Anda di halaman 1dari 15

BATU SALURAN KEMIH

PEMBIMBING :
dr. Jusuf Saleh Bazed, Sp. U

DISUSUN OLEH:
M Fachry Rahman
2017730073

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena berat rahmat dan
hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan mengenai “batu salauran
kemih”. Laporan kasus ini penulis buat sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik stase
ilmu bedah RSIJ Cempaka Putih.

Dengan rasa hormat saya juga menyampaikan banyak terima kasih dari semua pihak
atas bantuan, terutama, kepada dr. Jusuf Saleh Bazed, Sp. U selaku pembimbing tugas ini.

Penulis menyadari dalam penulisan dan pembuatan laporan ini masih ada kekurangan
dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis harapkan kritik dan saran guna perbaikan
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita bersama. Aamiin.

Sukabumi, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

II. 1 Anatomi..........................................................................................................................4

II. 2 Definisi............................................................................................................................6

II. 3 Etiologi dan Patogenesis.................................................................................................6

II. 4 Manifestasi Klinis...........................................................................................................7

II. 5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................8

II. 6 Tatalaksana dan Pencegahan..........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

Di indonesia, masalah batu saluran kemih masih menduduki kasus tersering di antara seluruh
kasus urologi. Belum terdapat data angka prevalensi batu saluran kemih nasional di
indonesia. Di beberapa negara di dunia berkisar antara 1-20%. Laki-laki lebih sering terjadi
dibandingkan perempuan yaitu 3:1 dengan puncak insiden terjadi pada usia 40-50 tahun. Batu
saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia,
contohnya negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Di Asia, angka
kejadian batu saluran kemih sekita 1-5%. kasus batu saluran kemih banyak ditemukan di
negara-negara berkembang, seperti India, Thailand, dan Indonesia yang kejadiannya sekitar
2-15%, biasanya terdapat hubungan dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan
pengeluaran biaya untuk kebutuhan makanan perkapita.

Batu saluran kemih (bsk) didefinisikan sebagai pembentukan batu di saluran kemih yang
meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Pembentukan batu dapat diklasifikasikan
berdasarkan etiologi, yaitu infeksi, non-infeksi, kelainan genetik, dan obat-obatan. Faktor
terjadinya pembentukan batu antara lain, terjadinya bsk di usia muda, faktor keturunan, batu
asam urat, batu akibat infeksi, hiperparatiroidisme, sindrom metabolic, dan obat-obatan.
terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungan dengan ganguan aliran urin, infeksi
saluran kemuh, dehidrasi dan keadaan lain.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Anatomi
A. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-
masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini
disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus
transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah
ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat
bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Bagian-bagian Ginjal terdiri atas :
 Korteks, adalah bagian ginjal yang didalamnya terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal.
 Medula, terdiri atas 9-14 pyramid. didalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung henle dan tubullus pengumpul (ductus colligent)
 Columna renalis, merupakan bagiankorteks diantara pyramid ginjal
 Proc. Renalis merupakan bagian pyramid/medulla yang menonjol kearah
korteks
 Hilus renalis, merupakan bagian dimana pembuluh darah, serabut saraf, atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, merupakan penghubung anara duktus pengumpul dan calix
minor
 Calix minor, merupakan percabangan dari calix mayor
 Calix mayor, merupakan percabangan dari pelvis renalis
 Pelvis renalis/piala ginjal, merupakan penghubung antra calix mayor dan
ureter
 Ureter , merupakan saluran yang membawa urin ke vesika urinaria

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/ Malpighi
4
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus colectus.

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris
yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen
superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior4.Ginjal memiliki
persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal melalui
segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan
persarafan simpatis melalui n.vagus.

5
B. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.
terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk
setiap ginjal. Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan
m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis.
Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan
pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.
Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui
segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus
hipogastricus superior dan inferior.
C. Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis ( pelvic floor) , bersama-
sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluhpembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan
(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior,
dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor
(otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian
posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian
berbentuk miripsegitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,
bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan
kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan
pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus
6
S2- S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
D. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra
pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada Wanita panjangnya
sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna
(otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa
(di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
II. 2 Definisi
Batu saluran kemih (BSK) didefinisikan sebagai pembentukan batu di saluran kemih
yang meliputi batu ginjal, ureter, buli dan uretra. Pembentukan batu dapat
diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu infeksi, non-infeksi kelainan genetik dan obat-
obatan

Batu saluran kemih merupakan suatu kondisi didapatkannya batu mulai dari didalam
saluran kemih, mulai ginjal sampai uretra, dimana komposisi batu yang terbentuk dapat
terdiri atas campuran dari asam urat, kalsium oksalat kalsium fosfat, sistin, struvite, atau
xantin.

II. 3 Etiologi dan Patogenesis


Terbenuknya batu saluran kemih diduga terdapat hubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik).

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih. Faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.

Faktor intrinsik yaitu:

- Hereditary (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya


- Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
- Jenis kelamin: laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan Faktor ekstrinsik yaitu:
7
- Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
- Iklim dan temperature
- Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
- Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
- Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atau sedentary life.

Proses terbentuknya batu saluran kemih

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-
pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna,
striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu
saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80%
batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun
dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya
8
berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun pathogenesis pembentukan batu-
batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah
terbentuk dalam suasanya asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk
karena urine bersifat basa.

II. 4 Manifestasi Klinis


 batu ginjal dan batu ureter
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada: posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos
sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal
karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri
pada saat kencing atau sering kencing (Gambar 4-1). Batu dengan ukuran kecil
mungkin dapat keluar spontan setelah melalui hambatan pada perbatasan uretero-
pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk ke dalam buli-
buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa
saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang hematuria didapatkan
dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan
demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang
urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada
saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsi dan segera dilakukan terapi
berupa drainase dan pemberian antibiotika. Pada pemeriksaan fisis mungkin
didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit
akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika
disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.
 Batu buli-buli
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain: nyeri
kencing/dysuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan
9
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan (refered pain) pada ujung
penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak seringkali mengeluh
adanya enuresis nokturna, di samping sering

10
menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada
anak perempuan).
 Batu Uretra
Keluhan yang disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi
retensi urine, yang mungkin sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika
batu berasal dari ureter yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya
pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi. Batu yang
berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras
di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang kadang tampak di metus
uretra eksterna. Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada.
Batu yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum

II. 5 Pemeriksaan Penunjang


 Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).
 USG (Ultrasonografi)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun,
dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya
batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
 Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain
itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
 CT urografi tanpa kontras
kelebihan CT urografi yaitu dapat melihat semua jenis batu kecuali indinavir,
sensitivitas 97%, spesifitasnya 96%. merupakan pemeriksaan yang cepat, tidak
membutuhkan kotras, dapat mengidentifikasi patologi lain, dan dapat mengetahui
informasi tentang batu seperti ukuran dan kekerasan batu.
11
 Pemeriksaan mikroskopik urin, untuk mencari hematuria dan kristal
 kultur urin, untuk mencari adanya infeksi sekunder

II. 6 Tatalaksana dan Pencegahan


 Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm, dan diharapkan dapat
keluar secara spontan. terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar
urin dengan :
- Pemberian diuretikum
- Minum sehingga diuresis 2 liter/hari
- α-blocker
- NSAID

Batas lama konservatif adalah 6 mingggu. disamping ukuran batu syarat lain
untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan
obstruksi. adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan
merupakan pilihan. begitu uga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien
tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal transplan, dan penurunan fungsi ginjal),
pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.

 ESWL (Extracorporeal Shockewave Lithotripsy)


SWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kencing. Prinsip dari
SWL adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang
kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang
dihasilkan oleh mesin diluar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai
cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut akan melepas energinya. Diperlukan
beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-
pecahhan kecil, agar supaya bisa keluar bersama kencing tanpa menimbulkan
sakit. Batu diharapkan pecah menjadi ukuran < 2 mm yang kemudian keluar
Bersama urin.
 ENDOUROLOGI
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran
12
kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi, yaitu:
- PNL
Yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil. Keuntungan dari PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat
diambil atau dihancurkan; fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa
dilihat dengan jelas. Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat
diketahui berhasil atau tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan
khusus bagi ahli urologi. Sebagian besar pusat pendidikan lebih banyak
menekankan pada URS dan ESWL dibanding PNL
- Lithotrips
Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli)
- Uretroskopi
Dengan memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan
ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah
batu seperti yang disebutkan di atas

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB, Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua. CV Sagung Seto, Jakarta, 2007

2. Purnomo BB., Besut Daryanto., Kurnia PS. Batu saluran kemih , dalam
pedoman diagnosis dan terapi. FK Universitas Brawijaya, 2010

3. NOEGROHO, Bambang S., et al. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran


Kemih. 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai