Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR


8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP JUAL BELI PAKAIAN BEKAS IMPOR DI TOKO
AHN THRIFT SHOP DESA NGORO KECAMATAN NGORO
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :
Syafira Rosa Amelia

NIM. 190711100118

PROGRAM STUDI HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh manusia sejak dahulu

hingga sekarang berkembang sesuai dengan kebutuhan dan pengetahuan manusia.

Muamalah merupakan bagian dari syariah yang mengatur berbagai bidang dalam

aktifitas ekonomi, mulai dari jual beli hingga investasi 1.

Dalam dunia bisnis atau dunia usaha yang saat ini bertumbuh semakin pesat

menjadi tantangan ataupun ancaman bagi para pelaku usaha dengan tujuan agar dapat

memenangkan persaingan dan mempertahankan bisnisnya. Pelaku usaha yang ingin

usahanya berkembang dan mendapatkan keunggulan harus dapat menyediakan

produk atau jasa yang berkualitas, harga yang terjangkau, proses pembuatan atau

penjualan yang baik dan benar, serta pelayanan yang baik dibanding dengan para

pesaingnya. Etika bisnis memiliki hubungan yang cukup erat dengan kepuasan

konsumen. Beberapa faktor yang menentukan kepuasan konsumen adalah persepsi

konsumen mengenai kejujuran, keadilan, dan juga kebenaran. Konsumen memilih

suatu produk atau jasa tidak hanya bergantung pada kualitas pelayannanya saja, akan

tetapi juga bergantung pada keamanan, kenyamanan dan keselamatan dari produk

yang diperjual belikan2.

1
Heru Cahyono, “Konsep Pasar Syariah Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”, Ecobankers
: Journal og Economy and Banking, No 20, 2020, 15.
2
Ahmad Syafiq, “Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan Konsumen dalam Pandangan
Islam”, El-Faqih : Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, No. 1, April 2019, 97.

1
Dalam kaidah ushul fiqh, jual beli disebut dengan al-bai’ yang memiliki arti

menjual, mengganti, dan juga menukar sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Atau

bisa juga dairtikan sebagai pemindahan hak milik terhadap benda dengan akad saling

mengganti atau menukar suatu barang dengan barang (barter). Menurut syara’, jual

beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang memiliki

nilai guna, memiliki ketentuan dan persyaratan, serta dilakukan secara suka rela

antara kedua belah pihak. Islam tidak memperbolehkan jual beli yang mengandung

unsur penipuan, ketidakjelasan, dan dapat menimbulkan kerugian pada salah satu

pihak.

Ada tiga macam ketentuan barang yang diperjual belikan dan diperbolehkan

oleh syara’, (1) Dapat dilihat oleh pembeli, (2) Dapat diketahui sifat dan keadaannya,

(3) Suci dan bermanfaat. Dalam kegiatan jual beli juga harus memenuhi rukun dan

syarat, tujuannya untuk meghindari pertentangan antara manusia, menjaga

kemaslahatan pihak yang berakad, dan menghindari kegiatan jual beli yang dilarang

dalam Islam seperti gharar (ketidakjelasan), maisir (taruhan), tadlis

(menyembunyikan informasi dari pihak lain), dan lain sebagainya 3.

ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب‬
‫اط ِل إََِّل أَ ْن تَ ُكو َن تِ َج َارةً َع ْن تََراض ِمنْ ُك ْم ۚ َوََل تَ ْقتُلُوا‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
‫أَنْ ُف َس ُك ْم ۚ إِ َّن اللَّ َه َكا َن بِ ُك ْم َرِح ًيما‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan cara yag batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas
dasar suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S An-Nisa : 29)4.

Ahmad Fauzi, “Jual Beli Pakaian Bekas dalam Perspektif Fikih Muamalah Iqtishodiyah”,
3

Iqitishodia : Jurnal Ekonomi Syariah, No. 2, September 2019, 240.


4
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, https://quran.kemenag.go.id/surah/4. 2022.

2
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi

manusia karena bermanfaat untuk melindungi tubuh dari panas ataupun dingin.

Faktanya, tidak semua orang menggunakan pakaian yang tergolong baru, terdapat

beberapa orang yang dalam kondisi ekonomi rendah terkadang menggunakan atau

lebih memilih untuk membeli pakaian bekas. Hal tersebut dikarenakan harga pakaian

bekas lebih murah jika dibandingkan dengan harga pakaian yang baru, selain itu

manfaat dari pakaian bekas atau pakaian baru memiliki persamaan yang sama yaitu

dapat melindungi tubuh dari panas dan dingin.

Pada era globalisasi saat ini menyebabkan sebuah tantangan yang membawa

pengaruh terhadap bangsa Indonesia yang mulai menirukan budaya barat. Generasi

zaman sekarang lebih menyukai produk-produk luar negeri dan juga gaya berpakaian

mereka pun menirukan pakaian orang barat. Semakin canggih teknologi saat ini

mengakibatkan masyarakat Indonesia lebih mudah untuk mendapatkan pakaian-

pakaian bekas yang di impor dari luar negeri. Semakin tingginya minat masyarakat

khususnya anak-anak muda zaman sekarang yang lebih memilih untuk membeli

pakaian bekas impor maka semakin banyak pula yang menjual pakaian bekas impor,

dari mulai berjualan di pasar, di toko, bahkan bisa dibeli di marketplace5.

Akibat dari maraknya pakaian bekas impor, maka Menteri Perdagangan telah

menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015

tentang Larangan Impor Pakaian Bekas6. Larangan tersebut tercantum dalam Pasal 2

: Pakaian bekas dilarang untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

5
Dafiqa, Mulyadi, Suyud, “Konsep Khiyar Pada Jual Beli Pre Order Online Shop Dalam
Perspektif Hukum Islam”, Iqtishoduna : Jurnal Ekonomi Islam, No. 2, Oktober 2009, 253.
6
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015
Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

3
Indonesia. Selain itu Menteri Perdagangan menegaskan kembali dengan

menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang

Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Hal tersebut tercantum dalam

Barang Dilarang Impor bagian IV (Jenis Kantong Bekas, Karung Bekas, dan Pakaian

Bekas) Nomor 23 “Pakaian Bekas dan Barang Bekas Lainnya” 7.

Namun, sampai saat ini masih banyak kegiatan jual beli pakaian bekas impor

dan semakin digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak muda. Mereka tergiur

dengan merk dan brand luar negeri ternama yang dijual di Indonesia dengan harga

yang murah. Mengingat bahwa pakaian bekas impor yang berasal dari luar negeri

tentunya berpotensi membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang

menggunakannya.

Direktorat Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK)

Kementrian Perdagangan (Kemendag) melakukan uji laboratorium atas 24 sampel

pakaian bekas impor pada bulan Desember 2014 di Balai Mutu Barang. Sampel

tersebut diambil dari Pasar Senen Jakarta Pusat dengan hasil seluruh pakaian bekas

impor tersebut mengandung bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) dan bakteri

Escherichia coli (E.coli) sampai 216.000 koloni/gram yang dapat menyebabkan

bisul, jerawat, dan infeksi luka pada kulit manusia. Serta jamur kapang dan khamir

36.000 koloni/gram yang dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksi pada

7
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang
Ekspor dan Barang Dilarang Impor.

4
saluran kelamin8. Bakteri dan Jamur yang terdapat dalam pakaian bekas impor akan

hidup dalam debu dan tahan terhadap pendidihan selama 30 menit. Maka pengelolaan

pakaian bekas impor dengan cara merebus di air yang mendidih bukan cara yang

tepat dan efektif untuk membunuh bakteri dan jamur yang terdapat di pakaian bekas

impor tersebut9. Selain itu, barang bekas tidak menutup kemungkinan dan tidak

terlepas dari kecacatan.

Kondisi seperti ini bisa saja terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

kesadaran hukum dari masyarakat sebagai konsumen atau pelaku usaha terhadap hak

dan kewajiban yang harus mereka lakukan. Salah satu upaya pemerintah untuk

mensejahterakan masyarakat sebagai konsumen dan pelaku usaha, serta untuk

memberikan kenyamanan, keamanan, dan juga keselamatan dalam mengkonsumsi

barang bagi konsumen, maka diperlukannya penerapan dan pemahaman akan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Hal tersebut menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan

lembaga perlindungan konsumen sebagai upaya pemberdayaan konsumen melalui

pembinaan dan melindungi segala aktifitas jual beli yang akan merugikan konsumen.

Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

meninjau dan meneliti lebih dalam melalui penelitian yang berjudul “TINJAUAN

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI

8
Detik Finance, “Ini Hasil Lengkap Uji Laboratorium Pakaian Bekas Impor”,
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2825047/ini-hasil-lengkap-uji-laboratorium-
pakaian-bekas-impor, diakses tanggal 05 Februari 2015.
9
Zakaria, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Pakaian Bekas”, Journal of Legal and
Cultural Analytics, No. 2, 2022, 119.

5
PAKAIAN BEKAS IMPOR DI TOKO AHN THRIFT SHOP DESA NGORO

KECAMATAN NGORO KABUPATEN MOJOKERTO”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Mekanisme Jual Beli dan Dampak Kesehatan Pembeli Pakaian

Bekas Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro

Kabupaten Mojokerto?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun

1999 terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa

Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Mekanisme Jual Beli dan Dampak Kesehatan Pembeli

Pakaian Bekas Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan

Ngoro Kabupaten Mojokerto.

b. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang RI Nomor

8 Tahun 1999 terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN Thrift

Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

2. Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritik

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu sarana ilmiah untuk

memberikan pengetahuan tentang Mekanisme Jual Beli dan Dampak

Kesehatan Pembeli Pakaian Bekas Impor serta Tinjauan Hukum Islam dan

6
Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 terhadap Jual Beli Pakaian Bekas

Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten

Mojokerto.

b. Secara Praktis

1. Sebagai pengingat bagi pelaku usaha Jual Beli Pakaian Bekas Impor yang

ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Mojokerto.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pedoman dalam

melakukan aktifitas bagi pihak-pihak yang melakukan Jual Beli Pakaian

Bekas Impor yang berada di Kabupaten Mojokerto khususnya, serta

masyarakat Indonesia pada umumnya mengenai aturan-aturan dalam jual

beli yang sesuai dengan Hukum Islam. Selain itu untuk mengetahui hak

dan kewajiban konsumen atau pelaku usaha yang termuat dalam Undang-

Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

D. Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan deskripsi singkat atas penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya dalam seputar masalah yang diteliti. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh penulis ada beberapa hal yang menarik dalam pembahasan masalah

terkait Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, terdapat beberapa penelitian yang juga menyangkut

membahas permasalahan tersebut diantara lain :

1. Skripsi tahun 2018 oleh M. Ibnu Hajar yang berjudul “Analisis Hukum Islam dan

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli

Online Onderdil Vespa Bekas (Studi Aneka Vespa Sidoarjo)”. Dalam skripsi ini

7
membahas mengenai praktik jual beli onderdil vespa dan pertanggung jawaban

pemberian ganti rugi dalam jual beli online onderdil vespa bekas di Aneka Vespa

Sidoarjo. Penulis memberi kesimpulan bahwa dalam praktik jual beli onderdil

vespa bekas tersebut terdapat keterangan yang tidak jelas sehingga tidak sesuai

dengan hukum Islam10.

2. Skripsi tahun 2020 oleh Desita Inara yang berjudul “Praktik Jual Beli Barang

Rongsokan Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen (Studi Kasus UD. Ikhtiar Geneng Temanggung)”. Dalam skripsi ini

penulis fokus terhadap praktik jual beli rongsokan di UD.Ikhtiar Geneng

Temanggung dan dalam perspektif hukum Islam serta Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam skripsi tersebut dijelaskan

bahwa praktik jual beli barang rongsokan tersebut tidak ditemukan adanya

kecurangan dan telah sesuai dengan aturan yang dianjurkan dalam syariat Islam

serta jual beli tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dalam perspektif

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UD. Ikhtiar bertanggung jawab

sebagai konsumen dan sekaligus sebagai pelaku usaha seperti hak dan kewajiban

yang telah tertuang dalam Pasal 4, Pasal 6 dan Pasal 811.

3. Skripsi tahun 2022 oleh Iqlima Jannatun Zahara yang berjudul “Perlindungan

Konsumen Bagi Penjual Online Elisshop Atas Penggunaan Jasa Kurir Gelap

10
M Ibnu Hajar, Analisis Hukum Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Terhadap Jual Beli Online Onderdil Vespa Bekas (Studi Aneka Vespa Sidoarjo), Skripsi
(Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2018).
11
Desita Inara, Perlindungan Konsumen Bagi Penjual Online Elisshop Atas Penggunaan
Jasa Kurir Gelap Dalam Pengiriman Barang Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Penjual Online
Elisshop di Desa Sri Pendowo Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan), Skripsi (Salatiga
: IAIN Salatiga, 2020).

8
Dalam Pengiriman Barang Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Penjual

Online Elisshop di Desa Sri Pendowo Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung

Selatan”. Dalam skripsi tersebut, penulis fokus terhadap perlindungan konsumen

dan tinjauan hukum Islam bagi penjual online elisshop terhadap jasa kurir gelap

dalam pengiriman barang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaku usaha Elisshop

sudah menerapkan ganti rugi atas kesalahan yang telah dilakukan oleh kurir

penggantar barang kepada pihak konsumen. Selain itu, dalam tinjauan hukum

Islam jual beli tersebut menggunakan Hak Khiyar Aibi yang dimana pembeli dapat

membatalkan ataupun melanjutkan akad apabila terdapat cacat pada barang yang

telah ia beli. Pelaku usaha akan mengganti barang yang cacat atau rusak dengan

tujuan agar akad jual beli tersebut tetap berlanjut12.

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas, penelitian ini

memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedannya terletak pada

objek penelitian. Selain itu dalam penelitian sebelumnya, belum ada yang

membahas mengenai unsur berbahaya dalam suatu barang yang diperjual belikan

yang berupa pakaian bekas impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro

Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

E. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab dan setiap bab terdapat beberapa sub

bab yang nantinya akan menyajikan materi yang akan di bahas. Dalam penelitian

12
Iqlima Jannatun Zahara, Perlindungan Konsumen Bagi Penjual Online Elisshop Atas
Penggunaan Jasa Kurir Gelap Dalam Pengiriman Barang Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi
Penjual Online Elisshop di Desa Sri Pendowo Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan,
Skripsi (Lampung : UIN Raden Intan Lampung, 2022).

9
skripsi ini agar lebih mudah dalam memahaminya, maka penulis akan menguraikan

beberapa penjelasan. Dalam bab ini membahas terkait hal-hal yang mendasar

mengenai penelitian tersebut.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas terkait teori-teori yang nantinya akan berkaitan

dengan Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN

Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas terkait teori-teori yang nantinya akan berkaitan

dengan Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN

Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas terkait metode-metode yang akan digunakan dalam

penelitian serta sebagai bahan analisis terkait dengan Tinjauan Hukum Islam dan

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap

Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan

Ngoro Kabupaten Mojokerto.

10
BAB IV : HASIL PENELITIAN

Tujuan adanya Bab IV ini adalah untuk menjelaskan serta menganalisis data

yang didapat terkait dengan permasalahan yang diteliti yaitu Tinjauan Hukum Islam

dan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Impor di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro

Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

BAB V : PENUTUP

Bab V merupakan bab yang paling terakhir dalam penelitian ini. Dalam bab

ini berisi kesimpulan dari penelitian serta ktirik dan saran yang nanti akan

bermanfaat.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ketentuan Umum Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang memiliki arti

menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam

perikatan syari’ah, secara bahasa jual beli terdiri dari dua kata yaitu kata “jual”

dan “beli”. Dua kata tersebut dalam bahasa Arab disebut dengan al-bai’ dan al-

syira’, kedua kata tersebut merupakan makna timbal balik13.

Jual beli menurut bahasa artinya menukarkan sesuatu dengan sesuatu.

Secara istilah, jual beli merupakan segala bentuk yang berkaitan dengan proses

pemindahan hak milik atas suatu barang atau jasa kepada orang lain. Jual beli

adalah menukar barang dengan barang (barter), barang dengan uang, atau uang

dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain

atas dasar saling rela atau merelakan14.

Dalam Kitab Kifayatul Ahyar disebutkan definisi jual beli berdasarkan

pendapat bahasa ialah memberikan sesuatu karena ada pemberian imbalan

tertentu. Sedangkan berdasarkan pendapat Hamzah Ya’qub menurut pendapat

Islam, menjelaskan bahwa jual beli berdasarkan pendapat bahasa yaitu menukar

sesuatu dengan sesuatu. Maka dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik

13
Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam”, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam,
No. 2, Desember 2015, 241.
14
Evy Septiana, Nurul Mahmudah, “Implementasi Jual Beli Dalam Perikatan Syari’ah
dan Konvensional”, Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah, No. 2, Desember 2018, 305.

11
kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda ataupun

barang yang memiliki nilai secara sukarela antara kedua belah pihak, dimana

pihak satu menerima benda atau barang, dan pihak yang lain menerima imbalan

yang sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan atau peraturan yang telah

dibenarkan oleh syara15.

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli merupakan aktifitas ekonomi yang hukumnya diperbolehkan

berdasarkan kitabullah, sunnah dan ijma’ dari seluruh umat Islam.

a. Al-Qur’an

Dasar hukum jual beli dalam Al-Qur’an terdapat dalam :

1) Surat An-Nissa’ ayat 29

ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ََل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب‬
‫اط ِل إََِّل أَ ْن تَ ُكو َن تِ َج َارًة َع ْن تََراض‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
‫ِمْن ُك ْم ۚ َوََل تَ ْقتُلُوا أَنْ ُف َس ُك ْم ۚ إِ َّن اللَّ َه َكا َن بِ ُك ْم َرِح ًيما‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan cara yag batil (tidak benar), kecuali berupa
perniagaan atas dasar suka sama suka diantara kamu. Janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”(Q.S An-Nissa : 29).

2) Surat Al-Baqarah ayat 275

ِ
ۗ‫الربّٰوا‬ ‫َواَ َح َّل ّٰاللهُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬

15
Akhmad Farroh Hasan, Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori dan
Praktek), Cet. Ke-1, (Malang : UIN Maliki Press, 2018), 29-30.

12
Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba”. (Q.S Al-Baqarah : 275)16.

b. Sunnah

Hadits yang menjadi dasar jual beli diataranya sebagai berikut :

1) Hadits yang diriwayatkan oleh HR. Bazzar dan al-Hakim

‫الر ُج ِل بِيَ ِِد ِِ َوُك ُّل بَْيع َمْب ُرْور‬


َّ ‫ب قَ َال َع َم ُل‬ ِ ُّ ‫صلَّى الله َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ‬
ُ ‫َي الْ َك ْسب أَطَْي‬
ِ
َ ‫ُسئ َل النَّبِ ُّي‬
–(‫)رواِ االبزار والحاكم‬
“Nabi saw pernah ditanya : Usaha (pekerjaan/profesi) apakah yang
paling baik (paling ideal) ?, Rasulullah saw bersabda : pekerjaan
(usaha) seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik.”
(HR. Bazzar dan al-Hakim)

2) Hadits yang diriwayatkan oleh HR. Al-Baihaqi

‫إِن ََّما الْبَ ْي ُع َع ْن تََراض – رواِ البيهقي‬

“Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama

suka).” (HR. Al-Baihaqi)17.

c. Ijma’

Ijma secara bahasa memiliki arti mengumpulkan. Sedangkan

menurut ilmu fiqh, ijma artinya kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum

(ulama-ulama fiqh) Islam dalam satu masa dan wilayah tertentu.

16
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/275.
2022.
17
Ruslan Fariadi, “Jual Beli Dalam Islam”, https://muhammadiyah.or.id/jual-beli-dalam-
islam/, 2020.

13
Para fuqaha mengatakan hukum jual beli adalah mubah (boleh).

Tetapi pada situasi tertentu, hukum jual beli dapat berubah. Jual beli menjadi

wajib jika dalam keadaan mendesak contohnya jika seseorang memiliki stok

barang yang lebih untuk keperluan selama setahun sedangkan orang lain

sedang membutuhkan, atau menjadi mandub ketika harga sedang mahal,

atau menjadi makhruh seperti menjual mushaf, dan dapat menjadi haram

jika menjual anggur kepada orang yang biasa menjual khamr.

Para ulama sepakat bahwa jual beli hukumnya boleh. Jual beli juga

diperbolehkan dalam agama Islam karena dapat mempermudah manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi jual beli tersebut harus

dilakukan atas dasar suka sama suka, saling rela dan tidak ada pihak yang

merasa dirugikan18.

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup saling berdampingan, maka

sudah seharusnya manusia berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar.

Manusia bergantung pada barang yang ada di orang lain dengan kata lain manusia

hidup saling bergantung. Salah satu contoh praktik interaksi sesama manusia

yaitu jual beli. Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar

jual beli tersebut dapat dikatakan sah oleh syara’. Menurut jumhur ulama’ rukun

jual beli harus mencakup empat macam, diantaranya yaitu :

18
Ahmad Sarwat, Fiqih Jual Beli, (Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing, 2018), 8.

14
a. Aqid (penjual dan pembeli), dua orang tersebut memiliki andil dalam

terjadinya transaksi atau dalam kepemilikan barang.

b. Ma’qud Alaih (objek akad), barang yang diperjual belikan atau harta yang

dipindah tangankan antara kedua belah pihak yang melakukan akad.

c. Sighat (lafad ijab qabul), Pernyataan yang menyatakan keridhaan atas akad

atau kesepakatan antara penjual dan pembeli. Menurut Mazhab Hanafi, Ijab

adalah perkataan yang terucap pertama kali dari salah satu pihak yang

berakad (penjual) untuk suatu transaksi, sedangkan Qabul ialah perkataan

kedua yang terucap dari salah satu pihak yang berakad (pembeli) dalam

suatu transaksi. Dengan perkataan tersebut maka akad dianggap telah

terealisasi.

d. Ada Nilai Tukar, terdapat nilai tukar dari barang yang diperjual belikan19.

Adapun syarat-syarat jual beli harus sesuai dengan rukun jual beli

sebagaimana berdasarkan pendapat jumhur ulama, sebagai berikut :

a. Syarat Orang yang Berakad (Aqid)

Aqid atau orang yang melakukan perikatan dalam transaksi jual beli

antara lain yaitu penjual dan pembeli. Ulama fiqih sepakat bahwa orang

yang melakukan jual beli harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Aqil (berakal)

Transaksi jual beli harus dilakukan oleh orang yang berakal atau

tidak hilang kesadarannya, karena hanya orang yang sadar dan sehat

19
Abdul, Ghufron, Saipul, Fiqh Muamalah, Cet. Ke-2, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2012), 70.

15
akalnya yang mampu untuk melakukan jual beli secara sempurna.

Orang yang sehat akalnya mampu berpikir secara logis. Maka dari itu

jika jual beli dilakukan oleh orang yang tidak berakal sehat dan hilang

kesadarannya dapat menimbulkan kesulitan dan akan berakibat buruk

seperti terjadinya penipuan.

2) Atas Kehendak Sendiri

Dalam transaksi jual beli seharusnya disertai dengan prinsip

Taradli (saling rela), artinya orang yang melakukan jual beli harus

terbebas dari paksaan dan tekanan dari siapapun dan dari pihak

manapun. Jika jual beli tersebut dilakukan atas dasar paksaan atau

tekanan dan tidak dilakukan bukan atas dasar kehendaknya sendiri,

maka jual beli tersebut dianggap tidak sah.

3) Tidak Pemboros

Para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian transaksi jual

beli bukan termasuk dalam manusia yang boros. Orang yang

menghambur-hamburkan harta secara berlebihan maka orang tersebut

akan membelanjakan hartanya secara tidak benar. Selain itu, dalam

perbuatan hukum, orang yang boros berada di bawah pegampunan atau

perwalian20.

20
Akhmad Farroh Hasan, Fiqh Muammalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori dan
Praktek), 32.

16
4) Baligh

Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan

jika seseorang telah mencapai usia yang dewasa. Seseorang dapat

dikatakan baligh apabaila orang tersebut mampu memahami dan

membedakan hal yang burus dan yang baik, selain itu juga usia yang

mencapai 15 tahun ke atas (laki-laki) dan usia yang melebihi 9 tahun

(perempuan). Transaksi jual beli yang dilakukan oleh anak kecil

menjadi tidak sah jika tidak didampingi atau di awasi oleh walinya.

Menurut sebagian ulama, anak yang belum baligh boleh melakukan jual

beli dengan syarat barang yang diperjual belikan tidak bernilai yang

tinggi dan merupakan barang-barang kecil.

b. Syarat Barang atau Objek yang Diperjual Belikan (Ma’qud Alaih)

Barang atau Objek yang menjadi dasar terjadinya transaksi jual beli

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Barang atau objek yang diperjual belikan bukan barang yang najis atau

termasuk dalam barang yang haram seperti minuman keras, kulit

binatang, atau makanan yang berasal dari hewan yang tidak

diperbolehkan untuk dimakan.

2) Jual beli barang yang dapat dimanfaatkan dan terhindar dari cacat,

kriteria barang harus diketahui mulai dari jenis, kualitas maupun

kuantitasnya dan juga jumlah harganya.

3) Barang atau objek yang diperjual belikan harus milik orang yang

melakukan akad, namun apabila orang yang melakukan akad tersebut

17
memiliki kuasa atau wakil untuk melakukan jual beli maka orang

tersebut harus mendapatkan izin atau persetujuan dari pemilik barang

tersebut21.

4) Kekuatan hukum akad jual beli, ulama fiqih sepakat bahwa jual beli

bersifat mengikat apabila terbebas dari hak khiyar, tetapi jika jual beli

belum mengikat dan masih boleh dibatalkan maka masih ada hak

khiyar.

c. Syarat yang berkaitan dengan Sighat (Ijab Qabul)

Sighat (Ijab Qabul) merupakan salah satu hal yang sangat penting

dalam transaksi jual beli, jika tidak ada ijab qabul maka jual beli tersebut

menjadi tidak sah. Pada dasarnya, ijab qabul dilakukan secara lisan namun

jika tidak memungkinkan seperti bisu maka ijab qabul boleh dilakukan

dengan surat menyurat yang mengandung arti kerelaan. Agar ijab qabul

menghasilkan pengaruh dan akad memiliki keberadaan yang diakui secara

syar’i, maka wajib memenuhi beberapa syarat seperti :

1) Qabul harus sesuai dengan ijab, baik dari segi jenis, sifat, ukuran

ataupun tempo dan penundaannya. Jika hal tersebut terjadi, maka akan

bertemu dan saling mencocokkan.

2) Tidak diselingi dengan ucapan asing dalam akad.

3) Tidak ada jeda yang panjang antara ijab dan qabul, karena jeda tersebut

dapat menggambarkan sikap penolakan terhadap qabul22.

21
Holilur Rohman, Hukum Jual Beli Online, (Pamekasan : Duta Media Publishing, 2020),
13.
22
Holilur Rohman, Hukum Jual Beli Online, 14.

18
d. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang)

Nilai tukar barang merupakan salah satu unsur yang sangat penting

dalam transaksi jual beli. Pada zaman sekarang, transaksi jual beli

menggunakan nilai tukar berupa uang, adapun beberapa syarat nilai tukar

barang antara lain :

1) Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli)

harus jelas jumlahnya.

2) Dapat diserahkan pada waktu akad, atau pembayaran menggunakan cek

atau kartu kredit. Jika barang tersebut pembayarannya dilakukan secara

bertahap atau hutang, maka waktu pembayaran harus jelas.

3) Apabila jual beli tersebut dilakukan secara barter, maka barang yang

dijadikan sebagai nilai tukar bukan barang yang haram 23.

4. Macam-Macam Akad Dalam Jual Beli

Ada beberapa macam-macam akad dalam jual beli yang dilihat dari

keabsahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Akad Shahih

Akad Shahih merupakan akad yang telah memenuhi rukun dan

syaratnya. Hukum dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat

hukum yang di timbulkan dari akad tersebut dan bersifat mengikat para

pihak yang berakad. Ulama Hanafiyah membagi akad ini menjadi dua

macam, antara lain :

23
Holilur Rohman, Hukum Jual Beli Online, 15.

19
1) Akad Nafiz, merupakan akad yang sempurna untuk dilaksanakan.

Akad ini dilakukan dengan memenuhi rukun dan syaratnya serta tidak

ada penghalang untuk melaksanakannya.

2) Akad Mauquf, merupakan akad yang dilakukan oleh seseorang yang

cakap untuk bertindak hukum, namun ia memiliki kekuasaan untuk

melangsungkan dan melaksanakan akad ini, contohnya seperti akad

yang dilangsungkan oleh anak kecil yang mumayyiz.

Jika dilihat dari sifat mengikat atau tidaknya akad shahih tersebut,

para ulama fiqh membaginya menjadi dua macam, yaitu :

1) Akad yang bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad, sehingga

salah satu pihak tidak boleh membatalkan akad tersebut tanpa seizin

dari pihak lain, contohnya seperti akad jual beli dan sewa menyewa.

2) Akad yang bersifat tidak mengikat bagi para pihak yang berakad,

contohnya seperti akad pinjam meminjam ataupun akad barang

titipan24.

b. Akad Tidak Shahih

Akad yang tidak shahih merupakan akad yang terdapat kekurangan

pada rukun atau syaratnya, sehingga akibat dari hukum akad tersebut tidak

berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad. Ulama Hanafiyah

dan Malikiyah membagi akad tidak shahih menjadi dua macam, antara lain:

24
Syaikhu, Ariyadi, Norwili, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika
Kontemporer, (Yogyakarta : K-Media, 2020), 38.

20
1) Akad Bathil

Akad Bathil merupakan akad yang tidak memenuhi salah satu

rukun atau larangan langsung dari syara’. Misalnya, objek jual beli

tersebut tidak jelas atau terdapat unsur tipuan seperti menjual ikan

dalam lautan atau salah satu pihak yang berakad tidak cakap bertindak

hukum.

2) Akad Fasid

Akad Fasid merupakan akad yang pada dasarnya di syariatkan,

akan tetapi sifat yang di akadkan tersebut tidak jelas. Misalnya,

menjual rumah atau kendaraan yang tidak di tunjukkan tipe, jenis, dan

bentuknya. Hal tersebut akan menimbulkan perselisihan antara

penjual dan pembeli25.

B. Perlindungan Konsumen dalam Undang-Undang

Saat ini perkembangan dalam sektor perekonomian nasional telah

menghasilkan berbagai macam variasi produk barang maupun jasa yang dapat

dikonsumsi oleh masyarakat. Pemerintah telah memberikan perhatian dalam sektor

perekonomian ataupun sektor perdagangan. Pemerintah mengeluarkan Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang diharapkan dapat

memberikan perlindungan hukum yang layak kepada para konsumen ataupun pelaku

usaha.

25
Syaikhu, Ariyadi, Norwili, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika
Kontemporer, 39.

21
Globalisasi menyebabkan berkembangnya saling ketergantungan pada pelaku

ekonomi dunia. Manufaktur, perdagangan, investasi yang melebihi atau melewati

batas-batas negara yang dapat meningkatkan intensitas persaingan. Hal ini semakin

dipercepat oleh kemajuan komunikasi dan transportasi teknologi. Dalam kemajuan

teknologi saat ini, salah satunya berdampak pada meluasnya arus perdagangan

barang dan jasa yang dapat melintasi batasan wilayah dalam suatu negara. Kondisi

seperti ini bermanfaat bagi konsumen, karena kebutuhan barang atau jasa yang

diinginkan dapat tercapai dan terpenuhi. Hal tersebut dapat terjadi karena para

konsumen ataupun para pelaku usaha memiliki kebebasan untuk memillih berbagai

jenis, kualitas maupun kuantitas barang. Akan tetapi terdapat satu sisi hal negatif

yang akan berdampak ketidak seimbangan antara pelaku usaha dengan konsumen,

dan pada hal ini konsumen berada pada posisi yang lemah.

Salah satu faktor yang menjadi kelemahan konsumen yaitu tingkat kesadaran

haknya yang masih rendah. Maka dibuatnya Undang-Undang Perlindungan

Konsumen dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum bagi pemerintah dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan

pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.

Ketentuan umum Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 :

1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

22
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

4. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.

1. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Aturan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen di antaranya adalah :

a. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 2 dan Pasal 3

Dalam Pasal ini berisi tentang Asas dan Tujuan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

Pasal 2 berbunyi :

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,

keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum26.

Terkait kelima asas ini, terdapat penjelasan Pasal 2 Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 menerangkan hal-hal sebagai berikut :

26
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen,
3.

23
1) Asas Manfaat, untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.

2) Asas Keadilan, untuk partisipasi bagi seluruh rakyat agar dapat

mewujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

3) Asas Keseimbangan, untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti

material ataupun spiritual.

4) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen, untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas Kepastian Hukum, untuk pelaku usaha maupun konsumen agar

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum27.

27
Hukum Online, “Asas Perlindungan Konsumen dan Tujuan Perlindungannya”, dalam
https://www.hukumonline.com/berita/a/asas-perlindungan-konsumen-dan-tujuannya-
lt623bc8fd4931f, diakses tanggal 24 Maret 2022.

24
Pasal 3 berbunyi :

Perlindungan konsumen bertujuan :

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen28.

b. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 8

Isi dalam Pasal 8 berkaitan dengan Perbuatan yang dilarang bagi

pelaku usaha. Dalam transaksi jual beli ada aturan yang berfungsi untuk

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kedua belah pihak yang

28
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen,
3.

25
melakukan jual beli dan khususnya untuk melindungi konsumen. Hal

tersebut tertuang dalam Pasal 8 yang berbunyi :

1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang :

a) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atu netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau

etiket barang tersebut;

c) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah

dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistomewaan atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

e) Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana

dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut;

f) Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

g) Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

26
h) Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

sebagaimana penyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

i) Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang

memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,

komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

j) Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat

atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap

dan benar atas barang dimaksud.

3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan

yang rusak,cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar.

4) Pelaku usaha yang melakukan pelangaran pada ayat (1) dan ayat (2)

dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib

menariknya dari peredaran29.

29
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan
Konsumen, 5.

27
c. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 62

1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17

ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana

denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

2) Pelaku usaha yang melanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1)

huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2

(dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat,

cacat tetap atau kematian dibelakukan ketentuan pidana yang berlaku.

2. Hak dan Kewajiban Konsumen

Konsumen merupakan setiap orang yang memakai atau mengonsumsi

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, tetapi tidak selalu untuk

ia konsumsi melainkan untuk dikonsumsi oleh pihak lain seperti keluarga,

teman, atau bahkan binatang yang dipelihara30.

Konsumen memiliki sejumlah hak serta kewajiban. Namun hingga saat ini

masih banyak para konsumen yang belum memahami apa yang menjadi hak dan

kewajibannya, terkadang konsumen tidak menyadari jika yang menjadi haknya

30
Arief, Anna, dkk, Unboxing Perlindungan Konsumen di Indonesia, Cet. Ke-1, (Bogor
: PT.Penerbit IPB Press, 2020), 11.

28
telah dilanggar. Jika konsumen mengetahui tentang apa saja hak serta

kewajibannya maka jika suatu saat ia merasa jika haknya dilanggar maka

konsumen tersebut dapat menindak lanjuti untuk memperjuangkan hak-hak

tersebut, ia tidak hanya diam ketika menyadari bahwa hak yang ia miliki telah

dilanggar oleh pelaku usaha.

Hak Konsumen tertuang dalam Pasal 4 Undang-Undang No.8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, Hak Kons umen adalah :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

29
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan pernjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya31.

Kewajiban Konsumen adalah :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

3. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pelaku Usaha adalah penjual atau pemberi layanan berupa barang atau jasa

kepada konsumen atau pembeli. Pelaku usaha juga memiliki hak serta

kewajiban. Adapun hak pelaku usaha yang tertuang dalam Pasal 6 Undang-

Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Hak Pelaku Usaha

adalah :

a. Hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

31
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen, 4.

30
b. Hak untu mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Kewajiban Pelaku Usaha adalah :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertetu serta memberi jaminan dan/atau garansi barang

yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

31
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara-cara tertentu untuk melakukan suatu

penelitian. Data dalam penelitian kualitatif bukan berdasarkan pada tabel atau angka-

angka melainkan data sesungguhnya yang terjadi pada objek yang dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung ke lapangan untuk mencari informasi yang nyata. Agar

pembahasan menjadi lebih terarah maka digunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan

penelitian lapangan yang dilakukan secara langsung di lingkungan masyarakat,

dalam hal ini penelitian dilakukan di Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro

Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Pengertian Deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan

untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di lapangan, baik yang

sedang berlangsung saat ini ataupun yang sudah lampau. Dalam metode penelitian

ini menggambarkan suatu kondisi lapangan yang tidak dimanipulasi atau diubah

melainkan secara apa adanya 32.

32
Fitrah, Luthfiyah, Metodologi Penelitian ; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi
Kasus, Cet. Ke-1, (Sukabumi : CV. Jejak, 2017), 36.

32
3. Pendekatan Penelitian

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan Pendekatan Sosiologis

dimana data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pengamatan

(observasi), dan wawancara. Serta Pendekatan Yuridis Normatif dimana hukum

digunakan sebagai hal atau kaidah yang tertulis dalam undang-undang yang

merupakan patokan berperilaku yang dianggap pantas. Dalam penelitian ini

berpatokan pada kaidah hukum Islam dan Undang-undang yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti.

4. Sumber Data

Data merupakan kumpulan informasi yang didapatkan dalam pelaksanaan

penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data merupakan subyek

dari mana data penelitian tersebut dapat diperoleh33. Adapun penjelasan mengenai

data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang mengacu pada informasi yang

diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti. Sumber data primer adalah

responden individu dan juga objek berupa pakaian bekas impor, responden

individu artinya data tersebut didapat melalui narasumber yang dalam

penelitian ini yaitu penjual atau pemilik toko dan pembeli.

33
Latifah Uswatun Khasanah, “Empat Sumber Data Sekunder dan Primer”, dalam
www.dqlab.id/empat-sumber-data-sekunder-dan-primer, diakses tanggal 04 Maret 2022.

33
b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang mengacu pada informasi yang

diperoleh dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah

dokumentasi dari Toko AHN Thrift Shop, situs web, internet, buku, ataupun

literatur bacaan yang berkaitan.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data

yang sesuai dengan keperluan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu :

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi merupakan salah satu cara penelitian dengan melakukan

pengamatan pada sebuah kondisi tertentu. Tujuan dari penelitian ini yaitu

untuk mengamati dan juga memahami mengenai perilaku individu pada

keadaan tertentu34. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis

mengamati langsung ke lokasi untuk mengetahui tentang kondisi Toko AHN

Thrift Shop dan bagaimana mekanisme jual beli yang dilakukan oleh pemilik

Toko AHN Thrift Shop Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten

Mojokerto.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan proses komunikasi yang dilakukan antara

peneliti dengan sumber data untuk menggali data dan untuk mengungkapkan

34
Andra Tersiana, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Anak Hebat Indonesia, 2018), 12.

34
makna yang terkandung dari masalah-masalah yang diteliti35. Dalam

penelitian ini, yang dianggap sebagai informan pertama yaitu : Penjual atau

Pemilik toko pakaian bekas impor yang ada di Desa Ngoro Kecamatan Ngoro

Kabupaten Mojokerto. Peneliti melakukan wawancara secara langsung

dengan Penjual atau Pemilik toko pakaian bekas impor mengenai mekanisme

jual beli pakaian bekas impor dari mulai pemilik membeli dari agen hingga

pemilik menjual di toko miliknya. Selanjutnya yang dianggap sebagai

informan kedua yaitu : Pembeli pakaian bekas impor di toko AHN Thrift

Shop. Peneliti melakukan wawancara secara langsung maupun tidak langsung

kepada para pembeli mengenai alasan yang mendasari pembeli tersebut lebih

memilih untuk membeli pakaian bekas impor dibandingkan dengan pakaian

lokal yang baru, serta mengenai dampak yang ditimbulkan setelah membeli

pakaian bekas impor di Toko AHN Thrift Shop tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dapat berbentuk buku, arsip, dokumen, gambar, serta

keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data kemudian langkah selanjutnya yaitu ditelaah36. Dalam

hal ini, dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa foto-foto

di Toko AHN Thrift Shop.

35
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach), Cet. Ke-1,
(Yogyakarta : Deepublish, 2018), 24.
36
Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-1, (Takalar : Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia, 2019), 41.

35
6. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah seluruh data terkumpul maka langkah

selanjutnya yaitu melakukan analisis data. Analisis data merupakan upaya mencari

dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya

sebagai temuan bagi orang lain. Penulis melakukan penyusunan data dan memilah

pola yang penting dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dari lapangan

hingga dapat ditarik kesimpulan serta agar lebih mudah dipahami secara sistematis.

Metode yang dilakukan oleh penelitia antara lain dengan Mereduksi data, Penyajian

data, dan Penarikan kesimpulan.

36
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdul, Ghufron , Saipudin, Fiqh Muamalat, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2012).

Anna, Arief, dkk, Unboxing Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bogor : PT.Penerbit

IPB Press, 2020).

Hasan Farroh Akhmad, Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori dan

Praktek), (Malang : UIN Maliki Press, 2018).

Jonaedi, Johnny, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Cet. Ke-2, (Depok :

Prenadamedia Group, 2018).

Luthfiyah, Fitrah, Metodologi Penelitian ; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi

Kasus, (Sukabumi : CV. Jejak, 2017).

Norwili, Ariyadi, Syaikhu, Fikih Muamalah Memahami Konsep dan Dialektika

Kontemporer, (Yogyakarta : K-Media, 2020).

Rohman Holilur, Hukum Jual Beli Online, (Pamekasan : Duta Media Publishing, 2020).

Rukajat Ajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach),

(Yogyakarta : Deepublish, 2018).

37
Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Takalar : Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia,

2019).

Sarwat Ahmad, Fiqih Jual Beli, (Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing, 2018).

Tersiana Andra, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Anak Hebat Indonesia, 2018).

JURNAL

Cahyono Heru, “Konsep Pasar Syariah Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam”,

Ecobankers : Journal of Economy and Banking, Vol 1, No. 2, 2020, 14-27.

Fauzi Ahmad, “Jual Beli Pakaian Bekas dalam Perspektif Fikih Muamalah Iqtishodiyah”,

Iqitishodia : Jurnal Ekonomi Syariah, Vol 4, No. 2, September 2019, 235-

267.

Nurul Mahmudah, Evy Septiana, “Implementasi Jual Beli Dalam Perikatan Syari’ah dan

Konvensional”, Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. No. 2, Desember 2018,

303-316.

Shobirin, “Jual Beli Dalam Pandangan Islam”, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol

3, No. 2, Desember 2015, 240-261.

Suyud, Mulyadi, Dafiqa, “Konsep Khiyar Pada Jual Beli Pre Order Online Shop Dalam

Perspektif Hukum Islam”, Iqtishoduna : Jurnal Ekonomi Islam, Vol 8, No. 2,

Oktober 2019, 249-260.

38
Syafiq Ahmad, “Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan Konsumen dalam

Pandangan Islam”, El-Faqih : Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, Vol 5,

No. 1, 2019. 96-113.

Zakaria, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas”, Journal of Legal

and Cultural Analystics, Vol 1, No. 2, 2022, 113-124.

WEB

Detik Finance, “Ini Hasil Lengkap Uji Laboratorium Pakaian Bekas Impor”,

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2825047/ini-hasil-

lengkap-uji-laboratorium-pakaian-bekas-impor, Diakses tanggal 05 Februari

2015.

Fariadi Ruslan, “Jual Beli Dalam Islam”, dalam https://muhammadiyah.or.id/jual-beli-

dalam-islam/, Diakses pada 2020.

Hukum Online, “Asas Perlindungan Konsumen dan Tujuan Perlindungannya”, dalam

https://www.hukumonline.com/berita/a/asas-perlindungan-konsumen-dan-

tujuannya-lt623bc8fd4931f, Diakses tanggal 24 Maret 2022.

Khasanah, Uswatun Latifah, “Empat Sumber Data Sekunder dan Primer”, dalam

www.dqlab.id/empat-sumber-data-sekunder-dan-primer. Diakses tanggal 04

Maret 2022.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, dalam https://quran.kemenag.go.id/surah/4.

Diakses pada 2022.

39
UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015

Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2022 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021

tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

SKRIPSI

Inara Desita, Perlindungan Konsumen Bagi Penjual Online Elisshop Atas Penggunaan

Jasa Kurir Gelap Dalam Pengiriman Barang Menurut Perspektif Hukum

Islam (Studi Penjual Online Elisshop di Desa Sri Pendowo Kecamatan

Ketapang Kabupaten Lampung Selatan), Skripsi (Salatiga : IAIN Salatiga,

2020).

Hajar Ibnu M, Analisis Hukum Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Jual Beli Online Onderdil Vespa Bekas (Studi Aneka

Vespa Sidoarjo), Skripsi (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2018).

Zahara Jannatun Iqlima, Perlindungan Konsumen Bagi Penjual Online Elisshop Atas

Penggunaan Jasa Kurir Gelap Dalam Pengiriman Barang Menurut

Perspektif Hukum Islam (Studi Penjual Online Elisshop di Desa Sri Pendowo

40
Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan, Skripsi (Lampung : UIN Raden

Intan Lampung, 2022).

41

Anda mungkin juga menyukai