Anda di halaman 1dari 25

PERAN NOTARIS DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN

PEMINJAMAN NAMA NOMINEE UNTUK KEPEMILIKAN


TANAH OLEH ORANG ASING DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Tanah, sebagai sumber daya alam yang strategis, memiliki peran sentral
dalam mendorong pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan sebuah negara 1.
Di Indonesia, negara dengan keanekaragaman budaya dan kekayaan alam yang
melimpah, pemilikan tanah oleh warga negara asing menjadi isu kompleks yang
perlu diperhatikan dengan serius2. Pemisahan tanah dari aspek sosial, ekonomi,
dan politik sulit dihindari, dan isu ini menjadi semakin rumit ketika praktik
peminjaman nama nominee digunakan oleh orang asing untuk memperoleh
kepemilikan tanah3. Praktik tersebut, meskipun dalam beberapa kasus mungkin
legal, dapat menimbulkan risiko penyalahgunaan yang berpotensi merusak
kedaulatan nasional dan mengganggu stabilitas sosial.
Kepekaan terhadap isu pemilikan tanah oleh orang asing tidak hanya
berkaitan dengan potensi konflik di tingkat lokal, tetapi juga mengandung
implikasi yang lebih luas terhadap kepentingan nasional 4. Praktik peminjaman
nama nominee dapat memberikan celah bagi orang asing untuk menguasai
sejumlah tanah secara tidak sah, mengabaikan regulasi dan batasan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kedaulatan
nasional dan pengawasan yang lebih ketat terhadap transaksi properti yang
melibatkan orang asing menjadi sangat penting.

1
Zamruddin Hasid, Ekonomi Sumber Daya Alam Dalam Lensa Pembangunan Ekonomi,
(Surabaya: Cipta Media Nusantara, 2022), hlm 17
2
Muhammad Sood, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2021), hlm 51
3
Clarine Neonardi, Gunanegara, “Kepemilikan Hak Atas Tanah Terdaftar Yang Bersumber
Dari Akta Nominee”, Journal of Comprehensive Science Vol. 1 No. 4 November 2022 p-ISSN:
2962-4738 e-ISSN: 2962-4584, hlm 819
4
Albertus Sentot Sudarwanto, “Analysis of Court Decisions and Regulations Regarding
Nominee Agreements as a Form of Land Ownership in Indonesia based on John Rawls's Theory of
Justice”. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol.
10, No. 3, March 2023, hlm 209
Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan
mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan, termasuk melalui Undang-
Undang Pokok Agraria5. Namun, implementasi peraturan ini masih menghadapi
tantangan, terutama dalam menghadapi praktik peminjaman nama nominee yang
seringkali melibatkan praktik hukum yang rumit dan kontrak yang dirancang
secara cermat. Oleh karena itu, peran notaris sebagai pihak yang memiliki
kewenangan dalam memvalidasi transaksi properti memiliki potensi untuk
menjadi garda terdepan dalam mencegah penyalahgunaan ini. Dengan
pemahaman yang mendalam tentang risiko dan dampak praktik peminjaman nama
nominee, notaris dapat memainkan peran kunci dalam menjaga integritas sistem
kepemilikan tanah Indonesia.
Peran notaris dalam transaksi properti menjadi sangat penting dalam upaya
mencegah penyalahgunaan peminjaman nama nominee oleh orang asing dalam
kepemilikan tanah di Indonesia 6. Notaris bukan hanya menjadi saksi tanda tangan
belaka, tetapi juga memiliki tanggung jawab lebih dalam dalam memastikan
legalitas dan keabsahan setiap transaksi properti. Notaris bertindak sebagai
pengawas yang harus memastikan bahwa setiap langkah dalam proses transaksi
properti sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
dalam hal kepemilikan tanah oleh orang asing.
Pada saat menghadapi praktik peminjaman nama nominee, peran notaris
tidak selalu mudah. Praktik ini sering melibatkan taktik yang rumit dan canggih,
seperti penggunaan struktur perusahaan atau kontrak yang dirancang secara
khusus untuk menghindari pengawasan dan aturan yang ada. Hal ini memerlukan
pemahaman mendalam tentang berbagai bentuk penyalahgunaan yang mungkin
terjadi serta kemampuan notaris untuk mengenali tanda-tanda praktik ilegal atau
mencurigakan.
Selain itu, peningkatan kesadaran dan edukasi bagi notaris juga menjadi
faktor penting dalam menguatkan peran mereka dalam mencegah penyalahgunaan

5
Nurjannah, “Undang-Undang Pokok Agraria (Uupa) Sebagai Induk Landreform”. Jurnal
Aldaulah Vol. 3 / No. 2 / Desember, hlm 195
6
Erly Aristo, Karen Michaelia Arifin, Carrissa Shannon, “Pembatalan Hak Atas Tanah
Objek Nominee Agreement”, Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021, hlm 267
peminjaman nama nominee. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang potensi
risiko dan dampak dari praktik ini terhadap kedaulatan nasional, notaris dapat
menjadi mitra pemerintah dalam mengawasi transaksi properti yang melibatkan
warga negara asing. Diperlukan pelatihan khusus dan panduan bagi notaris untuk
mengenali skema penyalahgunaan yang semakin kompleks dan berkembang.
Notaris memiliki posisi sentral dalam menghadapi tantangan
penyalahgunaan peminjaman nama nominee dalam kepemilikan tanah oleh orang
asing di Indonesia7. Dengan peran yang lebih proaktif, peningkatan pemahaman,
dan dukungan dari peraturan yang lebih ketat, notaris dapat membantu
memastikan bahwa transaksi properti berjalan sesuai hukum dan mencegah
potensi risiko yang dapat merugikan kedaulatan dan kepentingan nasional.
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 adalah cerminan dari
komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam menjaga kedaulatan tanah dan
mengendalikan kepemilikan tanah oleh warga negara asing 8. Meskipun undang-
undang ini telah menjadi landasan hukum yang penting, perlu diakui bahwa
implementasinya belum sepenuhnya berhasil dalam mencegah praktik
peminjaman nama nominee yang merugikan kepentingan nasional. Beberapa
faktor yang menyebabkan implementasi undang-undang ini kurang efektif
termasuk ketidakjelasan atau celah hukum yang dimanfaatkan oleh pihak yang
ingin menghindari ketentuan tersebut.
Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan
berfokus pada peran notaris dalam mengatasi tantangan ini. Notaris memiliki
potensi untuk berperan sebagai filter pertama dalam proses transaksi properti yang
melibatkan warga negara asing, dengan kewajiban untuk memastikan bahwa
setiap transaksi dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam
hal ini, penelitian memiliki peran strategis dalam memberikan pandangan yang
lebih mendalam tentang bagaimana notaris dapat mengisi celah hukum dan
mencegah praktik peminjaman nama nominee yang merugikan.

7
Tunggadewi, N. Padmasari, and S. Utomo, “Peran Serta Notaris Dalam Mencegah Tindak
Pidana Pencucian Uang”, Jurnal Education And Development, vol. 9, no. 1, p. 180, Jan. 2021.
8
Myrna A. Safitri & Tristam Moeliono, Hukum Agraria Dan Masyarakat Di Indonesia
(Jakarta: HuMa, 2010), hlm 33
Fokus penelitian ini bukan hanya pada peran notaris sebagai pengawas
transaksi properti, tetapi juga melibatkan aspek edukasi dan penguatan regulasi
terkait. Dengan memahami kompleksitas praktik peminjaman nama nominee dan
menganalisis tantangan yang dihadapi oleh notaris dalam menghadapinya,
penelitian ini berpotensi memberikan rekomendasi yang berharga bagi perbaikan
regulasi, pendidikan notaris, dan bahkan penguatan kolaborasi antara notaris,
pemerintah, dan lembaga terkait dalam menghadapi masalah yang kompleks ini.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana mekanisme praktik peminjaman nama nominee untuk
kepemilikan tanah oleh orang asing di Indonesia?
2. Apa peran utama yang dimainkan oleh notaris dalam proses transaksi
properti yang melibatkan peminjaman nama nominee oleh orang
asing?
3. Apa hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh notaris dalam upaya
mencegah penyalahgunaan peminjaman nama nominee oleh orang
asing?
4. Bagaimana efektivitas Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun
1960 dalam mencegah praktik peminjaman nama nominee, dan apa
potensi celah hukum yang masih dimanfaatkan?
5. Bagaimana pemahaman dan pengetahuan notaris tentang praktik
peminjaman nama nominee, serta sejauh mana mereka dapat
mengidentifikasi dan mencegah praktik tersebut?
6. Apa rekomendasi yang dapat diajukan untuk memperkuat peran
notaris dalam mencegah penyalahgunaan peminjaman nama nominee
dan memperkuat kerja sama dengan pihak terkait guna menjaga
kedaulatan tanah oleh orang asing di Indonesia?
C. Kerangka Teori Dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang
berorientasikan satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan
mengorganisasi pengetahuan tentang dunia9. Kerangka secara etimologis
bermakna garis besar atau rancangan. Teori adalah keseluruhan pernyataan
yang saling berkaitan10.
Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
spesifikasi atau proses tertentu terjadi. 11 Penelitian dalam ruang lingkup
dogmatik hukum, isu hukum mengenai ketentuan hukum yang didalamnya
mengandung pengertian hukum berkaitan dengan fakta hukum yang
dihadapi, untuk penelitian pada tataran teori hukum isu hukum harus
mengandung konsep hukum. Konsep hukum dapat dirumuskan sebagai
suatu gagasan yang dapat direalisasikan dalam kerangka berjalannya
aktivitas hidup bermasyarakat secara tertib12. Oleh sebab itu, kerangka
teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut:13
a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
b. Teori sangat berguna untuk mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan defenisi-
defenisi yang ada.
c. Teori merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang diteliti.
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh
karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan
mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi dimasa yang akan
datang.

9
Otje Salman, Anthon F. Susanto, Teori Hukum, (Bandung: Refika Ditama, 2005), hlm 22.
10
Marliyah, Lili. “Hakekat Teori dalam Riset Sosial”. Journal of Economic Education and
Entrepreneurship,Vol II/1. 30 - 37, july 2021
11
M.Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994) hlm 80.
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2013) hlm 112.
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pers, 2014) hlm 121.
Kerangka teoritis dalam penulisan ilmiah berfungsi sebagai pemandu
untuk mengorganisasi, menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena
dan atau objek masalah yang diteliti dengan cara mengkonstruksi
keterkaitan antara konsep secara deduktif ataupun induktif. Penyusunan
kerangka teori menjadi keharusan, agar masalah yang diteliti dapat
dianalisis secara komprehensif dan objektif. Kerangka teori disusun untuk
menjadi landasan berpikir yang menunjukkan sudut pandang pemecahan
masalah yang telah disusun14.
Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang
fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau
eksistensinya. 15 Suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui
tentang dunia sosial oleh partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada
aturan-aturan penerjemah yang dapat menghubungkan teori dengan ilmu
bahkan pengetahuan lain, sedangkan kerangka teori adalah kerangka
pemikiran atau butir pendapat teori mengenai suatu kasus atau
permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis. 16
Bagi seorang peneliti, suatu teori atau kerangka teori mempunyai
berbagai kegunaan, di mana kegunaan tersebut paling sedikit mencakup
hal-hal, sebagai berikut:
a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang hendak di selidiki atau diuji kebenarannya.
b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta
membina struktur konsep serta memperkembangkan definisi-definisi.
c. Teori biasanya merupakan ikhtisar dari hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang hendak diteliti.

14
Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 93.
15
Nurul Qamar, Ilmu dan Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Makasar:
Sosial Politi Genius (Sign), 2020), hlm 96
16
Sherly Kurnaini, “Analisis Perbandingan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian
Berbasis Syariah Dengan Perjanjian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Vol II/2, 2020
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh
karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan
mungkin faktor-faktor tersebut akan muncul lagi pada masa-masa
mendatang.
e. Teori memberi petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan
pada pengetahuan peneliti17.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kewenangan. Teori
kewenangan dipandang tepat di dalam penelitian ini dengan pertimbangan
untuk mengetahui kewenangan notaris dalam pembuatan akta pinjam nama.
Kekuasaan sering disamakan begitu saja dengan kewenangan, dan
kekuasaan sering dipertukarkan dengan istilah kewenangan, demikian pula
sebaliknya. Bahkan kewenangan sering disamakan juga dengan wewenang.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa ada satu pihak
yang memerintah dan pihak lain yang diperintah (the rule and the ruled)18.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat terjadi kekuasaan yang
tidak berkaitan dengan hukum. Kekuasaan yang tidak berkaitan dengan
hukum disebut sebagai “blote match” sedangkan kekuasaan yang berkaitan
dengan hukum disebut sebagai wewenang rasional atau legal, yakni
wewenang yang berdasarkan suatu sistem hukum ini dipahami sebagai suatu
kaidah-kaidah yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan
yang diperkuat oleh negara 19.
Dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. 20
Kekuasaan memiliki makna yang sama dengan wewenang karena
kekuasaan yang dimiliki oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif adalah
kekuasaan formal. Kekuasaan merupakan unsur esensial dari negara dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan di samping unsur-unsur lainnya.

17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pers, 2014), hlm 67.
18
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998),
hlm 35-36.
19
Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan Dan Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia,
Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik Dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan, (Surabaya:
Universitas Airlangga, 1990), hlm 30.
20
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1992), hlm 1.
Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan negara agar negara dalam
keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga negara itu dapat
berkiprah, bekerja, berkapasitas, berprestasi, dan berkinerja melayani
warganya. Oleh karena itu negara harus diberi kekuasaan. Kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok orang manusia untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa
sehingga tingkah laku itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
atau negara.21
Agar kekuasaan dapat dijalankan maka dibutuhkan penguasa atau
organ sehingga negara itu dikonsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan
(een ambten complex) di mana jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah
pejabat yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan konstruksi
subyek-kewajiban22.
Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek
politik dan aspek hukum, sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum
semata yang artinya kekuasaan itu dapat bersumber dari konstitusi, juga
dapat bersumber dari luar konstitusi (inkonstitusional), misalnya melalui
kudeta atau perang, sedangkan kewenangan jelas bersumber dari konstitusi.
Kewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang, yang digunakan
dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan dengan istilah bevoegheid.
Jika dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan dengan
istilah “bevoegheid”. Perbedaan tersebut terletak pada karakter hukumnya.
Istilah “bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum publik maupun dalam
hukum privat. Pada konsep hukum nasional istilah kewenangan seharusnya
digunakan dalam konsep hukum publik 23.
Teori kepastian hukum juga digunakan dalam penelitian ini, di mana
fungsi penggunaan teori kepastian hukum disini adalah untuk memberikan

21
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998)
hlm 35.
22
Rusadi Kantaprawira, Hukum Dan Kekuasaan, (Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia,
1998), hlm 39.
23
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1992), hlm
20.
kepastian hukum serta untuk menjamin hak-hak para pihak dalam perjanjian
pinjam nama. Kepastian hukum merupakan asas terpenting dalam tindakan
hukum dan penegakan hukum, serta telah menjadi pengetahuan umum
bahwa peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum
lebih tinggi daripada hukum kebiasaan, hukum adat atau hukum
yurisprudensi. Namun, perlu diketahui bahwa kepastian hukum peraturan
perundang-undangan tidak semata-mata diletakkan dalam bentuknya yang
tertulis. Bagir Manan menyatakan bahwa untuk benar-benar menjamin
kepastian hukum suatu perundang-undangan selain memenuhi syarat
formal, harus pula memenuhi syarat-syarat lain yaitu jelas dalam
perumusannya, konsisten dalam perumusannya baik secara intern maupun
ekstern, penggunaan bahasa yang tepat dan mudah dimengerti oleh orang
yang membacanya. 24
Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu
pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa
keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena
dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat
mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara
terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam
undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim
yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah
diputuskan25.
Tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia, hukum harus
dilaksanakan dan setiap orang mengharapkan dapat ditetapkannya hukum
dalam hal peristiwa konkrit. Bagaimana hukumnya itulah yang berlaku,
pada dasarnya tidak boleh menyimpang fiat justitia et pereat mundus
(meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Itulah yang
diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan

24
Bagir Manan, Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung: Unpad, 2000), hlm 225
25
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Pranada Media
Group, 2008), hlm 158.
perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti
bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam
keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum,
karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, karena
hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk
mengatur ketertiban masyarakat 26.
Sudikno menyatakan bahwa “masyarakat mengharapkan adanya
kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan
lebih tertib.” Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena
bertujuan untuk ketertiban masyarakat, tanpa kepastian hukum orang tidak
tahu apa yang harus diperbuatnya sehingga akhirnya timbul keresahan,
tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, dan ketat menaati
peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta akan menimbulkan rasa
tidak adil27.
Gustav menyatakan bahwa “kepastian hukum merupakan bagian dari
tujuan hukum28.” Utrecht menyebutkan tujuan hukum adalah “untuk
menjamin suatu kepastian di tengah-tengah masyarakat dan hanya
keputusan dapat membuat kepastian hukum sepenuhnya, maka hukum
bersifat sebagai alat untuk mencapai kepastian hukum. 29 Kepastian hukum
dimaknai dalam suatu aturan yang bersifat tetap, yang bisa dijadikan sebagai
pedoman di dalam menyelesaikan masalah-masalah30.

26
Sudikno Mertokusumo, A. Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1993), hlm 1.
27
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2003),
hlm 136.
28
Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm 123.
29
Utrecht & Moh. Saleh Jindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar
Baru, 1983), hlm 14.
30
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Kanisius, 1992),
hlm 42.
Fuller memberikan makna yang lebih luas tentang kepastian hukum.
Fuller menjabarkan pendapatnya tentang kepastian hukum, dengan
menyatakan kepastian hukum selalu berkaitan dengan hal-hal seperti:31
a. Adanya sistem hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan, bukan
berdasarkan putusan sesaat untuk hal-hal tertentu.
b. Peraturan tersebut diumumkan kepada publik.
c. Peraturan tersebut tidak berlaku surut.
d. Dibuat dalam rumusan yang dimengerti oleh umum.
e. Tidak boleh ada peraturan yang saling bertentangan.
f. Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang dapat
dilakukan.
g. Tidak boleh sering diubah-ubah.
h. Harus ada kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan sehari-hari.
Hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum (rechszekerheid)
dalam pergaulan manusia, di mana dalam tugas itu tersimpul dua tugas lain,
yaitu harus menjamin keadilan serta hukum tetap berguna, tersimpul pula
tugas ketiga yaitu hukum menjaga agar masyarakat tidak terjadi main hakim
sendiri (eigenrichting).
Penulisan tesis ini juga menggunakan teori peran. Peran berarti
sesuatu yang dimainkan atau dijalankan32. Peran didefinisikan sebagai
sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh seseorang yang
mempunyai kedudukan atau status sosial dalam organisasi. Peran menurut
terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang
berkedudukan dimasyarakat. Dalam bahasa inggris peran disebut “role”
yang definisinya adalah “person’s task or duty in undertaking”. Artinya
“tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”. Peran
diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

31
Eleonora Sinay Moniung, Keyzha Natakharisma, “Peranan Hukum Pidana Pada
Penyelesaian Sengketa Pembatalan Sertifikat Hak Atas Tanah Oleh Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional”, Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Mahendradattalu VI/2 hlm 71
32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,
(Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm 431
yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan
tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa33
Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu
lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu lembaga/
organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi
dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang
diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam
melaksanakan peran yang diembannya, terdapat faktor pendukung dan
penghambat.
Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tinkahlaku individu yang
memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran
menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang
memiliki status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut Abu
Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut Soerjono
Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan34.
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan kewajiban
adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam
menjalankan kehidupannya. Dalam kamus bahasa Indonesia juga dijelaskan
bahwa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa.

33
Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 86.
34
Anggreyni Raintung, “Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani di
Desa Mobuya Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow”, Jurnal Governance Vol.
1 No. 2 (2021), hlm 19
Kemudian upaya-upaya yang harus dilakukan perempuan di era
reformasi, demokratisasi dan otonomi daerah ini, harus menjadi momentum
penting bagi perempuan, baik di tingkat regional maupun nasional, untuk
berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan, bulat dan lonjongnya
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang selama ini lebih
banyak ditentukan orang lain, sementara perempuan hanya menerima akibat
yang tidak menguntungkan35.
Optimalisasi untuk membangun civil society, dengan
memperjuangkan ruang publik sebagai tempat untuk semua warga bangsa
dalam mengembangkan kompetensinya, memberi peluang dan
kesempatanya bagi pemenuhan kebutuhan agar perempuan dapat mencapai
aktualisasi dirinya. Ini semua dapat direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan
penyadaran dengan membongkar mitos, terutama mengubah cara pandang
dan pola pikir kita, baik kaum laki-laki maupun perempuan terhadap
prinsip-prinsip demokrasi yang menjamin kesetaraan, hak asasi manusia,
supermasi hukum dan keadilan.
Dari beberapa pengertian diatas, pengertian peran adalah suatu sikap
atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Dan
eksistensi perempuan yang dapat dipahami oleh berbagai pihak, yang tentu
saja tidak melupakan peren perempuan dalam keluarga, seperti peran
sebagai istri, pendampingan suami, kendali keluarga, ibu atau orang tua,
pendidik, batu pertama banguanan sebuah keluarga ekaligus sebagai yang
memiliki hati penuh kasih dan sayang serta ketenangan sebagai anggota
masyarakat.
Peran atau role menurut Bruce J. Cohen, juga memiliki beberapa jenis,
yaitu36:

35
Ulfiah, Psikologi Keluarga: Pemahaman Hakikat Keluarga dan Penanganan
Problematika Rumah Tangga (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), hlm 50.
36
Muhammad Fajar Awwaludin. “Peran Kelompok Keagamanaan dalam Menjaga
Keharmonisan dan Keberagaman Studi Deskriptif PC NU Kabupaten Karawang Dan Pengurus
Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa Kabupaten Sukabumi”, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol
8 No 1 (2022), hlm 9
a. Peranan nyata (Anacted Role) yaitu suatu cara yang betul-betul
dijalankan seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan suatu
peran.
b. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) yaitu cara yang
diharapkan masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.
c. Konflik peranan (Role Conflick) yaitu suatu kondisi yang dialami
seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut
harapan dan tujuan peranan yangsaling bertentangan satu sama lain.
d. Kesenjangan peranan (Role Distance) yaitu pelaksanaan peranan
secara emosional.
e. Kegagalan peran (Role Failure) yaitu kegagalan seseorangan dalam
mejalankan peranan tertentu.
f. Model peranan (Role Model) yaitu seseorang yang tingkah lakunya
kita contoh, tiru, diikuti.
g. Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) yaitu hubungan seseorang
dengan individu lainnya pada dia sedang menjalankan perannya.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori, peranan
konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi,
antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang
menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang
disebut defenisi operasional. 37 Maka dalam penelitian ini disusun berberapa
defenisi operasional dari konsep-konsep yang akan digunakan agar tidak
terjadi perbedaan pengertian dan pemahaman, yakni sebagai berikut:
a. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang jabatan notaris atau berdasarkan undangundang
lainnya.

37
Garry Fischer Simanjuntak. “Ancaman Pidana Mati Perspektif Teori Retributive Dan
Teori Utilitarianisme Di Indonesia”. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2023. 2(1), 472–
491.
b. Peranan notaris adalah media yang sangat penting dalam membantu
menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat,
karena notaris sebagai pejabat umum berwenang untuk membuat akta
autentik, sejauh pembuatan akta autentik tersebut tidak dikhususkan
bagi pejabat umum lainnya.
c. Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang.
d. Kekuatan hukum adalah ketentuan hukum yang ditetapkan berkait
dengan kepastian akibat hukum dari hukum atau ketentuan hukum
yang ditetapkan. Suatu ketentuan hukum mempunyai kekuatan hukum
berarti bahwa ketentuan hukum itu telah mempunyai akibat hukum
yang definitif, dalam arti bahwa akibat hukum yang timbul dari
ketentuan aturan hukum itu, yakni hak atau kewajiban, sudah definitif
atau pasti dapat dimanfaatkan.
e. Perjanjian nominee dimaksudkan untuk memberikan segala
kewenangan yang mungkin timbul dalam suatu hubungan hukum
antara pihak pemberi kuasa atas sebidang tanah yang menurut hukum
tanah kita tidak dapat dimiliki pihak asing yang kemudian diberikan
kepada penduduk asli selaku penerima kuasa.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis mekanisme praktik peminjaman nama nominee untuk
kepemilikan tanah oleh orang asing di Indonesia
2. Menganalisis peran utama yang dimainkan oleh notaris dalam proses
transaksi properti yang melibatkan peminjaman nama nominee oleh
orang asing
3. Menganalisis hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh notaris
dalam upaya mencegah penyalahgunaan peminjaman nama nominee
oleh orang asing
4. Menganalisis efektivitas Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun
1960 dalam mencegah praktik peminjaman nama nominee, dan
potensi celah hukum yang masih dimanfaatkan
5. Menganalisis pemahaman dan pengetahuan notaris tentang praktik
peminjaman nama nominee, serta sejauh mana mereka dapat
mengidentifikasi dan mencegah praktik tersebut
6. Menganalisis rekomendasi yang dapat diajukan untuk memperkuat
peran notaris dalam mencegah penyalahgunaan peminjaman nama
nominee dan memperkuat kerja sama dengan pihak terkait guna
menjaga kedaulatan tanah oleh orang asing di Indonesia

E. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran
secara sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses
penelitian tersebut dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang
telah dikumpulkan dan diolah38. Penelitian hukum merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala
hukum tertentu dengan cara menganalisisnya. 39
Metode penelitian adalah upaya untuk memahami dan memecahkan
suatu masalah berdasarkan metode tertentu yang dipilih. Pada penelitian
ini dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta hukum yang
selanjutnya digunakan dalam menjawab isu hukum. Isu hukum mempunyai
posisi yang sentral dalam penelitian hukum sebagaimana kedudukan
masalah di dalam penelitian-penelitian lainnya, karena isu hukum itulah
yang harus dipecahkan di dalam penelitian hukum sebagaimana
permasalahan yang harus dijawab di dalam penelitian bukan hukum.

38
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pers, 2014), hlm 24
39
Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing), hlm 13
Penelitian ini diawali dengan merumuskan masalah. Masalah timbul
karena adanya dua proposisi yang mempunyai hubungan, baik yang bersifat
fungsional, kausalitas, maupun yang satu menegaskan yang lain. Isu hukum
juga timbul karena ada dua proposisi hukum yang saling berhubungan satu
terhadap lainnyaa dan oleh karena menduduki posisi yang sentral, maka
salah paham dalam mengidentifikasikan isu hukum, akan berakibat salah
dalam mencari jawaban atas isu tersebut, dan selanjutnya salah pula dalam
melahirkan suatu argumentasi yang diharapkan dapat memecahkan isu
hukum tersebut.40
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif di mana
penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan
hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma mengenai asas-asas, norma,
kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian
serta doktrin (ajaran)41.
Penelitian hukum normatif haruslah dilihat dari sudut pandang yuris,
yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk legal problem solving yang
akhirnya memiliki manfaat dan faedah bagi masyarakat. Penelitian hukum
normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep
baru sebagai preskriptif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Jawaban yang diharapkan dalam penelitian hukum adalah right (benar),
appropriate (pantas), in-appropriate (tidak pantas) atau wrong (salah),
sehingga hasil yang diperoleh sudah mengandung nilai. Sifat penelitian ini
adalah deskriptif analisis, merupakan metode yang dipakai untuk
menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung yang
tujuannya agar dapat memberikan data mengenai objek penelitian sehingga
mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis

40
Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing), hlm 95.
41
Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing), hlm 34
berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku42.
Metode deskriptif analisis digunakan untuk memberikan gambaran
atau suatu fenomena yang berhubungan dengan kajian hukum akta pinjam
nama. Bagi penelitian untuk akademis, penelitian perlu mencari ratio legis
dan dasar ontologism lahirnya undangundang tersebut agar peneliti dapat
menangkap kandungan filosofis yang ada di belakang undang-undang
tersebut, peneliti akan dapat menyimpulkan mengenai ada atau tidaknya
benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang dihadapi43.
2. Metode Pendekatan
Penelitian hukum memiliki beberapa pendekatan, dengan pendekatan
tersebut peneliti akan mendapat informasi dari berbagai aspek mengenai isu
yang akan dicari jawabannya. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini
adalah pendekatan kasus (case approach), dan pendekatan peraturan
perundang-undangan (statute approach). Pendekatan kasus (case approach)
digunakan untuk mengetahui penerapan norma/kaidah hukum yang
dilakukan dalam praktik hukum. Pendekatan undang-undang (statute
approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi
penelitian untuk kegiatan praktis. Pendekatan undang-undang ini akan
membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi
dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya
atau antara undang-undang dengan undang-undang dasar atau antara
regulasi dengan undang-undang dan hasil dari telaah tersebut merupakan
suatu argument untuk memecahkan isu yang dihadapi.
3. Lokasi Penelitian, Populasi Dan Sampel
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri ….., Kantor
Notaris Wilayah Kota ……, Majelis Kehormatan Notaris Wilayah …….

42
Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing), hlm 132
43
Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing), hlm 133
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian untuk
diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan kasus-kasus hukum yang terjadi terkait dengan perjanjian
pinjam nama, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
beberapa kasus perjanjian pinjam nama oleh warga negara asing yang
diperiksa oleh pengadilan tahun 2019-2022.
4. Alat Pengumpul Data
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-
sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan
hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer
terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Bahan-bahan
sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku
teks, kamu-kamus hukum, jurnal-jurnal, dan komentarkomentar atas
putusan pengadilan. Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder
yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa:
a. Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak yang berwenang, di mana di dalam penelitian
ini diantaranya Kitab Undang-Undang Perdata, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
serta peraturan hukum lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan
bacaan yang relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal
hukum, majalah, koran karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari
internet yang berkaitan dengan materi yang diteliti.
c. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi tentang
konsep-konsep dan keterangan keterangan yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,
ensklopedia dan sebagainya. Untuk menjawab problematika penelitian
dalam mencapai tujuan dan menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam penelitian, diperlukan data.
Untuk memperoleh data, seorang peneliti biasanya menggunakan
instrumen mengumpulkan data, dan alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen dan
membuat pedoman wawancara serta melakukan wawancara mendalam
(depth interview) kepada informan yaitu sebagai berikut:
a. Hakim Pengadilan Negeri …..
b. Anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah …...
c. Notaris Kota …..
5. Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data
Prosedur pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara
studi kepustakaan (library reseacrh). Studi kepustakaan (library reseacrh)
adalah serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca,
menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman
terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan
serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan
penelitian, dan selain mengumpulkan data dengan cara studi kepustakaan,
penelitian ini juga didukung dengan teknik studi lapangan (field research) 44.
6. Analisis Data
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif
dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum

44
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pers, 2014), hlm 24
dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal
ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem
hukum tersebut 45.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan
analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut:
a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan
perundang-undangan yang terkait.
b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan
selanjutnya melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan
permasalahan yang dikaji di dalam penelitian.
c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya
untuk menemukan kaiedah, asas dan konsep yang terkandung di
dalam bahan hukum tersebut.
d. Menemukan hubungan konsep, asas dan kaidah tersebut dengan
menggunakan teori sebagai pisau analisis. 46
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah
yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk tesis.
Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang utuh dan jelas,
yang selanjutnya data-data akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh
serta diambil penarikan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh

45
Firdaus, A., & Pakpahan, R. H. (2020). “Kebijakan Hukum Pidana Sebagai Upaya
Penanggulangan Kedaruratan Covid-19: (Criminal Law Policy as an Effort to Mitigate Covid-19
Emergency)”. Majalah Hukum Nasional, 50(2), 201-219.
46
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2013), hlm 48
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini berisi latar belakang, permasalahan, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teoretis dan metode penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini terdapat beberapa hal yang harus diuraikan antara lain landasan
konseptual dan teori.
Bab III Data Hasil Penelitian
Pada bab ini menguraikan data hasil penelitian yang diperoleh dan
digunakan dalam penelitian.
Bab IV Analisis Permasalahan
Pada bab ini menguraikan analisis terhadap permaslaahan yang diteliti.
Analisis terhadap permasalahan menggunakan data hasil penelitian yang
diperoleh, landasan konseptual dan teori yang digunakan dalam penelitian.
Bab V Penutup
Bagian ini berisi uraian penutup tesis yang meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Albertus Sentot Sudarwanto, “Analysis of Court Decisions and Regulations


Regarding Nominee Agreements as a Form of Land Ownership in Indonesia
based on John Rawls's Theory of Justice”. International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 10, No. 3,
March 2023

Anggreyni Raintung, “Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok


Tani di Desa Mobuya Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang
Mongondow”, Jurnal Governance Vol. 1 No. 2 (2021)

Bagir Manan, Pembinaan Hukum Nasional, (Bandung: Unpad, 2000)

Clarine Neonardi, Gunanegara, “Kepemilikan Hak Atas Tanah Terdaftar Yang


Bersumber Dari Akta Nominee”, Journal of Comprehensive Science Vol. 1
No. 4 November 2022 p-ISSN: 2962-4738 e-ISSN: 2962-4584

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Keempat, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014)

Eleonora Sinay Moniung, Keyzha Natakharisma, “Peranan Hukum Pidana Pada


Penyelesaian Sengketa Pembatalan Sertifikat Hak Atas Tanah Oleh Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional”, Jurnal Ilmiah Fakultas
Hukum Universitas Mahendradattalu VI/2

Erly Aristo, Karen Michaelia Arifin, Carrissa Shannon, “Pembatalan Hak Atas
Tanah Objek Nominee Agreement”, Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3,
Desember 202

Firdaus, A., & Pakpahan, R. H. (2020). “Kebijakan Hukum Pidana Sebagai Upaya
Penanggulangan Kedaruratan Covid-19: (Criminal Law Policy as an Effort
to Mitigate Covid-19 Emergency)”. Majalah Hukum Nasional, 50(2)

Garry Fischer Simanjuntak. “Ancaman Pidana Mati Perspektif Teori Retributive


Dan Teori Utilitarianisme Di Indonesia”. Jurnal Pendidikan Sosial Dan
Humaniora, 2023. 2(1)

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2013)

M.Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994)

Marliyah, Lili. “Hakekat Teori dalam Riset Sosial”. Journal of Economic


Education and Entrepreneurship,Vol II/1. 30 - 37, july 2021
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1998)

Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, (Jakarta:


Raja Grafindo Persada, 2011)

Muhammad Fajar Awwaludin. “Peran Kelompok Keagamanaan dalam Menjaga


Keharmonisan dan Keberagaman Studi Deskriptif PC NU Kabupaten
Karawang Dan Pengurus Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa Kabupaten
Sukabumi”, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 8 No 1 (2022)

Muhammad Sood, Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2021)

Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

Myrna A. Safitri & Tristam Moeliono, Hukum Agraria Dan Masyarakat Di


Indonesia (Jakarta: HuMa, 2010)

Nurjannah, “Undang-Undang Pokok Agraria (Uupa) Sebagai Induk Landreform”.


Jurnal Aldaulah Vol. 3 / No. 2 / Desember
Nurul Qamar, Ilmu dan Teknik Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Makasar: Sosial Politi Genius (Sign), 2020)

Otje Salman, Anthon F. Susanto, Teori Hukum, (Bandung: Refika Ditama, 2005)

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), (Jakarta: Kencana


Prenada Media, 2013)

Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1992)

Purwati, Ani, Metode Penelitian Hukum Teori & Praktek. (Surabaya: Jakad Media
Publishing)

Rusadi Kantaprawira, Hukum Dan Kekuasaan, (Yogyakarta, Universitas Islam


Indonesia, 1998)

Sherly Kurnaini, “Analisis Perbandingan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam


Perjanjian Berbasis Syariah Dengan Perjanjian Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Vol
II/2, 2020

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Pers, 2014)

Sudikno Mertokusumo, A. Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung:


Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993)
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,
2003)

Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan Dan Tanggung Jawab Presiden Republik


Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik Dan Yuridis
Pertanggungjawaban Kekuasaan, (Surabaya: Universitas Airlangga, 1990)

Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya &


Perubahan Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014)

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta: Kanisius,


1992)

Tunggadewi, N. Padmasari, and S. Utomo, “Peran Serta Notaris Dalam Mencegah


Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal Education And Development, vol.
9, no. 1, p. 180, Jan. 2021.

Ulfiah, Psikologi Keluarga: Pemahaman Hakikat Keluarga dan Penanganan


Problematika Rumah Tangga (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016)

Utrecht & Moh. Saleh Jindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta:
Ichtiar Baru, 1983)

Zamruddin Hasid, Ekonomi Sumber Daya Alam Dalam Lensa Pembangunan


Ekonomi, (Surabaya: Cipta Media Nusantara, 2022)

Anda mungkin juga menyukai