan;64(1):3-27. doi:
10.1016/s0025-6196(12)65299-9. PMID: 2642996
Csikszentmihalyi, M. (1996). Creativity: Flow and the psychology of
discovery and invention. New York: Harper/Ccjllins (pp. 107- 126
plus Notes).
Hilgard, ER. And Bower, G. H., 1975, Schemas Versus Mental Model In
Human Memory, Chinester: John Wiley and Sons.
Ganis G.1, Thompson, W.L., Kosslyn, S.M., 2004. Brain areas underlying
visual mental imagery and visual perception: an fMRI study. Brain
Res Cogn Brain Res
. 2004 Jul;20(2):226-41. doi: 10.1016/j.cogbrainres.2004.02.012.
Guilford, J. P. (1967). Creativity: Yesterday, today, and tomorrow. The
Journal of Creative Behavior, 1(1), 3–14.
https://doi.org/10.1002/j.2162-6057.1967.tb00002.x
Kahneman, D., & Tversky, A. (1973). On the psychology of prediction.
Psychological Review, 80(4), 237–251.
https://doi.org/10.1037/h0034747
Kahneman, D., Slovic, P., & Tversky, A., (1982). (eds.) Cambridge
University Press
Kohler, W. (1925). The mentality of apes. (E. Winter, Trans.). Harcourt,
Brace.
Kosslyn, S. M., Reiser, B. J., Farah, M. J., & Fliegel, S. L. (1983).
Generating visual images: Units and relations. Journal of

96 Psikologi Umum
Experimental Psychology: General, 112(2), 278–303.
https://doi.org/10.1037/0096-3445.112.2.278
Shepard, R. N., & Metzler, J. (1971). Mental rotation of three-dimensional
objects. Science, 171(3972), 701–703.
https://doi.org/10.1126/science.171.3972.701

Tim Dosen 97
BAB 6
Belajar, Teori Belajar, Implementasi
Pembelajaran, dan Contoh Kasus

Seta A. Wicaksana, S.Psi., M.Psi., Psikolog


2021
Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

98 Psikologi Umum
Pengantar

Modul ini dibuat dalam rangka membantu mahasiswa dalam mengikuti


kuliah Psikologi Umum. Kondisi lain yang mendukung terbangunnya
modul ini adalah kondisi pandemi covid-19 yang masih berlangsung
(sampai modul ini diselesaikan Januari 2021).
Modul ini sebagai modul kerja yang sifatnya tidak semata memberi
penjelasan (yang telah dilaksanakan dalam sesi kuliah), tapi juga melatih
pembaca/ mahasiswa membangun pengetahuannya baik secara teoretik
maupun kenyataan. Modul ini membahas mengenai belajar sebagai proses
yang menjelaskan mengenai mengapa pentingnya belajar, teori,
implementasi dan implikasi penggunaan teori belajar dalam situasi praktis.
Jika kita tidak bisa mempelajarinya, kita akan mati sebagai spesies
sejak lama. Belajar adalah proses yang memungkinkan kita beradaptasi
dengan perubahan kondisi dunia di sekitar kita. Kita dapat mengubah
tindakan kita sampai kita menemukan perilaku yang menuntun kita pada
kelangsungan hidup dan penghargaan, dan kita dapat menghilangkan
tindakan yang tidak berhasil di masa lalu. Tanpa belajar, pasti ada tidak
ada bangunan, pertanian, obat-obatan yang menyelamatkan nyawa, dan
peradaban manusia.
Setidaknya ada beberapa sumber yang patut menjadi pertimbangan
yakni Ciccarelli, S., K, and Noulan, J.N., 2015, Psychology, 4th Edition,
by Pearson Education, Inc. All rights reserved, Gerrig, R.,J., 2013.
Psychology and Life, Stony Brook University, by Pearson Education, Inc.,
Lally, M. and, Valentine-French, S., 2018, Introduction to Psychology,
College of Lake County Foundation, Schacter, D., Gilbert, D, Wegner, D.,
Hood, B., 2016. Psychology, 2nd European edition, Palgrave

Seta A. Wicaksana

Tim Dosen 99
Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi


umum, aspek-aspek dan dinamika psikologinya.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan psikologi sebagai ilmu yang


ilmiah.
2. Mahasiswa memahami teori-teori psikologi dasar dan
penerapannya.

3. Mahasiswa mampu memahami gambaran dan konsep psikologi


yang terlibat dalam proses mental/dinamika perilaku.

Modul: Belajar

Materi Dasar Isi

Judul Materi Belajar

Pokok Bahasan Belajar dan Pendekatan Teoritis


serta implementasi belajar dalam
kehidupan sehari-hari

Waktu 3X 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

100 Psikologi Umum


Bayangkan Anda berada di bioskop, menonton film horor. Saat pahlawan
mendekati pintu yang tertutup, musik di trek suara film menjadi gelap dan
mengancam. Anda tiba-tiba merasakan dorongan untuk berteriak, “Jangan
lewat pintu itu!" Sementara itu, Anda menemukan bahwa jantung Anda
berdegup kencang.
Namun mengapa?
Jika Anda memikirkan pertanyaan ini secara formal, Anda mungkin
sampai pada jawaban: “Saya telah mempelajari hubungan antara film
musik dan acara film—dan itulah yang membuat saya gugup!"
Akan tetapi, pernahkah Anda memikirkan hubungan ini
sebelumnya? Mungkin tidak. Entah bagaimana, cukup duduk bioskop,
Anda telah mempelajari asosiasinya tanpa satu pun pemikiran tertentu.
Mari kita bahas dalam Bab ini terkait fenomena tersebut.

Study of Learning
a. What is Learning
Topik pembahasan ini adalah pembelajaran yang diartikan sebagai
perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan atau perilaku yang
merupakan hasil dari pengalaman. Anda mungkin berpikir untuk belajar
dalam kaitannya dengan hal-hal yang perlu Anda lakukan sebelum ujian
yang akan datang atau keterampilan baru yang Anda peroleh melalui
latihan, tetapi perubahan ini hanya mewakili satu komponen pembelajaran.
Padahal, pembelajaran merupakan topik luas yang juga digunakan untuk
menjelaskan berbagai macam perubahan psikologis lainnya. Pembelajaran
bahkan menggambarkan bagaimana seseorang memperoleh gangguan
psikologis seperti Gangguan Stres Pasca Trauma.
Belajar mungkin merupakan kapasitas manusia yang paling penting.
Belajar memungkinkan kita untuk menciptakan kehidupan yang efektif
dengan mampu menanggapi perubahan. Kita belajar menghindari
menyentuh kompor panas, mencari jalan pulang dari sekolah, dan
mengingat siapa saja yang pernah membantu kita di masa lalu. Tanpa
kemampuan untuk belajar dari pengalaman, hidup kita menjadi sangat
berbahaya dan tidak efisien. Prinsip-prinsip pembelajaran juga dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai macam interaksi sosial, termasuk

Tim Dosen 101


dilema sosial di mana orang membuat keputusan penting tentang
bagaimana berperilaku.
Belajar melibatkan perolehan pengetahuan baru, keterampilan, atau
tanggapan dari pengalaman yang menghasilkan perubahan yang relatif
permanen dalam keadaan pelajar. Definisi ini menekankan tiga ide kunci,
yaitu belajar berdasarkan pengalaman, belajar menghasilkan perubahan
organisme, dan perubahan ini relatif permanen.
Studi tentang pembelajaran sangat erat kaitannya dengan perspektif
perilaku psikologi. Dua pemimpin awal di sekolah behavioris adalah John
B. Watson dan B. F. Skinner. Para psikolog ini memfokuskan penelitian
mereka sepenuhnya pada perilaku, tidak termasuk proses mental. Bagi
para behavioris, belajar merupakan proses pengkondisian yang artinya
respon terhadap rangsangan tertentu dapat dipelajari.
Pengkondisian hanyalah salah satu jenis pembelajaran. Dalam bab
ini, kami juga akan mempertimbangkan belajar melalui wawasan, kognisi,
dan observasi. Dalam setiap kasus, kita tidak hanya akan melihat apa yang
telah dipelajari oleh para psikolog tentang topik, tetapi juga pengaruh
penting pembelajaran pada banyak aspek kehidupan kita sehari-hari.
Selain itu, kita akan melihat bahwa dalam beberapa kasus pembelajaran
dapat menjadi maladaptif.

b. Behaviorism and Behavior Analysis


Sebagian besar pandangan psikologi modern tentang pembelajaran telah
menemukan akarnya dalam karya John Watson (1878–1958). Watson
mendirikan sekolah psikologi yang dikenal sebagai behaviorisme. Selama
hampir 50 tahun, psikologi Amerika didominasi oleh tradisi behavioris
seperti yang diungkapkan dalam buku Watson tahun 1919. Psikologi dari
sudut pandang seorang Behavioris. Watson berpendapat bahwa
introspeksi—laporan verbal orang tentang sensasi, gambar, dan perasaan
— adalah bukan cara yang dapat diterima untuk mempelajari perilaku
karena memang demikian terlalu subjektif. Bagaimana para ilmuwan dapat
memverifikasi keakuratannya pengalaman pribadi? Namun, begitu
introspeksi ditolak, apa pokok bahasan psikologi? Jawaban Watson adalah
perilaku yang dapat diamati. Dalam kata-kata Watson, serikat kesadaran,
seperti yang disebut fenomena spiritualisme, tidak dapat diverifikasi
102 Psikologi Umum
secara obyektif dan karena alasan itu tidak akan pernah bisa menjadi data
untuk “sains” (Watson, 1919:1). Watson juga mendefinisikan tujuan
utama psikologi sebagai "prediksi” dan kontrol “perilaku” (Watson,
1913:158). B. F. Skinner (1904–1990) mengadopsi tujuan Watson dan
berkembang agendanya. Skinner memulai penelitian setelah membaca
buku Behaviorisme (Watson 1924) dan ia memulai studi pasca sarjana di
bidang psikologi di Harvard. Seiring waktu, Skinner dikenal sebagai
behaviorisme radikal.
Namun, Skinner tidak terlalu fokus pada legitimasi mereka,
melainkan pada data legitimasi mereka sebagai penyebab perilaku
(Skinner, 1990). Skinner's melihat, peristiwa mental, seperti berpikir dan
membayangkan melakukan sesuatu, tidak menyebabkan perubahan
perilaku. Sebaliknya, mereka adalah contoh bahwa perilaku itu disebabkan
oleh rangsangan lingkungan. Misalkan kita menghilangkan makanan
merpati selama 24 jam. Letakkanlah alat di mana ia bisa mendapatkan
makanan dengan mematuk tempat makan, dan ia akan segera
menemukannya. Skinner akan membantah bahwa perilaku hewan dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh lingkungan—perampasan dan penggunaan
makanan sebagai penguatan. Perasaan subjektif kelaparan, yang tidak bisa
secara langsung diamati atau diukur, bukanlah penyebab perilaku, tetapi
akibatnya perampasan. Untuk menjelaskan apa yang dilakukan burung itu,
Anda tidak perlu memahami apa pun tentang keadaan psikologis batinnya.
Anda hanya perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang
memungkinkan burung untuk memperoleh hubungan antara perilaku dan
penghargaan. Ini adalah inti dari merek behaviorisme Skinner.
Behaviorisme ini berasal dari Skinner sebagai landasan filosofis asli dari
analisis perilaku, bidang psikologi yang berfokus pada penemuan
lingkungan penentu pembelajaran dan perilaku (Cooper et al., 2007).
Secara umum, analis perilaku berusaha menemukan keteraturan dalam
pembelajaran yang bersifat universal, terjadi di semua jenis spesies hewan,
termasuk manusia, dalam situasi yang sebanding. Itulah mengapa
penelitian dengan hewan (bukan manusia) telah dilakukan untuk kemajuan
di bidang ini.
Bentuk pembelajaran yang kompleks merupakan kombinasi dan
elaborasi proses yang lebih sederhana dan bukan fenomena yang berbeda
secara kualitatif. Di bagian tersebut kami mempertimbangkan pengkon-

Tim Dosen 103


disian klasik dan pengkondisian operan sebagai dua bentuk pembelajaran
sederhana yang melahirkan ketenangan perilaku kompleks.

1. Classical Conditioning: Learning Predictables Signals


Bayangkan sekali lagi Anda sedang menonton film horor itu. Mengapa
jantung Anda berdetak kencang saat trek suara menandakan masalah untuk
pahlawan? Entah bagaimana tubuh Anda telah belajar menghasilkan file
respon fisiologis (jantung berdebar kencang) bila salah lingkungan acara
(misalnya, musik menakutkan) dikaitkan dengan yang lain (peristiwa
visual yang menakutkan). Jenis pembelajaran ini disebut klasik
conditioning, suatu bentuk belajar dasar yang di dalamnya salah satu
stimulus atau peristiwa memprediksi terjadinya stimulus atau peristiwa
lain.
Organisme mempelajari hubungan baru antara dua rangsangan—
sebuah stimulus yang sebelumnya tidak menimbulkan respons dan satu
yang secara alami menimbulkan respons. Seperti yang akan Anda lihat,
bawaan kapasitas untuk mengasosiasikan pasangan acara dengan cepat di
lingkungan Anda memiliki implikasi perilaku yang mendalam.

Gambar Ivan Pavlov dan Classical Conditioning

A Pavlov merupakan ahli psikologi dari Rusia yang lahir di kota


Rayasan Rusia pada tahun 1949. Istilah lain dari classical conditioning
adalah pavlovianisme yang di ambil dari nama Pavlov sebagai peletak
104 Psikologi Umum
pertama dasar teori tersebut. Ia mengadakan percobaan dengan anjing,
dalam serangkaian penelitiannya mengenai pengeluaran cairan-cairan
pencernaan pada anjing. Ia mencatat bahwa hewan-hewan dapat
mengeluarkan air liur yang tidak hanya disebabkan oleh makanan saja.
Misalnya hewan itu dapat berliur ketika melihat si pemberi makan.
Keluarnya air liur ini, yang semula merupakan hal yang mengganggu,
justru kemudian memancing keinginan Pavlov untuk lebih banyak
meneliti hal ini. Kemudian dia bersama teman-temannya merancang suatu
situasi tertentu sedemikian rupa sehingga dapat memancing keluarnya air
liur hewan.
Teori di atas disebut teori classical, yang merupakan sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus
sebelum terjadinya refleks tersebut. Teori ini juga disebut respondent
conditioning (pembiasaan yang dituntut). Teori ini juga disebut
contemporary behaviorist atau juga disebut S-R psychologist yang
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran
(reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.

Gambar Classical Conditioning

Tim Dosen 105


Ivan Pavlov mengadakan percobaan pada anjing dengan cara
membedah moncong anjing sehingga kelenjar ludahnya berada di luar
pipinya dan memasukkannya ke sebuah lubang di kamar gelap. Di depan
moncong anjing, ia menyodorkan makanan atau menyemprotkan cahaya.
Pada moncong anjing yang dibedah dipasang selang yang dihubungkan
dengan tabung di luar kamar sehingga dapat diketahui keluar atau tidaknya
air liur pada waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa
gerakan refleks itu juga dapat dipelajari dan dapat berubah karena
mendapat latihan. Pada kondisi ini dapat dijelaskan terkait refleks
bersyarat/refleks yang dipelajari, yaitu keluarnya air liur karena
menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu
bunyi tertentu (Sudjana, 1990).
Jadi, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi
behavioral dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini,
menyatakan bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah
laku adalah reaksi terhadap lingkungan yang merupakan hasil belajar.
Teori ini menganalis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar
belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat
dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut untuk
melakukan pada manusia, yang ternyata ditemukan banyak reflek
bersyarat yang timbul tanpa disadari manusia.

106 Psikologi Umum


Berikut adalah gambar dari experimen Pavlov.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar


diatas.
1. Gambar pertama, anjing bila diberi makanan (UCS) maka secara
otonom akan mengeluarkan air liur (UCR).
2. Gambar kedua, jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak
merespon atau mengeluarkan air liur.
3. Gambar ketiga, dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah
makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu,
sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat
pemberian makanan.
4. Gambar keempat, setelah perlakukan dilakukan secara berulang-
ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa
diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon
berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Dari percobaan ini disimpulkan bahwa tingkah laku sebenarnya


adalah rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi
setelah adanya proses pengondisian (conditioning process). Refleks-
refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak
berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.

Tim Dosen 107


Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov
menyimpulkan untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan
secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu.
Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan
sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu. Hal ini dikarenakan
classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru
dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Suatu stimulus akan menimbulkan respons tertentu apabila stimulus
itu sering diberikan bersamaan dengan stimulus lain yang secara alamiah
menimbulkan respons tersebut. Dalam hal ini perubahan perilaku terjadi
karena adanya asosiasi antara kedua stimulus tersebut.
Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov juga menyimpulkan
bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia
untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar
manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara
stimulus dan respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung
apabila diberi stimulus bersyarat.
Kondisional klasik seringkali digunakan untuk menjelaskan
mengapa orang terkadang menampilkan respons secara emosional
terhadap apa yang mungkin dianggap orang lain sebagai stimulus-stimulus
netral. Ketika sebuah stimulus khusus dikaitkan dengan sesuatu yang
membuat kita bahagia atau rileks, stimulus tersebut dapat menimbulkan
perasaan bahagia atau rileks yang sama. Ketika sebuah stimulus dikaitkan
dengan sesuatu yang membuat kita takut atau cemas, hal tersebut juga
menimbulkan perasaan takut dan cemas yang sama.
Dua fenomena umum dalam kondisioning klasik adalah generalisasi
dan ekstinksi.
a. Generalisasi
Generalisasi yaitu fenomena di mana seseorang mempelajari sebuah
respons terhadap stimulus tertentu dan kemudian membuat respons yang
sama terhadap stimulus yang serupa. Dalam kondisioning klasik, hal ini
mencakup pembuatan respons terkondisi terhadap suatu stimulus yang
serupa dengan stimulus terkondisi.
Ketika orang mempelajari respons terkondisi terhadap stimulus baru,
respon yang sama terhadap stimulus yang serupa juga bisa terjadi
108 Psikologi Umum
fenomena ini dikenal dengan nama generalisasi. Sebagai contoh, seorang
anak laki-laki yang merasa cemas dengan soal pembagian panjang dapat
menggeneralisasikan kecemasannya pada aspek-aspek lain dari pelajaran
matematika. Sementara seorang anak perempuan yang mengalami
penghinaan di sebuah kelas dapat menggeneralisasikan rasa malunya di
kelas lainnya.
Dalam teori perilaku, generalisasi adalah alat utama di mana
pembelajar mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam satu situasi
ke situasi yang baru. Di sini kita melihat satu alasan lagi mengapa siswa
seharusnya mengaitkan (asociate perasaan-perasaan yang menyenangkan
dengan materi pelajaran di kelas.) Reaksi-reaksi siswa terhadap topik
pelajaran, kegiatan, adengan mengalihkannya ke arah topik kegiatan, atau
konteks yang serupa.

b. Ekstinksi
Ekstinksi penghilangan secara bertahap sebuah respons yang telah
diperoleh. Dalam kondisioning klasik, hal itu merupakan hasil kehadiran
secara berulang dari stimulus terkondisi tanpa disertai kehadiran stimulus
tak terkondisi. Pavlov menemukan bahwa respons terkondisi tidak
bertahan selamanya. Dengan memasangkan cahaya dan daging, Pavlov
mengkondisikan seekor anjing supaya air liur hanya terhadap cahaya.
Akan tetapi selanjutnya, ketika Pavlov menyalakan cahaya berulang-ulang
tanpa memberi daging, air liur anjing semakin berkurang. Pada akhirnya
anjing tidak lagi mengeluarkan air liur ketika melihat kilatan cahaya.
Ketika stimulus terkondisi muncul berulang-ulang tanpa disertai stimulus
tak terkondisi misalnya ketika pelajaran matematika tidak pernah lagi
dihubungkan dengan kegagalan, atau ketika guru tidak pernah lagi
diasosiasikan dengan penghinaan, respons terkondisi akan berkurang dan
pada akhirnya menghilang. Dengan kata lain, ekstinksi telah terjadi.
Banyak respons terkondisi hilang seiring berjalannya waktu.
Sayangnya, banyak respons lain yang bertahan. Ketakutan seorang anak
terhadap air atau kecemasan mengenai mata pelajaran matematika bisa
terus bertahan selama bertahun-tahun. Satu alasan yang membuat
ketakutan dan kecemasan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama
adalah orang-orang yang belajar cenderung menghindari situasi2 yang
menyebabkan reaksi-reaksi emosional negative. Namun, jika orang yang

Tim Dosen 109


belajar itu menghindar dari stimulus tersebut, mereka akan ketakutan.
Mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengalami stimulus itu
bila stimulus tak terkondisi yang awalnya berpasangan dengan stimulus itu
tidak ada/hadir. Akibatnya, mereka tidak memiliki kesempatan belajar,
menjadi tidak takut, tidak ada lagi kesempatan bagi respons itu untuk
mengalami ekstinksi.

Implikasi teori Clasic Conditioning pada Belajar


Setelah banyak orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia
psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya
untuk melakukan pengemba-ngan, atau memberikan kontribusi pada
psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya. Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah
adanya latihan-latihan yang kontinyu. Yang diutamakan dalam teori ini
ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia
tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan
mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya.
Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia
menyebabkan stimulus yang sama tidak selalu menimbulkan respons
sama, dan sebaliknya, respons sama tidak selalu disebabkan stimulus yang
sama. Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat menggunakan
kerangka teori Pavlov untuk membantu menjelaskan proses belajar secara
fleksibel. Contohnya, sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan
menimbulkan respons positif pada subjek didik, meskipun ada
kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik yang manja.
Pada awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock
symbol pada sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang
subjek didik belajar gigih agar memahaminya.
Eksperimen-eksperimen Pavlov awalnya tidak bertujuan
menemukan teori belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi
behaviorisme. Sesuai dengan kedudukannya sebagai ahli fisiologi,
eksperimen Pavlov lebih bertujuan memahami fungsi otak.

110 Psikologi Umum


Hasil-hasil eksperimen Pavlov ternyata sangat berguna bagi
pengembangan teori belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila
banyak ahli pendidikan mengadopsi hasil eksperimen Paplov untuk
mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh
Pavlov bukan suatu yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel
menggunakannya.
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran
di mana satu stimulus diganti atau digantikan untuk yang lain. Satu contoh
yang penting tentang proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan
ketakutan. Bentakkan seorang guru seringkali membuat takut murid-
muridnya, hal yang sama seorang polisi mempermainkan penjahat dengan
ancungan tangannya, atau seorang perawat hendak memberi suntikan
kepada pasiennya. Semua perilaku ini menciptakan tanggapan perhatian
dan ketakutan di hati orang-orang tersebut di bawah kesadaran mereka.
Situasi ini memberikan pengaruh ketakutan bila stimulus tidak netral.
a. Guru Sorak (UCS) Perhatian dan Ketakutan anak ( UCR)
b. Polisi mendorong dengan penuh ancaman (UCS) Perhatian dan
Ketakutan masyarakat (UCR)
c. Perawat memberi suntikan (UCS) Perhatian dan Ketakutan pasien
(UCR)

Stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama dengan


stimuli ini cenderung untuk mengkondisikan ketakutan sebagai respon.
Jika seorang guru selalu meneliti seorang anak, kemudian hanya
memperhatikan tanpa mengkritik, boleh jadi membuat si anak menaruh
perhatian. Hal yang ekstrim, anak bisa berhubungan dengan guru di kelas
dengan perhatian dan ketakutannya yang ia kembangkan sama rata, atau
ketakutan yang kadang tidak masuk akal. Hal yang sama juga dialami
masyarakat phobia polisi, atau pasien kepada perawat.
Akan tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana
untuk mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa,
hal positif akan terjadi padanya, bahkan ketika siswa tersebut tidak lagi
dipuji. Pada akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik di
kelas. Hal yang sama untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja
dengan orang-orang. Stimuli yang dapat dipercaya menimbulkan hal
positif tanggapan tersebut dapat dikondisikan untuk hal lain. Penggantian
Tim Dosen 111
stimulus dapat membantu bahkan pada pelajaran tertentu yang tidak berisi
unsur perasaan. Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks sebagai titik
awal.
Beberapa psikolog menyebutnya belajar berlanjut atau asiosatif
learning, hanya memerlukan dua stimuli yang tidak bertalian terjadi
bersama-sama pada suatu tanggapan atau keduanya dari stimulus yang
ada. Jika seorang anak telah mempelajari bagaimana cara menggunakan
unit balok kecil, kemudian stimuli ini dapat dipasangkan dengan hal yang
lebih abstrak, mereka akan dapat menulis padanan menulis padanan yang
menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik.
Dalam praktek pendidikan, mungkin bisa kita temukan seperti
lonceng berbunyi mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran
berakhir. Pertanyaan guru diikuti oleh angkatan tangan siswa, suatu
pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut diciptakan
untuk memanggil suatu respon atau tanggapan ahli pendidikan lain juga
menyarankan bahwa panduan belajar dengan mengkombinasikan gambar
dan kata-kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam
mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan kata-kata dalam
bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu para siswa
dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
Dalam pengertian yang lebih luas lagi, misalnya memasangkan
makna suatu konsep dengan pengalaman siswa sehari-harinya. Niscaya
akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep lainnya.
Walaupun classical conditioning terus menjadi bidang yang aktif dalam
psikologi saat ini, sebagian ahli telah mulai meninggalkan teori psikologi
ini.

Evaluasi
1. Apa peran perilaku refleksif dalam klasik pengkondisian?
2. Apa perbedaan antara UCS dan CS?
3. Apa yang dimaksud dengan diskriminasi stimulus?
4. Mengapa kontingensi begitu penting dalam klasik pengkondisian?
5. Bagaimana Aplikasi Klasikan pengkondisian dalam kehidupan sehari-
hari?

112 Psikologi Umum


2. Operant Conditioning: Learning About Consequences
Ayo kembali ke bioskop. Film horor sekarang sudah berakhir dan Anda
melepaskan diri dari tempat duduk. Rekan Anda berharap Anda ikut jika
sekuel akan dibuat. Anda menjawab, "Saya sudah belajar bahwa saya tidak
boleh pergi ke film horor."

A. Latar Belakang Teori Operant Conditioning


Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan
oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah
munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov.
Pada saat itu, Thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang
yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Setelah beberapa kali
percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari
perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan
hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada
kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal
dengan hukum akibat “low of effect”.
Dari teori yang dikemukakan Thorndike, skinner telah
mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur
penguatan ke dalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat
menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku
yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus.
Oleh karena itu, Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning.
Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical
conditioning. Dalam pengkondisian klasik, respon terkondisikan sering
kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak terkondisikan.
Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap makanan.
Tetapi jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti
mengajar anjing keterampilan baru, maka anda tidak dapat menggunakan
pengkondisian klasik, tetapi anda lebih dulu mempersuasinya untuk
melakukan keterampilan itu dan setelahnya memberi hadiah dengan tepuk
tangan atau makanan. Jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya
anjing akan mampu mempelajari keterampilan itu (Atkinson, 2018).
Jadi, inti dari teori Skinner tentang pengkondisian operan (operant
conditioning) dalam kaitanya dengan psikologi belajar adalah proses
belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang
Tim Dosen 113
muncul sesuai konsekuensi (resiko). Hal ini karena organisme cenderung
mengulang respon-respon yang diikuti oleh penguatan.

B. Karakteristik Operant Conditioning


Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu:
1. Respondent Behavior (Perilaku Responden), yaitu perilaku yang
ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah
semua gerak refleks.
2. Operant Behavior (Perilaku Operan), yaitu perilaku yang tidak
diakibatkan oleh stimulus yang dikenal, tetapi dilakukan sendiri oleh
organisme. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan
stimulus yang dikenali, maka ia tampak spontan, contohnya ketika
hendak bersiul, berdiri, lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita
adalah perilaku operan.

Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, disimpulkan dua


jenis pengkondisian, yaitu:
1. Respondent Conditioning (Pengkondisian Responden) atau biasa
disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan
arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan.
2. Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) atau biasa disebut
dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan
pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respon.

C. Prinsip Pengkondisian Operan


Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning yaitu:
1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan
cenderung akan diulang.
2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar
rata-rata terjadinya respon operan.
Dalam pengkondisian operan, penekananya adalah pada perilaku
dan pada konsekuensinya. Dengan pengkondisian operan, organisme

114 Psikologi Umum


pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang
menguatkan.
Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai macam
situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu
yang menguatkan bagi suatu organisme yang perilakunya hendak
dimodifikasi. Kemudian menunggu sampai perilaku yang diinginkan
terjadi dan segera memperkuat organisme tersebut

D. Konsep Utama Operant Conditioning


Menurut Skinner (1954), pengkondisian operan terdiri dari dua konsep
utama yaitu:
1. Penguatan (Reinforcement)
Adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku
akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti
memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah, perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dan lain-lain).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan


penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Sementara, dalam penguatan negatif, ada
sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Cukup mudah mengacaukan
penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat

Tim Dosen 115


bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif,
negatif, dan hukuman (Santrock, 2020).

E. Hukuman (Punishment)
Adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah
laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau
ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa
hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan
organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginkannya.
Namun, menurut Skinner (1954), hukuman tidak menurunkan
probabilitas respon, walupun hukuman bisa menekan suatu respon
selama hukuman itu diterapkan. Akan tetapi, hukuman tidak akan
melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman
dalam jangka panjang tidak akan efektif. Tampak bahwa hukumman
hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat
perilaku akan ke level semula.

116 Psikologi Umum


Contoh

Penguatan Positif

Perilaku Konsekuensi Perilaku Kedepan


Murid mengajukan Guru memuji murid Murid mengajukan
pertanyaan yang lebih banyak perta-
bagus nyaan

Penguatan Negatif

Perilaku Konsekuensi Perilaku Ke depan


Murid menyerahkan Guru berhenti me- Murid makin sering
PR tepat waktu negur murid menyerahkan PR
tepat waktu

Hukuman

Perilaku Konsekuensi Perilaku Ke depan


Murid menyela guru Guru mengajar murid Murid berhenti me-
langsung nyela guru

*Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman,
perilakunya berkurang.

A. Perbedaan dan Persamaan Operant Conditioning dan Clasical


Conditioning
Beberapa perbedaan dan persamaan dari classical conditioning dan
operant conditioning dapat di lihat dalam kolom di bawah ini.

Tim Dosen 117


Classical Conditioning Operant Conditioning

 Hanya berhubungan dengan  Penguatan diberikan sesudah


perilaku tak sadar respon dibuat secara sadar, dan
kemudian memperkuatnya.
 Penguatan mengukuhkan
respon bersyarat, tetapi  Penguatan dengan cepat dapat
bersifat netral: penguatan berbaur dengan menggunakan
bekerja baik disukai ataupun jadwal penguatan untuk
tidak disukai organisme mengubah taraf respon dan
taraf penghapusan
 Respon diperoleh dari penguat
yang telah diberikan sebelum  Sebuah penguatan dapat
respon itu sendiri muncul digunakan untuk memperkuat
beberapa respon dengan
 Tanpa atau sedikit penguat
menggunakan teknik
memungkinkan respon yang
pembentukan perilaku
berlawanan akan terhapus
jadwal tidak dapat digunakan
untuk mengubah taraf respon
dan taraf penghapusan

 Sebuah penguatan hanya dapat


merangsang satu tipe respon

 Dapat menunjukkan
penyamarataan diskriminasi,
penghapusan, dan pemulihan
spontan

 Mengendalikan mata rantai


atau penyatuan rangsangan
dan respon

 Berhubungan dengan perilaku


sadar dan juga tak sadar

 Penguatan mengukuhkan
respon bersyarat dan bersifat
positif ataupun negatif

118 Psikologi Umum


Selain yang tertulis di atas, perbedaan antara Classical Conditioning
dengan Operant Conditioning antara lain sebagai berikut:
 Dalam Classical Conditioning respon dikontrol oleh pihak luar, pihak
inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai
stimulus. Sebaliknya operant conditioning mengatakan bahwa pihak
luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika
respon semacam ini terlihat, akan dapat diberikan penguatan. Di sini
dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan behavior.
 Classical Conditioning pada umumnya memusatkan tingkah laku
yang terjadi apabila ada stimuli khusus. Sedangkan dalam Operant
Conditioning tingkah laku hanya menerangkan untuk sebagian kecil
dari semua kegiatan. Operant Conditioning memusatkan tingkah laku
dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang
menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen
yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku..
 Classical Conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak
terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu
sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan
berfungsi sebagai reinforcement. Di dalam Operant Conditioning
responlah yang merupakan sumber reinforcement. Adanya respon
menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Hal ini menye-
babkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang.

B. Shaping (Pembentukan Respon)


Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner
mengembangkan teknik “pembentukan respon” atau disebut dengan
shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang komplek
yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan
respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada setiap kali
ia bertindak ke arah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar
merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatkan respon
tersebut.
Pembentukan respon terdiri dari dua komponen, yaitu:
diferential reinforcement (penguatan diferensial) yang berarti sebagian

Tim Dosen 119


respon diperkuat dan sebagian lainya tidak dan successive approximation
(kedekatan suksesif), yakni fakta bahwa respon-respon yang semakin
sama dengan yang diinginkan oeh eksperimentallah yang akan diperkuat.
Dalam contoh Skinner, ketika tikus masuk ke dalam kotak skinner akan
diberi penguat secara bertahap sampai tikus bisa menekan tuas.

C. Kelebihan dan Kekurangan Operant Conditioning


Dalam sebuah teori tentunya ada kelebihan dan ada kelemahannya,
begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan
dan kekurangan dari teori pengkondisian operan.

Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Dengan didukung adanya pembentukan lingkungan yang baik, mungkin
bisa meminimalkan terjadinya kesalahan yang dilakukan anak didik.
Selain itu, dengan adanya penguatan, dapat menjadi motivasi bagi
organisme untuk berperilaku yang benar sesuai keinginan.

Kekurangan
a. Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah
proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali
gejalanya.
b. Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti
gerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-
direction (kemampuan mengarahkan diri) dan sellf-control
(pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak
jika tidak menghendaki.
c. Proses belajar manusia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit
diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun
psikis antara mannusia dan hewan.

120 Psikologi Umum


Evaluasi
1. Apa hukum akibat?
2. Bagaimana penguatan dan hukuman memengaruhi kemungkinan
perilaku?
3. Apa peran rangsangan diskriminatif dalam operan pengkondisian?
4. Bagaimana terjadinya shaping melalui operant conditioning?
5. Bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran?

A. Cognitive influences in learning


Review dari pengkondisian klasik dan operan telah menunjukkan bahwa
berbagai macam perilaku yang dapat dipahami sebagai produk dari proses
pembelajaran sederhana. Anda mungkin bertanya-tanya apakah kelas
pembelajaran tertentu membutuhkan lebih banyak jenis proses yang lebih
kompleks dan kognitif?
Kognisi adalah aktivitas-aktivitas mental yang terlibat dalam
representasi dan pemrosesan pengetahuan, seperti berpikir, mengingat,
mengamati, dan penggunaan bahasa. Bagian ini membahas bentuk-bentuk
pembelajaran pada hewan dan manusia yang tidak bisa dijelaskan hanya
dengan prinsip pengkondisian klasik atau operan. Fenomena ini
menunjukkan perilaku tersebut sebagian merupakan produk kognitif
proses.

B. Comparative Cognition
Bab ini menekankan kendala spesifik spesies. Selain itu, aturan belajar
diperoleh dari penelitian pada tikus dan merpati berlaku juga untuk anjing,
monyet, dan manusia. Peneliti yang mempelajari kognisi komparatif
menganggap rentang perilaku lebih luas untuk melacak perkembangan
kemampuan kognitif lintas spesies dan kesinambungan kemampuan dari
bukan manusia untuk hewan manusia (Wasserman & Zentall, 2006). Ini
bidang kognisi komparatif karena peneliti sering membandingkan
kemampuan antar spesies yang berbeda karena fokus pada spesies bukan
manusia. Bidang ini juga disebut kognisi hewan. Dalam rumusan aslinya
tentang teori evolusi, Charles Darwin menyarankan bahwa kemampuan
kognitif berkembang seiring dengan perkembangan bentuk fisik hewan.
Pada bagian ini, kami akan menjelaskan dua jenis penampilan hewan yang

Tim Dosen 121


mengesankan yang menunjukkan lebih jauh kontinuitas dalam
kemampuan kognitif bukan manusia dan hewan manusia.

C. Peta Kognitif
Edward C. Tolman (1886–1959) merintis studi tentang proses kognitif
dalam belajar dengan menemukan keadaan eksperimental di mana
mekanik satu-ke-satu asosiasi antara rangsangan tertentu dan tanggapan
tidak bisa menjelaskan perilaku hewan yang diamati. Pertimbangkan
labirin yang ditampilkan pada Gambar 6.13. Tolman dan murid-muridnya
mendemonstrasikan bahwa, ketika jalur gawang asli diblokir di labirin,
tikus dengan pengalaman sebelumnya di labirin akan mengambil jalan
memutar terpendek di sekitar penghalang, meskipun respons khusus itu
tidak pernah diperkuat sebelumnya (Tolman & Honzik, 1930).

Gambar: Peta Kognitif Tikus dalam Labirin

Oleh karena itu, tikus berperilaku seolah-olah mereka menanggapi


peta kognitif internal— representasi dari keseluruhan tata letak labirin—
daripada menjelajahi bagian yang berbeda secara membabi buta melalui
trial and error (Tolman, 1948). Hasil penelitian Tolman menunjukkan
bahwa pengkondisian melibatkan lebih dari pembentukan asosiasi yang
sederhana antara sel rangsangan atau antara tanggapan dan penguat. Ini
122 Psikologi Umum
termasuk belajar dan mewakili aspek lain dari konteks perilaku total (Lew,
2011).
Penelitian dalam tradisi Tolman telah terbukti secara konsisten,
mengesankan kapasitas untuk memori spasial pada burung, lebah, tikus,
manusia, dan hewan lainnya (sebagai contoh, lihat Joly & Zimmermann,
2011; Menzel et al., 2011). Hewan menggunakan memori spasial untuk
mengenali dan mengidentifikasi fitur lingkungan mereka.
 Hewan menggunakan memori spasial untuk menemukan tujuan
penting objek di lingkungan mereka.
 Hewan menggunakan memori spasial untuk merencanakan rute
mereka sebuah lingkungan.

D. Conceptual Behavior
Anda dapat melihat berbagai fungsi peta kognitif, bekerja di banyak
spesies burung yang menyimpan makanan. Pada daerah yang tersebar,
mereka mampu memulihkan makanan itu dengan akurasi yang baik saat
mereka membutuhkannya.
Kami telah melihat peta kognitif, sebagian membantu hewan
melestarikan detail lokasi spasial objek di lingkungan mereka. Namun, apa
proses kognitif lainnya yang dapat digunakan hewan untuk menemukan
struktur dalam rangsangan yang beragam yang mereka temui di
lingkungan mereka? Mari kita pertimbangkan penilaian tersebut.
Luangkan waktu sejenak untuk merenungkan semua saat-saat dalam sehari
di mana Anda membuat penilaian ini: Apakah susu yang Anda tuangkan
pada sereal Anda rasanya lucu? Akankah teman Anda sadar kalau Anda
mengenakan pakaian yang sama dua hari berturut-turut? Peneliti sudah
mulai untuk menunjukkan bahwa manusia bukanlah satu-satunya spesies
yang bisa membuat beberapa penilaian yang sama versus berbeda
(Wasserman & young, 2010).
Mari kita pertimbangkan studi yang mendokumentasikan
kemampuan burung merpati untuk mendeteksi perubahan pada tampilan
berwarna. Ingatlah bahwa landasan pengkondisian operan hewan akan
mengulang perilaku yang telah diperkuat. Yang membuat hasil ini sangat
menarik adalah merpati itu belajar mematuk warna baru, yaitu warna yang
tidak secara eksplisit dari penguatan yang dihasilkan sebelumnya. Alih-
alih menanggapi masing-masing warna individu, merpati telah

Tim Dosen 123


memperoleh tingkat yang lebih tinggi, yakni konsep perubahan warna.
Namun, percobaan ini yang menunjukkan akuisisi konsep pada merpati
yang meyakinkan Anda bahwa manusia bukanlah satu-satunya spesies
yang kemampuan kognitif yang berguna dan berkesan.
Sebelum kita menutup bahasan ini, mari beralih ke bab lain jenis
pembelajaran yang membutuhkan proses kognitif.

E. Observational Learning
Untuk memperkenalkan jenis pembelajaran lebih lanjut, kami mengajak
Anda untuk sejenak kembali ke perbandingan tikus dan manusia, yaitu
pendekatan untuk mencicipi makanan baru. Tikus hamper tentu lebih
berhati-hati daripada Anda, tetapi itu sebagian besar karena mereka
kehilangan sumber informasi yang tak ternilai—masukan dari tikus lain.
Saat Anda mencoba makanan baru, hampir selalu masuk ke konteks di
mana Anda memiliki alasan kuat untuk mempercayai orang lain__orang
sudah makan dan menikmati makanan. Probabilitas Anda menekankan
"perilaku makan makanan" dipengaruhi oleh pengetahuan Anda tentang
pola penguatan dari individu lain. Contoh ini mengilustrasikan kapasitas
Anda untuk belajar melalui penguatan perwakilan dan hukuman
pengganti. Anda dapat menggunakan kapasitas kognitif untuk memori dan
alasan untuk mengubah perilaku dari pengalaman orang lain.
Faktanya, banyak pembelajaran sosial terjadi dalam situasi yang
tidak akan diprediksi oleh teori kondisi tradisional. Hal ini karena pelajar
tidak membuat respon aktif dan tidak menerima penguat yang nyata.
Setelah menonton orang lain, individu menunjukkan perilaku yang
diperkuat atau dihukum, kemudian berperilaku dengan cara yang sama,
atau menahan diri untuk tidak melakukannya. Ini dikenal sebagai
pembelajaran observasional.
Kognisi sering kali dimasukkan ke dalam pembelajaran
observasional pada bentuk harapan. Intinya, setelah mengamati model,
Anda mungkin berpikir, “Jika saya melakukan persis seperti yang dia
lakukan, saya akan mendapatkan hal yang sama memperkuat atau
menghindari hukuman yang sama." Seorang anak kecil mungkin
berperilaku lebih baik daripada kakak perempuannya karena dia telah
belajar dari kesalahan saudaranya.
Kapasitas belajar dari menonton, sekaligus mempraktekkan akan
sangat berguna karena memungkinkan Anda mendapatkan integrasi yang
124 Psikologi Umum
besar. Sementara, pola perilaku tanpa melalui cobaan dan proses
menghilangkan kesalahan secara bertahap akan mendapatkan tanggapan
yang tepat. Anda bisa mendapatkan keuntungan langsung dari kesalahan
dan kesuksesan orang lain.
Demonstrasi klasik pembelajaran observasional manusia terjadi di
laboratorium Albert Bandura. Setelah menonton model dewasa meninju,
memukul, dan menendang plastik besar Boneka BoBo, anak-anak
menunjukkan frekuensi perilaku yang sama. Terkadang lebih besar
daripada yang dilakukan anak-anak dalam kondisi kontrol yang tidak
mengamati model agresif (Bandura et al., 1963).
Bandura (1963) menyatakan bahwa diri seorang manusia pada
dasarnya adalah suatu sistem (sistem diri/ self system). Sebagai suatu
sistem bermakna bahwa perilaku, berbagai faktor pada diri seseorang dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan orang tersebut, secara
bersama sama saling bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu
terhadap yang lain.

Keterangan:
P : Singkatan dari Personal atau kepribadian seseorang
B : Singkatan dari Behavior atau perilaku seseorang
E: Singkatan dari Environment atau lingkungan luar

Tim Dosen 125


Sistem yang saling terkait seperti yang ditampilkan dalam bagan di
atas menggambarkan ketiga faktor yaitu faktor kepribadian (Personal),
faktor perilaku (Behavior) dan faktor lingkungan (Environment).
Sepasang anak panah yang berlawanan arah pada setiap faktor tersebut
menunjukkan bahwa setiap faktor dapat mempengruhi atau dapat bersifat
sebagai penentu terhadap faktor-faktor lainnya secara timbal balik.

1. Konsep-Konsep Social Learning Theory


Teori belajar sosial didasarkan pada, konsep saling menentukan
(reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan
pengaturan diri atau berfikir (self regulation/congnition).
1. Determinis respirokal: pendekatan yang menjelaskan tingkah laku
manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus
antara determinan kongnitif, behavioral,dan lingkungan. Orang
menentukan atau memengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol
kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan
lingkungan itu. Determnis respirokal adalah konsep yang penting
dalam memahami tingkah laku untuk menganalis fenomena
pisikososial di berbagai tingkat komplektivitas dan perkembangan
intrapersonal serta fungsi interaktif dari organissasi dan siatem sosial.
2. Tanpa penguatan orang dapat belakar melakukan sesuatu hanya
dengan mengamati dan kemudian mengulangi apa yang dilihatnya.
Belajar melalui observasi tanpa ada penguatan yang terlibat, berarti
tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3. Kongnisi dan regulasi diri. Konsep Bandura menempatkan manusia
sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, memengaruhi
tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan
dukungan kongnitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri. Kecerdasan berfikir simbolik sarana yang kuat untuk
menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman
(ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk
kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan
untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada
massa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku
membimbing kearah tujuan jangka panjang.

126 Psikologi Umum


a. Ciri-Ciri Social Learning Theory
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan.
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai
dan lain-lain.
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model.
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif.
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan,
dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri
dengan penguatan yang positif.

b. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya teori belajar sosial.


1. Harapan
Harapan adalah konsep pertama dalam teori belajar sosial. Harapan atau
ekspektasi, berarti pengetahuan seseorang harus mampu mewujudkan
apa yang ia inginkan dari lingkungan, dan kepercayaannya terhadap
sesuatu harus sesuai dengan kepercayaan lingkungan. Contohnya seperti,
kalau kita mengacungkan jempol di Indonesia, Korea, atau Jepang, itu
menandakan kita sedang menyatakan setuju, oke, iya, dan sebagainya.
Namun, kalau kita mengacungkan jempol di Brazil, itu menandakan kita
sedang melecehkan orang lain secara seksual. Karena harapan terhadap
mengacungkan jempol di Brazil beda dengan Indonesia, jadi bisa
menggunakan isyarat lain sebagai tanda setuju untuk mewakili.
2. Belajar observasional
Belajar observasional berarti seorang individu mendasari
pengetahuannya dengan mengobservasi orang lain di dalam lingkungan.
Seorang individu akan mengenali perilaku orang lain, menyesuaikan
dengan dirinya, lalu menirukan perilaku tersebut di masyarakat. Semua
yang ia ketahui berasal dari perilaku orang-orang di sekitarnya. Misalnya,
kata “pantek”. Kata pantek, di beberapa kota diartikan sebagai
pengeboran manual untuk gali sumur. Di beberapa kota di Sumatera,
pantek diartikan sebagai makian. Seorang dari Sumatera mungkin akan
kaget mendengar kata pantek disebut begitu saja di masyarakat. Namun,
bila dia mengobservasi dengan benar, dia akan sadar bahwa kata itu
punya makna yang berbeda.

Tim Dosen 127


3. Kapabilitas Behavioral
Kapasitas behavioral merujuk pada fakta bahwa pengetahuan seseorang
diperlukan untuk memengaruhi perilakunya. Peran orang lain mungkin
dapat memengaruhi perilaku seseorang guna mengubah perilaku agar
diterima masyarakat. Contohnya seperti, Seorang anak mungkin tidak
sadar bahwa berteriak di dekat orang tua tidak sopan, sampai seseorang
menegurnya. Jika tidak mendapat respon negatif, mungkin dia akan terus
melakukannya karena dia tidak sadar, tetapi jika sudah diingatkan
kemungkinan barulah dia akan berhenti.
4. Self-Efficacy/Efikasi Diri
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri. Jika
seseorang yakin terhadap pengetahuannya, ia akan bertindak berdasarkan
pengetahuannya. Misalnya mengacungkan jempol pada saat di Brazil
tadi, jika ada orang yang tersinggung/marah pastinya kita akan heran dan
mulai ragu dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, dan akhirnya
mengerti makna di setiap daerah itu berbeda-beda.
5. Determinisme Resiprokal
Determinisme resiprokal adalah orang saling meniru perilaku saat
mereka berinteraksi. Ketika seseorang berada di satu lingkungan, dia
akan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Contohnya seperti, ketika
bicara dengan dosen biasanya mahasiswa menggunakan kata “saya” dan
nada bicara yang rendah, tetapi saat berbicara dengan teman, mungkin
akan menggunakan kata “gue” dan nada bicara yang santai bahkan
diselingi candaan.
6. Reinforcement
Reinforcement adalah respon dari orang lain yang dapat memperkuat/
melemahkan suatu perilaku. Misalnya, bila seseorang iseng bernyanyi
lalu dia dipuji, dia akan meneruskan nyanyiannya itu. Namun, kalau dia
malah di ledek fals atau apapun itu, mungkin dia akan berhenti atau
memelankan suaranya.

128 Psikologi Umum


7. Kelebihan Social Learning Theory
Teori pembelajaran sosial yang merupakan perkembangan utama dari
tradisi teori pembelajaran perilaku (behaviorisme), yang menjelaskan
bahwa perilaku manusia dalam kontek sinterkasi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Karena kondisi lingkungan sekitar individu mampu memengaruhi pola
belajar sosial. Menurut Albert Bandura teori belajar sosial ini memiliki
kelebihan, yakni:
1. Lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melaui sistem kognitif orang tersebut. Menurut
Bandura, tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas
stimulus, melainkan juga akibat interaksi antara lingkungan dengan
kognitif manusia itu sendiri. Misalnya dalam iklan sabun di televisi,
dalam iklan tersebut sering menampilkan bintang-bintang yang
populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen
agar membeli sabun supaya kulit seperti bintang.
2. Sebagai pembelajaran, yaitu melalui pengamatan yang dapat terjadi
melalui kondisi yang dialami seseorang. Misalnya seorang pelajar
melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena
perbuatanya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan-
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
3. Mengurangi kesenjangan antar manusia, artinya antar sesama
manusia itu saling berhubungan antara satu dengan yang lain,
sehingga tidak terjadi kesenjangan diantaranya.
4. Memberikan kesempatan yang lebih kepada manusia untuk saling
berinteraksi. Artinya dalam kehidupan bersama seorang manusia
saling bertukar informasi, dan pikiran dengan sesamanya. Karena
dengan berinteraksi dapat dipastikan akan mampu mengubah cara
pandang dan cara pikir manusia sebagai bagian dari proses
pembelajaran seseorang.
5. Seseorang mampu mengenal lingkungannya, di mana akan ada
pengalaman dan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil interaksi
yang dilakukan

Tim Dosen 129


2. Kekurangan Social Learning Theory
Teori Pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan
dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura
adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.

Contoh Kasus Social Learning Theory


Ada seorang pemuda tempramental yang sering menyiksa pasangannya
jika ia merasa marah atau emosi. Tak hanya pada pasangan, pada teman
atau saudaranya pun ia melakukan tindakan kekerasan jika ia merasa
tidak senang atas perlakuan orang disekitarnya. Hal tersebut terjadi
karena pada saat pemuda itu masih kecil, ia sering diperlakukan seperti
itu oleh ayahnya. Ia sering dipukuli jika ayahnya merasa tidak senang
padanya. Ia juga sering melihat ibunya yang disiksa, hal tersebut memicu
sikap pemuda itu sehingga ia melakukan hal yang sama pada orang lain.
Social Learning Theory adalah sebuah proses belajar dengan
mengamati lalu meniru. Manusia pada dasanya tak bisa lepas dari
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, manusia bisa belajar dengan
mengamati lawannya, lalu terkadang ia bisa meniru atau bertindak sesuai
dengan apa yang telah ia pelajari. Terdapat beberapa jenis peniruan atau
modelling yaitu:
a. Peniruan langsung, yaitu meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh
model melalui proses perhatian.
b. Peniruan tak langsung, yaitu melalui imaginasi atau perhatian secara
tidak langsung.
c. Peniruan gabungan, yaitu menggabungkan tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
d. Peniruan seketika/sesaat, yaitu tingkah laku yang ditiru hanya sesuai
untuk situasi tertentu saja.

130 Psikologi Umum


e. Peniruan berkelanjutan, yaitu tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun.

Kasus di atas termasuk pada jenis peniruan atau model berkelanjutan


karena pemuda tersebut telah mengamati sejak ia kecil dan ia meniru
tindakan-tindakan yang ia alami kepada orang disekitarnya. Pada tahun
1941, Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya
mengatakan bahwa peniruan (imitation) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Seorang anak kecil yang masih polos ketika melihat orang tuanya
saling menyakiti fisik satu sama lain, maka ia tidak akan mengerti bahwa
itu adalah tindakan yang buruk. Semakin lama ia melihat dan merasakan
maka ia pun akan terbiasa dengan kejadian tersebut dan menimbulkan
sifat yang sama dengan orang tuanya.
Mari kita tutup bab ini dengan mengingat kembali kunjungan ke film
horor. Bagaimana analisis perilaku menjelaskan pengalaman Anda?
Misalkan Anda pergi ke bioskop karena seorang teman rekomendasi. Anda
mengalah pada penguatan perwakilan. Misalkan Anda berhasil sampai ke
teater, meski harus pergi rute normal Anda. Itu menunjukkan bukti peta
kognitif. Misalkan suara musik menakutkan membuat Anda semakin
merasa gelisah. Jika musik diulang dalam waktu singkat, Anda merasakan
efek sensitisasi. Jika musik itu menyebar di seluruh film, itu lebih
cenderung menjadi efek klasik pengkondisian. Misalkan Anda gagal
menikmati film yang dibuatnya

Poin Penting
Pembelajaran
 Pembelajaran memerlukan perubahan perilaku yang relatif konsisten
atau potensi perilaku berdasarkan pengalaman.
 Ahli perilaku percaya bahwa banyak perilaku dapat dijelaskan dengan
proses pembelajaran sederhana.
 Mereka juga percaya bahwa banyak dari prinsip yang sama
pembelajaran berlaku untuk semua organisme.

Tim Dosen 131


Pengkondisian klasik: mempelajari sinyal yang dapat diprediksi
 Dalam pengkondisian klasik, pertama kali diselidiki oleh Pavlov,
stimulus tak terkondisi (UCS) memunculkan tak terkondisi respon
(UCR). Stimulus netral dipasangkan dengan UCS menjadi stimulus
terkondisi (CS), yang memunculkan respon, disebut respon terkondisi
(CR).
 Kepunahan terjadi ketika UCS tidak lagi mengikuti CS.
 Stimulus generalisasi adalah fenomena dimana rangsangan yang mirip
dengan CS menimbulkan CR.
 Pembelajaran diskriminasi mempersempit cakupan Ilmu Komputer
organisme merespons.
 Agar pengondisian klasik terjadi, kontingen dan informatif hubungan
harus ada antara CS dan UCS.
 Pengondisian klasik menjelaskan banyak tanggapan emosional dan
toleransi obat.
 Pembelajaran penghindaran rasa menunjukkan bahwa spesies memang
demikian dipersiapkan secara genetik untuk beberapa bentuk asosiasi.

Operant conditioning: belajar tentang konsekuensi


 Thorndike menunjukkan bahwa perilaku yang membawa hasil hasil
yang memuaskan cenderung diulang.
 Pendekatan analitik perilaku Skinner berpusat pada memanipulasi
kontingensi penguatan dan pengamatan efeknya pada perilaku.
 Perilaku dibuat lebih mungkin oleh positif dan negatif bala bantuan.
Mereka dibuat kurang mungkin oleh positif dan hukuman negatif.
 Perilaku yang sesuai secara kontekstual dijelaskan dengan istilah kata
kontingensi stimulus diskriminatif-perilaku- konsekuensi.
 Penguat primer adalah rangsangan yang berfungsi sebagai penguat
bahkan ketika suatu organisme tidak memiliki pengalaman
sebelumnya dengan mereka. Penguat terkondisi diakuisisi oleh
asosiasi dengan penguat utama.
 Kegiatan yang mungkin berfungsi sebagai penguat positif.
 Perilaku dipengaruhi oleh jadwal penguatan itu dapat divariasikan atau
diperbaiki dan disampaikan dalam interval atau rasio.
 Respon kompleks dapat dipelajari melalui pembentukan.

132 Psikologi Umum


 Penyimpangan insting mungkin membanjiri beberapa respons–
pembelajaran penguatan.

Pengaruh Kognitif pada Pembelajaran


 Beberapa bentuk pembelajaran mencerminkan proses yang lebih
kompleks dibandingkan dengan pengkondisian klasik atau operan.
 Hewan mengembangkan peta kognitif untuk memungkinkan mereka
berfungsi di lingkungan yang kompleks.
 Spesies lain mungkin dapat menyandikan konsep seperti sama versus
berbeda.
 Perilaku dapat diperkuat atau dihukum secara perwakilan. Manusia
dan hewan lain dapat belajar melalui observasi.

A. Practice Test
1. Informasi apa tentang pengkondisian klasik mungkin Anda berbagi
dengan seseorang yang akan menjalani kemoterapi?
2. Mengapa Anda memilih satu jadwal penguatan (yaitu, interval tetap
versus interval variabel) di atas yang lain?
3. Mekanisme apa yang menjelaskan mengapa menonton TV mengalami
kekerasan dapat menyebabkan perilaku agresif?

Tim Dosen 133


Daftar Pustaka

Carlier, P., & Jamon, M. (2006). Observational learning in C57BL/6j mice.


Behavioural Brain Research, 174(1), 125–131.
https://doi.org/10.1016/j.bbr.2006.07.014
Ciccarelli, S., K, and Noulan, J.N., 2015, Psychology, 4th Edition, by
Pearson Education, Inc. All rights reserved
Cooper, O.C., , Heron, T.E., , Heward, W.L. 2007, Applied Behavior
Analysis (2nd Edition) 2nd Edition, Pearson
Cooper, J. O., Heron, T. E., & Heward, W. L. 2007. Applied Behavior
Analysis (2nd ed.). Columbus, OH: Merrill Prentice Hall.
Gerrig, R.,J., 2013. Psychology and Life, Stony Brook University, by
Pearson Education, Inc.
Lew, M. D. N., & Schmidt, H. G. (2011). Writing to learn: Can reflection
journals be used to promote self-reflection and learning? Higher
Education Research and Development (in press).
Lally, M. and, Valentine-French, S., 2016, Introduction to Psychology,
College of Lake County Foundation
Menzel, J., Krawczyk, R., & Thompson, J. K. (2011). Attitudinal
assessment of body image for adolescents and adults. In T. F. Cash
& L. Smolak (Eds.), Body image: A handbook of science, practice,
and prevention. (2nd ed., pp. 154–169). The Guilford Press.
Menzel, J., & Levine, M. (2011). Embodying experiences and the
promotion of positive body image: The example of competitive
athletics. In R. M. Calogero, S. Tantleff-Dunn & J. K. Thompson
(Eds.), Self-objectification in women: Causes, consquences, and
counteractions. (pp. 163–186). American Psychological
Association. DOI: https://doi.org/10.1037/12304-008
Santrock, John W.2020. Edisi: 10th ed. Penerbit: New York: McGraw-
Hill Education
Schacter, D., Gilbert, D, Wegner, D., Hood, B., 2016. Psychology, 2nd
European edition, Palgrave
Skinner, B.F. (1961). "Teaching machines". Scientific American. 205 (3):
90–112. doi:10.2307/1926170. JSTOR 1926170. PMID 13913636.

134 Psikologi Umum


Wasserman, E. A., & Zentall, T. R. (Eds.). (2006). Comparative cognition:
Experimental explorations of animal intelligence. Oxford University
Press.
Zimmerman, B., J. 2000. Attaining self regulation. A social cognitive
perspective, New York, University of New York

Tim Dosen 135


BAB 7
Emosi, Komponen Emosi, Sifat-sifat Emosi,
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Emosi,
Ragam Emosi, Perasaan, Tiga Dimensi
Perasaan, dan Ragam Perasaan

Sri Cahya Kencana, S.Psi., M.Psi., Psikolog


2021
Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

136 Psikologi Umum


Pengantar

Modul ini dibuat dalam rangka untuk membantu mahasiswa dalam


mengikuti kuliah Psikologi Umum. Modul ini sebagai modul kerja yang
sifatnya tidak semata memberi penjelasan (yang telah dilaksanakan dalam
sesi kuliah), tetapi juga melatih pembaca/mahasiswa membangun
pengetahuannya baik secara teoretis maupun praktek melalui studi kasus.
Modul ini membahas tentang emosi dan perasaan sebagai proses yang
dialami oleh setiap orang yang memengaruhi individu untuk bertindak atau
merespon. Oleh karena itu, modul ini dibagi menjadi empat bagian di mana
bagian pertama membahas tentang emosi, teori-teori emosi, komponen
emosi, sifat emosi, faktor-faktor yang memengaruhi emosi dan ragam
emosi. Bagian kedua membahas tentang perasaan, tiga dimensi perasaan
dan ragam perasaan.
Ada beberapa sumber yang patut menjadi pertimbangan yakni
Psychology: 7th Edition (J.W. Santrock, 2004), Psikologi Umum (Irwanto,
2004), Pengantar Psikologi Jilid 1 Terjemahan (Atkinson et al, 2004),
Pengantar Psikologi Jilid 2 Terjemahan (Atkinson et al, 2004), dan
Pengantar Psikologi (Sarlito W. Sarwono, 2003).

Tim Dosen 137


Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis tentang emosi


dan perasaan

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang emosi dan teori-teori


emosi

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami faktor-faktor


yang memengaruhi emosi.

3. Mahasiswa mampu memahami tentang perasaan dan ragam perasan

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tiga dimensi perasaan

Bagian 1: Emosi

Materi Dasar Isi

Judul Materi Emosi

Pokok Bahasan Emosi, Teori-teori Emosi, Komponen


Emosi, Sifat Emosi

Waktu 50 Menit

Metode Ceramah, berdiskusi daring, tanya jawab,


mengerjakan latihan soal

Media Tayangan PPT

138 Psikologi Umum


A. Emosi
Emosi didefinisikan sebagai suatu kondisi rangsangan yang melibatkan
perubahan raut wajah, dan tubuh, aktivasi otak, penilaian kognitif,
perasaan subjektif, dan kecenderungan terhadap suatu tindakan. Di sisi lain
emosi secara etimologi berasal dari bahasa Prancis yaitu dari kata emotion,
yang berasal lagi dari emouvoir, excite, yang berdasarkan kata latin
emovere yang terdiri dari kata-kata e- (variant atau ex-), artinya keluar dan
movere artinya bergerak (istilah motivasi juga berasal dari kata movere).
Dengan demikian, secara etimologi emosi berarti bergerak keluar.
Emosi berkembang untuk membantu seseorang memenuhi
tantangan hidup. Emosi menyatukan masyarakat, memotivasi mereka
untuk mencapai tujuan, dan membantu mereka membuat keputusan untuk
rencana. Dalam keadaan emosi, pribadi seseorang telah dipegaruhi
sedemikian rupa sehingga pada umumnya kurang dapat menguasai diri
lagi. Namun demikian, terkadang orang masih dapat mengontrol keadaan
dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan
perubahan-perubahan atau tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkaitan
dengan adanya display rules yang terdiri dari 3 rules yaitu:
1. Masking
2. Modulation (modulasi)
3. Simulation (simulasi)

1. Teori-Teori Emosi
Ada beberapa teori yang menyoroti emosi dan tidak semua teori mengenai
emosi memiliki titik pijak yang sama. Ada beberapa titik pijak yang
berbeda yang digunakan untuk mengupas masalah emosi. Mengenai teori-
teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Teori yang berpijak pada pada hubungan emosi dengan gejala
kejasmanian.
1. Teori James Lange mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi
seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
luar.

Tim Dosen 139


2. Teori Cannon Bard menjelaskan bahwa emosi bergantung pada
aktivitas dari otak bagian bawah.
3. Teori Schahter-Singer meyakini bahwa emosi merupakan hasil
interpretasi proses fisiologis dan kognitif.

b. Teori hubungan antar emosi mendeskripsikan emosi yang berkaitan


dengan emosi primer dan hubungannya satu dengan yang lain. Emosi
itu berbeda dalam tiga dimensi yaitu intensitas, kesamaan dan
polaritas. Di samping itu ada tiga dimensi sebagai dasar dari semua
emosi yaitu fear, anger dan pleasure.
c. Melihat emosi dalam kaitannya dengan perilaku, dalam hal ini
dinyatakan bahwa hampir semua perilaku manusia yang terus menerus
atau mengarah ke tujuan adalah bernada emosional dan bahwa nada
emosionallah yang memberi motivasi untuk serangkaian perilaku
manusia.
d. Teori yang mengaitkan emosi dengan aspek kognitif, menyatakan
bahwa emosi yang dialami merupakan penafsiran, atau evaluasi
mengenai informasi yang datang dari situasi lingkungan dan dari
dalam.

Berikut terdapat tabel teori emosi dasar menurut para ahli dan
kajiannya tentang emosi

Teori Emosi Dasar

Dasar Pengambilan
Nama Ahli Emosi Dasar
Kesimpulan
Arnold Marah, enggan, Hubungan dengan
berani, kecewa, kecenderungan-
hasrat, putus asa, kecenderungan
takut, benci, berharap,
cinta, sedih

Ekman, Fresen, dan Marah, jijik, takut, Ekspresi wajah


Ellsworth gembira, sedih, universal
kejutan

140 Psikologi Umum


Frijda Hasrat, bahagia, Bentuk kesiapan
minat, kejutan, kaget, bertindak
duka
Gray Gusar, teror, cemas, Bakat
gembira
Izzard Marah, jijik, tidak Bakat
suka, stress, takut,
rasa bersalah, minat,
gembira, malu kejutan
James Takut, cinta, duka, Keterlibatan tubuh
gusar
McDougall Marah, jijik, gembira, Hubungan dengan
takut, tidak berdaya, naluri
perasaan lembut,
kagum
Mowrer Sakit, senang Keadaan emosi yang
tidak dipelajari
Oatley dan Johnson- Marah, jijik,cemas, Tidak memerlukan
Laird bahagia, sedih tujuan tertentu

Pankseep Berharap, takut, gusar, Bakat


panik
Piutchik Pasrah, marah, Hubungan dengan
anstisipasi, jijik, proses adaptasi
gembira, sedih, biologi
kejutan
Tomkins Marah, interest, jijik, Besarnya rangsangan
tidak suka, stress, syaraf
takut, gembira, malu,
kejutan
Watsons Takut, cinta, gusar Bakat

Weiner dan Graham Bahagia, sedih Atribusi mandiri

Tim Dosen 141


2. Komponen Emosi
Atkinson (2004) mengatakan bahwa sebuah emosi yang kuat mencakup
beberapa komponen umum, beberapa di antaranya adalah:
a. Respon tubuh internal, terutama yang melihat saraf otonomik.
b. Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi kesalahan positif
atau negatif tertentu yang bersifat otomatis.
c. Ekspresi wajah, yakni menunjukkan gambaran detil wajah ketika
menerima respon. Misal jika seseorang merasa muak atau jijik,
mungkin ekspresi yang ditunjukkan dengan mengerutkan dahi,
membuka mulut lebar lebar dan kelopak sedikit ditutup.
d. Reaksi terhadap emosi, berada dalam keadaan emosional memiliki
beberapa konsekuensi umum. Salah satunya adalah kadang-kadang
emosi dapat memberikan energi, di lain waktu dapat meng-ganggu.
Emosi ringan menghasilkan kesiagaan sedangkan emosi kuat dapat
merusak. Reaksi umum lainnya yakni seseorang akan lebih
memperhatikan dan mempelajari lebih banyak peristiwa yang sesuai
dengan moodnya dibanding dengan yang tidak.

3. Sifat Emosi
Emosi ditinjau dari segi ketakutan dan kesedihan mempunyai dua sifat,
yakni:
a. Emosi adalah reaksi terhadap perubahan pada situasi yang tiba-tiba.
Seseorang tidak dapat menguasai perubahan-perubahan itu sebab ia
bingung. Ia tidak dapat bertindak dengan suatu tujuan tertentu kalau
tidak dapat mengalami emosi. Selama ada jalan untuk melarikan diri,
maka tidak takut. Selama dapat menghindarkan sesuatu kehilangan, ia
tidak sedih. Dengan demikian ada perbedaan mengenai kepekaan
terhadap emosi. Kepekaan tersebut tergantung pada pengalaman dan
kecakapan untuk menemukan cara-cara menghindarkan emosi.
b. Emosi memengaruhi keseluruhan manusia, yang bersifat bukan saja
rohani, tetapi juga jasmani di mana kejadian jasmani senantiasa
mengiringi emosi.

142 Psikologi Umum


Penelitian lain mengenai emosi dilakukan oleh Gohm dan Clore
menyatakan bahwa ada empat sifat laten pengalaman emosional ketika
seseorang berada dalam sebuah suasana tertentu. Keempat sifat tersebut
menurut mereka sangat berpengaruh pada kebahagiaan seseorang,
kesehatan mental, kecemasan dan gaya atribusinya. Keempat sifat laten
tersebut antara lain:
a. Kejelasan (emotional clarity), dijabarkan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengidentifikasi dan membedakan emosi spesifik
yang sedang dirasakan.
b. Intensitas (Emosional Intensity), diartikan seberapa kuat atau besar
intensitas emosi spesifik yang dapat dirasakannya.
c. Perhatian (Emosional Attension), dijelaskan sebagai kecenderugan
seseorang dalam memahami, menilai dan menghargai emosi spesifik
yang sedang ia rasakan.
d. Ekspresi (emotional expression), didefinisikan sebagai kecenderungan
seseorang untuk mengungkap perasaan yang sedang ia rasakan kepada
orang lain.

4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Emosi


Emosi merupakan fungsi interaksi faktor kognitif dan keadaan
keterbangkitan fisiologis. Teori kognitif fisiologis tentang emosi
mengemukakan bahwa umpan balik ke otak dari aktifitas fisiologis
menimbulkan keadaan keterbangkitan yang tidak berbeda, tetapi emosi
yang dirasakan ditentukan oleh label yang diberikan orang pada keadaan
terbangkitkan itu. Penentuan label merupakan proses kognitif yaitu
individu menggunakan informasi dari pengalaman masa lampau dan
persepsinya tentang keadaan saat ini untuk meinterpretasikan
perasaannya. Interpretasi ini akan menentukan label yang mereka
gunakan untuk memberikan keadaan emosional mereka. Bisa dikatakan
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi sebuah emosi adalah:
a. Faktor kognitif yaitu suatu analisis situasi yang menghasilkan suatu
keyakinan emosi. Penilaian tersebut memengaruhi intensitas dan
kualitas emosi. Jika seseorang diinduksi untuk masuk dalam keadaan
rangsangan yang tidak berdiferensiasi, kualitas emosinya hampir
sepenuhnya ditentukan oleh penilaian seseorang terhadap situasi.

Tim Dosen 143


b. Faktor fisiologis, masukan ke otak dari organ internal dan otot rangka.
Yaitu kebangkitan emosi dikarenakan oleh aspek-aspek dari luar diri.
Semisal emosi marah, karena seseorang yang marah akibat dari orang
yang ada disekelilingnya marah, atau bisa karena kondisi fisik yang
kurang sehat.
c. Faktor stimulus, masukan ke otak dari stimulus eksternal yang
mengenai sistem saraf. Bila stimulus yang membangkitkan emosi
disajikan, respon emosional akan segera timbul dan meningkat sampai
puncak dalam beberapa detik. Bila stimulus itu terus dipaparkan, emosi
akan sedikit menurun dari puncaknya dan kemudian menjadi stabil.
Dan pada saat stimulus dihilangkan maka emosi yang berlawanan akan
dialami.

5. Ragam Emosi
Emosi yang dikenal pada umumnya terbagi menjadi dua kategori.
Kategorisasi ini berdasar dari dari dampak yang ditimbulkannya. Dua
golongan tersebut yakni:
a. Emosi positif atau yang biasa disebut dengan afek positif. Emosi
positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan
seperti tenang, santai rileks, gembira lucu, haru, dan senang. Ketika
seseorang merasakan emosi yang positif maka, ia pun akan merasakan
keadaan yang positif
b. Emosi negatif atau afek negatif. Ketika seseorang merasakan emosi
negatif, dampak yang dirasakan ialah emosi negatif diantaranya sedih
kecewa, putus asa, tidak berdaya, frustasi marah, marah, dendam.
Emosi bukan saja fenomena yang terkait dengan kebahagianan
ataupun kesedihan. Tentunya ada pembagian-pembagian bentuk
emosi. Emosi bukan saja fenomena yang terkait dengan kebahagiaan
ataupun kesedihan. Tentunya ada pembagian-pembagian bentuk
emosi.

Goleman mengelompokkan aktivitas emosi menjadi delapan yakni:


1. Emosi marah berupa tindakan beringas, mengamuk, benci, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang tersinggung, bermusuhan dan
barangkali yang paling hebat, adalah tindak kekerasanan dan
144 Psikologi Umum
kebencian patologis. Marah adalah kesusahan akan sebuah ekspektasi
terhadap perubahan eksternal.
2. Emosi kesedihan berupa tindakan pedih, sedih, muram, suram,
melankolis, mengasihi diri, putus asa, dan kalau menjadi patologis,
depresi berat. Sedih berarti kesusahan karena harapan internal contoh
kesedihan yang paling jelas adalah “saya tidak bisa mengembalikan
semua itu; saya hanya belajar untuk hidup tanpa semua itu”.
3. Emosi rasa takut berupa tindakan cemas, gugup, khawatir, waswas,
perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut;
sebagai patologi, fobia dan panik.
4. Emosi kenikmatan berupa tindakan bahagia, gembira, ringan, riang,
puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona,
rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali.
5. Emosi cinta berupa tindakan peneriman, kepercayaan, kebaikan hati,
hormat, bakti, rasa dekat, kasmaran dan kasih.
6. Emosi terkejut berupa tindakan terkesiap terpana.
7. Emosi Jengkel berupa hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau
muntah.
8. Emosi malu berupa rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan
hati hancur lebur.

Ada empat emosi inti dari ragam di atas (takut, marah, sedih, dan
senang). Alasan bahwa ada beberapa ragam tertentu, bertumpu pada
penemuan Paul Ekman dari Universitas of California di San Fransisco
yang menyakatan bahwa ekspresi wajah tertentu untuk keempat emosi
dikenali oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia dengan budayanya masing-
masing, termasuk bangsa-bangsa buta huruf yang dianggap tidak tercemar
film dan televisi sehingga menandakan adanya universalitas perasaan
tersebut.

Tim Dosen 145


Bagian 2: Perasaan

Materi Dasar Isi

Judul Materi Perasaan

Pokok Bahasan Perasaan, Tiga Dimensi Perasaan


dan Ragam Perasaan

Waktu 50 Menit

Metode Ceramah, berdiskusi daring, tanya


jawab, mengerjakan latihan soal

Media Tayangan PPT

Perasaan
Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state)
yang ada pada individu atau organisme sebagai akibat adanya peristiwa
atau persepsi yang dialami oleh organisme. Perasaan (feeling) adalah
keadaan atau statue individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus
baik eksternal maupun internal. Emosi lebih intens daripada perasaan, dan
sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan terkadang
juga terganggu. Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang
relatif singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana
hati pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama
daripada emosi , tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan
emosi.
Ada beberapa sifat tertentu dalam perasaan yaitu:
a. Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi dan merupakan
reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
b. Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan
dengan peristiwa-peristiwa psikis yang lain.
146 Psikologi Umum
c. Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak
senang sekalipum tingkatannya berbeda-beda.

1. Tiga Dimensi Perasaan Menurut Wundt


Menurut Wundt ada tiga dimensi dalam perasaan yaitu:
a. Perasaan senang atau tidak senang.
b. Excited feeling atau sebagai inner feeling yaitu perasaan yang dialami
oleh individu disertai adanya perilaku atau perbuatan yang tampak
keluar.
c. Expectancy feeling atau release feeling yaitu perasaan yang dapat
dialami oleh individu sebagai sesuatu yang belum nyata, sesuatu yang
masih dalam pengharapan. Perasaan yang dapat dialami oleh individu
karena sesuatu itu telah nyata ini yang dimaksud dengan release
feeling.

2. Ragam Perasaan
Salah satu dimensi yang dikemukakan Wundt adalah mengenai perasaan
yang dikaitkan dengan waktu, yaitu perasaan yang telah nyata dengan
perasaan yang masih dalam jangkauan waktu yang akan datang.
Sehubungan dengan waktu dan perasan maka perasaan dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yakni:
a. Perasaan presens yaitu perasaan yang timbul dalam keadaan yang
sekarang nyata dihadapi berhubungan dengan situasi aktual.
b. Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan,
yaitu perasaan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih
dalam pengharapan.
c. Perasaan yang berkaitan dengan waktu lampau, yaitu perasan yang
timbul dengan melihat kejadian-kejadian yang telah lampau.

Menurut Bigot, dkk., pada pokoknya rasa kejiwaan dapat


diklasifikasikan menjadi:
a. Perasaan jasmani/keinderaan, yaitu perasaan yang berkaitan dengan
alat indera, misalnya perasaan lelah, sakit, lapar, kepanasan, dan lain
sebagainya.

Tim Dosen 147


b. Perasaan psikis/kejiwaan, perasaan kejiwaan ini terdiri dari berbagai
kejiwaan:
1. Perasaan sosial, yaitu suatu rasa yang mempunyai sangkut paut
dengan orang lain, misalnya simpati, cinta, kasihan, egois, benci,
dan sebagainya.
2. Perasaan intelektual, yaitu suatu rasa yang bersangkut paut dengan
kebenaran, misalnya: pasti, nyata, salah, ragu, dan sebagainya
3. Perasaan susila, yaitu suatu rasa yang bersangkut paut dengan
berbagai norma, misalnya baik, buruk, menyesal, rasa tanggung
jawab, rasa keadilan, rasa hak, dan sebagainya.
4. Perasaan keindahan, yaitu suatu rasa yang ada sangkut pautnya
dengan pemberian nilai mengenai hal-hal yang bersifat estetis yang
dapat menimbulkan perasaan positif terhadap hal-hal yang indah,
dan perasaan negatif terhadap hal-hal yang jelek.
5. Perasaan ketuhanan, yaitu rasa yang ada sangkut pautnya dengan
kesempurnaan, sehingga menimbulkan rasa takut berbagai dosa,
merasa dirinya kecil, rasa tak berdaya, dan sebagainya.
6. Perasaan harga diri, yaitu suatu rasa berharga atau tidak
berharganya diri sendiri terhadap suatu yang dihadapi, sehingga
seseorang dapat merasa puas, bangga, rendah diri, dan sebagainya.

Max Scheler mengajukan 4 pendapat terkait dengan macam-macam


tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris, yaitu perasaan yang didasarkan atas
kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian.
2. Perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan yang bergantung pada
keadaan jasmani keseluruhan.
3. Perasaan psikis atau kejiwaan.
4. Perasaan kepribadian yaitu, perasaan yang berhubungan dengan
keseluruhan pribadi.

148 Psikologi Umum


Pertanyaan Diskusi Berkelompok
1. Ekspresi emosi apa sajakah yang dikenali oleh sebagian besar orang
dari seluruh penjuru dunia?
2. Mengapa orang-orang dari budaya yang berbeda merasa cemburu,
marah atau jijik terhadap hal yang berbeda?
3. Jelaskan bagaimana pikiran anda memengaruhi perasaan anda jika
anda melihat orang lain menggoda kekasih anda dan anda sangat
cemburu melihat hal tersebut. Kemudian apa saja pemikiran alternatif
yang akan anda lakukan untuk dapat mengurangi rasa cemburu anda?

Latihan Soal Individu


1. Jelaskan pengertian Emosi dan Perasaan.
2. Menurut anda apa perbedaan antara emosi, perasaan dan mood?
3. Berikan contoh-contoh dari 4 sifat laten emosi.
4. Sering kita mendengar ungkapan bahwa wanita lebih banyak
menggunakan emosi daripada logikanya. Dan pria lebih banyak
menggunakan logikanya daripada emosinya ketika menyelesaikan
sebuah permasalahan. Menurut pendapat anda apakah benar perbedaan
gender memengaruhi emosi seseorang? Jelaskanlah pendapat anda.
5. Berikan pendapat anda mengenai apa yang akan terjadi apabila seorang
individu tidak memiliki emosi dan perasaan?

Tim Dosen 149


Daftar Pustaka

Atkinson, et al, 2004. Pengantar Psikologi Jilid 1 Terjemahan. Jakarta:


Erlangga.
Atkinson, et al, 2004. Pengantar Psikologi Jilid 2 Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Daniel Goleman, 1996. Kecerdasan Emosional, terjemahan, Jakarta:
Gramedia Pustaka
Utama.
Irwanto, 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Max Scheler, Selected Philosophical Essays, "Phenomenology and the
Theory of Cognition," trans. David Lachterman (Evanston:
Northwestern University Press, 1973),
Morgan, C.T., 1986. Introduction to Psychology. New York: McGraw-
Hill.
Santrock, J.W., 2004. Psychology: 7th Edition. Singapore: McGraw-Hill
Company.
Sarlito, W.S., 2003. Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Wade, Carole & Tavris Carol. 2007. Psikologi. Edisi Kesembilan. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Walgito, B. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

150 Psikologi Umum


BAB 8
Motivasi, Faktor-Faktor Motivasional
dalam Agresi, Motivasi dan Konflik,
Motivasi dan Frustrasi

Dr. Frida Medina Hayuputri, M.Psi., Psikolog


2021
Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Tim Dosen 151


Pengantar

Modul ini dibuat dalam rangka untuk membantu mahasiswa dalam


mengikuti kuliah Psikologi Umum. Kondisi lain yang mendukung
terbangunnya modul ini adalah kondisi pandemi covid-19 yang masih
berlangsung (sampai modul ini diselesaikan Januari 2021).
Modul ini sebagai modul kerja yang sifatnya tidak semata memberi
penjelasan (yang telah dilaksanakan dalam sesi kuliah), tetapi juga melatih
pembaca/mahasiswa membangun pengetahuannya baik secara teoretik
maupun kenyataan. Modul ini membahas motivasi sebagai proses yang
menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam
upaya untuk mencapai tujuan, serta kaitannya dengan aspek-aspek
psikologi lainnya. Oleh karena itu, modul ini dibagi menjadi empat bagian
utama, yaitu motivasi dan pendekatan teoritis tentang motivasi, faktor-
faktor motivasional dalam agresi dan teori pendekatan tentang agresi,
motivasi dalam kaitannya dengan konflik, serta motivasi dalam kaitannya
dengan frustrasi dan mekanisme pertahanan diri.
Setidaknya ada beberapa sumber yang patut menjadi pertimbangan
yakni Psychology: 7th Edition (J.W. Santrock, 2004), Psikologi Umum
(Irwanto, 2004), Pengantar Psikologi Jilid 1 Terjemahan (Atkinson et al,
2004), Pengantar Psikologi Jilid 2 Terjemahan (Atkinson et al, 2004), dan
Pengantar Psikologi (Sarlito W. Sarwono, 2003). Tidak ketinggalan
peserta diajak untuk aktif menemukan literasi-literasi mengenai
“Motivasi” melalui koleksi artikel-artikel di Buletin Konsorsium Psikologi
Ilmiah Nusantara (KPIN) serta di Jurnal Psikologi Ulayat.

152 Psikologi Umum


Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi


umum, aspek-aspek dan dinamika psikologinya.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan psikologi sebagai ilmu yang ilmiah


2. Mahasiswa memahami teori-teori psikologi dasar dan penerapannya

3. Mahasiswa mampu memahami gambaran dan konsep psikologi


yang terlibat dalam proses mental/dinamika perilaku

Keterangan: untuk CPMK dan SubCPMK mengikuti RPS terakhir.

Bagian 1: Motivasi

Materi Dasar Isi

Judul Materi Motivasi

Pokok Bahasan Motivasi dan Pendekatan Teoritis tentang


Motivasi

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi daring,


menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai proses yang menjelaskan mengenai
kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai
tujuan. Motif merupakan sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk

Tim Dosen 153


bertindak dengan cara tertentu atau setidaknya untuk mengembangkan
suatu kecenderungan perilaku yang khas. Motivasi dapat didefinisikan
sebagai satu kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong atau
menggerakkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dasar. Ada tiga
kualitas yang termasuk dalam setiap definisi motivasi:
 Dianggap adanya kekuatan dari dalam.
 Dapat menggerakkan untuk bekerja.
 Dapat menentukan arah tindakan.

Sejauh ini, proses motivasi telah dilihat sebagai proses untuk


membuat pilihan dan keputusan dari berbagai kemungkinan aktivitas yang
bisa dilakukan. Motivasi juga merupakan faktor yang menggerakkan,
mengarahkan dan menyokong secara terus menerus hasil yang semakin
meningkat. Motivasi mengacu pada sebab atau mengapa perilaku
dilakukan. Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the
energizer of behaviour), juga disebut sebagai penentu atau determinan
perilaku. Secara konstruk teoritis, motivasi meliputi aspek-aspek :
 Pengaturan (Regulasi)
 Pengarahan (Direksi)
 Penguatan
 Tujuan (Insentif Global)

Motivasi adalah seluruh aktivitas mental yang memberikan kondisi


hingga terjadinya perilaku. Alasan terjadinya perilaku, yaitu :
 Determinan dari lingkungan, misalnya orang tua, pasangan, teman, dan
lain sebagainya.
 Determinan dari dalam, yaitu dari diri sendiri misalnya harapan, emosi,
dan sebagainya.
 Tujuan/insentif/nilai dari suatu objek, dibagi menjadi:
- Dari dalam, misalnya kepuasan, tanggung jawab, dan sebagainya
- Dari luar, misalnya uang, status, dan sebagainya

154 Psikologi Umum


Pendekatan Teoritis tentang Motivasi
1. Rasionalisme, berpendapat bahwa nalar menentukan perilaku individu,
pilihan yang baik akan diambil sesuai dengan logikanya. Manusia
bebas dan bertanggung jawab atas perilakunya.
2. Hedonisme, berpendapat bahwa alasan untuk berperilaku adalah
kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari
kesusahan.
3. Teori insting/naluri, berpendapat bahwa insting adalah kekuatan
biologis bawaan yang memengaruhi organisme untuk bertindak
dengan cara tertentu dalam keadaan tepat.
4. Teori kebutuhan dan dorongan, berpendapat bahwa kebutuhan lebih
mengacu pada keadaan fisiologis dari hilangnya jaringan-jaringan,
misalnya haus. Sedangkan dorongan mengacu pada akibat psikologis
dari suatu kebutuhan, misalnya haus lalu mencari minum, tidak paham
akan sesuatu lalu bertanya.
5. Teori insentif, berpendapat bahwa organisme tidak didorong oleh
dorongan internal, tetapi oleh dorongan eksternal yang disebut insentif,
misalnya ada kue di etalase toko yang mendorong rasa lapar orang
yang melewatinya.
6. Teori harapan, berpendapat bahwa motivasi merupakan produk
kombinasi antara besarnya keinginan untuk mendapatkan reward
tertentu (valensi), besarnya kemungkinan untuk menyele-saikan tugas
yang diperlukan (harapan), dan keyakinan bahwa prestasinya akan
menghasilkan hadiah (instrumentalitas).
7. Teori aktualisasi diri, berpendapat bahwa motif tertinggi dari manusia
yang mendorong manusia mengembangkan kapasitas/potensi-
potensinya se-tinggi mungkin yang menghasilkan manusia-manusia
kreatif. Hal ini dinamakan aktualisasi diri. Abraham Maslow meyakini,
pada dasarnya manusia itu baik dan menunjukkan bahwa individu
memiliki dorongan yang tumbuh secara terus menerus yang memiliki
potensi besar. Sistem hirarki kebutuhan, dikembangkan oleh Maslow,
merupakan pola yang biasa digunakan untuk menggolongkan motif
manusia. Sistem hirarki kebutuhan meliputi lima kategori motif yang
disusun dari kebutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
Kelima tingkat kebutuhan ditunjukkan dalam tingkatan kebutuhan
berikut:

Tim Dosen 155


a. Kebutuhan fisiologis: makanan, air, seks, tempat perlindungan
b. Kebutuhan rasa aman: perlindungan terhadap bahaya, ancaman,
dan jaminan keamanan. Perilaku yang menimbulkan
ketidakpastian berhubungan dengan kelanjutan pekerjaan atau
yang merefleksikan sikap dan perbedaan, kebijakan administrasi
yang tidak terduga akan menjadi motivator yang sangat kuat dalam
hal rasa aman pada setiap tahap hubungan kerja.
c. Kebutuhan sosial: memberi dan menerima cinta, persahabatan,
kasih saying, harta milik, pergaulan, dukungan. Jika dua tingkat
kebutuhan pertama terpenuhi seseorang menjadi sadar akan
perlunya kehadiran teman.
d. Kebutuhan harga diri: kebutuhan akan prestasi, kecukupan,
kekuasaan, dan kebebasan. Intinya hal ini merupakan kebutuhan
untuk kemandirian atau kebebasan. Status, pengakuan, penghar-
gaan, dan martabat. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan
harga diri.
e. Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan untuk menyadari
kemampuan seseorang untuk kelanjutan pengembangan diri dan
keinginan untuk menjadi lebih dan mampu untuk menjadi orang.
Kategori kebutuhan yang paling pokok yang dikemukakan Maslow
adalah aktualisasi diri.
8. Teori motif berprestasi, McCleland (2004) menyampaikan teori
motivasi yang sangat erat berhubungan dengan konsep pembelajaran.
Teori tersebut menyatakan ketika seseorang mempunyai kebutuhan
yang kuat, dampaknya adalah memotivasi seseorang untuk
menggunakan perilaku yang mengarah pada peme-nuhan kebutuhan
untuk kepuasan. Inti dari teori ini adalah bahwa kebutuhan dipelajari
melalui adaptasi dengan lingkungan seseorang. Karena kebutuhan
dipelajari, perilaku yang diberikan cenderung terjadi pada frekuensi
yang lebih tinggi. Teori ini berpendapat bahwa terdapat need of
achievement yang memengaruhi perilaku manusia. Need of
achievement merupakan kebutuhan untuk berprestasi tercermin dari
tingkah laku yang mengarah pada standar keunggulan, menyukai tugas
menantang, tanggung jawab pribadi, terbuka terhadap umpan balik
untuk memperbaiki prestasi. Kebutuhan akan pencapaian (need of
achievement) meliputi keinginan secara mandiri untuk menguasai
benda, gagasan, atau orang lain, dan untuk meningkatkan rasa percaya
156 Psikologi Umum
diri seseorang melalui latihan bakat. Berdasarkan pada hasil penelitian,
McCleland mengembangkan serangkaian faktor-faktor diskriptif yang
mencerminkan kebutuhan pencapaian yang tinggi. Faktor-faktor
tersebut yaitu:
1. Achievers menyukai situasi dimana mereka mempunyai tanggung
jawab pribadi untuk menemukan solusi terhadap masalah.
2. Achievers mempunyai tendensi untuk menentukan tujuan
pencapaian rata-rata dan menghitung resiko.
3. Achievers ingin menggunakan umpan balik nyata tentang seberapa
baik mereka melakukan.

9. Teori motivasi takut berprestasi, berpendapat bahwa orang yang


memiliki motivasi takut berprestasi adalah orang yang termotivasi
karena takut gagal, gembira bila dapat menghindari kegagalan, dan
performa terbaik pada tugas dengan kesulitan amat tinggi atau amat
rendah.

Bagian 2: Faktor-faktor Motivasional dalam Agresi

Materi Dasar Isi

Judul Materi Faktor-faktor Motivasional dalam


Agresi

Pokok Bahasan dan sub pokok Faktor-faktor Motivasional dalam


bahasan Agresi dan Teori Pendekatan
tentang Agresi

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Tim Dosen 157


Faktor-faktor Motivasional dalam Agresi
Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain,
baik secara fisik maupun verbal ataupun merusak harta benda yang
dilakukan secara sengaja. Terdapat dua macam agresi, yaitu:
1. Agresi permusuhan (hostile aggression) merupakan agresi yang
semata-mata dimaksudkan untuk menyakiti orang lain.
2. Agresi instrumental (instrumental aggression) merupakan agresi yang
dimaksudkan untuk mendapatkan ganjaran orang lain, selain
penderitaan korbannya, misalnya perkelahian untuk membela diri.

Teori Pendekatan tentang Agresi


1. Teori psikoanalisa, berpendapat bahwa agresi merupakan naluri dasar
manusia yang harus dikeluarkan dalam bentuk agresi nyata. Agresi
dianggap tidak dapat dihilangkan dari kehidupan manusia, namun
hanya dapat diubah intensitasnya melalui pembentukan ikatan
emosional yang positif dan pengadaan jalan keluar pengganti,
misalnya melalui olahraga keras.
2. Teori dorongan (drive theory), berpendapat bahwa agresi merupakan
dorongan yang harus disalurkan, karena kita cenderung memaklumi
dorongan agresif yang dapat keluar tanpa kendali (eksplosif), setelah
ditimbun beberapa waktu.
3. Teori belajar sosial (social learning theory), berpendapat bahwa agresi
merupakan suatu respon yang dipelajari. Agresi dapat dipelajari
melalui observasi dan imitasi, di mana semakin mendapat penguat
maka akan semakin kuat kemungkinan terjadinya.

158 Psikologi Umum


Bagian 3: Motivasi dan Konflik

Materi Dasar Isi

Pokok Bahasan dan sub pokok Motivasi dan Konflik


bahasan

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Motivasi dan Konflik


Konflik adalah keadaan di mana muncul dua kebutuhan (atau lebih), pada
saat bersamaan. Terdapat empat macam konflik menurut Kurt Lewin
(1943), yaitu:
1. Konflik angguk-angguk (approach-approach) merupakan konflik
karena ada dua kebutuhan (atau lebih), yang muncul secara bersamaan
di mana keduanya memiliki nilai positif bagi individu.
2. Konflik angguk-geleng (approach-avoidance) merupakan konflik
karena adanya dua kebutuhan (atau lebih) yang muncul secara
bersamaan, di mana kebutuhan yang satu memiliki nilai positif dan
yang lainnya memiliki nilai negatif.
3. Konflik geleng-geleng (avoindance-avoidance) merupakan konflik
karena adanya dua kebutuhan (atau lebih) yang muncul secara
bersamaan, di mana keduanya memiliki nilai negatif bagi individu.
4. Konflik multiple approach-avoidance merupakan konflik karena
adanya dua kebuthan (atau lebih) yang muncul secara bersamaan, di
mana keduanya sekaligus memiliki nilai positif dan negatif bagi
individu.

Tim Dosen 159


Bagian 4: Motivasi dan Frustrasi

Materi Dasar Isi

Judul Materi Motivasi dan Frustrasi

Pokok Bahasan dan sub pokok Motivasi dan Frustrasi, serta


bahasan Mekanisme Pertahanan Diri

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Motivasi dan Frustrasi


Frustrasi terjadi bila kebutuhan kita tidak dapat terpenuhi atau karena
dorongan bertindak yang terhambat. Hal-hal yang dapat menimbulkan
frustrasi, yaitu:
1. Hambatan fisik. Fisik yang kurang sehat, cacat, ataupun ada kelainan
seringkali kurang mendukung pemenuhan kebutuhan.
2. Hambatan fisik di lingkungan luar individu. Seringkali lingkungan
terlalu kejam dan kurang kompromi terhadap pemenuhan kebutuhan.
3. Kurangnya strategi dalam usaha pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan
sering menyebabkan kegagalan atau terhambatnya pemuasan
kebutuhan.
Frustrasi berkaitan erat dengan hambatan bertindak, tetapi terhambat
sehingga tidak dapat memperoleh pemuasan dari kebutuhannya. Oleh
karena itu, kekuatan atau energi yang ada akan dimanifestasikan dalam
bentuk agresi atau hal lain, misalnya mekanisme pertahanan diri.

160 Psikologi Umum


Mekanisme Pertahanan Diri
1. Rasionalisasi, yaitu suatu usaha untuk membuat situasi selogis
mungkin dari situasi frustrasi.
2. Proyeksi, yaitu usaha untuk melempar penyebab frustasi pada pihak
lain.
3. Sublimasi (displacement), yaitu bila suatu keinginan tidak terpenuhi,
maka individu berusaha mengarahkan (mengganti) pada objek lain.
4. Represi, yaitu usaha individu menekan pengalamannya yang tidak
menyenangkan ke alam bawah sadarnya dengan berusaha melupakan.
5. Regresi, yaitu tingkah laku seseorang yang kekanak-kanakan (mundur)
karena adanya frustrasi. Tingkah laku tersebut merupakan usaha untuk
mendapat perhatian atau bantuan orang lain seperti ketika masih
kanak-kanak.
6. Reaksi formasi, yaitu rasa benci karena frustrasi sulit diterima oleh
masyarakat karena menimbulkan rasa cemas. Reaksi yang ditunjukkan
adalah kebalikan dari rasa benci tersebut.

Latihan
1. Jelaskan pengertian motivasi berdasarkan bahasa dan pemahaman
Anda, serta berikan contoh konkretnya.
2. Menurut Anda, manakah pendekatan teoritis tentang motivasi yang
paling relevan dengan kehidupan saat ini? Jelaskan argumen Anda.
3. Jelaskan mengenai empat kelompok konflik, dan berikan masing-
masing contoh konkret yang relevan dengan kondisi saat ini.
4. Menurut pendapat Anda, apakah instrumental aggression dapat
dibenarkan? Jelaskan argumen Anda tersebut.
5. Berikan masing-masing contoh konkret mengenai mekanisme
pertahanan diri.

Tim Dosen 161


Daftar Pustaka

Andjarwati, Tri, 2015. Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki


Kebutuhan Maslow, Teori Dua Faktor Herzberg, Teori X Y Mc
Gregor, dan Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland. JMM17 Jurnal
Ekonomi & Manajemen. 1 (1): 45-54.
Atkinson, et al, 2004. Pengantar Psikologi Jilid 1 Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Atkinson, et al, 2004. Pengantar Psikologi Jilid 2 Terjemahan. Jakarta:
Erlangga.
Irwanto, 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Horton Guyford Stever. 1977, American Academy of Arts & Sciences.
Retrieved 2021-10-11.
Lewin K. (1943). Defining the "Field at a Given Time." Psychological
Review. 50: 292–310. Republished in Resolving Social Conflicts &
Field Theory in Social Science, Washington, D.C.: American
Psychological Association, 1997.
McClelland, David C. and Eric W Johnson, 2004. Learning to Achieve.
Glenview, Illinois: Scotti. Foresman & Co.
Morgan, C.T., 1986. Introduction to Psychology. New York: McGraw-
Hill.
Rahayu, Anizar, 2013. Diktat Psikologi Umum II. Jakarta: Universitas
Persada Indonesia Y.A.I.
Santrock, J.W., 2004. Psychology: 7th Edition. Singapore: McGraw-Hill
Company.
Sarlito, W.S., 2003. Pengantar Psikologi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1987.
Wallace, Patricia, Jeffrey H. Goldstein, Peter Nathan, 2007. Introduction
to Psychology. Dubuque, IA: Wm. C. Brown.

162 Psikologi Umum


BAB 9
Pandangan Teori, Faktor yang
Memengaruhi, Kepribadian, dan Perilaku
Abnormal

Agung Rido Harmoko, S. Psi., MM, MH


2021
Digunakan terbatas untuk Perkuliahan Psikologi Umum Lintas Kampus
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Tim Dosen 163


Pengantar

Modul ini disusun bertujuan membantu mahasiswa/i dalam mengambil


mata kuliah Psikologi Umum. Kondisi lain yang mendukung terbangunnya
modul ini adalah kondisi pandemi covid-19 yang masih berlangsung
(sampai modul ini diselesaikan Februari 2021).
Modul ini sebagai modul kerja yang sifatnya tidak semata memberi
penjelasan (yang telah dilaksanakan dalam sesi kuliah), namun
memberikan pengalaman belajar yang baru melalui kegiatan belajar yang
dilakukan secara konsisten berkelanjutan membantu mahasiswa/i
peningkatan pengetahuan. Modul ini membahas pandangan – pandangan,
ruang lingkup serta penerapan kepribadian dan psikologi abonormal. Oleh
karenanya, diharapkan penulisan modul ini dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu pandangan teori-teori, ruang lingkup, serta faktor-faktor yang
memengaruhi dari kepribadian dan perilaku abnormal .
Akhirnya, setidaknya ada beberapa sumber yang patut menjadi
pertimbangan yakni Psikologi Umum (Irwanto, 2004), Pengantar
Psikologi Jilid 1 Terjemahan (Atkinson et al, 2004), Psikologi kepribadian
Alwisol, 2009. Teori Kepribadian Feist, J. & Gregory J. Feist. (2017).
Pengantar Psikologi Klinis Suprapti (2007). Tidak ketinggalan peserta
diajak untuk aktif menemukan literasi- literasi mengenai “psikologi
kepribadian dan abnormalitas” melalui koleksi artikel-artikel di Buletin
Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN).

164 Psikologi Umum


Keterangan Akademik Modul

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep teoritis psikologi


umum, aspek-aspek dan dinamika psikologinya.

Sub CPMK

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teoritis psikologi


kepribadian
2. Mahasiswa memahami perkembangan kepribadian dan faktor –
faktor yang menentukan kepribadian
3. Pandangan Teoritis dan kriteria penentu Abnormalitas
4. Faktor-Faktor Penyebab Memengaruhi Perilaku Abnormal

Keterangan: Untuk CPMK dan SubCPMK mengikuti RPS terakhir.

Bagian 1: Konsep Teoritis Psikologi Kepribadian

Materi Dasar Isi

Judul Materi Kepribadian

Pokok Bahasan Pandangan Teoritis Psikologi


Kepribadian dan Fungsi teori
kepribadian

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring,
menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Tim Dosen 165


Suatu Pengantar Kepribadian

Kepribadian merupakan sesuatu hal yang tersurat dan tersirat pada diri
seorang manusia. Kepribadian seorang manusia dipengaruhi oleh banyak
aspek. Dimulai dengan pertanyaan, mengapa manusia berperilaku seperti
yang mereka lakukan? Apakah manusia memiliki pilihan dalam
membentuk kepribadian? Apa yang menyebabkan adanya kesamaan dan
perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya?
Selama berabad-abad para filsuf, teolog dan para pemikir telah
memulai pertanyaan diatas, dimulai dengan merenungkan pertanyaan-
pertanyaan seiring dari itu mengenai sifat-sifat dasar manusia atau dengan
pertanyaan apakah manusia memiliki sifat dasar?

Apa yang dimaksud dengan kepribadian?


Psikologi kepribadian adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari
pribadi individu sebagai makhluk unik sekaligus memiliki kesamaan pola
dengan perilaku orang lain dengan mempelajarinya menggunakan
berbagai cara dan pendekatan.
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keunikan dan variabilitas
masing-masing antar manusia satu dengan manusia yang lain. Allport
menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan
bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi
interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam
batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu
memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang
berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku
sama. Satu yang lain memiliki perbedaan atau variabilitas. Istilah
“kepribadian” (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti
topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-
pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku,
watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Yunani, “persona” berarti
bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Jadi konsep awal dari
pengertian personality adalah tingkah laku yang ditempatkan

166 Psikologi Umum


dilingkungan sosial. Kesan yang mengenai diri yang diinginkan agar
ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2004).
Jess Feist &Gregory J. Feist (2017) mengatakan bahwa
“Kepribadian” mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku
yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan
sesuatu, tetapi melakukan sesuatu.
Menurut Horton (1982) kepribadian adalah keseluruhan sikap,
perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan
tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan
pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku
yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

Fungsi dari teori kepribadian memiliki dua fungsi yaitu:


1. Fungsi Deskriptif: Fungsi deskriptif (menjelaskan atau
menggambarkan) merupakanfungsi teori kepribadian dalam
menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia
secara rinci, lengkap, dansistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimanaseputar perilaku manusia dijawab melalui
fungsi deskriptif.
2. Fungsi Prediktif: Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan
tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang,
juga harusbisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah
lakumanusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian
harus memiliki fungsi prediktif.

Adapun usaha mempelajari psikologi kepribadian dapat melalui


pendekatan atau sudut pandang didasarkan dasar jalan yang ditempuh
dalam menemukan teori diperoleh melalui dua hal yaitu:
1. Spekulatif yaitu dengan jalan menduga-duga.
2. Empiris yaitu pengujian terstruktur.

Tim Dosen 167


Bagian 2: Perkembangan kepribadian dan faktor-faktor yang
menentukan kepribadian

Materi Dasar Isi

Judul Materi Kepribadian

Pokok Bahasan Perkembangan kepribadian


dan faktor – faktor yang
menentukan kepribadian

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring,
menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Perkembangan Kepribadian Manusia


Perkembangan kepribadian manusia ada bersifat dinamis dan juga bersifat
statis. Kepribadian yang bersifat dinamis berarti dapat selalu berubah
mengikuti tahap perkembangan usia. Tentu saja kepribadian yang bersifat
dinamis tersebut hanya berlaku bagi sifat atau perilaku yang sangat
tergantung dari faktor usia. Komponen kepribadian seringkali digunakan
guna mendefinisikan bentuk dari landasan kepribadian meliputi:
1. Teori konstitusional secara garis besar teori psikologi kepribadian
konstitusional Sheldon berfokus pada pada pandangan yang
menyatakan bahwa faktor psikologi seseorang tergantung pada
struktur jasmani yang secara diam-diam dapat memengaruhi dari
gejala tingkah laku seseorang;
2. Teori temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian
yang dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah melalui pembawaan sejak
lahir.

168 Psikologi Umum


3. Teori ketidaksadaran memandang kepribadian terdiri dari 3 elemen,
ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, Ego, superego yang
bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
4. Teori faktor memandang kepribadian merupakan keseluruhan pola
tingkahlaku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana
ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Lebih lanjut teori ini
mengatakan kepribadian memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari
hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah yaitu tipe – traits – habit –
respon spesifik.

Faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Kepribadian


Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan, namun demikian di
dalam perkembangan tersebut terbentuk pola-pola yang khas, sehingga
merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.
Adapun menurut Horton (1977) faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan kepribadian, dapat dikelompokkan menjadi dua faktor
besar, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan faktor lingkungan. Selain hal
tersebut Horney menjelaskan pentingnya pengalaman-pengalaman sosial
psikologis bagi pembentukan kepribadian, ia juga menjelaskan
pengalaman-pengalaman tersebut dapat mengarahkan neurosis.
Menurutnya kepribadian neurotik berkembangnya dari ketidakmampuan
orang tua mengasuh anaknya. Jika anak di masa kecilnya sering ditakut-
takuti dan ditolak oleh anggota keluarganya yang mana tempat dia
menggantungkan dan mendapatkan kasih sayang, rasa aman, rasa cinta
pertama dalam hidupnya, maka anak tersebut akan mengembangkan
kecemasan dasar. Jika budaya tempatnya tumbuh bersifat kompetitif maka
anak tersebut akan mengembangkan konsep yang tidak realistis, sehingga
selanjutnya akan meningkatkan kecemasan diri.

Tim Dosen 169


Bagian 3 Pandangan Teoritis dan kriteria penentu Abnormalitas

Materi Dasar Isi

Judul Materi Perilaku Abnormal

Pokok Bahasan Pandangan Teoritis, kriteria


penentu Abnormalitas

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Pengertian Perilaku Abnormal


Psikologi abnormal salah satu cabang psikologi di mana usaha memahami
pola perilaku abnormal dan menggunakan cara tertentu untuk membantu
orang yang mengalami abnormalitas, adapun sudut pandang psikologi
abnormal lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi
terhadap gangguan mental. Studi mengenai gangguan mental secara umum
dikaitkan dengan perspektif model medis, model ini menganggap perilaku
abnormal adalah efek dari gangguan atau penyakit yang menjadi dasar
uraiannya. Istilah yang seringkali digunakan dalam menyebut perilaku
abnormal dalam psikologi abnormal adalah mental disorder,
perilaku maladaptive, emotional discomfort, mental illness, psikopatology
dan gangguan mental.
Lebih lanjut, sebenarnya perilaku seperti apa yang masuk ke dalam
perilaku abnormal? Dan apakah perilaku kita sudah sesuai dan tidak
melanggar batasan antara perilaku normal dan abnormal? Perbedaan
Normal, abnormal dan patologis/sakit?
Perilaku menurut pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tingkah laku seseorang atau sikap seorang manusia, perilaku
merupakan serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme,
sistem dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya,
170 Psikologi Umum
yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan
fisik. Sedangkan abnormal diartikan sebagai suatu hal yang jarang terjadi
atau adanya penyimpangan dari kondisi seseorang secara rata-rata, adapun
beberapa pandangan memahami perilaku abnormal menurut pendapat para
ahli, sebagai berikut:
a. Menurut Kartini Kartono (2003), psikologi abnormal merupakan
cabang ilmu psikologi yang menyelidiki semua bentuk gangguan
mental serta abnormalitas jiwa
b. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1999), psikologi abnormal merupakan
lapangan psikologi yang berkaitan dengan kelainan ataupun hambatan
pada kepribadian yang mana di dalamnya berkaitan dengan proses dan
isi kejiwaan.
c. Normal/sehat yaitu sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori
umum sedangkan abnormal/tidak sehat yaitu tidak sesuai dengan
kategori umum, Patologis/sakit; (biasanya) sudut pandang medis untuk
melihat keadaan sakit, menyimpang atau mengalami kerusakan
(Slamet & Markam, 2007)
d. Model Psikodinamika teori ini juga dikenal sebagai teori
posikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmun Freud. Hipotesis
struktruralnya merupakan keyakinan jika terdapat kekuatan yang
saling bertentangan di dalam kepribadian yang kemudian terbagi
menjadi 3 yaitu id, ego, dan superego. Kesehatan mental merupakan
fungsi dari keseimbangan yang dinamis yang terjadi antara id, ego, dan
superego. Sedangkan dalam perilaku abnormal muncul dikarenakan
interaksi yang terhjadi antara id, ego, dan superego yang berjalan tidak
seimbang. Misalnya saja, insting skesual yang berubah ke bentuk
perilaku pemerkosaan dikarenakan tidak adanya superego yang
berfungsi untuk memberikan kontrol. Jika salah satu dari fungsi
tersebut tidak berjalan sesuai normalnya, maka seseorang bisa
mengalami kecenderungan untuk berperilaku abnormal.
e. Model kognitif di dalam pola perilaku abnormal yang paling menonjol
adalah mengenai pendekatan pemrosesan informasi serta model-model
yang telah dikembangkan oleh Aaron Beck dan Albert Ellis. Stres
emosional yang disebabkan karena adanya keyakinan yang dimiliki
seseorang mengenai pengalaman hidupnya bukan mengenai
pengalaman yang dialami mereka sendiri.

Tim Dosen 171


f. Pandangan diatesis merupakan suatu kerentanan atau predisposisi pada
gangguan-gangguan tertentu. Mengemukakan jika masalah-masalah
dalam perilaku abnormal dapat meliputi intreaksi yang terjadi antara
peristiwa dan kerentanan ataupun pengalaman hidup yang penuh
dengan stress.
g. Pandangan Humanistik melalui teori oleh Abraham Maslow dan Carl
Roger (1978) yang mana di dalamnya terdapat dorongan untuk
melakukan self actualization untuk bisa menjadi sesuatu yang memang
diinginkan dan dapat diraih. Manusia menjadi aktor di dalam drama
kehidupan, bukan sebagai reactor. Keyakinan yang utama adalah
perilaku abnormal merupakan hasil perkembangan mengenai konsep
self yang terganggu.

Kriteria Abnormalitas ?
Lalu apa saja yang masuk ke dalam kriteria perilaku abnormal? Berikut
ini beberapa kriteria dalam menentukan apakah perilaku seseorang
termasuk abnormalitas atau bukan, sebagai berikut:
a. Perilaku yang tidak biasa/ Cultural View, yang masuk sebagai perilaku
yang tidak biasa juga dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal.
Misalnya saja hanya sedikit dari kita yang merasa melihat atau
mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itulah yang
disebut sebagai salah satu dari macam-macam abnormalitas dalam
budaya kita.
b. Keseimbangan lingkungan, adaptasi dengan lingkungan di mana
perilaku yang tidak bisa diterima sosial atau melanggar norma. Setiap
lingkungan masyarakat memiliki aturan dan norma sosialnya yang
digunakan untuk menentukan apakah perilaku masyarakat tersebut
dapat diterima atau tidak. Perilaku yang dianggap normal dalam suatu
daerah mungkin bisa dianggap sebagai perilaku abnormal di daerah
lainnya.
c. Persepsi mengenai tingkah laku yang salah kepada realitas, biasanya
sistem sensori serta proses kognitif bisa memungkinkan seseorang
untuk membentuk representasi mental yang cukup akurat mengenai
lingkungan yang ada di sekitarnya.

172 Psikologi Umum


d. Berada dalam stres personal, kondisi stress yang dirasakan personal
yang mana diakibatkan karena gangguan emosi seperti depresi,
ketakutan dan kecemasan. Namun kondisi kecemasan serta depresi
bisa jadi respon yang memang sudah sesuai dengan kondisi yang
dialami.
e. Perilaku maladaptive, perilaku yang menyebabkan ketidakbahagian
serta membatasi kemampuan seseorang untuk bisa berfungsi sesuai
dengan peran yang diharapkan.
f. Perilaku berbahaya, perilaku yang bisa menyebabkan bahaya untuk
orang tersebut dan orang lain yang ada di sekelilingnya.

Bagian 4: Faktor-Faktor Penyebab Memengaruhi Perilaku Abnormal

Materi Dasar Isi

Judul Materi Perilaku Abnormal

Pokok Bahasan Faktor-Faktor Penyebab meme-


ngaruhi Perilaku Abnormal

Waktu 50 Menit

Metode Membaca materi, berdiskusi


daring, menyelesaikan latihan

Media Tayangan dan jalur internet

Faktor-Faktor Penyebab Memengaruhi Perilaku Abnormal


Kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan perilaku abnormal dapat
ditinjau dari beberapa sudut, yaitu berdasarkan tahap berfungsinya dan
menurut sumber asalnya, adapun keedua macam faktor tersebut sebagai
berikut:

Tim Dosen 173


1. Menurut Tahap Berfungsinya
a. Primary Cause
Penyebab primer merupakan kondisi yang tanpa kehadirannya suatu
gangguan tidak akan muncul. Contohnya adanya infeksi sifilis yang
menyerang sistem saraf pada kasus paresis general yaitu sejenis
psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat
progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita
mengalami kelumpuhan total.
b. Penyebab yang menyiapkan (Predisposing Cause)
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan
terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu di masa
mendatang, contohnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected
child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah
dewasa dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki dasar rasa
aman yang lebih baik.
c. Penyebab pencetus (Precipitating Cause)
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi
individu dan mencetuskan gangguan. Contohnya seorang wanita muda
yang menjadi terganggu jiwanya sesudah mengalami kekecewaan
berat ditinggalkan oleh tunangannya. Selain itu lain, seorang yang
menjadi terganggu mentalnya karena kecewa berat sesudah usaha yang
di rintisnya tiba-tiba rugi.
d. Penyebab yang menguatkan (Reinforcing Cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah
laku maladaptive yang sudah terjadi. Contohnya perhatian yang
berlebihan pada seorang gadis yang “sedang sakit” justru dapat
menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas
dirinya, dan menunda kesembuhannya.
e. Sirkulasi faktor-faktor penyebab
Suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab
tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai
hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling memengaruhi
sebagai lingkaran setan, sering menjadi sumber penyebab sebagai
abnormalitas. Contohnya sepasang suami istri menjalani konseling
untuk mengatasi permasalahan dalam hubungan pernikahannya, sang
suami menuduh istrinya senang berfoya-foya sedangkan sang suami
tidak memperhatikan lainnya hanya fokus pada dirinya adapun
174 Psikologi Umum
pandangan sang suami dia kesal kepada pasangannya karena suka
memiliki gaya hidup boros berkumpul dengan temannya. Dari hal ini
Nampak tidak lagi jelas lagi yang mana sebab dan yang mana
merupakan akibat.

2. Menurut Sumber Asalnya


Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat
digolongkan menjadi tiga faktor yaitu:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang
dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam
kehidupan sehari-hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dan
sebagainya. Pengaruh-pengaruh faktor biologis lazimnya bersifat
menyeluruh. Dapat diartikan memengaruhi seluruh aspek tingkah laku,
mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stres.
2. Faktor Psikososial
Faktor psikososial terdiari atas dua yakni trauma dimasa anak-anak,
deprivasi parental, hubungan orang tua anak yang patogenik, struktur
keluarga yang patogenik, dan stres berat.
3. Faktor-faktor Sosiokultural
Kondisi atau keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari
masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam
individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan
contohya suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh
kekerasan. Terpaksa menjalani perang sosial yang berpotensi
menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam
peperangan.

Tim Dosen 175


Latihan

1. Jelaskan pengertian kepribadian berdasarkan dua teori yang anda


ketahui, serta berikan contoh konkretnya.
2. Jelaskan fungsi mempelajari psikologi kepribadian?
3. Jelaskan usaha atau pendekatan apa saja yang dapat digunakan
mempelajari psikologi kepribadian? Berikan contoh masing masing
pendekatan tersebut
4. Apa yang dimaksud dengan normal, abnormal, dan patologis?
5. Faktor-Faktor penyebab memengaruhi perilaku abnormal? Berikan
contohnya!
6. Jelaskan beserta contoh tentang perilaku abnormalitas melalui 2
pendekatan teori yang anda ketahui!

176 Psikologi Umum


Daftar Pustaka

Adams, Frank and Horton, Myles.1975.Unearthing Seeds of Fire: The Idea


of Highlander. Winston-Salem, North Carolina: John F. Blair,
Atkinson, et al, (2004). Pengantar Psikologi Jilid 1 Terjemahan. Jakarta:
Alwisol, (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Feist, J. & Gregory J. Feist. (2017). Teori Kepribadian (Edisi kedelapan).
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Kartono, Kartini, 2003, Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah
Kepemimpinan Abnormal Itu), P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta
Rahayu, Anizar, (2013). Diktat Psikologi Umum II. Jakarta: Universitas
Persada Indonesia Y.A.I.
Slamet, Suprapti, I.S, dan Sumarno Markam. 2007: Pengantar Psikologi
Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Singgih Dirgagunarsa. 1978. Pengantar psikologi. Pengarang, Penerbit,
Mutiara

Tim Dosen 177


Profil Penulis

Tjitjik Hamidah lahir di Pekalongan 9 Juni


1958. Menyelesaikan studi S1 di Fakultas
Psikologi UGM dan S1 Fakultas Keguruan
Sastra Inggris IKIP Negeri Yogyakarta. S2
diselesaikan di Universitas Persada Indonesia-
YAI dan sekarang sedang menyelesaikan
Program Doktoral jurusan PIO (Kandidat
Doktor). Sejak tahun 1999 mengajar di Fak.
Psikologi UPI-YAI hingga sekarang. Sejak
tahun 2008 dipercaya mengelola Fak.
Psikologi Universitas Tama Jagakarsa dan
menjabat Dekan sejak tahun 2011 hingga sekarang. Sejak mengajar
mengampu Mata Kuliah Psikologi Umum, Sejarah dan Perkembangan
Philology, Kode Etik, dan Penulisan Karya Ilmiah. Bidang lain yang
ditekuninya adalah bidang Psikologi Industri dan Organisasi terkait
dengan Asesmen Center baik sebagai Trainer maupun sebagai Asesor.

Agung Rido Harmoko, Psikolog, M.M,


M.H., merupakan dosen yang memiliki
pengalaman akademisi dan juga praktisi. Saat
ini, aktif bekerja PT Patra Trading sebagai Sr.
Human Capital, pengalaman yang banyak di
bidang SDM dan Psikologi membuat dirinya
tetap berbagai dalam dunia akademisi di
Fakultas Psikologi Universitas Persada YAI,
Jakarta. Pengalaman pelatihan yang banyak
serta latar belakang keilmuan yang beragam
dari psikologi, manajemen dan bisnis serta
hukum bisnis akan memperkaya sharing pengetahuan dan pengalaman di
dalam buku ini. Email agungridoharmoko@gmail.com
dan Agung.harmoko@pertamina.com

178 Psikologi Umum


Nenny Ika Putri Simarmata lahir di Tarutung,
pada 16 Agustus 1982. Ia menyelesaikan Sarjana
(S-1) di Universitas Sumatera Utara (USU),
Magister (S-2) di Universitas Indonesia, serta
Program Doktoral (S3) di Universitas
Padjadjaran Bandung pada tahun 2019. Ia
merupakan Dosen Tetap di Fakultas Psikologi -
Universitas HKBP Nommensen, Medan
Sumatera Utara. Saat ini menjabat sebagai Dekan
di Fakultas Psikologi Universitas HKBP
Nommensen periode 2020-2024. Aktif
melakukan kegiatan seleksi dan rekrutmen, konseling bagi karyawan, pelatihan
serta pengembangan organisasi. Aktif menulis di Jurnal ilmiah nasional dan
internasional, serta telah menghasilkan 4 buku referensi secara kolaboratif
dengan judul Pengembangan & Budaya Organisasi (2021), Metode Penelitian
untuk Perguruan Tinggi (2021) dan Dasar Ilmu Manajemen (2021).
Email: nennysimarmata@uhn.ac.id

Seta Ariawuri Wicaksana, S. Psi., M.Psi.,


Psikolog, yang dikenal dengan Mas Seta,
seorang Psikolog Bisnis (Business
Psychologist). Selain itu sebagai
Independence Organizational Development
Consultant in Aksi Cepat Tanggap (ACT), ia
juga merupakan Pendiri dan Direktur
perusahaan digital start up Humanika
Bisnis Digital (HBD) dengan brand tes
online di hipotest.id. Ia juga pendiri dan
Direktur Utama di PT Humanika Amanah
Indonesia (PT. HAI), yang lebih dikenal dengan brand
www.humanikaconsulting,com, sejak tahun 2004. Perusahaan yang
bergerak di jasa assessment, pelatihan dan pengembangan organisasi
(organizational development) dengan beragam klien dari berbagai kriteria
industry dan organisasi, sekitar lebih 100 perusahaan. Ia juga merupakan
Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Pancasila sejak tahun
2016, selain menjalankan fungsi mengajar, juga menjalankan fungsi
penelitian, berbagai jurnal sudah dipublikasikan di jurnal nasional. Saat
ini, sedang mengikuti tugas belajar Doktoral (S3) di Fakultas Ilmu

Tim Dosen 179


Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Bidang MSDM dan juga
merupakan Lulusan Fakultas Psikologi S1 dan S2 Universitas Indonesia,
serta Lulusan sekolah ikatan dinas Akademi Sandi Negara (AKSARA) dan
berdinas 10 tahun di Lembaga Sandi Negara, yang saat ini bernama Badan
Siber dan Sandi Negara.

Sri Cahya Kencana lahir di medan pada 27


mei 1983, menyelesaikan S-1 dan S-2 nya di
fakultas psikologi universitas persada
indonesia yai, Sejak tahun 2019 cahya
menjadi dosen tetap di fakultas psikologi
universitas tama jagakarsa jakarta selatan.
Pengalaman mengajarnya antara lain pernah
mengajar mata kuliah tes kepribadian, tes
inteligensi, psikodiagnostik 1 dan saat ini
mengajar wawancara, observasi, psikologi
belajar, psikologi pendidikan, psikologi
paud,selain mengajar cahya juga aktif sebagai trainer fasilitator dibeberapa
konsultan psikologi dan juga aktif melakukan kegiatan berbagai asesmen
di sekolah, perusahaan serta praktek mandiri.

Yulisza Syahtiani, S.Psi., M.Si., saat ini adalah


dosen tetap di Universitas Azzahra Jakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu
jurusan psikologi, kemudian menyelesaikan
pendidikan Magister Sains Psikologi Industri
dan Organisasi di Universitas Persada Indonesia
YAI. Selain menjadi dosen, saat ini aktif
sebagai pengurus Asosiasi Psikologi Forensik
Perwakilan Wilayah Banten kepengurusan
2020-2025 dan Asisten Psikolog Forensik di
Biro Psikologi Hasanah. Jurnal yang telah diterbitkan diantaranya adalah
Pengaruh Keadilan Organisasi terhadap OCB dengan Sikap Terhadap CSR
sebagai Moderato yang diterbitkan pada Jurnal Pendidikan dan Pengembangan
SDM. Vol 9 No. 2. Universitas Borobudur Fakultas Psikologi dan Persepsi Motif
Altruisme Dalam Tindakan Bunuh Diri Dan Upaya Preventif Untuk Kesehatan
180 Psikologi Umum
Mental yang diterbitkan dalam Prosiding E- Conference Konsorsium Psikologi
Ilmiah Nusantara 2020. Surat elektronik dapat dikirimkan melalui
lisa.syahtiani@gmail.com.

Dr. Anizar Rahayu, M.Si., Psikolog,


merupakan salah satu dosen psikologi yang saat
ini mengajar di Universitas Persada YAI.
Kelahiran di kota Jepara, 12 April 1958 yang
memiliki berbagai aktifitas organisasi dan
kegiatan masyarakat lainnya. Merupakan lulusan
sarjana psikologi UGM dan melanjutkan studi S2
di Magister Sains UI dan S3 di Psikologi YAI.
Beberapa jurnal dan pengabdian masyarakat
banyak yang telah ia capai.

Dr. Frida Medina Hayuputri, M.Psi,


merupakan salah satu staf pengajar di
Universitas Persada YAI Fakultas Psikologi,
lahir di Jakarta, 07 Juni 1985. Selain aktifitas
sebagai dosen ia juga aktif dalam kegiatan partai
dan aktifitas masyarakat lainnya. Ia menempuh
studi S1, S2, dan S3 di Universitas Persada YAI.

Tim Dosen 181


182 Psikologi Umum

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai