Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jual beli merupakan kegiatan muamalah yang ada dalam
pola bermasyarakat dahulu dan sekarang. Kegiatan berdagang
sangat erat hubungannya dengan aktifitas manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup, salah satu cara manusia berusaha memenuhi
kebutuhannya adalah dengan cara jual beli. Kata jual beli dalam
istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi memiliki arti
menjual atau mengganti. Adapun menurut syara' jual beli adalah
menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
memberikan atau melepaskan hak milik antara yang satu dengan
yang lain atas dasar keinginan bersama.
Dalam hidup, manusia membutuhkan berbagai macam
kebutuhan seperti kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan
kebutuhan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan dasar
atau kebutuhan yang sangat mutlak yang harus dipenuhi, jika
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka manusia akan mengalami
kesulitan dalam kehidupannya. Islam merupakan agama yang
bersifat universal yang membuat berbagai persoalan kehidupan
manusia yang diungkapkan secara rinci. Selain itu, ajaran Islam juga
mengatur perilaku manusia, baik dalam kaitannya sebagai mahluk
dengan tuhannya maupun kaitannya sebagai sesama mahluk1
Dengan demikian, semakin berkembangnya perekonomian
suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan
pendanaan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari- hari mereka.
Dimana kebahagiaan merupakan tujuan utama kehidupan manusia.
Manusia akan memperoleh kebahagiaan ketika seluruh kebutuhan

1
Ahmad Fauzi, “Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Perspektif Fikih Muamalah Iqtishodiyah,”
Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah 4, no. 2 (2019): 235–267.

1
dan keinginannya terpenuhi, baik dalam aspek material maupun
spiritual, dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Manusia diciptakan oleh Allah swt untuk melakukan
interaksi dengan makhluk lainnya, dalam hal ini manusia sebagai
makhluk sosial tidak lepas dari ketergantungan dan saling
berhubungan dengan makhluk lain dalam menjalani kehidupannya.
Manusia adalah makhluk Allah swt, karena sebagai makhluk hidup
tidak bisa hidup dan berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, maka
dari itu terjadilah antara penjual dan pembeli yang sesuai dengan
hukum-hukum dan syari’at Islam. Allah swt membolehkan jual beli
yang sesuai dengan hukum Islam yang sudah ditentukan oleh Allah
swt.
Terjadinya interaksi dalam dunia usaha jual beli, bertemunya
antara penjual dan pembeli yang saling berkaitan yaitu harus disertai
ijab dan qabul. Ijab qabul adalah kesepakatan kedua belah pihak
dalam melakukan aktifitas yang diinginkan. Perilaku manusia dan
masyarakat yang didasarkan atas ajaran agama Islam inilah yang
kemudian akan menjadi dasar pembentukan suatu perekonomian
Islam. Hal ini dikarenakan Ekonomi Islam adalah suatu cabang ilmu
yang mempelajari cara untuk memahami dan memecahkan masalah
ekonomi yang didasarkan atas ajaran Islam.
Sebagai hamba yang diberikan kesempurnaan dalam berpikir,
manusia,harus diberi tuntutan langsung agar hidupnya tidak
menyimpang dan selalu diingatkan bahwa kita diciptakan untuk
beribadah kepada-Nya, juga sebagai khalifah manusia diberikan
tugas untuk mensejahterakan kehidupan ini. Maka dari itulah
manusia diberikan kebebasan dimuka bumi ini, dan maka dari itu
pula manusia harus mempunyai keahlian dan kerja keras untuk
keberlangsungan hidupnya.

2
Sebagai agama yang berdasarkan pada firman Allah yang
diterangkan di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Setiap orang
Islam berkewajiban untuk berperilaku dalam hidupnya sesuai dengan
ketentuan yang pada al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, setiap
manusia harus memperhatikan mana yang dilarang (haram) dan
mana yang perbolehkan (halal). Islam tidak melarang akifitas jual
beli, namun agama Islam sangat memperhatikan unsur dalam
aktifitas jual beli.
Dalam aktifitas jual beli kita juga harus memperhatikan
hukum- hukum dan aturan-aturan jual beli sendiri itu seperti apa,
apakah jual beli yang dilakukan sudah sesuai dengan hukum dan
kaidah Islam atau belum. Oleh karena itu, para pelaku dunia usaha
harus memahami dan mngetahui hal-hal yang berhubungan dengan
jual beli. Islam juga mengajarkan bahwa hubungan dalam
masyarakat harus dilakukan atas dasar pertimbangan yang
mendatangkan manfaat dang menghindarkan mudharat.
Selain itu,jual beli merupakan bagian dari muamalah yang
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk, dan
model dalam sistem jual beli,sehingga dengan seiring
berkembangnya zaman, hukum Islam dalam hal jual beli
berkembang pula karena hukum Islam bersifat fleksibel, elastis, dan
adil demi mencapai kemaslahatan.
Selain itu hukum Islam juga sebagai pelengkap dari pada
rukun dan syarat jual beli yang telah terpenuhi, yaitu berupa khiyar.
Khiyar adalah hak pilih antara pelaku akad untuk menjadikan atau
membatalkan jual beli. Harus diketahui juga bahwa hukum asal jual
beli adalah mengikat, karena tujuan jual beli adalah memindahkan
kepemilikan. Hanya saja Islam menetapkan hak khiyar dalam jual
beli sebagai bentuk kasih sayang terhadap kedua pelaku akad.

3
Menurut para ulama Madzhab seperti Maliki, Syafi’i dan
Hanbali, Aktifitas jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan. Adapun wujud
dari muamalah yang diajarkan oleh Islam adalah jual beli.2 Dari segi
teminologi fiqh jual beli disebut dengan al-bai yang memiliki arti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Dengan demikian, al-ba’i memiliki arti menjual sekaligus membeli
atau jual beli.
Menurut madzhab Hanafiah pengertian jual beli (al-bay)
yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan
dengan sesuatu yang sepadan denngan cara tertentu yang
bermanfaat. Kehidupan bermuamalah memberikan gambaran
tentang kebijakan dalam hal perekonomian. Banyak juga
masyarakat dalam kesehariannya yaitu dengan berbisnis. Dalam
ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang
atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan
keuntungan. Penjual dan pembeli memilih khiyar dengan pilihan
mereka masing-masing. Keduanya melakukan ijab qabul dengan
jelas secara lisan berdasarkan jual beli grosir, pembeli tidak meminta
secara langsung kepada penjual untuk mengganti kain jika ada yang
cacat. Tapi pembeli sudah bertolerasnsi terhadap adanya cacat pada
kain yang biasanya diterima tiap pembelian grosir, adapun tiap
pembelian kain biasanya pembeli mendapat cacat ringan pada kain.
Dalam hal ini penjual dan pembeli memilih khiyar dengan pilihan
mereka. Salah satu usaha berbisnis yang banyak dilakukan oleh
masyarakat adalah jual beli. jual beli adalah menukar harta dengan
harta.3
Di kota Karawang transaksi jual beli pakaian bekas sering
dilakukan salah satunya disebuah toko Slug store. Slug Store

2
Ibid.
3
Ibid.

4
merupakan salah satu toko pakaian bekas di kabupaten Karawang.
Toko yang beralamat di jalan Proklamasi Dusun Bakan Lio
RT23/RW09 Kecamatan Rengasdengklok ,kanupaten Karawang ini
khusus menjual pakaian bekas yang masih layak pakai.
Secara proporsional barang bekas tidak terlepas dari sifat
cacatnya. Selain melihat barang yang dijual pembeli juga
membutuhkan tempat, jadi melihat langsung barang dan
mengidentifikasi cacat barang semuanya berdasarkan situasi
kehabisan barang. -persediaan. dijual karena cacat bahasa apa pun
dapat menghilangkan item agar tidak muncul, sehingga mengurangi
keaslian item.
Adapun bekas mempunyai beberapa pengertian, yaitu bisa
diartikan dengan tanda tertinggal atau tersisa yansg sebelumnya
sudah terpakai, atau sesuatu yang tertinggal sebagai sisa yang sudah
rusak, yang tidak digunakan lagi dan sebagainya. Di toko Slug store
terdapat berbagai jenis pakaian bekas dengan harga yang relatif
murah dibandingkan dengan pakaian baru, pakaian bekas tersebut
diperoleh dari beberapa tempat kemudian dibeli perkarungnya oleh
penjual pakaian bekas.4
Disyaratkan dalam bertransaksi harus berlaku jujur,
berdasarkan keadilan, tidak berbohong terhadap barang
dagangannya, tidak menipu, tidak melakukan pemaksaan, tidak
mengada-ngada, berdasarkan fakta, tidak berkhianat, serta tidak
pernah ingkar janji. Pengambilan keuntungan juga tidak boleh
berlebihan atau sampai kelewat batas, karena pengambilan
keuntungan yang terlewat batas merupakan tindakan penipuan yang
dilakukan oleh seorang penjual terhadap pembelinya. Oleh karena
itu, dalam jual beli seorang penjual harus bersikap toleran dalam
penentuan harga tersebut. Dengan adanya berbagai prinsip syariat

4
N Awalia, “Minat Konsumen Dalam Memilih Pakaian Bekas Di Pasar Sumpang Kota Parepare
(Kontestasi Hukum Ekonomi Islam)” (2019), http://repository.iainpare.ac.id/1377/.

5
mengenai peraturan dalam bertransaksi jual beli dalam Islam, maka
berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan
pengkajian lebih mendalam mengenai praktik transaksi jual beli
pakaian bekas di Slug store khusunya di toko slug store yang khusus
menjual pakaian bekas import yang masih layak pakai, untuk
menentukan praktik transaksi di toko tersebut dengan konsep pasar
dalam Islam, dan penulis mengambil judul "Perilaku Konsumen
Dalam Membeli Pakaian Bekas Import Menurut Perspektif Fiqih
Muamalah (Studi Kasus Di Toko pakaian bekas Slug Store)".
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka masalah yang
dapat di identifikasi yaitu:
1. Kegiatan praktik jual beli pakaian bekas import di toko slug
store
2. Akad dalam transaksi jual beli di toko pakaian bekas import di
toko slug store
3. Keterkaitan praktik transaksi jual beli di toko pakaian bekas
import Slug store menurut fiqih muamalah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah diatas agar
pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas dan hasil penelitian
ini lebih terarah sehingga mencapai tujuan penulisan skripsi,maka
penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan. Penulis hanya
mengkaji tentang :
1. Praktik transaksi jual beli di pakaian bekas import di toko
Slug store
2. Keterkaitan praktek transaksi jual beli di pakaian bekas import
di toko slug store dengan Konsep Fiqih Muamalah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah di jelaskan pada latar
belakang, Identifikasi dan batasan masalah, maka penulis

6
merumuskan beberapa masalah untuk mempermudah pembahasan
dalam penelitian ini, ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perilaku Konsumen dalam Membeli Pakaian Bekas
Import?
2. Bagaimana praktek jual beli pakaian bekas import di toko Slug
store dengan konsep Fiqih muamalah?
3. Bagaimana Hukum Jual Beli pakaian bekas import di toko
Slug store persfektif ekonomi Islam ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah titik akhir yang akan dicapai dalam
sebuah penelitian dan juga menentukan arah penelitian agar tetap
dalam koridor yang benar hingga tercapainya sesuatu yang dituju.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan praktik jual beli dengan konsep fiqih
muamalah yang ada di toko pakain bekas import Slug store di
wilayah slug store
2. Untuk mendeskripsikan keterkaitan transaksi bisnis di toko
pakaian bekas Slug store
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan,
baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan untuk menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan
dengan praktik transaksi jua beli menurut konsep fiwiwh
muamalah, dan sekaligus dapat digunakan sebagai penelitian
lebih lanjut.
2. Secara praktis diharapkan bisa mempraktikkan dalam pasar
pada umumnya tentang konsep fiqih muamalah yang
dipraktekan di toko bekas pakaian import Slug store.5

5
Fauzi, “Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Perspektif Fikih Muamalah Iqtishodiyah.”

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian jual beli
Jual beli adalah aktfitas yang dilakukan manusia yang
terus menerus mengalami perkembangan dari masa ke masa.
Begitu pula dengan masalah-masalah fiqh yang muncul dalam
jualbeli terus bertambah seiring berkembangnya cara jual beli
yang terus mengalami perubahan . Jual beli atau berdagang dalam
istilah fiqh disebut al-ba‟i yang berarti menjual atau mengganti,
secara etimologi jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran
sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata al-bai‟i dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata
al-syira‟ (beli).
Dengan demikian, kata al-ba‟i berarti jual, tetapi sekaligus
juga berarti membeli.Jual beli atau perdagangan dalam bahasa
Arab sering disebut dengan kata al-bay‟u, al-tijarah, atau al-
mubdalah.
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai‟ yang
artinya menjual, mengganti, menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Secara etimologi, jual beli merupakan barang dengan
barang.
Kata bai‟i adalah pecahan dari kata baa‟un
(barang),karena masingmasing penjual dan pembeli menyediakan
barang dengan maksud memberi dan menerima. Jual beli (bai‟)
disebut shaafaqoh yaitu transaksi yang ditandai denganberjabatan
tangan antara penjual dan pembeli. Jual beli adalah perjanjian
tukar menukar barang yang mempunyai nilai dan dilakukan secara
sukarela antara penjual dan pembeli berdasarkan ketentuan yang
tekah dibenarkan syara‟ dan disepakati.

8
Jual beli harus sesuai dengan ketentuan syara‟ artinya ia
harus memehuni persyaratan-persyaratan, rukun-rukun, dan hal-
hal yang lain yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga bila
syarat-syarat dan rukun- rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak
sesuai dengan kehendak syara‟.6

B. Dasar hukum jual beli


Transaksi jual beli adalah aktifitas yang dibolehkan dalam
Islam, baik dalan Firman Allah dalam al-Qur‟an, al-Hadits maupun
ijma‟ ulama. Adapun dasar hukum jual beli adalah:

1) Alquran surat Albaqarah ayat 275

َ‫ال َّشي ْٰطنُ ِمن‬ ُ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الرِّ ٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُه‬
‫م‬gَ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر‬
ۘ ‫ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬ ۗ ‫ْال َم‬
َ ِ‫سِّ ٰذل‬
ۗ ِ ‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا‬ ۗ َ‫ فَلَهٗ َما َسل‬g‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت َٰهى‬ ۗ ‫ال ِّر ٰب‬
ٰۤ
)275:‫(البقره‬.‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫ َو َم ْن عَا َد فَاُول ِٕىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬.

Artinya : Para pelaku riba tidak tahan dan hanya bisa


dirasuki setan seperti orang gila. Itu karena mereka
mengatakan jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah
membolehkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya kemudian
dia berhenti, maka apa yang diperoleh sebelumnya menjadi
miliknya dan urusannya (sampai) menjadi milik Allah.
barang siapa yang mengulanginya, maka mereka adalah
penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya. (Q.S
Albaqarah :2757

6
Danang Kurniawan, “Prespektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas,”TAWAZUN :
Journal of Sharia Economic Law 2, no. 1 (2019): 87.
7
Al-Quran, “Surat Al-Baqarah Ayat 275 : AlQuran Dan Terjemahan,” n.d.

9
2) Hadits Dalil sunah yang menunjukan hukum jual beli di
antaranya:
‫سئل النبي صال هللا عليه وسلم اي اكسب اطيب ؟ عمل الرجل بيده‬
)‫ ( رواه البزارو الحكا م‬g‫وكل بيع مبرور‬
“Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya : Apakah profesi
yang paling baik ? Rasulallah menjawab : “Usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual-beli yang diberkati”. (H. Al-
Bazaar dan Al-Hakim).8

3) Ijma Ulama Para ulama sepmjakat bahwa jual beli itu halal,
Kebijaksanaan ada di dalamnya. Pasalnya, manusia
bergantung pada barang orang lain, dan tentunya orang
tersebut tidak akan memberi tanpa timbal balik. Dengan
demikian, dengan mengizinkan jual beli dapat membantu
memenuhi dan membayar kebutuhan setiap orang (Abdul
Hayyie al-Kattani. dkk, 2007: 124). Dengan meninjau dasar
hukum di atas,jual beli dibolehkan dalam ajaran Islam
karena mengandung banyak manfaat, antara lain
kemampuan untuk memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup, namun tentunya hal ini harus dilakukan
atas dasar kesepakatan bersama dan tidak ada pihak yang
dirugikan. 9
Menurut pendapat para ulama yang mengartikan tentang
jenis-jenis dalam muamalah maka sebelumnya para ulama sepakat
bahwa “Hukum asal dalam bermuamalah adalah boleh sampai ada
dalil yang melarangnya” atas dasar jenis dan bentuk muamalah
yang perkembangannya diserahkan sepenuhnya kepada para ahli
di bidang itu seperti halnya jual beli. Menurut ulama Hanafiah
pengertian jual beli (al-ba’i) secara definitif yaitu tukar menukar

8
A Pengertian dan Jual Beli, “Bab Iii Teori Jual Beli Dalam Islam” (n.d.): 27–50.
9
Kurniawan, “Prespektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas.”

10
harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesutu yang
sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Sedangkan
menurut ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah/Hambali
bahwa jual beli (al-ba‟i) yaitu tukar menukar harta dengan harta
pula, dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan
alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan
dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau
barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti
dengan barang lainnya yang sesuai. Agama Islam melindungi hak
manusia dalam pemilikan harta yang dimilikinya dan memeberi
jalan keluar untuk masing- masing manusia untuk memiliki harta
i
orang lain dengan jalan yang telah ditentukan, sehingga dalam
Islam perinsip perdagangan yang diatur adalah kesepakatan
keduabelah pihak yaitu penjual dan pembeli10. sebagaimana yang
telah digariskan oleh prinsip muamalah adalah sebagai berikut.
1. Prinsip Kerelaan.
2. Prinsip bermanfaat
3. Prinsip tolong menolong.
4. prinsip tidak terlarang
C. Rukun dan syarat jual beli
Ada beberapa syarat bagi penjual dan pembeli, di antaranya:
1. Berakal agar dia tidak terkecoh ,orang yang bodoh atau gila
tidak sah saat melakukan transaksi jual beli.
2. Dengan kehendak sendiri bukan paksaan dari orang lain
3. Tidak mubadzir atau pemboros sebab harta orang yang
mubadzir ituhartanya ada ditangan walinya.

4. Balig (berumur 15 tahun keatas / dewasa). Anak kecil tidak sah


jual belinya.Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi
belum sampai umur dewasa, menurut pendapat sebagian
10
NN, “Buku Daras Fiqih Muamalah (Ekonomi)” (2000): 1–155.

11
ulama, mereka diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-
kecil karena kala tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi
kesulitan dan kesukaran,sedangkan agama Islam sekali-kali
tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan
kepada pemeluknya11.
Mengenai uang dan benda yang menjadi objek memiliki
beberapa syarat, di antaranya:

1) Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh


dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau
bangkai yang belum disamak.
2) Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu yang tidak
ada manfaatnya.Dilarang pula mengambil tukarannya
karena hal itu termasuk dalam arti menyia-nyiakan
(memboroskan) harta yang terlarang dalam kitab suci
yangArtinya: “Sesungguhnya pemboros- pemboros itu
adalah saudara saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya”(Qs. suratAl-Isra : 27)
3) Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual suatu
barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli,
misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang masih
berada di tangan yang merampasnya, barang yang sedang
dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya
(kecohan).
4) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual.
5) Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli:
zat, bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas
sehingga antara keduanya tidak akan terjadi kecoh-
mengecoh. Keterangannya adalah hadis dari Abu Hurairah
yang telah disebutkan di atas. Yang wajib diketahui
11
habiburrahman Habiburrahman, Rudi Arahman, and Siti Lamusiah, “Transaksi Yang
Mengandung Unsur Riba, Maysir, Dan Gharar Dalam Kajian Tindak Tutur,” Jurnal Ilmiah Telaah
5, no. 2 (2020): 28–35, http://journal.ummat.ac.id/index.php/telaah/article/view/2608.

12
zatnya- kalau barang itu tertentu – ialah kadarnya,
umpamanya sukatan atau timbangannya. Kalau barang itu
bercampur dengan yang lain, umpamanya segantang beras
atau sekilo beras atau sekilo gula, cukup melihat sebagian
barang, asal yanglainnya sama dengan contoh yang dilihat
itu.
6) Ijab adalah perkataaan penjual, umpamanya,“saya jual
barang ini sekian”. kabul adalah ucapan si pembeli “ saya
terima (saya beli) dengan harga sekian”. Menurut ulama
yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkan memenuhi
beberapa syarat :
1) Keadaan ijab dan kabul berhubungan. Artinya, salah
satu dari keduanyapantas menjadi jawaban dari yang
lain dan belum berselang lama.
2) Makna keduanya hendaklah mufakat ( sama) walaupun
lafaz keduanyaberlainan.
3) Keduanya tidak di sangkutkan dengan urusan yang lain,
seperti katanya,“kalau saya jadi pergi, saya jual barang
ini sekian”
4) Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu -seperti
sebulan atau setahun- tidak sah.
Menurut jumhur ulama, jual beli yang menjadi kebiasaan,
misalnya jual beli sesuatu yang menjadi kebutuhan sehari-hari
tidak di isyaratkan ijab dan kabul. Menurut fatwa ulama
Syafi‟iyah, jual beli barang-barang yang kecil pun harus ijab
kabul, tetapi menurut imam Nawawi dan ulama muta‟akhirin
syafi‟iyah, boleh jual beli barang yang kecil dengan tidak ijab
kabul seperti membeli sebungkus rokok12

D. Macam-macam jual beli

12
Pengertian and Beli, “Bab Iii Teori Jual Beli Dalam Islam.”

13
Jual beli berdasarkan pertukarannya secara umum dibagi empat
macam :
1. Jual beli salam (pesanan), adalah jual beli melalui pesanan,
yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu
uang muka kemudian barangnyadiantar belakangan.
2. Jual beli muqayyadhoh (barter), adalah jual beli dengan
cara menukar barang dengan barang, seperti menukar baju
dengan sepatu.
3. Jual beli mutlaq, adalah jual beli barang dengan sesuatu
yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
4. Jual beli alat penukar dengan alat penukar, adalah jual beli
barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat
penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas.
E. Jual beli yang dilarang
Dalam Islam jual beli ada yang dibolehkan dan ada juga
yang di larang, jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada
pula yang terlarang tapi sah.13 Jual beli yang dilarang dan batal
hukumnya adalah sebagai berikut:
Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing,
babi, berhala, bangkai, dan khamarJual beli sperma (mani) hewan,
seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar
dapat memperoleh turunan.
a) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut
induknya. Jual beli seperti ini dilarang karena barangnya belum
ada dan tidak tampak.
b) Jual beli dengan muhaqallah. Baqalah berarti tanah, sawah, dan
kebun, maksudmuhaqallah disini adalah menjual tanam-
tanaman yang masih dikebun atau disawah. Hal ini dilarang
sebab ada persangkaan riba didalamnya.
c) Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan

13
NN, “Buku Daras Fiqih Muamalah (Ekonomi).”

14
yang belum pantas untuk di panen, seperti menjual rambutan
yang masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil dan yang
lainnya. hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar,
dalam artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin
kencang atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembeli.
d) Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh
menyentuh, misalkan seseorang menyentuh sehelai kain
dengan tangannya di waktumalam atau siang hari, maka orang
yang menyentuh berarti telah membeli kaintersebut. Hal ini
dilarang karena mengandung tipuan dan kemungkinan akan
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
e) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar
melempar, seperti seseorang berkata “lemparkan kepada ku apa
yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang
ada padaku”. Setelah terjadi lempar- melempar, terjadilah jual
beli. Hal ini dilarang karena mengandung tipuan dantidak ada
ijab kabul.
f) Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah
dengan buah yangkering, seperti menjual padi kering dengan
bayaran padi basah, sedangkanukurannya dengan dikilo
sehingga akan merugikan pemilik padi kering. Menentukan
dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan. Menurut
Syafi‟i penjualan seperti ini mengandung dua arti, yang
pertama seperti seseorang berkata “kujual buku ini seharga Rp.
10.000 dengan tunai atau Rp.15.000 dengan cara utang”. Arti
kedua ialah seperti seseorang berkata “aku jualbuku ini
kepadamu dengan syarat kamu.
g) harus menjual tas mu kepadaku”.Jual beli dengan syarat (iwadh
mahjul), jual beli seperti ini, hampir sama dengan jual beli
dengan menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap
sebagai syarat, seperti seseorang berkata, “aku jual rumah ku

15
yang butut ini kepadamu dengan syarat kamu mau menjual
mobilmu padaku”. Lebih jelasnya,jual beli ini sama dengan
Gjual beli dengan dua harga arti yang kedua menurut Syafi‟i.
h) Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang
masih di kolam atau menjua kacang tanah yang atasnya
kelihatan bagus tetapi dibawahnya tidak bagus.

Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang


dijual, seperti seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang
dikecualikan salah satu bagiannya, misalnya A menjual seluruh
pohon-pohonan yang ada dikebunnya, kecuali pohon pisang.jual
beli ini sah sebab yang dikecualikannya jelas. Namun, bila yang
dikecualikannya tidak jelas (mahjul), jual beli tersebut batal.14
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama,
tetapi sah hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat
dosa. Jual beli tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain, seperti
seseorang berkata, “tolaklah harga tawarannya itu, nanti aku
yang membeli dengan hargayang lebih mahal”. Hal ini
dilarang karena akan menyakitkan orang lain.
2) Jual beli dengan Najasyi, ialah seseoramg menambah atau
melebihi harga temannya dengan maksud memancing-
mancing orang agar orang itu mau membeli barang kawannya.
Hal ini dilarang agamaMenjual di atas penjualan orang lain,
umpamanya seseorang berkata, “kembalikan saja barang itu
kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga
yang lebih murah dari itu.

F. Fiqih Mu'amalah
Fiqh muamalah terdiri dari kata “Fiqh” dan “Muamalah”.
14
Fauzi, “Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Perspektif Fikih Muamalah Iqtishodiyah.”

16
Fiqhsecara bahasa artinya al-fahmu (paham), sedangkan secara
istilah, fiqh berarti ilmu tentang hukum-hukum syara‟ amaliyah
yang digali atau diperoleh dari dalil-dalil yang tafshili (rinci). Dari
pengertian di atas makafiqh adalah kumpulan hukum syara‟ yang
berhubungan dengan amalperbuatan manusia (mukallaf) yang digali
dari dalil-dalil yang rinci.
Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan mufa‟alah
(saling berbuat), yang menggambarkan adanya suatu aktivitas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan
menurut istilah,pengertian muamalah dibagi menjadi dua macam
yakni arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit.15
Muamalah dalam arti luas yakni bahwa muamalah adalah
peraturan-peraturan (hukum) Allah untukmengatur manusia yang
harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia dalam urusan duniawi. Sedangkan muamalah
dalam arti sempit yakni menurut Hudlari Byk bahwa muamalah
adalah semua akad yang memperbolehkan manusiadaling menukar
manfaatnya.
Fiqih muamalah adalah hukum-hukum syara yang
berhubungan dengan perbuatan umat manusia yang menyangkut
urusan duniawi. Dengan demikian maka fiqh muamalah artinya
hukum-hukum syara‟ yang mengatur perbuatan manusia yang
digali dari dalil al-Qur‟an maupun hadits yang terperinci yang
berhubungan dengan persoalan- persoalan dunia (ekonomi). Fiqh
muamalah pokok pembahasannya adalah tentang hukum halal
haramnya suatu transaksi atau kegiatanekonomi. Al-Fikri dalam
kitabnya, “Al-Muamalah al- Madiyah wa al- Adabiya”,
menyatakan bahwa muamalah dibagi dua bagian sebagai berikut:
1. Al-Muamalah al-madiyah adalah muamalah yang mengkaji objeknya
sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-

15
NN, “Buku Daras Fiqih Muamalah (Ekonomi).”

17
madiyah adalah muamalah bersifat kebendaan karena objek fiqh
muamalah adalah benda yang halal, haram dan syubhat untuk
diperjualbelikan, benda-benda yang memudharatkan dan benda
yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.
2. Al-Mu‟amalah al-adabiyah adalah muamalah yang ditinjau darisegi
cara tukar-menukar benda yang bersumber dari panca
indramanusia, yang unsur penegakannya adalah hak dan
kewajiban- kewajiban, misalnya jujur.

B. Review Penelitian Relevan


Ada beberapa penelitian yang relevan tentang hukum dan undang-
undang jual beli,diantaranya penelitian tentang jual beli pakaian bekas
import dengan syariat islam. Dita Septika Wati, Praktik Jual Beli
Pakaian Import Bekas (Studi Kasus di Kota Salatiga)”. Skripsi, Fakultas
Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Metode penelitian
yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang bersifat membangun,
mengembangkan, dan menemukan teori-teori sosial. 16
Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis
dengan cara meneliti bahan-bahan perpustakaan yang merupakan
data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/empiris
dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara
langsung di lapangan. Dalam praktik jual beli pakaian Import bekas
yang ada di Kota Salatiga disimpulkan bahwa:
1. Jual beli yang dilakukan pembeli dan penjual tidak ada
masalah, karena kedua belah pihak sama-sama ridho.
2. Permasalahan ada pada penjual pakaian Import bekas dengan
Pemerintah Indonesia, dikarenakan penjual memasukkan
pakaian bekas Import dengan cara illegal, yang perilaku itu
sama saja dengan tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat

16
Muhammad Dahri, Asaruddi Akbar, and Muhammad Arsyam, “Konsep Dasar
Ekonomi Dan Transaksi Dalam Muamalah Islam,” Osfpreprints, no. Ddi (2021),
https://osf.io/925c8.

18
pemerintah Indonesia.
3. Praktik jual beli pakaian bekas Import yang ada di Kota
Salatiga merupakan jual beli yang sifatnya gharar yang
dimana hukumnya haram.
Larangan impor untuk barang-barang tertentu telah diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang
Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor (“Permendag 18/2021”).
Pemerintah melarang impor barang untuk kepentingan nasional dengan
alasan:
a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum,
termasuk sosial, budaya, dan moral masyarakat.
b. untuk melindungi hak kekayaan intelektual.
c. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan,
ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan landasan teori untuk
memecahkan masalah yang dikemukakan. Dalam penelitian ini, peneliti
memerlukan kerangka pemikiran yang berupa teori atau pendapat para
ahli yang tidak diragukan lagi kebenarannya berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peniliti.
Fenomenologi menurut Schutz yang dikutip Kuswarno dalam
bukunya yang berjudul Fenomenologi Kosenpsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitian menyatakan bahwa :Fenomenologi adalah hubungan antara
pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari, dan dari kegiatan
dimana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain,
perilaku sosial didasarkan pada pengalaman, makna, dan kesadaran.
Schutz juga menyatakan bahwa “tindakan manusia adalah bagian
dari posisinya dalam masyarakat, sehingga tindakan seseorang bisa jadi
hanya peniruan dari tindakan orang lain yang ada di sekelilingnya”17.

Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian


17

Kualitatif,” Uin Maulana Malik Ibrahim Malang, no. March (2018): 1–15.

19
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat dapat membuat sesuatu
hal menjadi fenomena, ini karena tingkah laku manusia dapat berupa
tingkah laku yang meniru, atau bisa juga berupa rasa ingin tahu tentang
sesuatu hal yang menjadi fenomena.
Schutz menambahkan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
hubungan antara manusia dengan individu lain, seperti pada buku Sauber
yang berjudul Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi,
yang menyatakan bahwa "kesamaan makna didasarkan pada proses
intersubjektivitas di antara aktor"
Jadi, tindakan yang dilakukan manusia dipengaruhi oleh
hubungannya dengan individu lain dan akan menghasilkan makna dari
hubungan dengan individu lain. Dalam hal ini akan melakukan
penelitian tentang thrift shop kata laiin dari pakaian bekas18.
Menurut Kinner dan Taylor (1994) dalam Sukmawati (2003),
komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, yaitu
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan pembelian
benar-benar dilaksanakan. Minat adalah perilaku konsumen yang
menunjukkan tingkat komitmen mereka dalam melakukan aktivitas,
permintaan konsumen terhadap barang atau jasa berkembang dari waktu
ke waktu, dan mempengaruhi perilaku mereka dalam penyampaian
produk.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan individu
yang terlibat langsung dalam memperoleh dan menggunakan barang dan
jasa, termasuk proses pengambilan keputusan dimana keputusan dan
keputusan dibuat dalam kegiatan tersebut. (Swasta, 1994:237). Perilaku
konsumen ketika membuat keputusan pembelian, mempertimbangkan
barang dan jasa apa yang akan dibeli, dimana, dan mengapa.

D. Hipotesis
Menurut Sugiyono,Hipotesis merupakan jawaban sementara yang
masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis dalam
18
Kurniawan, “Prespektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas.”

20
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1: Harga berpengaruh secara parsial terhadap keputusan
pembelian pakaian bekas import di toko Karwang thrift
Store
H2: Kualitas Produk berpengaruh secara parsial terhadap
keputusan pembelian pakaian bekas import di toko Slug
store
H3: Harga dan Kualitas Produk berpengaruh secara simulitan
terhadap keputusan pembelian pakaian bekas import di
Toko Slug store.19

BAB III
METODE PENELITIAN

Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian


19

Kualitatif.”

21
A. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mendapatkan data yang sesuai dan lengkap dalam


penelitian ini. Maka penulis menggunakan metode jenis penelitian
Kualitatif. Adapun metode penelitian kualitatif itu sendiri adalah suatu
pendekatan mengumpulkan data dengan cara bertemu dan bertatap
muka langsung dan berintegrasi dengan orang yang ada ditempat
penelitian.20
1. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini maka penulis
memilih objek penelitian kususnya di toko Slug store yang
beralamat di jalan proklamasi RT 23/RW 09 Desa Karyasari
kecamatan Rengansdengklok Kabupaten Karawang.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak yang terlibat langsung dan
mengetahui berbagai jenis pakaian bekas,diantaranya saya sendiri
sebagai pemilik dari toko Slugstore dan pembeliyang sedang
berbelanja pakaian bekas import di toko slugstore.
Agen/pembeli adalah wakil perusahaan penyalur atau
pedagang perantara Pembeli/ Konsumen. Pembeli/konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat,baik kepentingan diri sendiri,keluarga, orang
laim, makhluk hidup lain dan tidang untuk diperdagangkan.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan, yaitu penelitian yang mendalam yang mencakup
segala sesuatu yang terjadi di lapangan dan bertujuan untuk menggali

Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian


20

Kualitatif.”

22
konteks situasi yang ada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif untuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berusaha memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.
Metode deskriptif adalah metode yang mempelajari keadaan
kelompok atau situasi manusia dan objek yang dikondisikan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan suatu situasi atau peristiwa
yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang sistematis dan
akurat.Adapun ciri-ciri penting penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Bertujuan memecahkan masalah-masalah aktual yang muncul yang
dihadapi sekarang.
b. Bertujuan mengumpulkan data atau informasi, untuk disusun,
dijelaskan dan dianalisis.
Adapun waktu penelitian memakan waktu selama 6 bulan yaitu dimulai
semester 6 hingga dapat diselesaikan di semester 7. Periode itu
digunakan mulai dari pembuatan dan bimbingan proposal, sampai
dilakukannya penelitian. Lokasi penelitian ini di laksanakan di slug store.
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjekdari
mana data diperoleh .Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan.
Data asli dikumpulkan langsung dari objek penelitian melalui
wawancara langsung di lapangan, sehingga data yang terkumpul benar-
benar menjadi data yang efektif, kemudian menjadi salah satu sumber
data penelitian.21 Narasumber yang diwawancarai adalah pedagang
pakaian bekas di toko SlugStore, pembeli pakaian bekas di Toko
SlugStore dan anggota komunitas pakaian bekas Karawang.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan

21
Nana Saudjana and Ahwal Kusuma, “Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi,” Jurnal Kajian
(2015): 84.

23
atau mengolah data sebagai studi kepustakaan berupa dokumen pribadi,
dokumen dinas instansi, referensi atau peraturan yang relevan dengan
fokus pertanyaan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
data kepustakaan yang diperoleh melalui sumber lain, yaitu data yang
diperoleh dari sumber data.
Populasi adalah subjek penelitian. Jika populasinya kurang
dari 100 orang, sebaiknya diambil keseluruhannya sehingga
penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian populasi. Populasi
kurang dari 100 orang berdagang saat membeli dan menjual pakaian
bekas, ditemukan dalam studi toko Slugstore.22
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-
caratertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap serta dapat dianggap mewakili populasi.13 Ditemukan sampel
pada penelitian iniyaitu 14 orang. Terdiri dari 4 orang penjual
pakaian bekas dan 10 orang pembeli pakaian bekas di Toko Slug
store.
C. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan atau
mengajukan pertanyaan kepada responden. Yaitu dengan cara
mewawancarai beberapa konsumen yang berbelanja di toko pakaian
bekas Slug Store.
b) Observasi atau mengamati
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap subjek penelitian
dengan memperhatikan apa yang diperlukan untuk melengkapi data
yang ada. Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara
mengamati setiap kegiatan jual beli yang berada ditoko Slug Store.
Penuis melakukan pengamatan ditoko tersebut dari mulai kegian jual
beli mengunakan sistem online dan offline23.
22

Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah Penelitian


23

Kualitatif.”

24
c) Dokumentasi
Sebuah dokumen adalah pengambilan data yang diperoleh melalui data
yang diperoleh dari sebuah dokumen. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang sudah ada dalam catatan atau dokumen.
sebagai pelengkap observasi dan wawancara. Dalam hal ini penulis
melakukan documentasi dengan melakukan pengambilan foto
saatterjadinya proses jual beli online.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data yang diperlukan, peneliti akan mengolah
data tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a) Editing
Artinya, menelaah kembali data yang berupa benda-benda tertulis,
seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, dan catatan harian
lainnya. Pendekatan hati-hati untuk kesulitan, harmoni, integritas, dan
konsistensi dengan masalah.
b) Organisasi
Yaitu menata dan menyiapkan data-data yang diperoleh guna
memberikan bahan-bahan bagi penyusunan laporan skripsi yang
benar.
c) Analisis
Artinya, analisis diberikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan
dari temuan penelitian.
d) Teknik analisis data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode
deskriptif (yaitu menggunakan pemikiran induktif).
e) Teknik deskriptif
Sebuah teknik deskriptif adalah teknik yang menggambarkan data
atau menafsirkan data yang terkait dengan praktik jual beli pakaian
bekas di Slug store dan argumentasi atau alasan-alasan apa saja
kemudian dianalisis secara umum menurut hukum Islam.24

24
Helaluddin, “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah

25
f) Teknik induktif
Teknik induktif bekerja dengan mengambil sumber data yang spesifik,
yaitu dari hasil penelitian tentang jual beli baju bekas dan dalil atau
alasan jual beli baju bekas, dilanjutkan dengan analisis secara umum
menurut syariat Islam..25

D. Rancangan Sistematika Penelitian

1.BAB I. Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika Penelitian.
BAB II. Tinjuan Pustaka Dan Kerangka Teori
Pada bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan
kerangka teori yang relevan terkait judul proposal skripsi dan skripsi.
BAB III. Metode Penelitian
Dalam bab ini memuat secara singkat dan terperinci tentang
metode penelitian yang digunakan peneliti beserta beberapa alasannya
menagapa peneliti menggunakan judul,jenis penelitian,desain,lokasi,
populasi,sampel dan metode pengumpulan data serta analisis data yang
digunakan26. Dan disisipkan daftar pustaka di akhir tulisan proposal
skripsi oleh penulis sebagai syarat dalam proposal skripsi tersebut27.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran. “Surat Al-Baqarah Ayat 275 : AlQuran Dan Terjemahan,” n.d.


Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. “Metode

Penelitian Kualitatif.”
25
Ibid.
26
Sinta Indi Astuti, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati, “Metode Penelitian Dan
Sistematika Pembahasan,” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan di
RSUD Kota Semarang 3 (2015): 103–111.
27
Ibid.

26
Penelitian Dan Sistematika Pembahasan.” Analisis Standar Pelayanan
Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan di RSUD Kota Semarang 3 (2015):
103–111.
Awalia, N. “Minat Konsumen Dalam Memilih Pakaian Bekas Di Pasar Sumpang
Kota Parepare (Kontestasi Hukum Ekonomi Islam)” (2019).
http://repository.iainpare.ac.id/1377/.
Dahri, Muhammad, Asaruddi Akbar, and Muhammad Arsyam. “Konsep Dasar
Ekonomi Dan Transaksi Dalam Muamalah Islam.” Osfpreprints, no. Ddi
(2021). https://osf.io/925c8.
Fauzi, Ahmad. “Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Perspektif Fikih Muamalah
Iqtishodiyah.” Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah 4, no. 2 (2019): 235–267.
Habiburrahman, habiburrahman, Rudi Arahman, and Siti Lamusiah. “Transaksi
Yang Mengandung Unsur Riba, Maysir, Dan Gharar Dalam Kajian Tindak
Tutur.” Jurnal Ilmiah Telaah 5, no. 2 (2020): 28–35.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/telaah/article/view/2608.
Helaluddin. “Mengenal Lebih Dekat Dengan Pendekatan Fenomenologi: Sebuah
Penelitian Kualitatif.” Uin Maulana Malik Ibrahim Malang, no. March
(2018): 1–15.
Kurniawan, Danang. “Prespektif Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Bekas.”
TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 2, no. 1 (2019): 87.
NN. “Buku Daras Fiqih Muamalah (Ekonomi)” (2000): 1–155.
Pengertian, A, and Jual Beli. “Bab Iii Teori Jual Beli Dalam Islam” (n.d.): 27–50.
Saudjana, Nana, and Ahwal Kusuma. “Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi.”
Jurnal Kajian (2015): 84.

27
i

Anda mungkin juga menyukai