Anda di halaman 1dari 4

A.

LATAR BELAKANG MASALAH


Islam memandang kegiatan jual beli sebagai perbuatan yang mulia sebab dapat
dijadikan sebagai salah satu sarana beribadah atau sarana untuk mendekatkan diri pada Allah
SWT selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan dasar Hukum Islam. Jual beli juga
sebagai sarana tolong menolong sesama manusia dalam hal memenuhi kebutuhan hidup.
Jual beli dalam Islam hukumnya adalah boleh berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan
sunah serta ijma. Imam As-Syafi’I mengatakan, “bahwa asal hukum jual beli adalah boleh,
selama kedua saling ridha tehadap akad tersebut, kecuali yang dilarang oleh Rasulullah. 1
Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Karena ketiga hal
tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap individu. Demikian untuk
objek jual beli harus dalam kondisi dan kualitas yang baik, agar konsumen tidak kecewa
atau merasa dirugikan, dan diantara tidak sahnya jual beli adalah ketidak tahuan terhadap
prodak yang akan dibeli
Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin berkembangnya
zaman jual beli juga dilakukan antar Negara, contohnya seperti Indonesia dan negara-
negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Kegiatan impor
dan ekspor biasanya diawasi langsung oleh Pemerintah, agar barang yang dijadikan
komoditi bukan merupakan barang- barang yang dilarang untuk diperjual belikan menurut
Undang- undang.2
Selain pakaian baru, pakaian bekas juga menjadi andalan bagi warga Kota
Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Di sini, pakaian bekas yang berasal dari negara
Singapura dan Malaysia itu, disebut dengan nama Lelong.

"Baju dan seprei ini berasal dari Malaysia dan Singapura. Sudah lama, puluhan
tahun," kata Arik, pedagang pakaian bekas impor.

Untuk baju, Arik menjual dengan harga Rp30-Rp55 ribu. Sementara untuk seprei,
dijual dengan harga Rp75ribu. "Itu tergantung motifnya juga," katanya.

Untuk omset, Arik enggan memberitahu. Sebab, urusan tersebut hanya diketahui
oleh bosnya, sementara ia hanya menjalankan usaha saja. Lelong atau pakaian bekas
impor dilarang peredarannya. Namun di Kalimantan Barat, bisnisnya jadi surga. Penikmatnya
dari semua kalangan. Bahkan di pasar-pasar pemerintah, ada ruang untuk mereka jualan.

1
Dr. az-zuhaili Wahbah, al-fiqhul Islami wa adillatuhu, Juz 5.
2
Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas Studikasus Di Kota Salatiga Skripsi
Seorang pedagang pakaian lelong yang tidak bersedia disebutkan namanya
mengatakan, sudah tiga tahun buka lapak di Jalan Jeranding, Pontianak. Dia disuplai
seorang bos besar di wilayah Pemangkat, Kabupaten Sambas. Sekali ambil, empat bal
dibawa. Isinya berbagai macam, jaket, kaus, kemeja, celana hingga pakaian dalam. Harga
per bal tergantung kualitas dan berat. Berkisar Rp4-6 juta.

"Kualitas A yang paling bagus, tapi harga juga mahal. Seperti merk Levi's, harga
jual biasa Rp350 ribu," ucapnya, Senin (1/4).

Satu bal biasanya mempunyai berat 100 kilogram berisikan banyak jenis. Misal baju
kaus sekitar 500 helai, celana 150 helai, topi 1.000 lebih helai, pakaian dalam bisa mencapai
2000 helai. Sedang untuk jaket lantaran tebal, isinya kurang lebih 180 helai.3
Membuka usaha lelong, sebenarnya butuh modal tak sedikit. Setiap bal dari
Malaysia mempunyai grade. Grade AA adalah bal dengan isi terbaik. Kemudian grade AB,
B, C dan D. Tahun 2000-an, untuk satu bal grade B saja modalnya Rp5 juta. Tapi isinya
bisa ratusan pakaian.
Sekarang, lelong juga menjadi penyelamat saat krisis ekonomi belakangan ini.
Harga bahan bakar minyak yang naik, otomatis memicu kenaikan barang lainnya. Barang
baru tak terbeli, barang bekas pakai pun jadi.
Yanti, salah satu penjual di kawasan Kota Baru menyatakan, untung yang diraih
cukup lumayan. Pasalnya, di dalam satu bal bisa terdapat 400 hingga 500 pakaian. Yanti
belum lama di bisnis ini. Keuntungan yang diraih bisa melebihi 50 persen dari modal awal.
Namun butuh waktu untuk mendapatkan keuntungan. “Soalnya tidak semua pakaian layak
juga,” ujarnya.4
Menurut survey yang penulis lakukan, Dalam proses transaksi jual beli antara pengepul
dan pengecer, pengecer tidak diperkenankan melihat kondisi dan kualitas barang di dalam
karung.
Proses pengelolaan pakaian bekas sebelum dijual oleh pengecer dilakukan dengan cara
dipilah antara mana yang kualitas paling baik hingga yang paling buruk setelah itu yang
sangat kusut dicuci dan di setrika dan selanjutnya di tata rapi dan di hanger.
Pakaian-pakaian/Sepatu bekas impor yang dijual di Pasar UKA Jeruju kondisinya
bermacam-macam, ada yang masih baru dan bagus akan tetapi tidak sedikit pula yang tidak
layak untuk digunakan. Dalam realitanya, pakaian pakaian tersebut hanya sebagian saja
yang di cuci dan di setrika. Hanya pakaian yang sangat kusut dan terlihat kotor ataupun bau

3
Viva.co.id
4
https://www.indonesiana.id
yang dilakukan pencucian dan penggosokan dan penjual akan mengecat sepatu dengan
warna yang cocok agar terlihat seperti baru.

Terlepas dari itu dilihat dari segi kesehatan kurang memenuhi syarat untuk sebuah
pakaian yang di perjual-belikan di masyarakat.

Dalam permasalahan ini telah disebutkan juga dalam Undang- Undang


Perlindungan Konsumen dalam Pasal 8 ayat (2) yang berbunyi: “Pelaku Usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud” 5

Kesimpulanya adalah bahwa setiap pelaku usaha tidak diperkenankan menjual


dalam kondisi yang tidak layak untuk diperjual belikan karena itu tidak sesuai anjuaran yang
telah ditetapkan dalam peraturan tata hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apabila
pelaku usaha tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam pasal 8 ayat (2) maka
negara wajib memberikan sanksi atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelaku usaha.

Selain itu juga banyak ditemukan pendirian usaha tidak memiliki Surat Ijin Tempat
Usaha.
Dengan maraknya jual beli pakaian impor bekas yang ditemui khususnya di daerah
kota Pontianak maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul PRAKTIK JUAL
BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (LELONG) DALAM PRESPEKTIF EKONOMI
SYARIAH (Studi Kasus di Kota Pontianak).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas
di Kota Pontianak?
2. Bagaimana tinjauan Ekonomi Syariah terhadap praktik jual beli pakaian impor
bekas?
3. Bagaimana peran Pemerintah Kota Pontianak dalam menangani masalah jual beli
pakaian impor bekas?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di
Kota Pontianak.
2. Untuk mengetahui tinjauan Ekonomi Syariah terhadap praktik jual beli pakaian
impor bekas.

5
http://hukum.unsrat.ac.id
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Pontianak dalam
menangani masalah jual beli pakaian impor bekas.

Anda mungkin juga menyukai