MAKALAH
“klasifikasi DDC”
Disusun oleh
Nuraini
Nim: 1pt131417
JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar ilmu perpustakaan. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai “klasifikasi DDC”. Melalui makalah ini penulis berharap agar
pembaca dapat memahami masalah pengklasifikasian menggunakan DDC.
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap
kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga dalam
penulisan makalah selanjutnya dapat diperbaiki. Demikian yang dapat penulis sampaikan.
Jambi,Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip dasar sistematika DDC ................................................................ 2
Kesimpulan ............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diantara beberapa sistem klasifikasi, akan di bicarakan salah satu yang banyak dipakai di perpustakaan
di berbagai negara, termasuk indonesia yaitu dewey decimal clssificatian (DDC).
Dewey Decimal classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil dewey
(1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan berkerja
sebagai pustakawan di Amherst College, massachusetts, disebuah negara bagian Amerika serikat.
Karena tuntutan keadaan, terutama sebelum adanya sistem guna menata buku-buku yang dimiliki
perpustakaan, dewey berusaha keras menciptakan sistem tersebut. Pada tahun 1876, dewey dapat
menerbitkan edisi pertama dengan judul;”Classification and Subject Indek for Cataloguing, and
Arranging the Books and Pamphlets of Library”. Edisi pertamaini hanya 42 halaman dan terdiri atas 12
halaman pendahuluan, 12 halaman bagan, dan 18 halaman indeks.
DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan yang disusun menurut prinsip-prinsip dasar yang telah
diuraikan di muka. Seringkali pada bagan tersebut ada beberapa catatan dari petunjuk pemakaian
bilangan tersebut. Kecuali bagan lengkap DDC juga memiliki ringkasan-ringkasan yang disebut ringkasan
pertama (terdiri dari 10 kelas utama). Ringkasan kedua (terdiri dari 1000 seksi).
Di samping menyediakan notasi – notasi yang siap pakai, DDC juga memberi kemungkinan untuk
membentuk notasi dengan menggunakan notasi dasar, ditambah dengan notasi tambahan yang
tersedia dalam DDC sebagai kelengkapan berumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Penyusunan sistem klasifikasi Dewey didasarkan pada beberapa prinsip dasar yaitu :
1. Prinsip dasar desimal
Dewey membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama. Kemudian masing-masing kelas utama
dibagi kedalam 10 divisi dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi kedalam 10 seksi. Dengan demikian
DDC terdiri dari 10 kelas utama (dinamakan ringkasan pertama), 100 divisi (dinamakan ringkasan kedua)
dan 100 divisi (dinamakan ringkasan ketiga).
Pembagian tersebut masih memungkinkan diadakan pembagian lebih lanjuat dari seksi menjadi sub
seksi, dari sub seksi menjadi sub-sub seksi dan seterusnya. Karena pola dasar pembagian ilmu
pengetahuan mendasarkan pada kelipatan sepuluh, maka sistem klasifikasi tersebut dinamakan
klasifikasi persepuluhan atau klasifikasi desimal. (untuk tabel kesan pertama, kedua, ketiga diberikan
pada lampiran agar dapat di pergunakan untuk memberi nomor kelas kepada perpustakaan yang masih
sederhana).
Dari 10 kelas utama yang pertama (kelas 0) disediakan untuk karya umum yang membahan banyak
subjek dan dari berbagai segi pandangan. Kelas utama berikutnya masing-masing mencakup satu jenia
ilmu tertentu. Dari 10 divisi dalam tiap kelas utama, divisi pertama (divisi 0) membahas karya umum
untuk seluruh kelas,sedang divisi 1-9 membahas hal-hal yang lebih khusus. Dari 10 seksi dalam tiap
divisi, sedangkan seksi 1-9 untuk hal-hal yang lebih khusus.
Penyusunan dan pembagian DDC terutama didasarkan pada lapangan spesialisasi ilmu pengetahuan
atau disiplin tertentu dan bukan pada subjek. Suatu subjek dapat dibahas pada beberapa disiplin ilmu,
karenanya pembagian menurut subjek adalah sekunder, sedangkan pembagian menurut ilmu adalah
primer.
DDC adalah klsifikasi yang hirarsikal baik dalam notasai maupun dalam relasi antar subjek. Hirarsikal
dalam notasi bahwa perincian lebih lanjut dari suatu subjek atau disiplin tertentu harus dilakuakan
dengan dasar penambahan satu bilangan pada bilangan pada notasi pokoknya, misal:
Hirarsikal dalam trelasi antar disiplin ilmu dan subjek berarti bahwa apa yang berlaku dalam suatu kelas,
berlaku juga bagi semua seksi-seksi, misal:
625.7 Jalan raya, termasuk alat pengatur dan pengaman lalu lintas ( 9,0 ).
Apabila ada buku tentang “ perbaikan jalan raya “, akan mendapatkan nomor kelas 625.7
walaupun pada nomor tersebut tidak disebutkan “ perbaikan “. Tetapi karena 625.7 adalah sub-seksi
dari 625, maka apa yang berlaku pada 625 juga untuk 625.7.
B. Bagan DDC
Dalam sistem klasifikasini, dewey membagi seluruh bidang ilmu pengetahuan menjadi 9 bidang
pengetahuan. Masing – masing bidang diberi simbol berupa angka arab:1 – 9. Karena dalam sistem
klasifikasi DDC ini, suatu notasi sekurang – kurangnya terdiri atas 3 buah angka arab, maka dalam
pembagian pertama ditambah 00 menjadi 100 – 900. Di samping itu, terdapat suatu bidang yang
bersifat umum yang diberi simbol 000, sehingga menjadi 10 bidang. Kesepuluh bidang ini merupakan
pengelompokan pertama dalam sistem DDC, dan menjadi kelas utama ( main classes ).
100- Filsafat
200- Agama
400- Bahasa
700- kesenian
800- kesusasteraan
310- Statistik
320- Politik
330- Ekonomi
340- Hukum
370- Pendidikan
Selanjutnya, divisi dapat dibagi kedalam seksi-seksi secara desimal. Misalnya, divisi 370 (pendidikan)
dibagi menjadi 10 seksi berikut.
370- pendidikan
375- kurikulum
Perlu diingat, jika dalam sistem DDC notasinya melebihi 3 angka, penulisan notasi angkanya
menggunakan tanda titik (.) setelah angka ketiga.
Masing-masing subseksi dapat dibagi lagi menjadi 10 bagian yang lebih kecil. Demikian seterusnya
sehinggasemakin spesifik suatu subjek akan mendapat notasi yang lebih panjang sesuai hierarki atau
tingkat pembagiannya. Notasi-notasi yang telah dikambangkan untuk seluruh bidang pengetahuan telah
terdaftar dalam bagan DDC dan merupakan notasi-notasi dasar yang siap digunakan (enuerated)
Disamping menyediakan notasi-notasi yang siap pakai tadi, DDC juga memberi kemungkinan untuk
membentuk notasi dengan mengunakan notasi dasar ditambah denagn notasi tambahan yang tersedia
dalam DDC sebagai kelengkapan bagan.
Selain bangan yang membuat notasi dasar, DDC juga menyediakan tabel tambahan/tabel pembantu dan
indeks subjek. Untuk memberi notasi yang tepat bagi suatu bahan pustaka, Tabel-tabel tambahan ini
berisi notasi-notasi tambahan yang penggunaannya tidak berdiri sendiri, melainkan digabung dengan
notasi dasar dari bagan klasifikasi DDC.
Notasi dalam tabel ini tidak dapat dipakai tersendiri melainkan digabungkan dengan nomor kelas mana
saja dalam bagan, apabila diperlukan. Tabel ini membantu untuk menunjukkan bentuk fisik dan berbagai
aspek suatu bahan pustaka.
2. Tabel wilayah
Tabel ini membantu untuk mengaitkan suatu subjek yang dibahas dalam suatu bahan pustaka dengan
tempat,daerah, wilayah,negara,dan benua tertentu.
3. Subdivisi kesusastraan
4. Subdivisi bahasa
6. Tabel bahasa
7. Tabel orang
Sebagai catatan tabel 7 sejak terbit edisi XII tahun 2003 telah ditiadakan dan diintegrasikan dengan tabel
1.
C. Penggunaan DDC
Kalau kita ingin menggunakan DDC, hendaknya memiliki 3 pokok DDC yaitu: bagan klsifikasi (schedule),
tabel-tabel pembantu,dan indeks relatif.
Apabila hasil analisis subjek hanya memerlukan notasi dasar yang siap pakai (enumerated) penentuan
notasi dapat dilakukan sebagai berikut.
c. Pilihlah notasi pada divisi paling sesuai dan priksa perincian dari divisi (seksi-sekai) untuk memilih
seksi yang paling sesuai dengan hasil analisis subjek.
d. Jika diperlukan suaatu notasi yang lebih spesifik, priksa perincian dari seksi (notasi-notasi subseksi),
dan pilihlah notasi yang paling sesuai.
2. Menggunakan indeks relatif bila diperlukan
a. Priksalah ringkasan dari entri indeks relatif yang digunakan sebagai akses untuk memilih istilah
subjek dan notasi yang paling sesuai dengan hasil analisis subjek.
b. Cek kembali ke dalam bagan klsifikasi,hasil pemilihan notasi melalui indeks relatif tersebut, apakah
notasi tersebut merupakan subordinasi dari notasi yang lebih luas cakupannya: jika tidak sesuai berarti
keliru dalam memilih notasi melaui indeks (selengkapnya, coba lihat indeks relatif pada buku klasifikasi
DDC).
D. Pembentukan notasi
Sering suatu subjek dari hasil analisis subjek tidak cukup dicerminkan dengan notasi dasar yang siap
pakai ini sebagaimana telah tersedia dalam bagan klasifikasi. Karenanya, perlu pembentukan notasi
sesuai dengan sistem klsifikasi DDC. Misalnya, jika suatu subjek mengandung aspek bentuk, apakah
bentuk penyajian, bentuk fisik atau intelaktual, aspek bentuk tersebut sedapat mungkin harus
diwujudkan dalam notasi.
Dalam sistem klasifikasi DDC, pembentukan notasi dapat dilakukan dengan fasilitas notasi-notasi
tambahan sebagaimana yang tercantum dalam tabel-tabel tambahan atau sesuai dengan petunjuk yang
terdapat dalm notasi dasar, yaitu:
Tabel 6: Notasi bahasa-bahasa sesuai petunjuk yang terdapat dalam bagan DDC
Pada DDC edisi XXII, tabel 7 (kelompok orang) ditiadakan dalam penggunaannya diintegrasikan denagn
tabel 1. Cara menggabungkan notasi-notasi tambahan pada notasi dasar dari bagan klasifikasi adalah
sebagai berikut.
1. Tabel 1 notasi subdivisi standar
Notasi bentuk ini diambil dari notasi tambahan subdivisi standar yang secara ringkas meliputi bentuk
sebagai berikut.
-01 : filosofi
-022 : manual,pedoman,petunjuk
-03 : kamus,ensiklopedi
-04 : kekhususan
-05 : majalah
-06 : organisasi
-08 : kumpulan
-09 : sejarah
Dalam sistem klasifikasi DDC terdapat 5 cara untuk penggunaan subdivisi standar ini.
Adakalanya pada suatu notasi terdapat petunjuk untuk menambahkan notasi subdivisi standar (SS),
tetapi kebanyakan notasi tidak disertai petunjuk penggunaannya.
1) Notasi dasar dengan angka terakhir 0
Jika suatu notasi terakhir dengan angka 0,sebelum ditambahi notasi subdivisi standar (SS), terlebih
dahulu angka 0 pada notasi dasar dibuang, kemudian ditambah notasi subdivisi standar yang diperlukan.
Contoh:
720 - arsitektur
Notasi dasar yang tanpa angka akhir 0, cukup digabung dengan notasi subdivisi standar (SS) yang
diperlukan.
Contoh:
334 - koperasi
1) Adakalanya dalam bagan terdapat notasi dasar yang telah tergabung denagn notasi subdivisi
standar. Dalam hal ini tidak perlu lagi melakukan penggabungan notasi. Gunakan saja notasi. Yang telah
terdaftar dalam bagan.
Contoh:
Contoh:
551.1 – geologi,metereologi,hidrologi
-4 Eropa
-45 italia
-48 scandinavia
-5 Asia
-55 iran
-57 siberia
-58 asia tengah afganistan
-591Burma
-593 thailand
-594 laos
-595 malaysia,brunai,singapore
-596 kamboja
-597 vietnam
-598 indonesia
-599 philipina
-6 Afrika
-7 amerika utara
-71 canada
Poerto rice,haiti
-8 amerika selatan
-94 australia
-96 polinesia,mikronesia,hawaii
Notasi wilayah (NW) seperti halnya notasi subdivisi standar (SS) dalam penggunaannya tidak pernah
berdiri sendiri, melainkan ditambahkan pada notasi dasar (ND) dengan cara tertentusebagai berikut.
Adakalnya suatu notasi disertai petunjuk pengguna NW yang berbunyi “ Add area notations from table 2
to base number ... “ tambahkan notasi wilayah dari tabel 2 pada angka dasar, kadang – kadang didahului
“ Geographical Treatment “, dan sebagainya. Seperti :
Tambahkan notasi wilayah 3 – 9 dari tabel 2 pada angka dasar. Dalam hal ini, penambahan ND dengan
NW dilakukan dengan mengikuti petunjuk sepenuhnya, seperti:
Jika tidak dijumpai penggunaan NW, penambahan Nw pada ND dilakuakn sebagai berikut :
2. NW ditambahkan pada ND + 09
-09 - Notasi SS
-598 - NW Indonesia
359.095.98 - Angkatan Laut Indonesia
notasi geografi suatu wilayah dapat ditentukan dengan menggunakan NW dari tabel 2 DDC dengan cara
sebagai berikut :
1. Tentukan ND 910
910 - geografi
Subjek sejarah yang dikaitkan dengan wilayah, dalam DDC mendapatkan notasi 930 – 999, sementara
geografi kewilayahan memperoleh notasi 913 – 919. Jika dikaitkan dengan tabel 2 ( NW , erdapat
mekanisme yang hampir sama, yaitu ND ditambah dengan NW. Bedanya, dalam pembentukan notasi
sejarah suatu wilayah digunakan ND 9 ( 00 ), sedangkan pada pembentukan notasi geografi suatu
wilayah, ND-nya adalah 91 (0).
Wilayah
Notasi sejarah
Notasi geografi
Jepang
9(00) + 52 = 952
91(0) + 52 = 915.2
Indonesia
Inggris
9(00) + 42 = 942
91(0) + 42 = 914.2
-52, -598, dan -42, masing – masing adalah NW untuk jepang, indonesia, dan inggris.
Pembentukan notasi tersebut perludilakukan apabila dalam bagan belom terdapat notasi geografi
maupun sejarah dari suatu wilayah yang bersangkutan.
Dalam notasi 800 ( sastra) dikenal notasi – notasi bentuk penyajian sastra ( subdiviision of
individual literature ), yaitu :
-1 puisi
-2 drama
-3 fiksi
-4 esai
-5 pidato
-6 surat – menyurat
-8 bunga rampai
Notasi bentuk sastra ( NBS ) dalam DDC terdapat dalam tabel 3. Penggunaannya hanya dapat
ditambahkan pada ND sastra bahasa yang bersangkutan apabila dalam bagan belom terdapat notasi
bentuk sastra dari bahasa yang bersangkutan. Mekanisme pembentukannya adalah : notasi dasar sastra
( NDS ) tanpa angka trakhir 0 + NBS. Seperti :
Dalam kelas 4000 ( bahasa ) terdapat notasi – notasi yang disertai notasi – notasi subdivisi bahasa
( NSB ). Secara detail, subdivisi bahasasebagaimana yang tercantum dalam dalam tabel 4, yaitu :
-2 etimologi
-3 kamus
-4 tata bahasa
-5 prosodi
-7 bahasa baku
-8 bahasa baku
-9 lain – lainnya
NSB hanya dapat ditambahkan pada ND yang tertera pada bagan DDC yang belum disertai notasi bentuk
bahasa. Mekanisme penambahannya adalah dengan cara menambahkan NSB pada ND tanpa angka
terakhir 0. Contoh :
439.31 + -5 = 439.315
Denagan NSB dapat dibentuk kamus dwibahasa dan kamus poliglot, yang caranya sebagai berikut :
41 + -3 = 413
-3 Nordies
-4 Latin modern
-5 Rumania
-6 spanyol, portugis
-7 Italia
-8 Yunani
-9 Kelompok lain
a. Terdapat petunjuk
Jika terdapat petunjuk atau instruksi pada ND, ikuti saja sesuai dengan petunjuk.
Pada ND 155.84 ethnopsychology, terdapat petunjuk sebagai berikut : Add racial ethnic, national groups
01 – 99 from table 5 to base number 155.84. ( tambahkan ras, etnik, kelompok kebangsaan 01 – 99 dari
tabel 5 pada angka dasar 155.84 ).
Jika tidak terdapat petunjuk pada ND, notasinya dapat dibentuk sebagai berikut: ND + 089 (SS) + NRE
Contoh:
-1 bahasa indonesia
-2 bahasa ingris
-3 bahasa jerman
-4 bahasa perancis
-5 bahasa italia
-6 bahasa spanyol
-7 bahasa latin
-8 bahasa yunani
Jika terdapat petunjuk atau instruksi pada ND, ikut saja sesuai dengan petunjuk.
Contoh:
Tambah notasi bahasa dari tabel 6 DDC pada notasi 2X1.2-2 adalah notasi bahasa untuk bahasa ingris
jadi, subjek di atas memiliki notasi 2X2.22
Jika tidak terdapat petunjuk pada ND, notasinya dapat dibentuk sebagai berikut: ND + -0175 (SS) + NBB
Contoh:
Selain dengan notasi tambahan yang tercantum dalam tabel 1 (subdivisi standar = SS) , tabel 2 (notasi
wilayah = NW), tabel 3 (notasi bentuk sastra= NBS), tabel 4 (notasi bentuk bahasa = NBB), tabel 5 (notasi
subdivisi bahasa = NSB), tabel 5 (notasi ras,bangsa,dan kelompok etnis = NRE), dan tabel 6 (notasi
bahasa-bahasa = NBB), pembentukan notasi juga dapat dilakukan sesuai petunjuk apabila pada ND,
terdapat petunjuk lain untuk mengembangkan/membentuk notasi.
a. Jika pada ND terdapat petunjuk untuk membagi ND tersebut seperti perincian pada ND yang lain,
ikut untuk merinci sesuai petunjuk.
1.1 generalities of secondary education
add to base number 373.1 the numbers following 373 in 373.1- 373.8
b. Jika pada ND terdapt petunjuk untuk menambah ND dengan ND yang lain, ikut pembentukan
notasinya sesuai petunjuk.
c. Jika pada ND terdapat petunjuk untuk menambah ND nengan NW dan angka sebagian dari ND yang
lain, ikuti pembentukan notasinya sesuai petunjuk.
345.3 – 345.9 special jurisdiction and areas, ada petunjuk sebagai berikut :
Add areas notation 3 – 9 to base number 345, then to the result add the numbers
following 345 in 345.01 – 345.087
345.06 evidence
E. Indeks Relatif
Salah satu keunggulan DDC adalah tersedianya indeks relaitf. Indeks relatif mendaftar subjek – subjek
secara abjad. Setiap subjek juga mencantumkan subjek – subjek terkait, masing – masing mengacu pada
notasi yang terdapat dalam DDC. Bentuk masing – masing indeks subjek DDC dalam bahasa indonesia
seperti pada contoh berikut :
Psikologi 150
Abnormal 157
Anak 155.4
Pendidikan 370.15
Perbandingan 156
Populer 131
Remaja 155.5
Seks 155.3
Terapan 158
Psikoterapi
Psikiatri 616.8
Puasa
Islam 2 X 2.13
Kristen 263
Resep
Masakan 641.5
Obat 615
Volume IV DDC merupakan tabel yang berisi Indeks Relatif dari notasi – notasi yang tercantum dalam
volume II ( 000 – 599 ), volume III ( 600 – 999 ) dan tabel – tabel pembantu ( pada volume I ). Indeks
Relatif bermanfaat bagi para petugas klasifikasi untuk membantu dalam menempatkan subjek pada
notasi yang paling sesuai.
a. Gunakan istilah subjek untuk menelusuri jenis subjek sesuai hasil analisis subjek.
b. Apabila dalam indeks, istilah subjek dikaitkan dengan istilah – istilah subjek yang lain, pilih istilah
subjek yang sesuai dengan disiplin yang dibahas dalam buku klasifikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dewey Decimal classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil dewey
(1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan berkerja
sebagai pustakawan di Amherst College, massachusetts, disebuah negara bagian Amerika serikat.
Dalam sistem klasifikasini, dewey membagi seluruh bidang ilmu pengetahuan menjadi 9 bidang
pengetahuan. Masing–masing bidang diberi simbol berupa angka arab:1–9
Kalau kita ingin menggunakan DDC, hendaknya memiliki 3 pokok DDC yaitu: bagan klsifikasi (schedule),
tabel-tabel pembantu,dan indeks relatif.
Sering suatu subjek dari hasil analisis subjek tidak cukup dicerminkan dengan notasi dasar yang siap
pakai ini sebagaimana telah tersedia dalam bagan klasifikasi. Karenanya, perlu pembentukan notasi
sesuai dengan sistem klsifikasi DDC. Misalnya, jika suatu subjek mengandung aspek bentuk, apakah
bentuk penyajian, bentuk fisik atau intelaktual, aspek bentuk tersebut sedapat mungkin harus
diwujudkan dalam notasi.
Salah satu keunggulan DDC adalah tersedianya indeks relaitf. Indeks relatif mendaftar subjek – subjek
secara abjad. Setiap subjek juga mencantumkan subjek – subjek terkait, masing – masing mengacu pada
notasi yang terdapat dalam DDC.
DAFTAR PUSTAKA
Suharyati (2008). Pengantar dasar ilmu perpustakaan. Surakarta : Lembaga pengembangan pendidikan
(LPP) UNS dan UPT penerbitan dan pencetakan UNS (UNS press).