Anda di halaman 1dari 25

makalah klasifkasi ddc

MAKALAH

Pengantar ilmu perpustakaan

“klasifikasi DDC”

Dosen : Athiyatul Haqqi, S.Ag, S.IPI,M.I.Kom

Disusun oleh

Nuraini

Nim: 1pt131417

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB-SASTRA DAN KEBUDAYAAN ISLAM

IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar ilmu perpustakaan. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai “klasifikasi DDC”. Melalui makalah ini penulis berharap agar
pembaca dapat memahami masalah pengklasifikasian menggunakan DDC.

Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap
kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga dalam
penulisan makalah selanjutnya dapat diperbaiki. Demikian yang dapat penulis sampaikan.

Jambi,Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip dasar sistematika DDC ................................................................ 2

B. Bagan DDC .......................................................................................................... 3

C. Penggunaan DDC ................................................................................................. 5

D. Pembentukan notasi .............................................................................................. 6

E. Indeks relatif ........................................................................................................15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................. 17

DAFTAR PUATAKA ........................................................................................ 18

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Diantara beberapa sistem klasifikasi, akan di bicarakan salah satu yang banyak dipakai di perpustakaan
di berbagai negara, termasuk indonesia yaitu dewey decimal clssificatian (DDC).

Dewey Decimal classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil dewey
(1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan berkerja
sebagai pustakawan di Amherst College, massachusetts, disebuah negara bagian Amerika serikat.

Karena tuntutan keadaan, terutama sebelum adanya sistem guna menata buku-buku yang dimiliki
perpustakaan, dewey berusaha keras menciptakan sistem tersebut. Pada tahun 1876, dewey dapat
menerbitkan edisi pertama dengan judul;”Classification and Subject Indek for Cataloguing, and
Arranging the Books and Pamphlets of Library”. Edisi pertamaini hanya 42 halaman dan terdiri atas 12
halaman pendahuluan, 12 halaman bagan, dan 18 halaman indeks.

DDC terdiri dari serangkaian notasi bilangan yang disusun menurut prinsip-prinsip dasar yang telah
diuraikan di muka. Seringkali pada bagan tersebut ada beberapa catatan dari petunjuk pemakaian
bilangan tersebut. Kecuali bagan lengkap DDC juga memiliki ringkasan-ringkasan yang disebut ringkasan
pertama (terdiri dari 10 kelas utama). Ringkasan kedua (terdiri dari 1000 seksi).

Di samping menyediakan notasi – notasi yang siap pakai, DDC juga memberi kemungkinan untuk
membentuk notasi dengan menggunakan notasi dasar, ditambah dengan notasi tambahan yang
tersedia dalam DDC sebagai kelengkapan berumusan Masalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip dasar sistematika DDC

Penyusunan sistem klasifikasi Dewey didasarkan pada beberapa prinsip dasar yaitu :
1. Prinsip dasar desimal

Dewey membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama. Kemudian masing-masing kelas utama
dibagi kedalam 10 divisi dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi kedalam 10 seksi. Dengan demikian
DDC terdiri dari 10 kelas utama (dinamakan ringkasan pertama), 100 divisi (dinamakan ringkasan kedua)
dan 100 divisi (dinamakan ringkasan ketiga).

Pembagian tersebut masih memungkinkan diadakan pembagian lebih lanjuat dari seksi menjadi sub
seksi, dari sub seksi menjadi sub-sub seksi dan seterusnya. Karena pola dasar pembagian ilmu
pengetahuan mendasarkan pada kelipatan sepuluh, maka sistem klasifikasi tersebut dinamakan
klasifikasi persepuluhan atau klasifikasi desimal. (untuk tabel kesan pertama, kedua, ketiga diberikan
pada lampiran agar dapat di pergunakan untuk memberi nomor kelas kepada perpustakaan yang masih
sederhana).

2. Prinsip dasar susunsn umum-khusus

Dari 10 kelas utama yang pertama (kelas 0) disediakan untuk karya umum yang membahan banyak
subjek dan dari berbagai segi pandangan. Kelas utama berikutnya masing-masing mencakup satu jenia
ilmu tertentu. Dari 10 divisi dalam tiap kelas utama, divisi pertama (divisi 0) membahas karya umum
untuk seluruh kelas,sedang divisi 1-9 membahas hal-hal yang lebih khusus. Dari 10 seksi dalam tiap
divisi, sedangkan seksi 1-9 untuk hal-hal yang lebih khusus.

3. Prinsip dasar disiplin

Penyusunan dan pembagian DDC terutama didasarkan pada lapangan spesialisasi ilmu pengetahuan
atau disiplin tertentu dan bukan pada subjek. Suatu subjek dapat dibahas pada beberapa disiplin ilmu,
karenanya pembagian menurut subjek adalah sekunder, sedangkan pembagian menurut ilmu adalah
primer.

4. Prinsip dasar hirarsikal

DDC adalah klsifikasi yang hirarsikal baik dalam notasai maupun dalam relasi antar subjek. Hirarsikal
dalam notasi bahwa perincian lebih lanjut dari suatu subjek atau disiplin tertentu harus dilakuakan
dengan dasar penambahan satu bilangan pada bilangan pada notasi pokoknya, misal:

600 teknologi (notasi pokok adalah 6)

630 ilmu pertanian (notasi pokok adalah 63)

631 teknik pertanian umum

631.1 alat-alat pertanian: bajak, traktir dll


631.5.1 penanaman dan panenan (9,8)

Hirarsikal dalam trelasi antar disiplin ilmu dan subjek berarti bahwa apa yang berlaku dalam suatu kelas,
berlaku juga bagi semua seksi-seksi, misal:

625 Teknik perkreta-apian dan jalan raya

Perencanaan, analisa, pembuatan, berlaku juga bagi perbaikan

625.1 Jalan kereta api

625.2 Lokomotif, gerbong, peralatan kereta api

625.7 Jalan raya, termasuk alat pengatur dan pengaman lalu lintas ( 9,0 ).

Apabila ada buku tentang “ perbaikan jalan raya “, akan mendapatkan nomor kelas 625.7
walaupun pada nomor tersebut tidak disebutkan “ perbaikan “. Tetapi karena 625.7 adalah sub-seksi
dari 625, maka apa yang berlaku pada 625 juga untuk 625.7.

B. Bagan DDC

Dalam sistem klasifikasini, dewey membagi seluruh bidang ilmu pengetahuan menjadi 9 bidang
pengetahuan. Masing – masing bidang diberi simbol berupa angka arab:1 – 9. Karena dalam sistem
klasifikasi DDC ini, suatu notasi sekurang – kurangnya terdiri atas 3 buah angka arab, maka dalam
pembagian pertama ditambah 00 menjadi 100 – 900. Di samping itu, terdapat suatu bidang yang
bersifat umum yang diberi simbol 000, sehingga menjadi 10 bidang. Kesepuluh bidang ini merupakan
pengelompokan pertama dalam sistem DDC, dan menjadi kelas utama ( main classes ).

000- karya umum

100- Filsafat

200- Agama

300- Ilmu sosial

400- Bahasa

500- Ilmu murni

600- Ilmu terapan

700- kesenian

800- kesusasteraan

900- sejarah dan geografi


Setiap kelas utama dibagi lagi secara desimal menjadi 10 divisi yang merupakan subordinasi dari kelas
utama tersebut. Misalnya, kelas utama 300 (ilmu sosial) dibagi menjadi 10 divisi berikut.

300- Ilmu-Ilmi sosisl

310- Statistik

320- Politik

330- Ekonomi

340- Hukum

350- Administrasi umum

360- Masalah sosial dan pelayanan sosial

370- Pendidikan

380- Perdagangan, komunikasi, dan trnsportasi

390- Adat istiadat, cerita rakyat

Selanjutnya, divisi dapat dibagi kedalam seksi-seksi secara desimal. Misalnya, divisi 370 (pendidikan)
dibagi menjadi 10 seksi berikut.

370- pendidikan

371- faktor-faktor pendidikan

372- pendidikan dasar

373- pendidikan menengah

374- pendidikan dewasa

375- kurikulum

376- pendidikan wanita

377- pendidikan agama

378- pendidikan tinggi

379- pendidikan dan negara


Setiap seksi dapat dibagi lagi menjadi 10 subseksi yang merupakan subordinasi dari seksi. Misalnya,
untuk kelas 371 (faktor-faktor pendidikan) dibagi menjadi 10 subseksi sebagai berikut.

371 - faktor-faktor pendidikan

371.1- Mengajar dan pengajar

371.2- Administrasi pendidikan

371.3- Metode belajar dan mengajar

371.4- Bimbingan dan penyuluhan

371.5- disiplin sekolah

371.6- sarana fisik sekolah

371.7- kesehatan dan keselamatan sekolah

371.8- peserta didik (siswa)

371.9- pendidikan khusus

Perlu diingat, jika dalam sistem DDC notasinya melebihi 3 angka, penulisan notasi angkanya
menggunakan tanda titik (.) setelah angka ketiga.

Masing-masing subseksi dapat dibagi lagi menjadi 10 bagian yang lebih kecil. Demikian seterusnya
sehinggasemakin spesifik suatu subjek akan mendapat notasi yang lebih panjang sesuai hierarki atau
tingkat pembagiannya. Notasi-notasi yang telah dikambangkan untuk seluruh bidang pengetahuan telah
terdaftar dalam bagan DDC dan merupakan notasi-notasi dasar yang siap digunakan (enuerated)

Disamping menyediakan notasi-notasi yang siap pakai tadi, DDC juga memberi kemungkinan untuk
membentuk notasi dengan mengunakan notasi dasar ditambah denagn notasi tambahan yang tersedia
dalam DDC sebagai kelengkapan bagan.

Selain bangan yang membuat notasi dasar, DDC juga menyediakan tabel tambahan/tabel pembantu dan
indeks subjek. Untuk memberi notasi yang tepat bagi suatu bahan pustaka, Tabel-tabel tambahan ini
berisi notasi-notasi tambahan yang penggunaannya tidak berdiri sendiri, melainkan digabung dengan
notasi dasar dari bagan klasifikasi DDC.

Tabel-tabel tersebut adalah:


1. Tabel subdivisi standar

Notasi dalam tabel ini tidak dapat dipakai tersendiri melainkan digabungkan dengan nomor kelas mana
saja dalam bagan, apabila diperlukan. Tabel ini membantu untuk menunjukkan bentuk fisik dan berbagai
aspek suatu bahan pustaka.

2. Tabel wilayah

Tabel ini membantu untuk mengaitkan suatu subjek yang dibahas dalam suatu bahan pustaka dengan
tempat,daerah, wilayah,negara,dan benua tertentu.

3. Subdivisi kesusastraan

Tabel ini memberi notasi perincian untuk khusus karya sastra.

4. Subdivisi bahasa

Tabel ini memberi notasi untuk perincian bentuk standar bahasa.

5. Tabel ras,etnik,dan kebangsaan

6. Tabel bahasa

7. Tabel orang

Sebagai catatan tabel 7 sejak terbit edisi XII tahun 2003 telah ditiadakan dan diintegrasikan dengan tabel
1.

C. Penggunaan DDC

Kalau kita ingin menggunakan DDC, hendaknya memiliki 3 pokok DDC yaitu: bagan klsifikasi (schedule),
tabel-tabel pembantu,dan indeks relatif.

Apabila hasil analisis subjek hanya memerlukan notasi dasar yang siap pakai (enumerated) penentuan
notasi dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Kenali bagan klasifikasi dengan baik

a. Hapalkan ringkasan I, yaitu kelas utama (main clases)-nya.

b. Kenali denagn baik ringkasan II (divisi).

c. Pilihlah notasi pada divisi paling sesuai dan priksa perincian dari divisi (seksi-sekai) untuk memilih
seksi yang paling sesuai dengan hasil analisis subjek.

d. Jika diperlukan suaatu notasi yang lebih spesifik, priksa perincian dari seksi (notasi-notasi subseksi),
dan pilihlah notasi yang paling sesuai.
2. Menggunakan indeks relatif bila diperlukan

a. Priksalah ringkasan dari entri indeks relatif yang digunakan sebagai akses untuk memilih istilah
subjek dan notasi yang paling sesuai dengan hasil analisis subjek.

b. Cek kembali ke dalam bagan klsifikasi,hasil pemilihan notasi melalui indeks relatif tersebut, apakah
notasi tersebut merupakan subordinasi dari notasi yang lebih luas cakupannya: jika tidak sesuai berarti
keliru dalam memilih notasi melaui indeks (selengkapnya, coba lihat indeks relatif pada buku klasifikasi
DDC).

D. Pembentukan notasi

Sering suatu subjek dari hasil analisis subjek tidak cukup dicerminkan dengan notasi dasar yang siap
pakai ini sebagaimana telah tersedia dalam bagan klasifikasi. Karenanya, perlu pembentukan notasi
sesuai dengan sistem klsifikasi DDC. Misalnya, jika suatu subjek mengandung aspek bentuk, apakah
bentuk penyajian, bentuk fisik atau intelaktual, aspek bentuk tersebut sedapat mungkin harus
diwujudkan dalam notasi.

Dalam sistem klasifikasi DDC, pembentukan notasi dapat dilakukan dengan fasilitas notasi-notasi
tambahan sebagaimana yang tercantum dalam tabel-tabel tambahan atau sesuai dengan petunjuk yang
terdapat dalm notasi dasar, yaitu:

Tabel 1: Notasi subdivisi standar

Tabel 2: Notasi wilayah

Tabel 3: Notasi bentuk sastra

Tabel 4: Notasi bentuk bahasa

Tabel 5: Notasi ras, etnis dan kebangsaan

Tabel 6: Notasi bahasa-bahasa sesuai petunjuk yang terdapat dalam bagan DDC

Pada DDC edisi XXII, tabel 7 (kelompok orang) ditiadakan dalam penggunaannya diintegrasikan denagn
tabel 1. Cara menggabungkan notasi-notasi tambahan pada notasi dasar dari bagan klasifikasi adalah
sebagai berikut.
1. Tabel 1 notasi subdivisi standar

Notasi bentuk ini diambil dari notasi tambahan subdivisi standar yang secara ringkas meliputi bentuk
sebagai berikut.

-01 : filosofi

-02 : bunga rampai

-022 : manual,pedoman,petunjuk

-03 : kamus,ensiklopedi

-04 : kekhususan

-05 : majalah

-06 : organisasi

-07 : belajar mengajar

-072 : hasil penelitian

-08 : kumpulan

-09 : sejarah

Dalam sistem klasifikasi DDC terdapat 5 cara untuk penggunaan subdivisi standar ini.

a. Tidak terdapat petunjuk

Adakalanya pada suatu notasi terdapat petunjuk untuk menambahkan notasi subdivisi standar (SS),
tetapi kebanyakan notasi tidak disertai petunjuk penggunaannya.
1) Notasi dasar dengan angka terakhir 0

Jika suatu notasi terakhir dengan angka 0,sebelum ditambahi notasi subdivisi standar (SS), terlebih
dahulu angka 0 pada notasi dasar dibuang, kemudian ditambah notasi subdivisi standar yang diperlukan.

Contoh:

720 - arsitektur

-03 - kamus notasi (SS)

72 + 03 = 720.3 - kamus arsitektur

2) Notasi dasar tanpa angka akhir 0

Notasi dasar yang tanpa angka akhir 0, cukup digabung dengan notasi subdivisi standar (SS) yang
diperlukan.

Contoh:

334 - koperasi

-05 - majalah (notasi SS)

334 + 05= 334.05 - majalah koperasi

b. Ada petunjuk penggunaan notasi subdivisi standar

1) Adakalanya dalam bagan terdapat notasi dasar yang telah tergabung denagn notasi subdivisi
standar. Dalam hal ini tidak perlu lagi melakukan penggabungan notasi. Gunakan saja notasi. Yang telah
terdaftar dalam bagan.

Contoh:

101 - teori filsafat

109 - sejarah filsafat

2) Terdaftar sebagian dalam bagan


Jika sebagian notasi dasar telah terdaftar disertai notasi subdivisi standar, gunakan seperti pola yang
telah terdaftar apa adanya.

Contoh:

551.1 – geologi,metereologi,hidrologi

551.2 – struktur dan sifat-sifat bumi

2. Tabel 2 notasi wilayah

Tabel wilayah secara ringkas adalah sebagai berikut.

-4 Eropa

-42 inggris/britania raya

-43 jerman dan sekitarnya

-44 perancis dan monaco

-45 italia

-46 jazirah liberia,spanyol dan portugal

-47 eropa timur dan rusia

-48 scandinavia

-49 bagian eropa lain nya

-5 Asia

-51 cina dan wilayah sekitarnya

-52 jepang dan wilayah sekitarnya

-53 jazirah arab dan wilayah sekitarnya

-54 asia selatan dan india

-55 iran

-56 timur tengah

-57 siberia
-58 asia tengah afganistan

-59 asia tenggara

-591Burma

-593 thailand

-594 laos

-595 malaysia,brunai,singapore

-596 kamboja

-597 vietnam

-598 indonesia

-599 philipina

-6 Afrika

-61 afrika utara,tunisia,libya

-62 mesir dan sudan

-63 afrika barat

-7 amerika utara

-71 canada

-72 amerika tengah,honduras,el salvador,nikaragua,kostarika,kuba,jamaika,

Poerto rice,haiti

-73 amerika serikat

-8 amerika selatan

-9 bagian dunia yang lain

-94 australia

-95 papua nugini

-96 polinesia,mikronesia,hawaii

(selengkapnya,lihat pada tabel 2DDC)


Kadang-kadang suatu subjek mempunyai aspek geografis yang perlu dinyatakan dalam notasi. Seperti,
“Angkatan laut indonesia” dalam notasi perlu dinyatakan selain notasi dasarnya (Angkatan laut) juga
notasi wilayah “indonesia”. Untuk keperluan wilayah ini, DDC mempunyai tabel wilayah (tabel 2) yang
mendaftar notasi-notasi wilayah di seluruh dunia.

Notasi wilayah (NW) seperti halnya notasi subdivisi standar (SS) dalam penggunaannya tidak pernah
berdiri sendiri, melainkan ditambahkan pada notasi dasar (ND) dengan cara tertentusebagai berikut.

a. Ada petunjuk penggunaan

Adakalnya suatu notasi disertai petunjuk pengguna NW yang berbunyi “ Add area notations from table 2
to base number ... “ tambahkan notasi wilayah dari tabel 2 pada angka dasar, kadang – kadang didahului
“ Geographical Treatment “, dan sebagainya. Seperti :

334, 335, 346

Tambahkan notasi wilayah 3 – 9 dari tabel 2 pada angka dasar. Dalam hal ini, penambahan ND dengan
NW dilakukan dengan mengikuti petunjuk sepenuhnya, seperti:

Hukum pidana di indonesia 345 + 598 = 345.598

b. Tidak terdapat petunjuk penggunaan NW

Jika tidak dijumpai penggunaan NW, penambahan Nw pada ND dilakuakn sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu ND ditambah dengan - 09 dari SS

2. NW ditambahkan pada ND + 09

Contoh : “ Angkatan laut Indonesia “

359 - Angkatan laut

-09 - Notasi SS

-598 - NW Indonesia
359.095.98 - Angkatan Laut Indonesia

c. Menentukan notasi geografi wilayah

notasi geografi suatu wilayah dapat ditentukan dengan menggunakan NW dari tabel 2 DDC dengan cara
sebagai berikut :

1. Tentukan ND 910

2. Buang angka terakhir 0

3. Tambahkan NW yang bersangkutan

Contoh : geografi jepang

910 - geografi

-52 - NW jepang dari table 2 DDC

91 + 52 = 915.2 - geografi jepang

d. Menentukan natasi sejarah dengan NW

Subjek sejarah yang dikaitkan dengan wilayah, dalam DDC mendapatkan notasi 930 – 999, sementara
geografi kewilayahan memperoleh notasi 913 – 919. Jika dikaitkan dengan tabel 2 ( NW , erdapat
mekanisme yang hampir sama, yaitu ND ditambah dengan NW. Bedanya, dalam pembentukan notasi
sejarah suatu wilayah digunakan ND 9 ( 00 ), sedangkan pada pembentukan notasi geografi suatu
wilayah, ND-nya adalah 91 (0).

Bandingkan notasi – notasi di bawah ini :

Wilayah

Notasi sejarah

Notasi geografi

Jepang

9(00) + 52 = 952
91(0) + 52 = 915.2

Indonesia

9(00) + 598 = 959.8

91(0) + 598 = 915.98

Inggris

9(00) + 42 = 942

91(0) + 42 = 914.2

-52, -598, dan -42, masing – masing adalah NW untuk jepang, indonesia, dan inggris.
Pembentukan notasi tersebut perludilakukan apabila dalam bagan belom terdapat notasi geografi
maupun sejarah dari suatu wilayah yang bersangkutan.

3. tabel 3 notasi bentuk sastra ( NBS )

Dalam notasi 800 ( sastra) dikenal notasi – notasi bentuk penyajian sastra ( subdiviision of
individual literature ), yaitu :

-1 puisi

-2 drama

-3 fiksi

-4 esai

-5 pidato

-6 surat – menyurat

-7 satire dan humor

-8 bunga rampai

Notasi bentuk sastra ( NBS ) dalam DDC terdapat dalam tabel 3. Penggunaannya hanya dapat
ditambahkan pada ND sastra bahasa yang bersangkutan apabila dalam bagan belom terdapat notasi
bentuk sastra dari bahasa yang bersangkutan. Mekanisme pembentukannya adalah : notasi dasar sastra
( NDS ) tanpa angka trakhir 0 + NBS. Seperti :

Drama belanda = sastra belanda + NBS

Drama = 839.31 + -2 = 839.312


Novel belanda = 839.31 + -3 = 839.313

4. Tabel 4 notasi subdivisi bahasa ( NSB )

Dalam kelas 4000 ( bahasa ) terdapat notasi – notasi yang disertai notasi – notasi subdivisi bahasa
( NSB ). Secara detail, subdivisi bahasasebagaimana yang tercantum dalam dalam tabel 4, yaitu :

-1 kode bahasa lisan dan tulis

-2 etimologi

-3 kamus

-4 tata bahasa

-5 prosodi

-6 bahasa tidak baku

-7 bahasa baku

-8 bahasa baku

-9 lain – lainnya

NSB hanya dapat ditambahkan pada ND yang tertera pada bagan DDC yang belum disertai notasi bentuk
bahasa. Mekanisme penambahannya adalah dengan cara menambahkan NSB pada ND tanpa angka
terakhir 0. Contoh :

Tata bahasa = ND belanda + NSB

439.31 + -5 = 439.315

Kamus bahasa belanda = 439.31 + -3 = 439.313

Denagan NSB dapat dibentuk kamus dwibahasa dan kamus poliglot, yang caranya sebagai berikut :

a. Kamus dwibahasa : kamus inggris – perancis

ND bahasa ( 4 ) + notasi bahasa I + NSB + notasi bahasa II

4 + 2 ( inggris ) + -3 + 4 ( perancis ) = 423.4

b. Kamus poligot : kamus inggris – perancis – belanda

ND bahasa 41 (0) + NSB kmus =

41 + -3 = 413

5. Tabel 5 notasi ras,bangsa dan kelompok etnik ( NRE )


Garis besar notasi ras, bangsa dan kelompok etnis adalah sebagai berikut :

-1 ras etnik Amerika utara

-2 Anglo saxon, inggris

-3 Nordies

-4 Latin modern

-5 Rumania

-6 spanyol, portugis

-7 Italia

-8 Yunani

-9 Kelompok lain

( untuk lebih lengkap perinciannya dapat dilihat pada tabel 5 DDC )

Adapun cara pembentukan notasinya sebagai berikut :

a. Terdapat petunjuk

Jika terdapat petunjuk atau instruksi pada ND, ikuti saja sesuai dengan petunjuk.

Contoh : subjek ethnopsychology of candians

Pada ND 155.84 ethnopsychology, terdapat petunjuk sebagai berikut : Add racial ethnic, national groups
01 – 99 from table 5 to base number 155.84. ( tambahkan ras, etnik, kelompok kebangsaan 01 – 99 dari
tabel 5 pada angka dasar 155.84 ).

Jadi, hasilnya 155.84 + -11 ( ethnic canada ) = 155.841 1

b. Tidak terdapat petunjuk

Jika tidak terdapat petunjuk pada ND, notasinya dapat dibentuk sebagai berikut: ND + 089 (SS) + NRE

Contoh:

Untuk subjek ceramic arts of bengalis


783 ND ceramic arts

-089 SS untuk ras (dari tabel 1)

-9144 Ras bengalis (dari tabel 5)

Hasilnya = 738.089 914 4 subjek ceramic arst of bengalis

6. Tabel 6 notasi bahasa-bahasa (NBB)

Garis besar notasi bahasa-bahasa individual adalah:

-1 bahasa indonesia

-2 bahasa ingris

-3 bahasa jerman

-4 bahasa perancis

-5 bahasa italia

-6 bahasa spanyol

-7 bahasa latin

-8 bahasa yunani

-9 bahasa bahasa lain

-91 bahasa sanskerta

-92 bahasa ibrani

-927 bahasa arab

-951 bahasa cina

-952 bahasa jepang

(untuk lebih lengkap lihat pada tabel 6 DDC)

Cara pembentukan notasi:


a. Terdapat petunjuk

Jika terdapat petunjuk atau instruksi pada ND, ikut saja sesuai dengan petunjuk.

Contoh:

Subjek alquran dengan terjemah dalam bahasa ingris

2X1.2 notasi untuk alquran dan terjemah. Ada petunjuk:

Tambah notasi bahasa dari tabel 6 DDC pada notasi 2X1.2-2 adalah notasi bahasa untuk bahasa ingris
jadi, subjek di atas memiliki notasi 2X2.22

b. Tidak terdapat petunjuk

Jika tidak terdapat petunjuk pada ND, notasinya dapat dibentuk sebagai berikut: ND + -0175 (SS) + NBB

Contoh:

Untuk subjek kitab injil dalam bahasa jerman

200 kitab injil

-0175 notasi SS aspek bahasa (dari tabel 1)

-3 notasi NBB untuk bahasa jerman

Jadi, hasilnya = 220.175 3 kitab injildalam bahasa jerman

7. Pembentukan notasi dengan petunjuk untuk membagi lebih lanjut

Selain dengan notasi tambahan yang tercantum dalam tabel 1 (subdivisi standar = SS) , tabel 2 (notasi
wilayah = NW), tabel 3 (notasi bentuk sastra= NBS), tabel 4 (notasi bentuk bahasa = NBB), tabel 5 (notasi
subdivisi bahasa = NSB), tabel 5 (notasi ras,bangsa,dan kelompok etnis = NRE), dan tabel 6 (notasi
bahasa-bahasa = NBB), pembentukan notasi juga dapat dilakukan sesuai petunjuk apabila pada ND,
terdapat petunjuk lain untuk mengembangkan/membentuk notasi.

a. Jika pada ND terdapat petunjuk untuk membagi ND tersebut seperti perincian pada ND yang lain,
ikut untuk merinci sesuai petunjuk.
1.1 generalities of secondary education

add to base number 373.1 the numbers following 373 in 373.1- 373.8

1.112 professional qualifications of teachers in sacondary education.

b. Jika pada ND terdapt petunjuk untuk menambah ND dengan ND yang lain, ikut pembentukan
notasinya sesuai petunjuk.

028.27 Acquisition of materials, ada petunjuk sebagai berikut:

Add 001-999 to base number 028.27

300 social sciences

028.273 Acquisition material in social sciences

c. Jika pada ND terdapat petunjuk untuk menambah ND nengan NW dan angka sebagian dari ND yang
lain, ikuti pembentukan notasinya sesuai petunjuk.

345 criminal law

345.3 – 345.9 special jurisdiction and areas, ada petunjuk sebagai berikut :

Add areas notation 3 – 9 to base number 345, then to the result add the numbers
following 345 in 345.01 – 345.087

345.06 evidence

-094 NW untuk Australia

345.940 6 law of evidence in australia

E. Indeks Relatif

1. Susunan indeks relatif

Salah satu keunggulan DDC adalah tersedianya indeks relaitf. Indeks relatif mendaftar subjek – subjek
secara abjad. Setiap subjek juga mencantumkan subjek – subjek terkait, masing – masing mengacu pada
notasi yang terdapat dalam DDC. Bentuk masing – masing indeks subjek DDC dalam bahasa indonesia
seperti pada contoh berikut :
Psikologi 150

Abnormal 157

Anak 155.4

Pendidikan 370.15

Perbandingan 156

Populer 131

Remaja 155.5

Seks 155.3

Terapan 158

Psikoterapi

Psikiatri 616.8

Puasa

Islam 2 X 2.13

Kristen 263

Resep

Masakan 641.5

Obat 615

2. Penggunaan Indeks Relatif

Volume IV DDC merupakan tabel yang berisi Indeks Relatif dari notasi – notasi yang tercantum dalam
volume II ( 000 – 599 ), volume III ( 600 – 999 ) dan tabel – tabel pembantu ( pada volume I ). Indeks
Relatif bermanfaat bagi para petugas klasifikasi untuk membantu dalam menempatkan subjek pada
notasi yang paling sesuai.

a. Gunakan istilah subjek untuk menelusuri jenis subjek sesuai hasil analisis subjek.
b. Apabila dalam indeks, istilah subjek dikaitkan dengan istilah – istilah subjek yang lain, pilih istilah
subjek yang sesuai dengan disiplin yang dibahas dalam buku klasifikasi.

c. Apabila notasi telah dipilih, periksa kembali kedala

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dewey Decimal classification (DDC) merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil dewey
(1851-1931). Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan berkerja
sebagai pustakawan di Amherst College, massachusetts, disebuah negara bagian Amerika serikat.

Prinsip-prinsip dasar sistematika DDC ada 4 prinsip yaitu:

1. prinsip dasar desimal

2. prinsip dasar umum-khusus

3. prinsip dasar disiplin

4. prinsip dasar hirarsikal

Dalam sistem klasifikasini, dewey membagi seluruh bidang ilmu pengetahuan menjadi 9 bidang
pengetahuan. Masing–masing bidang diberi simbol berupa angka arab:1–9

Kalau kita ingin menggunakan DDC, hendaknya memiliki 3 pokok DDC yaitu: bagan klsifikasi (schedule),
tabel-tabel pembantu,dan indeks relatif.

Sering suatu subjek dari hasil analisis subjek tidak cukup dicerminkan dengan notasi dasar yang siap
pakai ini sebagaimana telah tersedia dalam bagan klasifikasi. Karenanya, perlu pembentukan notasi
sesuai dengan sistem klsifikasi DDC. Misalnya, jika suatu subjek mengandung aspek bentuk, apakah
bentuk penyajian, bentuk fisik atau intelaktual, aspek bentuk tersebut sedapat mungkin harus
diwujudkan dalam notasi.

Salah satu keunggulan DDC adalah tersedianya indeks relaitf. Indeks relatif mendaftar subjek – subjek
secara abjad. Setiap subjek juga mencantumkan subjek – subjek terkait, masing – masing mengacu pada
notasi yang terdapat dalam DDC.
DAFTAR PUSTAKA

Suharyati (2008). Pengantar dasar ilmu perpustakaan. Surakarta : Lembaga pengembangan pendidikan
(LPP) UNS dan UPT penerbitan dan pencetakan UNS (UNS press).

Suwarno,Wiji (2010).pengetahuan dasar kepustakaan. Bogor : Ghalia indonesia.

Suwarno,Wiji (2007).dasar-dasar ilmu perpustakaan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai