Anda di halaman 1dari 3

JUAL BELI PAKAIAN PRELOVED PADA ONLINE SHOP DALAM

PERSPEKTIF FIKIH MUAMALAH

Nevanda A’la Ns
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung
Jl.Tamansari No. 1, Tamansari Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat
Nevandanevnev@gmail.com

Rumusan Masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan jual beli Pakaian Preloved (bekas)?
2. Bagaimana Praktik pelaksanaan transaksi khiyar aib jual beli pakaian Preloved (bekas) ?
3. Bagaimana Perspektif fikih muamalah terhadap jual beli pakaian preloved (bekas) pada
online shop?

Latar Belakang :

Kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

secara layak, baik dalam bentuk produksi, konsumsi, distribusi, maupun kegiatan lainnya. Setiap

Kegiatan dilandasi dan diikat oleh nilai dan prinsip yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Sunnah

Rasul. Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi terhadap berbagai

bentuk muamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, yang didasarkan kepada al-

Qur’an dan as-Sunnah, kaidah-kaidah umum yang berlaku dalam syari’at Islam, atau atas dasar

hasil ijtihad yang dibenarkan oleh Islam.

Salah satu bentuk muamalah yang sering terjadi adalah jual beli, jual beli merupakan

suatu bentuk akad penyerahan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Hanafiah, Jual Beli

adalah tukar menukar harta benda dengan sesuatu benda atau sesuatu yang diinginkan dengan

sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Islam telah memberikan aturan-
aturan, seperti bagaimana rukun dalam jual beli, syarat-syarat jual beli, dan juga mengenai

bentuk jual beli yang dilarang maupun yang diperbolehkan. Pakaian merupakan salah satu

bentuk kebutuhan primer bagi manusia, saat melakukan kegiatan pasti memerlukan pakaian

untuk dapat melindungi tubuhnya serta menutup auratnya.

Akhir-akhir ini banyak sekali dijumpai toko maupun lapak yang menjual pakain bekas

impor yang diimpor ke wilayah seluruh Indonesia. Salah satunya adalah online shop yg

memperdagangan pakaian bekas impor. Kaum milenial yang gemar membeli pakaian preloved,

dikarenakan tergiur dengan brand-brand luar negeri maupun dalam negeri. Proses globalisasi

dan liberalisasi perdagangan internasional yang berkembang pesat saat ini, di mana satu sisi telah

mendorong keterbukaan pasar global yang semakin luas, namun pada sisi lainnya juga

menimbulkan persaingan pasar yang sangat ketat, telah membawa pengaruh terhadap

pelaksanaan kegiatan impor di Indonesia yang pada akhirnya dapat mengganggu kepentingan

pembangunan ekonomi nasional.

Kemudian mengingat bahwa pakaian bekas adalah barang yang berasal dari impor luar

negeri yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia sehingga tidak aman untuk

dikonsumsi oleh masyarakat, maka Pemerintah dalam hal ini Menteri Perdagangan telah

menerbitkan Peraturan Nomor 51/M/- DAG/PER/7/2015 tentang larangan impor pakaian bekas

dalam Pasal 2 yang berbunyi, “Pakaian bekas dilarang untuk masuk ke dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku, wajib

untuk dimusnahkan”. Hal ini dikarenakan dapat merusak industry tekstil dalam negeri yang

dapat menimbulkan banyak kerugian lainnya. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya upaya

peningkatan kesadaran hukum masyarakat mengenai dampak negatif dari pakaian bekas yang

diimpor dari luar negeri maupun dalam negeri.


Secara rasio, barang bekas tidak terlepas dari sifat cacat selain melihat barang yang

dijual, pembeli juga membutuhkan tempat, sehingga dapat melihat barangnya secara langsung

dan mengidentifikasi kecacatan barang tersebut sesuai atau tidak dengan kekurangan barang

yang dijual. Karena cacat sendiri menurut bahasa adalah segala sesuatu yang dapat

menghilangkan kejadian suatu barang yang menyebabkan berkurangnya keaslian dari barang

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai